Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
Transcript of Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
1/10
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
2/10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk
tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air
memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih
ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih selama dalam
penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh
BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para
analisis benih di laboratorium benih.
B. Tujuan
Yang menjadi tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Mahasiswa menjadi tahu beberapa bentuk, ukuran, warna, tekstur permukaan, berat
100 biji pada benih ukuran besar, berat 1000 biji pada benih berukuran kecil, dan
bentuk perakaran dari contoh benih yang dijadikan bahan praktik dengan pengamatan
secara makroskopis.
2. Mahasiswa menjadi tahu beberapa struktur benih bagian dalam, mengenai letak dan
susunan bagian biji dalam, dari contoh benih yang dijadikan bahan praktik dengan
pengamatan secara mikroskopis.
3. Mahasiswa mampu membedakan prinsip dasar perbedaan struktur benih monokotil
dan dikotil.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya
simpan benih.Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagaicendawan dapat tumbuh
(Wahyu Qamara Munisjah, dkk, 1991).
Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryo
sac yang sedang mengalami pembuahan mempunyai kadar air kira-kira 80 % dalam
bebarapa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85% lalu pelan-pelan
menurun secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepatsampei kira-kira 20% pada biji tanaman sereallia, setelah tercapai berat kering
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
3/10
maximum dari pada biji, kadar air tersebut agak konstan sekitar 20% tetapi sedikit naik
turun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan.
Kadar air ini penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena panenan
itu harus di lakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-masing spesies atau
varietas. Umumnya tanaman sereallia dan boiji-bijian legume dipanen pada kadar air
20% umumya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk d ipanen. Panenan
dengan kadar air biji 30 % tidak baik karena sukar untuk pengirikan, disamping ini biji
akan rapuh apabila dikeringkan sampai dibawah kadar air 20% tetapi tergantung pada
jenis biji,ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12%. Gandum dipanen pada kadar
air biji 14-15%, kapas 12-14%, padi 18%, jagung 20-30%. Jagung yang dibiarkan di
lapangan dengan kadar air 15-16% akan mudah menjadi busuk sehingga
mengakibatkan produksi turun.Beberapa varietas padi di daerah ini panicle atau
gabahnya akan rontok atau jatuh ketanah apabila kadar biji di biarkan sampai 12-14%
(Jurnalis Kamil, 1979).
Pemurnian benih bertujuan : (1)membuang benih spesies lain yang berbeda
dengan spesies yang diproduksi dan bahan-bahan pengotor dan (2) memilih benih
murni dari beni-benih yang kecil, berwarna tidak normal,dan benih-benih yang tidak
sehat lainnya. Pemurnian benih tidak dapat dilakukan dengan sembarangan karena
masing-masing kelompok benih mempunyai masalah yang harus dianalisis dan
dipecahkan dengan menggunakan perangkat mesin dengan cara yang benar.Untuk
benih yang sedikit pengayakan dapat dilakukan tetapi pada benih yang banyak harus
dilakukan dengan mesin penampi. Ketika dibersihkan , benih dipisahkan dari
kontaminan, tanah ,debu, dan sekam dan benih yang inferior (diluar ukuran
lazim,keriput, retak-retak,dan berpenyakit) (Wahyu Qamara Munisjah,dkk, 1991).
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
umur simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedaka n terutama pada
lot-lot yang mengalami kemunduran cepat.Terlepas dari masalah tersebut,beberapa
peneliti menunjukkan bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat
mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang masih bervigor.Proses
kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai
akhirnya semua benih mati.Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan
lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami
proses kemunduran secara cepat. Semakin lama benih di simpan, maka benihmengalami penurunan viabilitas dan vigornya. Laju kemunduran vigor dan viabilitas
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
4/10
benih tergantung pada beberapa faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau
kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta
cendawan gudang, bial kondisi penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya.Ada
beberapa peneliti yang menunjukkan bahwa pada suatu saat benih vigor mencapai suatu
tititk di mana kemundurannya berlangsung lebih cepat dibandingkan pada waktu
periode awal penyimpanannya.Penurunan vigor dan viabilitas kadang digambarkan
dengan suatu kurva kelansungan hidup sigmoid.Kurva kelansungan hidup benih kering
yang disimpan pada kondisi yang menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian
yang berbed.bagian pertama mewakili benih pada waktu masih vigor dan kemunduran
fungsi kehidupannya berlangsung lambat.Bagian ini berakhir pada tingkat daya
kecambah 90-75%.Bagian kedua yang kemundurannya berlangsung dengan
cepat,bagian kedua ini berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%.Dan akhirnya
bagian ketiga yang proses kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung
terus sampai semua benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas
hanya saja kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.Sejak zaman
presejarah,manusia telah mengetahui bahwa daya kecambah semakin menurun sejalan
dengan bertambahnya umur benih (James, 1967).
III. METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Produksi Benih Politeknik
Negeri Jember pada hari Rabu, 26 Januari 2012.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktik adalah sebagai berikut :
No Alat dan Bahan Spesifikasi Satuan Jumlah
1 Oven Listrik Ekektrik Unit 1
2 Timbangan Analitic 3 digit di belakang koma Buah 2
3 Desikator Baik dan ada silica gellnya Buah 4
4 Pinset / jepitan tahan panas ada pegangan spt gunting Buah 2
5 Cawan porselin bersih Buah 2
6 Kertas label kecil lembar 1
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
5/10
7 Seed grinder Baik Box 1
8 Dole Moisture tester Baik Buah 1
9 Kett Moisture tester Baik Buah 1
10 Alat Hitung Baik Buah 112 Benih Jagung Baik dan Bernas Gram 250
13 Benih Padi Baik dan Bernas Gram 250
14 Benih Kedelai Baik dan Bernas Gram 250
15 Benih Kacang Tanah Baik dan Bernas Gram 250
16 Benih Kacang Hijau Baik dan Bernas Gram 250
C. Prosedur Praktik
1. Metode dasar (Oven/Tungku) Ambil contoh benih yang akan diuji dan hitung sesuai dengan kebutuhan
setiap perlakuan pengujian benih dan di ulang sebanyak 4 kali Timbang cawan porselin yang telah dipanaskan (w1 gram) Timbang contoh benih + cawan porselin (w2 gram) Panaskan da lam oven selama 50 menit dengan temperature 139c Setelah pemanasan selesai dinginkan dalam eksikator Selma 45 menit dan
kemudian ditimbang (w3 gram) Penaskan lagi dalam oven selama 10 menit dengan temperature 130c Benih yang besar seperti (jagung, kacang tanah dan kedelai) terlebih dahulu
dihaluskan dengan menggunakan alt mol. Setelah pemanasan selesai dinginkan dalam ekskalator selama 45 menit dan
kemudian ditimbang (w4 gram) Hitung presentase air yang dilepaskan pada pemanasan pertama (s1)
W2 w3
S2 = x 100 %
W2 w1 Hitung presentase air yang dilepaskan pada pemanasan kedua (s2)
W3 w4
S2 = x 100 %
W2 w1
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
6/10
Hitung kadar air benih
KA = S1 + S2 S1 X S2
100
2. Metode pratek (Moisture Tester) Ambil contoh benih yang akan diuji dengan kebutuhan setiap perlakuan
pengujian dan diulang sebanyak 4 kali
Masukkan benih kedalam takaran sampai takaran dalam keadaan seimbang
dan masukkan benih tersebut alat (moisture tester)
Putar penera sampai jarum penera menujukan angka nol, dan lepas baca hasil
peneraan tersebut
Bandingkan hasil peneraan dengan table pembanding
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Nama benihKett Dole
1 2 3 Rata2 1 2 3 Rata2
1 Jagung 9,3 10,3 10,3 9,97 15,49 15,74 15,29 15,51
2 Padi 10,3 10,5 10,4 10,4 16,1 16,3 16,17 16,36
3 Kedelai 13,2 13,2 13,1 13,67 13,59 13,59 13,69 13,62
4 KH 14,0 13,5 13,5 13,66 14,94 15,025 15,115 15,04
5 KT 8,1 7,9 8,0 8 17,85 16,95 16,85 17,22
Oven
Nama benih W1 W2 W3 W4 KA
Jagung 29,8372 34,8402 31,7675 29,0562 8,55809
Padi 26,2088 31,2974 32,2854 32,012 8, 72042
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
7/10
Kedelai 29,3005 34,3326 33,2651 32,2535 6,22564
KH 29,0328 33,9951 33,3534 33,3284 10,2332
KT 29,1816 34,2492 32,2361 33,1382 10,9871
4.1. Pembahasan
Pada praktikum kadar air benih ini ,cara menentukan kadar air benih padi, kedelai dan
jagung menggunakan dua cara yaitu dengan timbangan elektrik dan dole moisture tester serta
dengan metode oven. Pada benih padi kadar air benihnya diukur dengan menggunakan
timbangan elektrik. Setelah dilakukan pengukuran sebanyak 3 ulangan diperoleh data bahwa
rerata kadar air benih padi adalah 14,6% sementara itu pada benih jagung dan kedelai yangdiukur kadar airnya dengan menggunakan dole moisture tester setelah dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh data bahwa kadar air benih jagung adalah 15,7% dan benih
kedelai adalah 9,3%.
Pada pengukuran kadar air dengan metode oven, praktikan membutuhkan waktu yang
lebih banyak lagi karena benih harus disimpan dalam oven selama 48 jam. Yang dilakukan
pertama kali adalah menyiapkan benih padi sebanyak 20 gram, benih kedelai 100 biji dan
benih jagung 20 biji. Ulangan yang digunakan sama seperti pada pengukuran denganmenggunakan timbangan elektrik yaitu 3 ulangan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan
benih-benih tersebut ke dalam kantong plastik dan disimpan di oven 700 C selama 48 jam.
Setelah 48 jam dan sudah kering mutlak benih padi, kedelai dan jagung ditimbang. Untuk
mengetahui kadar air benihnya adalah dengan menggunakan mengurangi berat benih awal
dengan berat benih akhir dan dibagi berat benih awal. Dari hasil pengamatan ini diperoleh
data bahwa rerata kadar air benih padi adalah 11,7%, kadar air benih jagung adalah 14,9%
dan kadar air benih kedelai adalah 7,9%. Dari data ini diperoleh perbedaan antara kadar air
benih yang diukur dengan menggunakan timbangan elektrik dan dole moisture tester dengan
yang diukur dengan menggunakan metode oven.
Komposisi kimia mempengaruhi kadar air keseimbangan benih dengan lingkungan.
Hal ini tidak lain karena benih bersifat higroskopik. Karena itu benih akan menyerap
kelembaban dari atau melepaskan kelembaban yang dimilikinya kepada atmosfer di
sekelilingnya sampai terjadi suatu keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban
relatif dari atmosfer lingkungan. Jumlah kelembaban dalam benih pada saat keseimbangan itu
berkaitan langsung dengan komposisi kimia benih. Kadar air keseimbangan bebih berpati
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
8/10
tinggi jagung seperti pada data pengamatan di atas lebih tinggi daripada yang dicapai oleh
benih berminyak tinggi kedelai. Hal ini masuk akal karena lemak atau minyak tidak dapat
bercampur dengan air. Karena iru jika kadar air benih jagung atau kedelai seberat 100g
diukur, maka mengingat perbedaan dalam kandungan minyak antar keduanya akan
didapatkan bahwa kira-kira 96% dari bahan jagung akan menyerap air, sedangkan pada
kedelai hanya kira-kira 80%.
Terdapatnya kadar air dalam benih ialah karena adanya dua tipe yang mengikatnya
yaitu, air yang terikat secara kimiawi dan air yang terikat secara fisik. Yang terikat secara
kimiawi, dimana air dalam hal ini merupakan bagian dari komposisi kimia benih. Dapat
dikatakan jarang dilakukan atau sama sekali tidak dilakukan baik untuk mengurangi atau
menghilangkannya, karena untuk itu berarti harus mengubah struktur benih. Yang terikat
secara fisik, dimana air itu memang diserap yang selanjutnya air itu diikat pada permukaan
material oleh kekuatan fisik yang kuat, karena adanya tarik-menarik antara molekul material
dan air, diikat dalam ruangan yang terdapat sekeliling bagian dalam dari masing-masing biji
baik dalam bentuk cairan maupun uap.
Kadar air benih adalah menyangkut air yang terikat secara fisik dan dinyatakan pada
material basah atau kering. Cara penentuan kadar air benih pada garis besarnya dapat
digolongkan atas metode dasar dan metode praktek. Pada metode dasar, benih itu dikeringkan
atau dipanaskan pada temperatur tertentu sehingga mencapai berat yang tetap, kehilangan
berat sebagai akibat pemanasan atau pengeringan itu selanjutnya ditentukan dan dianggap
kadar air benih asal. Pada metode praktek, penentuan kadar air benih berdasarkan atas sifat
konduktifitas dan dielektrik benih, yang kedua sifat ini tergantung dari kadar air dan
temperatur benih. Pada metode dasar antara lain termasuk metode tungku (oven method).
Pada metode praktek antara lain elektrik moisture tester.
Metode oven, pada dasarnya contoh benih dipanaskan pada temperatur dan waktu
tertentu. Pada praktikum ini praktikan menggunakan oven 700 C selama 48 jam sampai
mencapai berat tetap. Kehilangan berat sebagai akibat pemanasan ini ditentukan dan
dianggap kadar air benih asal. Elektrik moisture tester, dengan alat ini ditentukan kadar air
benih berdasarkan atas sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang keduanya tergantung
dari kadar air dan temperatur benih. Penentuan kadar air benih dengan menggunakan alat ini
dapat berlangsung dengan cepat. Untuk mengukur atau memperkirakan kadar air benih pada
tiap kelembaban relatif lazimnya dimanfaatkan gambaran grafis dari hubungan antara kadar
air benih dan lembab relatif lingkungannya pada suatu waktu, pada suhu yang konstan yangdisebut juga isotherma absorpsi yang dibagi menjadi 3 fase.
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
9/10
Fase 1, pada fase ini ditunjukkan bahwa air yang secara erat diikat oleh benih itu
sesungguhnya adalah merupakan bagian dari susunan kimiawi benih, untuk menguranginya
perlu dibantu dengan sedikit perusakan pada jaringan benih. Pada fase inipun berlangsung
pengikatan air sebagai molekul dalam ikatan interaksi dengan molekul-molekul jaringan
benih. Fase 2, pada fase ini pengikatan tidak seerat pada fase 1. Bagi kebanyakan benih,
bagian dari keseimbangan air ditunjukkan oleh hubungan secara garis lurus antara
kelembaban relatif dan kadar air. Air yang ditunjukkan pada fase ini sangat mudah dikurangi
yaitu dengan pengeringan. Fase 3, pada fase ini air ternyata demikian lemahnya diikat oleh
benih, yaitu yang merupakan air dalam ruang antar sel dan antar jaringan, kandungan air ini
harus dihilangkan. Penghilangan kandungan air ini karena kalau tetap ada dapat
menyebabkan terjadinya kemunduran benih secara cepat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari praktik tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Setiap benih memiliki struktur, anatomi dan morfologi yang berbeda shingga cara
penanganannya pun harus berbeda pula agar mutu benih tersebut bisa tetap terjaga.2. Pada praktik kali ini, yang merupakan benih/biji monokotil adalah jagung dan padi,
sementara yang dikotil adalah kacang tanah, kedelai, mentimun dan kacang panjang.
B. Saran
Saran yang dapat praktikan berikan pada saat praktikum antara lain sebagai berikut :
1. Sebaiknya dilakukan pembagian kelompok yang lebih efektif, sehingga sebaran jumlah
alat dengan jumlah praktikkan memadai dan tidak saling menunggu yang berakibat
membuang waktu.
2. Para praktikkan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, sehingga sebelum melakukan
praktik sebaiknya diberi penjelasan detail sehingga ada gambaran pada saat melakukan
praktik.
-
7/31/2019 Laporan Praktikum III Uji Kadar Air
10/10
DAFTAR PUSTAKA
----------.2004. Viability testing by Tetrazolium.pdf. ISTA-APSA-Danida-Workshop.
Hanoi,Vietnam.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji . Penertbit ITB : Bandung.
http://www.disnak-jatim.go.id/web/index.php/Artikel/Budidaya-dan-Pengembangan-Ternak
diakses pada tangga 16 Januari 2012.
http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/perbedaan-tumbuhan-dikotil-dan.html diakses pada
tangga 16 Januari 2012.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih I . Angkasa Raya : Padang.
Kuswanto, H. 2004. Teknologi Pemrosesan Pengemasan & Penyimpanan Benih. Kanisius :
Jogjakarta.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih (edisi revisi). Raja Grafindo Persada : Jakarta.
http://www.disnak-jatim.go.id/web/index.php/Artikel/Budidaya-dan-Pengembangan-Ternak/http://www.disnak-jatim.go.id/web/index.php/Artikel/Budidaya-dan-Pengembangan-Ternak/http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/perbedaan-tumbuhan-dikotil-dan.htmlhttp://www.sentra-edukasi.com/2011/06/perbedaan-tumbuhan-dikotil-dan.htmlhttp://www.sentra-edukasi.com/2011/06/perbedaan-tumbuhan-dikotil-dan.htmlhttp://www.disnak-jatim.go.id/web/index.php/Artikel/Budidaya-dan-Pengembangan-Ternak/