Laporan revisi

34
PRAKATA Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Parasitologi tentang identifikasi parasitologi tepat pada waktunya. Saya juga menyampaikan terima kasiuh kepada pihak- pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini. Khususnya kepada asisten laboratorium yang telah membimbing saya dalam praktikum dan penyusunan laporan ini. Laporan ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperasn dalam penyusunan laporan praktikum ini. 1

Transcript of Laporan revisi

Page 1: Laporan revisi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat

menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Parasitologi tentang

identifikasi parasitologi tepat pada waktunya.

Saya juga menyampaikan terima kasiuh kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyusunan laporan ini. Khususnya kepada asisten laboratorium

yang telah membimbing saya dalam praktikum dan penyusunan laporan ini.

Laporan ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya

miliki masih kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada pembaca untuk

memberikan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

laporan ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperasn dalam penyusunan laporan praktikum ini.

1

Page 2: Laporan revisi

BAB I

PENDAHULUAN

a. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat mengenal dan mengoprasikan mikroskop dengan

baik dan benar.

2. Memberikan uraian tentang peranan mikroba di dalam kesehatan

lingkungan dan pangan tentang bentuk, sifat dan peranan

mikroorganisme yang meliputi jamur, dan protozoa.

b. Manfaat Praktikum

1. Mempelajari berbagai morfologi macam-macam protozoa dan jamur.

2. Mengetahui kegunaan dari jenis-jenis protozoa dan jamur yang diteliti.

2

Page 3: Laporan revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. IDENTIFIKASI PARASIT

Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan

umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang ditempatinya. Definisi

selanjutnya, parasit adalah suatu organism yang tergantung pada inangnya

perihal sintesis dari 1 atau lebih zat-zat makanan esensial untuk keperluan

metabolism. Sintesis zat-zat makanan itu memerlukan enzim-enzim. Atas dasar

ini definisi parasit mencakup makhluk yang hidup bebas, tetapi tidak memiliki

satu atau lebih enzim, oleh karena itu parasit tersebut berusaha untuk hidup

pada mahkluk hidup lainnya untuk memiliki enzim-enzim tersebut. Dengan kata

lain suatu parasit memerlukan beberapa faktor vital, di mana faktor-faktor

tersebut hanya dapat diperoleh dari inangnya.1

Pendapat lain, parasit adalah makhluk yang mengadakan invasi untuk

mendapatkan makanan, tempat tinggal, perlindungan dan kesempatan berbiak di

dalam inangnya.

J.V Van Beneden menyatakan, parasit adalah makhluk hidup yang

hidupnya dari pemberian tetangganya dan hanya menggunakan keuntungan

yang diambil dari tetangganya tersebut, tetapi parasit tersebut harus berhati-hati

atas pengambilan keuntungan tersebut karna bisa membahayakan parasitnya

sendiri.

N.H Swellengrebel menggambarkan parasit sebagai makhluk hidup yang

non-patogen yang menjaga atau menghindari kerugian bagi inangnya maupun

bagi dirinya sendiri.

Harold W. Brown menyatakan bahwa parasit biasanya dipakai untuk

jasad yang lebih lemah yang mengambil makanan dan perlindungan dari jasad

lain yang memperoleh segala keuntungan dari pada hubungan itu. Dan inangnya

bisa menderita kelainan fungsi dan kelain organik.

Secara keseluruhan definisi parasit didasarkan atas beberapa hal sebagai

berikut :

3

Page 4: Laporan revisi

a. Tempat dan cara pengambilan makanan dari inangnya

b. Tetap tidaknya parasit itu berada dalam tubuh inang

c. Sifat patogenitasnya

d. Jumlah individu spesies parasit yang mendiami inang

e. Tingkatan parasitnya (parasit yang hidup di dalam tubuh parasit

lainnya)

1. Tempat dan cara pengambilan makanan dari inangnya

Jika parasit itu hidup pada permukaan luar dari tubuh inang, maka

parasit itu disebut ektoparasit. Contohnya : lintah, kutu anjing, kutu

kucing, kutu manusia dan kutu kerbau .

Parasit-parasit tersebut mengambil makanan dipermukaan luar

tubuh inang atau mereka hidup pada kulit inang sekaligus mengambil

makanan dari permukaan luar tubuh inang mereka.

Jika parasit-parasit itu hidup di dalam tubuh inang, maka parasit

itu disebutendoparasit. Tempat-tempat yang didiami juga pada berbagai

alat-alat dan jaringan tubuh. Contonya : Parasit yang hidup didalam

saluran pencernaan, antara lain: Ascaris lumbricoides, Ancylostoma

duodenale, Taenia solanum dan sebagainya. Parasit yang hidupnya di

otot-otot, antara lain: Trichinella spiralismembuat cyste dan hidupnya di

dalam oto babi, tikus, kucing, anjing, beruang hitam dan juga di dalam

otot manusia. Parasit yang hidup di dalam jaringan darah, antara lain:

cacing FilariaWuchereria bancrofrti. Yang bahkan hidup di dalam sel-sel

darah seperti Plasmodium (parasit malaria).

2. Tetap tidaknya parasit itu berada dalam tubuh inang

Ada beberapa pembagian mengenai tempat parasit berada dalam

inangnya, antara lain:

a. Parasit Fakultatif Jika parasit itu dapat hidup bebas dan dapat

juga hidup sebagai parasit.

b. Parasit Obligat Jika parasit itu berdiam secara permanen di

dalam tubuh inang dan kehidupannya seluluhnya tergantung

pada inangnya.

c. Parasit Insidentil Jika parasit itu secara kebetulan bersarang di

dalam tubuh suatu inang yang biasanya tidak dihinggapinya.

4

Page 5: Laporan revisi

d. Parasit Temporer jika parasit itu sebagian dari masa hidupnya

hidup bebas, dan sewktu-waktu mencari inang untuk

mendapatkan makanan.

e. Parasit Permanen Jika parasit itu tinggal pada permukaan

atau di dalam tubuh inang sejak permulaan sampai dewasa.

3. Sifat patogenitasnya

a. Parasit Patogen Jika parasit itu menyebabkan kerusakan pada inang

karena pengaruh mekanik, tranmekanik atau toksik.

b. Parasit Semu atau Koprozoik jika suatu spesies asing melewati alat

pencernaan (tractus digestivus) tanpa menyebabkan infeksi pada

manusia.

4. Jumlah individu spesies parasit yang mendiami inang

a. Multyparasitisme adalah hidup antara banyak individu dari 2 spesies

atau lebih dengan satu inangnya. Contohnya : Lalat Angitia dan larva

Tawon Apauteles yang hidupnya parasit pada larva Plutella.

b. Superparasitisme adalah hidup bersama antara banyak parasit dari

satu spesies dan satu inangnya. Contohnya : pada penyakit malaria,

spesies Plasmodium vivax, dalam jumlah yang sangat banyak

menginfeksi darah manusia.

5. Tingkatan parasitnya (parasit yang hidup di dalam tubuh parasit lainnya)

Tingkatan disini maksudnya maksudnya, bahwa ada parasit hidup

pada parasit lain sampai 1-3 tingkatan atau lebih. Yang mana parasit

pertama diinfeksi parasit kedua, parasit kedua diinfeksi parasit ketiga dan

demikian seterusnya. Parasit itu disebut Hyperparasitisme. Jadi

pengertian Hyperparasitisme adalah hidup bersama di mana

makhlukmakhluk parasit hidup dalam parasit lainnya. Contohnya :

a. Banyak burung diinfeksi parasit serangga tertentu, lalu serangga ini

diinfeksi bakteri dan selanjutnya bakteri ini diinfeksi virus (4 tingkatan)

b. Kutu-kutu besar mempunyai parasit kutu-kutu kecil dan kutu-kutu kecil

ini mempunyai kutu-kutu yang lebih kecil.2

5

Page 6: Laporan revisi

B. PARASIT

1. Entamoeba histolityca E. histolytica di dalam tinja dapat ditemukan sebagai: (1) trofozoit, (2)

prekista, dan (3) kista. Parasit ini ditularkan sebagian besar oleh manusia yang

terinfeksi olehnya. Penularan melalui kontak seksual oral-anal dapat pula terjadi.

Meskipun E. histolytica banyak berhubungan dengan hewan ( kucing, anjing,

primata, dll), tidak ada laporan mengenai transmisi antara hewan dan manusia

melalui zoospora.

a. Morfologi

Entamoeba histolytica pada tinja dapat di temukan dalam bentuk

trophozoite maupun dalam bentuk cyste.Bentuk tophozoite sering di temukan

pada tinja cair sedangakn pada cyste sering di temukan pada tinja yang

bentuknya padat. Protozoa ini memiliki ciri-ciri khusus sehingga dapat

digunakan untuk membedakannya dengan spesies-spesies sarcodina yang

lain. Bangunan-bangunan yang ada baik dalam sitoplasma dan nukleusnya

dijadikan perhatian utama dalam mengidentifikasiakan setiap spesies,

walaupun demikian biasanya orang biasanya mempergunakan ciri-ciri pada 

nucleus sebagai bahan identifikasi. Tergantung dari jenis pewarnaan yang di

lakukan maka bangunan yang Nampak pada trophozoite maupun cystenya

maupun cystenya berbeda-beda, oleh karena itu dalam membandingkan satu

spesies dengan lainya harus digunkan pewarnaan yang sama.

Untuk melihat pergerakan amoeba biasanya di lakukan pemeriksaan

dengan air garam fisiologis, sedangkan untuk pembuatan preparat awetan

mengunakan formalin atau MIF. Untuk melakukan konfirmasi dalam

indentifikasidi gunakan pewarnaan dengan yodium dan untuk pewarnaan

permnen sering di gunakan iron.

Pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologis trophozoite entamoeba

histolytica mempuyai ukuran sekitar 10-60µ. Trophozoite ini bergerak aktif

dan progresif dengan jalan menonjolkan pseupodopinya. Di dalam

sitoplasmanya sering di temukan butir-butir eritrositnya sebagai makanan

protozoa ini ,namun jarang sekali ditemukannya bakteri. vacuolenya juga sulit

terlihat pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologi begitu  juga bentuk

nucleusnya. Trophozoite entamoeba histolytica dapat di bedakan menjadi

6

Page 7: Laporan revisi

bentuk, yaitu bentuk yang invasive dan bentuk yang non invasive. Keduanya

dapat di bedakan pada pemeriksaan mikroskop.

Pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologis, cyste entamoeba

histolytica  Nampak berbentuk bulat denagan ukuran 10-20 µ.Di dalam

sitoplasmanya Nampak bangunan yang di namakan Chromatid bodies

sebagai bagunan berbentuk bulat panjang yang berujung tumpul dan agak

mengkilat. Dengan pemeriksaan yang mengunakan cairan garam fisiologis

nucleus sulit di amati.3

Dengan pewarnaan yoium,cyste Nampak berwarnah kuning kehijauan. Di

dalam sitoplasmanya Nampak glicogen mass yang berwarnah merah

kecoklatan, karena merupakan timbunan makanan cadangan bagi

nukleusnya dapat di temukan dengan jumlah 1 sampai dengan 4 buah

trergantung dari umur cyste tersebut. Cyste yang telah tua memiliki 4 buah

nucleus.Nukleus protozoa ini di kelilingi oleh membrane yang mengandung

butiran kromatin mengkilat sedangakan di dalamnya Nampak adanya sebuah

karyosome yang letaknya berada di tengah. Pada pewarnaan yodium

chromatid bodies Nampak seperti pada pemerikasaan cairan pada fisiologi.

Pada pewarnaan dengan iron heamatoxylin citoplasma dari nucleus

Nampak alveolar atau bervacoule. Nukleus yang berjumlah 1 sampai 4 

nampak di kelilingi oleh membrane nucleus. Nampak pula kromosom yang

nampaknya sentral. Diantara membrane nucleus dan kromosom Nampak

adanya benang-benang radial. Cromatoid bodies  Nampak sebagai bagunan

yang berbentuk bulat panjang dengan ujung membulat berwarnah biru

kehitaman.

Siklus hidup E. histolytica relatif sederhana, terdiri oleh stadium kista dan

trofozoit. Kista adalah stadium yang infektif. Trofozoit merupakan bentuk

vegetatif yang aktif dan dapat dibedakan dengan amoeba usus lainnya

karena mempunyai sifat morfologi yang penting untuk diagnosis. Ukurannya

antara 10 sampai 60 mikron, sebagian besar antara 15 sampai 30 mikron.

Sepertiga bagian dari seluruh amoeba ini berupa ektoplasma.

Endoplasmanya bergranula halus, biasanya mengandung bakteri atau benda

asing. Ciri khas E. histolytica yang membedakan dengan amoeba usus yang

lain adalah dalam endoplasmanya sering ditemui sel darah merah dalam

berbagai tingkat kerusakan. Pada amoeba yang tidak dipulas, inti tunggal

7

Page 8: Laporan revisi

yang letaknya eksentrik dapat dilihat samar-samar sebagai ciicin yang

berbutir halus. Dengan pulasan hematoksilin, membran inti dapat dilihat

dengan jelas dan pada sebelah dalamnya melekat butir-butir kromatin halus,

sama besar dan tersebar rata. Kariosom yang kecil, mudah dipulas dan

letaknya ditengah-tengah , terdiri dari beberapa butir yang letaknya di dalam

sebuah simpai. Simpai tersebut merupakan tempat keluarnya serabut-

serabut halus teratur radiel ke perifer. Trofozoit yang mengalami degenerasi

menunjukkan gerakan yang lambat, batas antara ektoplasma dan

endoplasma menjadi kurang mata. Sitoplasma menjadi berbutir dan inti

tampak lebih jelas.

b. Efek Untuk Kesehatan

Infeksi E.histolytica dapat melalui makanan dan air serta melalui kontak

manusia ke manusia. Dalam daur hidupnya Entamoeba histolytica

mempunyai 3 stadium yaitu bentuk histolitika, minuta dan kista.16 Bentuk

histolitika dan minuta adalah bentuk trofozoit. Perbedaan antara kedua

bentuk trofozoit tersebut adalah bentuk histolitika bersifat patogen dan

mempunyai ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika

bersifat patogen dan dapat hidup di jaringan hati, paru, usus besar, kulit,

otak, dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secarabelah pasang di jaringan

dan dapat merusak jaringan tersebut. Minuta adalah bentuk pokok dan tanpa

bentuk minuta daur hidup tak dapat berlangsung. Kista dibentuk di rongga

usus besar dan dalam tinja, berinti 1 atau 4 dan tidak patogen, tetapi dapat

merupakan bentuk infektif. Dengan adanya dinding kista, bentuk kista dapat

bertahan hidup terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia. Kista

matang yang tertelan mencapai lambung masih dalam keadaan utuh karena

kista tahan terhadap asam lambung.18 Di rongga usus halus terjadi

ekskistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke dalam rongga

usus besar. Bentuk minuta ini berubah menjadi bentuk histolitika yang

patogen dan hidup di mukosa usus besar serta menimbulkan gejala. Bentuk

histolitika memasuki mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim

sisstein proteinase yang dapat menghancurkan jaringan yang disebut

histolisin. Kemudian bentuk histolitika memasuki submukosa dengan

menembus lapisan muskularis mukosa, bersarang di submukosa dan

8

Page 9: Laporan revisi

membuat kerusakan yang lebih luas daripada di mukosa usus sehingga

terjadi luka yang disebut ulkus amoeba. Lesi ini biasanya merupakan ulkus-

ulkus kecil yang letaknya tersebar di mukosa usus, bentuk rongga ulkus

seperti botol dengan lubang sempit dan dasar yang lebar, dengan tepi yang

tidak teratur agak meninggi dan menggaung. Proses yang terjadi terutama

nekrosis dengan lisis sel jaringan. Bila terdapat infeksi sekunder, terjadilah

proses peradangan yang dapat meluas di submukosa dan melebar ke lateral

sepanjang sumbu usus. Kerusakan dapat menjadi luas sekali sehingga ulkus-

ulkus saling berhubungan dan terbentuk sinussinus dibawah mukosa.Dengan

peristalsis usus, bentuk histolitika dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga

usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan

bersama tinja

c. Habitat

Entamoeba histolytica dapat di temukan hampir seluruh dunia. Menurut

beberapa laporan pernah pula kuman ini  di temukan di daerah kutub, namun

yang sering di laporkan adalah pada daerah yang beriklim sedang dan yang

beriklim tropis. Kuman yang paling invasive sangat  sering  di temukan di  di

daerah tropis seperti di daerah asia, afrika barat dan selatan, mesir dan timur

tengah sebelah selatan. Daerah daerah ini termasuk daerah yang beresiko

tinggi.

Insiden amoebiasis sering sulit ditetukan, namun dapat dikatakan bahwa

mereka yang hidup di lembaga pemasyrakatan, panti-panti kaum

homoseksual serta meraka yang mempuyai keluatga  yang terinfeksi,

merupakan kelompok resiko tinggi tertular amoebiosi.

Manusia terinfeksi entamoeba histolytica  bila mengkonsumsi makanan

yang terkontaminasi cyste protozoa ini. Cyste yang telah tua merupakan

cyste yang infektius, dan bukan yang masih muda, sebab cyste  yang masih

muda gampang di hancurkan oleh asam lambung. Di daerah iklim sedang

dan tropis cyste berkembang menjadi 4 buah metacystic trophozoite di sebut

juga amoebule. Amoebule ini kemudian masuk kedalam usus besar dan

mulai berkolonisasi, makan, berinvasi bereproduksi, di daerah Tergantung

dari jenis  atau strain dari protozoa ini, sebagian ada yang berinvasi   ke

dinding usus saja, ada pula yang masuk ke dalam organ tubuh yang lain di

luar usus seperti hati, otak dan lain sebagainya. Sebagian dari amoebulae

9

Page 10: Laporan revisi

tanpa di ketahui penyebabnya dapat beregenerasi  menjadi cyste muda yang

berinti satu kemudian menjadi tua yang terlihat dari jumlah intinya .Cyste

yang tua memiliki 4 inti . Cyste-cyste  tersebut akan keluar dari tubuh

bersama sama dengan tinja. Selain cyste yang tua, cyste muda dan bahkan

tidak jarang trophozoite ikut juga keluar bersama sama  dengan tinja

terutama bila tinja tadi berair. Cyste mupakan bentuk yang paling tahan

terhadap suasana di luar tubuh dan dapat memulai hidupnya bila

terkontaminasi dengan makanana setelah keluar bersama sama dengan

tinja.4

10

Page 11: Laporan revisi

2. Balantidium Coli

a. Morfologi

Balantidium ini merupakan protozoa usus manusia yang paling

besar. Memiliki dua bentuk tubuh yaitu, trofozoit dan kista.

1) Bentuk trofozoit seperti kantung, panjangnya 50-200 mμ, lebarnya 40-

70 mμ dan berwarna abu-abu tipis. Silianya tersusun secara

longitudinal dan spiral sehingga geraknya melingkar, sitostoma yang

bertindak sebagai mulut pada B. coli terletak di daerah peristoma yang

memiliki silia panjang dan berakhir pada sitopige yang berfungsi

sebagai anus sederhana. Ada 2 vakuola kontraktil dan 2 bentuk

nukleus. Bentuk nukleus ini terdiri dari makronukleus dan

mikronukleus. Makronukleus berbentuk seperti ginjal, berisi kromatin,

bertindak sebagai kromatin somatis/vegetatif. Mikronukleus banyak

mengandung DNA, bertindak sebagai nukleus generatif/seksual dan

terletak pada bagian konkaf dari makronukleus.

2) Bentuk kistanya lonjong atau seperti bola, ukurannya 45-75 mμ,

warnanya hijau bening, memiliki makronukleus, memiliki vakuola

kontraktil dan silia. Kista tidak tahan kering, sedangkan dalam tinja

yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.

b. Siklus hidup.

Siklus hidup Balantidium coli sebenarnya hampir sama dengan E.

Histolytica, tetapi pada B. coli kista tidak dapat membelah diri. Kista akan

termakan bersama dengan makanan atau minuman yang masuk ke

dalam tubuh kita, lalu akan terjadi ekskistasi di dalam usus halus dan

menjadi bentuk trofozoit, lalu menuju ke caecum. Setelah berada di

caecum trofozoit akan berbiak dan membelah diri secara belah pasang

tranversal. Selain itu bentuk trofozoit ini akan terbawa oleh aliran isi usus.

Di daerah colon tranversum keadaan kurang menguntungkan bagi

trofozoit sehingga akan terjadi enkistasi. Trofozoit akan berubah menjadi

kista lalu kista tersebut akan keluar bersama dengan tinja.

11

Page 12: Laporan revisi

c. Habitat

Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada

manusia frekuensinya rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi

(63-91%) menurut Young, pada tahun 1950. Ada dua spesies yang

berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari babi pada

manusia dan Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia.

Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi

dapat timbul dan meningkat pada manusia yang sering berhubungan

dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah pemotongan

hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi

yang buruk, dan tempat-tempat yang padat seperti di penjara, rumah sakit

jiwa, asrama, dll. Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas

dengan perkiraan prevalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat

28% berdasarkan kultur yang dilakukan pada babi. Epidemi dapat timbul

pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat. Balantidium coli juga telah

dilaporkan banyak pada masyarakat yang memelihara babi.

d. Efek terhadap Kesehatan

Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium

coli. B. coli merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum

Ciliophora, klas Kinetofragminophorea, ordo Trichostomatida, famili

Balantidiae. Memiliki dua stadium, yaitu trofozoit dan kista. Merupakan

protozoa besar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi

hospes adalah babi dan manusia.5

3. Iodamoeba butschili

a. Morfologi

Bentuk tropozoit berukuran 6 – 20 µm (rata-rata 10 µm),

ktoplasma sedikit/hampir tidak terlihat, pergerakan agak aktif dengan

pseudopodia tumpul dan jernih, endoplsma mempunyai sitoplasma

granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan,

sering dalam vakuole. Dan tidak makan sel darah merah. Inti berbentuk

12

Page 13: Laporan revisi

khas dan bulat, kariosom berbentuk bulat dan letaknya di tengah-tengah,

hampir memenuhi inti, antara kariosom dan inti terdapat benang-benang.

Bentuk kista berukuran 5 – 18 µm, dengan bentuk ireguler.

Glikogen vakuole berbatas tegas dan jelas, serta batang kromidial tidak

ada. Jumlah inti hanya 1, kecuali kista yang akan pecah terdapat 2

inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan E.histolytica.6

b. Habitat

Iodamoeba butschlii tersebar luas di beberapa negara. Di wilayah

Turki selatan dari 380 sampel tinja diare yang diperiksa dengan

menggunakan tes enzim immunosorbent assay (EIA) prevalensinya

mencapai 3,1% terdapat bersama-sama parasit patogen lainnya.

Di daerah Bat Dambang , Kamboja prevalensinya 1,4% dari

pemeriksaan 623 sampel tinja anak-anak TK dan SD juga bersaman

dengan parasit lain yang patogen. Di Indonesia (Sulawesi Selatan),

memperlihatkan prevalensi Iodamoeba butschlii sebanyak 5,4% dari 394

sampel tinja dengan parasit intestinal lainnya baik yang patogen

maupun yang non petogen.

c. Efek untuk Kesehatan

Sama seperti Entamoeba hartmani, Iodamoena butschlii juga bukan

merupakan ameba patogen pada tubuh manusia atau tidak berbahaya dan

hanya hidup komensal di usus besar.

Karena Iodamoeba butschlii bukan merupakan ameba yang patogen,

maka tidak menyebabkan penyakit sehingga tidak ada gejala klinis yang

dapat ditemukan sebagai akibat dari Iodamoeba butschlii.

Meski kistanya dapat diidentifikasikan dengan sediaan basah,

terutama bila vakuol dipulas dengan iodium, trofosoitnya sulit dideteksi dan

diidentifikasi tanpa sediaan pulasan permanen.

4. Chilomastix mensilia. Morfologi

Chilomastix mesnili mempunyai stadium trofozoit dan stadium

kista. Parasit ini biasanya selalu ada bersama-sama dengan protozoa

13

Page 14: Laporan revisi

usus lainnya terutama Giardia lamblia sehingga parasit ini perlu diketahui

untuk membedakan parasit yang patogen.

Trofozoit berbentuk piriform seperti buah pir dengan ujung

posterior yang lancip. Trofozoit ukurannya bervariasi sekitar 6-24 µm x 3-

10 µm. Mempunyai 4 flagel, 1 flagel lebih panjang dari yang lain yang

muncul dari ujung anterior. 3 flagel berasal dari permukaan bagian sentral

tubuhnya dan flagel ini biasanya jelas terlihat pada trofozoit yang hidup;

digunakan untuk bergerak secara perlahan membentuk gerakan rotasi.

Sitostom terdapat dekat ujung anterior membentuk cekunganyang

dikelilingi oleh silia. Mempunyai inti besar yang terletak di anterior.

Kista terbentuk bila keadaan tinja padat. Kista berbentuk oval

berdinding tebal berukuran sekitar 6,5 – 10,0 µm yang berbentuk seperti

lemon. Di lahan kista tampak sebuah inti dengan organel lainnya

termasuk fibril sitosom, aksonema.Infeksi terjadi bila menelan kista,

trofozoit tidak dapat hidup dalam keadaan asam di lambung.

b. Habitat

Parasit ini penyebarannya kosmopolit, sehingga distribusinya

dapat meluas di dunia, meskipun lebih banyakditemukan pada lingkungan

yang beriklim panas.

c. Efek untuk Kesehatan

Hospes Chilomastix mesnili ini umumnya manusia, tetapi dapat

juga ditemukan pada mamalia lainnya seperti simpanse, orang utan, kera,

babi; serta hewan lainnya seperti burung, reptil, amfibi, ikan, lintah, dan

insekta. Chilomastix mesnili adalah parasit bersel satu yang termasuk

kategori umum dari parasit apatogen yang menyerang usus manusia. 

d. Siklus Hidup

Awal Siklus Hidup Chilomastix yang paling sering ditemukan di

lingkungan dalam bentuk kista, yang terbentuk di dalam usus. Dalam

bentuk kista, Chilomastix mesnili mendapat keuntungan yaitu

perlindungan dari lingkungan dan itu sebagai jalan untuk menemukan

tempat hospes lain. Trofozoit Individu (chilomastix dewasa), serta kista,

14

Page 15: Laporan revisi

dapat ditemukan dalam tinja. Kista yang tertelan melalui makanan atau air

yang terkontaminasi atau fecal orally.

Tahap kista tahan terhadap tekanan lingkungan dan bertanggung

jawab untuk transmisi Chilomastix. Baik kista dan trofozoit dapat

ditemukan dalam tinja (tahapan diagnostik). Infeksi terjadi dengan

menelan kista di air yang terkontaminasi, makanan, atau melalui rute

fecal-oral (tangan atau formites). Chilomastix tinggal di sekum dan / atau

usus besar, melainkan umumnya dianggap sebagai komensal yang

kontribusi terhadap patogenesis tidak menentu. Hewan dapat berfungsi

sebagai reservoir untuk Chilomastix. 

Akhir Siklus Hidup Trofozoit dilepaskan ke lingkungan eksternal

dari luar usus besar dan kadang-kadang lebih kecil dari host yang

terinfeksi. Chilomastix, organisme komensal, diyakini tidak menyakiti dan

tidak pula bermanfaat bagi lingkungan host di mana ia berada dan

makanan keuntungan. Ini protozoa persisten yang ditemukan di seluruh

dunia.

e. Patologi dan Gejala Klinis

Parasit ini biasanya bersifat apatogen, tetapi dapat menyebabkan

kelainan intestinal seperti diare pada kasus infeksi berat. Stadium

trofozoit dapat ditemukan pada tinja cair atau lembek. Chilomastix mesnili

hidupnya di sekum dan kolon manusia. Transmisi secara langsung terjadi

melalui air minum yang terkontaminasi.

f. Diagnosis

Pemeriksaan mikroskopis tinja adalah metode yang paling umum

untuk mendeteksi kista dan trofozoit dari Chilomastix mesnili .

Chilomastix mesnili dianggap apatogen. Adanya kista dan /atau trofozoit

dalam specimen tinja dapat menjadi indikator kontaminasi kotoran dari

sumber makanan atau air. Chilomastix mesnili diidentifikasi melalui

deteksi kista dan / atau trofozoit dalam spesimen tinja, baik

terkonsentrasi basah maupun noda-noda permanwen (misalnya

trichrome) 

g. Pengobatan

15

Page 16: Laporan revisi

Sebagai spesies yang digolongkan sebagai apatogen, tidak ada

metode pengobatan yang direkomendasikan secara khusus untuk

organisme ini.

h. Epidemiologi

Data penyebaran menunjukkan bahwa ditemukan sekitar 11% pada

orang Mesir di US troops. Flagellata ini juga ditemukan pada anak-anak

dan orang dewasa. Di Indonesia prevalensinya mencapai 0,8 % . Di

Amerika Serikat kasus infeksi oleh Chilomastix mesnili tidak bisa

dibilang langka, sebagaimana dilaporkan oleh Kofoid, Kornhauster, dan

plate, mereka menemukan bahwa sekitar 5,8 % dari 1.200 pasien yang

diperiksa di New York, dan 5,3 % pasien yang diperiksa di Berkeley,

California ditemukan terinfeksi juga oleh parasit ini. 

i. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan perlindungan

terhadap infeksi,umumnya dengan melakukan langkah-langkah menjaga

kebersihan untuk mencegah infeksi dari mikroorganisme usus, seperti

kebersihan toilet yang baik, kebersihan dapur umum dan mencuci

tangan sebelum makan adalah tindakan efektif dalam memecahkan

penularan manusia ke manusia parasit. Selain itu untuk lebih

mengetahui lebih banyak mengenai parasit usus dapat melakukan

konsultasi dengan dokter spesialis untuk menangani hal tersebut.7

5. Macro Konidiaa. Morfologi

Makrokonidia berukuran 24-60 x 3-5 μm dan mempunyai 3-5

septa. Makrokonidia biasanya terbentuk di hujung monofialid atas

cabangkonidiofor dalam sporodokia yang memanjang dari monofialid atas

hifa. Makrokonidia dihasilkan dengan banyak dan berbentuk

sedikitsabit,dinding selnya adalah nipis dan halus dengan sel hujung yang

kurus dansel pangkal berbentuk kaki. Pada medium agar-agar daunteluki

(CLA),makrokonidia terbentuk dalam warna jingga pucat dan

banyaksporodokia. Makrokonidia adalah pendek dan falkat hampir lurus,

16

Page 17: Laporan revisi

berdindingnipis dan biasanya tiga septa. Ujungnya biasa menirus dan

meruncing.

b. Efek Untuk Kesehatan

Macroconidia merupakan agen penyakit dermatitis dan Paritiasis

verticolor. Dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan

pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga

akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Panu, atau biasa disebut

Pityriasis versicolor merupakan penyakit kronis yang sering berulang.

Panu atau di dunia medis disebut dengan bahasa aneh Pityriasis

versicolor, merupakan infeksi jamur di permukaan kulit. Biasanya kumat-

kumatan dan tak jarang tanpa keluhan atau asimptomatis8

6. Epidermophyton floccosum

a. Morfologi

Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton

floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal

sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang

menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab

tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea

corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi

terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh

cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada

agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan.

b. Efek untuk kesehatan

Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya

(mycrosporum, trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya

misalnya, microsporum canis, t. rubrum). Beberapanya hanya menyerang

manusia (antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan

(zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan

menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut

17

Page 18: Laporan revisi

sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle

ringworm).9

7. Rhizopus

a. Morfologi

Menurut Soetrisno (1996) sifat-sifat jamur Rhizopus oryzae yaitu

koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus

atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan;

sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal

atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora); rhizoid tumbuh

berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora;

sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri

pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak;

kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar;

spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk

pertumbuhan 35 C, minimal 5-7 C dan maksimal 44 C. Berdasarkan asam

laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba

heterofermentatif. 10

b. Efek Untuk kesehatan

Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan

dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi

karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat.

Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak

kompleks. Rhizopus oryzae trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur

Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease.

Jamur sering digunakan sebagai starter dalam pembuatan

berbagai jenis keju. Agar tumbuh pada susu, kultur starter harus mampu

untuk memfermentasikan laktosa, menghasilkan asam amino dari proses

proteolisis.

18

Page 19: Laporan revisi

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan

1. Delapan macam preparat protozoa dan jamur.

2. Mikroskop

3. Kertas gambar

4. Alat tulis

c. Skema kerja berisikan alur kerja praktikum

19

MULAI

Alat dan Bahan disiapkan

Dilakukan pengamatan pada preparat 1

Mikroorganisme yang dilihat pada mikroskop kemudian

digambar pada kertas

Hal yang serupa dilakukan pada preparat 2 sampai 8

SELESAI

Page 20: Laporan revisi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel1. Hasil pengamatan

No Kuman Bentuk Warna Perbesaran

1. Entamoeba

histolytica

histolitika Hijau 40 kali

2. Entamoeba

histolytica

Kista Hijau-Merah 10 kali

3. Iodamoeba

butschlii

vegetatif Merah 10 kali

4. Balantidium coli kista Merah 10 kali

5. Chilomastix

menslini

tropozoit Biru 40 kali

6. Makrokonidia Biru 40 kali

7. Epydermopyton

floccosum

Biru 40 kali

8. Rhizopus Biru 40 kali

Identifikasi parasit dilakukan dengan melihat 8 parasit yang sudah

diletakkan dibawah mikroskop. Sehingga dapat dilihat bentuk dan pewarnaannya

masing-masing dan dengan perbesaran yang berbeda. Adapun 8 parasit

tersebut yaitu:

Entamoeba histolytica berbentuk histolitica dengan pewarnaan hijau dan

perbesaran 40 kali. Dapat dilihat pada preparat terdapat titik-titik berwarna hijau

dan beberapa berwarna ungu. Sedangkan warna dasar preparat yaitu putih.

Entamoeba histolytica berbentuk kista dengan perbesaran 10 kali. Dapat

dilihat warna dasar preparat hijau, juga dilihat titik-titik yang berwarna hijau tua,

serta bulatan merah dengan inti didalamnya yang merupakan kista dari parasit.

20

Page 21: Laporan revisi

Balantidium coli bentuk kista dengan peresaran 10 kali berwarna merah.

Tampak titik titik merah pada preparat dan adanya bulatan yang berisi titik-titik

yang merupakan kista.

Iodamoeba butschlii bentuk vegetatif dengan perbesaran 10 kali. Dapat

dilihat warna dasar preparat merah dan terdapat bulatan-bulatan berwarna

coklat.

Chilomastix mesnili bentuk tropozoit dan kista dengan perbesaran 40 kali.

Warna dasar preparat yaitu biru dan dapat dilihat bentuk tropozoit dan kista

berwarna putih dengan bentuk yang tidak beraturan.

Makrokonidia dengan perbesaran 40 kali dan digunakan pengecatan

LPBC. Dapat dilihat adanya garis-garis berwarna biru dan bentuk bulat-bulat

berwarna biru keunguan yang merupakan spora jamur. Namun pada bentuk

yang sebenarnya garis-garis yang dilihat tersebut merupakan hifa yang

berbentuk daun dan memiliki sekat yang banyak.

Epidermopyton floccosum dengan perbesaran 40 kali dan pengecatan

LPBC. Dapat dilihat dengan mikroskop terdapat garis-garis berwarna biru. Pada

bentuk yang sebenarnya garis tersebut merupakan hifa dengan bentuk daun dan

memiliki sekat dua pada masing-masing daun.

Rhizopus dengan perbesaran 40 kali dan pengecatan LPBC. Dapat dilihat

hifa-hifa yang berwarna biru tua dan terdapat spora jamur tersebut yang

bebentuk bulat dan memiliki cabang.

21

Page 22: Laporan revisi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Klasifikasi tiap mikroba memiliki perbedaan tersendiri:

1. Entamoeba histolytica bentuk histolitica dengan perbesaran 10 kali

tampak seperti titik-titik berwarna hijau dan ungu.

2. Entamoeba histolytica bentuk kista dengan perbesaran 10 kali terlihat

memiliki titi-titik hijau dan adanya bulatan merah yang memiliki inti

didalamnya.

3. Iodamoeba butschlii bentuk vegetatif dengan perbesaran 10 kali.

Warna dasar preparat merah muda dan dapat dilihat bulatan berwarna

cokelat.

4. Balantidium coli bentuk kista dengan perbesaran 10 kali dilihat kista

berwarna merah dan betuk bulat serta memiliki titik-titik merah

didalamnya.

5. Chilomastix menslini bentuk tropozoit dan kista dengan perbesaran 40

kali. Warna dasar biru dan kista berwarna putih dengan bentuk yang

tidak beraturan.

6. Makrokonidia dengan pengecatan LPBC dan perbesaran 40 kali.

Dilihat hifa berwarna biru dan spora berwarna biru keunguan.

7. Epydermopyton floccosum dengan pengecatan LPBC dan perbesaran

40 kali. Dilihat hifa berwarna biru berupa garis-garis.

8. Rhizopus dengan pengecatan LPBC dan perbesaran 4o kali. Dilihat

hifa yang banyak berwarna biru tua dan terdapat beberapa spora yang

berbentuk bulat bercabang.

B. Saran

1. Ketika mengamati mikroba di bawah mikroskop digunakam preparat

masih baru sehingga mikroba tampak jelas.

2. Ketika melakukan pengamatan diberikan waktu yang cukup.

22

Page 23: Laporan revisi

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Laporan revisi

1 Sri Wilarso Budi, dkk. Identifikasi Jenis-jenis Fungi yang Potensial terhadap Pembentukan

Gaharu dari Batang Aquilaria spp. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 01 No. 01 Desember

2010, Hal. 1 – 5

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/viewFile/4129/2821

2 Saphiro, M.D. J., 2007, Hair Loss in Women, http://content.nejm.org/cgi/reprint/357/16/1620.pdf ,

diakses tanggal 29 April 2013

3 DPDx, Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern, 2003 Centre for Disease

Control and Prevention, CDC. Available from: http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Amebiasis.htm

[Accesed 27 April 2013]

4 Scharf, D., Microsporum canis, http://www.scharfphoto.com/posters/archives/000640.php ,

diakses tanggal 29 April 2013

5 Friesen, T.L et al .2006. Emergence of desease as aresult of inerspecipic virulence gene transfer. Nature gegetics.

6 Nicoletti R, Manzo E, Ciavatta ML. 2009occurence and bioactives of funicope related compounds. International journal of Science

7 Baron,S 1996, Medical Microbiology – NCBI Bookshelf, The University of Texas Medical Branch at Galveston. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=mmed&part=A4136 [Accessed 27 April 2013]

8 Kurniati, Cita Rosita SP.Dept./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.FK UNAIR/RSU Dr.

SoetomoSurabaya

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/BIKKK_vol%2020%20no%203_des%202008_Acc_3.pdf

9 Aryulina, D.2008. biologi. Jakarta: ESIS hlm 62 ISBN 9797345401. (penelusuran buku google) (diakses 28 april 2013)

10Ari Indriana, S. 2009. Universitas Indonesia. Available from: http://www.lontar.ui.ac.id/file?

file=digital/122645-S09016fk-Hasil%20pemeriksaan-Literatur.pdf [Accesed 27 April 2013]