Laporan Pengamatan Batik Agnesa

download Laporan Pengamatan Batik Agnesa

of 7

description

Laporan Pengamatan Batik Agnesa

Transcript of Laporan Pengamatan Batik Agnesa

  • 5/19/2018 Laporan Pengamatan Batik Agnesa

    1/7

    [email protected]

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

    kehendak-Nya kami dapat menyusun Laporan ini.

    Laporan ini dibuat dengan tujuan memberikan melaporkan tentang Hasil Kegiatan

    Selama Kami Kunjungan Ke Batik Agnesa. Kami menyadari hasil yang telah kami capai ini

    sangatlah belum sempurna, oleh sebab itu kami mohon kritik dan saran demi perbaikan kami

    pada masa yang akan datang.

    Akhirnya kami berharap semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat untuk menambah

    wawasan dan Ilmu Pengetahuan Sejarah Nasional bangsa kita dan memberikan informasi

    kepada yang berkepentingan untuk dapat kiranya direalisasikan sesuai dengan harapan kami.

    Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.

    Tasikmalaya, 9 September 2013

    Penyusun

  • 5/19/2018 Laporan Pengamatan Batik Agnesa

    2/7

    [email protected]

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Latar Belakang penyusunan Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

    memenuhi tugas dari sekolah. Selain itu juga rasa keingintahuan terhadap sejarah kebudayaan

    bangsa Indonesia, merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi penyusunan Laporan

    ini.

    1.2.Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah :

    1.

    Menanamkan rasa cinta tanah air, bangsa, persatuan dan kesatuan, mengembangkan

    cakrawala wawasan siswa yang kaitannya dengan seni budaya nasional bangsa kita.

    2. Memperkaya pengalaman para siswa mengenai obyek-obyek wisata dengan cara

    melihat, mendengar, meraba serta merasakan sendiri bagaimana rupa atau bentuk

    obyek dalam keadaan sebenarnya.

    3. Mendidik dan melatih para siswa membuat karya tulis sebagai laporan observasi.

    4. Menambah pengetahuan dan pengalaman siswa dalam proses belajar sebagai bidang

    studi pemahaman teori yang diajarkan di sekolah.

    5. Menghindari terjadinya verbalisme di kalangan para siswa.

    1.3. Penyusunan Laporan

    Laporan yang kami susun ini, yaitu kami langsung mengunjungi obyek tersebut

    dengan cara melihat, meraba, mendengar dan merasakan sendiri bagaimana bentuk dan rupa

    batik tersebut. Selain itu juga kami dibantu Pemandu Wisata (Guide).

  • 5/19/2018 Laporan Pengamatan Batik Agnesa

    3/7

    [email protected]

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Sejarah

    "Memangnya di Tasik ada batik?" Pertanyaan itu kerap diucapkan pengunjung

    pameran kepada perajin batik dari Tasikmalaya. Begitu pun terhadap batik ciamis dan garut,

    yang juga memiliki tradisi panjang dalam olah seni batik di tanah Priangan. Akibat

    meredupnya pamor batik khas dari Tatar Sunda itu, baik karena berubahnya selera

    masyarakat maupun lantaran serbuan kain tekstil bercorak batik, selama beberapa dekade

    keberadaan batik priangan seperti dilupakan. Sebagai seni kerajinan yang tumbuh di sejumlah

    daerah pedalaman Jawa Barat, khususnya di Priangan Timur, batik priangan bahkan pernah

    dikabarkan akan punah.

    Akan tetapi, kini pertanyaan bernada menggugat sekaligus kekhawatiran punahnya

    salah satu warisan budaya bangsa itu tak perlu lagi terlalu dirisaukan. Paling tidak, saat ini

    ada sekitar 30 perusahaan batik di Cipedes, Kota Tasikmalaya, dan 10 perusahaan batik di

    Sukapura, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya,tengah gencar menancapkan

    bendera bisnisnya. Begitu pun di Garut dan Ciamis. Sesungguhnya, Tasikmalaya memiliki

    tradisi dan sejarah batik yang kuat. Masa keemasan batik tasik berkisar tahun 1950-1960-an,

    bersamaan dengan kejayaan Koperasi Mitra Batik yang didirikan tahun 1939. Saat itu, kata

    Cacu (60), pemilik batik Agnesa, sebuah perusahaan memiliki pekerja batik cap minimal 50

    orang.

    "Dulu, kain batik masih dipakai untuk sarung. Kalau di Karawang panen raya,

    misalnya, pengusaha batik dari Tasik membawa berapa pun batik ke sana pasti laku. Batik

    dipakai ibu-ibu sehari-hari, termasuk pergi ke sawah," tutur Cacu. Koperasi Mitra Batik

    sendiri muncul sebagai jawaban dari kegelisahan para pengusaha batik di Tasikmalaya

    terhadap perdagangan kain mori dan obat pewarna yang dikuasai pengusaha keturunan

    Tionghoa. Koperasi ini, di tahun 1960-an, menjadi produsen kain mori terbesar se-Indonesia

    dan memiliki ribuan karyawan.

    Salah seorang saksi sejarah batik tasik adalah Latifah. Perempuan yang kini berusia

    85 tahun itu belajar membuat batik tulis yang halus sejak usia belasan tahun. Kala itu, ia

    diajarkan langsung oleh ibunya. "Mereka yang dulu belajar menulis batik bersama-sama

    dengan saya sudah banyak yang meninggal," ungkap perempuan yang biasa dipanggil Mak

    Ipoh dan hingga kini masih membatik.

  • 5/19/2018 Laporan Pengamatan Batik Agnesa

    4/7

    [email protected]

    Beberapa waktu lalu, ketika kaintekstil bercorak batik (printing) marak, batik tasik

    tidak mampu bersaing. Meskin masih berproduksi dalam jumlah terbatas, agar tetap bertahan,

    pemasaran batik tasik ada yang diserahkan kepada pengusaha di luar daerah sehingga orang

    lainlah yang punya nama. Sebagian besar masyarakat Priangan Timur bekerja di bidang

    pertanian. Jika tidak menggarap sawah, mereka punya kebun atau ikan di kolam yang harus

    dipelihara. Aktivitas keseharian ini yang ikut memengaruhi corak dan batik dari wilayah

    Priangan Timur. Apa yang mereka lihat di sawah, ladang, atau kolam kemudian dituangkan

    menjadi motif di atas kain mori. Tidak heran apabila motif batik dari Priangan didominasi

    oleh flora dan fauna.

    Pada batik tasik, misalnya, ada awi ngarambat (bambu merambat), merak ngibing

    (merak menari), laba-laba, burung keladi, gurami, dan daun talas. Pada batik garutan, selain

    flora dan fauna, ada juga motif-motif geometrik, seperti belah ketupat. Tradisi membatik dan

    budaya agraris ini pada akhirnya ibarat dua sisi mata uang. Ketika tiba panen padi atau

    musim tanam, para pembatik akan ke sawah dan menunda sementara pekerjaan

    membatiknya.

    Perilaku membatik seperti ini pun, kata Ecin Kuraesin (60), perajin batik dari

    Sukapura, masih berlangsung hingga kini. Para pembatik di tempat Ecin memiliki sawah

    garapan masing-masing. Ketika musim panen atau tanam tiba, mereka tidak bisa dihalangi

    untuk tidak pergi ke sawah. Dengan demikian, praktis kegiatan membatik pun ditunda

    sementara. Meskipun sama-sama berada di Tasikmalaya, terdapat perbedaan corak warna

    antara batik dari Tasik dan batik dari Sukapura. Warna batik sukapura hanya terbatas pada

    merah marun, putih, hitam, dan gading. Sebaliknya, permainan warna pada batik tasik dan

    garut cenderung lebih berani. Warna-warna cerah sesuai permintaan pasar tak canggung

    diterapkan. Supriyadi Harmaen dari Dimas Batik berpendapat, warna cerah pada batik tasik

    seolah cerminan masyarakat Sunda yang periang.

    2.2. Teknik dan Langkah-langkah Pembuatan Baktik

    Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :

    1. Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)

    2. Canting sebagai alat pembentuk motif,

    3. Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)

    4.

    Lilin (malam) yang dicairkan

    5.

    Panci dan kompor kecil untuk memanaskan

    6. Larutan pewarna

  • 5/19/2018 Laporan Pengamatan Batik Agnesa

    5/7

    [email protected]

    Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:

    1.

    Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa

    disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap

    orang memiliki selera berbeda-beda. Membuat design

    atau motif ini dapat menggunakan pensil.

    2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah

    melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting

    (dikandangi/ dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.

    3.

    .

    3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-

    bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna).

    Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian

    berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan

    bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan

    lilin tidak terkena.

    4.

    Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang

    tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada

    warna tertentu .

    5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

  • 5/19/2018 Laporan Pengamatan Batik Agnesa

    6/7

    [email protected]

    6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam

    menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada

    pewarnaan yang pertama.

    7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna

    yang kedua.

    8.

    Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara

    meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan

    dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan

    kedua.

    10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan

    banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

    11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air

    panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telahdigambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan

    membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut

    masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik

    tersebut telah siap untuk digunakan.

    12. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air

    panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah

    digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan

    membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut

    masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik

    tersebut telah siap untuk digunakan.

  • 5/19/2018 Laporan Pengamatan Batik Agnesa

    7/7

    [email protected]

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Batik Agnesa adalah salah satu karya seni dari daerah Tasikmalaya yang harus

    dilestarikan dan tetap dijaga supaya tidak punah. Semakin banyak warna pada batik semakin

    lama pembuatan batik yang dibuat dan wajar batik tersebut terbilang mahal karena proses

    pembuatannya yang begitu rumit.

    Dengan melakukan pengamatan langsung maka kami dapat mengetahui secara benar

    cara apembuatan Batik.