Laporan Pendahuluan Sirosis Mega
-
Upload
budi-pratama-putra -
Category
Documents
-
view
72 -
download
0
Transcript of Laporan Pendahuluan Sirosis Mega
LAPORAN PENDAHULUAN
SIROSIS
Disusun Oleh :
MEGAWATI DWI PUTRI
P07120111027
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MATARAM
MATARAM
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
SIROSIS
A. PENGERTIAN
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan
jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare,
2001).
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit hati dimana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami
perubahan menjadi tidak teratur dan terjadinya penambahan jaringan ikat
(fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi (Soeparman,
1997).
Sirosis hati adalah penyakit kronis hati yang di karateristikan oleh
gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler dan
selanjutnya aliran darah ke hati. Penyebab meliputi malnutrisi, inflamasi (bakteri
atau virus), dan keracunan (contoh alcohol, karbon tetraklorida, asetaminofen)
(Doenges, 1999)
B. ETIOLOGI
1) Hepatitis Virus
2) Alkoholisme
3) Penyakit metabolik (hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi alfa-1
antitripsin, Glikogenosis tipe IV, galaktosemi)
4) Penyakit saluran empedu (sirosis bilier primer, obstruksi saluran empedu
ekstrahepatik)
5) Venous overflow obstruction (veno-occlusive disease, sindroma budd-
Chiari)
a. Penyakit vena oklusif
b. Sindrom budd chiari
c. Perikarditis konstriktive
d. Payah jantung kanan
6) Racun dan obat-obatan (alkaloid pyrolizidine, Methotrexate,
Oxyphenisatin, Alpa methyldopa)
7) Operasi pintasan usus untuk obesitas.
C. MANIFESTASI KLINIS
1) Pembesaran Hati
Hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut
menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi.
Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat
dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung
fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit lebih lanjut, ukuran
hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan
hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol
(noduler)
2) Obstruksi portal dan Asites
Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena
porta dan dibawa ke hati. Karena hati sirotik tidak memungkinkan
perlintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke
dalam limpa dan traktus gastrointestinal menjadi tempat kongesti pasif yang
kronis, dengan kata lain dipenuhi oleh darah dan tidak dapat bekerja dengan
baik. Pasien cenderung mengalami dyspepsia kronis dan konstipasi atau
diare. Berat badan pasien berangsur-angsur menurun.
Cairan yang kaya protein danmenumpuk di rongga peritoneal akan
menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya
shifting dullness atau gelombang cairan. Splenomegaly juga terjadi.
3) Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotic juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam system
gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke
dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai
akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah
abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput
medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.
Esophagus, lambung dan rectum bagian bawaqh merupakan daerah yang
sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi
pembuluh darah ini akan membentuk varises atau hemoroid tergantung pada
lokasinya.
4) Edema
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menadi predisposisi untuk
terjadinya edema. Produksi aldosterone yang berlebihan menyebabkan
retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
5) Defisiensi Vitamin dan Anemia
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yang
tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi
vitamin sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang
berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi
gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan
fungsi hati turut menimbulkan anemia. Gejala anemia dan status nutrisi serta
kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang
mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
6) Kemunduran Mental
Kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati koma hepatic yang
membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis
hepatis dan mencakup perilaku umum pasienm kemampuan kognitif,
orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.
D. PATOFISIOLOGI
Hepatitis virus B dan C
Alkohol MalnutrisiMetabolik: DM
Kolestasis Kronik
Toksis dari Obat INH
Sirosis Hepatis
Kelainan jaringan parenkim hati
Fungsi hati terganggu Inflamasi akut
NyeriKronis
Hipertensi portal
Asites
Ekspansi paru terganggu
Pola nafas tidak efektif
Kecemasan klien
Gangguan metabolisme bilirubin
Gangguan metabolisme protein
Gangguan metabolisme vitamin
Gangguan metabolisme zat besi
Gangguan pembentukan empedu
Bilirubin tak terkonjugasi
Feses pucat Ikterik Urin gelap
Penumpukan garam empedu dibawah kulit
Gangguan
body image
Pruritus
Resti kerusakan integritas kulit
Asam amino relative (albumin, globulin)
Gangguan sintesis vit. K
-faktor pembekuan darah terganggu
-sintesis prosumber terganggu
Resti perdarahan
Sintesis vit. A, B
complex B12 melalui
hati menurun
Penurunan produksi sel darah merah
Anemia
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
Gangguan asam folat
Lemak tidak dapat diemulsikan dan tidak dapat diserap oleh usus halus
Gangguan
nutrisi kurang
dari kebutu
han
Peningkatan peristaltik
Diare
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
E. TES DIAGNOSTIC/ LABORATORIUM
a. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer,
hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat
hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol
darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan
petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini
timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan
bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis
inaktif.
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang,
dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati
yang kurang dan menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE
turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun
akan menunjukan prognasis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan
garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L
menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
f. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan
fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan
perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
g. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen,
bila terus meninggi prognosis jelek.
h. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/
HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati
dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan
apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan.
i. Endoskopi
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi & prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada
fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang
dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi.
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol
yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet TKTP, lemak secukupnya.
Bila timbul ensefalopati, protein dikurangi.
2. Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti :
a. Alkohol & obat-obat lain dianjurkan menghentikan penggunaannya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh.
b. Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi
atau terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan venaseksi 2x seminggu
sebanyak 500 cc selama setahun.
c. Pada penyakit wilson (penyakit metabolik yang diturunkan), diberikan
D-penicilamine 20 mg/kgBB/hari yang akan mengikat kelebihan
cuprum, dan menambah ekskresi melalui urin.
d. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid
3. Pada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul
a. Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hr dan total cairan 1,5 l/hr.
Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4×25 mg/hr dinaikkan sampai
total dosis 800 mg sehari,bila perlu dikombinasi dengan furosemid.
b. Perdarahan varises esofagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus
perdarahan saluran cerna.Pertama melakukan pemasangan NG tube,
disamping melakukan aspirasi cairan lambung.Bila perdarahan banyak,
tekanan sistolik 100 x/mnt atau Hb ,9 g% dilakukan pemberian IVFD
dengan pemberian dekstrosa/salin dan transfusi darah secukupnya.
Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin
pemberian selama 4 jam dapat dulang 3 kali.
c. Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan varises.
Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata
perdarahan berasal dari pecahnya varises. Operasi pintas dilakukan pada
Child AB atau dilakukan transeksi esofagus (operasi Tanners0. Bila
tersedia fasilitas dapat dilakukan foto koagulasi dengan laser dan heat
probe. Bila tidak tersedia fasilitas diatas, untuk mencegah rebleeding
dapat diberikan propanolol.
d. Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian
KCL pada hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang
mengalami perdarahan pada varises, dilakukan klisma, pemberian
neomisin per oral. Pada saat ini sudah mulai dikembangkan transplantasi
hati dengan menggunakan bahan cadaveric liver.
e. Terapi yang diberikan berupa antibiotik seperti sefotaksim 2 g/8 jam i.v.
amokisilin, aminoglikosida.
f. Sindrom haptorenal/nefropati hepatik, terapinya adalah imbangan air dan
garam diatur dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian antiobiotik,
dicoba melakukan parasentesis abdominal dengan ekstra hati-hati untuk
memperbaiki aliran vena kava, sehingga timbul perbaikan pada curah
jantung dan fungsi ginjal.
F. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SIROSIS
1) Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah
Tanda: Letargi,
Penurunan massa otot/tonus
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat GJK kronis, pericarditis, penyakit jantung reumatik,
kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati)
Disritmia, bunyi jantung ekstra (S3, S4)
DVJ; vena abdomen distensi
c. Eliminasi
Gejala: Flatus
Tanda: Distensi abdomen (hepatomegaly, splenomegaly, asites)
Penurunan/tidak adanya bising usus
Feses warna tanah liat, melena
Urine gelap, pekat
d. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna
Mual/muntah
Tanda: Penurunan berat badan atau peningkatan (cairan)
Penggunaan cairan
Edema umum pada jaringan
Kulit kering, turgor buruk
Ikterik, angioma spider
Napas berbau/fetor hapatikus, perdarahan gusi
e. Neurosensory
Gejala: Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,
penurunan
mental.
Tanda: Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma
Bicara lambat/tak jelas
Asterik (enselofati hepatik)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas
Pruritus
Nefritis perifer
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi
Fokus pada diri sendiri
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea
Tanda: Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan
Ekspansi paru terbatas (asites)
Hipoksia
h. Keamanan
Gejala: Pruritus
Tanda: Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik)
Ikterik, ekimosis, petekie.
Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar
i. Seksualitas
Gejala: Gangguan mentruasi, impoten
Tanda: Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah
lengan, pubis)
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat penggunaan alcohol jangka panjang/penyalahgunaan,
penyakit hati alkoholik
Riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin, trauma
hati, perdarahan GI atas, episode perdarahan varises esophageal,
penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 7,2 hari
Rencana Pemulangan: Mungkin memerlukan bantuan dengan tugas
perawatan/ pengaturan rumah
2) Diagnosa Keparawatan
1. Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Diet tidak
adekuat; ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan.
Anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asites).
Fungsi usus abnormal.
2. Volume cairan: kelebihan berhubungan dengan: gangguan mekanisme
regukasi (contoh SIADH, penurunan protein plasma, malnutrisi).
Kelebihan natrium/masukan cairan.
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan: gangguan
sirkulasi/status metabolik. Akumulasi garam empedu pada kulit. Turgor
kulit buruk, penonjolan tulang, adanya edema, asites.
4. Resiko tinggi pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan
pengumpulan cairan intra abdomen (asites). Penurunan ekspansi paru,
akumulasi sekret. Penurunan energi, kelemahan.
5. Resiko tinggi cedera (hemoragi) berhubungan dengan profil darah
abnormal: gangguan faktor pembekuan (penurunan produksi protrombin,
fibrinogen, dan faktor VIII, IX dan X; gangguan absorpsi vitamin K dan
pengeluaran tromboplastin). Hipertensi portal.
6. Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan
perubahan fisiologis: peningkatan kadar amonia serum, ketidakmampuan
hati untuk detoksikasi enzim/obat tertentu.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, kesalahan interpretasi.
Ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber informasi.
8. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan
biofisika/gangguan penampilan fisik. Prognosis yang meragukan,
perubahan peran fungsi. Pribadi rentan.
3) Rencana Asuhan Keperawatan
DP 1 :
Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Diet tidak
adekuat; ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan. Anoreksia,
mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asites). Fungsi usus
abnormal.
Tujuan:
Menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal.
Kriteria evaluasi
Pasien tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
INTERVENSI RASIONAL
Ukur masukan diet harian
dengan jumlah kalori.
Timbang sesuai indikasi.
Bandingkan perubahan status
cairan, riwayat berat badan,
ukuran kulit trisep.
Bantu dan dorong pasien untuk
makan, jelaskan alasan tipe diet.
Bantu pasien makan bila pasien
mudah lelah, atau biarkan orang
terdekat membantu pasien.
Pertimbangkan pilihan makanan
yang disukai
Dorong pasien untuk makan
Memberikan informasi tentang kebutuhan
pemasukan/defisiensi.
Mungkin sulit untuk menggunakan BB
sebagai indikator langsung status nutrisi
karena ada gambaran edema/asites. Lipatan
kulit trisep berguna dalam mengkaji
perubahan massa otot dan simpanan lemak
subcutan.
Diet yang tepat penting untuk penyembuhan.
Pasien mungkin makan lebih baik bila
keluarga terlibat dan makanan yang disukai
sebanyak mungkin.
Pasien mungkin hanya makan sedikit karena
kehilangan minat pada makanan dan
semua makanan/makanan
tambahan.
Berikan makanan sedikit dan
sering.
Berikan tambahan garam bila
diizinkan; hindari yang
mengandung amonium.
Batasi masukan kafein,
makanan yang menghasilkan
gas atau berbumbu dan terlalu
panas atau terlalu dingin.
Berikan makanan halus, hindari
makanan kasar sesuai indikasi.
Berikan perawatan mulut sering
dan sebelum makan.
Tingkatkan periode tidur tanpa
gangguan, khususnya sebelum
makan.
Anjurkan menghentikan
merokok.
Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh glukosa
serum, albumin, total protein,
amonia.
mengalami mual, kelemahan umum, malaise.
Buruknya toleransi terhadap makan banyak
mungkin berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra abdomen/asites.
Tambahan garam meningkatkan rasa
makanan dan membantu meningkatkan selera
makan; amonia potensial resiko ensefalopati.
Membantu dalam menurunkan iritasi
gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen
yang dapat mengganggu pemasukan
oral/pencernaan.
Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi
pada siriosis berat.
Pasien cenderung mengalami luka atau
perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut
dimana menambah anoreksia.
Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan
metabolik pada hati dan meningkatkan
regenerasi seluler.
Menurunkan rangsangan gaster berlebihan
dan resiko iritasi /perdarahan.
Glukosa menurun karena gangguan
glikogenesis, penurunan simpanan glikogen,
atau masukan takadekuat. Protein menurun
karena gangguan metabolisme, penurunan
sintesis hepatik, atau kehilangan kerongga
Pertahankan status puasa bila
diindikasikan.
Konsul ahli diit untuk
memberikan diet tinggi dalam
kalori dan karbohidrat
sederhana, rendah lemak, dan
tinggi protein sedang; batasi
natrium dan cairan bila perlu.
Berikan tambahan cairan sesuai
indikasi.
Berikan makanan dengan
selang, hiperalimentasi, lipid
sesuai indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi,
misal: tambahan vitamin,
tiamin, besi, asam fosfat,
Sink,
peritonial (asites). Peningkatan kadar amonia
perlu pembatasan masukan protein untuk
mencegah komplikasi serius.
Pada awalnya, pengistirahatan GI diperlukan
untuk menurunkan kebutuhan pada hati dan
produksi amonia/urea GI.
Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada
kebanyakan pasien yang pemasukannya
dibatasi, karbohidrat memberikan energi siap
pakai. Lemak diserap dengan buruk karena
disfungsi hati dann mungkin memperberat
ketidaknyamanan abdomen. Protein
diperlukan pada perbaikan kadar protein
serum untuk menurunkan edema dan untuk
meningkatkan regenerasi sel hati.
Mungkin diperlukan untuk diet tambahan
untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu
mual atau anoreksia untuk makan atau varises
esofagus mempengaruhi masukan oral.
Pasien biasanya kekurangan vitamin karena
diet yang buruk sebelumnya. Juga hati tidak
dapat menyimpan vit. A, B Komplek, D, dan
K. Juga dapat terjadi kekurangan besi dan
asam fosfat yang menimbulkan anemia.
Meningkatkan rasa kecap/bau yang dapat
merangsang napsu makan.
Meningkatkan pencernaan lemak dan dapat
Enzim pencernaan, contoh:
pankreatin
Antiemetik.
menurunkan steatore/diare.
Digunakan dengan hati-hati untuk
menurunkan mual/muntah dan meningkatkan
masukan oral.
DP 2 :
Perubahan volume cairan: kelebihan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regukasi (contoh SIADH, penurunan protein plasma, malnutrisi).
Kelebihan natrium/masukan cairan.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan
Kriteria evaluasi:
Menunjukkan volume cairan stabil
Pemasukan dan pengeluaran seimbang
Berat badan stabil, tidak ada edema
Tanda vital dalam rentang normal
INTERVENSI RASIONAL
Ukur masukan dan haluaran,
catat keseimbangan positif.
Timbang berat badan tiap hari
dan catat peningkatan lebih dari
0,5 kg/hari
Awasi TD dan CVP. Catat
JVD/distensi vena.
Auskultasi paru, catat
penurunan /tak adanya bunyi
napas dan terjadinya bunyi
tambahan.
Awasi disritmia jantung,
auskultasi bunyi jantung, catat
terjadinya irama gallop S3/S4.
Kaji derajad perifer/edema
dependen.
Ukur lingkar abdomen
Dorong untuk tirah baring bila
Menunjukkan status volume sirkulasi,
terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan
respon terhadap terapi. Peningkatan berat
badan sering menunjukkan retensi cairan
lanjut.
Peningkatan TD biasanya berhubungan
dengan kelebihan volume cairan tetapi
mungkin tidak terjadi karena perpindahan
cairan keluar area vaskuler. Distensi juguler
eksternal dan vena abdominal sehubungan
dengan kongesti vaskuler.
Peningkatan kongesti pulmonal dapat
mengakibatkan konsolidasi, gangguan
pertukaran gas, dan komplikasi, contoh:
edema paru.
Mungkin disebabkan GJK, penurunan perfusi
arteri koroner, dan ketidak seimbangan
elektrolit.
Perpindahan cairan pada jaringan sebagai
akibat retensi natrium dan air, penurunan
albumin dan penurunan ADH.
Menunjukkan akumulasi cairan (asites)
diakibatkan oleh kehilangan protein
plasma/cairan kedalam area peritoneal.
Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk
ada asites.
Berikan perawatan mulut.
Awasi albumin serum dan
elektrolit (kalium & natrium).
Awasi seri foto dada.
Batasi natrium dan cairan sesuai
indikasi.
Berikan albumin bebas
garam/plasma ekspander sesuai
indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi:
misal diuretik
(spironolakton/aldscton;
furosemid/ lasix.
diuresis.
Menurunkan rasa haus.
Penurunan albumin serum mempengaruhi
tekanan osmotik koloid plasma,
mengakibatkan pembentukan edema.
Penurunan aliran darah ginjal menyertai
peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan
penggunaan diuretik dapat menyebabkan
berbagai perpindahan/ketidak seimbangan
elektrolit.
Kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi
pleural sering terjadi.
Natrium mungkin dibatasi untuk
meminimalkan retensi cairan dalam area
ekstravaskuler. Pembatasan cairan perlu
untuk memperbaiki/mencegah hiponatremi.
Albumin mungkin diperlukan untuk
meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam
kompartemen vaskuler, sehingga
meningkatkan volume sirkulasi efektif dan
penurunan terjadinya asites.
Digunakan untuk mengontrol edema dan
asites. Mengambat efek aldosteron,
meningkatkan eksresi air sambil menghemat
kalium, bila terapi konservatif dengan tirah
baring dan pembatasan natrium tidak
mengatasi.
Kalium
Obat inotropik positif dan
vasodilatasi arterial.
Kalium serum dan seluler biasanya menurun
karena penyakit hati sesuai dengan
kehilangan urine.
Diberikan untuk meningkatkan curah
jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan
fungsinya, sehingga menurunkan kelebihan
cairan.
DP 3 :
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi/status metabolik. Akumulasi garam empedu pada kulit. Turgor kulit
buruk, penonjolan tulang, adanya edema, asites.
Tujuan: mempertahankan integritas kulit
Kriteria evaluasi:
Pasien akan mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan perilaku/tehnik untuk
mencegah kerusakan kulit.
INTERVENSI RASIONAL
Lihat permukaan
kulit/titik tekan secara
rutin. Pijat penonjolan
tulang atau area yang
tertekan terus menerus.
Gunakan losion minyak.
Ubah posisi pada jadwal
teratur, saat di
kursi/tempat tidur, bantu
dengan latihan rentang
gerak aktif/pasif.
Edema jaringan lebih cenderung untuk
mengalami kerusakan dan terbentuk
dicubitus. Asites dapat meregangkan
kulit sampai pada titik robekan pada
sirosis berat
Pengubahan posisi menurunkan tekanan
pada jaringan edema untuk
memperbaiki sirkulasi. Latihan
meningkatkan sirkulasi dan
perbaikan/mempertahankan mobilitas
Tinggikan ekstrimitas
bawah.
Pertahankan sprei kering
dan bebas lipatan.
Gunting kuku jari hingga
pendek; berikan sarung
tangan bila diindikasikan.
Berikan perawatan
perineal setelah berkemih
dan defekasi.
Gunakan kasur
bertekanan tertentu, kasur
karton telur, kasur air,
kulit domba, sesuai
indikasi.
Berikan losion kalamin.
Berikan kolestiramin
(questran) bila
diindikasikan.
sendi.
Meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan edema pada ekstrimitas.
Kelembaban meningkatkan pruritus dan
meningkatkan resiko kerusakan kulit.
Mencegah pasien dari cedera tambahan
pada kulit khususnya bila tidur.
Mencegah ekskoriasi kulit dari garam
empedu.
Menurunkan tekanan kulit,
meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
resiko iskemia/kerusakan jaringan.
Mungkin menghentikan gatal
sehubungan dengan ikterik, garam
empedu pada kulit.
DP4 :
Resiko tinggi pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan Pengumpulan
cairan intra abdomen (asites). Penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret.
Penurunan energi, kelemahan.
Tujuan: Mempertahankan pola pernapasan efektif.
Kriteria evaluasi:
Pasien akan bebas dispnea dan sianosis, dengan nilai BGA dan kapasitas vital dalam
rentang normal.
INTERVENSI RASIONAL
Awasi frekuensi,
kedalaman, dan upaya
pernapasan
Auskultasi bunyi napas,
catat krekels, mengi,
ronkhi.
Selidiki perubahan tingkat
kesadaran.
Pertahankan kepala tempat
tidur tinggi. Posisi miring.
Ubah posisi dengan sering,
dorong napas dalam,
Pernapasan dangkal cepat/dispnea
mungkin ada sehubungan dengan
hipoksia dan atau akumulasi cairan
dalam abdomen.
Menunjukkan terjadinya komplikasi,
contoh: adanya bunyi tambahan
menunjukkan akumulasi
cairan/sekresi, tak ada /menurunnya
bunyi atelektasis), meningkatkan
resiko infeksi.
Perubahan mental dapat menunjukkan
hipoksemia dan gagal pernapasan,
yang sering disertai koma hepatik.
Memudahkan pernapasan dengan
menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran aspirasi
sekret.
Membantu ekspansi paru dan
latihan dan batuk.
Awasi suhu. Catat adanya
menggigil, meningkatnya
batuk, perubahan
warna/karakter sputum.
Awasi seri BGA, nadi
oksimetri, ukur kapasitas
vital, foto dada.
Berikan tambahan oksigen
sesuai indikasi.
Bantu dengan alat-alat
pernapasan, contoh
spirometri intensif, tiupan
botol.
Siapkan untuk/bantu untuk
prosedur, contoh:
parasintesis.
Pirau peritoneovena.
memobilisasi sekret.
Menunjukkan timbulnya infeksi,
contoh pneumonia.
Menyatakan perubahan status
pernapasan, terjadinya komplikasi
paru.
Mungkin perlu untuk
mengobati/mencegah hipoksia. Bila
pernapasan /oksigenasi tidak adekuat,
ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
Menurunkan insiden atelektasis,
meningkatkan mobilitas sekret.
Kadang-kadang dilakukan untuk
membuang cairan asites bila keadaan
pernapasan tidak mebaik dengan
tindakan lain.
Bedah penanaman kateter untuk
mengembalikan akumulasi cairan
dalam abdomen ke sistem sirkulasi
melalui vena kava, memberikan
penghilangan asites jangka panjang
dan memperbaiki fungsi pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. (Ed
8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI