Laporan revisi
-
Upload
risma-simatupang -
Category
Documents
-
view
115 -
download
16
Transcript of Laporan revisi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Parasitologi tentang
identifikasi parasitologi tepat pada waktunya.
Saya juga menyampaikan terima kasiuh kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini. Khususnya kepada asisten laboratorium
yang telah membimbing saya dalam praktikum dan penyusunan laporan ini.
Laporan ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki masih kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperasn dalam penyusunan laporan praktikum ini.
1
BAB I
PENDAHULUAN
a. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengenal dan mengoprasikan mikroskop dengan
baik dan benar.
2. Memberikan uraian tentang peranan mikroba di dalam kesehatan
lingkungan dan pangan tentang bentuk, sifat dan peranan
mikroorganisme yang meliputi jamur, dan protozoa.
b. Manfaat Praktikum
1. Mempelajari berbagai morfologi macam-macam protozoa dan jamur.
2. Mengetahui kegunaan dari jenis-jenis protozoa dan jamur yang diteliti.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. IDENTIFIKASI PARASIT
Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan
umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang ditempatinya. Definisi
selanjutnya, parasit adalah suatu organism yang tergantung pada inangnya
perihal sintesis dari 1 atau lebih zat-zat makanan esensial untuk keperluan
metabolism. Sintesis zat-zat makanan itu memerlukan enzim-enzim. Atas dasar
ini definisi parasit mencakup makhluk yang hidup bebas, tetapi tidak memiliki
satu atau lebih enzim, oleh karena itu parasit tersebut berusaha untuk hidup
pada mahkluk hidup lainnya untuk memiliki enzim-enzim tersebut. Dengan kata
lain suatu parasit memerlukan beberapa faktor vital, di mana faktor-faktor
tersebut hanya dapat diperoleh dari inangnya.1
Pendapat lain, parasit adalah makhluk yang mengadakan invasi untuk
mendapatkan makanan, tempat tinggal, perlindungan dan kesempatan berbiak di
dalam inangnya.
J.V Van Beneden menyatakan, parasit adalah makhluk hidup yang
hidupnya dari pemberian tetangganya dan hanya menggunakan keuntungan
yang diambil dari tetangganya tersebut, tetapi parasit tersebut harus berhati-hati
atas pengambilan keuntungan tersebut karna bisa membahayakan parasitnya
sendiri.
N.H Swellengrebel menggambarkan parasit sebagai makhluk hidup yang
non-patogen yang menjaga atau menghindari kerugian bagi inangnya maupun
bagi dirinya sendiri.
Harold W. Brown menyatakan bahwa parasit biasanya dipakai untuk
jasad yang lebih lemah yang mengambil makanan dan perlindungan dari jasad
lain yang memperoleh segala keuntungan dari pada hubungan itu. Dan inangnya
bisa menderita kelainan fungsi dan kelain organik.
Secara keseluruhan definisi parasit didasarkan atas beberapa hal sebagai
berikut :
3
a. Tempat dan cara pengambilan makanan dari inangnya
b. Tetap tidaknya parasit itu berada dalam tubuh inang
c. Sifat patogenitasnya
d. Jumlah individu spesies parasit yang mendiami inang
e. Tingkatan parasitnya (parasit yang hidup di dalam tubuh parasit
lainnya)
1. Tempat dan cara pengambilan makanan dari inangnya
Jika parasit itu hidup pada permukaan luar dari tubuh inang, maka
parasit itu disebut ektoparasit. Contohnya : lintah, kutu anjing, kutu
kucing, kutu manusia dan kutu kerbau .
Parasit-parasit tersebut mengambil makanan dipermukaan luar
tubuh inang atau mereka hidup pada kulit inang sekaligus mengambil
makanan dari permukaan luar tubuh inang mereka.
Jika parasit-parasit itu hidup di dalam tubuh inang, maka parasit
itu disebutendoparasit. Tempat-tempat yang didiami juga pada berbagai
alat-alat dan jaringan tubuh. Contonya : Parasit yang hidup didalam
saluran pencernaan, antara lain: Ascaris lumbricoides, Ancylostoma
duodenale, Taenia solanum dan sebagainya. Parasit yang hidupnya di
otot-otot, antara lain: Trichinella spiralismembuat cyste dan hidupnya di
dalam oto babi, tikus, kucing, anjing, beruang hitam dan juga di dalam
otot manusia. Parasit yang hidup di dalam jaringan darah, antara lain:
cacing FilariaWuchereria bancrofrti. Yang bahkan hidup di dalam sel-sel
darah seperti Plasmodium (parasit malaria).
2. Tetap tidaknya parasit itu berada dalam tubuh inang
Ada beberapa pembagian mengenai tempat parasit berada dalam
inangnya, antara lain:
a. Parasit Fakultatif Jika parasit itu dapat hidup bebas dan dapat
juga hidup sebagai parasit.
b. Parasit Obligat Jika parasit itu berdiam secara permanen di
dalam tubuh inang dan kehidupannya seluluhnya tergantung
pada inangnya.
c. Parasit Insidentil Jika parasit itu secara kebetulan bersarang di
dalam tubuh suatu inang yang biasanya tidak dihinggapinya.
4
d. Parasit Temporer jika parasit itu sebagian dari masa hidupnya
hidup bebas, dan sewktu-waktu mencari inang untuk
mendapatkan makanan.
e. Parasit Permanen Jika parasit itu tinggal pada permukaan
atau di dalam tubuh inang sejak permulaan sampai dewasa.
3. Sifat patogenitasnya
a. Parasit Patogen Jika parasit itu menyebabkan kerusakan pada inang
karena pengaruh mekanik, tranmekanik atau toksik.
b. Parasit Semu atau Koprozoik jika suatu spesies asing melewati alat
pencernaan (tractus digestivus) tanpa menyebabkan infeksi pada
manusia.
4. Jumlah individu spesies parasit yang mendiami inang
a. Multyparasitisme adalah hidup antara banyak individu dari 2 spesies
atau lebih dengan satu inangnya. Contohnya : Lalat Angitia dan larva
Tawon Apauteles yang hidupnya parasit pada larva Plutella.
b. Superparasitisme adalah hidup bersama antara banyak parasit dari
satu spesies dan satu inangnya. Contohnya : pada penyakit malaria,
spesies Plasmodium vivax, dalam jumlah yang sangat banyak
menginfeksi darah manusia.
5. Tingkatan parasitnya (parasit yang hidup di dalam tubuh parasit lainnya)
Tingkatan disini maksudnya maksudnya, bahwa ada parasit hidup
pada parasit lain sampai 1-3 tingkatan atau lebih. Yang mana parasit
pertama diinfeksi parasit kedua, parasit kedua diinfeksi parasit ketiga dan
demikian seterusnya. Parasit itu disebut Hyperparasitisme. Jadi
pengertian Hyperparasitisme adalah hidup bersama di mana
makhlukmakhluk parasit hidup dalam parasit lainnya. Contohnya :
a. Banyak burung diinfeksi parasit serangga tertentu, lalu serangga ini
diinfeksi bakteri dan selanjutnya bakteri ini diinfeksi virus (4 tingkatan)
b. Kutu-kutu besar mempunyai parasit kutu-kutu kecil dan kutu-kutu kecil
ini mempunyai kutu-kutu yang lebih kecil.2
5
B. PARASIT
1. Entamoeba histolityca E. histolytica di dalam tinja dapat ditemukan sebagai: (1) trofozoit, (2)
prekista, dan (3) kista. Parasit ini ditularkan sebagian besar oleh manusia yang
terinfeksi olehnya. Penularan melalui kontak seksual oral-anal dapat pula terjadi.
Meskipun E. histolytica banyak berhubungan dengan hewan ( kucing, anjing,
primata, dll), tidak ada laporan mengenai transmisi antara hewan dan manusia
melalui zoospora.
a. Morfologi
Entamoeba histolytica pada tinja dapat di temukan dalam bentuk
trophozoite maupun dalam bentuk cyste.Bentuk tophozoite sering di temukan
pada tinja cair sedangakn pada cyste sering di temukan pada tinja yang
bentuknya padat. Protozoa ini memiliki ciri-ciri khusus sehingga dapat
digunakan untuk membedakannya dengan spesies-spesies sarcodina yang
lain. Bangunan-bangunan yang ada baik dalam sitoplasma dan nukleusnya
dijadikan perhatian utama dalam mengidentifikasiakan setiap spesies,
walaupun demikian biasanya orang biasanya mempergunakan ciri-ciri pada
nucleus sebagai bahan identifikasi. Tergantung dari jenis pewarnaan yang di
lakukan maka bangunan yang Nampak pada trophozoite maupun cystenya
maupun cystenya berbeda-beda, oleh karena itu dalam membandingkan satu
spesies dengan lainya harus digunkan pewarnaan yang sama.
Untuk melihat pergerakan amoeba biasanya di lakukan pemeriksaan
dengan air garam fisiologis, sedangkan untuk pembuatan preparat awetan
mengunakan formalin atau MIF. Untuk melakukan konfirmasi dalam
indentifikasidi gunakan pewarnaan dengan yodium dan untuk pewarnaan
permnen sering di gunakan iron.
Pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologis trophozoite entamoeba
histolytica mempuyai ukuran sekitar 10-60µ. Trophozoite ini bergerak aktif
dan progresif dengan jalan menonjolkan pseupodopinya. Di dalam
sitoplasmanya sering di temukan butir-butir eritrositnya sebagai makanan
protozoa ini ,namun jarang sekali ditemukannya bakteri. vacuolenya juga sulit
terlihat pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologi begitu juga bentuk
nucleusnya. Trophozoite entamoeba histolytica dapat di bedakan menjadi
6
bentuk, yaitu bentuk yang invasive dan bentuk yang non invasive. Keduanya
dapat di bedakan pada pemeriksaan mikroskop.
Pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologis, cyste entamoeba
histolytica Nampak berbentuk bulat denagan ukuran 10-20 µ.Di dalam
sitoplasmanya Nampak bangunan yang di namakan Chromatid bodies
sebagai bagunan berbentuk bulat panjang yang berujung tumpul dan agak
mengkilat. Dengan pemeriksaan yang mengunakan cairan garam fisiologis
nucleus sulit di amati.3
Dengan pewarnaan yoium,cyste Nampak berwarnah kuning kehijauan. Di
dalam sitoplasmanya Nampak glicogen mass yang berwarnah merah
kecoklatan, karena merupakan timbunan makanan cadangan bagi
nukleusnya dapat di temukan dengan jumlah 1 sampai dengan 4 buah
trergantung dari umur cyste tersebut. Cyste yang telah tua memiliki 4 buah
nucleus.Nukleus protozoa ini di kelilingi oleh membrane yang mengandung
butiran kromatin mengkilat sedangakan di dalamnya Nampak adanya sebuah
karyosome yang letaknya berada di tengah. Pada pewarnaan yodium
chromatid bodies Nampak seperti pada pemerikasaan cairan pada fisiologi.
Pada pewarnaan dengan iron heamatoxylin citoplasma dari nucleus
Nampak alveolar atau bervacoule. Nukleus yang berjumlah 1 sampai 4
nampak di kelilingi oleh membrane nucleus. Nampak pula kromosom yang
nampaknya sentral. Diantara membrane nucleus dan kromosom Nampak
adanya benang-benang radial. Cromatoid bodies Nampak sebagai bagunan
yang berbentuk bulat panjang dengan ujung membulat berwarnah biru
kehitaman.
Siklus hidup E. histolytica relatif sederhana, terdiri oleh stadium kista dan
trofozoit. Kista adalah stadium yang infektif. Trofozoit merupakan bentuk
vegetatif yang aktif dan dapat dibedakan dengan amoeba usus lainnya
karena mempunyai sifat morfologi yang penting untuk diagnosis. Ukurannya
antara 10 sampai 60 mikron, sebagian besar antara 15 sampai 30 mikron.
Sepertiga bagian dari seluruh amoeba ini berupa ektoplasma.
Endoplasmanya bergranula halus, biasanya mengandung bakteri atau benda
asing. Ciri khas E. histolytica yang membedakan dengan amoeba usus yang
lain adalah dalam endoplasmanya sering ditemui sel darah merah dalam
berbagai tingkat kerusakan. Pada amoeba yang tidak dipulas, inti tunggal
7
yang letaknya eksentrik dapat dilihat samar-samar sebagai ciicin yang
berbutir halus. Dengan pulasan hematoksilin, membran inti dapat dilihat
dengan jelas dan pada sebelah dalamnya melekat butir-butir kromatin halus,
sama besar dan tersebar rata. Kariosom yang kecil, mudah dipulas dan
letaknya ditengah-tengah , terdiri dari beberapa butir yang letaknya di dalam
sebuah simpai. Simpai tersebut merupakan tempat keluarnya serabut-
serabut halus teratur radiel ke perifer. Trofozoit yang mengalami degenerasi
menunjukkan gerakan yang lambat, batas antara ektoplasma dan
endoplasma menjadi kurang mata. Sitoplasma menjadi berbutir dan inti
tampak lebih jelas.
b. Efek Untuk Kesehatan
Infeksi E.histolytica dapat melalui makanan dan air serta melalui kontak
manusia ke manusia. Dalam daur hidupnya Entamoeba histolytica
mempunyai 3 stadium yaitu bentuk histolitika, minuta dan kista.16 Bentuk
histolitika dan minuta adalah bentuk trofozoit. Perbedaan antara kedua
bentuk trofozoit tersebut adalah bentuk histolitika bersifat patogen dan
mempunyai ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika
bersifat patogen dan dapat hidup di jaringan hati, paru, usus besar, kulit,
otak, dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secarabelah pasang di jaringan
dan dapat merusak jaringan tersebut. Minuta adalah bentuk pokok dan tanpa
bentuk minuta daur hidup tak dapat berlangsung. Kista dibentuk di rongga
usus besar dan dalam tinja, berinti 1 atau 4 dan tidak patogen, tetapi dapat
merupakan bentuk infektif. Dengan adanya dinding kista, bentuk kista dapat
bertahan hidup terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia. Kista
matang yang tertelan mencapai lambung masih dalam keadaan utuh karena
kista tahan terhadap asam lambung.18 Di rongga usus halus terjadi
ekskistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke dalam rongga
usus besar. Bentuk minuta ini berubah menjadi bentuk histolitika yang
patogen dan hidup di mukosa usus besar serta menimbulkan gejala. Bentuk
histolitika memasuki mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim
sisstein proteinase yang dapat menghancurkan jaringan yang disebut
histolisin. Kemudian bentuk histolitika memasuki submukosa dengan
menembus lapisan muskularis mukosa, bersarang di submukosa dan
8
membuat kerusakan yang lebih luas daripada di mukosa usus sehingga
terjadi luka yang disebut ulkus amoeba. Lesi ini biasanya merupakan ulkus-
ulkus kecil yang letaknya tersebar di mukosa usus, bentuk rongga ulkus
seperti botol dengan lubang sempit dan dasar yang lebar, dengan tepi yang
tidak teratur agak meninggi dan menggaung. Proses yang terjadi terutama
nekrosis dengan lisis sel jaringan. Bila terdapat infeksi sekunder, terjadilah
proses peradangan yang dapat meluas di submukosa dan melebar ke lateral
sepanjang sumbu usus. Kerusakan dapat menjadi luas sekali sehingga ulkus-
ulkus saling berhubungan dan terbentuk sinussinus dibawah mukosa.Dengan
peristalsis usus, bentuk histolitika dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga
usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan
bersama tinja
c. Habitat
Entamoeba histolytica dapat di temukan hampir seluruh dunia. Menurut
beberapa laporan pernah pula kuman ini di temukan di daerah kutub, namun
yang sering di laporkan adalah pada daerah yang beriklim sedang dan yang
beriklim tropis. Kuman yang paling invasive sangat sering di temukan di di
daerah tropis seperti di daerah asia, afrika barat dan selatan, mesir dan timur
tengah sebelah selatan. Daerah daerah ini termasuk daerah yang beresiko
tinggi.
Insiden amoebiasis sering sulit ditetukan, namun dapat dikatakan bahwa
mereka yang hidup di lembaga pemasyrakatan, panti-panti kaum
homoseksual serta meraka yang mempuyai keluatga yang terinfeksi,
merupakan kelompok resiko tinggi tertular amoebiosi.
Manusia terinfeksi entamoeba histolytica bila mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi cyste protozoa ini. Cyste yang telah tua merupakan
cyste yang infektius, dan bukan yang masih muda, sebab cyste yang masih
muda gampang di hancurkan oleh asam lambung. Di daerah iklim sedang
dan tropis cyste berkembang menjadi 4 buah metacystic trophozoite di sebut
juga amoebule. Amoebule ini kemudian masuk kedalam usus besar dan
mulai berkolonisasi, makan, berinvasi bereproduksi, di daerah Tergantung
dari jenis atau strain dari protozoa ini, sebagian ada yang berinvasi ke
dinding usus saja, ada pula yang masuk ke dalam organ tubuh yang lain di
luar usus seperti hati, otak dan lain sebagainya. Sebagian dari amoebulae
9
tanpa di ketahui penyebabnya dapat beregenerasi menjadi cyste muda yang
berinti satu kemudian menjadi tua yang terlihat dari jumlah intinya .Cyste
yang tua memiliki 4 inti . Cyste-cyste tersebut akan keluar dari tubuh
bersama sama dengan tinja. Selain cyste yang tua, cyste muda dan bahkan
tidak jarang trophozoite ikut juga keluar bersama sama dengan tinja
terutama bila tinja tadi berair. Cyste mupakan bentuk yang paling tahan
terhadap suasana di luar tubuh dan dapat memulai hidupnya bila
terkontaminasi dengan makanana setelah keluar bersama sama dengan
tinja.4
10
2. Balantidium Coli
a. Morfologi
Balantidium ini merupakan protozoa usus manusia yang paling
besar. Memiliki dua bentuk tubuh yaitu, trofozoit dan kista.
1) Bentuk trofozoit seperti kantung, panjangnya 50-200 mμ, lebarnya 40-
70 mμ dan berwarna abu-abu tipis. Silianya tersusun secara
longitudinal dan spiral sehingga geraknya melingkar, sitostoma yang
bertindak sebagai mulut pada B. coli terletak di daerah peristoma yang
memiliki silia panjang dan berakhir pada sitopige yang berfungsi
sebagai anus sederhana. Ada 2 vakuola kontraktil dan 2 bentuk
nukleus. Bentuk nukleus ini terdiri dari makronukleus dan
mikronukleus. Makronukleus berbentuk seperti ginjal, berisi kromatin,
bertindak sebagai kromatin somatis/vegetatif. Mikronukleus banyak
mengandung DNA, bertindak sebagai nukleus generatif/seksual dan
terletak pada bagian konkaf dari makronukleus.
2) Bentuk kistanya lonjong atau seperti bola, ukurannya 45-75 mμ,
warnanya hijau bening, memiliki makronukleus, memiliki vakuola
kontraktil dan silia. Kista tidak tahan kering, sedangkan dalam tinja
yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.
b. Siklus hidup.
Siklus hidup Balantidium coli sebenarnya hampir sama dengan E.
Histolytica, tetapi pada B. coli kista tidak dapat membelah diri. Kista akan
termakan bersama dengan makanan atau minuman yang masuk ke
dalam tubuh kita, lalu akan terjadi ekskistasi di dalam usus halus dan
menjadi bentuk trofozoit, lalu menuju ke caecum. Setelah berada di
caecum trofozoit akan berbiak dan membelah diri secara belah pasang
tranversal. Selain itu bentuk trofozoit ini akan terbawa oleh aliran isi usus.
Di daerah colon tranversum keadaan kurang menguntungkan bagi
trofozoit sehingga akan terjadi enkistasi. Trofozoit akan berubah menjadi
kista lalu kista tersebut akan keluar bersama dengan tinja.
11
c. Habitat
Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada
manusia frekuensinya rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi
(63-91%) menurut Young, pada tahun 1950. Ada dua spesies yang
berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari babi pada
manusia dan Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia.
Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi
dapat timbul dan meningkat pada manusia yang sering berhubungan
dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah pemotongan
hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi
yang buruk, dan tempat-tempat yang padat seperti di penjara, rumah sakit
jiwa, asrama, dll. Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas
dengan perkiraan prevalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat
28% berdasarkan kultur yang dilakukan pada babi. Epidemi dapat timbul
pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat. Balantidium coli juga telah
dilaporkan banyak pada masyarakat yang memelihara babi.
d. Efek terhadap Kesehatan
Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium
coli. B. coli merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum
Ciliophora, klas Kinetofragminophorea, ordo Trichostomatida, famili
Balantidiae. Memiliki dua stadium, yaitu trofozoit dan kista. Merupakan
protozoa besar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi
hospes adalah babi dan manusia.5
3. Iodamoeba butschili
a. Morfologi
Bentuk tropozoit berukuran 6 – 20 µm (rata-rata 10 µm),
ktoplasma sedikit/hampir tidak terlihat, pergerakan agak aktif dengan
pseudopodia tumpul dan jernih, endoplsma mempunyai sitoplasma
granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan,
sering dalam vakuole. Dan tidak makan sel darah merah. Inti berbentuk
12
khas dan bulat, kariosom berbentuk bulat dan letaknya di tengah-tengah,
hampir memenuhi inti, antara kariosom dan inti terdapat benang-benang.
Bentuk kista berukuran 5 – 18 µm, dengan bentuk ireguler.
Glikogen vakuole berbatas tegas dan jelas, serta batang kromidial tidak
ada. Jumlah inti hanya 1, kecuali kista yang akan pecah terdapat 2
inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan E.histolytica.6
b. Habitat
Iodamoeba butschlii tersebar luas di beberapa negara. Di wilayah
Turki selatan dari 380 sampel tinja diare yang diperiksa dengan
menggunakan tes enzim immunosorbent assay (EIA) prevalensinya
mencapai 3,1% terdapat bersama-sama parasit patogen lainnya.
Di daerah Bat Dambang , Kamboja prevalensinya 1,4% dari
pemeriksaan 623 sampel tinja anak-anak TK dan SD juga bersaman
dengan parasit lain yang patogen. Di Indonesia (Sulawesi Selatan),
memperlihatkan prevalensi Iodamoeba butschlii sebanyak 5,4% dari 394
sampel tinja dengan parasit intestinal lainnya baik yang patogen
maupun yang non petogen.
c. Efek untuk Kesehatan
Sama seperti Entamoeba hartmani, Iodamoena butschlii juga bukan
merupakan ameba patogen pada tubuh manusia atau tidak berbahaya dan
hanya hidup komensal di usus besar.
Karena Iodamoeba butschlii bukan merupakan ameba yang patogen,
maka tidak menyebabkan penyakit sehingga tidak ada gejala klinis yang
dapat ditemukan sebagai akibat dari Iodamoeba butschlii.
Meski kistanya dapat diidentifikasikan dengan sediaan basah,
terutama bila vakuol dipulas dengan iodium, trofosoitnya sulit dideteksi dan
diidentifikasi tanpa sediaan pulasan permanen.
4. Chilomastix mensilia. Morfologi
Chilomastix mesnili mempunyai stadium trofozoit dan stadium
kista. Parasit ini biasanya selalu ada bersama-sama dengan protozoa
13
usus lainnya terutama Giardia lamblia sehingga parasit ini perlu diketahui
untuk membedakan parasit yang patogen.
Trofozoit berbentuk piriform seperti buah pir dengan ujung
posterior yang lancip. Trofozoit ukurannya bervariasi sekitar 6-24 µm x 3-
10 µm. Mempunyai 4 flagel, 1 flagel lebih panjang dari yang lain yang
muncul dari ujung anterior. 3 flagel berasal dari permukaan bagian sentral
tubuhnya dan flagel ini biasanya jelas terlihat pada trofozoit yang hidup;
digunakan untuk bergerak secara perlahan membentuk gerakan rotasi.
Sitostom terdapat dekat ujung anterior membentuk cekunganyang
dikelilingi oleh silia. Mempunyai inti besar yang terletak di anterior.
Kista terbentuk bila keadaan tinja padat. Kista berbentuk oval
berdinding tebal berukuran sekitar 6,5 – 10,0 µm yang berbentuk seperti
lemon. Di lahan kista tampak sebuah inti dengan organel lainnya
termasuk fibril sitosom, aksonema.Infeksi terjadi bila menelan kista,
trofozoit tidak dapat hidup dalam keadaan asam di lambung.
b. Habitat
Parasit ini penyebarannya kosmopolit, sehingga distribusinya
dapat meluas di dunia, meskipun lebih banyakditemukan pada lingkungan
yang beriklim panas.
c. Efek untuk Kesehatan
Hospes Chilomastix mesnili ini umumnya manusia, tetapi dapat
juga ditemukan pada mamalia lainnya seperti simpanse, orang utan, kera,
babi; serta hewan lainnya seperti burung, reptil, amfibi, ikan, lintah, dan
insekta. Chilomastix mesnili adalah parasit bersel satu yang termasuk
kategori umum dari parasit apatogen yang menyerang usus manusia.
d. Siklus Hidup
Awal Siklus Hidup Chilomastix yang paling sering ditemukan di
lingkungan dalam bentuk kista, yang terbentuk di dalam usus. Dalam
bentuk kista, Chilomastix mesnili mendapat keuntungan yaitu
perlindungan dari lingkungan dan itu sebagai jalan untuk menemukan
tempat hospes lain. Trofozoit Individu (chilomastix dewasa), serta kista,
14
dapat ditemukan dalam tinja. Kista yang tertelan melalui makanan atau air
yang terkontaminasi atau fecal orally.
Tahap kista tahan terhadap tekanan lingkungan dan bertanggung
jawab untuk transmisi Chilomastix. Baik kista dan trofozoit dapat
ditemukan dalam tinja (tahapan diagnostik). Infeksi terjadi dengan
menelan kista di air yang terkontaminasi, makanan, atau melalui rute
fecal-oral (tangan atau formites). Chilomastix tinggal di sekum dan / atau
usus besar, melainkan umumnya dianggap sebagai komensal yang
kontribusi terhadap patogenesis tidak menentu. Hewan dapat berfungsi
sebagai reservoir untuk Chilomastix.
Akhir Siklus Hidup Trofozoit dilepaskan ke lingkungan eksternal
dari luar usus besar dan kadang-kadang lebih kecil dari host yang
terinfeksi. Chilomastix, organisme komensal, diyakini tidak menyakiti dan
tidak pula bermanfaat bagi lingkungan host di mana ia berada dan
makanan keuntungan. Ini protozoa persisten yang ditemukan di seluruh
dunia.
e. Patologi dan Gejala Klinis
Parasit ini biasanya bersifat apatogen, tetapi dapat menyebabkan
kelainan intestinal seperti diare pada kasus infeksi berat. Stadium
trofozoit dapat ditemukan pada tinja cair atau lembek. Chilomastix mesnili
hidupnya di sekum dan kolon manusia. Transmisi secara langsung terjadi
melalui air minum yang terkontaminasi.
f. Diagnosis
Pemeriksaan mikroskopis tinja adalah metode yang paling umum
untuk mendeteksi kista dan trofozoit dari Chilomastix mesnili .
Chilomastix mesnili dianggap apatogen. Adanya kista dan /atau trofozoit
dalam specimen tinja dapat menjadi indikator kontaminasi kotoran dari
sumber makanan atau air. Chilomastix mesnili diidentifikasi melalui
deteksi kista dan / atau trofozoit dalam spesimen tinja, baik
terkonsentrasi basah maupun noda-noda permanwen (misalnya
trichrome)
g. Pengobatan
15
Sebagai spesies yang digolongkan sebagai apatogen, tidak ada
metode pengobatan yang direkomendasikan secara khusus untuk
organisme ini.
h. Epidemiologi
Data penyebaran menunjukkan bahwa ditemukan sekitar 11% pada
orang Mesir di US troops. Flagellata ini juga ditemukan pada anak-anak
dan orang dewasa. Di Indonesia prevalensinya mencapai 0,8 % . Di
Amerika Serikat kasus infeksi oleh Chilomastix mesnili tidak bisa
dibilang langka, sebagaimana dilaporkan oleh Kofoid, Kornhauster, dan
plate, mereka menemukan bahwa sekitar 5,8 % dari 1.200 pasien yang
diperiksa di New York, dan 5,3 % pasien yang diperiksa di Berkeley,
California ditemukan terinfeksi juga oleh parasit ini.
i. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan perlindungan
terhadap infeksi,umumnya dengan melakukan langkah-langkah menjaga
kebersihan untuk mencegah infeksi dari mikroorganisme usus, seperti
kebersihan toilet yang baik, kebersihan dapur umum dan mencuci
tangan sebelum makan adalah tindakan efektif dalam memecahkan
penularan manusia ke manusia parasit. Selain itu untuk lebih
mengetahui lebih banyak mengenai parasit usus dapat melakukan
konsultasi dengan dokter spesialis untuk menangani hal tersebut.7
5. Macro Konidiaa. Morfologi
Makrokonidia berukuran 24-60 x 3-5 μm dan mempunyai 3-5
septa. Makrokonidia biasanya terbentuk di hujung monofialid atas
cabangkonidiofor dalam sporodokia yang memanjang dari monofialid atas
hifa. Makrokonidia dihasilkan dengan banyak dan berbentuk
sedikitsabit,dinding selnya adalah nipis dan halus dengan sel hujung yang
kurus dansel pangkal berbentuk kaki. Pada medium agar-agar daunteluki
(CLA),makrokonidia terbentuk dalam warna jingga pucat dan
banyaksporodokia. Makrokonidia adalah pendek dan falkat hampir lurus,
16
berdindingnipis dan biasanya tiga septa. Ujungnya biasa menirus dan
meruncing.
b. Efek Untuk Kesehatan
Macroconidia merupakan agen penyakit dermatitis dan Paritiasis
verticolor. Dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan
pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga
akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Panu, atau biasa disebut
Pityriasis versicolor merupakan penyakit kronis yang sering berulang.
Panu atau di dunia medis disebut dengan bahasa aneh Pityriasis
versicolor, merupakan infeksi jamur di permukaan kulit. Biasanya kumat-
kumatan dan tak jarang tanpa keluhan atau asimptomatis8
6. Epidermophyton floccosum
a. Morfologi
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton
floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal
sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang
menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab
tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea
corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi
terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh
cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada
agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan.
b. Efek untuk kesehatan
Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya
(mycrosporum, trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya
misalnya, microsporum canis, t. rubrum). Beberapanya hanya menyerang
manusia (antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan
(zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan
menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut
17
sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle
ringworm).9
7. Rhizopus
a. Morfologi
Menurut Soetrisno (1996) sifat-sifat jamur Rhizopus oryzae yaitu
koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus
atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan;
sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal
atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora); rhizoid tumbuh
berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora;
sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri
pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak;
kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar;
spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk
pertumbuhan 35 C, minimal 5-7 C dan maksimal 44 C. Berdasarkan asam
laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba
heterofermentatif. 10
b. Efek Untuk kesehatan
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan
dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi
karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat.
Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak
kompleks. Rhizopus oryzae trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur
Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease.
Jamur sering digunakan sebagai starter dalam pembuatan
berbagai jenis keju. Agar tumbuh pada susu, kultur starter harus mampu
untuk memfermentasikan laktosa, menghasilkan asam amino dari proses
proteolisis.
18
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
1. Delapan macam preparat protozoa dan jamur.
2. Mikroskop
3. Kertas gambar
4. Alat tulis
c. Skema kerja berisikan alur kerja praktikum
19
MULAI
Alat dan Bahan disiapkan
Dilakukan pengamatan pada preparat 1
Mikroorganisme yang dilihat pada mikroskop kemudian
digambar pada kertas
Hal yang serupa dilakukan pada preparat 2 sampai 8
SELESAI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel1. Hasil pengamatan
No Kuman Bentuk Warna Perbesaran
1. Entamoeba
histolytica
histolitika Hijau 40 kali
2. Entamoeba
histolytica
Kista Hijau-Merah 10 kali
3. Iodamoeba
butschlii
vegetatif Merah 10 kali
4. Balantidium coli kista Merah 10 kali
5. Chilomastix
menslini
tropozoit Biru 40 kali
6. Makrokonidia Biru 40 kali
7. Epydermopyton
floccosum
Biru 40 kali
8. Rhizopus Biru 40 kali
Identifikasi parasit dilakukan dengan melihat 8 parasit yang sudah
diletakkan dibawah mikroskop. Sehingga dapat dilihat bentuk dan pewarnaannya
masing-masing dan dengan perbesaran yang berbeda. Adapun 8 parasit
tersebut yaitu:
Entamoeba histolytica berbentuk histolitica dengan pewarnaan hijau dan
perbesaran 40 kali. Dapat dilihat pada preparat terdapat titik-titik berwarna hijau
dan beberapa berwarna ungu. Sedangkan warna dasar preparat yaitu putih.
Entamoeba histolytica berbentuk kista dengan perbesaran 10 kali. Dapat
dilihat warna dasar preparat hijau, juga dilihat titik-titik yang berwarna hijau tua,
serta bulatan merah dengan inti didalamnya yang merupakan kista dari parasit.
20
Balantidium coli bentuk kista dengan peresaran 10 kali berwarna merah.
Tampak titik titik merah pada preparat dan adanya bulatan yang berisi titik-titik
yang merupakan kista.
Iodamoeba butschlii bentuk vegetatif dengan perbesaran 10 kali. Dapat
dilihat warna dasar preparat merah dan terdapat bulatan-bulatan berwarna
coklat.
Chilomastix mesnili bentuk tropozoit dan kista dengan perbesaran 40 kali.
Warna dasar preparat yaitu biru dan dapat dilihat bentuk tropozoit dan kista
berwarna putih dengan bentuk yang tidak beraturan.
Makrokonidia dengan perbesaran 40 kali dan digunakan pengecatan
LPBC. Dapat dilihat adanya garis-garis berwarna biru dan bentuk bulat-bulat
berwarna biru keunguan yang merupakan spora jamur. Namun pada bentuk
yang sebenarnya garis-garis yang dilihat tersebut merupakan hifa yang
berbentuk daun dan memiliki sekat yang banyak.
Epidermopyton floccosum dengan perbesaran 40 kali dan pengecatan
LPBC. Dapat dilihat dengan mikroskop terdapat garis-garis berwarna biru. Pada
bentuk yang sebenarnya garis tersebut merupakan hifa dengan bentuk daun dan
memiliki sekat dua pada masing-masing daun.
Rhizopus dengan perbesaran 40 kali dan pengecatan LPBC. Dapat dilihat
hifa-hifa yang berwarna biru tua dan terdapat spora jamur tersebut yang
bebentuk bulat dan memiliki cabang.
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klasifikasi tiap mikroba memiliki perbedaan tersendiri:
1. Entamoeba histolytica bentuk histolitica dengan perbesaran 10 kali
tampak seperti titik-titik berwarna hijau dan ungu.
2. Entamoeba histolytica bentuk kista dengan perbesaran 10 kali terlihat
memiliki titi-titik hijau dan adanya bulatan merah yang memiliki inti
didalamnya.
3. Iodamoeba butschlii bentuk vegetatif dengan perbesaran 10 kali.
Warna dasar preparat merah muda dan dapat dilihat bulatan berwarna
cokelat.
4. Balantidium coli bentuk kista dengan perbesaran 10 kali dilihat kista
berwarna merah dan betuk bulat serta memiliki titik-titik merah
didalamnya.
5. Chilomastix menslini bentuk tropozoit dan kista dengan perbesaran 40
kali. Warna dasar biru dan kista berwarna putih dengan bentuk yang
tidak beraturan.
6. Makrokonidia dengan pengecatan LPBC dan perbesaran 40 kali.
Dilihat hifa berwarna biru dan spora berwarna biru keunguan.
7. Epydermopyton floccosum dengan pengecatan LPBC dan perbesaran
40 kali. Dilihat hifa berwarna biru berupa garis-garis.
8. Rhizopus dengan pengecatan LPBC dan perbesaran 4o kali. Dilihat
hifa yang banyak berwarna biru tua dan terdapat beberapa spora yang
berbentuk bulat bercabang.
B. Saran
1. Ketika mengamati mikroba di bawah mikroskop digunakam preparat
masih baru sehingga mikroba tampak jelas.
2. Ketika melakukan pengamatan diberikan waktu yang cukup.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
1 Sri Wilarso Budi, dkk. Identifikasi Jenis-jenis Fungi yang Potensial terhadap Pembentukan
Gaharu dari Batang Aquilaria spp. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 01 No. 01 Desember
2010, Hal. 1 – 5
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/viewFile/4129/2821
2 Saphiro, M.D. J., 2007, Hair Loss in Women, http://content.nejm.org/cgi/reprint/357/16/1620.pdf ,
diakses tanggal 29 April 2013
3 DPDx, Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern, 2003 Centre for Disease
Control and Prevention, CDC. Available from: http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Amebiasis.htm
[Accesed 27 April 2013]
4 Scharf, D., Microsporum canis, http://www.scharfphoto.com/posters/archives/000640.php ,
diakses tanggal 29 April 2013
5 Friesen, T.L et al .2006. Emergence of desease as aresult of inerspecipic virulence gene transfer. Nature gegetics.
6 Nicoletti R, Manzo E, Ciavatta ML. 2009occurence and bioactives of funicope related compounds. International journal of Science
7 Baron,S 1996, Medical Microbiology – NCBI Bookshelf, The University of Texas Medical Branch at Galveston. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=mmed&part=A4136 [Accessed 27 April 2013]
8 Kurniati, Cita Rosita SP.Dept./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.FK UNAIR/RSU Dr.
SoetomoSurabaya
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/BIKKK_vol%2020%20no%203_des%202008_Acc_3.pdf
9 Aryulina, D.2008. biologi. Jakarta: ESIS hlm 62 ISBN 9797345401. (penelusuran buku google) (diakses 28 april 2013)
10Ari Indriana, S. 2009. Universitas Indonesia. Available from: http://www.lontar.ui.ac.id/file?
file=digital/122645-S09016fk-Hasil%20pemeriksaan-Literatur.pdf [Accesed 27 April 2013]