LAPORAN PRAKTIKUM...LAPORAN PRAKTIKUM INTERKONVERSI GULA-PATI Oleh: Golongan C/Kelompok 3C 1. Helmi...
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM...LAPORAN PRAKTIKUM INTERKONVERSI GULA-PATI Oleh: Golongan C/Kelompok 3C 1. Helmi...
LAPORAN PRAKTIKUM
INTERKONVERSI GULA-PATI
Oleh:
Golongan C/Kelompok 3C
1. Helmi Faghi Setiawan (161510501113)
2. Nimas Ardia Nandini (161510501148)
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan sumber energi utama bagi makhluk tak terkecuali
tumbuhan. Tumbuhan membutuhkan gula untuk menjalankan proses
metabolismenya. Proses perolehan gula didapat dengan melakukan proses
fotosintesis pada daun dengan bahan bakar utama karbondioksida dan dibantu
oleh cahaya matahari mengahasilkan gula (glukosa) dan energi. Istilah
interkonversi gula-pati sendiri dapat diartikan hubungan dua arah antara gula
dengan pati, dua arah yang dimaksud adalah proses perubahan pati mejadi gula
atau juga sebaliknya gula menjadi pati. Pati adalah kumpulan gula yang berlebih
sehingga dibentuk polisakarida yang mana adalah pati itu sendiri. Daun sebagai
agen utama dalam pembentukan glukosa namun di dalam daun tidak hanya
terdapat glukosa saja namun dapat pula ditemukan senyawa-senyawa lain seperti
sukrosa, fruktosa dan pati yang terbentuk dari reaksi-reaksi yang sangat kompleks.
Pembentukan pati dari gula melalui proses reaksi fosforilasi dengan ATP
sebagai energi utama. Proses pembentukan patisangat kompleks dan juga
membutuhkan pemahaman yang cukup bagi siapapun yang ingin mempelajarinya
lebih detail. Tempat utama untuk pembentukan pati adalah daun (kloroplast) yang
menghasilkan pati terbanyak pada siang hari, dimana laju fotosintesis lebih tinggi
daripada laju respirasi. Pati sendiri biasa kita kenal dengan istilah karbohitdrat
yang dipecah melalui enzim sehingga menghasilkan glukosa. Contoh sederhanya
adalah proses dimana manusia makan nasi jika dikunyah terus-menerus akan
menghasilkan rasa yang manis.
Enzim dalam pembentukan gula sangat membantu karena tugas enzim
sendiri adalah sebagai katalisator dalam suatu reaksi. Contohnya saja pada reaksi
posporilasi glukosa, enzim alfa amilase dengan beta amilase bekerja sama dengan
merubah glukosa menjadi pati yang kemudian diubah lagi menjadi dekstrin dan
menghasilkan panas sebagai hasil samping. Pati sendiri dibedakan menjadi dua
yaitu pati yang larut dalam air atau glukosa dan yang kedua yaitu amilopektin
yang tidak larut dalam air.
2
Gula sukrosa merupakan gabungan antara glukosa dengan fruktosa
sehingga membentuk rantai alpha d-glukopironose dan beta d-fruktofurunose.
Sekrosa ini memiliki tingkat kepekatan yang rendah dibandingkan dengan glukosa
serta fruktosa. Kepekatan ini juga menjadi indikator gula tersebut manis atau
tidak, jadi gula sukrosa ini adalah gula yang tidak terlalu manis. Oleh karena itu,
praktikum pada kali ini akan mempelajari tentang interkonversi gula pati.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan membuktikan terjadinya interkonversi gula pati pada daun
tanaman.
3
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan tingkat tinggi umumnya memiliki daun yang berguna untuk
menghasilkan makanan dengan proses fotosintesis. Proses fotosintesis sendiri
terdiri atas 2 fase, yaitu pada fase pertama proses fotosintesis menghasilkan ATP
dan NADPH yang keduanya berguna untuk energi melanjutkan ke fase yang
kedua yaitu fase dimana daun akan mengahasilkan karbohidrat. Karbohidrat pada
daun yang mengandung amilum akan dipecah menjadi gula-gula yang fungsinya
sebagai cadangan makanan. Pati atau karbohidrat sendiri adalah timbunan
glukosa-glukosa yang tidak terpakai (Ai, 2012).
Pembentukan glukosa tidak terjadi begitu saja melainkan dengan reaksi
yang membutuhkan waktu lama, semakin lama waktu yang diperlukan maka
semakin besar pula kesempatan untuk bereaksi sehingga menghasilkan
karbohidrat yang banyak. Reaksi pembentukan gula disebut dengan reaksi
fosforilasi yang memerlukan bantuan enzim untuk memperlancar reaksi tersebut.
PH dalam suatu reaksi juga harus diperhatikan karena tidak semua reaksi dapat
berlangsung pada kondisi asam atau basa (Suwarno et al, 2015).
Daun atau bagian manapun pada tumbuhan semakin dewasa akan semkin
banyak menghasilkan gula maupun karbohidrat totalnya. Gula yang ditimbun
pada daun akan menghasilkan karbohidrat tinggi serta dapat dipecah menjadi
energi ketika dibutuhkan. Penyimpanan gula lainnya juga terdapat pada buah,
yang semakin matang buah akan terlihat membesar dan mengeluarkan wangi yang
harum. Bau tersebut merupakan penanda bahwa dalam buah tersebut mengandung
fruktosa sebagai penyimpanan makanan. (Fitringrum, 2013).
Pati akan terus dihasilkan oleh suatu tanaman hingga proses
metabolismenya mati atau bisa dibilang tanaman tersebut mati. Tanaman yang
masih berproduksi juga akan terus menghasilkan pati dan dapat disimpan dibagian
manapun dari tumbuhan tersebut. Pada tanaman yang tidak lagi berproduksi
kandungan pati akan menurun sehingga tidak ada lagi hasil gula maupun pati dari
tanaman tersebut. Daun juga dapat menandakan proses fotosintesis berjalan
dengan baik atau tidak sehingga menghasilkan karbohidrat (Manatar, 2012).
4
Pada kondisi yang menguntungkan tanaman akan mengubah gula menjadi
pati. Proses pengubahan gula menjadi pati tersebut berguna untuk menggantikan
makanan atau energi yang terpakai pada saat proses fotosintesis. Energi utama
untuk fotosintesis adalah ATP yang mana ATP sendiri terbentuk dari pemecahan
molekul-molekul gula dan menghasilkan panas sebagai hasil samping dari
pembakaran molekul gula tersebut (Kulkarni and Chavan, 2013).
Energi dibutuhkan pada tanaman untuk merubah keadaan lingkungan dari
tanaman tersebut. Perubahan kondisi lingkungan tersebut dapat terjadi saat asanya
sinar matahari maupun saat gelap. Perubahan lingkungan tersebut adalah suatu
contoh bagi tanaman tertentu untuk melangsungkan hidupnya atau bahkan
menjadi sampel (Henry et al, 2014). Perlakuan awal sangat berpengaruh dalam
menghasilkan gula. Contohnya saja pada daun etiolasi yang tidak mendapatkan
suplai cahaya sehingga berwarna kuning dan tidak melakukan fotosintesis. Daun
yang tidak melakukan fotosintesis akan sangat peka jika diuji dengan beberpaa
perlakuan maka dari itu daun beretiolasi dijadikan sebagai sampel (Kaur et al,
2013).
Tanaman etiolasi memiliki ciri daun mengecil, pertumbuhan memanjang
dan tidak berwarna hijau. Kandungan karbohidrat dalam tanaman etiolasi tidak
besar karena tanaman tersebut tidak bisa melakukan proses fotosintesis dan
perombakan pati. Penting adanya klorofil dan melakukan proses fotosintesis untuk
mendapatkan pati yang dapat dijadikan sumber makanan tanaman tersebut ketika
kondisi lingkungan tidak mendukung (Mangoendidjojo, 2003).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Agrobiosains dengan judul “ Interkonversi Gula-Pati”
dilaksanakan pada Sabtu, 28 Oktober 2017 pukul 10.30-12.00 WIB bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Beaker Glass
2. Alat pemanas
3. Cawan petri
4. Gelas ukur
5. Pinset
3.2.2 Bahan
1. Daun jagung yang beretiolasi
2. Alkohol
3. Larutan glukosa, fruktosa, dan sukrosa
4. Aquades
5. I2KI
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Memotong daun jagung yang beretiolasi dalam larutan aquades.
2. Memasukkan kedalam beaker glass masing-masing 10 ml larutan sukrosa 0,5
M; fruktosa 0,5 M; glukosa 0,5 M dan aquades.
3. Memasukkan kedalam beaker glass masing-masing 2 helai daun jagung yang
telah beretiolasi atau potongan daun jagung yang beretiolasi dan menunggu 48
jam.
4. Merebus daun jagung tersebut sampai bewarna pucat.
5. Meniriskan daun-daun tersebut kemudian menguji dengan I2KI.
6
6. Mengamati dan membandingkan kualitas warna dari daun yang direndam
larutan sukrosa, fruktosa, glukosa, dan aquades.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Perubahan warna daun setelah ditetesi I2KI
2. Kepekatan amilum dalam daun jagung etiolasi dengan menggunakan sukrosa,
glukosa, fruktosa dan aquades.
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada praktikum ini yaitu deskripsi kualitatif.
7
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Perlakuan Keterangan
1. Glukosa + + + +
2. Fruktosa +
3. Sukrosa + + +
4. Kontrol +
Keterangan :
+ : Tidak pekat
+ + : Agak pekat
+ + + : Pekat
+ + + + : Sangat pekat.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan untuk menguji
interkonversi gula pati, dapat diketahui bahwa untuk setiap perlakuan
menghasilkan kepekatan warna yang berbeda. Kepekatan warna yang terjadi pada
setiap potongan daun yang telah direndam diketahui setelah meneteskan I2KI.
I2KI atau yang umum disebut sebagai larutan lugol adalah larutan yang dapat
mengindikasi adanya amilum pada suatu bahan uji. Berdasarkan data yang
diperoleh, daun jagung yang sebelumnya telah dietiolasi mengandung pati atau
amilum yang berasal dari proses fotosintesis. Uji kandungan amilum atau pati
menggunakan bahan utama daun jagung yang beretiolasi, karena untuk mencegah
terjadinya fotosintesis sehingga kandungan amilum atau pati tetap tersimpan
dalam daun dan tidak terjadi penguraian.
Daun jagung etiolasi yang direndam dalam larutan selama 48 jam
menghasilkan tingkat kepekatan yang berbeda. Perendaman pada larutan glukosa,
larutan fruktosa, larutan sukrosa, dan aquades dilakukan untuk mengeluarkan atau
8
tingkat reaksi daun terhadap larutan tersebut. Larutan glukosa merupakan
campuran dray glukosa dengan aquades, larutan sukrosa merupakan campuran
antara sukrosa dengan aquades, larutan fruktosa merupakan campuran fruktosa
dengan aquades, dan aquades merupakan larutan bersifat netral.larutan lain yang
digunakan pada praktikum interkonversi gula pati yaitu alkohol, alkohol
digunakan untuk merebus potongan daun yang telah dietiolasi dan direndam
dalam larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan aquades.
Data yang diperoleh menjelaskan, daun yang direndam larutan glukosa
menghasilkan warna pekat setelah ditetesi iodine, hal ini menunjukkan bahwa
kandungan pati atau amilum pada daun sangat tinggi, dan proses interverensi gula
pati yang terjadi tinggi, karena kadar pati atau amilum menentukan laju reaksi
interkonversi gula pati. Daun yang telah direndam pada larutan fruktosa memiliki
indikator warna tidak pekat setelah ditetesi larutan iodine, hal ini menunjukkan
bahwa kandungan pati atau amilum pada daun rendah, serta laju interverensi gula
pati yang terjadi sangat rendah.
Daun jagung yang telah direndam dalam larutan sukrosa menunjukkan
indikasi warna pekat setelah ditetesi larutan iodine, hal ini menunjukka bahwa
kandungan amilum atau pati pada daun tinggi, dan juga laju interkonversi gula
pati tinggi. Daun yang telah direndam dalam larutan aquades menunjukkan
indikasi warna tidak pekat, hal ini menunjukkan bahwa kandungan amilum atau
pati tidak ada atau sangat sedikit, dan laju interkonversi gula pati sangat lambat.
Kandungan pati yang terdapat dalam daun yang beretiolasi sebagai indikator
warna dray amsing-masing larutan berasal dari reaksi hidrolisis pemecahan pati
saat proses fotosintesis. Proses hidrolisis mmampu memecah ikatan rantai karbon
pati menjadi amilosa dan amilopektin. Pemunculan kadar glukosa dilakukan
dengan penambahan enzim alfa amilase dan beta amilase, sehingga terbentuk
dekstrin, dekstrin tersebut di glikosida membentuk maltose dan glukosa
(Zusfahari, 2012)
9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Daun merupakan organ tumbuhan untuk forosintesis yang didalamnya
terdapat kandungan amilum atau pati, yaitu glukosa, sukrosa, dan fruktosa.
2. Kandungan glukosa, fruktosa, dan sukrosa pada daun berbeda-beda dan
dapat dibuktikan dengan larutan iodine sebagai indikator.
5.2 Saran
Saat perebusan daun dengan alkohol dan penetesan dengan lauran iodine
sebaiknya dilakukan dimasing-masing meja praktikan, agar semua praktikan
mengetahui proses yang terjadi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S. 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Sains, 12(1): 28-34.
Fitriningrum, R., sugiyarto, dan A. Susilowati. 2013. Analisis Kandungan
Karbohidrat pada Berbagai Tingkat Kematangan buah Karika (Carica
pubescens) di Kejajar dan Sembungan, Daratan Tinggi Dieng, Jawa
Tengah. Bioteknologi, 10(1): 6-14.
Henry, C., S. W. Bledsoe, A. Siekman, A. Kollman, B. M. Waters, R. Feil, M.
Stitt, and L. M. Lagrimini. 2014. The Trehalose Pathway in Maize:
Conservation and Gene Regulation in Response to the Diurnal Sycle and
Extended Darkness.
Kaur, H., P. Sharma, and G. Sirhindi. 2013. Sugar Accumulation and its
Regulation by Jasmonic Acid in Brassica napus L. Under Salt Stress.
Stress Physiology and Biochemistry, 9(4): 53-64.
Kulkarni, S. S., and P. D. Chavan. 2013. Influence of Waterlogging on
Carbihydrate Metabolism in Ragi and Rice Roots. Stress Physiology and
Biochemistry, 9(2): 199-205.
Manatar, J. E., J. Pontoh, dan M. R. J. Runtuwene. 2012. Analisis Kandunga Pati
dalam Batang Tanaman Aren (Arenga pinnata). Sains, 12(2): 89-92.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta:
Kanisius.
Suwarno, R. D. Ratnani, dan I. Hartati. 2015. Proses Pembuatan Gula Invert dari
Sukrosa dengan Katalis Asam Sitrat, Asam Tartrat dan Asam Klorida.
Momentum,11(2): 99-103.
Zusfahair, dan D.R Ningsih. 2012. Pembuatan Dekstrin dray Pati Ubi Kayu
Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi dari Azospririllum sp. Jg3.
Molekul. 7(1): 9-19.
11
LAMPIRAN
12
13
14
15
Gambar 1. Jagung etiolasi
Gambar 2. Pemotongan daun dan direndam larutan sesuai perlakuan
16
Gambar 3. Daun yang direndam dengan sukrosa selama 48 jam
Gambar 4. Daun dimasukkan ke tabung yang telah berisi air
17
Gambar 5. Sampel direbus untuk menghilangkan klorofil
Gambar 6. Daun sampel dikeluarkan dan ditaruh diatas kaca arloji
18
Gambar 7. Sampel daun ditetesi dengan larutan I2KI
Gambar 8. Hasil yang didapatkan
19
Ai, N. S. 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Sains, 12(1): 28-34.
20
Fitriningrum, R., sugiyarto, dan A. Susilowati. 2013. Analisis Kandungan
Karbohidrat pada Berbagai Tingkat Kematangan buah Karika (Carica
pubescens) di Kejajar dan Sembungan, Daratan Tinggi Dieng, Jawa
Tengah. Bioteknologi, 10(1): 6-14.
21
Henry, C., S. W. Bledsoe, A. Siekman, A. Kollman, B. M. Waters, R. Feil, M.
Stitt, and L. M. Lagrimini. 2014. The Trehalose Pathway in Maize:
Conservation and Gene Regulation in Response to the Diurnal Sycle and
Extended Darkness.
22
Kaur, H., P. Sharma, and G. Sirhindi. 2013. Sugar Accumulation and its
Regulation by Jasmonic Acid in Brassica napus L. Under Salt Stress.
Stress Physiology and Biochemistry, 9(4): 53-64.
23
Kulkarni, S. S., and P. D. Chavan. 2013. Influence of Waterlogging on
Carbihydrate Metabolism in Ragi and Rice Roots. Stress Physiology and
Biochemistry, 9(2): 199-205.
24
Manatar, J. E., J. Pontoh, dan M. R. J. Runtuwene. 2012. Analisis Kandunga Pati
dalam Batang Tanaman Aren (Arenga pinnata). Sains, 12(2): 89-92.
25
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta:
Kanisius.
26
Suwarno, R. D. Ratnani, dan I. Hartati. 2015. Proses Pembuatan Gula Invert dari
Sukrosa dengan Katalis Asam Sitrat, Asam Tartrat dan Asam Klorida.
Momentum,11(2): 99-103.
27
Zusfahair, dan D.R Ningsih. 2012. Pembuatan Dekstrin dray Pati Ubi Kayu
Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi dari Azospririllum sp. Jg3.
Molekul. 7(1): 9-19