Laporan Penelitian Herry-Tanti

36
LAPORAN PENELITIAN No. 01/Pen/FTI-Industri/2006 PERANCANGAN INVENTORY MANAGEMENT SYSTEM PADA DISTRIBUTOR “X” Oleh: Herry Christian Palit Tanti Octavia JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Transcript of Laporan Penelitian Herry-Tanti

Page 1: Laporan Penelitian Herry-Tanti

LAPORAN PENELITIAN

No. 01/Pen/FTI-Industri/2006

PERANCANGAN INVENTORY MANAGEMENT SYSTEM

PADA DISTRIBUTOR “X”

Oleh:

Herry Christian Palit

Tanti Octavia

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

SURABAYA

2006

Page 2: Laporan Penelitian Herry-Tanti

HALAMAN PENGESAHAN

1. a. Judul Penelitian : PERANCANGAN INVENTORY MANAGEMENT SYSTEM PADA DISTRIBUTOR “X"

b. Bidang Ilmu : Sistem Produksi c. Nomor Penelitian : 01/Pen/FTI-Industri/2006

2. Ketua Penelitia. Nama lengkap dan Gelar : Herry Christian Palit, ST., MTb. Pangkat/Golongan/NIP : III C / 02-031c. Jabatan Akademik : Asisten Ahlid. Fakultas / Jurusan : FTI / Teknik Industrie. Universitas : Universitas Kristen Petra

3. Anggota Peneliti Ia. Nama lengkap dan Gelar : Tanti Octavia, ST., M.Engb. Pangkat/Golongan/NIP : III D / 98-057c. Jabatan Akademik : Lektord. Fakultas / Jurusan : FTI / Teknik Industrie. Universitas : Universitas Kristen Petra

4. Tanggal Penelitian : Agustus 2005 s/d Januari 20065. Biaya a. Sumber dari UK Petra : - b. Sumber lainnya : - Total : -

Surabaya, 14 Januari 2006

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Industri Ketua Peneliti

Tanti Octavia, ST.,M.Eng Herry Christian Palit, ST., MT. NIP: 98-057 NIP: 02-031

Menyetujui,Dekan Fakultas Teknologi Industri

Ir. Oegik Soegihardjo,M.Sc,MA.NIP: 87-007

i

Page 3: Laporan Penelitian Herry-Tanti

ABSTRAK

Distributor X adalah sebuah perusahaan distribusi bahan makanan yang memiliki masalah dalam pengendalian terhadap produk yang melewati kadaluarsa dikarenakan overstock dan penataan produk yang kurang baik. Penelitian dilakukan dengan tujuan merancang suatu inventory management system. Inventory management system ini dirancang dengan melakukan suatu sistem pengendalian persediaan produk yang meminimalkan total biaya simpan.

Produk yang ada dikelompokkan dalam ABC classification dan persediaan produk dikendalikan dengan periodic review model dengan mempertimbangkan expired date dari suatu produk. Hasil rancangan menunjukkan sistem usulan memberikan rata-rata penghematan biaya simpan Rp 1.424.065,00 atau 25% dari kondisi nyata perusahaan.

Kata Kunci : ABC classification, inventory management system, periodic review model

ii

Page 4: Laporan Penelitian Herry-Tanti

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. i

ABSTRAK.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

BAB III PERANCANGAN INVENTORY MANAGEMENT SYSTEM ....... 11

BAB IV KESIMPULAN................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

iii

Page 5: Laporan Penelitian Herry-Tanti

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Distributor X adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

pendistribusian bahan-bahan makanan yang berjumlah 34 macam, dimana tiap

produk memiliki expired date yang bervariasi antara 3 – 24 bulan. Selama ini

kebijakan inventory yang digunakan untuk pemesanan produk adalah dengan

menggunakan rata-rata pemakaian konsumen selama 3 bulan terakhir, dan untuk

lead time pengiriman produk sampai ke distributor X adalah 2 minggu. Untuk

perhitungan jumlah pemesanan produk adalah 3 kali dari rata-rata permintaan

konsumen selama 3 bulan dikurangi dengan jumlah persediaan yang masih ada di

gudang pada akhir bulan.

Distributor X menemukan beberapa produk yang disimpan di gudang

melewati expired date-nya. Hal ini tentunya mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan, khususnya produk-produk yang memiliki expired date 3 bulan.

Setelah dilakukan evaluasi dan pengamatan di gudang, ternyata ditemukan

penyebabnya karena penumpukan inventory yang terlalu besar (over stock) akibat

dari kebijakan inventory yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu perlu

dirancang inventory management system yang dapat mengurangi over stock,

sehingga diharapakan tidak ada lagi produk yang melewati masa expired date-nya.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah :

Bagaimana perancangan inventory management system yang baik pada

distributor X ?

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perancangan inventory

management system agar dapat mengurangi overstock barang ?

1

Page 6: Laporan Penelitian Herry-Tanti

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Barang yang dikirim oleh pabrik dalam kondisi baik.

2. Tidak ada produk retur dari konsumen.

1.5. Asumsi Masalah

Berikut adalah asumsi yang digunakan dalam pengolahan data :

Suku bunga 16% per tahun untuk perhitungan biaya simpan sesuai dengan

kebijakan perusahaan.

2

Page 7: Laporan Penelitian Herry-Tanti

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persediaan

Dalam pengaturan persediaan perlu diperhatikan peramalan permintaan

produk dan jumlah produk yang dipesan. Karena permintaan dari konsumen tidak

pasti, maka perlu diatur apakah peramalan sama dengan yang dipesan, atau lebih

besar, atau lebih kecil. Dan perlu dipertimbangkan pula resikonya, karena jumlah

pesanan akan mempengaruhi kebijakan persediaan perusahaan.

2.1.1. Definisi persediaan

Persediaan merupakan produk yang disimpan untuk digunakan di masa

mendatang. Produk tersebut dapat berupa bahan baku, produk setengah jadi,

ataupun produk jadi. (Silver, Pyke, & Peterson, 1997)

2.1.2. Kebijakan persediaan

Untuk menerapkan kebijakan persediaan dalam suatu perusahaan,

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

Permintaan konsumen, yaitu jumlah produk yang dipesan oleh konsumen

dalam suatu periode pekan waktu.

Lead time, yaitu lama waktu pengiriman baik dari pabrik ke perusahaan

ataupun dari perusahaan ke konsumen.

Lama perencanaan, yaitu waktu yang digunakan untuk melakukan

perencanaan persediaan produk.

Biaya pembelian, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu

produk dimana besarnya biaya ini tergantung pada jumlah produk dan harga

satuan.

Biaya simpan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan suatu

produk.

Kapasitas gudang, yaitu jumlah maksimal produk yang dapat ditampung pada

gudang yang dimiliki.

3

Page 8: Laporan Penelitian Herry-Tanti

2.1.3. Biaya persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul

sebagai akibat adanya persediaan. Komponen dari biaya persediaan adalah

sebagai berikut:

a. Biaya pembelian

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu

produk, dimana besarnya biaya ini tergantung pada jumlah produk dan harga

satuan.

b. Biaya pengadaan

Biaya pengadaan terdiri dari 2 macam, yaitu:

Biaya pemesanan

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran untuk mendatangkan produk

dari luar, yang meliputi biaya untuk menentukan supplier dan biaya

memeriksa persediaan sebelum melakukan pemesanan.

Biaya pembuatan

Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran untuk mempersiapkan

produksi suatu produk.

c. Biaya simpan

Biaya simpan adalah semua pengeluaran untuk menyimpan suatu produk.

Biaya simpan terdiri dari:

Biaya memiliki persediaan

Biaya memiliki persediaan adalah biaya yang timbul karena memiliki

persediaan produk, yang berarti adanya penumpukan modal. Untuk

menghitung biaya ini dapat menggunakan suku bunga uang yang berlaku

di bank saat ini.

Biaya gudang

Biaya gudang adalah biaya tempat penyimpanan produk. Apabila tempat

tersebut dimiliki sendiri maka akan timbul biaya depresiasi, sedangkan

apabila tempat tersebut disewa maka akan timbul biaya sewa.

4

Page 9: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Biaya kerusakan dan penyusutan

Biaya kerusakan dan penyusutan adalah biaya yang timbul karena suatu

produk mengalami kerusakan atau berat / jumlahnya berkurang karena

hilang.

Biaya kadaluwarsa

Biaya kadaluwarsa adalah biaya yang timbul karena produk yang dimiliki

mengalami penurunan nilai akibat adanya model yang lebih baru.

Biaya asuransi

Biaya asuransi adalah biaya yang timbul untuk menjaga /

mengasuransikan produk-produk dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

kebakaran, huru-hara, dan sebagainya

Biaya administrasi

Biaya administrasi adalah biaya yang timbul untuk mengadministrasikan

persediaan yang ada, baik pada saat pemesanan, pengiriman, ataupun

penyimpanan.

Biaya lain-lain

Biaya lain-lain adalah semua biaya yang timbul namun tidak termasuk ke

dalam elemen-elemen biaya di atas, bergantung pada situasi dan kondisi

perusahaan.

d. Biaya kekurangan persediaan

Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul karena tidak adanya

produk pada saat ada pemesanan dari konsumen. Kerugian yang timbul adalah

kesempatan mendapatkan keuntungan menjadi hilang. Biaya ini dapat diukur

dengan menentukan komponen-komponen sebagai berikut:

Jumlah yang tidak dapat dipenuhi

Biaya ini diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat

memenuhi pesanan konsumen.

Waktu pemenuhan

Biaya ini diukur dari lamanya waktu gudang kosong sehingga perusahaan

tidak dapat menikmati keuntungan, waktu disini diartikan sebagai uang

yang hilang.

5

Page 10: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Biaya pengadaan darurat

Biaya ini timbul karena perusahaan berusaha memenuhi permintaan

konsumen, yang apabila diperlukan dalam waktu yang lebih singkat maka

biaya yang timbul akan lebih besar dari biasanya.

e. Biaya sistematik

Yang termasuk dalam biaya sistematik adalah biaya perancangan dan

perencanaan sistem persediaan, biaya mengadakan peralatan, dan biaya

pelatihan tenaga kerja. Biaya ini merupakan investasi pengadaan suatu sistem

persediaan.

2.2. Model persediaan

Model persediaan ada 2 macam yaitu deterministic models dan

probabilistic models, yang dipilih sesuai dengan karakteristik dari pola

permintaannya.

1. Deterministic models

Model ini digunakan apabila jumlah permintaan dan waktu lead time yang

dimiliki adalah konstan, sehingga perusahaan tidak perlu menyediakan persediaan

produk di gudangnya. Pada saat pemesanan produk dilakukan, jumlah persediaan

produk adalah nol. Model ini biasa digunakan pada model persediaan tradisional.

Berikut adalah gambar model persediaan ideal :

Gambar 2.1. Model Persediaan Yang Ideal.

(Sumber : Tersine, Richard J., Principles Of Inventory and Materials Management, p.206)

6

Page 11: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa pada saat B (reorder point) akan

dilakukan pemesanan sampai memenuhi titik Q+S, dimana Q adalah jumlah

permintaan dan S adalah safety stock. Perusahaan tidak perlu memiliki persediaan

produk dikarenakan jumlah permintaan dan lead time yang dibutuhkan sama pada

setiap waktunya.

2. Probabilistic models

Model ini digunakan apabila jumlah permintaan dan waktu lead time yang

dimiliki berubah-ubah. Berikut adalah gambar model persediaan pada masa

sekarang :

Gambar 2.2. Model Persediaan Pada Masa Sekarang.

(Sumber : Tersine, Richard J., Principles Of Inventory and Materials Management, p.207)

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa pemesanan dilakukan apabila jumlah

persediaan produk yang dimiliki sudah mencapai safety stock, sehingga waktu

pemesanan tidak pasti. Dan apabila lead time pengiriman terlalu lama akan

menyebabkan perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumennya

(stock out). Probabilistic models dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, sebagai

berikut :

a. Jumlah permintaan konstan dan lead time berubah-ubah

Karena jumlah permintaan (Q) konstan dan lead time (L) berubah-ubah, maka

harus dicari reorder point (B) untuk menentukan lead time pengiriman

produk. Reorder point yang berpatokan pada minimum lead time cenderung

tidak memiliki persediaan produk, sedangkan reorder point yang berpatokan

pada maximum lead time cenderung memiliki persediaan produk yang

berlebihan.

7

Page 12: Laporan Penelitian Herry-Tanti

b. Jumlah permintaan berubah-ubah dan lead time konstan

Karena lead time (L) konstan dan jumlah permintaan (Q) berubah-ubah, maka

dibutuhkan data distribusi permintaan, sehingga dapat dicari nilai safety stock

(S) yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan. Tujuan dari permodelan ini

adalah untuk mengurangi biaya penyimpanan atau mencari biaya

penyimpanan yang paling minimal.

c. Jumlah permintaan dan lead time berubah-ubah

Jumlah permintaan (Q) dan lead time (L) pengiriman produk berubah-ubah,

tujuan dari permodelan ini adalah menetapkan reorder point (B) dengan biaya

simpan yang paling minimal.

2.3. Periodic Review System (r,s)

Periodic review system adalah suatu model persediaan produk dimana

periode/interval pemesanannya tetap, sedangkan jumlah produk yang dipesan

berdasarkan dari perhitungan jumlah produk maksimum yang harus dipenuhi.

(Simchi-Levi, & Kaminsky, 2003) Dengan menggunakan metode ini, biaya

pemesanan dianggap nol. Parameter utama yang digunakan adalah base-stock

level, yaitu batas maksimum persediaan produk yang harus dipenuhi oleh

perusahaan. Dua parameter utama yang digunakan dalam model persediaan (r,s)

adalah:

a. Periodic Review (r)

Dalam pengendalian persediaan sistem (r,s), pemenuhan order dilakukan pada

tiap r unit waktu. Nilai dari r telah ditetapkan sebelumnya untuk menghitung

s yang optimal.

b. Order-up-to-level (s)

Order-up-to-level adalah maksimum persediaan yang diijinkan. Dalam sistem

(r,s), order-up-to-level s harus dapat memenuhi permintaan selama periode

r+L. Kekurangan dapat terjadi bila total permintaan dalam interval r+L

melebihi order-up-to-level s.

Periodic review system (r,s) baik untuk diterapkan pada:

Produk-produk dibeli dari supplier yang sama.

Produk tersebut memiliki life cycle tertentu.

8

Page 13: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Untuk menghitung rata-rata permintaan produk selama periodic review dan lead

time sebagai berikut :

AVG = (r+L) × (2.1)

Dimana :

AVG = rata-rata permintaan produk selama periodic review dan lead time

r = periodic review

L = lead time pengiriman produk

= rata-rata permintaan produk

Untuk menghitung safety stock adalah sebagai berikut:

SS = z × STD × (2.2)

dimana: SS = safety stock

z = safety factor (distribusi normal standart z)

STD = standar deviasi permintaan produk

Untuk menghitung base-stock level adalah sebagai berikut:

s = AVG + SS (2.3)

dimana: s = base-stock level

Berikut adalah gambar periodic review system :

Gambar 2.3. Model Persediaan Periodic Review Policy.

(Sumber : Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, & Edith Simchi-Levi. Designing & Managing

The Supply Chain: Concepts, Strategies & Case Studies, p.63.)

Gambar 2.3 menunjukkan bahwa jumlah persediaan produk yang harus dimiliki

sama dengan base stock level, dimana pemesanan akan dilakukan pada saat r

(waktu pesan), dan pengiriman produk akan dilakukan pada saat L (lead time).

9

Page 14: Laporan Penelitian Herry-Tanti

2.4. Service Level

Service level adalah suatu nilai yang ditetapkan oleh perusahaan, yang

dimasukkan dalam perhitungan persediaan produk dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan konsumennya. (Ballou, 2004). Beberapa kelas service level pada

persediaan produk diperbolehkan. Nilai service level biasanya berupa persentase,

dimana batas maksimumnya adalah 100%, yang berarti konsumen selalu

mendapatkan produk yang dipesannya dengan cepat. Nilai service level biasanya

ditentukan berdasarkan kebijakan yang berlaku dalam suatu perusahaan.

Keuntungan pemilihan nilai service level 100% bagi perusahaan adalah:

Jaminan kepastian memiliki persediaan produk

Tingkat pelayanan konsumen baik

Kerugian pemilihan nilai service level 100% bagi perusahaan adalah:

Tingginya persediaan produk yang disimpan di gudang

Dibutuhkan dana yang besar untuk melakukan investasi tersebut

Gambar 2.4 Safety Stock vs Service Level.

(Sumber : Tersine, Richard J., Principles Of Inventory and Materials Management, p.209)

BAB III

PERANCANGAN INVENTORY MANAGEMENT SYSTEM

4.1. Inventory Management System Distributor X Saat ini

10

Page 15: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Distributor X merupakan distributor tunggal dari suatu pabrik, dimana

perencanaan pemesanan produk dilakukan untuk periode bulan berikutnya.

Ketentuan pemesanan yang berlaku adalah distributor X akan melakukan

pemesanan setiap awal bulan dan pabrik akan mengirimkan produk tersebut yang

diperkirakan datang pada minggu ketiga setiap bulannya. Perusahaan diwajibkan

memiliki persediaan produk di gudangnya untuk memenuhi kebutuhan

konsumennya dan mengantisipasi apabila pengiriman produk dari pabrik

mengalami keterlambatan.

Manager mempunyai tanggung jawab untuk melakukan peramalan

persediaan produk yang harus dipunyai di dalam gudang berdasarkan dari data

permintaan Konsumen dan jumlah persediaan akhir yang dimiliki. Perhitungan

yang digunakan untuk pemesanan produk adalah dengan menggunakan rata-rata

pemakaian Konsumen selama 3 bulan, dan untuk lead time pengiriman produk

sampai ke distributor X adalah 2 minggu. Untuk perhitungan pemesanan produk

adalah 3 kali dari rata-rata permintaan Konsumen selama 3 bulan, dan dikurangi

dengan jumlah persediaan yang masih ada di gudang. Tiap produk mempunyai

masa expired yang berbeda-beda, dari 3 bulan – 24 bulan, dan dari toleransi waktu

tersebut sudah termasuk lead time pengiriman produk dari pabrik yaitu sekitar 2

minggu dari waktu pemesanan perusahaan. Apabila peramalan sudah disetujui

oleh pemilik perusahaan, maka akan dikirimkan permintaan persediaan produk ke

Supplier agar dapat segera diproses untuk pengiriman produk ke distributor X.

Sebagai contoh perhitungan, rata-rata permintaan Konsumen selama bulan

Januari adalah 100 karton, bulan Februari adalah 150 karton, dan bulan Maret

adalah 50 karton. Pada akhir bulan Maret dipunyai persediaan akhir sebanyak 200

karton. Jadi jumlah yang harus dipesan oleh Distributor X untuk persediaan

produk di gudangnya selama bulan April yaitu: rata-rata permintaan selama 3

bulan adalah 100 karton, jumlah yang harus dipenuhi di gudangnya adalah 300

karton, karena masih dipunyai persediaan akhir 200 karton, maka jumlah yang

harus dipesan adalah 100 karton.

4.2. Evaluasi Inventory Management System Distributor X

Berikut adalah contoh kasus penggunaan produk 2 pada periode Desember

2004 – Maret 2005 seperti terlihat pada tabel 3.1.

11

Page 16: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Tabel 3.1. Penggunaan Produk 2 Periode Desember 2004 – Maret 2005

Bulan (n)

Dalam Box

Persediaan Awal (n)

Produk Datang

(n)

Pemakaian (n+1)

Persediaan Akhir (n+1)

Keterangan Persediaan Akhir

Des 2004 7 250 115 142persediaan n = 0 box, persediaan n+1 = 142 box

Jan 2005 142 187 142 187persediaan n = 0 box, persediaan n+1 = 187 box

Feb 2005 187 211 191 207persediaan n = 0 box, persediaan n+1 = 207 box

Mar 2005 207 176 175 208persediaan n = 32 box, persediaan n+1 = 176 box

April 2005 208 223 197 234persediaan n = 11 box, persediaan n+1 = 223 box

Keterangan :

Bulan (n) = bulan yang digunakan, dengan notasi n

Persediaan awal (n) = jumlah persediaan awal di bulan n

Produk datang (n) = jumlah produk datang di bulan n

Pemakaian (n+1) = jumlah pemakaian produk di bulan n+1

Persediaan akhir (n+1) = jumlah persediaan akhir produk di bulan n+1

Keterangan persediaan akhir = penjelasan lama produk berada di gudang

Dari tabel 3.1 diketahui bahwa jumlah persediaan produk 2 mengalami

overstock, dikarenakan jumlah permintaan pada periode n+1 sebenarnya masih

bisa diantisipasi oleh persediaan produk pada periode n sebelum barang datang

sehingga persediaan produk pada periode n+1 menumpuk. Selain itu pada periode

tersebut juga ditemukan beberapa persediaan produk yang telah melewati masa

expired seperti terlihat pada tabel 3.2. Hal ini tentunya menimbulkan kerugian

bagi distributor X, oleh karena produk-produk tersebut tidak dapat dijual kembali.

Tabel 3.2 Produk-Produk Yang Expired Pada Tahun 2004

ProdukJumlah

(box)

Tanggal

Kadaluarsa

12

Page 17: Laporan Penelitian Herry-Tanti

2 5 11-Sep

23 15 25-Oct

24 8 6-Oct

26 1 7-Jun

29 5 11-Jun

33 1 28-Nov

4.3. Usulan Perancangan Inventory Management System Distributor X

Setelah dilakukan evaluasi, diketahui bahwa masalah perusahaan

diakibatkan karena overstock barang, sehingga diperlukan perancangan Inventory

Management System yang lebih baik dari kondisi sekarang. Selama ini Kebijakan

periodic review (r) yang ditetapkan perusahaan yaitu 4 minggu dan lead time (L)

pengiriman barang digunakan waktu terlama yaitu 2 minggu. Data permintaan

masa lalu diambil selama 12 bulan, yaitu mulai bulan Januari – Desember 2004.

Berikut ini adalah langkah – langkah perancangan yang dilakukan :

1. Mengelompokkan produk dengan menggunakan klasifikasi ABC

Klasifikasi ABC ini digunakan untuk menetapkan safety factor dalam

perhitungan safety stock yang didasarkan pada kebijakan service level

perusahaan. Pengelompokkan produk dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

Mengurutkan data permintaan selama 12 bulan dari jumlah permintaan

paling besar ke jumlah permintaan paling kecil

Menghitung total permintaan selama 12 bulan

Menghitung volume penjualan dalam rupiah selama 12 bulan

Menghitung jumlah persentase tiap produk

Menghitung kumulatif persentase dari tiap produk

Mengklasifikasikan ABC, dimana :

Kelompok A mewakili 80% volume penjualan dalam rupiah

Kelompok B mewakili 15% volume penjualan dalam rupiah

Kelompok C mewakili 5% volume penjualan dalam rupiah

13

Page 18: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Adapun hasil klasifikasi ABC dari 34 jenis produk adalah seperti terlihat pada

tabel 3.1.

Tabel 3.1. Klasifikasi ABC

KodeDemand

(box)Harga /box

(Rp)Total Harga

(Rp)% volume penjualan

Kumulatif % Klasifikasi

1 4049 134.720 545.481.280 16,4784 16,4784 A2 2117 207.900 440.124.300 13,2957 29,7741 A3 1516 210.904 319.730.464 9,6587 39,4328 A4 1319 199.098 262.610.262 7,9332 47,3660 A5 1517 120.117 182.217.489 5,5046 52,8706 A6 1195 144.000 172.080.000 5,1984 58,0689 A7 1007 153.360 154.433.520 4,6653 62,7342 A8 453 339.900 153.974.700 4,6514 67,3856 A9 1084 139.200 150.892.800 4,5583 71,9439 A10 594 239.839 142.464.366 4,3037 76,2476 A11 1573 75.600 118.918.800 3,5924 79,8400 A12 783 135.000 105.705.000 3,1932 83,0333 B13 778 88.416 68.787.648 2,0780 85,1113 B14 147 361.900 53.199.300 1,6071 86,7184 B15 181 242.520 43.896.120 1,3261 88,0444 B16 361 110.184 39.776.424 1,2016 89,2460 B17 223 168.000 37.464.000 1,1317 90,3778 B18 276 129.600 35.769.600 1,0806 91,4583 B19 619 53.900 33.364.100 1,0079 92,4662 B20 205 160.200 32.841.000 0,9921 93,4583 B21 100 239.839 23.983.900 0,7245 94,1828 B22 207 109.104 22.584.528 0,6823 94,8651 B23 80 278.116 22.249.280 0,6721 95,5372 B24 167 128.520 21.462.840 0,6484 96,1856 C25 101 208.452 21.053.652 0,6360 96,8216 C26 49 377.300 18.487.700 0,5585 97,3801 C27 102 180.600 18.421.200 0,5565 97,9366 C28 51 306.900 15.651.900 0,4728 98,4094 C29 47 251.900 11.839.300 0,3577 98,7671 C30 39 251.900 9.824.100 0,2968 99,0638 C31 75 120.240 9.018.000 0,2724 99,3363 C32 38 218.900 8.318.200 0,2513 99,5875 C33 56 136.290 7.632.240 0,2306 99,8181 C34 46 130.900 6.021.400 0,1819 100,0000 C

TOTAL   3.310.279.413

Keterangan tabel :

Demand (box) = permintaan produk selama 12 bulan dalam box

Harga/box (Rp) = harga satuan produk dalam rupiah

Total harga (Rp) = demand × harga/box dalam rupiah

% volume penjualan =

14

Page 19: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Kumulatif % = total % volume penjualan

Klasifikasi = pengelompokkan produk berdasarkan kumulatif %

2. Menghitung rata-rata permintaan produk selama lead time pengiriman produk:

Sebagai contoh perhitungan akan digunakan produk 2 yang memiliki expired

date 3 bulan. Rata-rata permintaan produk 2 ( ) dari 12 bulan = 176,4167

box/bulan dan Standar deviasi (STD) = 65,5778.

Rata-rata permintaan selama periode pemesanan dan lead time (AVG) :

AVG = (r+L)

= 176,4167 box 6 minggu

= 176,4167 box 1,5 bulan

= 264,6250 box/bulan

3. Menentukan service level yang digunakan

Service level yang digunakan berdasarkan kebijakan perusahaan, sebagai

berikut :

Klasifikasi A 95% dengan nilai z = 1,645

Klasifikasi B 75% dengan nilai z = 0,67

Klasifikasi C 50% dengan nilai z = 0,01

z = safety factor (distribusi normal standart z)

4. Menghitung safety stock (SS) produk

Untuk menghitung safety stock produk perlu diketahui nilai service level yang

digunakan dan nilai standar deviasi suatu produk. Standar deviasi yang

digunakan adalah nilai standar deviasi dari permintaan produk dikalikan

dengan waktu pemesanan dan lead time. Produk 2 adalah produk dengan

klasifikasi A sehingga service level yang dipilih adalah 95%, dengan nilai

distribusi normal (z) = 0,5199.

SS = z STD

= 1,645 65,5778 box/bulan × 1,22

= 41,5946 box/bulan

5. Menghitung base stock level (s) produk, untuk mengetahui jumlah minimum

persediaan produk yang sebaiknya dimiliki perusahaan.

s = AVG + SS

15

Page 20: Laporan Penelitian Herry-Tanti

= 264,6250 box/bulan + 41,5946 box/bulan

= 306 box/bulan

Jadi, base stock level produk 2 adalah 306 box/bulan.

6. Menghitung jumlah produk yang harus dipesan

Sebagai contoh akan dihitung pemesanan produk 2 di bulan Januari 2005 yang

digunakan untuk memenuhi permintaan bulan Februari 2005. Persediaan awal

Januari 2005 diketahui sebesar 142 box. Base stock level sebesar 306 box.

Jadi jumlah produk A yang harus dipesan pada awal Januari 2005 :

= Base stock level - Persediaan awal Januari 2005

= 306 box – 142 box = 164 box

7. Menghitung sisa akhir produk yang belum terjual di akhir bulan

Permintaan bulan Februari 2005 = 142 box

Persediaan awal Januari 2005 = 142 box

Berdasarkan pemesanan usulan :

Sisa akhir produk :

= Persediaan awal Jan 2005 + Jumlah yang harus dipesan – Permintaan Feb

2005

= 142 box + 164 box – 142 box = 164 box

Jadi produk 2 yang belum terjual di akhir bulan Februari 2005 berdasarkan

pemesanan usulan adalah 164 box.

Berdasarkan pemesanan kondisi nyata :

Jumlah produk datang bulan Januari 2005 = 187 box

Sisa akhir produk :

= Persediaan awal Januari 2005 + Produk datang Januari 2005 – Permintaan

Februari 2005

= 142 box + 187 box – 142 box = 187 box

Jadi produk 2 yang belum terjual di bulan Februari 2005 berdasarkan kondisi

nyata perusahaan adalah 187 box. Berikut ini adalah perbandingan sisa produk

yang belum terjual akhir Februari 2005.

Tabel 3.2. Tabel Perbandingan Produk Yang Belum Terjual Akhir Februari 2005

ProdukPersediaan

JanuariJanuari

Pemesanan Usulan (box) Kondisi Nyata Perusahaan (box)

16

Page 21: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Jumlah pesan

Pemakaian Februari

SisaProduk Datang

Pemakaian Februari

Sisa

1 489 111 281 319 227 281 4352 142 164 142 164 187 142 1873 163 52 221 0 110 221 524 336 0 462 0 168 462 425 221 5 320 0 124 320 256 261 0 146 115 96 146 2117 41 105 122 24 90 122 98 281 0 251 30 97 251 1279 120 31 119 32 80 119 8110 124 0 155 0 65 155 3411 144 77 85 136 67 85 12612 80 34 70 44 49 70 5913 279 0 30 249 2 30 25114 100 0 19 81 0 19 8115 1 28 41 0 50 41 1016 50 3 23 30 23 23 5017 110 0 84 26 24 84 5018 76 0 17 59 23 17 8219 97 0 10 87 14 10 10120 48 0 14 34 11 14 4521 53 0 29 37 5 29 4222 100 0 13 30 35 13 6523 20 0 5 18 0 5 1824 40 8 8 18 45 8 5525 5 0 19 12 0 19 1226 43 0 4 49 0 4 4927 19 0 15 24 0 15 2428 44 0 1 48 0 1 4829 31 0 2 36 0 2 3630 32 0 1 38 0 1 3831 9 0 8 7 5 8 1232 29 0 8 41 0 8 4133 23 0 10 11 10 10 2134 31 0 19 26 5 19 31

8. Menghitung biaya simpan yang harus dikeluarkan

Berdasarkan pemesanan usulan :

Harga satuan produk 2 = Rp 207.900

Produk yang belum terjual = 164 box

Asumsi bunga bank yang berlaku 16% / tahun = 1,33% / bulan

Biaya simpan :

= Bunga bank yang berlaku Harga satuan

= 1,33% / bulan Rp 207.900 / box

= Rp 2.772 / box/bulan

17

Page 22: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Total biaya simpan :

= Biaya simpan Produk yang belum terjual

= Rp 2.772 / box/bulan 164 box

= Rp 454.608 / bulan

Jadi, biaya simpan produk 2 di akhir bulan Februari 2005 berdasarkan

pemesanan usulan adalah Rp 454.608

Berdasarkan kondisi nyata perusahaan :

Produk yang belum terjual : 187 box

Total biaya simpan :

= Biaya simpan Produk yang belum terjual

= Rp 2.772 / box/bulan 187 box

= Rp 518.364/ bulan

Jadi biaya simpan produk 2 di akhir bulan Februari 2005 berdasarkan kondisi

nyata perusahaan adalah Rp 518.364.

9. Validasi usulan perancangan inventory management system

Berikut adalah perbandingan biaya simpan dan produk belum terjual antara

sistem usulan dan kondisi nyata perusahaan pada bulan Desember 2004 –

April 2005 seperti terlihat pada tabel 3.3 :

Tabel 3.3. Perbandingan Biaya Simpan dan Produk Belum Terjual Periode

Desember 2004 – April 2005

Bulan  Pemesanan

Usulan

Kondisi Nyata

Perusahaan

Jumlah

Penghe-

matan (Rp)

Persentase

Penghematan

Des 2004

Produk belum terjual (box) 3.280 3.642 362 9,95%Biaya Simpan (Rp) 7.834.609 8.501.468 666.859 7,84%

Jan 2005Produk belum terjual (box) 1.812 2.551 739 28,98%Biaya Simpan 3.764.732 5.709.212 1.943.871 34,05%

18

Page 23: Laporan Penelitian Herry-Tanti

(Rp)

Feb 2005

Produk belum terjual (box) 1.725 2.343 618 26,37%Biaya Simpan (Rp) 3.527.428 4.954.305 1.426.877 28,80%

Mar 2005

Produk belum terjual (box) 1.722 2.240 518 23,12%Biaya Simpan (Rp) 3.971.964 5.081.048 1.109.084 21,83%

Apr 2005

Produk belum terjual (box) 1.733 2.752 1.019 37,03%Biaya Simpan (Rp) 4.016.054 5.989.687 1.973.633 32,95%

Total

Produk belum terjual (box) 10.272 13.528 3.256 24,06%Biaya Simpan (Rp) 23.114.787 30.235.720 7.120.324 23,54%

Rata-rata penghematanProduk belum terjual (box) 651Biaya Simpan (Rp) 1.424.065

Rata-rata % penghematanProduk belum terjual (box) 25%Biaya Simpan (Rp) 25%

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan perbandingan biaya simpan dan jumlah produk yang belum terjual

dari bulan Desember 2004 – Januari 2005 didapatkan hasil bahwa sistem usulan

dapat menghemat biaya simpan rata-rata 25% dari kondisi nyata perusahaan, yaitu

Rp 1.424.065,- setiap bulan, serta menghemat penyimpanan jumlah produk yang

belum terjual 25% dari kondisi nyata, yaitu 651 box setiap bulan.

19

Page 24: Laporan Penelitian Herry-Tanti

DAFTAR PUSTAKA

Ballou, Ronald H.. (2004). Business Logistics / Supply Chain Management:

Planning, Organizing, and Controlling the Supply Chain (fifth edition).

Pearson: Prentice Hall.

Dewanti, Monica A. (2005). Perancangan Sistem Pergudangan di Distributor

“X” . Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Petra.

20

Page 25: Laporan Penelitian Herry-Tanti

Silver, Edward A., David F. Pyke, & Rein Peterson. (1997). Inventory

Management and Production Planning and Scheduling (third edition).

London: Chapman & Hall.

Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, & Edith Simchi-Levi. (2003). Designing

and Managing The Supply Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies

(second edition). Singapore: McGRAW-HILL

Tersine, Richard J. (1994). Principles of Inventory and Material Management

(fourth edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

21