Laporan Pl 09 Demam Tifoid

download Laporan Pl 09 Demam Tifoid

of 54

description

praktek lapangan tipoid

Transcript of Laporan Pl 09 Demam Tifoid

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK LAPANGAN

BLOK CHEM III

DESKRIPSI FAKTOR RISIKO PENDERITA

DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I SOKARAJA

Disusun oleh :

Kelompok I

Tiara Melodi M

G1A009001Apsopela SandiveraG1A009007Muarif

G1A009013

Andika Khalifah AG1A009029

Gita Ika Irsatika

G1A009030

Bunga Wiharning S.PG1A009060

Noviana

G1A009083

Dhyaksa Cahya PG1A009088

Suryo Adi Kusumo BG1A009094

Selly Marchella PG1A009104

Devy Destriana

G1A009116

R. Caesar R.P.WK1A005027

JURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

JANUARI 2011LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK LAPANGAN

COMMUNITY HEALTH ANALYSIS DESKRIPSI FAKTOR RISIKO DEMAM TIFOID

DI PUSKESMAS I SOKARAJA

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari

Proses Pembelajaran Blok CHEM III

Jurusan Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh :

Kelompok I

Tiara Melodi M

G1A009001Apsopela SandiveraG1A009007

Muarif

G1A009013

Andika Khalifah AG1A009029

Gita Ika IrsartikaG1A009030

Bunga Wirhaning S.PG1A009060

Noviana

G1A009083

Dhyaksa Cahya PG1A009088

Suryo Adi Kusumo BG1A009094

Selly Marchella PG1A009104

Devy Destriana

G1A009116

R. Caesar R.P.WK1A005027

Disetujui untuk Dipresentasikan

Tanggal, Januari 2011

Mengetahui,

Kepala PuskesmasDosen Pembimbing Fakultas

Dr. Sugeng RahadiDr. Joko Setyono, M. Sc

NIP. 19601028.198912.1.001NIP. 19720719.200212.1.001

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada negara tropis seperti Indonesia khusunya Banyumas, banyak sekali penyakit yang bermunculan di dalam masyarakat, baik itu penyakit yang mematikan ataupun tidak, menular ataupun tidak. Bahkan kasus-kasus yang terjadi banyak yang menjadi kendala yang cukup membuat warga risau karena demam tifoid mudah menular bahkan untuk data epidemiologi di Indonesia angka kejadian penyakit demam tifoid cukup tinggi yaitu 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kami ingin mengadakan penelitian pada salah satu wilayah yang ada di Banyumas, yaitu di Sokaraja khususnya wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja.a. Epidemiologi tifoid secara global

Demam tifoid merupakan permasalahan kesehatan penting di banyak negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah, terutama pada daerah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin.

b. Epidemiologi demam tifoid secara nasional

Demam tifoid dan paratifoid endemik di Indonsia. Penyakit Typhus atau Demam Tifoid yang bisa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya. Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak. Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air yang tercemar S.typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan tersering di daerah nonendemik.

Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak 5- 9 tahun.

Di Sulawesi Selatan, Indonesia. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini endemik diseluruh daerah di provinsi ini dan merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan, typhoid merupakan penyebab terpenting terjadinya septisemia terkait komunitas, dengan insiden rate yang dilaporkan melebihi 2500/100.000 penduduk. Situasi penyakit Typhus (demam typhoid) di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 sebanyak 16.478 kasus, dengan kematian sebanyak 6 orang (CFR=1%). Berdasarkan laporan yang di terima oleh Subdin P2 & PL Dinkes Prov. Sulsel dari beberapa kabupaten yang menunjukkan kasus tertinggi yakni Kota Parepare, Kota Makassar, Kota Palopo, Kab. Enrekang dan Kab. Gowa. Sedangkan untuk tahun 2006, tercatata jumlah penderita sebanyak 16.909 dengan kematian sebanyak 11 orang (CFR=0,07%) dan sebaran kasus tertinggi di Kab. Gowa, Kab. Enrekang, Kota Makassar dan Kota Parepare.

Pada tahun 2007 tercatat jumlah penderita sebanyak 16.552 dengan kematian sebanyak 5 orang (CFR=0,03 %) dengan sebaran kasus tertinggi di Kab.Gowa, Kab.Enrekang dan Kota Makassar. Penyakit typhus berdasarkan Riskesdas tahun 2007 secara nasional di Sulawesi Selatan, penyakit typhus tersebar di semua umur dan cenderung lebih tinggi pada umur dewasa. Prevalensi klinis banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah yaitu 1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%.

Dari data program tahun 2008 penyakit typhus tercatat jumlah penderita sebanyak 20.088 dengan kematian sebanyak 3 orang, masing-masing Kab. Gowa (1 orang) dan Barru (2 orang) atau CFR= 0,01 %. Insiden Rate (IR=0.28%) yaitu tertinggi di Kab.Gowa yaitu 2.391 kasus dan terendah di Kab. Luwu yaitu 94 kasus, tertinggi pada umur 15-44 tahun) sebanyak 15.212 kasusHasil pencarian data kesehatan di Puskesmas I Sokaraja, diketahui bahwa kasus demam tifoid yang menempati urutan pertama merupakan penyakit yang dinyatakan tinggi khusunya pada bagian rawat inap. Data yang kami ambil dimulai dari bulan desember 2010 januari 2011. Demam tifoid menyerang segala usia, tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga menyerang remaja dan anak-anak. Meskipun begitu, dari hasil pencarian data yang kami lakukan, tidak diketemukan kasus demam tifoid yang sampai menimbulkan kematian. Hal itu mungkin bisa terjadi karena, kebanyakan dari responden yang kami wawancarai selalu bertindak tanggap. Mereka langsung memeriksakan diri mereka kepada petugas kesehatan desa/kecamatan bila ada tanda tanda dan gejala yang muncul, seperti demam.

Fakta-fakta tentang demam tifoid yang disebutkan di atas, membuat prihatin kalangan dari dunia kesehatan, salah satunya mahasiswa kedokteran UNSOED tahun angkatan 2009. Kami melakukan tinjauan ke beberapa rumah warga untuk mengetahui deskripsi faktor-faktor yang diduga berisiko untuk terjadinya demam tifoid di Sokaraja. Untuk itu, kami membuat kuesioner yang nantinya akan dianalisis secara deksriptif guna mengetahui faktor-faktor tersebut.

Dalam penelitian ini kami mengamati + 37 responden. Pada setiap responden dilakukan identifikasi. Setelah itu kami memastikan bahwa pasien pernah mengidap penyakit demam tifoid melalui beberapa pertanyaan tentang gejala yang dialami. Selanjutnya kami melakukan observasi dan wawancara terhadap responden dan lingkungannya. Melalui kegiatan yang kami lakukan ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas kesehatan mereka. Di samping itu, kegiatan ini dapat menjadi pembelajaran bagi kami. B. Tujuan

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang diduga berisiko penyakit demam tifoid, baik dari faktor perilaku maupun lingkungan dengan menekankan pada aplikasi prinsip-prinsip epidemiologi dan biostatistik.

2. Mengidentifikasi rute transmisi dan pemajanan sehubungan dengan terjadinya penyakit demam tifoid di wilayah pedesaan.

3. Menginformasikan tentang penyakit demam tifoid dan penyebabnya, serta cara pencegahan dan pengobatan demam tifoid.4. Menginformasikan warga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga dapat menurunkan angka kejadian demam tifoid.C. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko utama penyakit demam tifoid.

2. Mahasiswa dapat mengetahui rute transmisi dan pemajanan penyakit demam tifoid sehingga diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan preventif.

3. Warga dapat mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berhubungan tentang penyakit demam tifoid serta dapat menerapkan cara-cara pencegahan demam tifoid dalam kehidupan sehari-hari.4. Warga dapat mengetahui tindakan pertama yang harus diberikan pada penderita demam tifoid.

5. Warga dapat ikut serta dalam program-program pelayanan kesehatan selain itu juga warga bisa peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar mereka.6. Puskesmas dapat mengetahui faktor resiko penyebab terjadinya demam tifoid yang ada di wilayah Sokaraja.

7. Puskesmas bisa melakukan intervensi untuk mencegah terjadinya demam tifoid.BAB II

ANALISIS SITUASIA. Deskripsi situasi dan kondisi Puskesmas dan wilayah kerjanya

1. Keadaan Geografi

Puskesmas I Sokaraja berada di wilayah Kecamatan Sokaraja. Wilayah Puskesmas I Sokaraja meliputi 10 desa dari 18 desa yang ada di Kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29,92 km2 dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 140 600 M.

Sedangkan Wilayah Kecamatan Sokaraja dibatasi oleh :

Di sebelah Utara:Desa Kembaran

Di sebelah Selatan:Kecamatan Kalibagor

Di sebelah Timur:Kabupaten Purbalingga

Di sebelah Barat:Kecamatan Purwokerto Timur

Penggunaan lahan di Wilayah Kecamatan Sokaraja dapat dirinci sebagai berikut:

Tanah sawah:3.129,871 Ha

Tanah pekarangan:1.317,227 Ha

Tanah perkebunan:733.752 Ha

Kolam:28.484 Ha

Lain-lain:73 Ha

2. Wilayah kerja

Desa-desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja adalah :

a. Desa Kalikidang

b. Desa Karang Kedawung

c. Desa Karang Nanas

d. Desa Karangrau

e. Desa Pamijen

f. Desa Sokaraja Kidul

g. Desa Sokaraja Kulon

h. Desa Sokaraja Tengah

i. Desa Sokaraja Wetan

j. Desa Wiradadi

3. Keadaan demografi

a. Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data dari Kecamatan Sokaraja pada akhir tahun 2009, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja sebesar 49.918 jiwa yang terdiri dari 24.801 laki-laki (49,68 %) dan 25.117 perempuan (50,32 %) tergabung dalam 14.189 rumah tangga / KK. Jumlah penduduk tertinggi di desa Karang Nanas sebesar 7.825 jiwa sedangkan terendah di desa Karang Kedawung sebesar 2.525 jiwa.b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Golongan UmurGolongan umur (th)Laki lakiPerempuanJumlahPersentase

1

2

3

4

5

60 1

2 4

5 14

1521

22 59

60 tahun ke atas550

1.445

4.050

3.197

13.036

2.052558

1.519

3.710

3.221

13.202

2.0831108

2.964

7.760

6.418

26.068

4.1351,72 %

6,13 %

16,1%

13,32%

54,1%

8,58%

Jumlah penduduk menurut golongan umur 22 - 59 tahun adalah jumlah penduduk tertinggi yaitu sebesar 26.068 jiwa atau sebesar 54,1 % (Tabel.1).

c. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah bervariasi. Desa terpadat penduduknya adalah desa Wiradadi dengan tingkat kepadatan sebesar 6.524 jiwa setiap kilometer persegi, sedangkan tingkat kepadatan paling rendah adalah desa Karang Kedawung yaitu sebesar 1.558 jiwa setiap kilometer persegi.B. Program Kesehatan Puskesmas I Sokaraja

Tujuan pembangunan kesehatan adalah menuju Indonesia Sehat 2010, sebagai visi pembangunan kesehatan saat ini yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Mengacu pada tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Banyumas telah menetapkan beberapa program pokok pembangunan kesehatan yang dituangkan dalam Peraturan daerah Kabupaten Banyumas Nomor 2 tahun 2001 Tentang Program Pembangunan Daerah (PROPERDA) Kabupaten Banyumas tahun 2006 2010 yaitu: Pembangunan di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial diarahkan pada masih rendahnya derajat kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Banyumas.

Guna mendukung Visi Kabupaten Banyumas yaitu BANYUMAS DALAM KEMANDIRIAN serta Visi dari Dinas Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Banyumas yaitu BANYUMAS SEHAT DAN SEJAHTERA DALAM KEMANDIRIAN maka Visi dan Misi Puskesmas I Sokaraja adalah:1. Visi, Misi dan Faktor Kunci Keberhasilan

a. Visi

Dalam rangka menunjang pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas sebagaimana yang tertuang dalam Visi dan Misi DKK maka Visi dari Puskesmas I Sokaraja adalah:

UNGGUL DALAM PELAYANAN DAN DIMINATI OLEH SELURUH LAPISAN MASYARAKAT DI KECAMATAN SOKARAJA DAN SEKITARNYA.

b. Misi

Untuk mencapai visi tersebut maka Puskesmas I Sokaraja mengambil langkah-langkah yang harus dijalankan sebagai Misi dari Puskesmas Sokaraja I yaitu :

a. Memberikan pelayanan yang prima dan dijalankan oleh tenaga profesional

b. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, aman, rapi dan indah

c. Meningkatkan fasilitas dan sarana untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan

d. Meningkatkan sistem informasi manajemen untuk meningkatkan mutu pelayanan.

c. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan

a. Paradigma sehat dapat mendorong terwujudnya pembangunan berwawasan kesehatan

b. Kesehatan dan kesejahteraan sosial merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat

c. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam menangani masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial seiring dengan meningkatnya taraf pendidikan dan taraf hidup masyarakat

d. Pada dasarnya orang atau masyarakat membutuhkan perubahan ke arah yang lebih baik dan mau berubah.

e. Semua karyawan di lingkungan Puskesmas Sokaraja I mempunyai kemampuan dan kemauan yang baik untuk melaksanakan tugas pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan profesinya masing-masing.

f. Bekerja dengan motivasi dan integritas yang tinggi, jujur, disiplin dan dilandasi sebagai ibadah sesuai dengan filosofi dari Puskesmas I Sokaraja.

C. Pencapaian Program Kesehatan Puskesmas I Sokaraja

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas pada umumnya, dan di wilayah Puskesmas I Sokaraja khususnya diarahkan pada masih rendahnya derajat kesehatan, status gizi dan kesejahteraan sosial. Maka pembangunan kesehatan diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat melalui perbaikan gizi, kebersihan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Pembangunan kesehatan di Wilayah Puskesmas I Sokaraja yang telah dilaksanakan sampai saat ini sebagian besar dapat dikatakan berhasil yang ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi, kematian ibu serta makin sadarnya masyarakat Sokaraja akan arti pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Hasil-hasil yang dicapai pada pembangunan kesehatan di Wilayah Puskesmas I Sokaraja dapat dilihat dari indikator-indikator di bidang derajat kesehatan, perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan.1. Derajat Kesehatan Masyarakat

a. Angka Kesakitan

Penyakit Menular yang diamati DBD

Jumlah kasus DBD yang ditemukan di Wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak 73 kasus atau sebesar 146.24 per 100.000 penduduk.

Malaria

Jumlah kasus malaria positif yang ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja tahun 2009 sebanyak 1 kasus. Sedangkan untuk jumlah malaria klinis yang ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2009 sebanyak 8 kasus atau sebesar 16 per 100.000 penduduk.

TB Paru

Jumlah kasus penderita TB Paru Positif di Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2009 sebanyak 39 kasus atau sebesar 78.12 per 100.000 penduduk.

Hepatitis

Kasus hepatitis tidak ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2009.

b. Angka Kematian

a) Angka Kematian Bayi

Jumlah bayi lahir mati di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2009 sebanyak 6 bayi.

b) Angka Kematian Ibu Melahirkan Maternal

Jumlah abgka kematian di wilayah Puskesmas I Sokaraja tahun 2009 sebanyak 1 orang atau sebesar 0,09 % dari jumlah ibu yang melahirkan.c) Status Gizi

Dari jumlah bayi yang lahir pada tahun 2009 sebanyak 1108 dan ditemukan bayi lahir hidup dengan Berat Badan Lahir Rendah 42 bayi.

d) Status Gizi Balita

Pada tahun 2009 jumlah balita yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak 4.128 balita. Balita yang datang untuk ditimbang adalah sebanyak 3.153 orang atau sebesar 76,40%. Untuk Balita yang naik berat badannya sebanyak 2.310 orang atau sebesar 73,26 % dari balita yang ditimbang. Sedangkan untuk balita bawah garis merah/BGM sebanyak 0 atau 0%.2. Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat di bidang kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan angka kematian bayi, balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.

a. Desa yang melaksanakan PHBS

Dari jumlah 14.189 rumah tangga yang ada, rumah tangga yang dipantau pada tahun 2009 sebanyak 1.963 rumah tangga yang ber PHBS strata pratama sebanyak 2 rumah tangga (1%), strata Madya sebanyak 283 rumah tangga (14,42%), strata utama sebanyak 1.634 (83,24%) dan strata paripurna sebanyak 44 rumah tangga (2,24%).

b. Posyandu

Di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat 96 buah Posyandu, adapun menurut tingkat perkembangan Posyandu, terdapat 31 posyandu pratama atau sebesar 32,29%. Untuk Posyandu Madya sebanyak 40 posyandu atau sebesar 41,67%. Sebanyak 12 posyandu dinyatakan sebagai posyandu Paripurna atau sebesar 12,50%. Sisanya sebanyak 13 posyandu dinyatakan sebagai posyandu Mandiri atau sebesar 13,54%.3. Penduduk Yang Menggunakan Sarana Kesehatan

Dari jumlah penduduk sebanyak 49.918 orang yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di puskesmas pada tahun 2009 adalah yang berobat rawat jalan sebanyak 16.971 orang (35,53%) kunjungan baru, sedangkan kunjungan lama adalah 25.456 orang (53,29%) dari total kunjungan sebesar 47.762 orang.

Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2009 adalah 1.679 orang dengan hari perawatan 5.335 hari atau 3,36 %.4. Kesehatan Lingkungan

Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat kesehatan di samping perilaku dari masyarakat itu sendiri sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat.

BAB IIIIDENTIFIKASI MASALAH DAN PRIORITAS MASALAH

A. Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien Rawat Inap Puskesmas I Sokaraja

1. Demam Tifoid2. ISPA3. Dyspepsia

4. Hipertensi5. Demam tifoid6. Myalgia

7. Periodentosis

8. Penyakit degeneratif9. Alergi10. Asthma

(Sumber dari Puskesmas 1 Sokaraja)B. Alasan Memilih Kasus Demam Tifoid

Demam Tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Salmonella Typhii yang bisa terbawa oleh makanan, air, maupun lalat. Oleh karena itu penyakit ini sangat mudah ditularkan dan termasuk 10 katagori penyakit terbanyak di Puskesmas 1 Sokaraja. Hal ini juga didukung oleh keadaan lingkungan maupun perilaku dari masyarakat itu sendiri. Hasil pencarian data yang kami dapatkan kasus cukup besar, ternyata ada 40 kasus tifoid dalam dua bulan terakhir (periode Desember 2010 - Januari 2011).

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam tifoid ( enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut yang bisaanya mengenaI saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran yang disebabkan oleh Salmonella Typhii.

B. Penyebab Demam Tifoid

Masuknya kuman Salmonella typhii dan Salmonella parathypi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi oleh kuman. Sebagian dimusnahkan di dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus selanjutnya berkembang biak. Bila respons imunitas humoral mukosa usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di sini, kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Kuman hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke kelenjar getah bening. Dari duktus thorasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah mengakibatkan bakterimia pertama yang asimptomatik, dan menyebar ke seluruh organ tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini, kuman akan meninggalkan sel-sel fagosit dan akan berkembang biak di luar sel dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.

Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak dan bersama cairan empedu dieksresikan ke dalam lumen usus. Sebagian kuman akan dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi akan mengikuti siklus yang sama seperti di atas hingga akan menimbulkan mediator inflamasi yang akan menimbulkan gejala seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, dan koagulasi.

C. Epidemiologi

Penyakit demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam udnang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan bisaanya terkait dengan sanitasi lingkungan, di daerah rural (Jawa Barat) terdapat 157 kasus per 100.00 penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 kasus per 100.00 penduduk. Perbedaan angka insidens di perkotaan berhubungan erat dengan tersedianya air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.

D. Gejala Demam Tifoid

Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul bervariasi dari ringan sampai berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu :

1. Demam

2. Nyeri kepala

3. Pusing

4. Nyeri otot

5. Anoreksia

6. Mual

7. Muntah

8. Sakit perut

9. Epistaksis

Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan yang meningkat. Sifat dari demam pada penyakit tifoid adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia, lidah berselaput, hepatomegali, splenomegali.

E. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan rutin

Pemeriksaan darah perifer bisa didapatkan leukopenia namun tak jarang pula didapatkan kadar leukosit normal atau leukositosis.

2. Uji Widal

Uji ini dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S. Thphi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman dengan antibody yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspense Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :

a. Aglutinin O (dari tubuh kuman)b. Aglutinin H (flagella kuman)

c. Aglutinin Vi (simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini.

3. Kultur Darah

Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil biakan yang negative tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Telah mendapat terapi antibiotikb. Volume darah yang kurang

c. Riwayat vaksinasi

d. Saat pengambilan darah pada minggu pertama, pada saat Aglutinin meningkatF. Pencegahan

Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%, namun vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).

Hindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan dan pilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas. Faktor-faktor lain yang mendukung terjadinya demam tifoid :

1. Sikap Hidup Sehat

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutu terhadap suatu stimulus/obyek. Dalam hal ini sikap hidup bersih digambarkan pada seseorang yang apabila ia rajin dan senang akan kebersihan, dan cepat tanggap dalam masalah maka akan melaksanakan PSN secara teratur dan mengurangi resiko ketularan penyakit demam tifoid. Menurut Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara penanggulangan yang baik dan benar. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat.. Tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan, pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan kesehatan.

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dan sikap adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus merupakan overt behavior. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Rogers (1974) yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Kesadaran (awarness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek.

b. Merasa tertarik (Interest), dimana orang tersebut merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek mulai timbul.

c. Menimbang- nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah terbentuk lebih baik lagi.

d. Mencoba (Trial), dimana subjek mulai mencoba melakuakan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Meniru (Adoption), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

G. Differensial Diagnosisa. Demam Berdarahb. Demam tifoidH. Pengobatan

Tirah baring selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Kloramfenikol tidak bisa diberikan bila jumlah leukosit < 2000 ul. Bila pasien alergi, dapat diberikan golongan penisilin atau kotrimoksazol. Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.I. Komplikasia. Perdarahanb. Peronitisc. Pneumoniad. Osteomyelitise. MeningitisBAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktik Lapangan

1. IDENTITAS RESPONDEN

a. Jenis Kelamin

Gambar 1. Grafik Jenis Kelamin Responden.Respoden yang berhasil diperoleh adalah 49% perempuan dan 51% laki-laki. Variabel jenis kelamin hanya digunakan untuk pengelompokan saja.b. Usia Gambar 2. Garfik Usia Responden.Usia responden yang didapatkan adalah 1 orang berusia 10 tahun, 14 orang berusia 30 tahun, 17 orang berusia 50 tahun, 2 orang berusia > 50 tahun dan 3 orang yang usianya tidak diketahui. Variabel usia ini juga hanya digunakan untuk pengelompokan saja sehingga lebih memudahkan kami dalam mengelompokan data.c. Pendidikan Terakhir

Gambar 3. Grafik Pendidikan Terakhir Responden.Status tingkat pendidikan responden ini dapat dijadikan indikator seberapa jauh pengetahuannya tentang Demam Tifoid. Tingkat pendidikan responden yang kami dapatkan adalah tidak lulus SD sebanyak 8 orang, lulus SD 11 orang, lulus SMP 7 orang, lulus SMA 8 orang, lulus akademi/PT 2 orang dan responden yang masih SD 1 orang. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara penanggulangan yang baik dan benar.d. Status Perkawinan

Tabel 1. Status Perkawinan Responden.StatusJumlah

Kawin26

Tidak kawin11

Cerai -

Janda/duda -

Pada status perkawinan disapatkan hasil 70% dari responden yang sudah kawin dan 30% tidak kawin.e. PekerjaanTabel 2. Pekerjaan Responden.Pekerjaan Jumlah

PNS-

Swasta8

Buruh17

Pelajar5

Tidak kerja5

Tidak diketahui2

Pada pekerjaan, sebagian besar responden bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 17 orang, kemudian 8 orang swasta, 5 orang yang berstatus pelajar, 5 orang tidak bekerja dan 2 orang yang tidak diketahui pekerjaannya.f. PenghasilanTabel 3. Penghasilan Responden.Penghasilan/bulanJumlah

< 750.00023

750.000 1.500.00010

1.500.000 4.500.000-

4.500.0 -6.000.000-

> 6.000.000-

Tidak berpenghasilan4

Penghasilan responden pada umumnya adalah < 750.000 yaitu sebanyak 23 orang, 10 orang sebanyak 750.000 1.500.000 dan 4 orang tidak berpenghasilan.2. PENGETAHUAN DASAR PENYAKIT

Pertanyaan yang ditanyakan pada responden tentang pengetahuan dasar penyakit adalah :a. Apakah anda mengetahui mengenai demam tifoid (typhus) ?b. Menurut anda, bagaimana gejala penyakit demam tifoid (typhus) ?c. Menurut anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam tifoid (typhus) ?

d. Menurut anda, apakah penyebab timbulnya penyakit demam tifoid (typhus) ?e. Perlukah anda memeriksakan diri jika mengalami Demam sampai 7hari ?

f. Jika anda atau keluarga anda mengalami gejala demam , apa yang harus dilakukan pertama kali ?

g. Menurut Anda, apakah demam tifoid (typhus) dapat dicegah?

h. Menurut Anda, apakah demam tifoid (typhus) termasuk penyakit berbahaya?

Dengan indikator penilaian sebagai berikut :

a. Baik = 13 18

b. Cukup = 7 12

c. Kurang = 0 6

Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden, didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut :

a. Baik = 1

b. Cukup = 24

c. Kurang = 12

Gambar 4. Grafik Pengetahuan Dasar Penyakit Responden.Dari beberapa pertanyaan yang kami tanyakan kepada responden, didapatkan hasil bahwa pengetahun mengenai demam tifoid dari rata-rata semua responden yang sudah dilakukan wawancara masih dalam batas cukup. Responden mengetahui sedikit banyak tentang demam tifoid itu sendiri. 3. PERILAKU SEHAT

a. Apakah terdapat jamban di rumah anda?b. Apakah anda buang air besar di jamban?c. Jika tidak dimana tempat anda untuk buang air besar?d. Apakah anda selalu membersihkan jamban?

e. Jika ya, berapa kali anda membersihkan jamban di dalam rumah sebulan terakhir ini?

f. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar?

g. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan?h. Apakah anda mencuci tangan setelah beraktivitas (setelah bekerja)?

i. Apakah anda mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir?

j. Apakah anda mencuci bahan makanan (misal : sayuran, buah-buahan, dsb) dengan air mengalir?

k. Dimana anda mencuci bahan makanan?

l. Apakah anda sering membeli makanan di pinggir jalan?

m. Apakah anda menggunakan peralatan makan (sendok, garpu) setiap makan?

n. Apakah anda mencuci alat-alat makan dan alat-alat masak dengan air mengalir ?

o. Dimana anda mencuci alat-alat makan dan alat-alat masak? p. Dimana anda menyimpan makanan ketika tidak dimakan?

Dengan indikator penilaian sebagai berikut :a. Baik = 21 - 30

b. Cukup = 11 - 20

c. Kurang = 0 - 10

Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden, didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut :

a. Baik = 12

b. Cukup = 16

c. Kurang = 9

Gambar 4. Grafik Perilaku Sehat Responden.Perilaku hidup bersih dan sehat responden masih dalam batas cukup.4. GIZI

Jika Responden Bayi

a. Apakah anak anda diberi ASI selama 6 bulan kelahiran ?

b. Apakah setelah 6 bulan pemberian ASI anak Bapak/Ibu diberi makanan pengganti ?

c. Makanan pengganti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak ?

d. Apakah air minum yang Bapak/Ibu di masak sampai matang ?

Jika Responden Dewasa

e. Apakah anda mengkonsumsi alkohol ?

f. Apakah anda mengkonsumsi rokok ?

g. Makanan bergizi dapat mempercepat penyembuhan penyakit typhus, bagaimana pendapat anda ?

h. Apabila salah satu dari keluarga anda ada yang terkena typhus, makanan seperti apa yang akan anda berikan ?

Dengan indikator penilaian sebagai berikut :a. Baik = 9 - 12

b. Cukup = 5 - 8

c. Kurang = 0 - 4

Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden, didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut :

a. Baik = 24

b. Cukup = 12

c. Kurang = 1

Gambar 5. Gambar Gizi Pada Orang Dewasa.Gizi responden pada umumnya cukup, dilihat dar kebiasaan responden yang tidak merokok dan minum alkohol serta mengetahui makanan bergizi yang bagaimana yang seharusnya didapatkan. 5. LINGKUNGAN

a. Apakah terdapat jamban di rumah?

b. Jika punya, bentuk jamban bagaimana?

c. Apa sumber air minum yang digunakan?

d. Jika menggunakan sumur atau air ledeng, berapakah jarak dari sungai atau septitank?

e. Apakah mempunyai hewan ternak?

f. Jika ada hewan ternak, letak kandang dimana?

g. Bagaimana pembuangan kotoran ternak?

h. Jarak tempat pembuangan kotoran dengan sumber air minum?

i. Apakah sumber air bersih yang digunakan sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?

j. Apakah tersedia fasilitas tempat pembuangan sampah yang ideal?

Dengan indikator penilaian sebagai berikut :a. Baik = 9 - 12

b. Cukup = 5 - 8

c. Buruk = 0 - 4

Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden, didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut :

a. Baik = 16

b. Cukup = 20

c. Kurang = 1

Gambar 6. Grafik Lingkungan Responden.Dari beberapa pertanyaan yang ditanyakan kepada responden, didapatkan hasil bahwa sebagian besar lingkungan responden adalah cukup terlepas dari bagaimana keadaan rumah responden.6. SIKAP DALAM MENANGGAPI DEMAM TYPOID

a. Menurut anda, apakah demam tifoid (typhus) merupakan penyakit yang berbahaya atau tidak?

b. Pencegahan lebih baik daripada mengobati, menurut anda?

c. Tindakan pencegahan apa yang anda ketahui untuk mencegah demam tifoid (typhus)? (boleh lebih dari 1 dan pilih beruntutan menurut prioritas)

d. Jika seseorang menderita demam tifoid (typhus), penyakit tersebut perlu diobati, bagaimana dengan pendapat anda?

Dengan indikator penilaian sebagai berikut :a. Baik = 13 - 18

b. Cukup = 7 - 12

c. Buruk = 0 - 6

Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden, didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut :

a. Baik = 16

b. Cukup = 17

c. Kurang = 4 Gambar 7. Grafik Sikap Responden Dalam Menanggapi Demam TifoidSikap responden dalam menanggapi demam tifoid sudah cukup baik. Responden mengetahui bahwa tindakan pencegahan lebih baik daripada mengobati.7. SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN

a. Apakah petugas berikut pernah melakukan kunjungan?

b. Apakah petugas yang datang kesini memberikan penyuluhan?

c. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang demam tifoid (typhus)?

d. Apakah materi yang diinformasikan ketika penyuluhan?

e. Apakah anda mengatahui tentang pemeriksaan bakteri pada sumber air rumah tangga?

f. Apakah petugas kesehatan setempat pernah melakukan pemeriksaan bakteri pada sumber air minum di desa ini?

g. Apakah pernah terjadi kejadian luar bisaa di desa ini?

h. Jika ya, apa yang dilakukan petugas kesehatan?

i. Apakah ada sosialisasi mengenai pengamanan sungai dari limbah (sabun, kotoran, BAB, sampah)?

j. Jika ya, apa bentuk nyata yang telah dilakukan? Sebutkan!1. Melakukan kegiatan pembersihan selokan.

2. Melakukan kegiatan penyuluhan.

k. Apa pesan Anda untuk menanggulangi demam tifoid (typhus) di desa ini ?

1. Penyuluhan kesehatan

2. Pengobatan gratis

3. Tingkatkan pelayanan kesehatan

4. Perbanyak Jamkesmas

5. Sosialisasi

6. Hati-hati jangan terjadi lagi

7. Gotong Royong

Dengan indikator penilaian sebagai berikut :a. Baik = 21 - 30

b. Cukup = 11 - 20

c. Buruk = 0 - 10

Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden, didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut :

a. Baik = 3

b. Cukup = 2

c. Kurang = 32

Gambar 8. Grafik Sarana Pendukung Pelayanan KesehatanSarana pendukung pelayanan kesehatan untuk responden masih kurang karena masih sedikit berbagai kegiatan dari pelayanan kesehatan yang langsung ke responden.A. Pembahasan hasil.

Dari kuesioner digunakan beberapa variabel yang berhubungan dengan faktor risiko terjadinya demam tifoid di Sokaraja. Variabel-variabel yang digunakan antara lain adalah:

1. Usia

Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa usia di atas 20 tahun sampai dengan 50 tahun lebih banyak yang terkena demam tifoid. Sedangkan untuk bayi dan balita hasilnya rendah. Dalam hal ini usia berperan dalam banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh seseorang. Dari usia di atas 20 tahun sampai dengan usia 50 tahun lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah sehingga mereka lebih sering membeli makanan diluar rumah yang tidak terjaga hygiene makanannya. Kemudian dari responden yang berusia 20 tahun sampai 50 tahun yang sudah bekerja, nantinya faktor pekerjaannya juga bisa berpengaruh pada faktor risiko untuk menderita demam tifoid.

Usia merupakan karakter yang memiliki pengaruh besar karena merupakan determinan perbedaan yang paling signifikan. Para ahli dari berbagai bidang telah lama menyadari pengaruh perbedaan usia pada manusia. Penyakit dan kondisi pada usia tua berbeda dengan penyakit dan kondisi yang terjadi pada usia muda. Levinson, dalam studi longitudinal yang dilakukannya, mengidentifikasi adanya masa transisi atau (peralihan) dalam suatu rentang kehidupan. Menurut Timmreck, Baza dan Mitchell dalam penelitian tentang rentang masa kerja mengidentifikasi periode dengan derajat stress tinggi dan periode dengan derajat stress rendah pada beragam tingkatan usia dalam masa kerja seorang individu. Pada penelitian tersebut, ditemukan periode usia yang derajat stressnya sangat tinggi. Bayi dan balita mempunyai tingkatan stress lebih tinggi karena dalam usia tersebut terjadi banyak proses adaptasi, sehingga tingkat kerentanan terhadap suatu penyakit lebih tinggi. Selain itu pada bayi dan balita memiliki sistem imun yang rendah, hal ini disebabkan organ tubuhnya yang belum matur. Begitu pula dengan lansia, tingkatan stress yang dimiliki juga lebih tinggi, karena mereka sudah tidak produktif lagi. Sistem imun yang dimilikinya pun lebih rendah karena organ tubuh telah mengalami degenerasi.

2. Jenis kelamin

Dari data yang kami dapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan hal ini dikarenakan baik laki-laki maupun perempuan memiliki faktor risiko yang sama untuk menderita demam tifoid.3. Pekerjaan

Dari hasil pengamatan, banyak responden yang menderita penyakit demam tifoid bekerja sebagai buruh, menyusul pekerja swasta, kejadian ini diduga dikarenakan faktor sanitasi yang buruk di lingkungan kerja, yang sebagian besar responden bekerja sebagai buruh pabrik. Dari faktor pekerjaan ini bisa berhubungan dengan faktor penghasilan yang didapat perbulannya.

Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, yaitu:a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dsb.

b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).

c. Ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan.

d. Karena berkerumun dalam satu tempat yang relative sempit, maka dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.4. Pendapatan

Dari data yang kami dapatkan, kebanyakan responden yang kami kunjungi mempunyai penghasilan kurang dari Rp.750.000,00. Ini akan berpengaruh terhadap kebiasaan hidup dan daya beli makanan. Sehingga kemungkinan asupan gizi yang diperlukan oleh responden tidak bisa terpenuhi, sehingga akhirnya akan mudah sekali terkena demam tifoid.

Selain itu, dari penghasilan yang tergolong rendah juga tidak dapat menciptakan sebuah lingkungan yang sanitasinya baik. Bisa dilihat dari rumahnya yang terbuat dari kayu atau bambu serta lantai yang masih tanah sehingga rentan sekali untuk terjadinya berbagai macam penyakit yang diakibatkan karena sanitasi yang buruk.5. Tingkat Pendidikan

Dari hasil survei yang kami lakukan kebanyakan responden tidak lulus SD atau hanya lulus SD maupun SMP. Responden yang tingkat pendidikannya rendah akan kurang mengetahui sanitasi yang baik, serta upaya-upaya pencegahan untuk penyakit demam tifoid. Sebagian dari responden ini mengetahui sekilas tentang demam tifoid, mengetahui sekilas tentang bagaimana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) namun mereka tidak dapat atau belum mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata mereka. Dengan keterbatasan penyuluhan yang mereka dapatkan, akan membuat mereka lebih mengabaikan kebersihan dan kesehatan. Disamping itu mereka juga kurang peduli dengan adanya penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang ada di desa dan menganggap bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit biasa yang tidak berbahaya bagi kesehatan.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat.

Dari hasil di atas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang rendah lebih berisiko daripada responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi. 6. Gizi

Dari data yang kami peroleh akan kesadaran responden mengenai gizi sudah cukup baik, dibuktikan dalam pengisian kuosioner, mereka sudah mampu memilih mana hal yang perlu dilakukan/dihindari untuk menjaga kesehatan dirinya beserta anggota keluarganya supaya tidak mudah terserang penyakit khususnya penyakit demam tifoid. Tetapi untuk hanya pengukuran dari pengisian kuesioner saja tidak cukup relevan untuk menggambarkan keadaan gizi responden karena sebenarnya kebanyakan responden tahu tentang gizi yang baik tetapi kemampuan untuk membeli makanan yang sesuai gizi itu terbatas karena daya beli yang sangat rendah serta dikaitkan dengan pekerjaan yang rata-rata sebagai buruh dan penghasilan yang kebanyakan kurang dari Rp 750.000 per bulan yang didapat tidak cukup untuk membeli makanan yang bergizi sehingga mudah terserang penyakit seperti demam tifoid.7. Lingkungan

Dari hasil survei, kami mendapatkan keadaan lingkungan yang ada pada masyarakat cukup baik. Tetapi masih banyak responden yang sanitasi lingkungannya kurang baik diantaranya seperti keseharian mereka masih BAB di sungai karena belum mempunyai jamban sendiri padahal sungai itu digunakan juga oleh warga untuk mandi, mencuci bahan makanan dll. Serta dari lingkungan desa juga banyak masyarakat yang memelihara hewan ternak dengan jarak dari rumah yang kurang dari 10 meter. Kebanyakan dari mereka yang memiliki hewan ternak, hanya membiarkan kotoran hewannya begitu saja. Selain itu, hampir seluruh dari responden menggunakan sumur sebagai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari mereka, sehingga sumber air bersih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia dan hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit. Faktor-faktor lingkungan dapat mencakup aspek biologis, sosial, budaya dan terutama aspek fisik lingkungan. Sekitar tempat hidup organisme dan efek dari lingkungan terhadap organisme itu juga merupakan bagian dari lingkungan. Lingkungan dapat berada di dalam pejamu atau di luar pejamu (dalam masyarakat).8. Tingkat Pengetahuan dan Perilaku

Dari survei yang telah dilakukan pada 37 responden, mayoritas dari mereka menganggap jika ada keluhan badan pegal-pegal, yang langsung terpikir oleh mereka adalah menderita demam tifoid. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang demam tifoid cukup rendah,.

Tingkat pendidikan diduga berpengaruh pada tingkat pengetahuan, pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan kesehatan. Pengetahuan dan sikap adalah merupakan repons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus merupakan overt behavior. Berdasarkan dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih efektif daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Hal ini diperkuat oleh penelitian rogers (1974) yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:a. Kesadaran (awarness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek.

b. Merasa tertarik (Interest), dimana orang tersebut merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah terbentuk lebih baik lagi.

d. Mencoba (Trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Meniru (Adoption), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Dari faktor perilaku sebagian besar responden tidak mengerti cara pencegahan dan pengendalian penyakit demam tifoid karena dipengaruhi juga dari faktor pengetahuan mereka yang menggangap demam tifoid sebagai penyakit yang disebabkan karena makan makanan yang pedas, padahal hal itu sangat keliru. Faktor perilaku responden yang semakin memperbesar resiko untuk terkena demam tifoid itu adalah sanitasi lingkungan yang kurang baik dan kebiasaan-kebiasaan seperti mencuci bahan makanan di sungai, dll.9. Sarana pendukung pelayanan kesehatan.

Dari survei yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa sarana pendukung pelayanan kesehatan ini masih sangat kurang bagi responden. Sebagian besar dari responden belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan dari petugas pelayanan kesehatan. Hal ini sangat berpengaruh pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) responden yang nantinya juga berdampak pada kesehatan responden serta keluarga. BAB VIPENUTUPA. Kesimpulan

1. Permasalahan kesehatan terbesar yang terjadi di Puskesmas I Sokaraja adalah Demam Tifoid2. Faktor-faktor yang diduga berisiko terhadap terjadinya suspek penyakit Demam Tifoid adalah pendidikan, pengetahuan, lingkungan yang banyak terdapat tanah yang tidak dirawat serta perilaku masyarakat.

3. Gejala penyakit demam tifoid yang banyak dirasakan oleh penduduk antara lain demam sore hari, nyeri kepala, anorexia dan mual.

4. Program Hidup Sehat, merupakan program yang mutlak harus dilakukan untuk menghadapi serangan Demam Tifoid.5. Responden mengetahui tentang demam tifoid dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) namun responden belum dapat melakukannya dalam kehidupan nyata.B. Saran

1. Masyarakat hendaknya benar-benar melaksanakan kegiatan program hidup sehat, seperti mencuci tangan ketika sudah makan ataupun berak dengan menggunakan sabun2. Selalu menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan teratur.3. Warga masyarakat hendaknya saling mengingatkan untuk tetap menjaga perilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari.

4. Perlu adanya koordinasi yang baik antara dinas kesehatan (puskesmas), petugas desa (kecamatan, kelurahan, RW, RT) serta masyarakat. Dapat dilakukan melalui perkumpulan RW, RT, PKK ataupun Dasawisma di lingkungan masyarakat.DAFTAR PUSTAKAGupte, S. 2000. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara.

Simanjuntak, C H. 2000. Masalah Demam Tifoid di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, Mikrobiologi Kedokteran, P.T. Binarupa Aksara, Jakarta.

Staf pengajar FKUNDIP. 2006. Pengendalian Demam Tifoid.Sudibjo, HR, Jurnal Kedokteran YARSI, Vol.4 No. 1 Jakarta, 1996, Januari.

Sutrisno, Bambang. 1994. Pengantar Metoda Epidemiologi. Dian Rakyat: Jakarta.

Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. EGC: Jakarta.

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga : Semarang.LAMPIRAN

Lampiran 1(Kuosioner)SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

(INFORM CONSENT)

PRAKTEK LAPANGAN DI PUSKESMAS I SOKARAJA

BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT MEDICINE III

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama:

Jenis kelamin:

Tempat, tanggal lahir:

Alamat:

Bersedia menjadi responden dalam rangka pengambilan data praktek lapangan di Puskesmas I Sokaraja Kedokteran Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Surat persetujuan menjadi responden ini saya persetujui dengan ikhlas tanpa adanya unsur paksaan. Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Purwokerto, Januari 2011

Mengetahui,

Pewawancara Responden

( ) ( )

DAFTAR PERTANYAAN

Pewawancara:

Hari/tgl wawancara:

IDENTITAS RESPONDEN

No. responden:

Nama responden:

Alamat:

Kelurahan/RT/RW:

Tempat, tanggal lahir:

Pendidikan:

1. Tidak lulus SD

2. Lulus SD/sederajat

3. Lulus SMP/sederajat

4. Lulus SMA/sederajat

5. Akademi/PT

Status perkawinan

1. Kawin

2. Tidak kawin

3. Cerai

4. Janda/duda

Pekerjaan:

1. PNS

2. Swasta

3. Buruh

Penghasilan:

1. < Rp. 750.000,00

2. Rp. 750.000,00 Rp. 1.500.000,00

3. Rp. 1.500.000,00 Rp. 4.500.000,00

4. Rp. 4.500.000,00 Rp. 6.000.000,00

5. > Rp. 6.000.000,00

Petunjuk :Berilah tanda silang pada satu atau beberapa jawaban yang anda anggap benar1. PENGETAHUAN DASAR PENYAKITNo.PertanyaanJawaban

1Apakah Anda tahu mengenai demam tifoid (typhus) ?a. Ya

b. Tidak

2Menurut Anda, bagaimana gejala penyakit demam tifoid (typhus) ?a. Demam

b. Nyeri Kepala

c. Nyeri perut dan bercak bercak

d. Muntah

e. Lainnya, Sebutkan....

3Menurut Anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam tifoid (typhus) ?

a. Air yang tercemarb. Makananc. Lalat

d. Lainnya, Sebutkan.....

4Menurut Anda, apakah penyebab timbulnya penyakit demam tifoid (typhus) ?

a. Bakteri

b. Virus

c. Jamur

d. Cacing

e. Lainnya, Sebutkan.....

5Perlukah Anda memeriksakan diri jika mengalami demam sampai 7hari ?a. Ya

b. Tidak

Jika TIDAK, apa yang akan dilakukan?

a. Dibiarkan sajab. Dikompresc. Membeli obat di warungd. Lainnya,

Sebutkan.....

6Jika anda atau keluarga anda mengalami gejala demam, apa yang harus dilakukan pertama kali ?a. Minum air putih sebanyak-banyaknya

b. Mengompres

c. Datang ke puskesmas/balai kesehatand. Lainnya, sebutkan...

7Menurut Anda, apakah demam tifoid (typhus) dapat dicegah?a. Ya

b. Tidak

8Menurut Anda, apakah demam tifoid (typhus) termasuk penyakit berbahaya?a. YaMengapa ?

1. Menimbulkan kecacatan

2. Menimbulkan Kematian

3. Lainnya, Sebutkan....

b. Tidak

2. PERILAKU SEHATNo.PertanyaanJawaban

1Apakah terdapat jamban di rumah anda ?a. Ya

b. Tidak

2Apakah anda buang air besar di jamban ?a. Yab. Tidak

3Jika tidak dimana tempat anda untuk buang air besar ?a. Sungai

b. Kebun

c. Lainnya, sebutkan.....

4Apakah anda selalu membersihkan jamban ?a. Yab. Tidak

5Jika ya, berapa kali anda mambersihkan jamban di dalam rumah sebulan terakhir ini ?a. Satu kali

b. Dua kali

c. Tiga kali

d. Empat kali

6Apakah anda mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar ?a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang

7Apakah anda mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan ?a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang

8Apakah anda mencuci tangan setelah beraktivitas ( setelah bekerja ) ?a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang

9Apakah anda mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir ?a. Yab. Tidak

10Apakah anda mencuci bahan makanan ( misal : sayuran, buah-buahan, dsb. ) dengan air mengalir ?a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang

11Dimana anda mencuci bahan makanan ?a. Keran air (di rumah)b. Sungaic. Lainnya, sebutkan.....

12Apakah anda sering membeli makanan di pinggir jalan ?a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang

13Apakah anda menggunakan peralatan makan ( sendok, garpu ) setiap makan ?a. Yab. Tidak c. Kadang-kadang

14Apakah anda mencuci alat-alat makan dan alat-alat masak dengan air mengalir ?a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang

15Dimana anda mencuci alat-alat makan dan alat-alat masak ?a. Keran air (di rumah)b. Sungai

c. Lainnya, sebutkan.....

16Dimana anda menyimpan makanan ketika tidak di makan ?a. Lemari es

b. Lemari makananc. Meja

d. Lainnya, sebutkan.....

3. GIZINo.PertanyaanJawaban

Jika Responden Bayi

1Apakah anak anda di beri ASI selama 6 bulan kelahiran?a. Ya

b. Tidak

2Apakah setelah 6 bulan pemberian ASI anak bapak/ ibu di beri makanan mengganti?a. Ya

b. Tidak

3Makanan pengganti apa yang bapak/ ibu berikan kepada anak?a. Biskuit bayi

b. Susu formula

c. Bubur bayi

d. Lainnya, sebutkan.....

4Apakah air minum bapak/ ibu di masak sampai matang?a. Ya

b. Tidak

Jika Responden Dewasaa. Ya

b. Tidak

5Apakah anda mengkonsumsi alkohol?a. Ya

b. Tidak

6Apakah anda mengkonsumsi rokok?a. Ya

b. Tidak

7Makanan bergizi dapat mempercepat penyembuhan penyakit typhus, bagaimana pendapat anda?a. sangat setuju

b. setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak Setuju

e. Sangat tidak setuju

8Apabila salah satu dari keluarga anda ada yang terkena typhus, makanan sepeti apa yang akan anda berikan?a. Makanan lengkap (Nasi, lauk, sayur, buah dan Susu)b. Nasi, lauk, sayur tanpa buah

c. Nasi, lauk, sayur, buah

d. Nasi dan lauk

e. Nasi saja

4. LINGKUNGANNo.PertanyaanJawaban

1Apakah ada jamban di rumah?a. Ya

b. Tidak

2Jika punya, bentuk jamban bagaimana?a. Kloset leher angsa

b. Cemplung

c. Kloset duduk

3Apa sumber air minum yang digunakan?a. Sumur gali

b. Air sungai

c. Air ledeng

d. PDAM

e. Lainnya, sebutkan.....

4Jika menggunakan sumur atau air ledeng, berapakah jarak dari sungai atau septitank?a. > 10 m

b. < 10 m

5Apakah mempunyai hewan ternak?a. Ya

b. Tidak

6Jika ada hewan ternak, letak kandang dimana?a. Luar rumah

b. Dalam rumah

c. Lainnya, sebutkan.....

7Bagaimana pembuangan kotoran ternak?a. Terdapat pembuangan khusus

b. Dibiarkan saja

c. Lainnya, sebutkan.....

8Jarak tempat pembuangan kotoran dengan sumber air minum?a. > 10 m

b. < 10 m

9Apakah sumber air bersih yang digunakan sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?a. Ya

b. Tidak

10Apakah tersedia fasilitas tempat pembuangan sampah yang ideal?a. Ya

b. Tidak

5. SIKAP DALAM MENANGGAPI DEMAM TYPHOIDNo.PertanyaanJawaban

1Menurut anda, apakah demam tifoid (typhus) merupakan penyakit yang berbahaya atau tidak?a. Iya

b. Tidak

c. Tidak tahu

Alasan:

2Pencegahan lebih baik daripada mengobati, menurut anda?a. Sangat setuju

b. Setujuc. Ragu-ragu

d. Setuju

e. Tidak setuju

3Tindakan pencegahan apa yang Anda ketahui untuk mencegah demam tifoid (typhus)? (Boleh lebih dari 1 dan dipilih berurutan menurut prioritas)a. Makan makanan yang bersih

b. Menjaga kebersihan lingkungan

c. Mencuci tangan sebelum makan

d. Memasak makanan dengan benare. Penggunaan air bersih

f. Lainnya, Sebutkan.....

4Jika seseorang menderita demam tifoid (typhus), penyakit tersebut perlu diobati, bagaimana pendapat anda?a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak setuju

6. SARANA PENDUKUNG/PELAYANAN KESEHATANNo.PertanyaanJawaban

1Apakah petugas berikut pernah melakukan kunjungan ?

Tidak YaSetahun terahir

Petugas Puskesmas ( )

( )

Petugas Kecamatan( )

( )

Petugas Dinkes

( )

( )

Pamong setempat

( )

( )

Kader PHBS

( )

( )

Kader Posyandu

( )

( )

Kader Dasawisma

( )

( )

Kader PKK( )

( )

Lainnya, ( )

( )

2Apakah petugas yang datang memberikan penyuluhan/nasehat?a. Ya

b. Tidak

3Apakah Anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang demam tifoid (typhus) ?a. YaJika Ya, siapa yang pernah memberikan penyuluhan ?

Tidak Ya

Petugas Puskesmas( )

( )

Petugas Kecamatan( )

( )

Petugas Dinkes ( )

( )

Pamong setempat ( )

( )

Kader PHBS

( )

( )

Kader Posyandu ( )

( )

Kader Dasawisma ( )

( )

Kader PKK

( )

( )

Lainnya, sebutkan..... ( )

( )

b. Tidak

c.

4Apakah materi yang diinformasikan ketika penyuluhan ?

Tidak

Ya

Mencuci tangan

( )

( )

Menggunakan

( )

( )

sumber air bersih

Pemakaian jamban( )

( )

5Apakah Anda mengetahui tentang pemeriksaan bakteri pada sumber air rumah tangga?a. Ya

b. Tidak

6Apakah petugas kesehatan setempat pernah melakukan pemeriksaan bakteri pada Sumber air minum di desa ini?a. Ya

b. Tidak

7Apakah pernah terjadi Kejadian Luar Bisaa di desa ini?a. Ya, sebutkan...

b. Tidak

8Jika ya, apa yang dilakukan petugas kesehatan?

Tidak

Ya

Memberikan pengobatan gratis ( )

( )

Pembagian oralit ( )

( )

Pemeriksaan bakteri pada Sumber air ( )

( )

Penyuluhan PHBS ( )

( )

9Apakah ada sosialisasi mengenai pengamanan Sungai dari limbah (Sabun, Kotoran, BAB, Sampah) ?a. Ya

b. Tidak

10Jika ya, apa bentuk nyata yang telah dilakukan?

11Apa saran anda untuk menanggulangi demam tifoid (typhus) di desa ini?

_1357470625.xlsChart1

12BaikBaik

16CukupCukup

9KurangKurang

Column2

Column1

Column3

Jumlah

Sheet1

Column2Column1Column3

Baik12

Cukup16

Kurang9

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1357471297.xlsChart1

16BaikBaik

20CukupCukup

1KurangKurang

Column2

Column1

Column3

Jumlah

Sheet1

Column2Column1Column3

Baik16

Cukup20

Kurang1

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1357471525.xlsChart1

16BaikBaik

17CukupCukup

4KurangKurang

Column3

Column2

Column1

Jumlah

Sheet1

Column3Column2Column1

Baik16

Cukup17

Kurang4

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1357471805.xlsChart1

3BaikBaik

2CukupCukup

32KurangKurang

Column1

Column2

Column3

Jumlah

Sheet1

Column1Column2Column3

Baik3

Cukup2

Kurang32

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1357470864.xlsChart1

24BaikBaik

12CukupCukup

1KurangKurang

Column3

Column2

Column1

Jumlah

Gizi pada orang dewasa

Sheet1

Column3Column2Column1

Baik24

Cukup12

Kurang1

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1357469465.xlsChart1

8Tidak lulus SDTidak lulus SD

110Lulus SD/sederajat

7Lulus SMP/sederajatLulus SMP/sederajat

8Lulus SMA/sederajatLulus SMA/sederajat

2Akademi/PTAkademi/PT

1Masih SDMasih SD

Column1

Column2

Column3

Jumlah

Pendidikan Terakhir

Sheet1

Column1Column2Column3

Tidak lulus SD8

Lulus SD/sederajat11

Lulus SMP/sederajat7

Lulus SMA/sederajat8

Akademi/PT2

Masih SD1

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1357470197.xlsChart1

1BaikBaik

24CukupCukup

12KurangKurang

Column3

Column2

Column1

Jumlah

Sheet1

Column3Column2Column1

Baik1

Cukup24

Kurang12

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1357468504.xlsChart1

19

18

Jenis Kelamin

Laki-laki19 orang(51%)

Perempuan18 orang(49%)

Sheet1

Jenis Kelamin

Laki-laki19

Perempuan18

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

Sheet2

10 tahun1

30 tahun14

50 tahun17

>50 tahun2

Tidak diketahui3

Sheet2

Usia

Sheet3

Tidak lulus SD8

Lulus SD/sederajat11

Lulus SMP/sederajat7

Lulus SMA/sederajat8

Akademi/PT2

Masih SD1

Sheet3

Pendidikan