Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

25
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Teknik Perbanyakan Jamur Entomopatogen Beuveria bassiana Sebagai Pengendali Serangga Hama Walang Sangit Pada Tanaman Padi Di Laboratorium Pengamatan dan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan Bantul, D. I. YOGYAKARTA Dosen pembimbing : Siti Aisah M.Si Disusun Oleh: Rubiati Rahayu (09640028) PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012

description

teknik perbanyakan Beauveria bassiana di LPHPT Yogyakarta

Transcript of Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

Page 1: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Teknik Perbanyakan Jamur Entomopatogen Beuveria bassiana Sebagai Pengendali

Serangga Hama Walang Sangit Pada Tanaman Padi Di Laboratorium Pengamatan dan

Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan Bantul, D. I. YOGYAKARTA

Dosen pembimbing : Siti Aisah M.Si

Disusun Oleh:

Rubiati Rahayu (09640028)

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana
Page 3: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

iii

Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmad dan hidayahNYa, sehingga penyusunan naskah

laporan praktek Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan dengan baik. Hanya

karena ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dengan segala keterbatasan

daya pikir dan waktu.

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini berjudul “Teknik Perbanyakan Jamur

Entomopatogen Beuveria bassiana Sebagai Pengendali Serangga Hama Walang

Sangit PadaT anaman Padi”. Kegiatan PKL dilakukan di Laboratorium

Pengamatan dan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan Bantul, D. I.

Yogyakarta, dan telah dilaksanakan pada tanggal 02 juli sampai 31 juli 2012.

Penyusunan laporan PKL ini guna untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan mata kuliah praktek kerja lapangan progam studi Biologi Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam pelaksanaan PKL

dan penyusunan laporan PKL ini, tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil.

Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada :

1. Bapak, Ibu tercinta dan adik-adik yang selalu memberikan dukungan baik secara

moril, spiritual maupun materiil dan tiada lelahnya memberikan nasehat setiap

waktu.

Page 4: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

iv

2. Bapak Ir. Paryoto, MP. selaku Kepala LPHPT dan pembimbing lapngan yang

telah berkenan meluangkan waktu dan ilmunya guna memberikan pengarahan,

bimbingan, saran dan kritiknya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Anti Damayanti, M.si selaku kepala program studi Biologi yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan dan izinnya.

4. Ibu Siti Aisah M.Si, selaku dosen pembimbing lapangan yang telah berkenan

meluangkan waktu dan ilmunya guna memberikan pengarahan, bimbingan, serta

saran dan kritiknya sehingga laporan PKL ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Anis, Bapak Ahmadi dan seluruh staf di LPHPT Bantul yang telah membantu

kelancaran pelaksanaan rangkaian kegiatan PKL.

6. Saahabat-sahabat Prodi Biologi angkatan 2009, terutama yang melaksanakan PKL

di LPHPT Bantul (Pipit, Tika, Ida dan Syahril) yang telah mengisi hari-hari

penulis selama PKL.

7. Semua pihak yang tak mugkin penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam penulisan laporan PKL ini.

Dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan ini, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa didalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Sehingga untuk itu segala kritik dan saran sangatlah

diharapkan penulis demi penyelsaian laporan ini.

Yogyakart,25 oktober 2012

Penulis

Page 5: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. v

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Tujuan PKL ..................................................................................... 3

C. Waktu Dan Tempat ......................................................................... 3

BAB II. Gambaran Umum Institusi ........................................................ 4

A. Sejarah Berdiri ................................................................................. 4

B. Tugas Dan FungsiLPHPT ............................................................... 4

C. Tenaga Kerja LPHPT ...................................................................... 5

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6

A. Tanaman Padi .................................................................................. 6

B. Walang Sangit ................................................................................. 6

C. Beauveria bassiana ......................................................................... 8

BAB IV. KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .................... 10

A. Judul ................................................................................................ 10

B. Alat dan Bahan ................................................................................ 10

Page 6: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

vi

C. Prosedur Kerja ................................................................................. 11

D. Hasil ................................................................................................ 12

E. Pembahasan ..................................................................................... 13

BAB V. PENUTUP .................................................................................... 16

A. Kesimpulan ..................................................................................... 16

B. Saran ................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

LAMPIRAN ............................................................................................... 18

A. Kegiatan .......................................................................................... 18

B. Foto kegiatan ................................................................................... 18

Page 7: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahasiswa biologi, untuk dapat masuk dan bersaing ke dunia kerja

tidak hanya pengetahuan secara teori saja yang harus dikuasai, melainkan

pengalaman dan “skill” juga harus dikuasai, dengan adanya PKL (Praktek Kerja

Lapangan) diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang diperoleh dibangku kuliah. Selain itu, dengan PKL juga diharapkan akan

menambah pengalaman dan “skill” dalam dunia kerja.

Mengingat pentingnya PKL dan perlunya menambah wawasan mahasiswa,

khususnya dibidang yang spesifik maka perlu diselenggarakan PKL untuk

menambah pengalaman dan “skill” dalam dunia kerja. Salah satu bidang yang

dapat dipelajari dalam PKL adalah teknik perbanyakan jamur entomopatogen

sebagai musuh alami hama tanaman padi.

Padi merupakan komoditas ekspor yang menjadi salah satu sumber devisa

penting bagi negara. Adanya gangguan dari organisme pengganggu tanaman

(OPT) seringkali menjadi faktor penghalang produktivitas. Gangguan biasanya

dimulai sejak tanaman di lapang. Salah satu OPT yang potensial menurunkan

produktivitas padi adalah serangga hama yaitu walang sangit.

Pengendalian serangga hama dengan insektisida kimia banyak menimbulkan

masalah, antara lain: meningkatnya resistensi hama terhadap insektisida kimia,

terjadinya ledakan populasi serangga hama sekunder, meningkatnya risiko

1

Page 8: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

2

keracunan pada manusia dan hewan ternak, terkontaminasinya air tanah,

menurunnya biodiversitas, dan bahaya-bahaya lain yang berkaitan dengan

lingkungan.

Timbulnya masalah-masalah tersebut menjadi stimulan yang meningkatkan

minat terhadap upaya pengendalian hama secara terpadu (PHT) yaitu dengan

menggunakan agen hayati. Salah satu contoh agen hayati yang dapat digunakan

sebagai pemberantas hama adalah cendawan atau jamur.

Salah satu cendawan entomopatogen yang sangat potensial dalam

pengendalian beberapa spesies serangga hama adalah Beauveria bassiana.

Cendawan ini dilaporkan sebagai agensi hayati yang sangat efektif mengendalikan

sejumlah spesies serangga hama termasuk rayap, kutu putih, dan beberapa jenis

kumbang (Gillespie, 1988).

Meninjau dari permasalahan pertanian yang ada maka kegiatan PKL ini sangat

bermanfaat untuk mengtahui perbanyakan dan perananan dari Beuveria bassiana

untuk tanaman padi yang dilakukan di Laboratorium Proteksi Hama Dan Penyakit

Tanaman Pertanian dan Holtikultura Bantul Yogyakarta.

Melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini mahasiswa dapat terlibat

secara langsung di lapangan dan melakukan beberapa tahapan mulai dari inokulasi

jamur, perbanyakan dan pengujian efektifitas terhadap hama walang sangit,

sehingga kegiatan ini selain dapat menambah wawasan, keterampilan mahasiswa,

dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Page 9: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

3

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah pada teknik perbanyakan

Beuveria bassiana.

2. Mengetahui efektifitas Beuveria bassiana terhadap walang sangit yang manjadi

hama pada tanaman padi.

C. Waktu Dan Tempat Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan dilaksanakan tanggal 02 juli sampai 31 juli 2012 di

Laboratorium Pengamatan dan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan

Bantul Yogyakarta.

Page 10: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

4

BAB II

GAMBARAN UMUM LPHPT BANTUL

A. Sejarah berdiri

Laboratorium Pengamatan dan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman

Pangan (LPHPT) terletak di desa Kauman Wijirejo, Pandak kabupaten Bantul D.I

Yogyakarta, yang dirikan pada tahun 1986. LPHPT adalah laboratorium dari Unit

Pelaksana Teknis Dinas Balai Proteksi Tanaman Pertanian (UPTD BPTP),

merupakan salah satu unit kerja dari Dinas Pertanian Provinsi DIY yang

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang

proteksi tanaman pangan dan holtikultura.

B. Tugas dan fungsi LPHPT

Tugas dan fungsi LPHPT sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pengamatan terhadap OPT (organisme pengganggu Tanaman) dan

faktor yang men mpengaruhinya

b. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi pengamatan dan

peramalan serta pengendalian OPT

c. Pemberian pelayanan kepada masyarakat melalui karakteristik tanaman

d. Pengawasan atas peredaran, penyimpangan, penggunaan, dan dampak negatif

pestisida

e. Pengamatan terhadap OPT

4

Page 11: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

5

f. Survey terhadap OPT

g. Rice Garden/ screening varietas

h. Uji biotik wereng batang coklat

i.Pemantauan OPT potensial dan penyakit visiologis tanaman

j. Peramalan OPT

k. Penentuan daerah serangan OPT/DPI

l. Klinik tanaman.

m. Gerakan pengendalian OPT.

C. Tenaga kerja LPHPT

Tenaga kerja LPHPT terdiri dari :

1. Kepala laboratorium.

2. Sub Bagian Tata Usaha, yang mempunyai fungsi melaksanakan tugas

kearsipan, keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang, kerumah tanggaan,

kehumasan, kepustakaan, serta penyusun progam dan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanana Teknis, mempunyai tugas melaksanakan diagnosa,

peramalan, dan penyebaran informasi organisme pengganggu tanaman (OPT).

4. Seksi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Balai di bidang pengembangan teknologi

pengendalian organisme pengganggu tanaman dan dampak fenomena iklim.

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Page 12: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

6

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi

Padi merupakan kelompok tumbuhan yang tergolong dalam kelas

Monotyledonae dan family Gramineae. Tanaman ini merupakan komoditas ekspor

yang menjadi salah satu sumber devisa penting bagi negara, merupakan sumber

karbohidrat utama yang dimanfaatkan oleh negara tertentu khususnya di

Indonesia. Faktor penghalang yang sering mengganggu produktifitas tanaman

padi adalah adanya organisme pangganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang

potensial menurunkan produktifitas padi adalah serangga hama yaitu walang

sangit /Leptocoriza acuta.

Gangguan atau serangan walang sangit biasanya dimulai sejak tanaman

padi memasuki masa malai yang ditandai dengan adanya cairan seperti susu pada

biji tanaman. Cairan padi yang terus menerus dihisap oleh walang sangit apabial

tidak dilakukan pengendalian sejak dini yang akhirnya dapat mengakibatkan

turunya produktifitas tanaman padi dan menurunkan kualitas gabah.

B. Walang Sangit

Walang sangit merupakan serangga yang memiliki ciri-ciri yaitu ; tubuh

berwarna coklat, berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm, serta

memiliki tungkai dan antena yang panjang pada saat dewasa. Nimfa pada

serangga ini memiliki struktur tubuh lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap,

pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat kekuning-

6

Page 13: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

7

kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa (Siwi., et al,1981).

Walang sangit merupakan hama atau musuh bagi tanaman padi karena menyerang

pada saat padi memesuki masa bermalai, sehingga apabila cairan padi terus

menerus dihisap akan mengakibatkan turunya produktifitas tanaman padi.

Hama ini tidak hanya dapat menurunkan hasil, tetapi juga menurunkan

kualitas gabah seperti; bintik-bintik coklat pada gabah akibat isapan cairan dari

hama tersebut pada saat padi matang susu, tetapi jika tanaman yang diserang pada

masa berisi cairan seperti susu maka biji padi akan hampa atau gabug (Pracaya,

2008). Kerusakan parah disebabkan oleh imago yang menyerang tepat pada masa

berbunga, sedangkan nimfa terlihat merusak secara nyata setelah pada instar

ketiga sampai fase dewasa. Serangan pada fase dewasa merupakan serangan yang

mampu menurunkan hasil atau produktifitas tanaman apabila tidak segera

dilakukan pengendalian (Willis, 2001). Klasifikasi walang sangit adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Hemiptera

Family : Alydidae

Genus : Lepticoriza

Secies : Lepticoriza acuta (Thunberg, 1870)

Page 14: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

8

C. Beuveria bassiana

Lebih dari 700 spesies cendawan entomopatogen dilaporkan telah diisolasi

dari berbagai spesies serangga hama, tetapi baru 10 spesies di antaranya yang

berhasil dikembangkan untuk pengendalian hama, cendawan ini memiliki kisaran

sifat biologi yang luas mulai dari sebagai parasit sejati dan parasit patogen yang

dapat hidup secara saprofit tanpa inang serangga sehingga menyebabkan beberapa

spesies cendawan ini sangat patogenik terhadap serangga hama. Salah satu

cendawan entomopatogen yang telah diketahui berpotensial dalam mengendalikan

spesies serangga hama adalah Beauveria bassiana (Gillespie, 1988).

Menurut klasifikasinya, Beuveria bassiana termasuk kelas Hypomycetes,

ordo Hypocreales dari famili Clavicipitaceae (Hughes, 1971). Cendawan

entomopatogen penyebab penyakit pada serangga ini pertama kali ditemukan

oleh Agostino Bassi di Beauce, Perancis (Steinhaus, 1975). Beauveria bassiana

adalah salah satu jamur entomopatogenik yang berpotensi untuk dikembangkan

sebagai agen pengendali hayati, merupakan biopestisida ramah terhadap

lingkungan yang dapat digunakan sebagai pengganti dari penggunaan pestisida

yang berlebih yang berdampak negatif pada hasil panen dan lingkungan,

musnahnya musuh alami, dan timbulnya ketahanan OPT (Setiawati.,et al, 2004).

Penggunaan agen hayati ini, merupakan suatu upaya pencegahan secara

dini untuk mengendalikan penyebaran hama walang sangit. Beauveria bassiana

merupakan jamur patogen serangga yang memiliki beberapa keunggulan yaitu;

slektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain

Page 15: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

9

yang bukan merupakan sasaranya, seperti; predator, serangga penyerbuk dan

serangga berguna lebah madu (Departemen Pertanian, 2007).

Beberapa strain isolat Beuveria bassiana yang diketahui saat ini adalah

berasal dari berbagai spesies serangga hama yang merupakan inang spesifik

cendawan tersebut. Beuveria bassiana memproduksi toksin yang disebut

beauvericin. Antibiotik ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa

dan nukleus serangga inang, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang

disertai pengerasan serangga inang yang terinfeksi. Selain secara kontak, Beuveria

bassiana juga dapat menginfeksi melalui kontaminasi pakan (Kucera dan

Samsinakova, 1968).

Cendawan B. bassiana juga dikenal sebagai penyakit white muscardine

karena miselia dan spora yang dihasilkan berwarna putih. Mekanisme infeksi

dimulai dari melekatnya konidia pada kutikula serangga, kemudian berkecambah

dan tumbuh di dalam tubuh inangnya, serangga hama yang terinfeksi B.bassiana

akan efektif menjadi sumber infeksi bagi serangga hama sehat yang ada di

sekitarnya (Soetopo & Indrayani. 2012).

Page 16: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

10

BAB IV

KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Judul

Teknik Perbanyakan Jamur Entomopatogen Beuveria bassiana Sebagai

Pengendali Serangga Hama Walang Sangit Pada Tanaman Padi Di Laboratorium

Pengamatan dan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan Bantul.

B. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Kotak atau box inokulasi

2. Bunsen

3. Plastik

4. Dandang

5. Kompor

6. Baskom

7. Autoclave

8. Jaring rearing

9. Ember

b. Bahan

1. Bibit Beuveria bassiana

2. Jagung

3. Beras

4. Jaring rearing

5. Tanaman padi

10

Page 17: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

11

6. Serangga (walang sangit).

C. Prosedur Kerja

1. Perbanyakan bibit Beuveria bassiana

-Hari pertama, beras dan jagung dicampur, dibersihkan dan dicuci dengan air

sampai bersih. Perbandingan media tumbuh beras dan jagung tersebut berkisar 1 :

4. Setelah bersih kemudian dimasak menggunakan dandang dengan api sedang

sampai setengah matang, selanjutnya dibiarkan sampai bahan-bahan tersebut

dingin. Setelah dingin, dibungkus dengan menggunakan plastik kurang lebih

sekitar 100gr, ditutup rapat dengan melipat ujungnya hingga seperempat bagian,

dan di autoclave dengan suhu 120o, selama 1 jam kemudian didiamkan.

-Hari kedua, disiapkan bibit Beuveria bassiana, campuran beras dan jagung yang

telah diautoclave diangkat. Langkah awal perbanyakan yaitu dipersiapkan kotak

inokulasi , bahan yang telah di autoclave dimasukan ke dalam kotak inokulasi,

selanjutnya ditanamkan bibit Beauveria bassiana secara aseptis, kemudian

disimpan pada suhu ruang dan dibiarkan sampai jamur tumbuh. Beuveria

bassiana akan tumbuh siap panen dan dapat digunakan sebagai bahan biopestisida

sekitar 4-5 hari.

-Jika setelah 4-5 hari Beuveria bassiana tidak langsung dipakai, maka diperlukan

adanya penyimpanan, yaitu menggunakan campuran dari tepung caulin dan

bentonat. Beuveria bassiana yang telah dicampur dengan tepung caulin dan

bentonat kemudian disimpan pada ruangan sampai 1 minggu.

- Setelah 1 minggu masa penyimpanan maka biopestisida ini dapat digunakan

kembali dengan diayak terlebih dahulu.

Page 18: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

12

2. Pengujian jamur Beuveria bassiana pada serangga uji walang sangit

Langkah yang digunakan untuk melakukan pengujian B.bassiana pada walang

sangit yaitu dengan menyiapkan seperangkat alat berupa 2 buah ember untuk

menanam tanaman padi yang sedang memasuki masa malai dan 2 buah jaring

rearing. Tanaman padi yang telah ditanam di dalam ember kemudian diletakan ke

dalam jaring rearing. Pengujian dilakukan menggunakan dua perlakuan yaitu;

1). Padi dan walang sangit tanpa penyemprotan B. bassiana (kontrol).

2). Padi dan walang sangit dengan penyemprotan B. bassiana.

D. Hasil

1). Perbanyakan B. bassiana

-Berdasarkan kegiatan praktek kerja lapangan yang telah dilakukan diketahui

bahwa jamur entomopatogen B. bassiana dapat tumbuh dan digunakan sebagai

biopestisida setelah 4-5 hari penanaman pada media campuran jagung dan beras.

-B. bassiana yang tidak langsung dipakai disimpan dengan menggunakan

campuran caulin dan bentonat selama 1 minggu dan diayak terlebih dahulu

sebelum digunakan kembali.

2). Pengujian jamur Beuveria bassiana pada serangga uji walang sangit

-Walang sangit yang diberi perlakuan penyemprotan menggunakan Beauveria

bassiana, menunjukan adanya gerak yang lambat, dan akhirnya mati. Tubuh

walang sangit mengeras dengan permukaan tubuh yang putih.

-Pada perlakuan kontrol tidak menunjukan adanya perubahan pada walang sangit,

tetapi tanaman padi menunjukan perubahan yaitu pada bulir kulit biji padi

terdapat adanya jentik kehitaman.

Page 19: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

13

E. Pembahasan

Beauveria bassiana adalah salah satu jamur entomopatogenik yang berpotensi

untuk dikembangkan sebagai agen pengendali hayati (Suharto, 1998). Teknik

perbanyakan Beuveria bassiana dapat dilakukan dengan menggunakan media

tumbuh berupa campuran jagung yang sudah digiling dan beras, perbandinganya

yaitu 4:1, bahan jagung lebih banyak daripada beras karena diketahui jagung

merupakan media tumbuh yang lebih efektif.

Pemasakan campuran beras dan jagung yang tidak terlalu matang bertujuan

agar pertumbuhan jamur lebih efektif, jika media tumbuh terlalu matang maka

dapat terjadi kebusukan karena jamur tidak mampu tumbuh pada media yang

lembek. Setelah campuran beras dan jagung dimasak maka didinginkan terlebuh

dahulu karena jamur tidak dapat tumbuh jika suhu media dalam keadaan panas.

Media yang sudah didinginkan kemudian di dibungkus dengan menggunakan

plastik kurang lebih sekitar 100gr, ditutup rapat dengan melipat ujungnya hingga

seperempat bagian, dan di autoclave dengan suhu 120oC. Penanaman bibit jamur

dilakuakan pada kotak inokualasi secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi

pada saat penanaman. Jamur akan tumbuh setelah 4-5 hari yang selanjutnya dapat

dipanen.

Setelah dilakukan pemanenan, agar masa aktif jamur dapat bertahan lama,

maka perlu dilakukan penyimpanan. Penyimpanan B.bassiana yang di lakukan di

LPHPT diformulasi dalam bentuk bubuk. Formulasi bubuk B. bassiana diketahui

paling efektif memicu kontak dengan hama sasaran (Stimac., et al, 1993).

Formulasi B. bassiana berupa bubuk efektif untuk meningkatkan mortalitas hama,

Page 20: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

14

dan mengurangi kompetisi dengan mikroba lain sehingga meningkatkan daya

hidup B. bassiana (White, 1995).

Beberapa bahan pencampur telah diteliti untuk kesesuaian formulasi B.

bassiana, antara lain berupa tepung, seperti; tepung tapioka, tepung beras, dan

tepung maizena yang dikombinasikan dengan temperatur penyimpanan ideal

sehingga efektif mempertahankan viabilitas konidia B. bassiana sekurang-

kurangnya 2 bulan masa penyimpanan (Soetopo dan Indrayani, 2012).

Penyimpanan berupa formulasi bubuk B.bassiana yang dialakukan di LPHPT

Bantul yaitu dengan menggunakan campuran tepung caulin dan bentonat yang

kemudian dicampur jamur Beauveria bassiana yang telah ditumbuhkan pada

media jagung dan beras selama 4-5 hari. Masa penyimpanan dimulai dengan

mencampur B.bassiana dengan kedua tepung tersebut dan disimpan selama satu

minggu yang kemudian diayak sebelum digunakan sebagai biopestisida.

Hasil yang telah didapat pada pengujian jamur Beuveria bassiana terhadap

serangga uji walang sangit yaitu; pada kotak kontrol tidak terjadi perubahan pada

walang sangit. Walang sangit pada kotak kontrol tetap aktif dan pada bulir biji

padi terdapat bintik kehitaman hal ini dikarenakan walang sangit aktif menghisap

cairan pada bakal biji yang apabila diteruskan tanpa dilakukan pengendalian maka

biji tidak berisi (gabug).

Perlakuan dengan penyemprotan Beauveria bassiana menunjukan hasil yaitu

adanya gerak yang lambat pada walang sangit, serangga tidak aktif, dan adanya

kematian dengan perubahan struktur tubuh walang sangit yaitu berwarna putih

dan kaku. Warna putih pada walang sangit disebabkan karena adanya infeksi dari

spora B.bassiana. Mekanisme infeksi Beauveria bassiana dimulai dari

Page 21: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

15

melekatnya konidia pada kutikula serangga, kemudian berkecambah dan tumbuh

di dalam tubuh inangnya. Pengerasan (kaku) pada walang sangit disebabakan oleh

toksin Beauveria bassiana yang disebut beauvericin. Beauvericin diketahui

menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa sehingga mengakibatkan

pembengkakan yang disertai pengerasan (kaku) pada serangga yang terinfeksi

(Kucera dan Samsinakova, 1968)

Page 22: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

16

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teknik perbanyakan jamur Beuveria bassiana yang dilakukan di LPHPT

Bantul merupakan teknik sederhana yang dapat dikembangkan dengan

menggunakan media tumbuh berupa campuran jagung dan beras.

2. Berdasarkan pengujian Beuveria bassiana terhadap walang sangit, diketahui

bahwa B.bassiana efektif mengendalikan serangga hama walang sangit pada

tanaman padi.

B. Saran

Sebagai Perguruan tinggi yang mempunyai Program Studi Biologi maka perlu

adanya pengenalan terhadap jamur entomopatogen Beuveria bassiana agar

kemudian dapat dikembangkan sebagai sarana kreativitas mahasiswa.

16

Page 23: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

17

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, 2007. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Padi. Jakarta : Direktorat Jendral Produksi Tanaman Pangan.

Gillespie, A.T, 1988. Use of fungi to control pests of agricultural importance, England: Manchester University Press.

Pracaya, 2008. Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman Secara Organik. Yogyakarta : Kanisius.

Setiawati, W., et al, 2004. Pemanfaatan Musuh Alami Dalam Pengendalian Hayati Hama Pada Tanaman Sayuran. Bandung : u.p Dewan Redaksi Penerbitan Publikasi Ilmiah.

Siwi, S.S., A. Yassin and Dandi Sukarna. 1981. Slender rice bugs and its ecology and economic threshold. Syiposium on Pest Ecology. Bogor.

Soetopo dan indrayani, 2012. Status Teknologi dan Prospek Beauveria bassiana Untuk Pengendalian Serangga Hama Tanaman Perkebunan Yang Ramah Lingkungan. Malang : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.

Stimac, J.I, 1993. Mortality in laboratory colonies of Solenopsis invicta (Hymenoptera: Formicidae) treated with Beauveria bassiana(Deuteromycetes). J. Econ: Entomol 86: 1083-1087.

Suharto, 1998. Kajian aspek fisiologis B. Bassiana dan virulensinya terhadap Helicoverpa armigera. Yogyakarta : Fakultas Pertanian UGM.

White, H.E, 1995. Alginate pellet formulation of Beauveria bassianapathogenic to the red imported fire ant. Texas tech University : M.S. Thesis.

Willis, 2001. Hama dan Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut. Banjarbaru : Badan Litbang Pertanian.

17

Page 24: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

18

LAMPIRAN

A. Kegiatan :

Selain mengikuti serangkaian kegiatan perbanyakan Beauveria bassiana saya

mengikuti semua kegiatan yang ada di LPHPT antara lain :

1. Perbanyakan jamur Tricoderma harsianum sebagai agen pengendali penyakit

layu fusarium pada tanaman holtikultura.

2. Destilasi atsiri selasih ungu sebagai bahan entomopatogen lalat buah.

3. Pembuatan kultur murni Corine bacterium dan perbanyakanya, yang

digunakan untuk menekan Pekembangan Penyakit Kresek Xanthomonas

campestri pada tanaman padi.

4. Uji efektivitas kulit ari mete sebagai moluskisida alami pengendali keong mas

yang merupakan hama pengganggu tanaman padi.

5. Ikut serta dalam kegiatan lapangan, yaitu uji ketahanan varietas tanaman padi

yang dilakukan pada area persawahan.

B. Foto Kegiatan

Beras dan jagung sbg media tumbuh jamur Bibit untuk inokulasi

18

Page 25: Laporan Praktek Kerja Lapangan Beauveria bassiana

19

Proses Perbanyakan pada kotak inokulasi Penyimpanan setelah diperbanyak

B.bassiana setelah diperbanyak

Pemanenan B.bassiana Walang sangit yang terinfeksi B.bassiana