Laporan Pendahuluan Anemia
-
Upload
ray-mei-purwadi -
Category
Documents
-
view
46 -
download
4
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Anemia
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan penurunan jumlah sel darah
merah dan kadar hemoglobin serta hematokrit dalam darah.Dikatakan sebagai anemia bila
HB < 14 g/dl dan HT < 41 % (pada pria), atau HB < 12 g/dl dan HT < 37 % (pada wanita).
Anemia bukan merupakan penyakit, namun pencerminan suatu gangguan atau penyakit
dalam tubuh.
ETIOLOGI
1. Produksi eritrosit yang menurun
2. Eritrosit yang prematur
3. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
KLASIFIKASI ANEMIA
Anemia Hipoproliferatif
1. Anemia Aplastik
Anemia yang terjadi akibat penurunan sel darah dalam sum-sum tulang dan terjadi
penggantian sum-sum tulang menjadi lemak.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Kerena produksi eritropoetin (hormon yang berperan dalam produksi eritrosit)
terganggu pada pasien dengan penyakit ginjal (eritropotein diproduksi diginjal).
3. Anemia pada penyakit kronis
Misalnya pada beberapa jenis imflamasi artritis rematoid, abses paru, osteomielitis,
TBC dan keganasan.
4. Anemia difesiensi besi
Penyebab biasanya pendarahan (menstruasi hebat), alkoholisme, mal-absorbsi besi
pada penyakit traktus digestivus (gastritis, pasca reseksi usus, tumor saluran cerna,
dll).
5. Anemia Megaloblastik
Terjadi kerena difesiensi vitamin B12 dan asam folat. Kedua vitamin ini diperlukan
dalam sintesa DNA sehingga eritrosit membesar kerena tidak mampu membelah.
6. Anemia Perniosa
Akibat tidak adanya produksi faktor intrensik oleh mukosa lambung. Faktor
intrensik mengikat vitamin B12 agar bisa diabsorbsi diileus.
Anemia Hemolitika
a. Anemia hemolitik turunan
1. Anemia sel sabit
Defek pada rantai beta hemoglonin. Eritrosit berbentuk sel sabit, sifatnya
mengkristal pada tekanan O2 rendah.
2. Talasemia
Defek sintesis rantai hemoglobin dengan karakteristik selnya hipokromik
mikrositer.
3. Difesiensi Glukosa G-Fosfat Dehidroginase
G-G-PD adalah enzim dalam eritrosit yang penting dalam stabilitas membran,
sehingga dalam keadaan demam atau obat tertentu, eritosit hemolisis. Obat-obatan
yang menyebabkannya adalah obat malaria, sulfonamid, aspirin, cloramfenikol,
vitamin K
b. Anemia Hemolitika Didapat.
Anemia hemolitika turunan
Anemia sel spur
Anemia pada Hipersplenisme
PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum (misalnya berkurangnya
eritropeosis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
pendarahan/hemolisis (destruksi) pada kasus yang terakhir masalahnya dapat akibat defek
sel merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah/akibat beberapa faktor
diluar sel darah merah. Yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuluendotelial, terutama dalam hati dan limfe. Sebagai hasil samping dari proses ini,
bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi
pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal apabila
jumlahnya lebih dari sekitar 100mg/dl). Hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah
merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk
mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
GEJALA KLINIS
Pada Anemia terjadi penurunan oksigen carrying capacity darah, maka semua bagian tubuh
akan terpengaruh.
Kulit dan mukosa : pucat, elastisitas menurun.
Kuku : cekung (spoon nail), rapuh, tak mengkilat
Sistem respiratorik dan sirkulasi :
Dispnea (bila anemia berat)
Palpitasi (deg-degan)
Gagal jantung kongesti (bila anemia berat)
Sistem Neuromuskular :
Nyeri kepala, vertigo, berkunang-kunang.
Lebih peka terhadap dingin
Otot lemah/mudah lelah, lesu, aktivitas berkurang
Iritabel, kurang konsentrasi/perhatian terhadap sekitar
Perkembangan kepandaian lambat
Prestasi kerja fisik/pikiran menurun.
Sistem Gatrointestinal
Anoreksia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jumlah darah lengkap hemoglobin dan hematokrit
Jumlah eritosit
Jumlah Retikulosit
LED
SDP
Masa hidup SDM
Jumlah trombosit
Hb elektroforesi
Bilirubin serum
Folay serum dan vitamin B 12
Besi serum
Massa pendarahan
LDH serum
Analisa Gaster
Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan endoskopi
PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
KOMPLIKASI
Komplikasi umum anemia meliputi:
1. Gagal jantung
Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan kegagalan dari
ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole. Akibat kekurangan
penyediaan darah, menyebabkan kematian sel dari kekurangan oksigen. Cerebral hypoxia,
atau kekurangan penyediaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran
dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba.
2. Kejang
Gerakan yang tidak dikendalikan karena ada masalah di otak disebut kejang.
3. Perestesia ( kesemutan )
Pasien dengan penyakit jantung cendrung lebih besar kemungkianannya mengalami angina
atau gejala gagal jantung kongestif dari pada seseorang yang tidak mempunyai penyakit
jantung.
PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) lelah, sakit kepala,
penglihatan berkunang – kunang, berdebar – debar.
2) Riwayat kesehatan sekarang (Riwayat kesehatan yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit).
3) Riwayat kesehatan yang lalu (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita pasien) apakah mafsu makan pasien turun, apakah pasien mempunyai
penyakit dengan perdarahan terus – menerus.
4) Riwayat kesehatan keluarga (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain baik
bersifat genetik atau tidak). Apakah dikeluarga ada yang sakit hemofili.
c. Pemeriksaan persistem
1) Keadaan Umum : keadaran, vital sign, status gizi (BB, TB)
2) Sistem persepsi sensori kunjungtiva anemis
a) Sistem persyaratan : sakit kepala, kunang – kunang, proses pikir lambat.
b) Sistem pernafasan : nafas pendek, disyna
c) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat dan denyut nadi biasanya keras, tekanan darah normal
tetapi tekanan diastolik dapat rendah.
d) Sistem gastrointestinal :
e) Sistem integumen : kulit lembab dan dingin, biasanya pucat.
f) Sistem perkemihan
g) Sistem muskoloskeletal : lemah secara umum.
1. Aktivitas dan Istirahat :
Adanya keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas kerja, peningkatan kebutuhan
untuk istirahat dan tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat kehilangan darah kronis. Misalnya adanya hematemesis, dismenorea,
angina , CHF, palpitasi, takikardia, hiupotensi postural.
3. Nutrisi/Cairan
Adanya penurunan intake makanan. Kesulitan menelan, mual, muntah, anoreksia,
penurunan BB, lidah tampak merah, daging/halus spesifik untuk difesiensi asam folat dan
vitamin B 12 , torgur kulit menurun, membran mukosa pucat, kering, pika bahan-bahan
seperti tanah liat, cat, es, tepung dll.
4. Eliminasi
Adanya riwayat penurunan urin output, nefpritis, gagal ginjal, diare/konstipasi.
Pemeriksaan neurologis juga penting kerena efek anemia pernisiosa pada sistem saraf
pusat dan perifer. Pasien dikaji mengenai adanya baal dan parastesia perifer, ataksia,
gangguan koordinasi dan kejang.
Riwayat kesehatan meliputi informasi mengenai setiap pengobatan yang diminum
pasien yang mungkin menekan aktivitas sum-sum tulang/mempengaruhi metabolisme
folat. Riwayat akurat mengenai asupan alkohol termasuk jumlah dan durasi harus
ditanyakan. Pasien juga ditanya mengenai setiap adanya kehilangan darah, seperti adanya
darah dalam tinja/menstruasi berlebihan pada wanita. Riwayat keluarga juga penting
kerena beberapa jenis anemia bersifat herediter.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan
anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk mencegah pneumonia.
Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan
pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan.
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
- tidak mengalami tanda mal nutrisi.
- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi
gaster.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan
sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan
bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan
bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan
tekanan darah masih dalam rentang normal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. Awasi
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera
dermal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema,
ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau
ditempat tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air.
Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan kulit.
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang
tepat.
Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
n yang membentuk gas. Hindari makana
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai
kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai
perangsang untuk defekasi.
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai
indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil)
dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit.
- mengidentifikasi factor penyebab.
- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang
tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya
meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya
akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito,
1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
• Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
• Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
• Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
• Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
• Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
• Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
• http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
• http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
• Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
• Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.