laporan toksik

34
JURNAL PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM SAMPEL BEDAK SALICYL DENGAN TITRASI ASAM- BASA OLEH : KELOMPOK 6 LUH PUTU SUCIANA CANDRA DEWI (P07134013037) GUSTYARI JADURANI GIRI (P07134013039) NI MADE YUNI TRISNA DEWI (P07134013041) NI PUTU MERI KUSUMAWATI (P07134013043) I PUTU BANDEM ARISTA PUTRA (P07134013045) I GUSTI AYU TARI DIVA PRADNYA DEWI (P07134013047) MARISSAH THAMRIN (P07134013049)

Transcript of laporan toksik

Page 1: laporan toksik

JURNAL PRAKTIKUM TOKSIKOLOGIPENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM

SAMPEL BEDAK SALICYL DENGAN TITRASI ASAM-BASA

OLEH :

KELOMPOK 6

LUH PUTU SUCIANA CANDRA DEWI (P07134013037)

GUSTYARI JADURANI GIRI (P07134013039)

NI MADE YUNI TRISNA DEWI (P07134013041)

NI PUTU MERI KUSUMAWATI (P07134013043)

I PUTU BANDEM ARISTA PUTRA (P07134013045)

I GUSTI AYU TARI DIVA PRADNYA DEWI (P07134013047)

MARISSAH THAMRIN (P07134013049)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN 2015

Page 2: laporan toksik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan

Tujuan Umum

1. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam

sampel serbuk bedak salicyl dengan titrasi asam-basa

Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pembakuan larutan asam-basa

2. Mampu melakukan titrasi asam-basa (titrasi balik dan titrasi langsung)

3. Mampu melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam sampel

serbuk

1.2. Latar Belakang

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat

iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan

yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam

salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan

pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam

asetilsalisilat.

Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa

Latin: salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari

situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan

tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku

Indian seperti Cherokee. Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan

dalam pembuatan obat aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan

asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru.

Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.

Page 3: laporan toksik

Sifat asam salisilat

Secara kimia asam salisilat disintesis pada tahun 1860 dan telah di

gunakan secara luas dalam terapi dermotologis sebagai suatu agen keratolitik.

Digunakan pada bagian luar tubun yang pada kulit sebagai antiseptik lemah

serta keratolitikun (melarutkan sel-sel kulit mati). Agen ini berupa bubuk

berwarna putih yang mudah larut dalam alkohol tetapi sukar larut dalam air.

Asam salisilat merupakan zat anti akne sekaligus keratolitik yang lazim

diberikan secara topikal. Penggunaanya dalam kosmetik anti akne atau

karatolitik merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan kosmetika

tersebut umpamanya dalam kosmetika perawatan kulit yang berjerawat.

Asam salisilat berkhasiat keratolotis dan sering digunakan sebagai

obat ampu terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan eidermis setempat dan

disebabkan oleh infeksi dengan virus papova. Asam salisilat sangat iritatif,

sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai

secara sistemik adalah ester salisilat dan asam organik dengan subtitusi pada

gugus hidroksil misalnya asetosal.

Kegunaan asam salisilat

Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu akan

mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara

melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan

pengelupasana kulit. Asam organis ini berkhasiat fungisit terhadap banyak

fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di samping itu, zat ini juga bekerja

keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-

10%.

Toksisitas asam salisilat

Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan

dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penggunasalahan atau

penyalahgunaan obat bebas ini. Keracunan salisilat yang berat dapat

menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan.

Gejala saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam salisilat. Efek

terhadap saluran cerna, perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada

Page 4: laporan toksik

dosis besar dan pemberian contoh kronik. Salisilisme dan kematian terjadi

setelah pemakaian secara topikal. Gejala keracunan sistemik  akut dapat

terjadi setelah penggunaan berlebihan asam salisilat di daerah yang luas pada

kulit, bahkan sudah terjadi beberapa kematian.

Pemakaian asam salisilat secara topikal pada konsetrasi tinggi juga

sering mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut, bahkan ulserasi. Untuk

mengurangi absorpsinya pada penggunaan topikal maka asam salisilat tidak

digunakan dalam penggunaan jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada

daerah yang luas pada kulit dan pada kulit rusak.

Page 5: laporan toksik

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Dasar Teori

2.1.1. Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam

dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik

ekivalen antara antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam

pada titrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam

kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104.

Selama titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah

secara drastis bila volume titrannya mencapai titik ekivalen.

Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke

molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H3+O. Reaksi

asam basa bersifat reversible. Reaksi dapat digambarkan sebagai berikut:

HA + H2O → H3+O + A- air sebagai basa

B + H2O → BH+ + OH- air sebagai asam

Disini [A-] adalah basa konjugasi, H+B adalah asam konjugasi. Berarti

secara umum:

Asam + Basa basa konjugasi + asam konjugasi

CH3COOH + H2O → CH3COO- + H3O+ (basa)

CH3COO- + H2O → CH3COOH + OH- (asam)

2.1.2. Indikator Asam Basa

Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau

membentuk fluoresen atau kekeruhan pada satu range (trayek) pH tertentu.

Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-

zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan

perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan

warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator

mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka

Page 6: laporan toksik

menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Indikator asam basa

secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan:

a) Indikator ftalein dan indikator sulfoftalein

b) Indikator azo

c) Indikator trifenilmetana

Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol,

yaitu fenoftalein.

2.1.3. Salisilat

Asam salisilat (ortho Hydroxy Benzoid Acid) dan derivate-

derivatnya seperti aspirin merupakan golongan senyawa yang penting dan

sebagian besar dipakai dalam bidang pengobatan sebagai obat-obatan

analgesic, antipyretica, antirematik, penyakit kulit yang disebabkan jamur

dan sebagainya.

Pengaruh Rcaun dan Toksikologi

Devirat-devirat biasa dari asam salicylilc mnimbulkan syndrome

racun yang sama (salicylism).

Keracunan Phenyil salicylate (salol) disebabkan pengaruh dari

phenol yang disebabkan dengan hydrolysis dalam saluran usus dan

kemungkinan juga dalam jaringan-jaringan lainnya.

Dalam dosis racun salicylamide yang tidak dimetabolik menjadi

asam salicylic menyebabkan depresi (penekanan) terhadap saraf-saraf

sentral sebagaimana terlihad pada cirri-ciri keracunan salicyl.

Pengaruh racun biasanya muncul bila menelan sepuluh gram atau

lebih dari macam salicylate dalam dosis tunggal (sekali minum) atau

dalam dosis yang dibagi dalam satu periode 12 jam-24 jam atau bila kadar

Salicylate dalam plasma darah melebihi 30 mg per 100 ml/cc.

Dosis lethal (LD) atau dosis yang mematikan dari sodium

salicylate dan acethylsalicylate (aspirin) bagi orang dewasa terletak antara

20g-30g. pada anak-anak terutama dibawah umur 3 tahun, mudah

terpengaruh oleh racun salisilat dibandingkan dengan orang dewasa.

Page 7: laporan toksik

Methyl dan Phenyl salicylate kadang-kadang menimbulkan

keracunan sistemik melalui penembusan kulit dan penyerapan bawah kulit

dari asama salicylate dan derivate-derivatnya.

Tingkat keracunan dapat dibatasai dengan menutup sebagian kulit

dengan obat basa seperti lanolin. Sebagian tanda-tanada dan gejala-gejala

racun dimulai (datang) akibat rangasangan (stimulasi) dan depresi dari

system saraf sentral, tanda-tanada sentral antara lain:

1. Emesis (muntah); hyperpnea (napas kerasa lebih dari yang biasa)

2. Sakit kepala; tinnitus (suara berdengung dalam kuping)

3. Confusion (bingung); maniak (gangguang mental, ingin berbuat

sesuatu)

4. Kerajng-kejang umum (convulsion)

Alergik terhadat salicylate menyebabkan busung air (edema) pada

angioneuritic yang mengakibatkan kejang buluh darah, danbusung air

(edema) pada laryngeal (pangkal tenggorok) yang konsekuensinya

mengakibatkan asphyxia (mati perangai/mati suri) dan asma.

Keterangan

Ketosis adalah bahan-bahan keton yang tertimbun dalam darah dan

jaringan-jaringan tubuh disebabkan oksidasi zat hidrat arang yang kurang

sempurna. (Adiwisastra.1985)

Page 8: laporan toksik

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat

- Erlenmeyer

- Pipet tetes

- Pipet volume

- Gelas beaker

- Labu ukur

- Buret + Statif dan klem

- Neraca analitik

- Corong gelas

- Penjepit tabung

3.1.2. Bahan

- NaOH

- HCl

- Asam Oksalat

- Asam Salisilat

- Phenolphtalein

- Kloroform

- Aquades

3.2. Skema Kerja

3.2.1. Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat 0,1 N

Ditimbang 3,15 g

asam oksalat dihidrat

Dimasukkan

kedalam beaker

glass 25 mL

Dilarutkan dengan

air 20ml hingga

larut

Dipindahkan ke

dalam labu ukur

500mL

Tambahkan air

hingga tanda batas

Kocok hingga homogen dan larutan siap digunakan

Page 9: laporan toksik

10ml larutan asam oksalatTambahkan 3 tetes indikator PP

Masukkan NaOH ke dalam buret

dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Titrasi asam oksalat dengan NaOHTerjadi warna merah muda stabil

Hentikan titrasi

3.2.2. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N

3.2.3. Pembuatan Larutan Indikator Phenolphtalein 1%

3.2.4. Pembakuan Larutan NaOH

Ditimbang 2 g

natrium hidroksida

Dimasukkan

kedalam beaker

glass 25 mL

Dilarutkan dengan

air 20ml hingga

larut

Dipindahkan ke

dalam labu ukur

500mL

Tambahkan air

hingga tanda batas

Kocok hingga

homogen

Larutan siap

digunakan

Ditimbang 0,1 g

phenolphthalein

dalam wadah labu

ukur 10ml

Dilarutkan dengan

etanol 10ml

Dilarutkan dengan

air 20ml hingga larut

Tambahkan air

hingga tanda batas Kocok hingga

homogen

Larutan siap

digunakan

Page 10: laporan toksik

10ml larutan NaOH

Hentikan titrasi

Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 3 tetes indikator PP

Terjadi warna jernih Titrasi NaOH dengan HClMasukkan HCl ke dalam buret

100 mg sampel serbuk

Ambil bagian jernih hasil saringan masing-masing 10ml

Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 30 ml kloroform

Siapkan 2 tabung reaksiSaring dengan kertas saring

Kocok hingga homogen

Masukkan ke dalam tabung reaksiUapkan kloroform pada suhu 80-900C

Tambahkan 2 ml etanol Tambahkan 8ml airTambahkan 3 tetes PP

Siapkan NaOH dalam buretTitrasi sampel dengan NaOHTerjadi warna merah muda stabil

Hentikan titrasi

3.2.5. Pembakuan Larutan HCl

3.2.6. Penetapan Kadar Senyawa Asam Salisilat dalam Sampel Serbuk

1) Titrasi Langsung

Page 11: laporan toksik

100 mg sampel serbuk

Ambil bagian jernih hasil saringan masing-masing 10ml

Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 30 ml NaOH

Siapkan 2 erlenmeyer Saring dengan kertas saring Kocok hingga homogen

Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 3 tetes PP

Siapkan HCl dalam buretTitrasi sampel dengan HClTerjadi warna jernih

Hentikan titrasi

2) Titrasi Balik

Page 12: laporan toksik

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1. Penentuan Normalitas Larutan Baku NaOH

Normalitas larutan baku asam oksalat 0,1 N

Indikator Phenolphtalein

Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi :dari jernih (tidak

berwarna) menjadi merah muda

Data volume titrasi :

Pengulangan Vol. Titrat (Asam

oksalat)

Vol. Titran (NaOH)

I 10 ml 10,5 ml

II 10 ml 10,4 ml

Rata rata 10,45 ml

-Setelah dilakukan titrasi

dengan larutan NaOH

-Warna larutan menjadi

merah muda (fuchia)

-10 mL asam oksalat + tetes

indikator phenolftalein

-Warna larutan tidak

berwarna

Page 13: laporan toksik

Perhitungan : V1 X N1=V2 X N2

VAs. Ok X NAs. Ok = VNaOH X NNaOH

10 ml X 0,1N = 10,45 ml X NNaOH

NNaOH = 0,09596N

MNaOH = 0,09596M

Jadi normalitas baku NaOH adalah 0,09596N

4.2. Penentuan Normalitas Larutan Baku HCL

Normalitas larutan baku NaOH 0,1 N

Indikator Phenolphtalein

Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi : dari merah muda

menjadi jernih (tidak berwarna)

-Setelah dilakukan titrasi

dengan larutan HCl

- Warna larutan menjadi

tidak berwarna

-10 mL NaOH + 3 tetes

indikator phenolftalein

- Warna larutan merah

muda (fuchia)

Page 14: laporan toksik

Data volume titrasi :

Pengulangan Vol. Titrat (Asam oksalat) Vol. Titran (NaOH)

I 10 ml 8,5 ml

II 10 ml 8,2 ml

Rata rata 8,35 ml

Perhitungan : V1 X N1=V2 X N2

V NaOH X N NaOH = VHCL X NHCL

10 ml X 0,09596N = 8,35 ml X NNaOH

NNaOH = 0,1149 N

MNaOH = 0,1149 M

Jadi normalitas baku HCl adalah 0,1149 N

4.3. Penetapan Kadar Sampel

-Setelah dititrasi dengan

larutan baku HCl

-Larutan sampel berubah

menjadi tidak berwarna

-0,1 gr sampel dilarutkan dalam 30

mL NaOH + 3 tetes phenolftalein

-Warna larutan merah muda

(fuchia)

Page 15: laporan toksik

Titrasi Balik

Indikator : phenolphtalein

Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi :dari warna merah muda

menjadi jernih ( Tidak berwarna)

Data Volume Titrasi

Pengulangan Volume Titrat (Asam

Salisilat + NaOH)

Volume Titran ( HCL)

I 10 ml 7,5 ml

II 10 ml 7,7 ml

Perhitungan :

1) Mol NaOH bereaksi = Mol NaOH total - Mol HCL

=(0,09596 M X Vol NaOH) – (Vol HCL X M HCL)

= (0,09596 M X 0,03 L) – (0,0075 L X 0,1149 M)

= 0,0028788 – 0,00086175

= 0,00201705 Mol

Page 16: laporan toksik

Mol Asam Salisilat = (Koefisien asam salisilat/koefisien NaOH) X Mol

NaOH bereaksi

= 11

X 0,00201705 Mol

= 0,00201705 Mol

Massa Asam Salisilat = Mol asam salisilat X Mr Asam Salisilat

= 0,00201705 Mol X 138,12 gram/Mol

= 0,278594946 gram

Konsentrasi Asam Salisilat % (b/b) = massa asam salisilat

massa serbuk X 100 %

= 0,278594946

0.1 gram X 100 %

= 278,594946 %

2) Mol NaOH bereaksi= Mol NaOH total - Mol HCL

=(0,09596 M X Vol NaOH) – (Vol HCL X M HCL)

=(0,09596 M X 0,03 L) – (0,0077 L X 0,1149M)

=0,0028788 – 0,00088473

=0,00199407 Mol

Mol Asam Salisilat = (Koefisien asam salisilat/koefisien NaOH) X Mol

NaOH bereaksi

Page 17: laporan toksik

= 11

X 0,00199407 Mol

= 0,00199407 Mol

Massa Asam Salisilat = Mol asam salisilat X Mr Asam Salisilat

= 0,00199407 Mol X 138,12 gram/Mol

= 0,2754209484 gram

Konsentrasi Asam Salisilat % (b/b) = massa asam salisilat

massa serbuk X 100 %

= 0,2754209484

0.1 gram X 100 %

= 275,4209484 %

Rata-rata = 278,594946 %+275,4209484 % /2

= 277,0079472 %

Jadi kadar asam salisilat dalam sampel bedak salicyl adalah277,0079472 %

Volume HCL yang sebenarnya :

NaOH = M X V

= 0,09596 X 0,03

= 0,0028788 mol

C7O3H6= gram / Mr

= 0,002 / 138,12

Page 18: laporan toksik

= 0,00001448

NaOH + C7O3H6 NaC7O3H5

Mula mula 0,0028788 0,00001448 -

Bereaksi 0,00001448 0,00001448 0,00001448

Setimbang 0,00286432 - 0,00001448

NaOH + HCL NaCl

Mula mula 0,00286432 - -

Bereaksi 0,00286432 0,00286432 0,00286432

Setimbang - 0,00286432 0,00286432

Mol HCL = M X V

0,00286432 = 0,1149 N X V

V = 0,00286432/ 0,1149

= 0,02492 L

= 24,92 ml

Jadi volume HCl yang sebenarnya adalah 24,92 ml

Page 19: laporan toksik

BAB V

PEMBAHASAN

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya

dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai

contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun

titran, berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan

menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi

sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan

titer tepat habis bereaksi). Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna

pada larutan titer yang telah ditambahkan indicator.

Indikator phenolftalein mempunyai trayek pH 8,3-10,0 ini digunakan

karena sangat mudah diamati perubahan warnanya. Bila dalam keadaan tidak

terionisasi, indicator ini tidak akan mengalami perubahan warna. Sedangkan

dalam lingkungan basa, phenolftalein akan terionisasi dan menghasilkan warna

merah.

Page 20: laporan toksik

Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana

jumlah asam yang mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna

dengan jumlah basa yang mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana

jumlah asam dan basa berada dalam jumlah yang sama dan disebut titik ekivalen.

Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :

1.      Asam kuat – Basa kuat

2.      Asam kuat – Basa lemah

3.      Asam lemah – Basa kuat

4.      Asam kuat – Garam  dari asam lemah

5.      Basa kuat – Garam dari basa lemah

Titrasi yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah titrasi asam kuat

dan basa kuat dengan menggunakan Indicator phenolftalein (pp) untuk

menentukan kadar asam salisilat yang terdapat pada sampel serbuk.

Asam salisilat (C7H6O3 ) merupakan asam yang bersifat iritan lokal,

yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan

sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester

salisilat dari asam organik.

Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup tinggi

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang

cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan

obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik serta pembuatan bahan baku untuk

keperluan farmasi, tetapi jika menyalahgunaan obat ini maka akan memberkan

dampak buruk seperti keracunan dan sebagiannya.

Dosis oral sehari dari natrium salisilat 9 mg/kg untuk 20 orang pria dan

20 orang wanita. Dan dosis letas minimum asam salisilat sebesar 15 gram.

Page 21: laporan toksik

Penentuan kadar asam salisilat dilakukan dengan menyiapkan larutan

baku terlebih dahulu, larutan baku yang digunakan adalah larutan baku Asam

oksalat, larutan baku NaOH, dan larutan baku HCl.

Pada praktikum penetuan kadar asam salisilat ini dilakukan dengan

beberapa tahap yaitu:

1.Pembakuan Larutan NaOH

Larutan asam oksalat 0,1n sebanyak 10 mL ditambahkan 3 tetes indicator

phenolftalein dan dititrasi dengan larutan baku NaOH hingga terjadi perubahan

warna dari jernih (tidak berwarna) menjadi merah muda. Kemudian diperoleh

normalitas dari NaOH adalah 0,09596N

2. Pembakuan Larutan HCl

Larutan NaOH sebanyak10 mL ditambahkan 3 tetes indicator phenolftalein

dan dititrasi dengan larutan baku HCl hingga terjadi perubahan warna dari merah

muda menjadi jernih (tidak berwarna). Kemudian diperoleh normalitas dari HCl

adalah 0,1149 N

3. Titrasi Balik (Penetapan Kadar Sampel)

Sampel serbuk 100 mg dilarutkan dengan larutan baku NaOH sebanyak

30mL, kemudian Larutan sampel diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan 3

tetes indicator phenolftalein dan dititrasi dengan larutan baku HCl hingga terjadi

perubahan warna dari warna merah muda menjadi jernih ( Tidak berwarna).Dari

hasil titrasi balik ini diperoleh volume titrasi yaitu 7,5 mL dan 7,7 mL. Hasil

perhitungan kadar asam salisilat pada sampel bedak salicyl diperoleh

277,0079472 %. Dan voleme HCl yang sebenarnya digunakan adalah 24,92 ml

Akan tetapi kadar asam salisilat dari sampel bedak salicyl sebenarnya adalah 2%.

Sehingga kadar yang diperoleh pada praktikum lebih besar. Ini mungkin

Page 22: laporan toksik

disebabkan kesalahan dalam proses praktikum. Faktor – faktor yang dapat

mengakibatkan terjadinya kesalahan yaitu :

a. Proses penitrasian yang salah.

b. Kebersihan dari alat-alat yang digunakan saat melakukan pentitrasian,

masih ada zat lai yang tersisa dan kemudian bereaksi dengan titran.

c. Kurangnya bobot zat sampel saat penimbangan, sehingga memengaruhi

hasil akhir titrasi.

d. Kesalahan dalam pembacaan volume titrasi.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1) Pembakuan larutan asam basa untuk Larutan Baku NaOH diperoleh

dengan mentitrasi Larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 10 mL yang

ditambahkan dengan 3 tetes indicator phenolftalein dengan larutan baku

NaOH hingga terjadi perubahan warna dari jernih (tidak berwarna)

menjadi merah muda. Sehingga diperoleh normalitas dari NaOH adalah

0,09596N

2) Pembakuan larutan asam basa untuk Larutan Baku HCl diperoleh dengan

mentitrasi Larutan NaOH sebanyak 10 mL (normalitas=0,09596N) yang

ditambahkan 3 tetes indicator phenolftalein dengan larutan baku HCl

hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi jernih (tidak

berwarna). Sehingga diperoleh normalitas dari HCl adalah 0,1149 N

3) Penetapam kadar asam salisilat pada sampel bedak salicyl dilakukan

dengan titrasi balik yaitu mentitrasi larutan sampel (100gram dalam 30

Page 23: laporan toksik

mL NaOH) sebanyak 10 mL dan ditambahkan 3 tetes indicator

phenolftalein dengan larutan baku HCl hingga terjadi perubahan warna

dari warna merah muda menjadi jernih ( Tidak berwarna). Sehingga

diperoleh kadar asam salisilat pada sampel bedak salicyl yaitu

277,0079472 %. Dan voleme HCl yang sebenarnya digunakan adalah

24,92 ml

4) Kadar yang diperoleh lebih besar dari kadar yang sebenarnya yaitu 2 %

6.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kami berharap laporan ini

dapat bermanfaat bagi semua. Karena hasil yang diperoleh kadar asam salisilat itu

melebihi jadi penggunaan sampel bedak salisyl ini tidak perbolehkan karena dapat

memberikan efek terhadap kulit yaitu iritasi lokal, peradangan akut, bahkan

ulserasi.

Page 24: laporan toksik

Daftar Pustaka

Adiwisastra,A.1985.Keracunan.Sumber, Bahaya, Serta

Penanggulangannya.Bandung: Angkasa

Khopkar,S.M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI Press

Basset,J. dkk.1994.Buku Ajar Vogel,Kimia Analisis Kuantitatif

Anorganik.Jakarta: EGC

Ajub, tarmizi .2011.  Modul praktikum kimia farmasi.   Padang : ATIP

Putri.2013.Penentuan Kadar

Salisilat.Online.http://putrimardiati.blogspot.com/2012/10/laporan-tpp-

pembuatan-selai.html. Diakses tanggal 26 Maret 2015

T. Jonathan.2013.Penetapan Kadar Asam Salisilat.Online.

http://tjsianturi.blogspot.com/2013/11/penetapan-kadar-asam-salisilat-

dalam.html.Diakses tanggal 26 Maret 2015