LAPORAN PRAKTIKUM Biokimia Klinik Part 6

18
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK PENENTUAN PROTEIN DALAM URIN NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS DOSEN PEMBIMBING NAMA ASISTEN : : : : : FITRIA EKA NURAINI 08121006010 B / GENAP Dr. BUDI UNTARI, M. Si, Apt Dr. rer. nat MARDIYANTO, M. Si, Apt IRMA YULI YANI, Am.F LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

description

biokimia

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM Biokimia Klinik Part 6

LAPORAN PRAKTIKUMBIOKIMIA KLINIKPENENTUAN PROTEIN DALAM URIN

NAMANIMKEL.PRAKTIKUM/KELASDOSEN PEMBIMBING

NAMA ASISTEN::::

:

FITRIA EKA NURAINI08121006010B / GENAPDr. BUDI UNTARI, M. Si, AptDr. rer. nat MARDIYANTO, M. Si, AptIRMA YULI YANI, Am.F

LABORATORIUM KIMIA FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014-2015

PRAKTIKUM IVPENENTUAN PROTEIN DALAM URIN

I. TUJUANMahasiswa mampu memahami prinsip penentuan protein dalam urin sebagai salah satu muatan kompetensi dalam bidang keahlian biokimia klinik.II. PRINSIP KERJAProtein akan membentuk endapan atau menggumpal jika dipanaskan dalam suasanan asam.III. DASAR TEORI Urin dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan system homeostatic. Sifat dan sususnan urin dipengaruhi oleh factor fisiologis (misalkan masukan diet, berbagai proses dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan factor patologis (seperti pada gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan penyakit ginjal). Oleh karena itu pemeriksaan urin berguna untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. Pada penyakit tertentu, dalam urin dapat ditemukan zat-zat patologik antara lain glukosa, protein dan zat keton (Probosunu, 1994).Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses yaitunya 1). fikrasi plasma darah oleh glomerulus. 2) Absorpsi kembali selektif zat-zat seperti garam, air, gula sederhana dan asam amino oleh tubulus yang diperlukan untuk mempertahankan lingkungan internal atau untuk membantu proses-proses metabolik; dan 3) Sekresi zat-zat oleh tubulus dari darah ke dalam lumen tubulus untuk dieksresikan ke dalam urin. Proses ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, anion organik, dan ion hidrogen. Tugasnya untuk memperbaiki komponen buffer darah dan untuk mengeluarkan zat-zat yang mungkin merugikan (Sinosuke,2009).Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine yaitu diantaranya : jumlah air yang diminum, keadaan sistem syaraf, hormon ADH, banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan menjadi osmotic, pada penderita diabetes melitus pengeluaran glukosa diikuti kenaikan volume urine (Thenawijaya, 1995).Komposisi dari urine yaitu terdiri dari kira-kira 95 % air, zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak, dan kreatinin, elektrolit natreium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat, juga terdiri dari pigmen (bilirubin, urobilin) toksin dean hormon (Yatim, 1982).Sifat fisis urine terdiri dari jumlah ekskresi dalam 24 jam adalh lebih kuramg 1500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya, warna bening, kuning muda, dan bila diniarkan akan menjadi keruh, warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya. Berbau, bau khas air kemihbila dibiarkan lamaakan berbau amoniak, berat jenis 1,015 1,020, reaksinya asam, bila lama-lama menjadi alkalis juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam) (Kartolo, 1990). Manurut kimball (1998) bahwa urine orang sakit yang telah diuji dengan benedict akan berwarna biru, kuning, hijau, atau merah dan sedikit keruh. Hal ini disebabkan karena suatuy hormon yang meningkatkan penyerapan kembali air dan demikian mengurangi volume urine yang terbentuk.Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak selalu bisa dijadikan pedoman namun Ada baiknya Anda mengetahui hal ini untuk berjaga-jaga. Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh kaena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional. Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius. Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif. Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya.

IV. ALAT DAN BAHANAlat yang digunakan:1. Beaker glass7. Pipet tetes2. Erlenmeyer8. Spektrofotometer3. Mikroskop9. Disposable cuvvet4. Sentrifugasi10. Tabung reaksi 10 ml5. Waterbath11. Kaca objek dan penutupnya6. StopwatchBahan yang digunakan:1. Asam asetat 10%4. Aquadest 2. Natrium asetat5. Urine 3. Asam asetat glacial

V. CARA KERJA

1. Tes Pemanasan Dengan Asam Asetat

Tabung reaksidiisiDengan urin sebanyak nyadidihkanSelama 1-2 menitditambahkanAsam asetat 10% 3 tetesdiamatiApa yang terjadi pada tabung reaksi

2. Pemeriksaan Secara Bang

Urin 5 ml + 0,5 ml reagen BangdipanaskanDalam air mendidih selama 5 menitdiamatiApa yang terjadi pada tabung reaksi

VI. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Tes Pemanasan Dengan Asam Asetat

Table 6.1

Volume Urin

Perlakuan

(+) Pereaksi

Hasil

Gambar

tabung reaksi

Di didihkan 1-2 menit

3 tetes Asam Asetat 10%

(-) Tidak timbul kekeruhan, karena tidak terdapat protein

2. Pemeriksaan Secara Bang

Table 6.2

Volume Urin

(+) Pereaksi

Perlakuan

Hasil

Gambar

5 ml

0,5 ml reagen Bang

Dipanaskan 5 menit

(-) Tidak timbul kekeruhan, karena tidak terdapat protein

Pengamatan hasil berdasarkan :1. Tak ada kekeruhan (-)2. Kekeruhan sedikit sekali (+)3. Kekeruhan sedikit ( tanpa butir butir ) (+)4. Kekeruhan jelas (Berbutir- butir ) (++)5. Kekeruhan hebat ( berkeping keping ) (+++)6. Menggumpal (++++)

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini masih menggunakan urine, yaitu dengan menentukan terdapat atau tidaknya protein di dalam urine tersebut. Pertama-tama sampel urin dimasukan kedalam dua tabung reaksi, masing-masing tabung reaksi sebanyak dari volume total tabung reaksi. Kemudian sampel urin tersebut ditambahkan 3 tetes asam asetat. Konsentrasi asam asetat yang dipakai bisa digunakan konsentrasi 10%, yang terpenting adalah pH yang akan dicapai dengan pemberian asam asetat, praktikum kali ini menggunakan konsentrasi asam asetat yaitu 10%. Pemberian asam asetat berfungsi untuk mencapai titik isoelektrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan akhirnya terjadilah presipitasi. Tabung reaksi berisi urine dan asam asetat tadi dipanaskan diatas bunsen untuk mempercepat proses pemanasan , proses pemanasan ini jangan sampai larutan mendidih dan hanya berlangsung 2 menit saja, agar protein yang ada di dalam urine tersebut tidak pecah. Pemanasan akan membuat sample protein terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan non-kovalennya yang berupa ikatan peptida. Setelah urin dipanaskan, kemudian ditambahkan asam asetat 10% dan dilihat apakah ada kekeruhan atau tidak . Indikator pengamatan yang kami gunakan yaitu : ( - ) : Ada kekeruhan; ( + ) : Keruh sedikit tanpa butiran; ( ++ ) : Kekeruhan lebih jelas dan tampak butiran; ( +++ ) : Urin keruh dan tampak kepingan dan ( ++++ ) : Sangat keruh + gumpalan + kepingan lebih besar. Cara yang kedua dengan metode reagen bang. Caranya sama dengan tes pemanasan dengan asam asetat yaitu dengan memanaskan urine sebanyak 5 ml selama 5 menit, lalu ditambahkan reagen bang sebanyak 0,5 ml. Amati kekeruhan yang terjadi yang menandakan adanya protein. Penentuan protein urin secara kualitatif yang kami lakukan terhadap sampel urin dari kelompok yaitu : (-) tidak timbul kekeruhan, karena tidak terdapat protein didalam sampel urine pada masing-masing pengujian. Artinya sampel urine yang digunakan menandakan bahwa urine yang dihasilkan dari relawan tidak mengandung protein. Hal ini menandakan bahwa ginjal orang yang sampel urinnya diambil masih dalam keadaan baik. Serta tidak terjadi gangguan pada proses filtrasi, augmentasi dan reabsorpsinya di dalam tubuh orang tersebut.

VIII. KESIMPULAN

1. Penentuan protein dalam urine yang dilakukan, yaitu dengan 2 metode tes pemanasan dengan penambahan asam asetat dan pemeriksaan secara bang.2. Percobaan dari sampel urine yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang negatif mengandung protein.3. Pemberian perlakuan pemanasan akan membuat sampel protein terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun.4. Hasil ini menandakan bahwa ginjal orang yang sampel urinnya diambil masih dalam keadaan baik, serta tidak terjadi gangguan pada proses filtrasi, augmentasi dan reabsorpsinya di dalam tubuh orang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anshori. 1988. Biologi Jilid I. Geneca Exat : Bandung.Ethel,S. 2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.Juncquiera,L, Carlos dkk. 1997. Histologi Dasar. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.Kimball. 1998. Biologi. Erlangga : JakartaMontgomery, Rex dkk. 1993.Biokimia jilid I. Gajah Mada University Press : Yogjakarta.Probosunu, N. 1994 . Fisiologi Umum. Gajah Mada University Press : Yogjakarta.Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Erlangga: Jakarta.

LAMPIRAN

Sampel urine yang siap untuk diujikan dalam penentuan protein.

Sampel urine yang diberikan perlakuan pemanasan.

Hasil dari masing-masing pengujian menunjukkan (-) negative / sampel urine tidak mengandung protein.