Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

download Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

of 34

description

h

Transcript of Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    1/34

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT

    MODUL IV

    UJI SENSITIVITAS DAN PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA

    Disusun Oleh :

    Dias Natasasmita

    26020110130093

    Asisten:

    Didha Andini P

    K2D 007 027

    PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

    JURUSAN ILMU KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2011

    BAB I

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    2/34

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangLaut dapat dijadikan sumber dalam bidang farmasi, bahan makanan,

    kosmetik, dan enzim yang merupakan kekayaan sumber keanekaragaman biologi.

    Banyak produk alam yang diisolasi dari lingkungan laut. Akan tetapi, meskipun

    mikroorganisme laut sudah terkenal sebagai sumber dari molekul bioaktif yang

    baru, pemanfaatannya masih sedikit. Banyak organisme dalam kehidupan laut

    termasuk bakteri hidup pada daerah sedimen dan memproduksi antibakteri yang

    diperoleh dari isolasi bakteri (Park et al, 2002).

    Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam

    jumlah amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat

    mikroorganisme lain (Pelczar, 1988). Antibiotik mempunyai nilai ekonomi yang

    tinggi terutama di bidang kesehatan, karena kegunaanya dalam mengobati

    berbagai penyakit infeksi. Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru sangat

    dibutuhkan dalam bidang kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten

    terhadap antibiotik-antibiotik yang sudah ada (Waaij, 1991). Untuk itu perlu

    dilakukan penelitian eksplorasi untuk mendapatkan isolasi bakteri yang dapat

    menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak dihasilkan oleh alga, lichen,

    tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata dan mikroorganisme.

    Kerentanan terhadap suatu zat antibiotik pada bakteri ditentukan oleh

    bakteri itu sendiri. Untuk mengetahui hal itu dilakukan uji sensitivitas. Uji

    sensitivitas merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan produk alam

    yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk

    menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.Metode dalam uji sensitivitas dibedakan menjadi dua, yaitu metode difusi dan

    metode dilusi. Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi dengan

    cara Kirby-Bauer. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap

    pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah

    jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona

    hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    3/34

    antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan

    yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Koeswartono, 1982).

    Kekayaan hayati laut Indonesia dikenal sangat beragam, salah satu

    diantaranya adalah invertebrata laut. Invertebrata laut dalam sistem rantai

    makanan merupakan herbivora, predator dominan dan biota penentu dari sistem

    piramida makanan (Murniasih, 2005). Berbagai jenis invertebrata laut yang

    banyak dijumpai di daerah pesisir antara lain sponge, ubur- ubur, Nudibranchia

    dan masih banyak lagi. Nudibranchia adalah Moluska tidak bercangkang yang

    seringkali berwarna terang dan mencolok (Karuso dan Scheuer, 2002).

    Keberadaan Nudibranchia sebagai salah satu kekayaan hayati Indonesia dan

    memiliki peran dalam rantai makanan, telah menempatkan Nudibranchia sebagai

    spesies yang harus dijaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

    untuk menjaga kelestarian Nudibranchia yaitu dengan membuat database

    keanekaragamannya. Nudibranchia memiliki potensi sebagai antivirus dan

    antikanker. Hal ini telah menarik para peneliti untuk mengeksplorasinya

    (Murniasih, 2005). Saat ini di Indonesia, belum ada data pasti mengenai

    keanekaragaman Nudibranchia dan penelitian mengenai Nudibranchia belum

    banyak dilakukan. Maka penelitian mengenai Nudibranchia perlu lebih

    banyak lagi dilakukan, supaya pengetahuan mengenai invertebrata laut ini

    menjadi lebih baik (Ampou, 2006).

    Keanekaragaman Nudibranchia dapat diketahui dengan melihat faktor-faktor

    yang mempengaruhi keberadaannya di lautan, antara lain perbedaan habitat,

    seperti tutupan karang, ketersediaan dan jenis makanan. Ketiga hal ini berkaitan

    karena diketahui bahwa banyak Nudibranchia makan dan hidup dalam asosiasi

    yang dekat dengan spesies karang (Godfrey, 2001). Nudibranchia pada umumnyamemakan algae, sponge, karang keras dan lunak, bryozoans dan hydroids (Allen

    dan Steene, 1999).

    Ada beberapa penyakit di dunia yang sudah resisten terhadap dua golongan

    atau lebih antibiotik. Penyakit yang sudah resisten terhadap beberapa golongan

    antibiotik ini disebabkan oleh bakteri Multi Drug Resistant (MDR). Sejalan

    dengan waktu penyakit yang disebabkan oleh bakteri MDR ini berkembang cepat

    di NegaraNegara berkembang. Namun, ironisnya penyakit ini merupakan yang

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    4/34

    terlupakan oleh Negara Negara maju. Hal ini sangat penting dan perlu disoroti

    lebih lanjut untuk dilakukan penanganan masalah tersebut. Penanganan bakteri

    patogen di dalam bidang kesehatan serta pemanfaatan senyawa antibiotik yang

    ramah lingkungan yang dihasilkan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan

    invertebrata laut telah menjadi pekerjaan rumah yang harus segera ditangani

    secara multidisiplin dan serius (Hunt and Vincet, 2006).

    Berdasarkan data tersebut maka sangat penting untuk segera mencari dan

    menemukan antimikroba baru yang ramah lingkungan untuk malawan bakteri-

    bakteri MDR. Menurut Burgess et al. (2003), bakteri yang bersimbiosis dengan

    karang lunak dapat mensintesis senyawa metabolit sekunder yang sama seperti

    inangnya. Hal ini memungkinkan bakteri simbion karang lunak dapat

    menghasilkan senyawa antibakteri yang mampu melawan bakteri MDR.

    Karang lunak telah diketahui sebagai sumber yang kaya akan produk senyawa

    bioaktif yang mempunyai potensi bioteknologi dan juga mempunyai potensi

    antiviral, antitumor, antimikroba dan lain-lain (Thiel and Imhoff, 2003; Radjasa,

    2004; Radjasa et al., 2007). Namun, belum ada penelitian antibakteri dari karang

    lunak jenis Lobophyton sp., sehingga kandungan senyawa bioaktifnya masih

    belum diketahui. Selama ini penelitian mengenai antibakteri dari karang lunak

    adalah dari jenis Sarcopyton sp., Sinularia sp., dan Xenia sp. (Radjasa et al.,

    2007).

    Menurut Kelecom (2001) bahwa mikroorganisme simbiotik biasanya

    menghasilkan metabolit sekunder yang mirip dengan yang dihasilkan oleh

    inangnya. Diperkirakan kurang dari 2% mikrobia baru berhasil diisolasi dari

    lingkungan laut sebagai kultur murni. Dilaporkan bahwa terdapat asosiasi

    mikroorganisme dengan organisme laut yang juga mensistesa metabolit sekunderseperti organisme inangnya (Burgess et al., 2003).

    Bakteri relatif lebih mudah dikembangbiakkan, tidak memakan banyak

    tempat dan pertumbuhannya cepat. Sehingga diharapkan bakteri yang

    bersimbiosis dengan karang lunak dapat memberikan kontribusi sebagai sumber

    alternatif baru senyawa bioaktif dari laut (Effendi, 2002).

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    5/34

    1.2 Tujuan Praktikan memahami bermacam-macam teknik uji sensitivitas. Praktikan mempunyai ketrampilan melakukan uji sensitivitas. Praktikan dapat melakukan pengamatan mengenai morfologi bakteri.

    1.3 ManfaatSetelah melaksanakan praktikum modul ini, maka praktikan dapat melakukan

    tujuan praktikum dengan baik. Sehingga praktikan telah memperoleh bekal untuk

    penelitian mereka tentang mikroorganisme. Praktikan dapat mengetahui tingkat

    resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik. Dengan mengetahui tingkat resistensi

    suatu bakteri terhadap antibiotik, hal ini dapat bermanfaat dalam bidang kesehatan

    atau kedokteran.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    6/34

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Uji SensitivitasSensitivitas menyatakan bahwa uji sentivitas bakteri merupakan suatu

    metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan

    untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji

    sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan

    produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai

    kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada

    konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk

    menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk

    mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan

    dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer,

    sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini

    adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona

    hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang

    mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri

    menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan

    bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut

    semakin sensitif (Koeswartono, 1982).

    Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri

    adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat

    pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitarkertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona

    hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap

    bahan anti bakteri (Dwidjoseputro, 1998)

    Tujuan dari proses uji sensitivitas ini ialah :

    1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untukkuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang

    kronis.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    7/34

    2. Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :

    1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh

    oleh antibiotik.

    Ada dua macam metode untuk uji sensitivitas yaitu metode dilusi dan

    metode difusi.

    a) DilusiPada prinsipnya antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa

    konsentrasi. Metode yang dipakai ada dua macam, yaitu metode dilusi

    kaldu disebut juga dengan dilusi cair dan metode dilusi agar atau

    dilusi padat. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat

    ditambah suspensi kuman atau bakteri dalam media. Sedangkan dalam

    dilusi padat, tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu

    ditanami bakteri. Pertumbuhan bakteri ditandai oleh adanya kekeruhan

    setelah 16-20 jam diinkubasi. Konsentrasi terendah yang menghambat

    pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan, dan

    disebut dengan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Masing-masing

    konsentrasi antibiotik yang menunjukkan hambatan pertumbuhan

    ditanam pada agar padat media pertumbuhan bakteri dan diinkubasi.

    Konsentrasi terendah dari antibiotik yang membunuh 99,9% inokulum

    bakteri disebut Konsentrasi Bakterisid Minimal (Brander et al., 1991).

    b) DifusiMedia difusi menggunakan kertas disk yang berisi antibiotik dan telahdiketahui konsentrasinya. Pada metode difusi, media yang dipakai

    adalah agar Mueller Hinton. Ada beberapa cara pada metode difusi

    ini, yaitu :

    Cara Kirby-BauerCara Kirby-Bauer merupakan suatu metode uji sensitivitas bakteri

    yang dilakukan dengan membuat suspensi bakteri pada media

    Brain Heart Infusion (BHI) cair dari koloni pertumbuhan kuman

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    8/34

    24 jam, selanjutnya disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair

    (diinkubasi 4-8 jam pada suhu 37C). Hasil inkubasi bakteri

    diencerkan sampai sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108

    CFU/ml (CFU : Coloni Forming Unit). Suspensi bakteri diuji

    sensitivitas dengan meratakan suspensi bakteri tersebut pada

    permukaan media agar. Disk antibiotik diletakkan di atas media

    tersebut dan kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 19-24

    jam. Dibaca hasilnya :

    1. Zona radicalSuatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan

    adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan

    mengukur diameter dari zona radical (Jawetz et al., 2001).

    2. Zona iradicalSuatu daerah disekitar disk yang menunjukkan pertumbuhan

    bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tapi tidak dimatikan.

    Disini akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur atau

    lebih jarang dibanding dengan daerah diluar pengaruh antibiotik

    tersebut (Jawetz et al., 2001).

    Cara sumuranSuspensi bakteri 108CFU/ml diratakan pada media agar,

    kemudian agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah

    tertentu menurut kebutuhan. Larutan antibiotik yang digunakan

    diteteskan kedalam sumuran. Diinkubasi pada suhu 37C selama

    18-24 jam. Dibaca hasilnya, seperti pada cara Kirby-Bauer

    (Jawetz et al., 2001).

    Cara Pour PlateSetelah dibuat suspensi kuman dengan larutan BHI sampai

    konsentrasi standar (108CFU/ml), lalu diambil satu mata ose dan

    dimasukkan kedalam 4ml agar base 1,5% dengan temperatur

    50C. Suspensi kuman tersebut dibuat homogen dan dituang pada

    media agar Mueller Hinton. Setelah beku, kemudian dipasang

    disk antibiotik (diinkubasi 15-20 jam pada suhu 37C) dibaca dan

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    9/34

    disesuaikan dengan standar masing-masing antibiotik (Jawetz et

    al., 2001).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :

    1. Kekeruhan suspensi bakteri. Kurang keruh : diameter zone lebih lebar. Lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan

    S atau sebaliknya.

    2. Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar.idak boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit diameter

    zone hambatan sehingga jadi R.

    3. Temperatur inkubasiPertumbuhan optimal : 35 C bila 35O C ada bakteri yang kurang

    subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang baik.

    4. Waktu inkubasi. Waktu : 1618 jam Bila Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga

    zone hambat makin sempit.

    5. Ketebalan agarKetebalan : 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila

    lebih maka difusi obat lambat.

    6. Jarak antar disk obat Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan meter

    9-10m paling banyak 7 disk obat.

    Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk.7. Potensi disk obat

    Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya

    berbeda. Yang harus diperhatikan :

    Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpanpada suhu 4O C.

    ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengankontrol strain.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    10/34

    8. Komposisi mediaSangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat,

    kativitas obat tersebut. Quality Control :

    Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktoryang berpengaruh terhadap diameter zone hambatan.

    Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteristandard : Staphylococcus aureus ATCC 25923, E. Coli ATCC

    25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

    2.2 Sejarah dan Perkembangan AntibiotikFenomena antagonisme di antara organism hidup sudah muncul sejak 1877,

    pada saat Pasteur dan Joubert melaporkan bahwa suatu bakteri aerob mempunyai

    sifat antagonis terhadap pertumbuhan Bacillus anthracis. Sifat antagonistic

    disebabkan adanya sekresi substansi kimia yang bersifat menghambat

    pertumbuhan. Sifat antagonis ini oleh Pasteur kemudian diterapkan secara in vivo.

    Hasil percobaan anthrax pada binatang percobaan yang peka ternyata dapat

    ditekan dengan menginokulasi secara simultan berbagai bakteri non patogenik (

    Suwandi, 1993).

    Beberapa tahun kemudian Boechard, Emmerich dan Low membuat ekstrak

    Pseudomonas araginosa dan mereka menamakannya Pycocyanase. Dengan

    pengenceran sangat tinggi, senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan

    Corynebacterium diphteriae, Salmonella typhii, Pasteurella pestis dan Cocci

    patogenik. Maka mulailah aplikasi terapi dengan memanfaatkanfenomena

    interaksi diantara spesies mikroba. Selama 20 tahun Pycocyanase telah digunakan

    untuk terapi berbagai infeksi penyakit, tetapi karena alasan toksisitasnya,

    kemudian tidak digunakan secara ekstensif. Selama periode ini banyak percobaan

    dan tulisan mengenai efek penghambatan bakteri terhadap mikroba lain.

    Tahun 1907, Nicolle melaporkan adanya aktivitas anti bakteri Bacillus

    subtilis dan sejak itu mulai dikenal Bacilli pembentuk spora yang mempunyai

    aktivitas antibiotic. Di belgia pada tahun 1925, Gratia membuat ekstrak agen litik

    dari jaumr dan berhasil digunakan untuk mengobati infeksi kulit Staphylococcus.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    11/34

    Merekalah yang memulai screening mikroorganisme antagonistic secara

    sistematis. Cara kerjanya cepat tersebar dan banyak mendapat perhatian para ahli

    mikrobiologi tanah dan tanaman. Salah satunya yaitu percobaan yang dilakukan

    oleh Fleming tahun 1928, mengenai mikroba yang berada di udara ( Suwandi,

    1993).

    Istilah antibiotic muncul pada literature mikrobiologi awal tahun 1928.

    Menurut Selman Waksman, antibiotic adalah substansi kimia yang diperoleh dari

    mikroorganisme, dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan

    menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba lain ( Usman, 1987 ).

    Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteriostatik yang

    dihasilkan jamur Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu

    penisilin dikenal dan diketahui dapat diproduksi oleh berbagai macam jamur.

    Namun karena kurang stabil terutama bio-aktivitasnya akan hilang bila diuapkan

    samapi kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey

    dan kawan kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan

    penggunaan penisilin Fleming untuk terapi ( Suwandi, 1993 ).

    Tahun 1940, Chain dkk juga melakukan penelitian penisilin, mereka

    membiakan organism Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada

    temperature rendah, akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000

    kali, serta dapat menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang

    mempunyai stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan

    besar dalam perkembangan produksi antibiotic terutama penisilin dan merupakan

    tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi ( Suwandi, 1993 )

    Pada waktu yang hampir sama di Rockefeller Institute for Medical Research

    New York. Dubos menemukan antibiotic kompleks Tyrothricin yang diproduksioleh bakteri tanah Bacillus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff

    menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun

    1944 Selman Waksman menemukan strerptomisin yang merupakan salah satu

    antibiotic yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes.

    Strepstomisin merupakan anti tuberculosis yang ampuh. Perkembangan ini

    merangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha

    mencari mikroorganisme panghasil antibiotic. Sejak itu aktinomisetes terutama

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    12/34

    streptomises menjadi gudang utama untuk memperoleh antibiotic baru. Di

    berbagai lembaga penelitian dilakukan pencarian antibiotic dari berbagai tipe

    mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotic

    baru ( Suwandi, 1993).

    Pada tahun1945 telah ditemukan Basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus,

    diikuti khloramfenikol oleh Streptomyces venezuelae dan polimiksin oleh B.

    polymyxapada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S.aureofacienspada tahun 1948

    dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin

    1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin ditemukan oleh

    Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan Streptomyces. Semua ini

    merupakan antibiotic yang sangat penting dan sampai saat ini masih

    diperhitungkan sebagai salah satu antibiotic untuk melawan infeksi ( Suwandi,

    1993 ).

    Pada tahun 60-an, penemuan antibiotic agak berkurang tetapi usaha

    penemuan dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari

    antifungal, anti mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti

    virus, dan antibiotic untuk penggunaan non medis. Namun pada decade ini

    problem resistensi bakteri terhadap antibiotic mulai muncul dan telah

    berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik atau derivate antibiotic yang

    telah dikenal untuk menggantikan antibiotic yang sudah ada ( Suwandi, 1993 ).

    Potensi antibiotic dapat ditentukan oleh cara kimia, fisika, dan biologi. Suatu

    pengujian dilakukan untuk menentukan kesanggupan suatu antibiotic membunuh

    atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup. Pengujian secara biologi

    merupakan metoda yang paling efektif untuk antibiotic ( Usman, 1987 ).

    2.3 AntibiotikAntibiotika merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu

    mikroorganismeyang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain (Pelczar

    dan Chan, 2005). Antibiotika juga dapat didefinisikan sebagai zat kimia yang

    dihasilkan oleh suatumikroba yang mempunyai khasiat antimikrobial (Entjang,

    2003). Pada awalnya, istilahyang digunakan adalah antibiosis, yang berarti

    substansi yang dapat menghambatpertumbuhan organisme hidup yang lain,

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    13/34

    berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis disebut

    sebagai antibiotik (Pratiwi, 2008).

    Antibiotika yang ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain

    mempunyaikemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan

    mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic), tidak menimbulkan

    pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, tidak menimbulkan

    terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen serta konsentrasi antibiotik

    dalam jaringan harus mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat

    atau mematikan penyebab infeksi (Pelczar dan Chan, 2005).

    Antibiotik pada mulanya berupa zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang

    dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Sejak

    ditemukan penisilin sampai saat ini sudah beribu antibiotik yang ditemukan dan

    hanya sebagian kecil yang dapat dipakai untuk terapeutik. Mekanisme kerja dari

    antibiotik ini antara lain menghambat biosintesis dalam dinding sel (misal

    penisilin), menaikkan permeabilitas membran sitoplasma (misal sefalosphorin),

    mengganggu sintesis protein normal bakteri (tetrasiklin, aminoglikosida).

    Bakterisid merupakan antibiotika yang mempengaruhi pembentukan dinding sel

    atau permeabilitas membran, sedang bakteriostatik adalah antibiotik yang bekerja

    pada sintesa protein (Mutschler, 1991).

    Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotik dapat bersifat bakteriostatik

    (menghambat pertumbuhan mikroba lain). Antimikroba tertentu dapat

    meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik ditingkatkan melebihi kadar hambat

    minimal (Gran, 1983).

    Menurut Franklin dan Snow (1985), antibiotik dibagi menjadi 5 kelompok

    berdasar mekanisme kerjanya yaitu:1) Mengganggu metabolisme sel bakteri

    2) Menghambat sintesis dinding sel mikroba

    3) Merusak keutuhan membran sel mikroba

    4) Menghambat sintesis protein mikroba

    5) Menghambat atau merusak sintesis asam nukleat sel mikroba.

    Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-

    Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    14/34

    Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona

    hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat

    pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah

    bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik (Irianto, 2006). Menurut

    Irianto (2006), faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer, yaitu:

    Konsentrasi mikroba uji Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram Jenis antibiotik pH medium

    Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer:

    Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam biakan bakteri kemudian tekankapas ke sisi tabung agar air tiris.

    Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton Agar secaramerata.

    Biarkan cawan selama 5 menit. Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi

    tertentu.

    Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram padapermukaan agar.

    Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna dipermukaan agar.

    Inkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan tabel.

    sensitivitas antibiotik.

    2.4 MDR (Multi-Drug Resistance) atau Resistensi MikrobaResistensi adalah suatu keadaan karena pengaruh obat antiinfeksi terhadap

    kuman berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitif oleh perlakuan

    obat anti infeksi. Resistensi merupakan kegagalan pengobatan dengan suatu

    antibiotika dengan dosis terapi (Franklin dan Snow, 1985).

    Brander et al., (1991) mengatakan bahwa mekanisme resistensi bakteri

    terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat, perubahan target atau

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    15/34

    sirkulasi enzim, berkurangnyaakumulasi obat oleh adanya sel resisten, variasi

    jalur metabolisme.

    Brander et al., (1991), ada 3 macam tipe resistensi, yaitu non genetik, genetik

    dan silang. Resistensi non genetik terdapat pada mikroba dalam keadaan inaktif

    atau istirahat, resistensi genetik merupakan mutasi spontan karena terjadinya

    tanpa dipengaruhi ada atau tidaknya antimikroba tersebut. Penghancuran

    antibiotik secara enzimatik oleh enzim yang di hasilkan bakteri seperti laktamase

    akan memecah cincin _- laktam dari penisilin dan derivatnya demikian juga

    aminoglukosa menjadi terasetilasi atau terfosforilasi oleh asetilase atau

    fosforilase. Dinding sel bakteri Gram negatif yang lebih kompleks membuat

    bakteri kurang sensitif terhadap antibiotik _-laktam.

    Reseptor tempat agen antimikroba bereaksi dapat berubah baik afinitas

    reseptor terhadap antimikroba maupun respon reseptor yang dapat menaikkan

    aktivitas sehingga dapat mengatasi obat tersebut. Berkurangnya akumulasi obat

    oleh adanya sel resisten terjadi dengan adanya penurunan permeabilitas membran

    sel terhadap antibiotik dan variasi jalur metabolisme tersebut oleh antimikroba.

    Obat yang dapat menghambat pertumbuhan antagonis kompetitif metabolisme

    normal,dapat menghasilkan metabolik yang berlebihan. Akibatnya obat tersebut

    tidak efektif lagi bagi bakteri (Irianto, 2006).

    Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel

    mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup.

    Beberapa bakteri mempunyai kemampuan alami untuk kebal atau resisten

    terhadap efek pengobatan, misal dengan antibiotik, meskipun tidak berinteraksi

    secara langsung. Hal ini dapat terjadi karena bakteri mempunyai enzim yang dapat

    merusak obat. Bakteri yang resistensi tidak peka lagi terhadap antibiotik atau senganti mikrobial (Brander et al., 1991).

    Resistensi sel mikroba atau alat sifat tidak tergantung kehidupan sel mikroba

    oleh anti mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan

    hidup (Irianto, 2006). Sebab-sebab terjadinya resistensi dapat dibagi menjadi :

    a) Non GenetikPenggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan tidak

    seluruh mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih bertahan

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    16/34

    hidup kemungkinan akan mengalami resistensi saat digunakan

    antimikroba yang sama. Proses ini dinamakan dengan seleksi (Jawetz et

    al., 2001).

    b) GenetikTerjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena

    perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal

    maupun ekstra kromosomal, dan perubahan genetik tersebut dapat

    ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies kuman kepada spesies

    kuman lain melalui berbagai mekanisme (Anonim, 1994).

    1. Resistensi kromosomalResistensi kuman terhadap antibiotik yang mempunyai sebab genetik

    kromosomal terjadi misalnya karena terjadinya mutasi spontan pada

    lokus DNA yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu

    (Anonim, 1994).

    2. Resistensi ekstrakromosomalBakteri mengandung unsur-unsur genetik ekstrakromosomal yang

    dinamakan plasmid (Sudarmono, 1993). Faktor R adalah kelompok

    plasmid yang membawa gen resistensi terhadap satu atau beberapa

    obat antimikrobia dan logam berat. Gen plasmid untuk resistensi

    antimikrobia mengontrol pembentukan enzim yang mampu merusak

    antimikrobia (Jawetz etal., 2001).

    3. Resistensi silangSuatu populasi kuman yang resisten terhadap suatu obat tertentu

    dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang dapat mempunyai

    mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini misalnyaterjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir sama

    misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan

    oleandromisin, meskipun demikian adakalanya terjadi pula resistensi

    silang pada dua obat yang berlainan struktur kimianya sama sekali,

    misalnya eritromisin dengan linkomisin (Anonim, 1994).

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    17/34

    Mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik diantaranya melalui

    mekanisme mikroorganisme menghasilkan enzim dan merusak obat

    yang aktif, mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap

    obat, mikroorganisme mengubah struktur target untuk obat,

    mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme baru

    menghindari jalur yang biasa dihambat oleh obat, dan

    mikroorganisme mengembangkan enzim baru yang masih dapat

    melakukan fungsi metaboliknya tapi sedikit dipengaruhi oleh obat

    (Jawetz, et al., 2001).

    Masalah resistensi bakteri terhadap antibiotik telah dapat dipecahkan dengan

    ditemukan antibiotik golongan baru, seperti golongan aminoglikosida,

    glikopeptida, dan makrolida, juga obat modifikasi kimiawi dari antibiotik yang

    telah ada. Namun, tak ada jaminan bahwa pengembangan antibiotik baru dapat

    mencegah kemampuan bakteri menjadi resisten Jawetz, et al., 2001).

    2.5 Bakteri PatogenBerbagai macam penyakit ditularkan oleh bakteri patogen (khususnya bakteri

    Gram negatif) dan dapat menginfeksi inang. Patogen adalah material maupun

    organisme penyebab penyakit. Sebelum membicarakan patogen, perlu membahas

    sistem pertahanan inang.Sistem pertahanan inang dimulai dari lapisan permukaan

    kulit, saluran pencernaan, respirasi, dan urogenital. Patogen harus bersaing

    dengan mikroflora (mikroba normal) agar bisa berkoloni di permukaan kulit dan

    saluran pencernaan. Saluran pencernaan, pernapasan, dan urogenital memiliki

    lapisan mukosa yang berupa polisakarida dan protein sebagai pelumas dan untuk

    menahan patogen. Patogen yang terjerat dalam mukosa dapat dikeluarkan darisaluran pencernaan dengan gerak peristaltik atau di saluran pernapasan melalui

    bersin (Campbell and Reece, 2005).

    Jika patogen dapat menembus pertahanan permukaan, maka patogen akan

    menuju jaringan yang lebih dalam dan sistem peredaran darah. Inang memiliki

    sistem pertahanan non-spesifik seperti transferin, fagosit, komplemen, dan protein

    pengikat manosa. Sistem pertahanan spesifik meliputi antibodi, makrofag

    teraktivasi dan sel T.Faktor utama untuk meningkatkan sistem pertahanan inang

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    18/34

    adalah nutrisi yang baik untk mendukung sel-sel aktif dari sistem kekebalan tubuh

    yang terus membelah diri. Penurunan sistem kekbalan tubuh dapat dipengaruhi

    oleh stress dan usia (usia rawan infeksi yaitu anak di bawah 3 tahun dan usia lebih

    dari 50 tahun). Ekskresi dari organ tubuh yang terinfeksi selalu mengandung

    mikrobia yang menyebabkan infeksi. Jalan keluar bagi mikroba penyebab

    penyakit biasanya sama dengan jalan masuknya pada tubuh inang (Campbell and

    Reece, 2005). Menurut Madigan (2010), mikroba patogen diketahui memasuki

    inang melalui organ-organ tubuh antara lain :

    a)Saluran pernapasan, melalui hidung dan mulut menyebabkan penyakitsaluran pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis.

    b)Saluran pencernaan melalui mulut menyebabkan penyakit tifus, paratifus,disentri, kolera, hepatitis, keracunan makanan.

    c)Kulit dan selaput lendir. Adanya luka meskipun kecil memungkinkanmikroba seperti Staphylococcus yang menyebabkan bisul.

    d)saluran urogenitale)darah

    Banyak bakteri patogen yang dapat menyerang seluruh bagian tubuh

    inang, meskipun pada akhirnya akan berkoloni di suatu tempat saja. Bakteri

    mengeluarkan toksin berupa eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin merupakan

    protein bakteri yang diproduksi dan dikeluarkan ke lingkungan selama

    pertumbuhan bakteri patogen. Ada beberapa cara eksotoksin untuk dapat

    menimbulkan penyakit. Pertama eksotoksin dikeluarkan ke makanan, akibatnya

    manusia terserang penyakit asal makanan. Kedua, eksotoksin dikeluarkan ke

    permukaan mukosa menyerang sel inang atau dapat terbawa ke sistem peredaran

    darah untuk menyerang jaringan yang rentan. Ketiga, bakteri patogen membentukabses (luka) dan mengeluarkan eksotoksin untuk merusak jaringan sehingga

    mempermudah pertumbuhan bakteri. Endotoksin merupakan lipid A sebagai

    bagian dari lipoposakarida membran luar bakteri Gram negatif (Madigan, 2010).

    Ketika bakteri patogen terbenam dalam permukaan sel inang, akan

    menyebabkan pelepasan senyawa protein seperti komplemen dan sitokin berlebih

    yang dapat ikut merusak sel atau jaringan inang di sekitarnya. Bakteri patogen

    harus dapat menemukan tempat yang cocok untuk melekatkan diri ke sel inang

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    19/34

    salah satunya dengan menggunakan pili. Pada Escherechia colimemiliki pili tipe

    1 untuk dapat melekat pada lapisan mukosa saluran urogenital. Pseudomonas

    aeruginosa memproduksi biofilm, juga memiliki flagel untuk bergerak

    menghindari tangkapan mukosa. Pembentukan kapsul (polimer polisakarida) yang

    membungkus permukaan bakteri patogen untuk melindungi diri dari sel-sel

    fagosit inang (Prescott, 2002).

    Menurut Campbell and Reece (2005), macam-macam bakteri patogen yang

    sering kita kenal yaitu:

    c) Bakteri penyebab penyakit pada manusia:Salmonella typhosa : tifus

    Shigella dysenteriae : disentri basiler

    Vibrio comma : kolera

    Haemophilus influenza : influenza

    Diplococcus pneumoniae : radang paruparu

    Mycobacterium tuberculosis : TBC

    Clostridium tetani : tetanus

    Neiseria meningitis : radang selaput otak

    Neiseria gonorrhoeae : gonorrhaeae (kencing nanah)

    Treponema pallidum : sifilis

    Mycobacterium leprae : lepra

    Treponema pertenue : patek

    b) Bakteri penyebab penyakit pada hewan:Brucella abortus : brucellosis pada sapi

    Streptococcus agalactia : masitis pada sapiBacillus anthracis : antraks

    Actinomyces bovis : bengkak rahang pada sapi

    Cytophaga columnaris : penyakit pada ikan

    c) Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:Xanthomonas oryzae : penyakit pucuk batang padi

    Xanthomonas campestris : menyerang pada tanaman kubis

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salmonella_typhosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salmonella_typhosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shigella_dysenteriae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shigella_dysenteriae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vibrio_comma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vibrio_comma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenza&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenza&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diplococcus_pneumoniae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diplococcus_pneumoniae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_tuberculosishttp://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_tuberculosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Clostridium_tetani&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Clostridium_tetani&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_meningitis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_meningitis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_gonorrhoeae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_gonorrhoeae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Treponema_pallidumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Treponema_pallidumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_lepraehttp://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_lepraehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Treponema_pertenue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Treponema_pertenue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brucella_abortus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brucella_abortus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_agalactia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_agalactia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracishttp://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Actinomyces_bovis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Actinomyces_bovis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cytophaga_columnaris&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cytophaga_columnaris&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Xanthomonas_oryzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Xanthomonas_oryzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Xanthomonas_campestrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Xanthomonas_campestrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Xanthomonas_campestrishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Xanthomonas_oryzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cytophaga_columnaris&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Actinomyces_bovis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_agalactia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brucella_abortus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Treponema_pertenue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_lepraehttp://id.wikipedia.org/wiki/Treponema_pallidumhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_gonorrhoeae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_meningitis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Clostridium_tetani&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_tuberculosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diplococcus_pneumoniae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenza&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vibrio_comma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shigella_dysenteriae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salmonella_typhosa&action=edit&redlink=1
  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    20/34

    Pseudomonas solanacaerum : penyakit layu pda terongterongan

    Erwinia amylovora : penyakit bonyok pada buah

    2.6 NP4 (Jorunna funebris)Seiring dengan berkembangnya penggunaan

    antibiotik untuk pengobatan penyakit yang

    disebabkan oleh infeksi bakteri serta penggunaan

    antibiotik yang tidak rasional yang dilakukan

    olehprescribers(para dokter penulis resep) atau

    pasien itu sendiri telah menimbulkan masalah munculnya kuman yang resisten

    terhadap antibiotik. Masalah resistensi bakteri telah menjadi masalah kesehatan di

    dunia, yang dapat meningkatkan mortalitas, morbilitas (lamanya perawatan di

    rumah sakit) dan biaya kesehatan. Beberapa penelitian telah melaporkan bakteri

    resisten ini seperti multidrug-resistant gram-negative bacilli (MDR-GNBs),

    ESBL-producing Klebsiella pneumonia, Vacomycin-reaistant entercocci (VRE)

    dan pasien yang terinfeksi methicillin-resistant Staphyllococcus aureus (MRSA)

    (Lay dan Hastowo, 1992).

    Selain itu, bahaya bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik yaitu

    kemampuan genetiknya yang dapat menularkan resistensi kepada bakteri lain

    yang hidup berdampingan di sekitarnya. Hal ini terjadi pada bakteri Shigella

    flexneri danEscherichia coliyang hidup dalam satu populasi, mereka dilaporkan

    mepunyai pola resistensi secara penotif yang sama yaitu terhadap tetracycline,

    chloramphenicol, streptomycin dan sulfanomide. Dengan semakin banyaknya

    penelitian yang melaporkan tentang resistensi mikroba, maka telah dikembangkan

    juga beberapa cara untuk melawan masalah resistensi tersebut, di antaranyapenggunaan antibiotik secara rasional, monitoring dan evaluasi penggunaan

    antibiotik secara sistematis, terstandar dan dilaksanakan secara teratur serta

    dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik. Selain itu, kombinasi antara

    kontrol penggunaan antibiotik dan kontrol penyebaran infeksi mikroorganisme

    juga sangat penting, terutama untuk kasus multiple resistance Enterobacteriaceae

    dan MRSA. Pengurangan penggunaan erythromycinterbukti menurunkan jumlah

    resistensi Group A streptccoci terhadap makrolida antibiotik di Finlandia. Untuk

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pseudomonas_solanacaerum&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pseudomonas_solanacaerum&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Erwinia_amylovora&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Erwinia_amylovora&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Erwinia_amylovora&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pseudomonas_solanacaerum&action=edit&redlink=1
  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    21/34

    menanggulangi masalah resistensi di masa yang akan datang, maka perlu dicari

    solusi yang tepat. Pencarian senyawa baru sebagai bahan antibakteri merupakan

    salah satu solusinya, hal ini berhubung pengembangan pencarian obat baru

    memerlukan waktu yang sangat lama (sekitar 14 tahun) dan biaya yang sangat

    mahal (sekitar 900 US dollar) (Madigan, 2010).

    Lautan merupakan sumber sebagian besar kelompok senyawa bioaktif yang

    terakumulasi dalam invertebrata laut yang hidup di ekosistem terumbu karang

    seperti sponge, karang lunak, nudibranch dan tunicate yang dapat mensintesis

    senyawa bioaktif seperti antivirus, antimikroba, antitumor dan antikanker.

    Sedangkan senyawa bioaktif ini terkandung dalam invertebrata laut dengan

    pergerakan lambat atau hidup menempel di dasar perairan (sessile) yang tidak

    mempunyai perlindungan fisik seperti duri atau cangkang. Dari hasil beberapa

    penelitian, dilaporkan bahwa nudibranch dapat mensintesis senyawa bioaktif yang

    diproduksi sendiri atau berasal dari sumber makanannya (de novo). Nudribranch

    seperti Dendoris limbiatamensintesis senyawa sesquiterpenoid, diterpenoid dan

    serterpen. Nudibranch Asteronotus cespitosus menghasilkan sesquiterpenes

    dehidroherbadysidolide dan spirodysin, Acanthodoris nanaimoensis dengan

    sesquiterpenoidnya, Limacia clavigeramenghasilkan limaciamine, Chromodoris

    luteorosea dengan diterpenoids luteorosin dan macfarlandin-A dan banyak lagi

    senyawa bioaktif yang dihasilkan nudibranchsebagai hasil dari interaksi dengan

    lingkungan fisiknya (Lay dan Hastowo, 1992).

    Baru-baru ini banyak penelitian yang melaporkan tentang bakteri simbion

    invertebrata karang yang mampu menghasilkan senyawa antibakteri.

    Ditemukannya bakteri yang hidup bersimbiosis dengan karang keras (hard coral),

    karang lunak (soft coral) dan sponge yang menghambat bakteriE. coli, S. aureus,Streptococcus equi,zooepidemicus,Aeromonas hidrophyladan bakteri kelompok

    vibrio penyebab penyakit vibriosis pada budidaya laut. Akan tetapi, penelitian

    yang melaporkan tentang bakteri simbion nudibranch masih sangat sedikit. Selain

    itu, diemukan juga ribuan simbiotik bakteri pada jaringan vestibular nudribranch

    Dendrodoris nigradan massa telurnya. Namun fungsi dari bakteri tersebut belum

    diketahui dengan jelas. Sedangkan di Skotlandia ditemukan bakteri simbion

    nudibranch Archidoris pseudoargus yang dapat melawan bakteri Pseudomonas

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    22/34

    aeruginosa. Belum banyak penelitian tentang bakteri simbion nudibranch yang

    menghasilkan senyawa antibakteri, khususnya yang melawan bakteri MDR. Hal

    ini memungkinkan bakteri simbion nudibranch dapat menghasilkan senyawa

    antibakteri untuk melawan bakteri strain MDR berhubung banyaknya nudibranch

    yang dapat menghasilkan senyawa bioaktif (Lay dan Hastowo, 1992).

    2.7 E. ColiBakteri Escheria Coli merupakan kuman

    dari kelompok gram negatif, berbentuk batang

    dari pendek sampai kokus, saling terlepas

    antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga

    yang bergandeng dua dua (diplobasil) dan

    ada juga yang bergandeng seperti rantai

    pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter 1,11,5 x 2,0

    6,0 m, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan

    laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51

    mol % (Pelczar dan Chan, 1988).

    Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat

    memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan

    Chan, 2005). Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit

    jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di

    banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu

    ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara

    80C-460C, tetapi suhu optimumnya adalah 370C. Oleh karena itu, bakteri tersebut

    dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978).TaksonomiEscherichia colisebagai berikut (Dwidjoseputro, 1978) :

    Divisi : Protophyta

    Kelas : Schizomycetes

    Ordo : Eubacteriales

    Famili : Enterobacteriaceae

    Genus : Escherichia

    Spesies :Escherichia coli

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    23/34

    Pelczar dan Chan (1988) mengatakanEscherichia colimerupakan bagian dari

    mikrobiota normal saluran pencernaan.Escherichia colidipindahsebarkan dengan

    kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau

    minuman. Morfologi dan ciri-ciri pembedaEscherichia coli, yaitu:

    1. merupakan batang gram negatif2. terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek3. biasanya tidak berkapsul4. tidak berspora5. motil atau tidak motil, peritrikus6. aerobik, anaerobik fakultatif7. penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.

    Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari

    jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput

    perut dan usus (gastroenteritis). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila

    hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan

    peradangan selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 1988).

    Escherichia colidapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau

    air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada

    orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri

    Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah

    besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat

    menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare

    (Pelczar dan Chan, 1988).

    2.8 Zat AntibakteriPertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisik dan

    kimia. Pengendalian dapat berupa pembasmian dan penghambatan populasi

    mikroorganisme. Menurut Pelczar dan Chan (1998), zat antimikrobial adalah zat

    yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme

    penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikrobial terdiri dari

    antijamur dan antibakterial. Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu

    pertumbuhan dan metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    24/34

    Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih zat antimikrobial

    kimiawi menurut Pelczar (1998) adalah :

    1. Jenis zat dan mikroorganismeZat antimikrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis

    mikroorganismenya karena memiliki kerentanan yang berbeda-beda.

    2. Konsentrasi dan intensitas zat antimikrobialSemakin tinggi konsentrasi zat antimikrobial yang digunakan, maka

    semakin tinggi pula daya kemampuannya dalam mengendalikan

    mikroorganisme.

    3. Jumlah organismeSemakin banyak mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka

    semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengendalikannya.

    4. SuhuSuhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimikrobial.

    5. Bahan organikBahan organik asing dapat menurunkan efektivitas zat antimikrobial

    dengan cara menginaktifkan bahan tersebut atau melindungi

    mikroorganisme. Hal tersebut karena penggabungan zat dan bahan

    organik asing membentuk zat antimikrobial yang berupa endapan

    sehingga zat antimikrobial tidak lagi mengikat mikroorganisme.

    Akumulasi bahan organik terjadi pada permukaan sel mikroorganisme

    sehingga menjadi pelindung yang mengganggu kontak antara zat

    antimikrobial dengan mikroorganisme.

    Sejak 1935, sejumlah besar agen obat kimia telah dikembangkan. Senyawa

    kimia tersebut pada umumnya dibuat secara sintesis di laboratorium, sedangkanyang lain dibuat dari hasil sampingan kegiatan metabolisme bakteri atau fungi.

    Agen obat kimia diberi nama umum Antibiotika. (Volk and Wheeler, 1993).

    Antibiotika adalah bahan-bahan bersumber hayati yang pada kadar rendah

    sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Jadi, antibiotika merupakan

    salah satu jenis antibakterial. (Schlegel, 1994). Kriteria agen obat kimia yang

    digunakan sebagai kemoterapi menurut Schlegel (1994) adalah sebagai berikut :

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    25/34

    1. Toksisitas obat terhadap sel inang harus rendah sementaramemusnahkan atau menghambat agen penyakit. Dengan kata lain,

    obat itu harus menunjukkan toksisitas selektif bagi agen penyakit.

    2. Inang harus tidak menjadi alergi (sangat peka) terhadap obat.3. Organisme tidak boleh dengan mudah menjadi resisten terhadap obat

    yang digunakan.

    4. Obat itu harus mencapai tempat infeksi.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    26/34

    BAB III

    MATERI DAN METODE

    3.1 MateriHari / tanggal : Kamis, 8122011

    Waktu : 13.0016.30

    Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Jurusan

    Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

    Diponegoro

    3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Acara IUji Sensitivitas

    Alat Keterangan

    Pipet mikro Untuk memindahkan cairan yang bervolume

    ukuran mikro

    Cawan petri Sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan

    kultur media

    Spreader Untuk penanaman kultur bakteri

    Bunsen Untuk menciptakan daerah steril

    Paper disk Untuk meletakkan bakteri laut yang ditanam ke

    media

    Inkubator Untuk menginkubasi mikroba yang diinginkan

    pda suhu optimum pertumbuhannya

    Tabung reaksi Untuk wadah media cair, dapat pula digunakan

    sebaga tempat untuk menumbuhkan mikroba

    Autoklaf Untuk mensterilisasi alat atau media pada suhu

    121oC

    Plastik wrap Untuk membungkus cawan petri saat akan

    diinkubasi

    Label Untuk menamakan jenis bakteri yang digunakan

    sesuai kelompo praktikum

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    27/34

    Bahan Keterangan

    Jorunna funebris Bakteri laut yang bersimbiosis dengan

    Nudibranch

    Media Zobell 2216e

    padat tawar

    Digunakan untuk menanam bakteri

    patogen di media

    Media Zobell 2216e

    cair laut

    Digunakan untuk menanam bakteri isolat

    di media

    BakteriEscherichia

    Coli

    Bakteri yang digunakan untuk pengujian

    sensitvitas

    Alkohol 70% Untuk membersihkan alat, media, tangan,

    dan area kerja

    3.2.2 Acara IIPengamatanAlat Keterangan

    Cawan petri Sebagai tempat untuk uji sensitivitas yang

    diamati

    Jangka sorong Untuk mengukur zona hambat

    Bahan Keterangan

    Jorunna funebris Bakteri laut yang bersimbiosis dengan

    Nudibranch

    Media padat Digunakan untuk menanam bakteri

    3.3 MetodeUji Sensitivitas

    1. Inokulasi bakteri isolat NP4 ke dalam Zobell cair laut.2. Diinkubasi selama 4 hari.3. Inokulasi bakteri patogen ke dalam media Zobell air tawar, lakukan

    pada hari ketiga.

    4. Pada hari keempat buat media Zobell padat tawar.5. Spread bakteri patogen pada media.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    28/34

    6. Diamkan selama 1 menit.7. Ambil pinset sterl untuk mengambil paper disk dan letakkan paper

    disk pada media.

    8. Bagian yang datar diletakkan pada media, bagian yang cembung dimenghadap ke atas agar bakteri laut bisa diserap paper disk.

    9. Ambil bakteri dengan ukuran tip.10.Saat spread harus rata agar bisa melawan bakteri patogen.11.Bersihkan pipet mikro menggunakan kapas yang sudah diberi

    alkohol.

    12.Gunakan pipet untuk mengambil bakteri laut sebanyak 2 kaliambil.

    13.Resus dahulu sebelum diteteskan agar bakteri homogen.14.Teteskan bakteri laut pada bagian tengah paper disk.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    29/34

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.2 Pembahasan4.2.1 Acara IUji Sensitivitas

    Pada praktikum ini menggunakan metode difusi yaitu dengan Cara

    Kirby-Bauer. Metode ini sangat mudah dilakukan karena tidak rumit dalam

    penegrjaannya dan efisien karena dalm satu perbenihan agar dapat menguju

    maksimal 12 macam antimikroba.Tidak membutuhkan alat dan bahan yang

    banyak sedangkan kerugiannya tidak dapat diketahui secara tepat tingkat

    resistensi atau kepekaan bakteri terhadap antimikroba. Penggunaan metode

    ini menunjukkan hasil tidak adanya zona hambat pada media tersebut. Hal ini

    terjadi karena bakteri patogen resisten terhadap bakteri laut atau bakteri isolat.

    Apabila terbentuk zona hambat maka bakteri patogen tidak resisten terhadap

    bakteri laut dan bakteri tersebut tidak aktif. Ada atau terbentuk dan tidaknya

    zona hambat menunjukan kultur bakteri patogen atau tidak terhadap bakteri

    laut.

    Saat pembuatan media menggunakan bakteri patogen dengankomposisi 50 mikron, sedangkan bakteri laut yang diteteskan pada paper disk

    sebanyak 30 mikron. Tujuannya agar semakin besar ukuran zona hambatnya.

    Zona hambat adalah zona dimana menunjukan aktif dan resisten tidaknya

    suatu bakteri terhadap suatu senyawa atau zat. Dimana zona hambat

    merupakan senyawa metabolisme sekunder yang dikeluarkan oleh bakteri

    untuk bertahan hidup. Sedangkan semakin kecil konsentrasi bakteri laut,

    maka semakin kecil atau bahkan tidak ada zona hambat yang terbentuk.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    30/34

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan Teknik uji sensitivitas dibagi menjadi 2 metode, yaitu metode difusi dan

    metode dilusi.

    Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui resistensi suatu bakteri. Bakteri adalah makhluk berukuran mikro yang jika sudah resisten bisa

    menularkan resistensinya ke bakteri lainnya.

    5.2 Saran Sebaiknya praktikum disesuaikan dengan modul. Sebaiknya praktikum dilakukan tepat waktu agar lebih efisien.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    31/34

    DAFTAR PUSTAKA

    Allen, G.R. dan Steene, R. 1999. Indo-Pacific Coral Reef Guide. Tropical Reef

    Research. Singapore.

    Ampou, E.E. 2006. Similarity Distribution of Nudibranch (Chromodorididae,

    Phyllidiidae, Facelinidae) in Siladen Island North Sulawesi-Indonesia.

    Unsrat Online, Manado.

    Anonim, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, Binarupa

    Aksara, Jakarta

    Brander, G.C., D.M. Pugh., R.J. Bywater., R.J, dan W.L. Jenkins. 1991.

    Veterinary Applied Pharmacology and Therapeutics. 5th Ed. ELBS,

    Bailliere Tindall.

    Burgess, e. w.,(1925). The growth of the City, in R. E. Park; E. W. Burgess and

    R.D. McKenzie (eds), The City, University of Chicago Press, Chicago.

    Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

    Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

    Entjang, I.,2003, Mikrobiologi dan Parasitologi. Citra Aditya Bakti. Bandung

    Franklin, T.J. dan Snow, G.W., 1985. Biochemistry of Antimicrobial Action. 3rded.

    London, New York.

    Godfrey, S. 2001. Factors Affecting Nudibranch Diversity in The Wakatobi

    Marine National Park,

    URL:http://www.opwall.com/.../Invertebrates/Godrey,%20S%20Factor

    s%20affecting%20nudibranc8h%20distribution.pdf>.

    Hunt, B., and A.C.J. Vincent. 2006. Scaleand sustainability of

    marinebioprospecting for pharmaceuti-cals. Ambio, 35(2):57-64.Irianto, K.2006. Mikrobiologi.Yrama Widya : Bandung

    Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

    Karuso, P. dan Scheuer P.J. 2002. Natural Products from Three Nudibranchs:

    Nembrotha kubaryana, Hypselodoris infucata and Chromodoris

    petechialis. Molecules 7: 1-6.

    Kelecom, A. 2002. Secondary metabolites from marine microorganisms. An.

    Acad. Bras. Cienc. 74(1): 151170.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    32/34

    Koesmadji. 2002. Genetika Lanjutan. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta,

    Universitas Terbuka.

    Lay, B. W. dan Hastowo. 1982.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.

    M. T. Madigan, and Brock, T. D. 2010. Biology of Microorganisms. 6th ed.

    Prentice Hall. New Jersey. USA.

    Murniasih, T. 2005. Substansi Kimia untuk Pertahanan Diri dari Hewan Laut

    Tak Bertulang Belakang. Oseana, Volume XXX, Nomor 2 : 1927.

    Mutschler, Ernest.1991.Dinamika Obat,ITB Press: Bandung

    Park, Shin Hye. 2002. Morphological Diversity of Marine Miicroorganisms on

    Different Isolation Media. Korea: Microbiology Laboratory Korea

    Ocean Research & Development Institute

    Pelczar, M., 1988. Dasardasar Mikrobiologi 2. UIPress, Jakarta.

    Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi 1, Alih

    bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L.,

    UI Press, Jakarta.

    Pratiwi, dkk. 2008. Buku Penuntun Biologi SMA untuk Kelas X. Jakarta :

    Erlangga

    Prescott, J.F., Baggot, J.D. and Walker, D.R. 2002. Antimicrobial Therapy in

    Veterinary Medicine, 3rd edn. pp. 1771. Ames: Iowa State University

    Press.

    Radjasa, O.K. and A.Sabdono. 2004.Screening of secondary metabolite-producing

    bacteria associatedwith corals using 16S rDNA-basedapproach. J.

    Coast. Dev., 7:11-19.

    Radjasa, O.K., A. Sabdono, Junaidi, and E. Zocchi. 2007c. Richness of secondary

    metabolite- producingmarine bacteria associated withsponge Haliclonasp. Int. J.Pharmacol., 3(3):275-279.

    Schlegel, Hans dan Karin Scmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Diterjemahkan

    oleh Tedjo Baskoro. Yogyakarta: UGM Press

    Sudarmono, P., 1993, Genetika dan Resistensi, Buku Ajar Mikrobiologi

    Kedokteran, Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.

    Suwandi, U., 1993. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.

    Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    33/34

    Thiel, V., and J.F. Imhoff, 2003: Phylogenetic identification of bacteria with

    antimicrobial activitiesisolated from different Mediteranean sponges. J.

    Biomolec. Engin., 20, 421-423. www.ifm-

    geomar.de/fileadmin/ifm/jb/chapter3_10_microbio.pdf

    Usman, R., 1987. Mikrobiologi Dasar. Universitas Padjajaran, Bandung.

    Volk, W.A., 1993. Mikrobiologi Dasar. Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.

    Waaij, D. Vander. 1991. Hidup Bersama Kuman Apa Yang Kita Ketahui. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC

  • 5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)

    34/34

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT

    MODUL IVUJI SENSITIVITAS

    OLEH :

    LUTHFI SINATRYA EKANANDA

    26020110130086

    Kelompok 13

    ASISTEN:

    DIDHA ANDINI P

    K2D 007 027

    PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

    JURUSAN ILMU KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2011