Larvasida Fix

28
PERCOBAAN II PENGUJIAN AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN TAPAK DARA (Catharantus roseus L.), EKSTRAK KULIT BATANG CEMPEDAK (Artocarpus champeden) DAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami teknik pengujian larvasida dengan menggunakan larva nyamuk sebagai hewan uji. 2. Mengetahui aktivitas larvasida ekstrak daun tapak dara (Catharantus roseus L.G Don), ekstrak kulit batang cempedak (Artocarpus chempeden) dan ekstrak biji pepaya (Carica papaya) terhadap larva nyamuk Culex sp 3. Mengetahui nilai LC 95 ekstrak daun tapak dara (Catharantus roseus L.G Don), ekstrak kulit batang cempedak (Artocarpus chempeden) dan ekstrak biji pepaya (Carica papaya) terhadap larva nyamuk Culex sp. B. Dasar Teori 1. Uraian Tanaman a. Daun tapak dara 1) Klasifikasi Kingdom : Plantae 26

Transcript of Larvasida Fix

Page 1: Larvasida Fix

PERCOBAAN II

PENGUJIAN AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN TAPAK DARA (Catharantus roseus L.), EKSTRAK KULIT BATANG CEMPEDAK

(Artocarpus champeden) DAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

A. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami teknik pengujian larvasida dengan

menggunakan larva nyamuk sebagai hewan uji.

2. Mengetahui aktivitas larvasida ekstrak daun tapak dara (Catharantus

roseus L.G Don), ekstrak kulit batang cempedak (Artocarpus

chempeden) dan ekstrak biji pepaya (Carica papaya) terhadap larva

nyamuk Culex sp

3. Mengetahui nilai LC95 ekstrak daun tapak dara (Catharantus roseus L.G

Don), ekstrak kulit batang cempedak (Artocarpus chempeden) dan

ekstrak biji pepaya (Carica papaya) terhadap larva nyamuk Culex sp.

B. Dasar Teori

1. Uraian Tanaman

a. Daun tapak dara

1) Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathopyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentialanes

Famili : Apocynaceae

Genus : Catharantus

Spesies : Catharantus roseus L.

(Suenanto, 2009)

26

Page 2: Larvasida Fix

2) Morfologi

Tapak dara (Catharantus roseus L.) merupakan famili

Apocynaceae. Memiliki nama daerah ratal-rutul, usia, cakar ayam,

kembang serdadu, dan kembang sari cina. Tapak dara termasuk

tanaman semak atau terna tahunan yang tingginya bisa mencapai

120 cm, batangnya berbentuk bulat tidak berkayu, daun merupakan

daun tunggal bertangkai pendek. Helai daun berbentuk elips

dengan ujung runcing dan tepi rata (Dewani, 2008).

3) Kandungan kimia dan kegunaan

Zat aktif dalam daun tapak dara yang berfungsi sebagai anti

kanker adalah vincristin. Pada akar, batang, daun dan biji tapak

dara ditemukan lebih dari 70 macam alkaloid (Dewi, 2009).

b. Kulit batang cempedak

1) Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus champeden

(Rukmana, 1997)

2) Morfologi

27

Page 3: Larvasida Fix

Pohon cempedak tingginya dapat mencapai 20 meter. Daun tipis

agak kaku seperti kulit, bertangkai bulat telur terbalik sampai

sorong, bertepi rata dengan pangkal berbentuk pasak sampai

membulat dan ujung meruncing (Rukmana, 1997).

3) Kandungan Kimia dan kegunaan

Kulit batang cempedak bermanfaat sebagai antitumor dan

antimalaria. Kulit batang cempedak mengandung senyawa utama

golongan flavonoid antara lain artokarpin, heteroflavanon-A,

senyawa baku siklocampedal bersama dengan 4 senyawa triterpen

yaitu sikloeukulenol, glukinol, sikloartenon dan 24-

metilensikloortonon serta suatu sterol, β–sitosterol (Nuri, 2007).

c. Biji buah pepaya

1) Klasifikasi

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman pepaya

dikasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angosperince

Kelas : Dicotylectonae

Ordo : Caricales

Famili : Caricaceca

Spesies : Carica papaya L.

(Suprapti, 2005)

2) Morfologi

Berdasarkan bentuk dan susunan tubuh bagian luarnya, tanaman

pepaya termasuk tanaman perdu namun apabila ditinjau dari umur

hingga sampai saat berbunganya dapat dikategorikan sebagai

tanaman buah semusim. Tanaman pepaya memiliki sistem

perakaran yang berupa akar tunggang. Batang tanaman pepaya

berbentuk bulat lurus, berbuku-buku, berongga dibagian tengahnya

28

Page 4: Larvasida Fix

dan tidak berkayu. Daun pepaya bertulang menjalar dengan warna

hijau tua (Suprapti, 2005).

3) Kandungan kimia dan kegunaan

Biji pepaya mengandung glucoside carpaine dan glucoside

cacirin dapat berkhasiat sebagai obat cacing, meluruhkan haid dan

sebagai karminatif (Dalimartha, 2009).

2. Larvasida

Larvasida adalah istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang

dipakai untuk membunuh bentuk dewasa dari anthoropoda. Contoh dari

larva adalah nyamuk Culex fatigans. Klasifikasi dari Culex fatigans

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culcidae

Genus : Culex

Spesies : Culex fatigans

Nyamuk ini termasuk ordo Diptera. Ciri-ciri Diptera adalah sebagai

berikut:

a. Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang dapat

mengalami redukasi membentuk haiter (alat keseimbangan)

b. Mengalami metamorfosis sempurna

c. Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat

d. Memiliki tubuh ramping

Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probasis untuk

menembus kulit mamalia (atau dalam bagian kasus burung atau juga

reptilia dan amfibia) untuk menghisap darah. Nyamuk betina

memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena nyamuk

diet terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein,

29

Page 5: Larvasida Fix

kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan

protein yang diperlukan.

Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut

yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari

satu genus toxorhynahites yang tidak pernah menghisap darah. Larva

nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain

(Kusnindar, 2007).

Morfologi nyamuk sebagaimana pada serangga lainnya mempunyai

tanda pengenal diantaranya terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, dada dan

perut. Pada kepala terdapat sepasang antena yang berbulu dan moncong

yang panjang (probosas) untuk menusuk kulit hewan atau manusia dan

menghisap darahnya. Pada dada ada 3 pasang kaki yang beruas serta

sepasang sayap depan dan sayap belakang yang mengecil dan berfungsi

sebagai penyeimbang (Iskandar, 1986).

Nyamuk genus Culex merupakan nyamuk yang banyak terdapat

disekitar kita nyamuk ini termasuk serangga yang beberapa spesiesnya

terbukti berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti west nille,

filariacisis, japanese enchepalitis, St. Louis enchepatitis (Rahmawati,

2013).

Siklus nyamuk secara sempurna melalui empat stadium yaitu telur,

larva, pupa dan dewasa. Pertama stadium telur, pada waktu dikeluarkan

telur berwarna putih dan berubah menjadi hitam dalam waktu 30 menit

telur ditetaskan satu demi satu dipermukaan air atau sedikit dibawah

permukaan air dalam jarak lebih kurang 2,5 cm dari tempat perindukan.

Telur dapat bertahan hingga berbulan-bulan dalam suhu 2-4oC namun

akan menetas dalam waktu 1-2 hari pada kelembapan rendah pada

kondisi normal, telur yang direndam dalam air akan menyerap sekitar 80

% dihari pertama dan 0,5 % dihari kedua. Faktor-faktor yang

mempengaruhi daya tetas telur adalah suhu pH air, pelindung, cahaya

serta kelembapan, disamping fertilitas telur itu sendiri (Kusnindar, 1990).

30

Page 6: Larvasida Fix

Stadium kedua yaitu larva, setelah menetas kemudian berkembang

menjadi larva (jentik-jentik). Pada fase ini, dapat dipengaruhi oleh suhu,

pH air perindukkan, ketersediaan terhadap makanan, cahaya, kepadatan

larva, lingkungan hidup serta dengan adanya predator. Adapun ciri-ciri

dari larva antara lain:

a. Adanya corong udara pada segmen terakhir

b. Pada segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut yang berbentuk

kipas

c. Pada corong udara terdapat pecten

d. Setiap sisi abdomen segmen 8 ada combscale sebanyak 8-21

e. Buat individu bentuk combscale seperti duri

f. Pada sisi thyrax terdapat duri panjang dengan bentuk kurva dan

adanya sepasang rambut di kepala

(Hendarto, 2010)

Larva bergerak sangat lincah dan aktif, larva mengambil makanan di

dasar wadah. Temperatur optimal untuk perkembangan larva adalah

25oC–30oC. Larva berubah menjadi pupa yang memerlukan 4-9 hari

melewati fase yang disebut sebagai instar. Perubahan tersebut dapat

disebabkan larva mengalami pelepasan kulit atau disebut ecdisi atau

moulting. Perkembangan dari instar I ke II berlangsung dalam 2-3 hari,

kemudian dari instar II ke III dalam waktu 2 hari dan dari III ke IV dalam

waktu 3 hari (Poerwosudarmo, 1993).

Setelah keluar dari selongsong pupa, nyamuk akan diam beberapa saat

di selongsong untuk mengeringkan sayap. Nyamuk betina dewasa

menghisap darah sebagai makanannya, sedangkan nyamuk jantan hanya

memakan sari buah dan bunga. Nyamuk dapat hidup dengan baik pada

suhu 24oC-39oC, dan akan mati bila pada suhu 6oC dalam waktu 24 jam.

(Iskandar, 1985)

Larvasida merupakan golongan dari pestisida yang dapat membunuh

serangga yang belum dewasa dan sebagai pembunuh larva. Larvasida

31

Page 7: Larvasida Fix

berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua suku kata yaitu lar

berarti serangga belum dewasa dan sida berarti pembunuh. Jadi larvasida

dapat diartikan sebagai pembunuh serangga yang belum dewasa atau

pembunuh ulat (larva) (Rumengan, 2010).

Berbagai larvasida dan insektisida telah digunakan untuk membunuh

larva dan nyamuk dewasa. Penggunaan senyawa kimia sintetik sebagai

insektisida ini dapat menyebabkan sifat resisten pada nyamuk.

Biopeptisida yang berupa agen hayati dan bahan nabati merupakan salah

satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan, mudah

diaplikasikan dan tidak berbahaya bagi musuh alami dan serangga

menguntungkan lainnya (Astuti, 2011).

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Batang pengaduk

b. Botol vial

c. Cawan porselin

d. Corong

e. Gelas kimia 100 mL, 500 mL

f. Labu ukur 100 mL

g. Pipet tetes

h. Spatel

i. Spoid 5 mL

j. Timbangan analitik

k. Vortex

2. Bahan

a. Air hujan

b. Aluminum foil

c. Aquades

d. Ekstrak biji pepaya

e. Ekstrak daun tapak dara

32

Page 8: Larvasida Fix

f. Ekstrak kulit batang cempedak

g. Larva nyamuk Culex sp.

h. Tween 80

D. Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan stok bahan uji

a. Ditimbang ekstrak sesuai dengan perhitungan.

b. Dilarutkan ekstrak tersebut dengan sedikit aquades, ditambahkan

tween 80 sedikit demi sedikit bila tidak larut.

c. Dimasukkan ke dalam labu ukur, lalu ditambahkan aquades hingga

tanda batas.

d. Dihomogenkan dengan membolak-balikkan labu ukur.

2. Pengujian larvasida

a. Dikalibrasi sejumlah botol vial dengan volume tiap vial 10 mL

b. Dibuat 3 replikasi untuk tiap sampel uji.

c. Dibuat 5 variasi konsentrasi 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan 2,5% dari

larutan stok yang telah dibuat

d. Dimasukkan larva nyamuk Culex sp. sebanyak 20 ekor di dalam

masing-masing botol vial.

e. Ditambahkan larutan ekstrak uji sesuai konsentrasi yang telah

ditentukan pada tiap botol vial, ditambahkan dengan aquades hingga

tanda batas.

f. Ditutup botol vial dengan aluminum foil dan dilubangi

g. Diamati dan dicatat jumlah larva nyamuk yang mati setelah 24 jam.

h. Dihitung nilai LC95 dengan menggunakan metode analisis Reed and

Muench

33

Page 9: Larvasida Fix

E. Hasil pengamatan

1. Tabel pengamatan

a. Tabel kematian

1) Ekstrak biji pepaya

Replikasi KontrolKonsentrasi

0,5 % 1 % 1,5 % 2 % 2,5 %

1 0 17 20 20 20 20

2 0 13 18 17 19 20

3 0 15 20 19 20 20

Σ Kematian 0 45 58 56 59 60

2) Ekstrak tapak dara

Replikasi KontrolKonsentrasi

0,5 % 1 % 1,5 % 2 % 2,5 %

1 0 5 11 10 4 17

2 0 1 6 8 9 18

3 0 15 8 7 12 15

Σ Kematian 0 21 25 25 25 50

3) Ekstrak kulit batang cempedak

Replikasi KontrolKonsentrasi

0,5 % 1 % 1,5 % 2 % 2,5 %

1 1 18 13 17 12 12

2 0 11 17 18 13 9

3 1 16 15 7 12 4

Σ Kematian 2 45 45 42 36 25

b. Tabel Reed and Muench

34

Page 10: Larvasida Fix

1) Ekstrak biji pepaya

Konsentras

i (ppm)

Log

konsentras

i

Total Terakumulasi Rasio

X:

(X+Y)

Kada

r (%)Mat

i

Hidu

pX Y

Tota

l

Kontrol - 0 20 04

242 0 0%

5000 3,69 45 15 452

267 0,67 67%

10000 4 58 210

37 110 0,93 93%

15000 4,17 56 415

95 164 0,96 96%

20000 4,3 59 121

81 219 0,99 99%

25000 4,39 60 027

80 278 1 100%

2) Ekstrak tapak dara

Konsentras

i (ppm)

Log

konsentras

i

Total Terakumulasi Rasio

X:

(X+Y)

Kada

r (%)Mat

i

Hidu

pX Y

Tota

l

Kontrol - 0 20 0 42 42 0 0%

5000 3,69 21 39 2115

4175 0,12 12%

10000 4 25 35 4611

5161 0,28 28%

15000 4,17 25 35 71 80 151 0,47 47%

20000 4,3 25 35 96 45 141 0,68 68%

25000 4,39 50 1014

610 156 0,93 93%

3) Ekstrak kulit batang cempedak

Konsentras

i (ppm)

Log

konsentras

i

Total Terakumulasi Rasio

X:

(X+Y)

Kada

r (%)Mat

i

Hidu

pX Y

Tota

l

Kontrol - 2 58 2 16

5167 0,012 1,2%

35

Page 11: Larvasida Fix

5000 3,69 45 15 4710

7154 0,305 30,5%

10000 4 45 15 92 92 184 0,5 50%

15000 4,17 42 1813

477 211 0,635 63,5%

20000 4,3 36 2417

859 229 0,742 74,2%

25000 4,39 25 3519

535 230 0.848 84,8%

Keterangan: X = Mati, Y = Hidup

2. Perhitungan

a. Pembuatan larutan stok 5%

5 % = 5 gram dalam 100 mL

5 gr100 mL

=x gr50 mL

x = 2,5 gr

Jadi ditimbang 2,5 gram ekstrak dan dilarutkan dalam 50 mL aquades

b. Larutan seri konsentrasi

1) 0,5%

M1 × V 1= M2 × V 2

5% × 50 = 0,5% × V2

V 2= 1 mL

2) 1%

M1 × V 1= M2 × V 2

5% × 50 = 1% × V2

V 2= 2 mL

3) 1,5%

M1 × V 1= M2 × V 2

5% × 50 = 1,5% × V2

V 2= 3 mL

36

Page 12: Larvasida Fix

4) 2%

M1 × V 1= M2 × V 2

5% × 50 = 2% × V2

V 2= 4 mL

5) 2,5%

M1 × V 1= M2 × V 2

5% × 50 = 2,5% × V2

V 2= 5 mL

c. Perhitungan ppm

1) 0,5%

0,5100

× 106 = 5000 ppm

2) 1%

1100

×106 = 10000 ppm

3) 1,5%

1,5100

× 106 = 15000 ppm

4) 2%

2100

×106 = 20000 ppm

5) 2,5%

2,5100

× 106 = 2 5000 ppm

d. Metode Reed and Munch

1) Ekstrak biji buah pepaya

a) Nilai h

37

Page 13: Larvasida Fix

h = 95% - ab - a

= 95% - 93%96% - 93%

= 23

= 0,66

b) Nilai i

i = Log ks

= Log 15000 – Log 10000

= 4,17 – 4

= 0,17

c) Nilai g

g = h × i

= 0,66 × 0,17

= 0,11

d) Nilai y

y = g + Log s

= 0,11 + Log 10000

= 0,11 + 4

= 4,11

e) LC95

LC95 = antilog y

= antilog 4,11

= 12882 ppm

2) Ekstrak daun tapak dara

a) Nilai h

h = 90% - ab - a

38

Page 14: Larvasida Fix

= 90% - 68%93% - 68%

= 2225

= 0,88

b) Nilai i

i = Log ks

= Log 25000 – Log 20000

= 4,39 – 4,3

= 0,09

c) Nilai g

g = h × i

= 0,88 × 0,09

= 0,0792

d) Nilai y

y = g + Log s

= 0,0792 + Log 20000

= 0,0792 + 4,3

= 4,3792

e) LC90

LC90 = antilog y

= antilog 4,3792

= 23944,18 ppm

3) Ekstrak kulit batang cempedak

a) Nilai h

h = 80% - ab - a

= 80% - 74,2%84,8% - 74,2%

= 5,8

10,6

= 0,547

39

Page 15: Larvasida Fix

b) Nilai i

i = Log ks

= Log 25000 – Log 20000

= 4,398 – 4,301

= 0,097

c) Nilai g

g = h × i

= 0,547 × 0,097

= 0,053

d) Nilai y

y = g + Log s

= 0,053 + Log 20000

= 4,354

e) LC80

LC80 = antilog y

= antilog 4,354

= 22594 ppm

40

Page 16: Larvasida Fix

F. Pembahasan

Larvasida adalah golongan dari pestisida yang dapat membunuh serangga

belum dewasa atau sebagai pembunuh larva. Pemberantasan nyamuk

menggunakan larvasida merupakan metode yang baik untuk mencegah

pertumbuhan dan penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas larvasida suatu

senyawa kimia dapat dilihat dari kematian larva. Pemakaian senyawa-

senyawa kimia sebagai larvasida dapat memberikan dampak negatif bagi

kehidupan manusia, hewan dan polusi lingkungan. Hal tersebut mendorong

untuk ditemukan dan digunakannya larvasida dari bahan-bahan alami yang

berasal dari tumbuhan sehingga lebih ramah bagi lingkungan hidup.

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas

ekstrak biji papaya, ekstrak daun tapak dara dan ekstrak kulit batang

cempedak sebagai larvasida. Hewan uji yang digunakan adalah nyamuk

Culex sp. instar III. Nyamuk Culex sp. ini digunakan karena memiliki siklus

hidup yang cepat dan mudah diamati. Telur nyamuk akan menetas dalam

waktu 1-3 hari pada suhu 30oC. Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari.

Stadium larva dibagi menjadi 4 tingkatan perkembangan instar. Instar I

terjadi setelah 1-2 hari telur meneta, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur

menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi

setelah 4-6 hari telur menetas. Penggunaan nyamuk Culex sp. instar III

karena pada fase ini nyamuk sudah memiliki organ-organ yang lengkap dan

baik dan merupakan fase transisi menuju fase dewasa. Pada fase dewasa

dikhawatirkan efek larvasida tidak tampak karena sudah baiknya

perkembangan organ tubuh nyamuk. Kematian pada instar III larva nyamuk

dapat menunjukkan gambaran kematian pada instar I dan instar II larva

nyamuk. Pengujian larvasida ini merupakan pengujian yang kedepannya

diharapkan dapat ditemukan senyawa alami yang mampu memberantas

larva nyamuk, karena larva nyamuk yang tergenang di air lebih mudah

diberantas daripada nyamuk dewasa yang hidupnya terbang dan berpindah-

pindah.

41

Page 17: Larvasida Fix

Percobaan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pembuatan larutan stok bahan

uji dan pengujian larvasida. Pembuatan larutan stok dimaksudkan untuk

mengencerkan ekstrak sehingga tidak terlalu pekat konsentrasinya. Ekstrak

biji pepaya, daun tapak dara dan kulit batang cempedak dilarutkan dengan

aquades dan apabila tidak larut maka ditambahkan sedikit tween 80. Tween

80 tidak memiliki efek apapun dalam pengujian karena hanya bertindak

dalam mengurangi atau menurunkan tegangan permukaan sehingga bahan

dapat melarut dalam air. Tween 80 digunakan karena bahan tersebut tidak

menghilangkan kandungan dari ekstrak sehingga tidak mempengaruhi hasil

pengujian. Setelah penambahan tween 80, larutan sampel di vortex untuk

mempercepat homogenisasi larutan.

Pembuatan 5 variasi konsentrasi dari larutan stok dengan tujuan untuk

mengetahui tingkatan konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian larva

nyamuk. Dari variasi konsentrasi tersebut dapat ditentukan nilai konsentrasi

letal atau konsentrasi ekstrak yang menyebabkan kematian pada larva.

Variasi konsentrasi yang dibuat adalah 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5% yang

kemudian masing-masing konsentrasi dibuat dalam 3 replikasi. Replikasi

dilakukan agar perhitungan dapat lebih teliti dan akurat.

Botol-botol vial dikalibrasi 10 mL dan dimasukkan 20 ekor nyamuk

Culex sp. instar III lalu ditambahkan larutan ekstrak kemudian ditambahkan

air hujan sampai tanda batas kalibrasi. Air hujan digunakan untuk membuat

kondisi yang sama bagi larva nyamuk yang biasanya dapat hidup di air yang

tergenang. Botol vial ditutup dan diberi lubang pada aluminum foil dengan

tujuan memberi jalan bagi udara untuk keluar masuk botol untuk menjaga

pertumbuhan larva nyamuk. Kematian larva nyamuk diamati dan dicatat

setelah 24 jam perlakuan.

Konsentrasi aktivitas ekstrak sebagai larvasida ditentukan dengan

menggunakan metode Reed and Muench. Metode Reed and Muench

merupakan suatu metode yang menggunakan nilai-nilai kumulatif dalam

analisis data. Asumsi yang digunakan bahwa kematian seekor hewan akibat

dosis tertentu akan mengalami kematian juga oleh dosis yang lebih besar

42

Page 18: Larvasida Fix

dan hewan yang bertahan hidup pada dosis tertentu juga akan bertahan

hidup pada dosis yang lebih rendah. Keuntungan metode Reed and Muench

adalah didasarkan pada penentuan kadar bahan uji untuk membunuh,

dengan analogi tidak membunuh jika dosis di bawah hasil, dan begitu

sebaliknya. Kelemahan metode Reed and Muench adalah tidak

menampilkan profil regresi yang linearitas saat didapatkan hasil kadar bahan

uji yang dapat membunuh.

Aktivitas ekstrak biji pepaya sebagai larvasida ditentukan dengan metode

Reed and Muench dan menghasilkan nilai LC95 yaitu 12.882 ppm. Hal ini

menunjukkan bahwa pada konsentrasi 12.882 ppm ekstrak biji pepaya

mampu membunuh larva nyamuk sebesar 95%. LC95 atau Lethal

Concentrations 95 adalah konsentrasi ekstrak bahan dalam percobaan yang

dapat menyebabkan kematian pada 95% hewan uji. LC95 digunakan karena

hewan uji yang digunakan adalah 20 ekor per botol vial, sehingga dianggap

bahwa 5% adalah nilai kematian per ekor larva nyamuk.

Aktivitas ekstrak kulit batang cempedak dengan menggunakan metode

yang sama, dihitung LC80 dan menghasilkan nilai konsentrasi 22.594 ppm.

Digunakannya LC80 daripada LC95 adalah karena pada konsentrasi tertinggi

yaitu 25.000 ppm, ekstrak kulit batang cempedak hanya dapat membunuh

84,8% dari hewan uji. Hal yang sama juga berlaku pada ekstrak daun tapak

dara dimana konsentrasi letalnya dihitung dengan LC90. Nilai LC90 ekstrak

daun tapak dara adalah 23944,18 ppm. LC95 dapat saja dicapai apabila

konsentrasi larutan ekstrak kulit batang cempedak dan ekstrak daun tapak

dara diubah dalam pengujian.

Dari percobaan didapat LC95 untuk ekstrak biji pepaya sebesar 12882

ppm, LC80 ekstrak daun tapak dara sebesar 23944,18 ppm dan LC80 ekstrak

kulit batang cempedak sebesar 22594 ppm. Dari literatur didapat bahwa

nilai LC50 standar untuk larvasida nabati (senyawa murni) yaitu berkisar 0.1-

49 ppm. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan konsentrasi tinggi ekstrak

biji pepaya, ekstrak daun tapak dara dan ekstrak kulit batang cempedak

memiliki aktivitas larvasida.

43

Page 19: Larvasida Fix

Larvasida alami dapat ditemukan dalam tumbuhan yang di dalamnya

terkandung senyawa yang dapat berfungsi sebagai larvasida, diantaranya

adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid dan

minyak atsiri. Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai

larvasida alami adalah papaya (Carica papaya). Biji pepaya merupakan

bagian yang mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, saponin dan

flavonoid. Kandungan senyawa kimia biji papaya mampu memberi efek

mortalitas pada larva nyamuk. Dari percobaan yang dilakukan, maka

diharapkan biji pepaya dapat digunakan sebagai larvasida alami yang

mampu membunuh larva nyamuk yang juga aman bagi lingkungan.

44

Page 20: Larvasida Fix

G. Kesimpulan

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Nilai LC95 ekstrak biji buah pepaya sebagai larvasida pada larva nyamuk

Culex sp. adalah 12.882 ppm.

2. Nilai LC90 ekstrak daun tapak dara sebagai larvasida pada larva nyamuk

Culex sp. adalah 23944,18 ppm.

3. Nilai LC80 ekstrak kulit batang cempedak sebagai larvasida pada larva

nyamuk Culex sp. adalah 22.594 ppm.

45