Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

52
1 Laporan Riset Rantai Pemasaran VECO Indonesia & Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2015 Kulit Manis Kerinci

description

Sekitar 80 persen volume produksi kayu manis Indonesia berasal dari Kerinci. Namun, petani di pegununungan Jambi, Sumater ini menghadapi sejumlah tantangan seperti rendahnya produksi dan harga bagi petani.

Transcript of Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

Page 1: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

1

Laporan Riset Rantai Pemasaran

VECO Indonesia & Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang2015

KulitManis

Kerinci

Page 2: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci
Page 3: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

Laporan Riset Rantai Pemasaran

Kulit Manis Kerinci

VECO Indonesia & Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2015

PenelitiProf. Ir. H. Ardi, M.Sc.

Ir Syahyana Raesi, MScNur Afni Evalia, SP., MMCindy Paloma, SP., MSi

Page 4: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

VECO Indonesia dan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang2015

Tim PenelitiProf. Ir. Ardi. MscNur Afni Evalia. SP, MMIr. Syahyana Raesi, MScCindy Paloma, SP. MSi

Editor dan Tata LetakSloka Institute

November 2015

Diterbitkan olehVECO IndonesiaJl. Kerta Dalem No. 7, SidakaryaDenpasar, Bali 80224Telp.: +62 361 727378Fax.: +62 361 723217Email: [email protected]: www.vecoindonesia.netTwitter: @VECOIndonesiaFacebook Page: /VECOIndonesia

Page 5: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

5

PENGANTAR ............................................................................ 7 - 8

PENDAHULUAN ........................................................................... 9

- Latar Belakang ................................................................... 11

- Perumusan Masalah ............................................................ 12

TANTANGAN .............................................................................. 13

METODE PENELITIAN .................................................................. 17

- Penguatan Struktur Pasar ..................................................... 19

- Analisis Kegiatan Berbasis Pendekatan Pemasaran ................. 21

- Teknik Pengumpulan Data ................................................... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 23

- Sekilas Kerinci .................................................................. 25

- Karakteristik Kulit Manis..................................................... 25

- Prospek Pasar Kulit Manis .................................................... 29

- Analisis Usaha Tani Kulit Manis ............................................ 33

- Perhitungan Usaha Kulit Manis ............................................ 38

- Rekomendasi Kebijakan ....................................................... 46

Daftar Isi

Page 6: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

6

Tabel 1: Negara Eksportir Kulit Manis Terbesar di Dunia ................ 11

Tabel 2: Luas Lahan Kulit Manis di Kerinci, Jambi ......................... 12

Tabel 3. Penghasil Kulit Manis Dunia ........................................... 30

Tabel 4. Data Nilai dan Volume Ekspor Kulit Manis Indonesia

Berdasarkan Negara Tujuan ....................................................... 31

Tabel 5. Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kerinci pada 2012 ...... 33

Tabel 6. Tanaman Kulit Manis di Kabupaten Kerinci tahun 2013 ...... 34

Tabel 7 Luas Areal Tanaman dan Komposisi Kulit Manis di

Kabupaten Kerinci tahun 2013 ................................................... 36

Tabel 8. Data Volume Kulit Manis Berdasarkan Umur .................... 37

Tabel 9. Harga Pemasaran Kulit Manis Kerinci (2008-2013) ............. 38

Tabel 10. Perkiraan Biaya Pengolahan Kulit Manis/kg .................. 40

Tabel 11. Margin Pemasaran Saluran 1 ....................................... 44

Tabel 12. Margin Pemasaran Saluran 2 ........................................ 45

Daftar Tabel

Page 7: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

7

PENGANTAR

Kontribusi VECO Indonesia dalam program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kerinci, Jambi dimulai pada awal tahun 2013. Melalui kerja sama dengan Yayasan Mitra Aksi Jambi, VECO Indonesia mendukung petani terutama di desa-desa dalam kerangka Pengembangan Program Pertanian Berkelanjutan dan mengembangkan bisnis inklusif. Saat ini VECO Indonesia dan Mitra Aksi berusaha menghubungkan petani dengan akses pasar dan kredit untuk menciptakan bisnis inklusif khususnya pada petani kulit manis.

Sebagaimana diketahui, kulit kayu manis (Cassiavera) termasuk rempah-rempah paling penting di Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil kulit manis terbesar di dunia dengan menguasai 48% pasokan dunia. Jumlah produksi 92.900 m/t (FAOSTAT, 2014). Kulit manis merupakan komoditas ekspor Indonesia. Empat besar negara tujuan ekspor kulit manis Indonesia adalah Amerika Serikat, Belanda, Thailand, dan Brasil.

Kerinci memiliki unique selling point (USP) sangat kuat karena memiliki kondisi geografis khusus. Sekitar 80% volume produksi kulit kayu manis Indonesia berasal dari Kerinci. Hal ini tidak akan berubah dengan cepat karena kulit manis berkualitas baik membutuhkan minimal umur 10 tahun sebelum dipanen. Pada tahun 2012, luas area pohon kayu manis di Kabupaten Kerinci mencapai 40.962 hektar dengan jumlah keluarga petani 12.843 kepala keluarga dengan jumlah produksi 53.623 ton.

Di sisi lain, petani Kerinci juga menghadapi sejumlah tantangan. Minat petani untuk menanam pohon kayu manis terus menurun secara signifikan selama 20 tahun terakhir. Hal ini merupakan dampak dari harga kulit manis yang lebih rendah karena rendahnya mutu produk akibat kesalahan dalam memproses di tingkat petani dan pedagang. Rendahnya mutu disebabkan oleh tingginya kadar air dan banyaknya campuran benda asing. Penurunan mutu produk disebabkan penanganan pascapanen yang masih sangat sederhana, pemanenan sebelum waktunya, peralatan panen yang tidak steril (korosi), serta cara pengeringan yang kurang baik.

Adanya kebijakan pemerintah daerah untuk menaikkan harga kulit manis sejak 2010 membuat harga cukup stabil. Namun, kebanyakan petani masih menganggap harga ini belum layak, jika dibandingkan dengan nilai kebutuhan pokok lainnya. Rantai pemasaran kulit manis di tingkat

Page 8: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

8

lokal dan internasional yang terlalu panjang dinilai tidak efisien sehingga mengakibatkan tidak adanya transparansi harga (informasi pasar tidak sempurna).

Harga pada umumnya ditentukan oleh pedagang, sehingga petani hanya bertindak sebagai pihak penerima harga. Hal ini mengakibatkan petani menjadi pihak yang memiliki posisi tawar lemah. Peran pedagang lebih menonjol sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan petani.

Oleh kerena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Pertanian Universitas Andalas yang mau bekerja sama melakukan penelitian “Penguatan Struktur Pasar Kulit Manis Indonesia Melalui Pendekatan Finansial dan Penguatan Pemasaran”. Terima kasih sedalam-dalamnya terutama kepada Prof. Ir. Ardi. Msc; Nur Afni Evalia. SP, MM; Ir. Syahyana Raesi, MSc; dan Cindy Paloma, SP. MSi sebagai tim peneliti yang telah menyelesaikan penelitian ini. Kami ucapkan pula terima kasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Kami berharap, hasil penelitian ini dapat membantu VECO Indonesia atau pun pihak lain yang berkepentingan dalam mengembangkan strategi pemasaran bersama melalui organisasi petani yang langsung menjual produknya ke eksportir. Poin utama yang ingin kami sampaikan adalah market share yang layak pada setiap aktor dan berapa harga yang pantas diperoleh petani dan organisasi petani.

Kerinci, Oktober 2015

Firman SupratmanArea CoordinatorVECO Indonesia Field Antena Kerinci

Page 9: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

9

1PENDAHULUAN

Page 10: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

10

Page 11: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

11

Perkebunan merupakan salah satu sektor andalan Indonesia yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Dalam perekonomian Indonesia, sektor perkebunan menjadi penopang cukup besar yaitu

sebagai penghasil devisa negara. Hal ini karena sektor perkebunan memiliki komoditas unggulan yang dapat diterima di pasar internasional. Komoditas unggulan yang memiliki nilai ekspor di antaranya adalah karet, kakao, kelapa sawit dan kulit manis.

Kulit kayu manis yang lebih dikenal dengan nama Cassiavera adalah sejenis pohon penghasil rempah-rempah. Dia termasuk jenis rempah-rempah yang beraroma, manis dan pedas. Kulit manis adalah salah satu bumbu masakan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini pertama kali digunakan di Mesir Kuno sekitar 5.000 tahun lalu. Dia disebutkan beberapa kali dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Kulit manis secara tradisional juga digunakan sebagai suplemen untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu, misalnya untuk pengobatan penyakit radang sendi, kulit, jantung dan perut kembung.

Kulit manis merupakan komoditas yang memberikan sumbangan pendapatan cukup potensial dan memberikan nilai ekspor terbesar kedua setelah karet. Menurut Organisasi Bidang Pangan dan Pertanian PBB, FAOSTAT (2005), Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas ekspor kulit manis terbesar di dunia.

Tabel 1: Negara Eksportir Kulit Manis Terbesar di Dunia

No Negara Pangsa dunia (%)

1 Indonesia 26,10

2 Cina 24,63

3 Srilanka 8,05

4 Vietnam 5,30

5 Negara lainnya 35,92

Sumber: FAOSTAT (2005)

Latar Belakang

Page 12: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

12

Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi, Sumatera, merupakan daerah penghasil kulit manis terbesar dari Indonesia. Adapun data luas lahan kulit manis adalah sebagai berikut:

Tabel 2: Luas Lahan Kulit Manis di Kerinci, Jambi.

No Nama Daerah Luas Lahan (Ha)

1 Kabupaten Bungo 233

2 Kabupaten Kerinci 40.962

3 Kabupaten Merangin 5.017

4 Kabupaten Sarolangun 633

5 Kota Sungai Penuh 347

Namun, luasnya lahan tanaman kulit manis di Kerinci, ternyata tidak dibarengi dengan tingginya harga kulit manis. Harga kulit manis kering dengan kualitas paling bagus hanya Rp 2.500 per kilogram. Untuk kualitas di bawahnya, kulit manis kering hanya berharga Rp 1.500 - Rp 1.700 per kilogram. Adapun kulit manis basah dengan harga paling bagus Rp 1.300 per kilogram. Hal ini sangat tidak sebanding jika mengingat waktu yang dibutuhkan petani sampai dengan memanen sedikitnya sepuluh tahun.

Perumusan MasalahPengembangan komoditas kulit manis di Indonesia dan Kerinci khususnya, masih sangat prospektif jika dilihat dari potensi produksi dan pemasaran pada pasar domestik dan ekspor. Namun, pola pemasaran kulit manis tradisional masih bertahan sampai sekarang yaitu melalui pedagang pengumpul, pedagang besar, dan eksportir. Daya tawar petani juga cenderung rendah.

Beberapa penyebabnya karena harga ditentukan oleh tengkulak, jumlah petani yang banyak dan tersebar di berbagai wilayah, serta belum adanya koordinasi dan kerja sama antarpetani. Selain itu juga karena lokasi konsumen akhir yang jauh dari sentra produksi dan persaingan yang kompetitif. Belum adanya rantai distribusi yang jelas dari petani sampai ke industri maupun lembaga yang menampung atau membantu memasarkan kulit manis juga membuat petani semakin terpuruk.

Penguatan struktur pasar bagi petani kulit manis diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya kepastian harga dan pasar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penghitungan harga paling ideal untuk petani maupun analisis mendalam untuk dapat merumuskan kebijakan harga dan sistem pemasaran ke depannya.

Page 13: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

13

2TANTANGAN

Page 14: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

14

Page 15: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

15

1. Rendahnya kemampuan tawar-menawarKemampuan petani dalam menawarkan produk masih terbatas karena keterbatasan modal dan pengetahuan mengenai pasar. Keterbatasan modal bisa berhubungan dengan sikap mental petani yang lebih suka menjual produknya melalui tengkulak yang langsung membeli di lahan. Tengkulak juga memberikan pinjaman kepada petani sehingga petani pun mengalami ketergantungan terhadap tengkulak.

Belum adanya fasilitas kredit atau subsidi dari pemerintah menyebabkan petani semakin tergantung dengan keberadaan tengkulak. Kondisi ini semakin menyebabkan rendahnya kesejahteraan petani.

2. Rendahnya kualitas produksiRendahnya kualitas yang dihasilkan akibat penanganan yang belum intensif. Masalah ini timbul karena penanganan kegiatan yang dimulai dari pra-panen sampai dengan panen yang belum dilakukan dengan baik.

3. Berfluktuasinya hargaBerfluktuasinya harga tergantung perubahan permintaan dan panen. Namun, fluktuasi harga kulit manis di Kabupaten Kerinci lebih disebabkan oleh faktor luar atau permintaan, apakah permintaan tersebut ada, tinggi atau sedikit. Kondisi tersebut menyebabkan petani sulit melakukan perencanaan produksi dan cenderung beralih ke komoditas lain.

Pemasaran memiliki peran penting dalam

menghubungkan keinginan pelanggan sasaran

dengan penyedia produk. Namun, dalam

memasarkan produk pertanian, khususnya bagi

petani skala kecil menghadapi beberapa masalah yang

dihadapi (Afrizal, 2009) yaitu sebagai berikut:

Page 16: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

16

4. Kurang tersedianya informasi pasarInformasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi, di mana, mengapa, bagaimana, dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Keterbatasan informasi petani terkait dengan informasi harga dan jaringan (linkage) menuju konsumen akhir.

5. Panjangnya saluran pemasaranPanjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan seberapa banyak jumlah pedagang perantara yang harus dimulai, dari petani sampai konsumen akhir. Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan (margin pemasaran tinggi) dan dana yang dikeluarkan sebagai keuntungan bagi pedagang. Hal tersebut akan memperkecil keuntungan yang diterima petani.

Page 17: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

17

METODE PENELITIAN

3

Page 18: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

18

Page 19: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

19

Dalam upaya penguatan struktur pasar kulit manis, akan dilakukan pendekatan komprehensif dari fungsi pemasaran dan aspek kelayakan finansial serta pendekatan kepada institusi atau lembaga yang terlibat

dalam pemasaran kulit manis. Analisis dimulai dari pemahaman tentang struktur pasar kulit manis yang ada sekarang serta harapan para pelaku usaha kulit manis untuk keberlanjutan dan kesejahteraan para pelaku kulit manis. Kemudian akan dilakukan penghitungan margin pemasaran, pembagian pendapatan untuk petani serta tingkat kelayakan untuk mengetahui harga kulit manis yang pantas diterima di tingkat petani.

Penelitian dilakukan melalui survei lapangan, diskusi dengan berbagai pihak terkait, studi pustaka, dan riset pasar. Penelitian ini diharapkan mampu menemukan akar permasalahan, melakukan diagnosis tepat serta merumuskan rekomendasi yang komprehensif bagi penguatan struktur pasar di Kerinci sebagai sentra penghasil kulit manis.

Penguatan Struktur PasarPenguatan struktur pasar dalam penelitian ini lebih dititikberatkan pada kelayakan finansial usaha kulit manis, dengan menganalisis karakteristik produk kulit manis dan institusi yang terlibat pada pasar kulit manis yang saling mempengaruhi perilaku dan keragaman pasar kulit manis. Penguatan struktur pasar dilakukan dengan menilai kelayakan usaha kulit manis dari pendekatan finansial yang nantinya akan menghasilkan tingkat kelayakan finansial yang pantas diterima oleh petani.

Hasil analisis finansial ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam hal penentuan harga sehingga akan tercipta pasar yang adil bagi petani dan terciptanya stabilitas harga serta meningkatnya posisi tawar petani.

Adapun tahapan dalam penguatan struktur pasar melalui analisis kelayakan finansial kulit manis adalah sebagai berikut:a. Tahap Perencanaan

• Riset mendasar tentang pasar kulit manis untuk mendapatkan gambaran

Page 20: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

20

utuh mengenai struktur pasar kulit manis di Indonesia, yang meliputi Jambi, Sumatera Barat (Sumbar) dan pasar internasional.

• Pemetaan informasi pasokan kulit manis dari sisi penawaran produk kulit manis di Indonesia, yang meliputi Jambi, Sumbar dan pasar internasional.

• Pemetaan informasi permintaan kulit manis, meliputi permintaan pasar internasional.

b. Tahap Penghitungan Kelayakan Finansial• Penentuan estimasi pengeluaran dan penerimaan keuangan untuk

mengetahui aliran keuangan sebagai acuan dalam menilai kelayakan investasi dari aspek ekonomi usaha kulit manis

• Penghitungan biaya-biaya yang dipakai di dalam usaha kulit manis• Analisis sensitivitas dengan memperhatikan parameter sebagai berikut:• Harga komoditas (product price) • Kapasitas produksi (production capacity) • Biaya modal (capital expenditure) • Biaya operasional (operational expenditure) • Nilai tukar dolar (exchange rate) • Biaya pengolahan (treatment & refining cost)

Page 21: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

21

Analisis Kegiatan Berbasis Pendekatan PemasaranDalam melaksanakan semua kegiatan penelitian penguatan struktur pasar kulit manis, akan digunakan pendekatan konsep mengenai dimensi atau ruang lingkup pemasaran dalam agroindustri kulit manis.

Pendekatan yang akan digunakan adalah sebagai berikut yaitu:1. Pendekatan serba fungsi, di mana pendekatan dilakukan dengan

menganalisis berbagai aktivitas pemasaran kulit manis. Kemudian mengklasifikasikan ke dalam fungsi pemasaran kulit manis, yang meliputi fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengolahan, penyimpanan, dan transportasi) dan fungsi fasilitas (standarisasi, pembiayaan, pengelolaan risiko, penelitian atau riset pasar).

2. Pendekatan institusi, di mana evaluasi pemasaran kulit manis dilakukan dengan mempelajari perantara atau struktur bisnis yang membentuk proses pemasaran kulit manis. Pendekatan ini dititikberatkan pada pelaku yang terlibat dalam proses pemasaran kulit manis, mencakup institusi dalam pemasaran kulit manis di Kabupaten Kerinci sampai pada tahap ekspor.

Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian atau kajian menggunakan teknik studi literatur, pengamatan lapangan, wawancara, dan diskusi dengan pakar.

a. Observasi langsung yaitu melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian yaitu kulit manis untuk mengetahui kegiatan pemasaran kulit manis yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota.

b. Wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan terutama yang terkait dengan penguatan struktur pasar kulit manis.

c. Focus Group Discussion (FGD) dengan stakeholders kulit manis. FGD dengan para stakeholders kulit manis dilaksanakan di Kabupaten Kerinci, khususnya untuk pendalaman informasi terkait dengan struktur pasar yang ada sekarang dan upaya untuk penguatan struktur pasar kulit manis di masa datang. Dalam FGD hadir para pengambil keputusan untuk penguatan struktur pasar kulit manis, yakni perwakilan dari Pemerintah Daerah dan BUMN, UKM, pihak swasta lain sebagai pelaku pemasaran kulit manis, dan pihak perbankan.

Page 22: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

22

Page 23: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

23

HASIL DAN PEMBAHASAN4

Page 24: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

24

Page 25: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

25

Sekilas Kerinci

Sebagai penghasil kulit manis terbesar dunia, produk Indonesia paling banyak dipasok oleh petani dari Kerinci. Kabupaten Kerinci terletak di Provinsi Jambi, Sumatera. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu

rata-rata sekitar 22 0C (derajat celcius). Kabupaten Kerinci mempunyai luas sekitar 3.808,50 km yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Di antaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung Kerinci yang tingginya 3.805 meter dan merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatera. Ada pula danau-danau seperti Danau Kerinci dan Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Ketinggian Kabupaten Kerinci berada di antara 500 meter sampai 1.500 meter dari permukaan laut.

Kabupaten Kerinci terdiri dari 16 kecamatan dengan 285 desa dan 2 kelurahan.

Kabupaten Kerinci beriklim tropis dengan suhu rata-rata 22,6 0C dengan suhu maksimum 29,3 0C, terjadi pada Maret dan April. Suhu minimum sebesar 18,3 0C terjadi pada November.

Curah hujan rata-rata per bulan sebesar 121,4 mm kubik dengan curah hujan terendah sebesar 52,0 mm kubik terjadi pada bulan Agustus dan curah hujan tertinggi sebesar 239,7 mm kubik terjadi pada Februari.

Kelembapan relatif udara rata-rata per bulan sebesar 82%. Kelembapan udara terendah sebesar 78% terjadi pada bulan Juni dan tertinggi sebesar 84% terjadi pada Maret dan November.

Karakteristik Kulit ManisKulit Manis yang dalam bahasa Jawa disebut “kulit manis jangan” dan dalam bahasa Latin disebut Cinnamomum zeylanicum dan C burmanni merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit yang dimanfaatkan sebagai rempah (spices). Kulit manis merupakan tanaman asli Indonesia yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia seperti di Jawa, Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua. Mengingat kulit manis salah satu komoditas yang

Page 26: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

26

mempunyai nilai ekonomi, agar kulit manis dapat tumbuh dengan baik, kita perlu mengenalnya lebih jauh.

A. Syarat tumbuhTinggi tempat, kulit manis C burmanni akan berproduksi baik bila ditanam di daerah dengan ketinggian 500 - 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bila ditanam di ketinggian kurang dari 500 mdpl, meskipun tanaman tumbuh lebih cepat, namun kualitas kulitnya rendah (ketebalan kulit dan aromanya berkurang). Adapun kulit manis jenis C zeylanicum, tumbuh baik pada ketinggian antara 0 - 500 mdpl.

Kulit manis tumbuh baik di daerah beriklim tropis basah. Iklim tropis basah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Faktor iklim yang harus diperhatikan adalah:

a) Curah hujan, kulit manis menghendaki hujan yang merata sepanjang tahun dengan jumlah cukup yaitu sekitar 2.000-2.500 mm/tahun. Curah hujan terlalu tinggi akan berpengaruh pada hasil rendemennya yang rendah; b) Suhu, kulit manis akan tumbuh baik pada suhu rata-rata 25 0C dengan batas maksimum 270 0C dan batas minimum 180 0C; c) Kelembapan, kulit manis akan tumbuh baik baik pada kelembapan 70-90%. Semakin tinggi kelembapan, pertumbuhan tanaman akan semakin baik; d) Sinar matahari, akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman. Kulit manis memerlukan memerlukan sinar matahari sekitar 40-70%; e) Keadaan tanah, jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kulit manis adalah tanah yang banyak mengandung humus, remah, berpasir, dan mudah menyerap air seperti latosol. Namun kulit manis juga dapat tumbuh pada jenis tanah andosol, podsolik merah kuning dan mediteran. Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk kulit manis adalah pH 5,0 - 6,5.

B. Morfologi Kulit Manis Kulit manis termasuk genus Cinnamomum yang termasuk dari famili Lauraceae yang meliputi tumbuhan berkulit dengan bentuk daun tunggal. Ordo Polycarpicae dan termasuk kelas Dicotyledoneae. Daun kulit manis duduknya berseling atau dalam rangkaian spiral dan bersifat liat. Panjang daun sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm (tergantung jenisnya). Warna pucuk kemerahan dan daun tuanya bewarna hijau tua. Warna bunga kuning, berkelamin dua atau sempurna dengan ukuran kecil. Bunga tidak bertajuk, benangsari berjumlah 12 helai terangkai dalam 4 kelompok. Kelompok

Page 27: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

27

benangsari yang berada di dalam umumnya mandul. Kotak sari beruang empat, persarian berlangsung dengan bantuan serangga (sejenis lalat).

Buahnya adalah buah buni berbiji satu dan berdaging, berbentuk bulat memanjang (panjang buah sekitar 1,3-1,6 cm dengan diameter 0,35-0,75). Buah muda berwarna hijau tua dan bila sudah tua berwarna ungu tua. Kulit batang pokok, cabang dan ranting mengandung minyak atsiri yang merupakan komoditas ekspor.

C. Jenis Kulit manisDari berbagai jenis kulit manis, hanya empat jenis yang terkenal dalam perdagangan ekspor maupun lokal yaitu:

1) Cinnamomum burmanniTanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 600-1.500 mdpl dan banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 m, berdaun kecil dan kaku dengan pucuk berwarna merah. Kulit berwarna abu-abu dengan aroma khas dan rasanya manis, dan dipanen (berupa kulit batang dan ranting) setelah tanaman berumur 10 tahun dengan lingkar batangnya mencapai satu meter;

2) Cinnamomum zeylanicumJenis ini merupakan tanaman asli Srilanka (Pulau Ceylon) yang tidak dapat tumbuh baik di Indonesia karena kualitas kulit yang dihasilkan kurang baik (lebih tipis). Tanaman ini sangat cocok bila ditanam di dataran rendah sampai 500 mdpl. Tinggi tanaman mencapai 5-6 m dan bercabang. Panen dapat dilakukan pada umur 3 tahun, kulit berwarna abu-abu;

3) Cinnamomum cassiaKulit manis dengan nama lain Cinnamomum aromaticum ini merupakan

Page 28: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

28

tanaman asli dari Burma dan banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah (Kebumen, Baturaden dan Purwokerto). Cinnamomum cassia punya karakter yang berbeda dengan Cinnamomum zeylanicum maupun Cinnamomum burmanni dengan pucuk berwarna hijau muda sampai hijau kemerahan dan tajuk berbentuk piramida. Kandungan atsiri jenis ini lebih banyak pada kulit cabang dibanding kulit batang, ranting dan daun.

4) Cinnamomum culilawanKulit manis ini hanya dikenal di daerah Maluku (Ambon dan Pulau Seram). Kulitnya termasuk jenis kulit lunak dan berwarna putih, dengan kulit batang dan akar mengandung minyak atsiri. Kulit batangnya berbau minyak kulit putih yang dalam perdagangan disebut dengan kulitlawan. Minyak kulitlawan umumnya dimanfaatkan untuk pengobatan sakit mag (gangguan pencernaan) dan penyakit kolera. Sampai saat ini minyak kulitlawan dijual dengan nama minyak lawang yang sering digunakan untuk obat gosok.

D. Kandungan Kimia Kulit ManisKulit manis mempunyai komposisi kimia yang sangat bermanfaat seperti minyak atsiri. Kadar komponen kimia kulit manis, tergantung pada daerah asal. Secara rinci komposisi kimia kulit manis sebagai berikut: kadar air 7,9%, minyak atsiri 3,4%, alkohol ekstrak 8,2%, abu 4,5%, abu larut dalam air 2,23%, abu tidak dapat larut 0,013%, serat kasar 29,1%, karbohidrat 23,3%, eter ekstrak yang tidak menguap 4,2%, nitrogen 0,66%.

kadar air 7,9%

abu tidak dapat larut 0,013%

minyak atsiri 3,4%

serat kasar 29,1%

alkohol ekstrak 8,2%

nitrogen 0,66%

abu larut dalam air 2,23%

karbohidrat 23,3%

abu 4,5%

eter ekstrak yang tidak menguap 4,2%

Page 29: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

29

E. Manfaat Kulit ManisKulit manis, selain dapat digunakan untuk bumbu makanan, juga dimanfaatkan sebagai antiseptik karena atsiri mempunyai daya bunuh terhadap mikroorganisme. Dari hasil penelitian, minyak atsiri kulit manis dapat membunuh baksil thypus hanya dalam waktu 12 menit, sedang minyak cengkih waktunya mencapai 25 menit. Minyak atsiri dapat dijadikan obat penyakit disentri, penyembuh reumatik, mencret, pilek, sakit usus, jantung, pinggang dan darah tinggi.

Manfaat lain dari minyak kulit manis adalah memiliki efek untuk mengeluarkan angin dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung. Selain itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar aroma sabun, deterjen, lotion, parfum dan cream. Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kulit manis dipergunakan sebagai pewangi dan peningkat cita rasa kue/masakan (gulai dan sup), aroma minuman ringan (softdrink) dan minuman keras.

Prospek Pasar Kulit ManisKulit manis merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, karena memasok kebutuhan dunia hingga mencapai 48%. Menurut FAOSTAT (2014)

Page 30: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

30

lima negara penghasil kulit manis dunia adalah Indonesia sebesar 46,7%, China 33,7%, Vietnam 10,1 %, Srilanka 8,1% dan Madagaskar sebesar 1,1%. Tabel 3. Penghasil Kulit Manis Dunia

No NegaraProduksi 2011(metrik ton)

Persen total di dunia

1 Indonesia 92.900 mt 46,7%

2 China 67.123 mt 33,7%

3 Vietnam 20.258 mt 10,1%

4 Srilanka 15.940 mt 8,0%

5 Madagascar 2.300 mt 1,1%

Kulit manis merupakan komoditas ekspor Indonesia yang diekspor ke berbagai negara di dunia. Empat besar negara tujuan ekspor kulit manis Indonesia adalah Amerika Serikat, Belanda, Thailand dan Brasil. Dari tahun 2012-2013 terjadi peningkatan ekspor Indonesia baik dari segi nilai maupun jumlah ekspor.

Total nilai ekspor kulit manis Indonesia tahun 2012 sebesar USD 49.592.737 dengan jumlah ekspor sebesar 40.402.529 mt. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan nilai ekspor dan jumlah ekspor kulit manis Indonesia yaitu naik menjadi $ 72.957.510 dan jumlahnya 52.506.675 mt. Pangsa pasar ekspor kulit manis sangat luas dengan volume ekspor yang tinggi seperti diperlihatkan pada Tabel 4 berikut.

Page 31: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

31

Tabel 4. Data Nilai dan Volume Ekspor Kulit Manis Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan

Tujuan EksporNilai Perdagangan Jumlah Perdagangan

2012 2013 2012 2013

Dunia $49.592.737 $72.957.510 40.402.529 52.506.675

Amerika Serikat $19.201.970 $33.815.415 15.340.908 24.144.556

Belanda $4.371.295 $5.962,.17 3.583.969 4.165.115

Thailand $2.516.582 $3.216.720 1.629.700 1.797.250

Brasil $2.194.565 $2.573.084 1.900.178 1.977.550

Sumber: UN Comtrade, 2014

Diagram I Nilai dan Volume Ekspor Kulit Manis

Dunia

2012 Nilai Perdagangan 2013 Nilai Perdagangan

2012 Jumlah Perdagangan 2013 Jumlah Perdagangan

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

70000000

80000000

90000000

Amerika Serikat Belanda Thailand Brasil

Page 32: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

32

Dari diagram terlihat bahwa permintaan kulit manis Indonesia terus meningkat ke semua negara tujuan. Adapun peningkatan terjadi pada jumlah ekspor dan nilainya.

Dari diagram di atas terlihat persentase ekspor kulit manis Indonesia terbesar ke negara Amerika Serikat yaitu mencapai 45,98% kemudian Belanda 7,93%, Thailand 3,77%, dan Brasil 3,42%.

Diagram 2. Persentase nilai ekspor kulit manis Indonesia tahun 2013

Amerika Serikat45,98%

Belanda7,93%

Thailand3,77%

Brasil3,43%

Page 33: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

33

Analisis Usaha Tani Kulit Manis Kulit manis jelas merupakan komoditas unggulan Kabupaten Kerinci. Luas areal tanam tahun 2012 mencapai 40.962 ha dengan jumlah petani yang mengusahakan kulit manis sebanyak 12.843 orang kepala keluarga (KK).

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata kepemilikan lahan kulit manis oleh petani adalah sekitar 3,3 ha per KK.

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa kulit manis (Cassiavera) merupakan komoditas unggulan Kabupaten Kerinci dengan luas tanam mencapai 40.962 ha dan produksi sebesar 53.623 ton. Atau sekitar 2.234 kg/ha.

Daerah penghasil kulit manis di Kerinci tersebar di 14 kecamatan dengan Kecamatan Gunung Raya sebagai penghasil terbesar kemudian diikuti Kecamatan Batang Merangin, Keliling Danau, Kulit Aro, Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kerinci pada 2012

No Jenis Tanaman Luas tanah (Ha) Produksi (ton)

Rata-rata produksi (kg/

Ha)

Jumlah petani (KK)

1 Kulit Manis 40.962 53.623 2.234 12.843

2 Kopi 7.106 4.081 852 7.998

3 Cengkeh 122 23 338

4 Karet 1.238 270 655 1274

5 Kelapa Sawit 94 12 1333 60

6 Tembakau 517 171 596 354

7 kapulaga - - - -

8 Kemiri 553 161 470 1735

9 Lada 5 2 1000 63

10 Teh 2.625 28.121 10.713 -

11 Tebu 1.514 2.796 1,944 1.404

12 Vanili 14 1 314 129

13 Pinang 123 74 1.175 1.197

14 Cokelat 220 7 467 440

15 Nilam 109 27 551 139

Page 34: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

34

Tabel 6. Tanaman Kulit Manis di Kabupaten Kerinci tahun 2013

No Jenis Tanaman

Luas tanah (Ha)

Planted Area

Produksi (ton)Production

Rata-rata produksi (kg/

Ha)Yield Rate

Jumlah petani (KK)

Number of Farmers

1 Gunung Raya 11.224 14.357 1.281 2.216

2 Batang Merangin 10.735 27.275 2.541 2.415

3 Danau Kerinci 1.195 764 639 327

4 Keliling Danau 4.623 3.209 694 327

5 Sungai Penuh Hamparan

- - - -

6 Rawang - - - -

7 Sitinjau laut 72 26 361 156

8 Air Hangat 1.365 75 55 1.044

9 Air Hangat Timur 1.034 646 625 737

10 Gunung Kerinci 2.801 1.741 622 1.624

11 Kulit Aro 3.847 2.981 775 1.128

12 Depati VII 300 23 77 265

13 Siulak 1.405 617 439 983

14 Gunung Tujuh 2.361 1.248 592 1.021

Total 40.926 52.980 8.638 12.243

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Kerinci

Page 35: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

35

Komposisi tanaman kulit manis di Kabupaten Kerinci, dari total 40.962 ha luas tanam terdiri dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), Tanaman Menghasilkan (TM) dan Tanaman Tua (TT). Dengan komposisi untuk masing-masing adalah TBM (16.534 ha), TM (23.888 ha) dan TT (493 ha). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7.

Dari total luas lahan dan komposisi masing-masing jenis terlihat bahwa potensi pengembangan kulit manis di Kerinci sangat besar.

Page 36: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

36

Tabel 7. Luas Areal Tanaman dan Komposisi Kulit Manis di Kabupaten Kerinci tahun 2013

No Jenis Tanaman Luas tanah (ha)

Komposisi tanaman (ha)

TBM TM TT/R

1 Gunung Raya 11.224 6.053 5.132 36

2 Batang Merangin 10.735 423 10.276 26

3 Danau Kerinci 1.195 805 357 3

4 Keliling Danau 4.623 2.626 1.966 22

5 Sungai Penuh Hamparan

- - - -

6 Rawang - - - -

7 Sitinjau laut 72 32 38 2

8 Air Hangat 1.365 1.241 121 3

9 Air Hangat Timur 1.034 761 271 2

10 Gunung Kerinci 2.801 783 2.003 15

11 Kulit Aro 3.847 2.023 1.679 142

12 Depati VII 300 261 37 2

13 Siulak 1.405 450 911 34

14 Gunung Tujuh 2.361 1.076 1.079 206

Total 40.926 12.534 23.888 493tSumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kerinci

Page 37: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

37

Kulit manis merupakan tanaman tahunan yang dibiarkan tumbuh liar. Usaha kulit manis di Kerinci selama ini berjalan alami secara turun temurun dengan pola masih sederhana baik dari aspek budidaya sampai aspek pemasaran. Produk kulit manis yang dihasilkan berbeda-beda pada tingkat petani, pedagang pengumpul (toke) dan pada tingkat eksportir.

Pada tingkat petani produk yang dihasilkan masih berupa produk kulit manis hasil panen dari batang yang berbentuk produk basah dan produk kering. Hasil panen berupa kulit manis dengan volume beragam tergantung pada umur tanaman kulit manis (Tabel 8).

Tabel 8. Data Volume Kulit Manis Berdasarkan Umur

Umur (th) Basah (kg) Kering (kg)

05 - 10 40 - 60 20 - 40

10 - 15 65 - 95 40 - 75

15 - 20 100 - 115 80 - 95

20 - 25 120 - 140 100 - 120

30 - 35 150 - 160 130 - 150Sumber: Wawancara petani kulit manis (2014)

Kulit manis yang sudah dipanen berupa kulit basah dan kering dijual ke pedagang pengumpul (toke). Oleh toke, produk kulit manis mengalami proses lanjutan, setelah itu dapat dikelompokkan sesuai dengan grade atau kualitasnya masing-masing.

Tingkatan grade kulit manis adalah sebagai berikut:1. Tingkat pertama AA atau KA. Tingkat ini dihasilkan dari kulit dari batang kulit manis yang telah diproses sehingga kulitnya kering dan bagian epidermisnya dihilangkan, berwarna coklat muda. Tipe ini biasanya dipanen setelah usia 15-20 tahun, sehingga menghasilkan kualitas sangat bagus, sedangkan usia 8-10 tahun menghasilkan kualitas bagus. Di pasaran, kulit manis kualitas ini dijual dengan harga tertinggi.

2. Jenis kedua adalah KB. Jenis ini hampir sama dengan AA, per-bedaannya terletak pada epidemisnya yang tidak dihilangkan. Warnanya coklat kehitam-hitaman. Kualitas ini dapat dihasilkan setelah pohon berusia di atas 7 tahun. Jenis ini biasanya dijual dengan harga lebih murah ketimbang jenis AA.

Page 38: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

38

3. Tingkat ketiga yaitu KC, disebut juga pecahan kulit manis. Jenis ini dihasilkan dari kulit manis tipe KB. Di pasaran, jenis ini diperjualbelikan di tingkat terendah dibandingkan dua jenis yang disebutkan sebelumnya.

Harga kulit manis selama ini sangat fluktuatif dan nilainya masih rendah, walau harga di pasaran cenderung meningkat. Berikut harga kulit manis di Kabupaten Kerinci dari tahun 2008-2013.

Tabel 9. Harga Pemasaran Kulit Manis Kerinci (2008-2013) Grade (Rp)

Tahun KA KB KC

2008 3.108 2.433 1.508

2009 3.927 3.281 2.167

2010 3.927 3.281 2.167

2011 5.508 4.058 2.942

2012 6.107 4.595 3.677

2013 8.399 6.694 4.880Sumber: BPS Kabupaten Kerinci 2009 - 2014

Pada tahun 2013, harga kulit manis di Kabupaten Kerinci relatif stabil, yaitu pada kisaran Rp 8.399/kg untuk kualitas A, Rp 6.694/kg untuk kualitas B, dan Rp 4.880/kg untuk kualitas C.

Di tingkat eksportir, produk kulit manis juga sudah mendapatkan perlakuan lanjutan dan berubah menjadi beberapa macam jenis produk ekspor, yaitu: 1. Sticks Cassia Vera A 2. Cassia Vera AA & KA Sticks 3. Cassia KA & KB Broken 4. Cassia KA kandungan minyak yang lebih tinggi (3, 3,5, & 4% SVO) 5. Cassia Vera AA / A Cut

Perhitungan Usaha Kulit ManisUsaha kulit manis adalah usaha sampingan yang mempunyai prospek sangat besar. Hal ini karena kulit manis merupakan tanaman tahunan yang tidak memerlukan perawatan khusus. Dalam usaha tani kulit manis selama ini, penduduk Kerinci belum terlalu fokus melakukan usaha taninya. Hal ini dilihat dari pola panen kulit manis yang belum direncanakan secara matang. Seringkali petani melakukan panen kulit manis saat harga mahal padahal tanaman kulit manis masih berusia muda, 5-10 th. Akibatnya hasil panen sedikit dan tidak maksimal.

Page 39: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

39

1. Menghitung pendapatan hasil usaha kulit manisJumlah pendapatan yang dihitung dalam tahap ini berdasarkan pendapatan dari satu pohon kulit manis. Dalam tahap penjualan, pada umumnya petani menjual langsung dengan menakar jumlah kulit manis yang bisa didapat berdasarkan umur tanaman kulit manis. Biasanya petani menjual langsung ke toke dengan cara menjual per batang.

Biaya-biaya selama panen kulit manis meliputi biaya panen, pengulitan, pengikisan, pengangkutan, dan penjemuran. Setelah itu kulit manis dijual dan digudangkan. Kemudian dilakukan proses lanjutan yaitu pengikisan kedua, pembelahan, pemotongan menjadi batang (stick), dan pengemasan (packing)

Perkiraan pendapatan usaha kulit manis untuk 1 hektar lahan

PelakuLuas (ha)

Populasi (batang)

Vol/btg (kg)

Harga (Rp)

Pendapatan (Rp)

10 th 1 th 1 bln

Petani1 (umur 10 - 20)

1000 100 1.200 120.000.000 12.000.000 1.000.000

Toke 1 1.000 80 20.000 1.600.000.000 160.000.000 13.333.333

Page 40: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

40

Tabel 10. Perkiraan Biaya Pengolahan Kulit Manis/kg

Kegiatan Biaya/kg

Kegiatan I

Panen+pengulitan+pengikisan 1.200

Penjemuran 400

Pengangkutan 800

Kegiatan II

Pengikisan II 200

Pembelahan 200

Pemotongan 200

Stick 700

Packing 200

Total Biaya/kg 3900

Dari tabel pendapatan dapat dilihat bahwa ada perbedaan pendapatan yang mencolok antara petani dan toke. Misalnya penghasilan kulit manis untuk petani di 1 hektar lahan dengan populasi 1.000 batang pohon kulit manis. Jika harga 1 kg kulit manis sebesar Rp 1.200 petani dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 120 juta dengan masa panen 10 tahun.

Pendapatan ini sudah pendapatan bersih karena petani selalu menjual per batang tanpa mengeluarkan biaya apapun lagi. Untuk mendapatkan penghasilan sebesar Rp 120 juta, petani harus menunggu 10 tahun. Berarti dalam satu tahun petani hanya mendapatkan sebesar Rp 12 juta atau rata-rata Rp 1 juta/bulan.

Sementara di tingkat pedagang pengumpul (toke), mereka mendapatkan harga lebih baik karena harga jual yang mereka peroleh lebih tinggi. Mereka melakukan proses lanjutan sehingga menghasilkan produk kulit manis yang lebih bagus sekitar Rp 3.900. Ini berarti pendapatan bersih per kg sebesar Rp 16.100.

2. Pola pemasaran/tata niaga kulit manisPasar kulit manis termasuk pasar oligopsoni karena petani kulit manis sebagai produsen dilakukan oleh ribuan orang yaitu mencapai 12.243 KK pada tahun 2013 di Kerinci. Sedangkan pasar (penampung) hanya dilakukan oleh beberapa orang. Penampung tersebut adalah pedagang pengumpul, yang juga terdiri dari pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar, serta eksportir.

Page 41: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

41

Kondisi ini menyebabkan petani tidak memiliki posisi tawar menawar sehingga petani sering dirugikan. Hal ini bisa dikaitkan dengan pendapatan antara petani dan pedagang pengumpul sangat timpang, yaitu petani hanya Rp 1.200/kg sedangkan pedagang pengumpul dapat pendapatan sebesar Rp 16.100/kg.

Secara umum terdapat empat lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran produk kulit manis yaitu petani, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, dan eksportir. Masing-masing pihak mempunyai fungsi yang berbeda.

Fungsi tata niaga dari masing-masing sebagai berikut:1. PetaniFungsi-fungsi tata niaga yang dilakukan petani lebih sedikit yaitu hanya fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani adalah fungsi penjualan. Petani tidak melakukan fungsi pembelian, karena petani bertindak sebagai produsen. Sebagai produsen, petani menjual kulit manis dalam bentuk dua sistem yaitu:A. Petani menjual langsung di lahan dengan sistem jual batang. Sistem

ini sudah berlangsung turun temurun, di mana pedagang pegumpul kecil (toke) menakar volume kulit manis/batang kemudian dikalikan dengan jumlah kulit manis untuk satu lahan. Dalam hal ini, petani tidak melakukan pemanenan dan lainnya karena proses mulai dari pemanenan sampai pengangkutan akan dilakukan oleh pedagang pengumpul kecil (toke).

Page 42: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

42

B. Petani melakukan fungsi-fungsi tata niaga. Pertama, fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani adalah fungsi penjualan. Kedua, fungsi fisik. Fungsi fisik yang dilakukan petani berupa pengangkutan dan penyimpanan. Petani mengangkut sendiri hasil produksinya ke pedagang pengumpul besar. Selain itu petani juga melakukan fungsi penyimpanan karena sebagian petani baru mengantarkan produknya ke pedagang pengumpul besar setelah panen dan melakukan pengolahan lanjut seperti pengeringan. Ketiga, fungsi pelancar. Fungsi pelancar yang dilakukan petani adalah sortasi, yaitu pemisahan produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan pedagang pengumpul.

2. Pedagang Pengumpul KecilPedagang pengumpul kecil sering disebut dengan toke, biasanya pedagang lokal. Fungsi tata niaga yang dilakukan di antaranya untuk pertukaran dan fungsi fisik. Pertama, fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang lokal berupa fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang lokal melakukan pembelian produk ke petani.

Kedua, fungsi fisik. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengecer berupa bongkar-muat dan transportasi. Selain itu pedagang pengumpul kecil juga melakukan fungsi grading, sortasi, dan penyimpanan.

3. Pedagang Pengumpul BesarPedagang pengumpul besar merupakan pedagang lokal dan pedagang luar

Page 43: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

43

Petani Kulit Manis

1

2

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengumpul Besar

Pedagang Pengumpul Besar

Export

Gambar 1. Saluran pemasaran kulit manis di Kerinci

daerah. Adapun fungsi tata niaga yang dilakukan sama dengan pedagang pengumpul kecil. Pertama, fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang lokal berupa fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul melakukan pembelian produk ke pedagang pengumpul kecil.

Kedua, fungsi fisik. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengumpul besar berupa fungsi bongkar muat dan transportasi. Selain itu pedagang pengumpul besar juga melakukan fungsi grading, sortasi, dan penyimpanan kembali.

4. EksportirEksportir terdiri dari eksportir lokal dan eksportir luar daerah. Fungsi tata niaga yang dilakukan di antaranya: pertama, fungsi pertukaran. Yakni pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul melakukan pembelian produk ke pedagang pengumpul kecil.

Kedua, fungsi fisik. Juga melakukan bongkar muat dan transportasi. Selain itu eksportir juga melakukan fungsi grading, sortasi, dan penyimpanan

Page 44: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

44

kembali. Eksportir juga melakukan diversifikasi atau pengembangan produk lanjutan, pengemasan, serta tes laboratorium.

Saluran tata niaga kulit manis di Kerinci dapat dilihat pada gambar berikut.

Tabel 11. Margin Pemasaran Saluran 1

No Kelompok NiagaHarga Komoditas

Harga (Rp) Pembagian (%)

1 Petani 1.200 5,45

2 Pedagang Pengumpul Kecil 15.000 62,7

3 Pedagang Pengumpul Besar 21.000 27,3

4 Eksportir 22.000 4,5

Dari tabel di atas terlihat komposisi pembagian untuk petani pada saluran 1 berkisar antara 4,5-62,7%, sedangkan margin pemasaran berkisar antara 37,3-95,5%. Hal ini menunjukkan saluran harga dari tingkat eksportir ke petani tidak berjalan dengan baik karena petani mendapatkan pembagian (share) yang sangat kecil dari harga beli akhir eksportir.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa informasi pasar terkait dengan perubahan harga, dan ini tidak diterima secara sempurna oleh petani.

Page 45: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

45

Kekuatan oligopsoni pada lembaga niaga saluran ini terlihat sangat menekan harga jual komoditas di tingkat petani sehingga petani menjadi pihak yang dirugikan. Sedangkan pihak yang mendapat share terbesar adalah pada tingkat pedagang pengumpul kecil (toke).

Tabel 12. Margin Pemasaran Saluran 2

No Kelompok NiagaHarga Komoditas

Harga (Rp) Share (%)

2 Petani 15.000 68,2

3 Pedagang Pengumpul Besar 21.000 27,3

4 Eksportir 22.000 4,5

Dari tabel di atas terlihat bahwa pembagian untuk petani pada saluran 2 berkisar antara 4,5-68,2%, sedangkan margin pemasaran berkisar antara 31,8-95,5%.

Hal ini menunjukkan bahwa transmisi harga dari tingkat eksportir ke petani berjalan dengan baik, di mana petani mendapatkan share yang paling besar dari harga beli akhir eksportir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa informasi pasar terkait dengan perubahan harga dapat diterima secara sempurna oleh petani.

Page 46: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

46

Kekuatan oligopsoni pada lembaga niaga saluran ini terlihat tidak menekan harga jual komoditas di tingkat petani sehingga petani menjadi pihak yang diuntungkan. Petani mendapat share terbesar dari keseluruhan lembaga tata niaga.

Rekomendasi KebijakanRekomendasi kebijakan bertujuan untuk meningkatkan tawar menawar petani kulit manis. Untuk menjamin pemasaran dan kualitas produk yang dihasilkan oleh petani. Berdasarkan margin tata niaga yang didapat terlihat bahwa semakin panjang rantai tata niaga semakin kecil pembagian bagi petani (farmer share) yang dapat dinikmati oleh petani. Ini mengingat bahwa pasar kulit manis bersifat oligopsoni.

Rekomendasinya dengan memperpendek saluran tata niaga kulit manis dengan cara membuat asosiasi petani kulit manis yang bertindak sebagai pengumpul. Dengan adanya asosiasi sebagai pengumpul, maka petani menjual langsung ke asosiasi, sehingga pintu pemasaran utama adalah asosiasi petani kulit manis. Dengan demikian harga dapat ditentukan oleh asosiasi. Selain itu fungsi asosiasi juga bertindak sebagai penjamin mutu hasil kulit manis petani. Untuk menjamin pemasaran hasil kulit manis, asosiasi dapat melakukan kemitraan dengan para eksportir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Page 47: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

47

Petani Kulit Manis(12.345 KK)

AsosiasiPetani Kulit Manis

Pemasaran Quality ControlPengumpul

Exportir Bursa KomoditasKemitraan

Efisiensi

Harga Jual Tinggi

Hubungan LangsungRuang lingkup fungsi asosiasi

Petani Kulit Manis

Keterangan :

Posisi Tawar meningkat

Page 48: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

48

Page 49: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

49

Page 50: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

50

Page 51: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

51

Page 52: Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

52