Laporan Pengujian Skala Kemandirian

60
BAGIAN I LATAR BELAKANG A. Penting dan Relevansi Alat Ukur Tes psikologis merupakan alat / instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan potensial psikologis (potential ability). Potential ability adalah kemampuan yang tidak nyata yang berperan menunjang kemampuan nyata (actual ability). Contoh potential ability ialah inteligensi (intelligence), bakat (aptitude), minat (attitude), kepribadian (personality), emosi (emotion), dan motivasi (motivation). Kemampuan nyata (actual ability) merupakan kemampuan yang menghasilkan suatu prestasi, seperti prestasi belajar, kinerja, karya seseorang dalam berbagai bidang (mekanik, seni, sastra, politik, bisnis, pendidikan, dan sebagainya). Pada alat ukur ini berfokus pada intelegensi individu, jadi intelegensi adalah kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung) dan tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian 1

description

LAPORAN PENGUJIAN SKALA KEMANDIRIAN

Transcript of Laporan Pengujian Skala Kemandirian

BAGIAN I

LATAR BELAKANG

A. Penting dan Relevansi Alat Ukur

Tes psikologis merupakan alat / instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan potensial psikologis (potential ability). Potential ability adalah kemampuan yang tidak nyata yang berperan menunjang kemampuan nyata (actual ability). Contoh potential ability ialah inteligensi (intelligence), bakat (aptitude), minat (attitude), kepribadian (personality), emosi (emotion), dan motivasi (motivation). Kemampuan nyata (actual ability) merupakan kemampuan yang menghasilkan suatu prestasi, seperti prestasi belajar, kinerja, karya seseorang dalam berbagai bidang (mekanik, seni, sastra, politik, bisnis, pendidikan, dan sebagainya). Pada alat ukur ini berfokus pada intelegensi individu, jadi intelegensi adalah kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung) dan tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari padanya.

Tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. ada umumnya, tes intelegensi mengukur hal-hal seperti verbal yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis; numerik yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan angka atau matematika; spasial yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kreativitas seperti kesenian, desain, pengenalan pola, peta dan lain-lain; mengingat kecerdasan yang berhubungan dengan mengingat stimulus; penalaran yaitu kemampuan menemukan aturan umum; kecepatan pengamatan yaitu kemampuan menangkap rincian visual secara cepat serta melihat persamaan dan perbedaan di antara obyek; dan kefasihan menggunakan kata-kata yaitu kemampuan memikirkan kata secara tepat seperti penukaran huruf dalam kata.

Pentingnya alat ukur tes intelegensi psikologi ini adalah untuk membantu individu dalam memahami tinggi atau rendahnya kemampuan yang dimilikinya, selain itu dapat digunakan untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri dengan lebih baik, dan mengetahui kemampuannya di dalam menganalisis berbagai masalah yang dialami.

B. Tujuan dan Manfaat Alat Ukur

1. Tujuan

Pada konstruksi ini, adapun tujuan dari alat ukur psikologi ini yaitu:

a. Untuk mengetahui potensi yang ada pada diri mahasiswa atau mahasiswi sehingga dapat mengembangkan potensi tersebut.

b. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan umum seseorang untuk memperkirakan dalam menyelesaikan masalah.

2. Manfaat

Adapun manfaat dari alat ukur psikologi ini yaitu untuk mengembangkan pontensi atau kemampuan yang dimiliki setiap individu terutama dalam bidang pendidikan sangat berperan aktif untuk mengetahui seberapa besar kemampuan yang dimiliki siswa selain itu juga dapat mengetahui pada aspek apa yang perlu dikembangkan lagi pada diri siswa.

C. Subyek Alat Ukur

Subyek dari alat ukur ini adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berstatus aktif menempuh S1 yang berusia 18 tahun sampai 23 tahun. Jumlah 10 subyek terdiri atas 3 mahasiswa dan 7 mahasiswi yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Negeri Malang.

BAB II

PROSEDUR PENGEMBANGAN ALAT UKUR

A. Konsep Teori

Louis Thurstone (1887-1955), yang menekankan pada aspek yang terbagi-bagi dari intelegensi. Thurstone menganggap bahwa intelegensi dapat dibagi menjadi sejumlah kemampuan primer. Menurut Thurstone, intelegensi umum yang dikemukakan oleh Spearman itu pada dasarnya terdiri dari 7 kemampuan primer yang dapat dibedakan dengan jelas serta dapat digali melalui tes intelegensi, yaitu :

1. Pemahaman verbal (verbal comprehension), kemampuan memahami makna kata

2. Kefasihan menggunakan kata-kata (word fluency), kemampuan memikirkan kata secara tepat seperti penukaran huruf dalam kata, sehingga kata itu mempunyai pengertian lain atau memikirkan kata-kata yang bersajak

3. Kemampuan bilangan (numerical ability), kemampuan bekerja dengan angka dan melakukan perhitungan

4. Kemampuan ruang (spatial factor), kemampuan memvisualisasi hubungan bentuk ruang, seperti mengenal gambar yang sama yang disajikan dengan sudut pandang yang berbeda

5. Kemampuan mengingat (memory), kemampuan mengingat stimulus verbal

6. Kecepatan pengamatan (perceptual speed), kemampuan menangkap rincian visual secara cepat serta melihat persamaan dan perbedaan di antara obyek yang tergambar

7. Kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan menemukan aturan umum berdasarkan contoh yang disajikan seperti menentukan bentuk keseluruhan rangkaian setelah disajikan sebagian dari rangkaian tersebut.

B. Aspek-aspek yang Diukur

Menurut Thurstone, intelegensi umum yang dikemukakan pada dasarnya terdiri dari 7 aspek dari 7 aspek tersebut terdapat beberapa indikator dari aspek-aspek yang telah dikemukakan, yaitu :

1. Pemahaman verbal (verbal comprehension), kemampuan memahami makna kata, memiliki indikator yaitu

Kemampuan dalam memahami hubungan atau makna kata.

Kemampuan dalam kosa kata.

Kemampuan dalam membentuk kata baru dari kata yang sudah ada.

Kemampuan dalam lawan kata.

Kemapuan dalam persamaan kata.

2. Kefasihan menggunakan kata-kata (word fluency), kemampuan memikirkan kata secara tepat, memiliki indikator yaitu:

Kemampuan dalam menghasilkan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf tertentu atau kombinasi dari huruf-huruf.

Kemampuan dalam kecepatan menyebutkan kata-kata dalam kategori tertentu.

Kemampuan dalam seberapa lancar seseorang mempergunakan kata-kata yang sukar ucapannya.

Kemampuan dalam mencerna kata-kata tertentu dengan cepat.

3. Kemampuan bilangan (numerical ability), kemampuan bekerja dengan angka dan melakukan perhitungan, memiliki indikator yaitu:

1. Penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian.

2. Bilangan pecahan.

3. Pecahan decimal.

4. Persentase.

5. Bilangan kuadrat.

6. Akar bilangan.

4. Kemampuan ruang (spatial factor), kemampuan memvisualisasi hubungan bentuk ruang, memiliki indikator yaitu:

Kemampuan untuk mengenali identitas sebuah objek yang ada didepannya dari sudut pandang yang berbeda.

Kemampuan untuk membayangkan perubahan sebuah benda ketika benda tersebut dirubah atau dipindah.

Kemampuan untuk memahami hubungan spasial antara dirinya dengan benda lain.

5. Kemampuan mengingat (memory), kemampuan mengingat stimulus verbal, memiliki indikator yaitu:

Kemampuan mengingat bentuk.

Kemampuan mengingat angka.

Kemampuan mengingat kategori.

Kemampuan mengasosiasikan pasangan item yang tidak berhubungan.

6. Kecepatan pengamatan (perceptual speed), kemampuan menangkap rincian visual secara cepat serta melihat persamaan dan perbedaan di antara obyek yang tergambar, memiliki indikator yaitu:

Mempersepsikan suatu objek visual yang abstrak.

Menentukan persamaan dan perbedaan di antara beberapa objek.

7. Kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan menemukan aturan umum berdasarkan contoh yang disajikan, memiliki indikator yaitu:

Kemampuan dalam mengambil kesimpulan.

Kemampuan dalam memahami prinsip atau pola.

Kemampuan dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah.

C. Proses dan Prosedur

1. Proses Pembuatan Alat Ukur

Pada awalnya dari proses pembuatan alat ukur ini membentuk kelompok, terdapat 7 kelompok terdiri dari 7 anggota dimana setiap kelompok mendapatkan aspek dari dosen dimana aspek tersebut diambil dari konsep teori Louis Thurstone. Saat itu kelompok saya mendapatkan aspek memori yaitu kemampuan mengingat kemampuan stimulus verbal, kemudian kelompok saya mencari landasan teori Louis Thurstone mengenai aspek memori dimana didalam teori tersebut kelompok kami mendapatkan indikator-indikator dalam aspek memori. Setelah kelompok saya menemukan indikator apa saja dalam aspek memori kelompok saya membuat gambar tentang soalnya yang akan dibuat kemudian kelompok saya membuat soal aspek memori dengan stimulus berupa gambar yang memiliki kategori, bentuk dan kode. Pada setiap kotegori terdapat 5 bentuk dengan diberikan kode awalnya pada bentuk terdapat warna dan kode akan tetapi warna kemungkinan dapat mempersulit subyek yang nantinya akan menjawab dari soal aspek memori kemudian kelompok kami menghilangkan warna pada bentuk tersebut dan mengantikannya dengan pola-pola yang berbeda seperti pola begelombang, horisontal, vertikal dan lainya akan tetapi kelompok saya mendapatkan masukan bahwa tingkat kesukaran pada soal tersebut lumayan susah sehingga keputusan terakhir dari kelompok kami yaitu pada aspek memori terdapat kategori, bentuk dan kode. Kemudian setelah soal aspek memori terselesaikan kelompok saya mengerjakan untuk hasil skoring. Pada soal aspek memori telah memiliki instruksi yang cukup jelas bahwa sebelum mengerjakan soal terlebih dahulu untuk menghafalkan dari setiap kategori, bentuk dan kode kemudian setelah mengingat subyek diminta untuk menjawab soal yang memili hubungan dengan kategori, bentuk dan kode sebelumnya yang telah dihafalkan. Setelah kelompok saya yakin dengan soal aspek memori kelompok saya mempersentasikan hasil soalnya yang telah dibuat dan setiap anggota yang lainnya juga mempersentasikan hasil soal dari setiap aspek yang telah dibagikan. Ketika semua soal dari setiap aspek telah dipesentasikan kemudian dari setiap aspek reasoning, spasial, numerik, memori, verbal comprehension, kefasihan kata, dan perseptual speed dijadikan satu dalam bentuk soal intelegensi yang nantinya akan di try out pada kelas lain yang mengikuti mata kuliah konstruksi alat ukur psikologi.

Dari alat ukur yang dibuat oleh kelas saya Psikologi B 2012 di try out pada Psikologi E 2012 dengan jumlah 33 subyek. Setelah alat ukur diujikan atau try out pada Psikologi E 2012, alat ukur tersebut dibawa kembali ke kelas saya kemudian dari setiap kelompok pada kelas saya mengambil kembali alat ukur yang dibuat sesuai dengan aspek yang didapatkan. Kelompok saya mengambil alat ukur dari aspek memori dan kemudian mengkoreksi dan mengskoring dari hasil jawaban atau respon yang telah diberikan dari 33 subyek Psikologi E 2012, setelah mengkoreksi dan mengskoring kelompok kami menguji validitas dan reliabilitas dari setiap item yang dibuat. Dari semua item yang telah diujikan ada 3 item yang tidak valid dan 7 item yang valid sedangkan untuk aspek memori telah reliabilitas dengan nilai