LAYANAN BIMBINGAN PRA-VOKASIONAL UNTUK ANAK …eprints.iain-surakarta.ac.id/2894/1/Angga Fajar...
Transcript of LAYANAN BIMBINGAN PRA-VOKASIONAL UNTUK ANAK …eprints.iain-surakarta.ac.id/2894/1/Angga Fajar...
ii
LAYANAN BIMBINGAN PRA-VOKASIONAL UNTUK ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK
CACAT (YPAC) SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial
Oleh :
ANGGA FAJAR NUGROHO
NIM.13.12.21.033
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2018
iii
iv
v
vi
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ku persembahkan karya sederhana
ini sebagai wujud dharma baktiku kepada :
1. Kedua orangtuaku yang tiada henti memberikan do’a yang tiada kenal
lelah memberikan segala kebutuhan yang tak ternilai dan selalu
memberikan semangat serta segala kasih sayang yang tiada tara untukku.
2. Kakak dan keluarga besar yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
semangat dan bantuannya kepadaku.
3. Ravika Sulistyaningrum yang selalu memberikan doa, dukungan dan
support
4. PPL 2016 Balai Rehabilitasi Sosial Anak ”Taruna Yodha” Sukoharjo
beserta jajarannya yang memberikan dukungan dan doa.
5. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
6. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya
semoga kesuksesan berada pada pihak kita. Aamiin.
viii
MOTTO
Artinya : “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu
menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’d : 11)
ix
ABSTRAK
Angga Fajar Nugroho, Nim: 131221033, Layanan Bimbingan Pra-vokasional
Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Surakarta. Skripsi: Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, 14
Februari 2018
Layanan bimbingan pra-vokasional merupakan salah satu wadah yang
diberikan khusus untuk membimbing dan mendidikan anak berkebutuhan khusus
untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak dan membuat anak lebih semangat
dengan diberikan keterampilan untuk hidup mandiri sebelum terjun langsung ke
lingkungan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
pelaksanaan bimbingan pra-vokasional untuk anak berkebutuhan khusus (ABK)
di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode analisis data deskriptif. Penelitian ini mengambil lokasi di YPAC
Suarakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Observasi, Wawancara dan Dokumentasi untuk mengumpulkan data dari
pelaksanaan layanan bimbingan pra-vokasional. Subjek penelitian ini adalah
Ketua Layanan bimbingan pra-vokasional, 1 pembimbing dan 5 (lima) ABK yang
kooperatif. Teknik yang dilakukan dalam menentukan subjek dengan purposive
sampling dimana sumber data di anggap faham data yang diperlukan oleh
peneliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan
pra-vokasional dilakukan dengan 3 tahap yaitu 1) tahap awal, yaitu pembimbing
melakukan assesmen untuk mengetahui bakat dan minat anak. 2) inti bimbingan
yaitu proses bimbingan dilakukan melalui pendekatan persuasive yang
merupakan pendekatan yang bersifat membujuk secara halus, dengan
menggunakan alasan-alasan tertentu yang dilakukan pembimbing melalui
bimbingan sebelum melakukan keterampilan. 3) tahap akhir (evaluasi) yang
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan perilaku adaptif ABK dalam
proses bimbingan pra-vokasional dengan melalui keterampilan yang diberikan
oleh pembimbing. Bimbingan pra-vokasional merupakan wadah yang diberikan
khusus untuk ABK sebelum terjun langsung di lingkungan masyarakat dengan
diberikan motivasi agar tumbuh rasa percaya diri. Layanan bimbingan pra-
vokasional di YPAC lebih dominan dengan kegiatan keterampilan, karena
dengan diberikan kegiatan keterampilan anak lebih bisa menggali bakat dan
potensi yang dimilikinya.
Kata kunci : Bimbingan Pra-vokasional, Anak Berkebutuhan Khusus
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada pernah henti untuk
melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Terapi Musik Untuk Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)
Surakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Sosial. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas
kemampuan dan usaha penulis semata. Namun juga berkat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Mudhofir Abdullah, S.Ag, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Surakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
menyelesaikan pendidikan di IAIN Surakarta.
2. Dr. Imam Mujahid, S.Ag., M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah IAIN Surakarta dan Selaku Wali Studi.
3. Supandi, S.Ag, M.Ag selaku Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Islam dan
sekaligus Penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan
bimbingan dan semangat.
4. H. M. Syakirin Al Ghozaly, M.A., Ph.D selaku Penguji I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan semangat.
5. Nur Muhlashin, S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Budi Santosa, S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
hingga terselesaikan skripsi ini.
xi
7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, terkhusus Bapak Ibu Dosen
Jurusan Bimbingan Konseling Islam dan segenap karyawan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, bantuan dan pelayanan administrasi.
8. Seluruh staf bagian akademik yang telah mengakomodir segala keperluan
peneliti dalam urusan akademik dan penelitian skripsi ini.
9. Jajuk Widiastuti Ketua Pembina Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang telah
memberikan ijin pelaksanaan penelitian dan membantu menyusun skripsi.
10. Endang Indarti yang telah mendidik dengan penuh kasih sayang dan cinta,
membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman BKI 2013, terimakasih untuk kebersamaannya selama kuliah di
kampus IAIN Surakarta tercinta.
12. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya semoga
kesuksesan berada pada pihak kita. Aamiin.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada segenap pihak yang telah
membantu. Semoga skripsi ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penulis
Angga Fajar Nugroho
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................. ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ........................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................... 11
1. Layanan Bimbingan ............................................................. 11
a. Pengertian layanan Bimbingan ...................................... 11
b. Tujuan dan Teknik Layanan Bimbingan ........................ 14
c. Fungsi Layanan Bimbingan ........................................... 16
2. Pengertian Pra-vokasional .................................................... 18
a. Pengertian Pra-vokasional .............................................. 18
b. Tujuan Pra-vokasional .................................................... 21
3. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ..................................... 23
xiii
a. Pengertian ABK ............................................................. 23
b. Klasifikasi ABK ............................................................ 26
B. Penelitian Terdahulu ............................................................ 27
C. Kerangka Berfikir ................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ......................................................... 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 35
C. Subyek Penelitian ............................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 36
1. Observasi ...................................................................... 36
2. Wawancara ................................................................... 36
3. Dokumentasi ................................................................. 37
E. Keabsahan Data .................................................................. 38
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 41
1. Sejarah YPAC Surakarta ............................................... 41
2. Visi dan Misi YPAC Surakarta ...................................... 45
a. Visi ............................................................................ 45
b. Misi ........................................................................... 45
c. Falsafah ..................................................................... 45
d. Motto ......................................................................... 46
3. Sarana dan Prasarana ..................................................... 46
4. Waktu Pelayanan ........................................................... 47
5. Sumber Daya Manusia ................................................... 49
B. Hasil Temuan Lapangan ..................................................... 53
1. Gambaran ABK yang Mengikuti Bimbingan
Pra-vokasional .............................................................. 53
a. Kemampuan Sosial yang Rendah ............................ 53
xiv
b. Kondisi ABK ........................................................... 55
c. Menganggap Dirinya Tidak Mampu ...................... 57
2. Tempat Bimbingan Pra-vokasional .............................. 59
3. Proses Bimbingan Pra-vokasional ................................. 59
a. Tahap Awal ............................................................. 59
b. Inti Bimbingan Pra-vokasional ................................ 61
c. Tahap Akhir (Evaluasi) .......................................... 69
4. Media dalam Pelaksanaan Bimbingan Pra-vokasional .. 70
5. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................. 70
C. Pembahasan ........................................................................ 71
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................. 80
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 81
C. Saran ................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 31
Gambar 2.2 Data YPAC ................................................................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah anak dengan berkebutuhan khusus (ABK) yang ditujukan kepada anak
yang menyandang keterbatasan atau kelainan akibatnya mengalami hambatan dalam
perkembangan baik dari segi fisik, mental, emosi, sosial dan kepribadiannya, sehingga
mereka memerlukan layanan khusus untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Kelainan pada anak tersebut dapat meliputi kelainan fisik, kelainan mental, kelainan
sosial, dan emosi. (Iswari, 2007: 3)
ABK dianggap berbeda dengan anak normal. Ia dianggap sosok yang tidak
berdaya sehingga perlu dibantu dan dibimbing dengan khusus. Pandangan tersebut tidak
semuanya benar. Setiap anak mempunyai kekurangan sekaligus mempunyai kelebihan
tersendiri. Oleh karena itu, dalam memandang ABK kita harus melihat dari segi
kemampuan sekaligus ketidakmampuannya. ABK memerlukan perhatian, baik itu dalam
bentuk kasih sayang, pendidikan maupun dalam berinteraksi sosial. Dengan demikian ia
akan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
ABK dalam pendidikan memerlukan pelayanan atau perlakuan yang khusus guna
mencapai perkembangan yang optimal sebagai akibat dari kelainan atau keluarbiasaan
yang disandangnya, jadi bahwa layanan anak kebutuhan khusus harus disesuaikan dengan
jenis dan tingkat kelainannya, karena masing-masing jenis dan tingkat kelainan anak
membutuhkan layanan yang berbeda, dalam hal ini bertujuan untuk merancang
pendidikan kecakapan hidup (life skill) untuk mereka. Namun bukan hanya layanan di
bidang pendidikan saja tetapi ABK juga perlu mendapatkan layanan medis, maupun
berinteraksi sosial khususnya di lingkungan masyarakat. Dengan demikian ABK akan
mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Berdasarkan olahan database kependudukan yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik kota Surakarta pada tahun 2013, jumlah ABK 192 anak atau 0,035 persen dari
seluruh anak di kota Surakarta. Menurut jenis kelamin memperlihatkan bahwa jumlah
anak laki-laki penyandang disabilitas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anak
perempuan, dimana jumlah laki-laki penyandang disabilitas sebesar 111 anak dan
perempuan 81 anak.
Salah satu contoh masalah yang dihadapi ABK yaitu masalah kelainan fisik dan
kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, buang air besar
mandi dan lain-lain. ABK mengalami kesulitan dalam tingkah laku yang diperlukan
untuk menjalin hubungan sosial di lingkungannya. Hal ini anak harus mendapatkan
pendampingan dari pihak orang tua serta edukasi yang khusus. Kondisi tersebut jika terus
dibiarkan tanpa adanya bimbingan akan membuat anak memiliki sikap anti sosial
sehingga perlu untuk di cegah sejak dini.
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh
tertentu. Akibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak
dapat menjalankan tugasnya secara normal. Tidak berfungsinya anggota fisik terjadi
pada: (a) alat fisik indra, misalnya kelainan pada indra pendengaran (tunarungu), kelainan
pada indra penglihatan (tunanetra), kelainan pada organ bicara (tunawicara); (b) alat
motoric tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang (poliomyelitis), kelainan pada sistem
saraf di otak yang berakibat ganggungan pada fungsi motorik (cerebral pulsy), kelainan
anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna, misalnya lahir tanpa
tangan/kaki, amputasi, dan lain-lain. Untuk kelainan pada alat motorik tubuh ini dikenal
dalam kelompok tunadaksa. (Efendi, 2006: 4-5)
Masih banyak ABK yang belum mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhannya, yang belum mampu untuk hidup mandiri sehingga ada diantara
mereka masih tergantung pada orang lain. Oleh karena itu perlu adanya layanan khusus
maupun bimbingan untuk ABK.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dengan
memanfaatkan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku. Dalam proses pemberian bantuan tidak dapat dilakukan sekali saja melainkan
secara terus menerus dan sistematis sesuai dengan kebutuhan. Agar tercapai pemahaman,
pengarahan, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal
dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (Prayitno & Amti, 2004: 99)
Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun
untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam
kehidupannya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Walgito (2010) bahwa bimbingan
dapat diberikan bukan hanya untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul,
tetapi juga dapat diberikan untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah
menimpa individu. Bimbingan lebih bersifat pencegahan dari pada penyembuhan.
Bimbingan yang dimaksudkan supaya individu atau sekumpulan individu dapat mencapai
kesejahteraan hidup (life welfare). Di sinilah letak tujuan bimbingan sebenarnya.
Untuk itu perlu adanya langkah-langkah mendasar dalam peningkatan mutu
pendidikan dan layanan bimbingan sehingga dapat membekali anak dengan kecakapan
hidup (life skill) termasuk ABK. ABK diberi bimbingan sesuai dengan batas kemampuan
yang dimiliki. Salah satu potensi yang dimiliki oleh ABK yaitu keterampilan.
Keterampilan merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, tidak terkecuali
ABK. Anak juga harus memiliki keterampilan dasar guna memperoleh pekerjaan
sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi dengan usahanya sendiri tanpa harus selalu
mengandalkan bantuan dari orang lain. (Iswari, 2007: 140)
Upaya pemenuhan hak bagi penyandang cacat harus terus dilakukan, karena
mereka adalah bagian dari WNI (Warga Negara Indonesia) yang keberadaanya diakui
oleh Negara, oleh sebab itu mereka juga berhak mendapatkan bimbingan dan pendidikan
yang layak sesuai kebutuhan mereka. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menyatakan setiap penyandang cacat berhak
memperoleh: (a) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, (b)
pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan,
pendidikan, dan kemampuannya, (c) perlakuan yang sama untuk berperan dalam
pembangunan dan menikmati hasil hasilnya, (d) aksebilitas dalam rangka
kemandiriannya, (e) rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial, dan (f) hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan
kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat.
Dalam rangka memenuhi hak-hak penyandang cacat, Undang-Undang Dasar Nomor 4
Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat mengamanatkan Pemerintah untuk melakukan
pembinaan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat melalui
penetapan kebijakan, koordinasi, penyuluhan, bimbingan, bantuan, perijinan, dan
pengawasan. Keterbatasan pada anak bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi melainkan
melatih mental anak untuk lebih sabar, percaya diri. Dalam hal ini perlu ilmu dan
bimbingan yang sangat penting bagi perkembangan anak dengan keterbatasan yang
dimilikinya. (Alam, 2008:1) Seperti yang tercantum dalam QS. Abasa ayat 1-3 Allah
berfirman yang berbunyi:
Artinya: Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, Karena Telah datang
seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari
dosa. (QS. Abasa, 1-3)
Sejalan dengan perkembangan di Indonesia, ABK tidak luput dari perhatian dan
jangkauan layanan pendidikan. Hal ini disadari sepenuhnya oleh para ahli PLB di
Indonesia, sebab apabila ditinjau dari keberadaanya, anak-anak berkebutuhan khusus ini
akan tetap ada sepanjang kehidupan manusia. Menelantarkan pendidikan ABK dan anak
luar biasa pada umumnya atau meniadakan keberadaan mereka di tengah-tengah
masyarakat adalah sikap yang tidak manusiawi. (Salim, 1996: 2)
Menurut pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa perlunya diadakannya
pelayanan bimbingan pra-vokasional untuk ABK agar kelak mempunyai kemampuan
sebagai dasar berkembang menjadi kemampuan vokasional. Perlu adanya kesiapan anak
yang merupakan ABK anak-anak penyandang disabilitas agar mampu dikemudian hari
terjun langsung di lingkungan masyarakat. Maka dari itu perlu juga persiapan fisik
maupun mental.
Di Indonesia banyak lembaga pendidikan yang khu sus menangani ABK, salah
satunya Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta. YPAC sendiri berdiri pada
tahun 1953 yang didirikan oleh Prof. Dr. Soeharso. Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang dilakukan, peneliti melihat beberapa hasil kerajinan yang di buat oleh ABK yang
memiliki nilai ekonomis. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena melihat
ABK Surakarta memiliki semangat untuk berkarya meskipun dengan keterbatasan fisik
maupun mental yang dimilikinya. Salah satu staf yang berada di YPAC menjelaskan
bahwa ada layanan bimbingan pra-vokasional bagi ABK dengan dibentuk kelompok
bimbingan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan anak. Karena bimbingan ini
sudah memberikan kualitas dan pola pikir anak untuk berkembang, faktanya dengan hasil
kerajinan yang dibuat oleh ABK tersebut.
Berbicara tentang bimbingan pra-vokasional di YPAC Surakarta bagi ABK yaitu
ketidaksiapan anak dalam melakukan layanan vokasional, dengan keterbatasan yang
dimiliki anak perlu adanya layanan bimbingan pra-vokasional oleh pembimbing yang ahli
di bidangnya. Agar anak lebih percaya diri akan kemampuannya untuk bekal hidup
mandiri. Pihak YPAC memberikan praktek untuk mengasah kemampuan anak agar lebih
berkembang diantaranya anak diajarkan membuat kerajinan tangan seperti membuat tas,
boneka, gantungan kunci, kalung, gelang, hiasan jilbab (bros), hiasan rambut, dompet dan
tempat tisu dari bahan manik-manik atau mote. Membuat buah tangan (souvenir) tempat
tisu dan tempat asbak dari bahan stik ic crim. Dan pembuatan anyaman keset dari bahan
kain perca. Hal ini membuktikan bahwa dengan bimbingan pra-vokasional ABK dapat
berkembang dangan baik, melalui bimbingan yang diberikan oleh pembimbing.
Hasil dari kerajianan ABK langsung dipamerkan dan dijual via online oleh pihak
YPAC. Hasil dari penjualan kerajinan digunakan untuk kegiatan operasional di yayasan
dan sebagiannya diberikan kepada anak. Kemampuan yang dimiliki anak dapat
menghasilkan rupiah dari apa yang mereka buat yang mampu bersaing di pasaran.
Sehingga dengan karya yang dihasilkan dapat menyanggah bahwa ABK tidak memiliki
kemampuan untuk berkembang.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa dengan adanya layanan
bimbingan pra-vokasional di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta telah
berhasil meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Bagaimana proses pelaksanaan
layanan bimbingan pra-vokasional untuk ABK di Yayasan Pembinaan Anaka Cacat
(YPAC) Surakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui beberapa masalah yaitu di
antaranya adalah:
1. Anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan pelayanan yang spesifik untuk
mendapatkan perkembangan yang optimal.
2. Anak berkebutuhan khusus (ABK) cenderung bergantung dengan orang lain.
3. Keterampilan ABK dapat diasah melalui bimbingan pra-vokasional.
4. Kurangnya kesiapan ABK di YPAC Surakarta untuk melakukan vokasional.
C. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi masalah yang berdasarkan latar belakang di atas yaitu
ketidaksiapan anak berkebutuhan khusus (ABK) di YPAC untuk menghadapi vokasional,
maka perlu adanya layanan bimbingan pra-vokasional untuk ABK yang ada di YPAC
Surakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis melakukan penelitian ini dengan
rumusan masalahnya adalah bagaimana proses pelaksanaan layanan bimbingan pra-
vokasional untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di YPAC Surakarta.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan layanan
bimbingan pra-vokasional untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di YPAC Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat, penelitian kualitatif biasanya bisa
bersifat teoritis, dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi dalam menggali atau mengembangkan wawasan dan referensi keilmuan,
khususnya dalam bidang bimbingan pra-vokasional untuk ABK.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan gambaran kepada YPAC sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan langkah-langkah dalam menangani masalah ABK melalui bimbingan
pra-vokasional.
b. Memberikan informasi kepada orang tua bahwa dengan bimbingan pra-vokasional
dapat membantu ABK untuk menggali potensi dalam dirinya sehingga dapat
bermanfaat untuk masa depannya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi bagi praktisi (psikolog, terapis, atau konselor) tentang
bimbingan pra-vokasional agar mereka dapat memberikan dukungan kepada
orang tua anak yang memiliki anak dengan kondisi ABK agar kelak anak mampu
dalam melakukan vokasional.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu yaitu pemahaman
mengenai bimbingan pra-vokasional.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitain selanjutnya untuk
lebih memperdalam pembahasan mengenai bimbingan pra-vokasional.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Layanan Bimbingan
a. Pengertian Layanan Bimbingan
Layanan menurut bahasa adalah sarana, alat, dan media.
Layanan merupakan penyediaan segala apa yang dibutuhkan orang
lain yang akan terbentuk karena adanya proses pemberian layanan
tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani.
(Barata, 2004: 10)
Menurut bahasa, bimbingan adalah menunjukkan,
menentukan, memberi saran, dan mengistruksikan. Sedangkan
menurut istilah bimbingan merupakan suatu pertolongan
(membantu/menolong). Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal
ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan
bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk
memberikan bimbingan secara aktif yaitu memberikan arah kepada
yang dibimbingnya. Berikut beberapa pengertian bimbingan
menurut para ahli:
Bimbingan merupakan suatu tindakan bantuan terhadap
orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan Walgito (2010:7)
bahwa bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya sehingga individu atau sekumpulan individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Hal itu selaras dengan
pendapat Shertzer dan Stone dalam Yusuf dan Juntika (2006: 6)
bahwa bimbingan merupakan proses permberian bantuan kepada
individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.
Yusuf dan Juntika (2006:6) menyatakan bahwa pengertian
bimbingan yaitu merupakan suatu proses yang berkesinambungan,
bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Yang merupakan
serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang
terarah kepada pencapaian tujuan. Proses bimbingan dapat
digunakan dalam berbagai hal baik diri sendiri maupun masyarakat
luas, bimbingan juga dapat diberikan kepada semua orang baik
wanita maupun pria, bagi semua usia dan kalangan dalam
mengembangkan arah atau pandangan hidupnya. Sehingga
individu yang mendapatkan bimbingan dapat tumbuh kemandirian
pada dirinya.
Layanan bimbingan merupakan layanan bantuan bagi
peserta didik (anak) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar
kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu
siswa mengembangkan potensinya secara optimal. Selanjutnya
dalam uraian berikut dikemukakan contoh materi layanan dasar
bimbingan untuk dewasa yaitu: (1) pengembangan tanggungjawab
sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa; (2) kiat-kiat
membantu anak-anak dan pemuda khususnya anak kandungnya
sendiri agar berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia dan
bertanggung jawab; (3) pengembangan aktivitas dan
memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang dewasa
lainya; (4) kiat-kiat memelihara hubungan diri sedemikian rupa
dengan pasanganya yakin suami-istri sebagai seorang pribadi yang
utuh; (5) pengembangan kemampuan untuk menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang
lazim terjadi pada anak setengah baya; (6) pengembangan
kemampuan untuk melaksanakan dan menampilkan untuk kerja
yang lebih baik dalam profesi dan jabatan; (7) kiat-kiat
menyesuaikan diri dengan prikehidupan orang-orang yang berusia
lanjut khususnya dalam cara bersikap dan bertindak. (Yusuf &
Juntika, 2006:26)
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa, bimbingan merupakan proses
pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis oleh
seorang yang ahli kepada individu maupun sekelompok individu
guna mencapai kemandirian, pemahaman, penerimaan, pengarahan
dan perwujudan dari dalam dan mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Untuk
kita perlu adanya layanan dasar bimbingan yang merupakan
bantuan dari seluruh anak (for all) melalui kegiatan-kegiatan yang
disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu anak
mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
b. Tujuan dan Teknik Layanan Bimbingan
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua anak agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang
sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. Tujuan
layanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya membantu siswa agar,
(a) Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama);
(b) Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya); (c) Mampu menangani
atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya; (d) Mampu
mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
(Supriatna: 2011:67)
Teknik Layanan bimbinganya adalah konsultasi dan
konseling. Isi layanan perencanaan individu adalah; (1) bidang
pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar
memantapkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat,
dan karakteristik kepribadian lainya; (2) bidang karir dengan topik-
topik mengidentifikasi kesempatan karir yang ada di lingkungan
masyarakat, mengembangkan sikap yang positif terhadap dunia
kerja dan merencanakan kehidupan karirnya; (3) bidang sosial
pribadi dengan topik-topik mengembangkan konsep diri yang
positif, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial yang
tepat, belajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar
memahami perasaan orang lain. (Yusuf dan Juntika (2006:10)
Prayitno & Amti, (2004:114) mengatakan bahwa tujuan
umum bimbingan adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimiliki (seperti kemampuan
dasar dan bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar
belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai
dengan tuntutan posisi lingkungannya.
Tujuan memberikan layanan bimbingan ialah agar individu
dapat (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang;
(2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta dilingkungan
kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi
dalam studi, penyesuain dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupun lingkungan kerja. (Yusuf & Juntika, 2006:13)
Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian
tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, melainkan suatu kondisi
dinamik, di mana individu (1) mampu mengenal dan memahami
diri; (2) berani menerima kenyataan diri secara objektif; (3)
mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan
system nilai; dan (4) melakukan pilihan dan mengambil keputusan
atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik,
karena kemampuan yang disebutkan di atas akan berkembang terus
dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam lingkungan
yang terus berubah dan berkembang. (Yusuf & Juntika, 2006:7)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari bimbingan
adalah membantu individu agar mereka memiliki kompetensi
untuk mengembangkan kreatifitas yang di miliki seoptimal
mungkin untuk mencapai harapan yang di inginkan selama
hidupnya, perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai
dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan
benar.
c. Fungsi Layanan Bimbingan
Menurut Yusuf dan Juntika (2006:9) fungsi pengembangan
ada 7 unsur yaitu:
1. Pemahaman, yaitu membantu pesrta didik agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkunganya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan secara dinamis dan kontrukstif.
2. Preventif, yaitu upaya pembimbing (konselor) untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
peserta didik. Melalui fungsi ini, pembimbing (konselor)
memberikan bimbingan kepada siswa (klien) tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya.
3. Pengembangan, yaitu pembimbing (konselor) senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi siswa (klien).
4. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar
maupun karir.
5. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan untuk membantu individu
memilih kegiatan tambahan, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6. Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan
khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan individu.
7. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan
konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah,
atau norma agama.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi bimbingan dari beberapa unsur diatas sebagai pemahaman
untuk diri sendiri maupun kelompok, juga perbaikan bagi anak
berkebutuhan khusus sangatlah penting karna layanan bimbingan
dapat membantu mengatasi kesulitan anak untuk melakukan segala
sesuatu dengan keterbatasan yang dimilikinya.
2. Pengertian Pra-vokasional
a. Pengertian
Bimbingan vokasional adalah salah satu solusi untuk
menyelesaikan problema masa depan karir anak. Istilah ini sudah
tidak asing lagi di telinga kita. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 1996:1263) vokasional adalah hal yang
bersangkutan dengan (sekolah) kejuruan atau bersangkutan dengan
bimbingan kejuruan. Kejuruan yang dimaksud adalah berkaitan
dengan bidang keahlian yang dikuasai oleh individu sehingga dapat
membantu pekerja sesuai keahliannya tersebut. Dalam arti umum,
orang-orang sering mengartikan vokasional dikaitan dengan
pekerjaan atau keterampilan sebagai sumber penghidupan.
Pra-vokasional adalah suatu program yang dirancang untuk
memberikan kesempatan pada ABK untuk mencapai potensi yang
anak miliki dan belajar mengenai ketrampilan hidup mandiri.
Kelompok ini memperoleh beberapa skill atau kemampuan ilmu
pengetahuan akademik, hidup bersosial, dasar bimbingan kejuruan
yang mana akan membekali mereka dalam hidup bermasyarakat
dan dapat bekerja setelah selesai sekolah. (Mariam, 2014:101)
Menurut Astati (1996:154) “pra-vocational adalah kegiatan
yang dilakukan sebelum individu melakukan pekerjaan tertentu,
yang penting pada tahapan ini adalah bagaimana individu
memelihara alat, menggunakan alat, mengenal pekerjaannya dan
sebagainya”. Dalam hal ini, kemampuan pra-vokasional yang harus
dimiliki individu sebagai dasar untuk berkembang menjadi
kemampuan vokasional. ABK diharapkan sebelum mengenal
pekerjaannya, menggunakan alat, harus melalui tahap bimbingan
pra-vokasional.
Adanan dan Wong (2006) sebagaimana dikutip oleh
Mariam (2014:101) juga berpendapat bahwa program pra-kejuruan
(pra-vokasional) pada awalnya dirancang untuk memenuhi
kebutuhan ABK dengan kebutuhan dukungan tinggi (HSN),
namun untuk beberapa tahun pertama, diharapkan dapat menjadi
bagian dari operasi penyelamatan untuk usia di atas sekolah dasar
pada saat itu, biasanya siswa dasar yang gagal di tahun ajaran tidak
dipromosikan ke tahun depan.
Kemampuan pra-vokasional ABK dapat dikembangkan
melalui bimbingan keterampilan. Pendapat tersebut didukung oleh
Iswari (2007:140) “bahwa kecakapan vokasional yaitu kecakapan
untuk menciptakan produk, seperti menjahit, merangkai bunga,
memasak, montir, dan lain sebagainya. Kegiatan atau layanan ini
dikaitkan dengan mata pelajaran keterampilan”. Dalam melakukan
kecakapan vokasional melalui keterampilan, ABK mampu
mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan produk dan
mencapai kemandirian hidup.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulan
bahwa pra-vokasional adalah kegiatan sebelum melakukan
vokasional untuk memberikan kesempatan pada ABK untuk
mencapai potensi yang mereka miliki dan belajar mengenai
ketrampilan hidup mandiri. Selebihnya anak ini bisa memperoleh
beberapa kemampuan ilmu pengetahuan akademik, dasar
bimbingan kejuruan (vokasi) dan kemampuan bekerja yang mana
akan membekali mereka dalam hidup bermasyarakat dan dapat
bekerja setelah selesai proses bimbingan atupun pendidikan.
b. Tujuan Pra-vokasional
Adanan dan Wong (2006) Dikutip oleh Mariam, (2014:103)
menjelaskan bahwa pelajaran diajarkan dalam format lintas
kurikulum dan bahwa rencana pelajaran dibangun berdasarkan
kompetensi dasar di empat bidang utama yaitu keterampilan
akademik dasar, keterampilan kejuruan dasar, kecakapan hidup dan
keterampilan sosial. Orang bisa melihat bahwa pelajaran tidak
didasarkan pada topik yang sempit dan spesifik namun mencakup
berbagai keterampilan dan pendekatan holistik. Keuntungan lain,
yang mungkin yang terpenting, adalah bahwa siswa mempelajari
keterampilan kejuruan, yang pastinya akan membantu mereka
menjadi lebih mandiri di masa depan dan menjadi lebih berharga.
Kenyataan bahwa program pra-kejuruan berorientasi pada
panggilan, sejalan dengan pandangan Abosi dan Koay (2008)
sebagaimana dikutip oleh Mariam, (2014:103) yang menyatakan
bahwa pendidikan anak-anak penyandang cacat harus ditujukan
untuk membantu anak-anak memperoleh keterampilan bertahan
hidup.
Tujuan pra-vokasional bagi individu adalah untuk: a)
mengembangkan potensi mereka untuk memperoleh beberapa
keterampilan dasar akademik, dasar sosial, kehidupan sehari-hari,
dan pra-kejuruan; b) mempersiapkan mereka untuk kehidupan
orang dewasa; menjadi bermanfaat, memberi kontribusi pada
anggota masyarakat. Adanan dan Wong (2006) sebagaimana
dikutip oleh Mariam, (2014:103)
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan
pendidikan pra-vokasional menuju anak berkebutuhan khusus
mandiri. Langkah-langkah tersebut tentu tidak lepas dari tahapan 1)
diagnosis dan asesmen anak berkebutuhan khusus; 2) pemantapan
dan pematangan kemampuan dasar anak; 3) penempatan anak
sesuai dengan bakat potensinya; 4) keseriusan pelayanan sesuai
dengan bakat potensi yang terfokus dengan dukungan yang
memadai;5) pembinaan mental dan motivasinya;6) penempatan
dan pemagangan anak dalam pengawasan tim; dan 7) evaluasi
berkelanjutan. (Hermanto, 2008:6)
Pengelolaan vokasional untuk anak berkebutuhan khusus
dalam hal ini tidak mudah maka perlu adanya bimbingan pra-
vokasional sebelum melakukan vokasional. Bagaimana mereka
mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan bagaimana Anak
berkebutuhan khusus mampu mencari nafkah dirinya sendiri dan
bahkan orang lain dari jerih payah keringatnya sendiri. Bimbingan
pra-vokasional sangat membantu anak dalam menyongsong
kehidupan bermasyarkat. (Hermanto, 2008:6)
Dari pendapat beberapa para ahli diatas dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa tujuan dari pra-vokasional adalah
merupakan salah satu wujud bekal bagi anak berkebutuhan khusus
sebelum terjun di lingkungan masyarakat, khususnya pada dunia
kerja. Untuk berkembangnya potensi anak berkebutuhan khusus
agar menjadi manusia yang mandiri. Menumbuhkan rasa percaya
diri anak karna potensi yang dimilikinya untuk dapat menemukan
pengalaman baru dengan keadaan keterbatasan tersebut. Untuk itu
perlu adanya langkah-langkah agar anak berkebutuhan khusus bisa
mewujudkan tujuan yang diharapkan dari bimbingan pra-
vokasional lebih maksimal.
3. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian
Istilah anak dengan kebutuhan khusus ditujukan kepada
segolongan anak yang memiliki kelainan atau perbedaan
sedemikian rupa dari rata-rata normal dalam segi fisik, mental,
emosi, sosial, atau gabungan dari ciri-ciri itu menyebabkan mereka
mengalami hambatan untuk mencapai perkembangan yang optimal
sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. (Iswari,
2007:43)
Kokasih (2012:1) menjelaskan bahwa ABK (special needs
children) dapat diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau
mengalami gangguan (retarded) anak memiliki kesulitan atau
ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih sulit belajar dan
mengakses pendidikan dibandingkan kebanyakan anak normal
seusianya.
Anak mengalami keterbatasan / keluarbiasaan baik fisik,
mental-intelektual, sosial, maupun, emosional yang berpengaruh
secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya. (Jenny, 2010:2) Jadi jika ada seorang anak yang
mengalami kelainan atau penyimpangan tidak signifikan sehingga
mereka tidak memerlukan pendidikan khusus, anak tersebut tidak
bisa dikategorikan sebagai ABK. (Rahayu, 2016:35)
Dalam upaya perlindungan anak dan memenuhi hak-hak
anak penyandang cacat, anak yang mengalami perkembangan atau
hambatan yang tidak normal pada umumnya anak perlu perhatian
khusus. Berdasarkan data base tahun 2013 menunjukkan bahwa
jumlah penyandang disabilitas anak di Kota Surakarta ada 192
anak atau 0,035 persen dari seluruh anak di Kota Surakarta.
Perbandingan menurut jenis kelamin memperlihatkan
bahwa jumlah anak laki-laki penyandang disabilitas lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah anak perempuan, dimana jumlah laki-
laki (Lk) 111 anak dan perempuan (Pr) 81 anak, cacat fisik Lk= 29,
Pr= 24 jumlah 53 (0,010%), tunanetra Lk= 10, P= 5 jumlah 15
(0,003%), tunarungu Lk= 26, Pr= 20 jumlah 46 (0,008%), cacat
mental Lk= 16 Pr= 6 jumlah 22 (0,004%), fisik mental Lk= 7 Pr=5
jumlah 12 (0,002%), cacat lainya Lk=23 Pr=21 jumlah 44
(0,008%).
Penyandang disabilitas anak mungkin mempunyai satu atau
lebih jenis disabilitas. Data penyandang disabilitas melalui olahan
biodata penduduk database kependudukan menurut jenis disabilitas
yang dialami dibedakan menjadi enam jenis yaitu fisik, mental,
fisik disertai mental, tunarungu, tunanetra, dan lainya. Data
proporsi penyandang disabilitas anak menurut jenis disabilitas
yaitu: fisik 27,60%, tunanetra 7, 81%, tunarungu 23, 96%, mental
11, 46%, fisik mental 6, 25%, dan cacat lainya 22, 92%.
Persentase penyandang disabilitas dilihat dari umur, anak
umur 7-17 tahun masih banyak yang belum tamat SD 54,3%,
bahkan persentase penyandang cacat yang belum sekolah masih
cukup banyak 18,3%. Keadaan sebaliknya terjadi terhadap
persentase penyandang disabilitas anak yang mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi relative rendah. Persentase
penyandang disabilitas anak tamat SMP 10,9%. (Database
kependudukan kota Surakarta tahun 2013)
Dari beberapa pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
keterbatasan namun juga memiliki kelebihan, sehingga diperlukan
perlakuan khusus dikarenakan keadaan yang dimilikinya. ABK
sebenarnya memiliki spektrum yang sangat luas, yakni meliputi
cacat fisik (tunanetra, tunadaksa, tunarungu, atau lainya, namun
sebenarnya masih memiliki intelektual dari perilaku layaknya
anak-anak normal), termasuk juga ABK lain yang bermasalah
dengan integensia, perilaku dan emosi tidak dapat berkembang
dengan baik. Maka dari itu ABK memerlukan perhatian, baik itu
dalam bentuk perhatian, kasih sayang, pendidikan maupun dalam
berinteraksi sosial. Dengan demikian, ia akan dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak-anak dengan kebutuhan khusus dapat diklasifikasikan
menurut ciri-ciri jenis kelainan dan tingkat kelainannya. (Iswari,
2007:45) Bahwa ABK dapat dikategorikan dalam dua kelompok
besar, yaitu ABK yang bersifat sementara (temporer) dan anak
berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen). (Ilahi
(2013:139)
ABK dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yang
menentukan penanganan secara spesifik berdasarkan kategori
kebutuhannya. Menurut Kauffman & Hallahan yang dikutip dalam
bukunya Rahayu, (2016:36) ABK yang paling banyak mendapat
perhatian guru dikelompokkan menjadi beberapa bagian,
diantarnya adalah Tunanetra (Partially Seing and Legelly Bliad),
yaitu anak yang mengalami gangguan penglihatan, Tunarungu
Wicara (Communication Disorder and Deafness) adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran, Tunagrahita (Mental
Retadation) gangguan perkembangan, Tunadaksa kelainan atau
cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, dan otot),
Tunalaras (Emotional or Behavioral Disorder) gangguan emosi
dan perilaku, Tunaganda (Multiple Handicapped) gangguan
kelainan perkembang hambatan neurologis yang disebabkan satu
atau dua kombinasi kelainan kemampuan, Kesulitan Belajar
(Learning Disabilities), Hyperactive (Attention Dificit Disorder
with Hyperective, Anak Autis (Autistic Children) diakibatkan oleh
kerusakan pada otak.
Jadi dari beberapa pendapat para ahli diatas klasifikasi
ABK sangatlah bermacam-macam cirinya. Pengklasifikasi ini
sangat penting diperlukan untuk penyusunan program pendidikan
atau bimbingan (terutama pembelajaran) yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik anak dengan berkebutuhan khusus.
Mengelompokan anak menurut ciri-ciri yang sama untuk tujuan
pendidikan dan bimbingan adalah hal biasa dalam dunia
pendidikan.
B. Penelitian Terdahulu
Dalam kajian hasil penelitian, peneliti ingin menegaskan bahwa
penelitian ini belum ada yang membahas mengenai bimbingan pra-
vokasional di YPAC Surakarta. Adapun hasil penelitian yang relevan
sehingga dapat dijadikan bahan pendukung dalam penelitian ini
diantaranya:
Pertama, skripsi Al Fatah Sofian Raisjurusan Bimbingan
Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam
Negeri Surakarta (2013) dengan judul “Peran Pembimbing untuk
Mengembangkan Bakat pada Anak Hiperaktif Di Yayasan Arogya Mitra
Ngemplak Kalikotes Klaten.” Fokus penelitian ini adalah bagaimana
metode pembimbing dalam mengembangkan bakat anak hiperaktif.
Hasilnya anak hiperaktif mempunyai bakat tersendiri dibandingkan dengan
anak-anak yang lain, walau ia mempunyai kekurangan akan tetapi ia
mempunyai kelebihan tersendiri, dan kelebihannya itu merupan sebuah
bakat yang ia miliki.
Relevasi antara kajian penelitian yang dilakukan oleh Al Fatah
Sofian Rais dengan penelitian yang sedang dikaji adalah keduanya sama-
sama meneliti pelaksanaan bimbingan untuk ABK, perbedaanya adalah
penelitian yang dikaji oleh penulis yaitu pelaksanaan bimbingan pra-
vokasional untuk ABK, sedangkan skripsi saudara Al Fatah S yaitu peran
pembimbing untuk mengembangkan bakat anak hiperaktif.
Kedua, skripsi Purwanto (2012) jurusan Bimbingan Konseling
Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri
Surakarta dengan judul “Bimbingan Pribadi Dalam Menangani Anak
Autis Di Lembaga Mitra Ananda Kec. Colomadu Kab. Karanganyar”.
Hasil penelitian ini bahwa penanganan anak autis dilembaga sekolah Mitra
Ananda Karanganyar menggunakan sistem atau program bimbingan
pribadi yang mendidik dengan ilmu dan hati, artinya autis merupakan
ABK yang harus mendapatkan bimbingan dari seorang guru pembimbing,
untuk membantu perkembangannya.
Relevansi antara kajian penelitian yang dilakukan oleh saudara
Purwanto dengan penelitian yang sedang dikaji adalah keduanya sama-
sama meneliti bimbingan ABK, perbedaanya adalah penelitian Purwanto
adalah tentang bimbingan pribadi ABK untuk penyandang Autis.
Sedangkan penulis membahas pelaksanaan bimbingan pra-vokasional
untuk ABK.
Ketiga, skripsi yang di tulis oleh Nishfi Fauziah Rochman (2015)
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Yang berjudul “Bimbingan
Keagamaan Bagi Difabel di SLB Negeri 2 Yogyakarta”. Kesimpulannya
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan
keagamaan islam terhadap siswa SMPLB difabel tunagrahita ringan.
Relevansi antara kajian penelitian yang dilakukan oleh saudara
Nishfi Fauziah Rochman dengan penelitian yang sedang dikaji adalah
keduanya sama-sama meneliti mengenai bimbingan bagi ABK.
Perbedaanya adalah penelitian ini sasarannya adalah mengenai
pelaksanaan layanan bimbingan pra-vokasional untuk ABK sedangkan
saudara Nishfi F mengenai permasalahan bimbingan keagaamaan bagi
difabel di SLB Negeri 2 Yogyakarta.
Selanjutnya adalah penelitian dari Moh. Amiq Al Fahmi yang
berjudul “Layanan Rehabilitasi Vokasional Dalam Peningkatan
Keterampilan Anak Tunagrahita Ringan Di SLB Negeri 1 Bantul”.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2014. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan
bahwa anak tunagrahita ringan masih dapat berkembang dan membuat
ketrampilan dengan diberikan penanganan dan pengajaran yang tepat.
Dengan menggunakan teknik snawballing.
Relevansi antara kajian penelitian yang dilakukan oleh saudara
Moh. Amiq Al Fahmi dengan penelitian yang sedang dikaji adalah
keduanya sama-sama meneliti mengenai ABK dalam melakukan
keterampilan, perbedaannya adalah dalam penelitian ini penulis hanya
fokus pada pelaksanaan bimbingan pra-vokasional bagi ABK, namun
penelitian saudara Moh. Amiq Al Fahmi fokus permasalahannya adalah
peningkatan layanan rehabilitasi vokasional bagi ABK.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang dipergunakan
dalam penelitian, yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis
setelah mempunyai teori yang mendukung judul penelitian. Berdasarkan
teori yang mendukung penelitian ini maka dibuat suatu kerangka berpikir
sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Kirk dan Gallagher sebagaimana dikutip oleh Iswari (2007:46)
ABK adalah anak yang berbeda dari anak pada umumnya karena mereka
memiliki perbedaan dalam salah satu atau lebih karakteristik sebagai
berikut :
a. Perbedaan intelektual, termasuk anak-anak yang berintelektual
superior dan anak-anak yang lambar belajar.
b. Perbedaan dalam indra, termasuk anak-anak dengan gangguan
kerusakan dalam pendengaran, kerusakan penglihatan
ABK
INPUT
Ketidaksiapan ABK dalam
melakukan vokasional.
ABK menganggap dirinya
tidak berguna.
ABK memiliki
kepercayaan diri yang
rendah.
PROSES
Metode pendekatan dan pengarahan
materi pra-vokasional oleh
pembimbing.
Waktu 1-2 jam setiap akan
melakukan kegiatan keterampilan
ABK diberi motivasi oleh
pembimbing
Faktor pendukung meliputi
keinginan anak, semangat anak,
dukungan orangtua dan ketersediaan
pembimbing. Sedangkan faktor
penghambat meliputi ketidak
mampuan ABK dengan kondisi yang
dialami, dan mengakibatkan kurang
percaya diri, ketidaksiapan orangtua
atas kondisi yang dialami anaknya.
terbatasnya jumlah pembimbing.
OUTPUT
ABK siap dibimbing
vokasional.
ABK menganggap dirinya
mampu. ABK menjadi lebih percaya
diri.
c. Perbedaan komunikasi termasuk anak-anak yang tidak mampu belajar
atau mempunyai gangguan berbicara atau bahasa.
d. Perbedaan perilaku, termasuk anak-anak yang emosinya terganggu
atau sosial dapat menyesuaikan diri.
e. Perbedaan fisik, termasuk anak-anak cacat yang cacat indra yang
mengganggu gerakan dan fitalitas tubuh.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang menganggap bahwa
memiliki anak berkebutuhan khusus merupakan nasib buruk. Mereka
beranggapan bahwa ABK adalah kutukan bagi orangtua dan
masyararakat sekitar, ABK hidupnya hanya akan menyusahkan
oranglain, mereka akan terus menerus bergantung kepada orang-orang
disekitarnya. Berbagai stigma negatif inilah yang menjadikan
kepercayaan diri mereka hilang dan seolah-olah membenarkan stigma
yang ditujukan kepada mereka. Akan tetapi jika kita dapat melihat
lebih jauh lagi dan dengan pandangan yang lebih luas, ABK juga dapat
melakukan berbagai hal seperti anak normal lainya. Mereka hanya
perlu diberi perhatian lebih dengan kondisi mereka. Orangtua memiliki
peran yang sangat penting untuk membantu mereka bangkit dan mau
menjalani berbagai pengobatan tanpa ada rasa lelah dan putus asa.
Anak berkebutuhan khusus memiliki beberapa permasalahan
yaitu ketidaksiapan untuk melakukan vokasional atau keterampilan,
menganggap dirinya tidak mampu dan memiliki kepercayaan diri yang
rendah. Bimbingan pra-vokasional menjadi salah satu cara untuk
memunculkan kembali rasa percaya diri mereka sehingga mereka dapat
tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya bahkan mereka
dapat memberikan motivasi bagi sesama karena kemampuan yang
mereka miliki. Sehingga mereka siap untuk melakukan keterampilan
yang dapat memberikan manfaat bagi mereka dikemudian hari.
Pemberian bimbingan pra-vokasional harus disesuaikan dengan
kebutuhan anak tersebut karena setiap ABK memiliki ciri dan
kemampuan yang berbeda-beda.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Menurut Sugiono (2010:15) penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, Penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Yang dimaksud dengan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang
mengedepankan pengumpulan data atau realitas persoalan dengan
landasan pada pengungkapan apa-apa yang dikumpulkan berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang diamati.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mendapatkan
informasi selengkap mungkin dengan merekam, mengamati peristiwa
kemudian menggambarkan hasil pengamatan tersebut sebagaimana
adanya.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember
2017.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Surakarta, Jawa Tengah.
C. Subyek Penelitian
Dalam Penelitian Kualitatif ini penulis berusaha mencari data
informasi sebanyak mungkin yang relevan tentang bimbingan pra-
vokasional yang ada di YPAC untuk menyiapkan anak berkebutuhan
khusus menuju ke tahap pendidikan vokasi setelah mendapatkan
bimbingan pra-vokasional. Subjek seringkali disebut dengan
penentuan sumber data, yakni menentukan populasi guna memperoleh
data yang diperlukan. Adapun subyek data dalam penelitian ini adalah
Ketua Unit Pelayanan Pra-vokasional, Pembimbing ABK sebanyak
satu orang, dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang kooperatif
sebanyak 5 (lima) anak.
Teknik yang dilakukan dalam menentukan subjek dengan
purposive sampling. Teknik ini adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik
observasi, wawancara dan teknik dokumentasi.
1) Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat
dilalukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Obeservasi
partisipatif pengamatan ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung, sedangkan obsevasi nonpartisipasif pengamatan tidak
ikut serta dalam kegiatan, peneliti hanya berperan mengamati
kegiatan, tidak ikut serta dalam kegiatan (Sukmadinata, 2013:220).
Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi
nonpartisipatif yang mana di sini peneliti hanya berperan
mengamati saat kegiatan berlangsung. Untuk mendapatkan data
mengenai pelaksanaan layanan bimbingan pra-vokasional bagi
anak berkebutuhan khusus (ABK) di Yayasan Pembinaan Anak
Cacat (YPAC) Surakarta, Jawa Tengah.
2) Wawancara
Moleong (2007:186) Mengatakan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
merupakan salah satu teknik pengumpul data yang dilakukan
dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai
tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab
pada kesempatan lain. Wawancara atau interview dapat dilakukan
secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual dan
juga dilakukan secara kelompok. (Sukmadinata, 2013:216)
Selain itu, Wina Sanjaya juga memaparkan bahwa teknik
ini merupakan teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara
dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran
media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai
sebagai sumber data (Sanjaya, 2013:263). Dengan metode ini
penulis berkomunikasi langsung dengan pembina. Teknik
wawacara yang digunakan adalah yang didasari pada pertanyaan
yang telah disusun lebih dahulu agar mendapat jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen
tersebut dihimpun dan dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus
masalah (Sukmadinata, 2013: 221-222). Dokumentasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu teknik pengumpul data
dengan jalan melihat, catatan atau arsip-arsip baik berupa softcopy
maupun hardcopy yang telah ada. Teknik ini diperlukan untuk
mendukung mengumpulan data, karena dalam penerapannya teknik
ini dapat diperoleh data-data histories.
Metode ini penulis butuhkan untuk memperoleh data-data
yang terkait dengan data anak berkebutuhan khusus (ABK) yang
ada di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta, Jawa
Tengah.
E. Keabsahan Data
Uji keabsahan data sangat diperlukan untuk mengecek tingkat
kevaliditasan data, sehingga dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi untuk menguji keabsahan data. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan
sesuatu di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding
terhadap data yang diperoleh.
Menurut Sugiyono (2009:241) dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Peneliti yang menggunakan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka peneliti mengumpulkan data sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu:
a. Triangulasi teknik
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-
beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serentak.
b. Triangulasi sumber
Untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama. Tujuannya untuk memperoleh informasi lain yang
mungkin berbeda dengan informasi yang diperoleh dari sumber data
sebelumnya atau bahkan memperkaya informasi yang telah diperoleh
dari sumber data pertama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber
dan teknik. Menurut Afrizal salah satu teknik untuk memperoleh data
yang valid dalam penelitian kualitatif yang perlu dibahas adalah
penggunaan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan untuk
memperkuat data, untuk membuat peneliti yakin terhadap kebenaran
dan kelengkapan data (Afrizal, 2014:168).
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. (Sugiono, 2010:335) Jadi, analisis data
deskriptif penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data,
yang mana jika data yang diperoleh saat pencarian data belum dirasa
memuaskan, maka akan melanjutkan pencarian data hingga data
dianggap kredibel.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif,
dengan menggunakan kerangka berfikir yaitu dengan metode
menganalisis atau mendeskripsikan data dengan menggunakan data-
data yang diperoleh untuk menggambarkan jawaban dari permasalahan
yang telah dirumuskan kemudian diambil kesimpulan yang khusus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah YPAC Surakarta
Yayasan Pembinaan Anak Cacat ( YPAC ) didirikan oleh
almarhum Prof. Dr. Soeharso, seorang ahli bedah tulang yang pertama
kali merintis upaya rehabilitasi bagi penyandang cacat di Indonesia.
YPAC Surakarta terletak di tengah kota Solo Surakarta, tepatnya di
jalan Slamet Riyadi No. 364 Kota Surakarta. Bangunan Gedung
dengan luas tanah + 5000 m2, terletak di Gendengan, sebelah Timur
Gereja Gendengan.
Yang melatarbelakangi Prof. Soeharso mendirikan Pusat
Rehabilitasi (Rehabilitasi Centrum) di Solo bagi korban revolusi
perang kemerdekaan Republik Indonesia adalah pada tahun 1952 pada
saat itu beberapa daerah terserang wabah poliomyelitis. Penyakit
poliomyelitis sama dengan polio yaitu penyakit virus yang sangat
mudah menular dan menyerang system saraf, khususnya pada belita
yang belum melakukan vaksinasi polio. Pada saat itu belum ada tempat
rehabilitasi. Pada kasus penyakit poliomyelitis penderita biasa
mengalami kesulitan bernapas, kelumpuhan, atau dan kematian. Maka
anak-anak dengan gejala post polio dibawa ke pusat rehabilitasi yang
di bangun oleh Prof. Soeharso. Pada mulanya anak-anak tersebut tidak
mendapatkan perhatian serius, karena tidak tersedia fasilitas yang
memadai waktu itu. Namun Prof. Dr. Soeharso tidak membiarkan hal
tersebut berlarut-larut.
Setelah menghadiri International Study a Conference of Child
Welfare di Bombay dan The Sixth International Conference on Social
Work di Madras pada tahun 1952, maka Prof. Soeharso mempunyai
inisiatif untuk mendirikan yayasan bagi anak – anak cacat. Maka pada
tahun 1953 didirikan Yayasan Penderita Anak Tjatjat ( YPAT ) di
Surakarta dengan Akte Notaris No. 18 tanggal 17 Pebruari 1953. Ikut
serta sebagai pendiri adalah Ny. Djohar Soeharso (Istri Prof.
Soeharso), Ny. Padmonagoro dan Ny. Soendaroe. Itulah awal
pengabdian YPAT yang diketuai oleh Ibu Soeharso.
Rehabilitasi Centrum sangat besar bantuannya dengan
memberikan ruangan khusus untuk merintis pelayanan kepada anak-
anak yang dibawa ke YPAT. Prof. Dr. Soeharso meletakkan prinsip-
prinsip pekerjaan yayasan yang dalam garis besarnya sama dengan apa
yang dikerjakan di Rehabilitasi Centrum. Tahun 1954 YPAT
mendapatkan bantuan sebuah gedung dari Yayasan Dana Bantuan
Departemen Sosial. Pada tanggal 5 Pebruari 1954 dilaksanakan
peletakan batu pertama. Enam bulan kemudian pada tanggal 8 Agustus
1954 gedung YPAT yang terletak di Jalan Slamet Riyadi 316 secara
resmi dibuka.
Dalam perkembangan Prof. Soeharso dan istri berhasil
menghimbau dan memotivasi lingkup profesi kedokteran untuk
mengikuti jejaknya. Beliau juga memotivasi perorangan maupun
organisasi wanita untuk mendirikan yayasan semacam YPAT guna
memberikan pelayanan rehabilitasi pada anak cacat fisik (tuna daksa).
Prof Soeharso adalah pemrakasa, perintis pembangunan dan
pengembangan dari Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh dan
lembaga–lembaga lain, termasuk Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) yang dulu namanya Yayasan Penderita Anak Tjatjat YPAT).
Imbauan beliau mendapat tanggapan baik dari masyarakat dan Y.P.A.T
berkembang (didirikan) dibeberapa tempat/ wilayah Indonesia dengan
kantor pusat YPAC di Surakarta.
Yayasan Pembinaan Anak Cacat ( YPAC ) merupakan
lembaga kesejahteraan sosial nirlaba swasta yang memberikan
pelayanan bimbingan kepada anak penyandang tunadaksa atau cacat
tubuh agar mereka dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat
secara layak.
Prof. Soeharso hingga saat ini sudah berhasil mendirikan 16
YPAC untuk ABK yang sudah tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Menurut hasil dari wawancara dengan ibu Jajuk Widiastuti
pada tanggal 16 Mei 2017 pada pukul 10.25 bahwa:
“dengan upaya Prof. Soeharso berhasil mendirikan 16 YPAC di
Indonesia.” (S1.W1, baris: 38-39)
Sebagaimana data YPAC yang didirikan Prof. Soeharso di
Indonesia adalah sebagai berikut:
No YPAC
Daerah
Berdiri
Tahun No.
YPAC
Daerah
Berdiri
Tahun
1. Surakarta 1953 9. Bandung 1960
2. Jakarta 1954 10. Palembang 1960
3. Semarang 1954 11. Medan 1964
4. Surabaya 1954 12. Manado 1970
5. Malang 1956 13. Makasar 1973
6. Pangkal
Pinang 1956 14. Aceh (NAD) 1979
7. Ternate 1956 15. Bali 1981
8. Jember 1958 16. Padang 1991
Tabel 1. Data YPAC yang didirikan Prof. Soeharso di Indonesia
Kemudian pada Munas (musyawarah nasional) YPAC tahun
1977 diputuskan, bahwa YPAC pusat berdomisili di Ibu Kota Jakarta
agar lebih berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk dukungan
terhadap YPAC. Dan dengan demikian YPAC Surakarta menjadi
Yayasan Pembinaan Anak Cacat daerah Surakarta.
Dengan terbitnya UU RI No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan,
maka penyesuaian YPAC Surakarta dengan Akta Notaris No. 8 tanggal
16 Agustus 2002, Akata Notaris No. 10 tanggal 20 Juni 2003, Akta
Notaris No. 7 tanggal 25 Agustus 2005 dan akta Notaris No.11 Tanggal
26 Juni 2008.
2. Visi dan Misi YPAC Surakarta
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta ini
memiliki visi dan misi agar tercapainya tujuan didirikannya YPAC
Surakarta ini. Berdasarkan dokumentasi yang terdapat di YPAC
meliputi:
a. Visi
Mencegah secara dini kecacatan dan membina anak cacat
agar menjadi generas i penerus yang berkualitas.
b. Misi
Melalui pelayanan rehabilitas dan atau rehabilitas yang
terpadu, mengembangkan potensi anak cacat menuju kemandirian.
Memperjuangkan kesamaan hak-hak cacat agar mencapai
kesejahteraan yang sempurna.
c. Falsafah
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta
memiliki gagasan atau anggapan anak - anak binaan YPAC bisa
hidup mandiri dengan keterbatasan yang disandangnya. Falsafah
YPAC Surakarta mengutip dari Lau Tse ialah
Berilah seorang anak seekor ikan, maka ia akan makan
pada hari itu. Berilah anak itu sebuah kail, lalu ajarilah mengail,
maka ia akan makan seumur hidup.
d. Motto
“Cacat atau tidak bukanlah ukuran kemampuan
seseorang.”
YPAC Surakarta ini memiliki motto tersebut dibuat untuk
memberikan motivasi dan semangat kepada anak-anak disabilitas.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana Prasarana di YPAC Surakarta sudah cukup memadai
yaitu sebagi berikut:
a. Kantor dan Gedung
YPAC memiliki luas tanah + 5000 m2 dengan dibangun
beberapa bangunan meliputi: Gedung Sekolah, Gedung Yayasan,
Asrama, Goest House, Aula Pertemuan, Koprasi, dan Kantor Pusat
YPAC.
Bangunan tersebut juga dibuka untuk umum khususnya
Persewaan gedung aula dan persewaan meja kursi.
b. Unit – Unit
Di YPAC Suarakrta banyak unit-unit yang disediakan
untuk ABK yaitu meliputi 1) Medis yang dilengkapi dengan alat-
alat yang memadai seperti alat terapi (Wicara, Okupasi, Fisioterapi,
Prana, Musik), Hydroteraphy, Snoozoellen, dan Kolam Renang. 2)
Sosial meliputi ruang asrama, bed, almari, ruang makan, ruang
belajar, tempat bermain, Kamar Mandi, tempat ibadah, tempat
olahraga, tempat latihan teater, dan Goest house. 3) Pendidikan di
YPAC meliputi dari TK – SMALB baik D dan D1 memenuhi
standart pelayanan minimal. 4) Keterampilan yaitu melipti alat
yang digunakan seperti Mesin, Alat Batik, Alat – alat buat
souvenir, bengkel pembuatan brace. 5) Tempat Kegiatan Umum
meliputi gedung pertemuan, alat – alat persewaan (meja dan kursi),
tempat parkir umum, tempat ATM, toko, dan Fotocopy (koprasi).
4. Waktu Pelayanan
Setiap unit-unit di YPAC Surakarta memiliki waktu
pelayanan yang berbeda-beda mulai dari rehabilitasi sosial, rehabilitasi
pendidikan, pelayanan medis, pelayanan pra-vokasional, pelayanan
kantor, dan pelayanan usaha. Waktu dan pelayanan meliputi:
a. Rehabilitasi Sosial
Pelayanan 24 Jam dengan pergantian pengasuh 3 shep
selama 24 jam.
b. Rehabilitasi Pendidikan
Pelayanan Akademis, sesuai jadwal yang ditentukan Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga kota Surakarta yaitu :
TK Jam 07.30 – 11.00
SD Jam 07.30 – 12.30
SMP Jam 07.30 – 12.30
SMALB Jam 07.30 – 13.00
Pelayanan terapi pendidikan setiap jam istirahat di ruang
terapi pendidikan oleh terapis.
c. Pelayanan Medis
Jam 08.00 – 13.00
Untuk klinik sore jam 15.00 – 22.00
Pelayanan medis dengan pergantian pengasuh atau perawat
di setiap pergantian jam yang sudah direncanakan selama jam
kerja.
d. Pelayanan Pravokasional
Pelayanan pra-vokasional dimulai dari Jam 08.30 – 12.00
pada hari senin sampai kamis, dengan pendamping atau
pembimbing tetap.
e. Pelayanan Kantor / Sekretariat
Pelayanan kantor setiap hari dimulai dari Jam 08.00 – 14.00
f. Pelayanan Usaha
Pelayanan usaha atau koprasi setiap hari buka ful 24 jam.
Dengan penjaga yang setiap pergantian ada 3 shep yang sudah
dibuat petugas.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada di YPAC Surakarta ada
sembilan yaitu yang Pembina, pengawas, pengurus, tenaga medis,
tenaga pendidikan, tenaga di Rehabsos, sekretaris, tenaga unit usaha
dan tenaga perpustakaan. Masing-masing tersebut memiliki tugas
pokok, yaitu meliputi:
a. Pembina
Pembina merupakan Organ Yayasan yang mempunyai
kewenangan yang tidak dapat diserahkan kepada Pengurus dan
Pengawas. Dalam mengatur dan menetapkan kebijakan, Pembina dapat
mempertimbangkan usulan / masukkan dari Pengurus dan / atau
Pengawas YPAC ( apabila usulan tersebut sesuai Anggaran Dasar ).
b. Pengawas
Pengawas merupakan salah satu bagian dari YPAC Suarakarta,
yang memiliki tugas sebagai penasehat dan pengawasan pengurus
dalam melakukan tugas kegiatan yang ada di YPAC Surakarta.
c. Pengurus
Pengurus di YPAC Surakarta memiliki tugas untuk mengatur
jalanya proses kegiatan yang telah di tanggung jawabkan oleh pengurus,
pengurus juga bertugas untuk mengatur seluruh ABK Anak
Berkebutuhan Khusus yang berada di YPAC Surakarta.
d. Tenaga Medis
Tenaga medis yang dimiliki YPAC Suarakarta yang pertama
adalah
1) Dokter spesialis
Dokter spesialis yang ada di YPAC Surakarta ada dua
yaitu spesialis tulang yaitu ditangi oleh dr. H. Tunjung Sulaksono
Soeharso Sp.OT. Kemudian Spesialis Rehab Medis yaitu dengan
Prof. Dr. dr. Respati Suryadi Drajat, Sp.OT, Dr. Tri Lastiti W,
Sp.RM, M.Kes dan dr. Siswarni, Sp. KFR. Untuk Spesialis Anak
yaitu dengan Dr. Yulidar SpA ( K ) dan Prof DR.dr Harsono S (
SpA ) ( K ). Dan yang terakhir Spesialis THT yaitu Dr. Dewi dan
Dari RS Muwardi, yang setiap Sabtu bergiliran.
2) Dokter Umum
Dokter umum yang ada di YPAC Suarakrta merupakan
dokter yang dipilih khusus untuk menangani masalah ABK, yaitu
Dr. Tunjung Hanurdaya MSc, Dr. C. Soegijarti, Dr. Netty Basri
Sudibyo, Dr. Nuraisjah Megawati dan Dr. Nani Wigati.
3) Terapis
Dari sebagian siswa yang ditangani di YPAC Surakarta
mengalami gangguan dalam bidang motoric, sensorik, gangguan
bicara, komunikasi dan sosialisasi. Oleh karena itu untuk
menunjang keberhasilan terapi sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak maka perlu upaya yang harus diberikan yaitu
Speech Terapi dengan 3 terapis, Okupasi Terapi 3 terapis,
Fisioterapi pagi 5, Fisioterapi 3, Prana 1 terapis, Psykolog 1
terapis, Musik Terapi 1 terapis dan Hydroterapi 1 terapis.
e. Tenaga Pendidikan
Tenaga pendidikan di YPAC Suarakarta yang diberikan ABK
lengkap dari TK – SMALB dan Semua berkualifikasi sesuai PP 19
Tahun 2005 / dan PP 14 Tahun 2010 tentang Sertifikasi. Setiap
anak memiliki kondisi kemampuan serta kebutuhan yang berbeda-
beda. Hal ini yang mendasari diberikannya layanan dan kurikulum
yang sama dengan sekolah normal lain yaitu KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan), dengan penilaian menggunakan
penilaian otentik, mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Didalam kurikulum ini materi penanganan dimulai dari apa yang
dapat dilakukan oleh anak. Program pembelajaran yang
dikombinasikan dengan program terapi ditentukan setelah
dilakukan serangkaian assessment / analisa kebutuhan yang
melibatkan berbagai profesi yaitu dokter anak, psikolog/psikiater,
ortopedagog dan terapis (fisioterapis, okupasi terapis, speech
terapis). Ada dua sistem pendidikan dan terapi yang diterapkan di
YPAC Surakarta yaitu :
a) Kelas Individual
Diberikan secara individual (satu guru 1 siswa) untuk
mengoptimalkan kemampuan anak dalam belajar akademik,
ketrampilan melaksanakan aktivitas sehari-hari (ADL),
mengajarkan budi pekerti, mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan bersosialisasi, memperbaiki motorik dan
sensorik.
b) Kelas Kelompok / Klasikal
Siswa belajar dalam satu kelas bersama yang dibatasi jumlah
siswanya. Perbandingan guru dan siswa 1 : 2 atau 1 : 3. Sistem ini
digunakan untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan
kemampuan belajar akademik dengan cara belajar yang kompetitif.
f. Tenaga / SDM di Rehabsos
Untuk menunjang keberhasilan layanan rehabilitasi sosial di
yayasan memiliki beberapa tenaga untuk membantu jalannya proses
rehabilitasi soaial yaitu Ketua Unit Asrama 1 orang, Pengasuh Asrama
4 orang, Petugas Dapur 3 orang, Petugas Cucian 2 orang.
g. Tenaga Ketrampilan / Pravokasional
Untuk menunjang keberhasilan layanan pra-vokasional di
sekolah memiliki beberapa instruktur untuk membantu jalannya
kegiatan layanan bimbingan pra-vokasional yaitu Instruktur Batik 1
orang, Instruktur Ketrampilan 2 orang.
Untuk tenaga yang ada di yayasan dalam bidang layanan pra-
vokasional yaitu pembimbing tetap 1 orang, pendamping pembantu 3
orang salah satunya dari luar yayasan.
h. Sekretariat
Pelayanan kantor sekretariat setiap hari dimulai dari Jam 08.00 –
14.00, dengan beberapa tenaga kerja yaitu Kepala TU 1orang,
Keuangan 2 orang, Pembukuan 1 orang, Pengolahan Data 1 orang.
i. Tenaga Unit Usaha
Tenaga unit usaha juga memiliki peran penting dalam bidang
ekonomi dan sarana, dengan memiliki tenaga unit usaha 2 orang.
j. Tenaga Perpustakaan
Dalam membantu penyediaan buku diantaranya buku
pengetahuan, buku dongeng, buku perkembangan diri, majalah,
ensiklopedia, dan buku-buku agama. Dan memiliki petugas
perpustakaan 2 orang.
B. Hasil Temuan Lapangan
1. Gambaran ABK yang mengikuti Bimbingan Pra-vokasional
a. Kemampuan Sosial yang Rendah
Anak hiperaktif (cenderung tidak bisa mengontrol perilaku
mereka, susah untuk berkonsentrasi) dengan kondisi tidak memiliki
jari-jari tangan yang utuh, telapak kaki agak bengkok dengan jari-
jari yang tidak utuh, mata yang melotot dan cara berbicara yang
kurang jelas. Anak-anak yang mengikuti layanan bimbingana pra-
vokasional di yayasan adalah anak-anak yang kondisinya memiliki
keterbatasan fisik dan mental retardasi. Keterbatasan fisik disebut
dengan tunadaksa. Tunadaksa di YPAC seperti polio Cerebral
Palsy dengan bantuan kursi roda.
“ABK yang mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional
adalah yang lulusan D1 YPAC Surakarta, anak-anak yang
penyandang tunadaksa Cerebral Palsy yaitu cacat fisik,
polio. dan penyandang mental retardasi Donw Sindrom.
Nah kalau anak yang penyandang polio itu kaki nya seperti
layuh, dia dibantu dengan kursi roda. Kalau yang mental
dia normal tetapi bola mata nya itu ada melotot, jalan nya
gak tegak, gambarannya anak idiot begitu mas.” (S2.W2
baris 11-19)
ABK yang mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional
karena keinginan sendiri dan di dukung oleh orang tua.
“…iya mas ikutan ini karena keinginan sendiri dan orang
tua saya sangat mendukung. Katanya biar bisa membuat
benda unik gitu terus bisa juga dijual”(S6W1 baris 49-52)
Pertama kali mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional
ABK sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Karena kemampuan sosial yang rendah yang sangat jarang anak
dapatkan saat di lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat. Pembimbing mendatangi ABK yang terlihat diam dan
tidak ada respon saat bimbingan akan dimulai.
“pas awal aku ikut bimbingan ini aku gak berani ngomong
diem aja gitu mas, terus mami datangi aku, aku di tanya-
tanya, kenapa diam saja gitu. Gak langsung tak jawab aku
masih diem, tapi mami itu sabar lo sama aku dan teman-
teman, ngasih semangat terus cerita-cerita juga gitu”
(S5W1 baris 25-31)
Permasalah sosial ini tampak pada waktu kegiatan sehari-
hari ABK di lingkungan sekitar, dimana mereka mengalami
berbagai permasalahan seperti merasa tidak percaya diri, suka
menyendiri atau enggan berinteraksi dengan teman sebaya atau
orang lain di sekitarnya.
b. Kondisi ABK
Anak dengan kelainan polio (virus yang sangat mudah
menular dan menyerang sistem saraf, khususnya pada balita yang
belum melakukan vaksinasi polio. Pada kasus yang parah, penyakit
ini bisa menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan, dan atau
kematian) dengan kondisi kaki tidak tumbuh dengan sempurna
dengan kaki kanan yang mengecil dan bengkok serta kaki kiri yang
tumbuh lebih panjang dengan telapak kaki yang bengkok,
menggunakan kruk. Bagian tubuh atasnya (dari kepala sampai
pinggang) terlihat sehat seperti pada umumnya dan kondisi
mentalnya terlihat stabil. Anak tersebut menganggap dirinya tidak
berguna karena kondisi yang dia alami.
Anak dengan kelainan down-syndrome (salah satu
gangguan atau cacat lahir genetik yang paling umum terjadi.
Biasanya, hal ini dialami anak-anak yang lahir dengan jumlah
kromosom yang tidak normal. Dimana kemudian, kondisi ini
menyebabkan keterbelakangan mental dan ciri-ciri fisik yang khas.
Karena keterbatasan ini, mereka sering kali sulit untuk melatih
gerak motorik serta susah untuk memahami) dengan kondisi jari-
jarinya kaku, siku kanan membengkok, cara bicara yang kurang
jelas, menggunakan kursi roda, dan badan sedikit membungkuk.
Mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional pada awalnya karena
keinginan dari orang tua, akan tetapi setelah mengikuti layanan
bimbingan pravokasional muncullah rasa percaya diri dan
semangat untuk hidup mandiri dan dengan diberikan keterampilan
ABK lebih senang, lebih percaya diri, semangat yang tinggi dan
tidak merasa bahwa dirinya tidak mampu.
“awalnya anak melakukan keterampilan tersebut dengan
keinginannya sendiri, dan dukungan orang tua, namun saya
juga mengarahkan tentunya sesuai dengan bakat dan
kemampuan ABK” (S2W1 baris 102-105)
Belum terbiasa untuk mengkomunikasikan permasalahn
yang dihadapi ABK kepada orang tua maupun orang yang
disekelilingnya membuat anak tidak bisa mengontrol emosi saat
ada orang lain yang menyinggung perasaannya. Akibanya ABK
sering tidak bisa mengontrol gerak tubuhnya dan membuat anak
melakukan apapun dengan keinginannya sendiri.
c. Menganggap Dirinya Tidak mampu
YPAC Surakarta menerima ABK untuk mengikuti layanan
bimbingan pra-vokasional yang lulus sekolah luar biasa, yang
belum siap untuk terjun langsung di lingkungan masyarakat dan
tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pelayanan
pendidikan di YPAC terbagi menjadi dua yaitu D dan D1. D untuk
kelompok ABK penyandang cacat tubuh dan untuk D1 kelompok
ABK penyandang cacat tubuh disertai cacat mental. ABK yang
mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional adalah anak-anak
yang lulusan YPAC dari kelompok D1.
“YPAC memiliki 2 kelompok ABK yang mengikuti pelayanan
pendidikan yaitu D dan D1. Namun anak-anak binaan yang
mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional adalah anak-
anak yang lulus dari sekolah YPAC D1. D untuk kelompok
anak-anak yang penyandang cacat tubuh yang diserang fisik
dengan IQ diatas rata-rata 90, dan untuk D1 penyandang
cacat tubuh disertai cacat mental dengan IQ dibawah 90,
anak-anak hiperaktif juga mas …” (S2.W1. Baris: 23-31)
Anak tunadaksa merupakan anak yang memiliki kelainan
fungsi fisik sehingga mengganggu proses pembelajaran yang biasa
dilakukan bagi anak normal pada umumnya. Keterbatasan fungsi fisik
pada anak tunadaksa memberikan pengaruh terhadap proses
bimbingan pra-vokasional. Tidak hanya fungsi fisik, namun
penyandang mental retardasi juga sangat berpengaruh besar saat
proses bimbingan pra-vokasional.
Gangguan fisik maupun mental mengakibatkan sulitnya
mengakses pendidikan maupun bimbingan. Mental retardasi
merupakan kelompok kelainan fungsi intelektual dan deficit pada
kemampuan aditif yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi
klasifikasi mental retardasi lebih tergantung pada hasil penilaian IQ
dari pada kemampuan adiptif.
“penyandang mental retardasi itu yang diserang mental
klasifikasi mental retardasi lebih tergantung hasil penilaian IQ
daripada kemampuan adiptif yang terjadi sebelum usia
dewasa ya mas.. lalu penyandang Cerebral Palsy (Tunadaksa)
cacat fisik pakai kursi roda ada juga yang kayak polio layuh
begitu, itu ya mas kalau anak-anak ABK disini” (S1.W1 baris
124-130)
ABK yang mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional
memiliki IQ dibawah rata-rata 90 sampai 50. Kondisi yang memiliki
IQ dibawah rata-rata banyak memiliki hambatan. Dan untuk
melanjutkan ke sekolah umum sangat sulit. Anak-anak tersebut hanya
bisa melanjutkan pendidikan di SLB. Kondisi tersebut bisa dikatakan
keterbelakangan mental, pada umumnya disebut anak idiot.
“Nah kalau untuk ABK yang mengikuti bimbingan pra-
vokasional memiliki IQ dibawah rata-rata 90-50 kebawah.
Kalau sudah dibawah rata-rata pasti mempunyai banyak
hambatan. Kondisi ini lebih tepat disebut keterbelakangan
mental. Yang tidak bisa melanjutkan ke pendidikan sekolah
pada umumnya, harus ke sekolah luar biasa atau SLB.”
(S2W2 baris 25-31)
Merasa tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari
membuat ABK sering menyendiri dan berdiam diri. Merasa tidak
percaya diri dengan keterbatasan yang disandangnya membuat ABK
tidak mempunyai semangat untuk hidup dan bergantung pada orang
lain.
2. Tempat Bimbingan Pra-vokasional
Tempat yang digunakan untuk bimbingan pra-vokasional
adalah sebuah ruangan dengan luas 10x15m menghadap ke selatan
dengan 1 pintu dan 4 jendela. Di dalam ruangan tersebut ada berbagai
alat keterampilan beserta perlengkapannya seperti manik-manik,
jarum, benang, gunting, lem, stik ic crim, tisu, dan kain perca.
Peralatan tersebut ditaruh di keranjang kecil berbentu kotak, serta
etalase untuk tempat keterampilan yang sudah jadi dan siap untuk
dipamerkan saat ada pameran maupun dijual.
Ruangan tersebut memiliki satu kipas angina, 3 buah lampu,
dan 3 gambar yang ditempet didinding, sebuah meja yang terdiri 3
yaitu 1 meja pembimbing 2 meja besar dan 15 buah kursi. Diatas meja
ada beberapa buku.
3. Proses Bimbingan Pra-vokasional
a. Tahap Awal
Layanan bimbingan pra-vokasional yang ada di YPAC
dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri ABK, dan
membekali anak sebelum terjun langsung di lingkungan masyarakat.
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan pra-vokasional tersebut, yang
pertama dengan tahapan awal, inti bimbingan pra-vokasional, dan
tahap akhir atau evaluasi.
Sebelum pembimbing memulai kegiatan terlebih dahulu
melakukan doa bersama. Dan pembimbing senantiasa mengingatkan
kepada ABK bahwa kita harus menyakini bahwa Tuhan (Allah) itu
selalu memberikan petunjuk dan kemudahan dalam setiap hal yang
kita lakukan.
Proses pertama dalam pelaksanaan bimbingan pra-vokasional
adalah dengan melakukan asesment. Asesment dilakukan untuk
mengetahui bakat dan minat anak. Sehingga bimbingan pra-
vokasional yang dilakukan dapat berjalan dengan optimal. Hal ini juga
dapat memilah kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pada
saat pelaksanaan assesmen anak tersebut hanya bertahan selama
kurang dari 5 menit. Gerakannya melambat (sulit dan kaku untuk
menggerakkan jari-jarinya, semakin lama gerakan jari-jarinya
melambat), konsentrasi dan fokusnya masih sangat kurang (ketika
diajak berbicara anak tersebut masih sulit untuk mengerti dan
memahami).
“Iya awalnya saat melakukan assesmen ABK susah untuk
mengikuti apa yang diarahkan oleh pembimbing, anak yang
asik main sendiri, susah untuk diajak ngomong juga.” (S2W1
baris 82-85)
“…Asesmen ini bertujuan, agar kita tau bakat apa yang
dimiliki anak. (S2W1 baris 19-20)
Asesmen dilakukan untuk mengetahui bakat atau potensinya
maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai
pertimbangan penyesuaian program layanan bimbingan pra-
vokasional. Khususnya bagi ABK yang pertama kali harus dilakukan
yaitu asesmen untuk memperoleh informasi yang kongkrit tentang
kondisi ABK.
b. Inti Bimbingan Pra-vokasional
Setelah asesment, pembimbing melakukan pendekatan kepada
ABK untuk memberikan rasa nyaman pada saat proses bimbingan pra-
vokasional. Pendekatan yang dilakukan pembimbing yaitu pendekatan
persuasive. Dengan kondisi anak tersebut juga hiperaktif, pembimbing
berupaya membuat rasa nyaman dan tenang, selalu memberikan
arahan dan motivasi agar selalu semangat dan percaya diri.
“Saya melakukan bimbingan kepada ABK melalui pendekatan,
yaitu pendekatan persuasive, karena kondisi anak tersebut
hiperaktif, kemudian saya berkomunikasi langsung dengan
anak dibuat senyaman mungkin agar anak bisa menerima apa
yang diberikan oleh pembimbing. saya hanya melakukan
pendekatan pada anak langsung, dengan mendekati anak
merangkul agar merasa nyaman dan tenang, saya selalu
memberi arahan pengertian, motivasi seperti itu, agar tumbuh
rasa percaya diri dan semangat untuk bisa hidup normal
seperti orang normal lainnya.. (S2W2 baris 85-96)
Pembimbing memberikan bimbingan melalui motivasi, arahan
pengertian agar anak tumbuh rasa percaya dirinya, dengan mengikuti
layanan bimbingan pra-vokasional muncullah rasa percaya diri dan
semangat untuk hidup mandiri dan dengan diberikan keterampilan
ABK lebih senang dan lebih bisa menggali potensi yang dimilikinya,.
Motivasi yang diberikan pembimbing seperti memberikan bimbingan
secara langsung mendekati ABK dan merangkul agar anak merasa
nyaman dan memberikan nasehat dan pembimbing mengajak
berinteraksi mengobrol dengan bertanya-tanya kepada ABK apa yang
sedang dialami dan dirasakan dengan menggunakan bahasa yang
mudah difahami dan dengan nada yang halus bersifat membujuk.
“Disini pembimbing harus berperan aktif, seperti anak yang
terlihat murung saat dikelas saya mendekati dan bertanya
kenapa tidak semangat kelihatan murung sedih? Ada apa?
Biasanya gak dijawab langsung cuma diam saja, saya tanya
lagi, kenapa ada apa nak? Cerita saja sama ibu, bilang kenapa
kok tidak semangat? Kita nanti main-main sambil belajar
disini ya jangan takut nanti ibu bimbing terus dampingi terus,
ayo semangat kita pasti bisa jangan putus asa, disini banyak
teman nya, ada ibu ada teman-teman lain.
,,, ayo semangat percaya diri kalau kita mencoba pasti bisa.
Begitu contohnya mas yang saya berikan, tapi setiap anak
berbeda-beda ya ada yang saya dekati langsung ada respon
sudah mau senyum, lalu saya kasih pengertian motivasi seperti
tadi. Ini pelaksanaan pra-vokasional disini. Jadi peran utama
pembimbing dan dukungan orang tua serta lingkungan.”
(S2W2 baris 43-59)
Dengan adanya layanan bimbingan pra-vokasional ini anak
lebih percaya diri akan memampuan dirinya sehingga ABK lebih
mudah menyerap ilmu dari pembimbing kemudian mereka dapat lebih
berkembang dengan baik terutama dalam psikomotorik. Pihak YPAC
hanya memberikan motivasi dalam bentuk lisan. Karena ABK dengan
berkomunikasi secara lisan, lebih merasa nyaman dalam hal ini
merupakan pendekatan persuasif. Kemampuan mendengarkan dan
menyampaikan gagasan secara lisan ini perlu dikembangkan.
Kecakapan mendengarkan dengan empati akan membuat anak mampu
memahami isi pembicaraan orang lain, sementara anak merasa
diperhatikan dan dihargai. Pendekatan kepada ABK harus dengan
bersifat membujuk secara halus menggunakan alasan-alasan tertentu
dengan nada yang halus.
Layanan bimbingan pra-vokasional ini dilakukan setiap hari
senin sampai kamis, dengan waktu pertemuan pada jam 08.30-12.00.
Anak-anak diajarkan untuk aktif dan selalu optimis dalam proses
pelaksanaan bimbingan pra-vokasional tersebut.
Sudah, jadwanya seminggu 4 kali, yaitu hari senin sampai
kamis, mulai dari jam setengah sembilanan (08.30) sampai jam
12.00. sebelum dimulai proses kegiatan kita biasanya
melakukan doa bersama dan setelah itu pembimbing
memberikan pengertian, arahan dan motivasi, agar anak selalu
aktif dan optimis dalam proses bimbingan pra-vokasional”
(S2.W1 baris 73-79)
YPAC Surakarta memfasilitasi ABK dengan adanya layanan
bimbingan pra-vokasional ini agar anak mampu dan siap untuk terjun
langsung dimasyarakat. Dan membekali anak untuk hidup mandiri
tidak tergantung dengan orang lain walaupun dengan keterbatasan
yang disandangnya.
“Jadi kami memfasilitasi anak-anak tersebut dengan layanan
bimbingan pravokasional, agar nanti kalau memang sudah
benar-benar mampu untuk bekerja baru kita lepaskan. Karena
memang kondisi ABK yang mental nya terganggu otak nya
terganggu dan ABK yang penyandang tunadaksa seperti polio
cacat fisik akan sulit jika langsung terjun di masyarakat.”
(S1.W1. baris 131-137)
Sesuai dengan kondisi ABK yang terdapat di YPAC Surakarta
pengurus berupaya keras untuk memberikan pelayanan pendidikan
maupun pelayanan bimbingan untuk mempersiapkan mental dan
keterampilan kerja sesuai dengan kurikulum dan keterbatasan yang
disandangnya.
…kurikulum SMALB, mempersiapkan PDBK memiliki
keterampilan kerja yang dapat digunakan untuk bekerja dan
hidup secara mandiri. Persentase nya 30% untuk akademik dan
70% untuk kemandirian.” (S2.W1. baris 33-35)
Selain memberikan bimbingan pra-vokasional, pembimbing
memberikan kerajinan keterampilan setelah proses bimbingan pra-
vokasional. Hal ini agar anak mampu mengembangkan bakat yang
dimilikinya dan kelak bisa hidup mandiri tanpa bergantung dengan
orang lain. Dengan diberikan keterampilan ABK lebih bisa senang dan
merasa dirinya mampu.
Setelah pelaksanaan bimbingan anak-anak akan memulai
kegiatan keterampilan. Pada mulanya anak-anak akan dikenalkan
tentang apa pra-vokasional dan bagaimana pelaksanaannya. Layanan
bimbingan pra-vokasional ini dilakukan dengan arahan dari
pembimbing. Dalam proses pelaksanaan keterampilan, pembimbing
memberikan contoh dan pengulangan sampai ABK benar-benar faham
dan mengerti. Keterbatasan yang disandangnya biasanya membuat
ABK sering lupa.
“prosesnya dilakukan secara berulang-ulang karena anak
yang sering lupa apa yang sudah diajarkan. Dan sesekali anak
merasa bosan, saya membuat suasana yang bisa mencairkan
rasa bosennya. Awalnya anak melakukan keterampilan
tersebut dengan keinginannya sendiri, dan dukungan orang
tua, namun saya juga mengarahkan tentunya sesuai dengan
bakat dan kemampuan ABK” (S2W1 baris: 98-105)
,,,selama berlangsungnya pra-vokasional anak-anak antusias
sekali untuk mengikuti kegiatan yang dia lakukan. Dan
prosesnya dilakukan secara berulang-ulang karena anak yang
sering lupa apa yang sudah diajarkan. Dan sesekali anak
merasa bosan. saya membuat suasana yang bisa mencairkan
rasa bosennyt.” (S2W2 baris 96-101)
Dalam hal ini YPAC Surakarta juga memberikan penanganan
dalam bentuk lisan, seperti memberikan motivasi, semangat
menumbuhkan rasa percaya diri anak agar lebih bisa melakukan
keterampilan. Hal ini juga sangat penting dalam proses menanaman
diri pada anak berkebutuhan khusus. Karena banyaknya anak yang
merasa dirinya tidak mampu melakukan keterampilan maupun
aktivitas lainya karena keterbatasan yang disandangnya. Macam
kegiatan keterampilan layanan bimbingan pra-vokasional yang di
berikan khusus untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yaitu,
meliputi:
Manik-manik atau mote : untuk membuat tas, boneka,
gantungan kuncing, kalung, gelang, hiasan jilbab (bros),
hiasan rambut, dompet dan tempat tisu.
Souvenir: terbuat dari stik ice Crem yaitu tempat tisu,
tempat asbak.
Anyaman : pembuatan keset dari kain perca
Layanan bimbingan pra-vokasional di YPAC Suarakarta lebih
dominan dengan kegiatan keterampilan, karena dengan diberikan
keterampilan anak bisa menggali bakat dan potensi yang dimilikinya.
Cara pembuatan keterampilan dari bahan manik-manik yang pertama
pembimbing memberikan arahan dan penjelasan bahan-bahan dalam
pembuatannya, dengan pendekatan juga memberikan motivasi agar
anak berkebutuhan khusus (ABK) menanggap dirinya mampu.
Pembimbing memberikan contoh cara pembuatan keterampilan yang
sudah penulis jelaskan di atas yang berbahan manik-manik, seperti
memilih mote, dan memasukkan kedalam benang, hal itu cukup sulit
untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) karena keterbatasan yang
disandangnya, proses ini dilakukan secara berulang-ulang, sampai anak
berkebutuhan khusus (ABK) benar-benar mampu dan bisa melakukan
proses tersebut. Pembimbing juga mengajarkan cara untuk memilih
mote memasukan mote, hal tersebut berguna untuk melatih konterasi
pada anak. Sehingga (ABK) membuka pola pikir anak untuk lebih
kreatif dan lebih percaya diri akan kemampuannya.
Hal itu seperti yang diungkapkan oleh responden sebagai
berikut,
“ langkah awal yang saya lakukan yaitu dengan memberi
contoh kepada anak binaan yang ikut dalam pembuatan tas,
keset dan lain-lainya itu dari bahan yang manik-manik,
keset dari perca, trus tempat tisu ada dua ya mas,, dari
bahan stik ice crim sama manik-manik, nah semua
kerajinan itu saya melakukan pembuatan awal dulu, setelah
assesmen tentunya, lalu pendekatan pemberian motivasi,
semangat agar anak percaya diri dan tidak merasa tidak
mampu ya mas,, lalu pembuatan kerajinan tersebut dengan
langkah-langkah sesuai dengan alatnya.” (S2.W1. Baris:
107-117)
Pembuatan souvenir tidak beda jauh dengan pembuatan manik-
manik, tentunya bahan dan proses pembuatannya, seperti
menempelkan stik satu ke stil yang lain agar terbentu sesuai dengan
apa yang ingin dibuat (tempat tisu / asbak), proses yang dilakukan
pembimbing sama melalui pendekatan dan arahan lalu dicontohkan
proses pembuatannya.
Selanjutnya proses pembuatan keset di YPAC Surakarta, yaitu
prosesnya awal pembimbing tidak beda dengan proses pembuatan tas,
bonekah dari bahan manik-manik tersebut. Proses pembuatan keset
dari bahan perca, harus dengan alat dan media khusus. Cara
pembuatannya yang menggunakan alat ini harus dengan teknik, dan
pembimbing memberikan arahan dan mempraktikkan langsung proses
pembuatan keset tersebut.
Interaksi yang terjadi dalam pra-vokasional terlihat lebih
terbuka tanpa adanya perbedaan antara satu anak dengan anak yang
lain. Anak-anak dapat menguasai diri mereka sendiri, dan lebih dapat
mengekspresikan perasaan mereka. Dengan kondisi keterbatasan yang
disandangnya, ABK sering mengalami sifat pelupa, jadi saat proses
bimbingan pra-vokasional sering lupa. Setelah pembimbing
memberikan arahan, semangat dan motivasi kepada anak-anak. Saat
berlangsungnya kegiatan pembimbing seringkali melemparkan
candaan untuk membuat suasana menjadi lebih hidup, tidak tegang
dan lebih rileks.
Pembimbing harus mengetahui sejarah dan latar belakang
anak, karakteristik dan tingkat kelainan mereka, agar dapat
memberikan layanan bimbingan pra-vokasional yang tepat. Oleh
karena itu, pembimbing harus mampu mendiagnosis kebutuhan
masing-masing individu anak, karena masing-masing anak
mampunyai kebutuhan yang berbeda.
Peranan pembimbing dan peran orang tua sangat penting,
mereka harus memikirkan dan mengembangkan program layanan pra-
vokasional untuk anak berkebutuhan khusus. Karena tujuan layanan
bimbingan pra-vokasional di YPAC Surakarta ini adalah agar ABK
tumbuh rasa percaya diri, agar tidak merasa bahwa dirinya tidak
mampu karena keterbatasannya dan lebih semangat untuk
mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya agar nantinya
bisa hidup mandiri dan bisa berbaur dengan lingkungan masyarakat.
“Tujuannya memang untuk anak khususnya agar lebih
percaya diri akan kemampuan dirinya sehingga lebih mudah
menyerap ilmu dari pembimbing, dan untuk membekali ABK
agar nantinya bisa hidup mandiri di masyarakat.” (S1.W1.
Baris: 107-111)
Untuk meningkatkan kecakapan ABK dalam melakukan suatu
pekerjaan yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan
masyarakat nantinya perlu adanya layanan bimbingan pra-vokasional
sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan yang layak sebagaimana
orang normal lainnya. Sikap dan jiwa kewirausahaan yang tinggi
untuk melanjutkan dunia kerja baik menjadi pekerja maupun sebagai
wiraswasta.
c. Tahap Akhir (Evaluasi)
Setelah melakukan proses awal sampai akhir pembimbing
selalu melakukan evaluasi. Evaluasi ini diberikan seperti model
bimbingan, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tujuan dari
layanan bimbingan pra-vokasional untuk membantu ABK dalam
menumbuhkan rasa percaya diri untuk bisa hidup mandiri dengan
diberikannya bimbingan dan melalui keterampilan ABK lebih senang
dan lebih bisa menggali, mengembangkan bakat dan potensi yang
dimilikinya.
Dalam proses pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan
sejauh mana rasa percaya diri ABK dalam mengambil sikap,
menentukan karir dan mengembangkan kompetensi diri berkaitan
dengan pengembangan kecakapan hidup bagi ABK.
“Evaluasi dilakukan dengan cara melihat kondisi anak Sudah
ada perkembangan yang sangat baik, sejauh mana rasa
percaya diri ABK dalam mengambil sikap lalu dengan hasil
karya-karya yang telah dibuat. Perkembangan untuk
kehidupan ABK.” (S2W2 baris 191-195)
Indikator keberhasilan program bimbingan pra-vokasional
adalah dengan menganalisis kemajuan perilaku adaptif ABK dalam
proses bimbingan pra-vokasional dengan melalui keterampilan yang
diberikan kepada ABK.
4. Media dalam Pelaksanaan Bimbingan Pra-Vokasional
Media berfungsi sebagai alat untuk mendukung kegiatan dalam
bimbingan pra-vokasional. Media tersebut meliputi alat untuk manik-
manik (gunting, benang, lem, tempat mote, dan mote), pembuatan
keset anyaman (kain perca, gunting, alat pembuatan), dan souvenir
(stik ice cream dan lem). Media ini dapat mendukung dan membantu
ABK dalam proses layanan bimbingan pra-vokasional.
“Media atau alat meliputi untuk manik-manik ya gunting,
benang, lem, tempat mote, dan mote pastinya, lalu pembuatan
keset alatnya kain perca yang panjang biasa untuk bisa dibuat
anaman, gunting, trus mesin dari pembuatan keset itu. lalu
souvenir, ada asbak trus tempat tisu bahanya dari stik ic crim
mas, yang disusun diberi lem untuk menyatukannya.” (S2W1.
baris: 119-125)
5. Faktor Pendukung dan Penghambat
Keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan pra-
vokasional ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ada faktor
pendukung dan penghambat. Faktor pendukung meliputi Lingkungan
yang kondusif, adanya dukungan dari keluarga dan orang sekitar.
“Sarana dan media juga salah satu pendukung mas lalu
dengan keadaan lingkungan yang kondusif dan juga dukungan
dari keluarga ataupun orang-orang terdekatnya yang selalu
memberi semangat dan motivasi” (S2W1 baris: 148-153)
Sedangkan faktor penghambat meliputi anak yang susah diatur
dan hiperaktif, cara berfikir ABK yang lambat, kurangnya
pembimbing tetap. Pembimbing adalah peran utama dalam proses
layanan bimbingan pra-vokasional, kurangnya jumlah pembimbing
akan mengahambat proses bimbingan.
“Kesulitan kebanyakan pada anak ya, karena memang kondisi
anak yang mempunyai keterbatasan, dan kadang cepet
lupanya, kadang juga tidak memperhatikan bengong, diem,
asik sendiri, agak sulit dalam berkomunikasi jadi kita
sesederhana mungkin kata dan bahasa kita agar anak mudah
memahami. jadi yang menghambat prosesnya, faktor lain juga
tadi yang sudah saja jelaskan tertelak pada pembimbing ya
atau pendamping yang kurang disini.” (S2W1 baris: 141-149)
… anak yang susah diatur dan hiperaktif ya anak-anak itu,
lalu cara berfikir yang lambat, dan kurangnya pendamping
tetap. Anak yang gampang berubah-ubah moddnya marah,
terkadang juga sedih, seneng bahagia lagi bisa ketawa-
ketawa. (S2W2 baris 159-164)
Dengan keadaan yang di sandang oleh ABK, maka perlu
pembimbing yang aktif dan tetap, yang selalu mendampingi ABK saat
proses bimbingan pra-vokasional berlangsung.
C. Pembahasan
Menurut Astati (1996:154) “pre-vocational adalah kegiatan yang
dilakukan sebelum individu melakukan pekerjaan tertentu, yang penting
pada tahapan ini adalah bagaimana individu memelihara alat,
menggunakan alat, mengenal pekerjaannya dan sebagainya”. Dalam hal
ini, kemampuan pra-vokasional yang harus dimiliki individu sebagai dasar
untuk berkembang menjadi kemampuan vokasional. pada tahap bimbingan
pra-vokasional ABK diharapkan dapat mengenal keterampilan atau
pekerjaan sebagai dasar sebelum mengenal keterampilan atau pekerjaan
tertentu, menggunakan alat dan memelihara alat.
Menurut Ketua layanan bimbingan pra-vokasional yang ada di
YPAC Surakarta bahwa bimbingan pra-vokasional adalah bimbingan yang
diberikan ABK sebagai wadah sebelum melakukan vokasional. ABK
sebelum melakukan pekerjaan tertentu atau keterampilan dibekali dan
dibimbing agar anak bisa tumbuh rasa percaya diri dengan keterbatasan
yang disandangnya melalui keterampilan yang diberikan oleh pembimbing
ABK lebih bisa menggali bakat dan kemampuanya untuk bekal hidup
mandiri.
Kemampuan pra-vokasional ABK dapat dikembangkan melalui
pembelajaran keterampilan. Pendapat tersebut didukung oleh Mega Iswari
(2007:140) “bahwa kecakapan vokasional yaitu kecakapan untuk
menciptakan produk, seperti menjahit, merangkai bunga, memasaak,
montir, membuat kerajinan tangan atau buah tangan dan lain sebagainya.
Kegiatan ini dikaitkan dengan mata pelajaran keterampilan”. Melalui
bimbingan pembelajaran keterampilan ABK mampu mengembangkan
kemampuannya untuk menciptakan produk dan mencapai kemandirian
hidup.
Sesuai dengan teori di atas maka pelaksanaan bimbingan yang ada
di YPAC Surakarta bermaksud untuk memberikan pelayanan berupa
layanan bimbingan pra-vokasional bagi ABK untuk bekal hidup mandiri
dan menubuhkan rasa percaya diri, pembimbing juga memberikan
keterampilan sesuai dengan bakat yang dimiliki ABK agar lebih semangat
dan dengan keterampilan ini ABK bisa menggali dan mengembangkan
potensi yang dimilikinya sebelum terjun langsung di lingkungan
masyarakat dan bisa hidup mandiri tanpa bergantung dengan orang lain.
Layanan bimbingan pra-vokasional di YPAC lebih dominan dengan
kegiatan keterampilan, keterampilan tersebut meliputi kerajinan tangan
membuat tas, kalung, gelang, hiasan jilbab (bros), gantungan kunci,
boneka, hiasan rambut, dompet dan tempat tisu dari bahan manik-manik
atau mote. Pembuatan buah tangan (souvenir) tempat tisu dan tempat
asbak dari bahan stik ic crim dan pembuatan anyaman keset dari bahan
kain perca.
Pra-vokasional adalah suatu program yang dirancang untuk
memberikan kesempatan pada anak dengan berkebutuhan khusus untuk
mencapai potensi yang mereka miliki dan belajar mengenai keterampilan
hidup mandiri. Selebihnya dari kelompok anak ini bisa memperoleh
beberapa skill atau kemampuan-kemampuan ilmu pengetahuan akademik,
hidup bersosial, dasar bimbingan kejuruan (vokasi) dan kemampuan
bekerja yang mana akan membekali mereka dalam hidup bermasyarakat
dan dapat bekerja setelah selesai sekolah (Mariam, 2014:101).
Puskur Depdiknas mengemukakan bahwa keterampilan vokasional
adalah keterampilan membuat sebuah produk yang berkaitan dengan
bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Pengelolaan
pembelajaran maupun bimbingan vokasional bagi ABK dalam hal ini tidak
mudah. Karena karakteristik dan kemampuanya yang bervariasi. Maka
sesuai dengan teori diatas proses pelaksanaan pelayanan bimbingan pra-
vokasional di YPAC Surakarta bagi ABK merupakan salah satu wujud
bekal yang diberikan oleh YPAC Surakarta sebelum terjun langsung di
masyarakat, khususnya dengan keterbatasan mental dan fisik yang
disandangnya menjadikan anak memiliki tantangan tersendiri dalam
persaingan di dunia kerja. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan
dalam mewujudkan keterampilan ABK perlu mengikuti bimbingan pra-
vokasional. Dengan diberikan bimbingan melalui motivasi agar tumbuh
rasa percaya diri dan melalui keterampilan ABK lebih bisa
mengambangkan kemampuan bakat maupun potensi yang dimilikinya
ABK memerlukan penanganan khusus dalam melakukan sesuatu
hal khususnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari, agar tidak
bergantung dengan orang lain. ABK cenderung merasa tidak percaya diri
dan sering menyendiri. Maka perlu bimbingan dengan memotivasi agar
tumbuh semangat dan rasa percaya diri untuk hidup mandiri. Motivasi
yang diberikan YPAC Surakarta kepada ABK adalah proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk
mencapai tujuannya. Teori ini memfokuskan pada peran pikiran, harapan
dan pengertian individu tentang lingkungan maupun keterampilan untuk
mempersiakan diri agar hidup mandiri sebelum terjun langsung di
lingkungan masyarakat.
Menurut pasal 15 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
bahwa pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
pendidikan khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 Tahun 2003 memberikan
batasan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti pendidikan
maupun layanan bimbingan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam layanan bimbingan
pra-vokasional menuju anak berkebutuhan khusus mandiri. Langkah-
langkah tersebut tentu tidak lepas dari tahapan 1) asesmen anak
berkebutuhan khusus; 2) pemantapan dan pematangan kemampuan dasar
anak; 3) penempatan anak sesuai dengan bakat potensinya, 4) keseriusan
pelayanan sesuai dengan bakat potensi yang terfokus dengan dukungan
yang memadai, 5) pembinaan mental dan motivasinya, 6) penempatan dan
pemagangan anak dalam pengawasan tim, dan 7) evaluasi berkelanjutan.
Bimbingan yang dilakukan pembimbing yaitu menggunakan
pendekatan persuasive. Dimana pendekatan ini yang bersifat membujuk
secara halus dengan menggunakan alasan-alasan tertentu dengan
menggunakan bahasa yang semudah mungkin agar ABK lebih mudah
untuk memahami. Tempat yang digunakan pembimbing dalam proses
bimbingan dibaut dan dirancang sebaik dan senyaman mungkin agar ABK
merasa lebih senang dan nyaman berada di dalam ruangan. Waktu yang
diberiakan oleh pembimbing adalah 4 (empat) hari dalam seminggu, dari
mulai jam 08.30 – 12.00.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002: 1263)
vokasional (sekolah) kejuruan atau bersangkutan dengan bimbingan
kejuruan. Kejuruan yang dimaksud berkaitan dengan bidang keahlian yang
akan dikuasai oleh individu sehingga dapat membantu bekerja sesuai
keahliannya tersebut. Keterampilan pra-vokasional berkaitan dengan
sebuah keterampilan persiapan sebelum memasuki dunia kerja. Anak-anak
berkebutuhan khusus memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda-
beda. Untuk itu perlu pemahaman yang benar dan mendalam atas latar
belakang, karakteristik, dan tingkat kelainan mereka agar dapat
memeberikan layanan bimbingan yang tepat (Iswari, 2007: 13). Anak
dengan keterbatasan atau hambatan intelektual memiliki karakteristik
bekerja yang khas. Maka pembimbing beruapaya keras untuk memberikan
motivasi agar anak tumbuh rasa peracaya diri dan semangat tinggi dengan
layanan bimbingan pra-vokasional tidak hanya memberikan miotivasi
namum pembimbing juga memberikan keterampilan, karena dengan
diberikan keterampilan ABK lebih senang dan bisa mengembangkan bakat
dan potensi yang dimilikinya. Hasil kerajinan juga sangat berpengaruh
dalam pengerjaanya, karena tingkat emosi ABK yang sering berubah-ubah,
rasa tidak percaya diri sering muncul dan membuatnya tidak fokus dalam
pengerjaan kerajinan. Namun pembimbing tidak pernah lenggah dalam hal
memberikan motivasi dan semangat untuk bisa berkarya walupun dengan
keterbatasan. Pembimbing selalu memberikan pengertian-pengertian
kepada ABK untuk bisa menerima keadaan yang bisa membuat rasa
percaya diri anak selalu ada.
Kerajinan yang dibuat oleh ABK tidak kalah dengan yang dibuat
oleh orang normal pada umumnya, karena mereka berhasil dengan kerja
keras mendapatkan latihan yang intens dan berulang-ulang. Berkaitan
dengan hal ini, mengingat potensi yang dimiliki anak dengan keterbatasan
khusus menjadikan terbatasnya ruang lingkup pekerjaan bagi mereka. Oleh
karena yang harus menjadi perhatian dalam perencanaan dan pelaksanaan
program layanan bimbingan pra-vokasional bagi anak berkebutuhan
khusus harus disesuaikan dengan derajat hambatan harus disesuaikan
dengan derajat anak. Anak akan disesuaikan dengan kemampuannya.
Pendidikan sebelum vokasional mempunyai orientasi pendidikan
dan pelatihan yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan
pembentukan sikap individu sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
termasuk membentuk sikap positif terhadap pekerjaan untuk meningkatkan
karir di tempat kerja. Untuk itu juga diharapkan dapat menyediakan
pekerjaan yang mempunyai keterampilan tingkat tinggi dan mendorong
pengembangan keterampilan kognitif peserta didik untuk memenuhi
tuntutan dan permintaan bidang pekerjaan pada saat sekarang ataupun
masa yang akan datang (Hanafi, 2014: 4). ABK diberikan motivasi dan
semangat sebelum melakukan pelatihan bimbingan keterampilan
sederhana sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Hal tersebut dapat
memudahkan anak dalam menemukan dan bekerja di sebuah instansi
usaha sesuai dengan kemampuanya. Hal ini bermakna bahwa integrasi
pelatihan bimbingan pra-vokasioanl penting untuk memberikan
kesempatan anak dengan kebutuhan khusus mengakses persiapan untuk
bekerja selama masa bimbingan dan di masa depan kehidupan kerja
mereka. Untuk mencapai hasil layanan bimbingan pra-vokasional bagi
ABK latihan berulang-ulang sampai menjadikan kebiasaan dalam hidup.
Pengelolaan bimbingan pra-vokasional bagi ABK ini tidak mudah. Jika
dikaitkan dengan potensi ABK yang bervariasi dan bersifat individual.
Disisi lain kondisi ABK yang masih dalam taraf belajar kemampuan pra-
vokasional, tentu belum dapat menghasilkan kualitas hasil produksi yang
memenuhi persyaratan pasar. Jenis keterampilan disesuaikan dengan bakat
dan minat ABK. Cakupan bahan ajar minimal meliputi kemampuan
menolong diri atau kegiatan hidup sehari-hari, keterampilan bersosialisasi
atau bermasyarakat dilingkungan tempat tinggal dan keterampilan untuk
bekerja. Sebaiknya bimbingan pra-vokasional dipilihakn oleh pendamping
yang dapat dicapai kualitas ketuntasan hasil bimbingan oleh ABK. Hasil
yang dapat dilihat dari setiap anak adalah memiliki konsentrasi dan fokus
yang lebih baik, mampu mengendalikan emosi, mampu mengontrol
gerakan tubuh mereka, dapat memanfaatkan dan mengembangkan anggota
tubuh yang masih berfungsi, dan mampu memahami aturan sosial
masyarakat. Kemampuan mereka membawa mereka untuk lebih dikenal
masyarakat luas. Mereka memiliki rasa percaya untuk menampilkan hasil
dari keterampilan yang dibuatnya didepan banyak orang. Mereka sering
diundang dalam kegitan pameran maupuan saat di CFD (Car Free Day).
Dengan berbekal pra-vokasiobal tersebut ABK dapat mengembangkan diri
atau bekerja pada pihak lain dengan memperoleh pengakuan penghasilan
layak. Dalam hal ini tentu dengan modal layanan bimbingan pra-
vokasional memerlukan system pengelolaan yang melihat berbagai pihak
secara fungsional (orang tua ABK, sekolah, yayasan, industri atau unit
usaha dan pemerintah terkait, serta masyarakat). Demikian kemandirian
ABK dapat dicapai melalui layanan bimbingan pra-vokasional jika ada
pengakuan oleh lingkungan terhadap hasil kinerja ABK.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan
mengenai pelaksanaan layanan bimbingan pra-vokasional untuk ABK di
YPAC Surakarta, penulis menarik kesimpulan yaitu :
1. Layanan bimbingan pra-vokasional adalah bimbingan yang merupakan
wadah yang diberiakan khusus untuk ABK sebelum terjun langsung
dilingkungan masyarakat dengen diberikan motivasi agar tumbuh rasa
percaya diri oleh pembimbing untuk menumbuhkan rasa percaya diri
anak agar mampu untuk berkembang dan melatih kemampuan ABK.
Layanan bimbingan pra-vokasional di YPAC lebih dominan dengan
kegiatan keterampilan, karena dengan diberikan kegiatan keterampilan
anak lebih bisa menggali bakat dan potensi yang dimilikinya dan dapat
menolong dirinya dalam meningkatkan kemandirian melalui berbagai
macam keterampilan. Metode yang digunakana oleh pembimbing yaitu
pendekatan persuasive yang dilakukan langsung dengan ABK,
memberikan motivasi agar tumbuh semangatnya. Motivasi tersebut di
berikan dengan cara menggunakan bahasa yang mudah difahami oleh
ABK.
2. Pelaksanaan layanan bimbingan pra-vokasional meliputi, pendekatan,
pemberian motivasi, praktek, pemberian keterampilan, evaluasi dan
tahap yang terakhir adalah evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan perilaku adaptif ABK dalam proses bimbingan
pravokasional dengan melalui kegiatan keterampilan yang diberikan
oleh pembimbing. Jenis keterampilan yang diajarkan adalah kerajinan
tangan, pembuatan tersebut dengan menggunakan manik-manik,
souvenir (buah tangan) dan anyaman keset. Pelaksanaan bimbingan
pra-vokasional dilakukan setiap hari senin sampai kamis pada 08.30 –
12.00 WIB.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan, yaitu
terbatas dan kurang kooperatifnya ABK yang dapat diwawancara, jumlah
pembimbing yang kurang memadai dan kurangnya waktu yang disediakan
oleh yayasan.
C. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengajukan
beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini. Adapun saran-saran
tersebut antara lain :
a. Demi kelancaran dan memudahkan ABK lebih cepat tanggap,
memberikan tambahan pembimbing profesional di bidang
pravokasional untuk ABK agar lebih cepat tanggap. Sehingga
proses pelaksanaan layanan bimbingan pra-vokasional menjadi
lebih mudah dan memberikan hasil yang diharapkan.
b. Kepala yayasan dapat bekerja sama dengan beberapa instansi untuk
menyalurkan lulusan dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) dapat memperoleh pekerjaan yang layak seperti orang
normal lainya.
c. Kepada YPAC Surakarta khususnya di Yayasan untuk
keterampilan kerajinan tangan ditambah pembuatan bunga dari
kertas maupun kain flannel. Dan pembuatan tas souvenir
pernikahan.
83
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Astati. (1996). Pendidikan dan Pembinaan Karier Penyandang Tunagrahita
dewasa. Bandung : Depdikbud.
Barata, Atep Adya. (2004). Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta : PT Elex Media
Komputindio. Cetakan II.
Departemen Agama RI. (1978). Al-Qur’an Terjemah. Bandung : Fa. Sumatra
Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hanafi, Ivan. (2014). Pendidikan Teknik dan Vokasional Menggali Pengalaman
Sukses Institusi Bi-National di Negeri Jiran, dari Konsep hingga
Implementasi. Bandung : PT Refika Aditama.
Hermanto. (2008). Optimalisasi Pendidikan Pra Vokasional Menuju Anak
Berkebutuhan Khusus Mandiri. Dipresentasikan pada Seminar Optmalisasi
Pendidikan Pra Vokasional Menuju Anak Berkebutuhan Khusus Mandiri.
Gedung Serba Guna FIP UNY. 4 Desember 2008 Jurnal ABK.
Ilahi, M. Takdir. (2013). Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media
Iswari, Mega. (2007). Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jakarta
: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Jenny, Thompson. (2010). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta :
Esensi Erlangga.
84
Kokasih, E. (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung : Yrama Widya, Cet 1.
Mariam, Lili & Teng, Leong. (2014). Selected Pre-vocational Students’
Eeriences Of School Un Brunei Darussalam.UniversityBrunei
Darussalam, International Journal Of Special Education, Vol 29, No: 1.
Moleong, Lexy j. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Purwadarminto. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Prayitno & Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta :
PT Rineka Cipta, Cetakan pertama.
Prayitno & Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta :
PT Rineka Cipta, Cetakan ke dua.
Rahayu, Ginintasasi. (2016). Program Bimbingan dan Konseling Kolaboratif
dalam Penanganan Anak dan Remaja Autis. Bandung : PT Refika
Aditama.
Salim. (1996). Pendidikan Bagi Anak Cerebral Palsy. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik.
Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur.
Jakarta : Media Group.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Soemiarti, Patmonodewo. (2013). Pendidikan Anaka Prasekolah. Jakarta : Rineka
Cipta.
85
Sugiono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Supriatna, Mamat. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi
(Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor). Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Syarodih, Sukmadinata, Nana. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Edisi Depdikbud.
Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling (studi & Karier). Yogyakarta :
CV Andi Offset.
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika, (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Al Fatah, Sofian, Rais. (2013). Peran Pembimbing untuk Mengembangkan Bakat
pada Anak Hiperaktif Di Yayasan Arogya Mitra Ngemplak Kalikotes
Klaten. Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Purwanto. (2012). Bimbingan Pribadi Dalam Menangani Anak Autis Di Lembaga
Mitra Ananda Kec. Colomadu Kab. Karanganyar. Bimbingan Konseling
Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri
Surakarta.
Nishfi, Fauziah, Rochman. (2015). Bimbingan Keagamaan Bagi Difabel di SLB
Negeri 2 Yogyakarta. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
86
Moh. Amiq, Al Fahmi. (2014). Layanan Rehabilitasi Vokasional pada Anak
Tunagrahita Ringan Di SLB Negeri 1 Bantul. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Data Hasil Observasi
Pada hari ini tanggal 16 mei 2017 saya melakukan observasi tempat dimana saya akan
melakukan penelitian untuk tugas akhir yaitu Skripsi. Tempat yang akan saya tuju adalah
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Suarakrta salah satu yayasan yang berada di tengah kota
Solo tepatnya di jl Slamet Riyadi 364, jalan utama kota solo. Bangunan YPAC terletak di
Gendengan sebelah timur gereja gendengan atau sebrang Solo Grand Mall (SGM).
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta merupakan yayasan yang memberikan
fasilitas pendidikan bimbingan dan layanan kepada anak-anak berkebutuhan khususu yang sangat
membutuhkan pendidikan khusus. Lembaga kesejahteraan sosial nirlaba swasta yang memberikan
pelayanan bimbingan kepada ABK agar mereka dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat
secara layak. YPAC memiliki luas tanah kira-kira +5000 m2 dengan dibangun beberapa bangunan
yang berbentu huruf U, yaitu gedung utama aula yang berada ditengah menghadap ke selatan, di
samping sebelah kanan gedung aula ada gedung fisioterapi. Koperasi YPAC ada di depan sebelah
kanan gedung fisioterapi. Kantor utama ada di depan di samping sebelah kiri kedung aula. Di
dalam ruangan kantor ada etalase yang didalamnya banyak sekali piala hasil ABK yang sudah
berhasil menjadapkan juara. Di lingkungan kantor banyak tempelan dinding seperti daftar data
maupaun daftar kegaiatan pengurus. Disamping kantor ada ruang untuk rapat para pengurus
yayasan, di ruangan tersebut ada beberama tulisan sepeerti Visi dan Misi kemudian falsafah dan
motto YPAC Suarakarta yang ditulis di MMT .
Di belakang aula utama yaitu tempat bermain dan taman sebelah kanan tamana
ada bangunan untuk ruangan terapi music, dan tempat alat-alat music. Disebelah kiri
taman ada tempat kamar mandi dan tempat wudhu yang khusus di rancang untuk
ABK. Di samping tempat wudhu ada mushola dan di depan mushola diberi tempat
duduk untuk pada orang tua anak. Di depan mushola ada lapangan sekolah untuk
upacara ABK dan lengkap dengan tiang bendera. Ditepi lapangan ada banguann ruang
kelas yang berbentuk U ada 6 ruangan. Di depan ruang kelas ada semacam taman kecil
di sekeliling lapangan. Ruang kelas di disain sebaik mungkin agak ABK merasa
nyaman dan tidak terganggu. Didalam ruangan ada 1 meja guru dan lengkap dengan
kursi dan ada 15 kursi 3 meja terdiri dari 1 meja pembimbing dan 2 meja besar. Di
dinding-dinding setiap ruang kelas di beri tempelan lukisan dan berbagai gambar unik
yang bisa membuat ABK lebih senang dan betah di ruang kelas. Dibelakang ruang
kelas tepatnya di sebelah kiri ada bangunan seperti alat-alat keterampilan, dan ada juga
tempat dapur. Sekitar pukul 08.00 WIB kegiatan pra-vokasional dimulai dengan
pembukaan membaca doa bersama, setelah itu pembimbing memberikan pengertian
atas doa yang dipanjatkan ABK kepada Allah SWT. Dilanjutkan pembimbing
memberikan motivasi agar anak-anak semangat dan tmbuh rasa percaya diri mengikuti
layanan yang diberikan di YPAC. Saat pembimbing memberikan motivasi anak-anak
sangat berantusias mendengarkan arahan yang diberikan oleh pembimbing sampai
pukul 09.30. ada beberapa ABK yang mengerjakan keterampilan dan ada juga yang
beristirahat. Kegiatan tersebut berakhir pada pukul 12.00 WIB, sebelum ABK pulang
pembimbing melakukan evaluasi jalannya proses bimbingan pra-vokasional. Lalu
ditutup dengan berdoa. Dengan melakukan keterampilan ABK terlihat merasa lebih
senang dan nyaman, dengan bukti dilihat dari raut wajahnya. Ruang pra-vokasional
terdapat di sebelah kiri dapur. Ruangan tersebut berbentu persegi panjang dengan
ukuran 10x15 m. Di dalam ruangan tersebut ada berbagai alat keterampilan beserta
perlengkapannya seperti manik-manik, jarum, benang, gunting, lem, stik ic crim, tisu,
dan kain perca. Peralatan tersebut ditaruh di lemari kecil berbentu kotak, serta etalase
untuk tempat keterampilan yang sudah jadi dan siap untuk dipamerkan saat ada
pameran maupun dijual. Namun ada juga mesin jait yang sudah tidak terpakai. Di
ruangan bimbingan pra-vokasional tersebut terdapat 12 orang, 1 pembimbing dan 11
ABK. Kegiatan ABK saat proses bimbingan yang ada di ruangan ada beberapa anak
yang sedang melakukan keterampilan pembuatan tas dari bahan mote, ada juga yang
sedang membuat keset. Tampak pembimbing mendampingi ABK dan memberikan
arahan-arahan yang sedang melakukan proses tersebut.
Lampiran 01. Interview Guide
Pedoman Wawancara Ketua Pelayanan Pra-vokasional
1. Bagaimana sejarah berdirinya YPAC Suarakrata ?
2. Apakah benar di yayasan ini ada layanan bimbingan pra-vokasional bagi ABK? Seperti apa
pra-vokasional di yayasan ini?
3. Apa tujuan diadakannya layanan bimbingan pra-vokasional ini?
4. Apa ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti layanan tersebut? Apa saja syaratnya?
5. Bagaimana kondisi anak yang mengikuti layanan pra-vokasional?
6. Ada berapa pembimbing atau pendamping di Yayasan ini?
7. Jenis keterampilan apa saja yang diajarkan pada ABK yang ada di Yayasan ini?
8. Apa harapan ibu dengan diadakanya layanan bimbingan pra-vokasional ini?
Lampiran 02. Interview Guide
Pedoman Wawancara dengan Pembimbing
1. Apakah ada layanan bimbingan pra-vokasional di YPAC Surakarta ini? Pelaksanaanya
seperti apa?
2. Bagaimana kondisi ABK yang mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional?
3. Ada berapa anak yang mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional?
4. Rata-rata umur berapa yang mengikuti layanan pra-vokasional?
5. Apakah pelaksanaanya bimbingan pra-vokasional sudah terjadwal ?
6. Metode apa yang digunakan dalam proses layanan bimbingan pra-vokasional?
7. Apa saja alat atau media yang digunakan?
8. Apakah ABK bisa menerima apa yang diajarkan oleh ibu dengan baik?
9. Apakah ada perubahan setelah diadakannya layanan bimbingan pra-vokasional?
10. Apakah ada kesulitan saat berlangsungnya kegiatan pra-vokasional?
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat saat berlangsungnya pelaksanaan bimbingan
pra-vokasional?
12. Ada berapa pendamping atau pembimbing yang tetap di layanan pra-vokasional?
Lampiran 03. Interview Guide
Pedoman Wawancara dengan ABK yang Kooperatif
1. Sudah berapa lama mengikuti layanan ibimbingan pra-vokasional?
2. Apa yang dirasakan sebelum dan sesudah mengikuti layanan bimbingan pra-
vokasional ini?
3. Apa saja yang sudah diajarkan oleh pembimbing atau pendamping?
Lampiran 04.
Transkip Hasil Wawancara
(S1.W1)
Narasumber : Ibu Jajuk Widiastuti (S1)
Jabatan : Ketua pra-vokasional
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Selasa, 16 Mei 2017, Jam 10.00
Keterangan : I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
20
25
30
35
40
I
N
I
N
I
N
I
N
Selamat pagi bu..
Pagi mas, mari silahkan masuk mas.. (senyum dan
mempersilahkan duduk)
Terimaksih bu, maaf mengganggu sebentar bu,
sebelumnya saya angga mahasiswa BKI IAIN
Surakarta, saya akan melakukan penelitian untuk
tugas akhir. Dan saya tertarik untuk melakukan
penelitian di Yayasan ini.
Ooo begitu iya mas ini yang mau diteliti tentang apa ?
Tentang pra-vokasional bu. Sebelum saya masuk ke
pertanyaan tentang pra-vokasional saya mau
menanyakan sejarah tentang berdirinya YPAC
Surakarta ini bu?
Oh oke ini langsung saja ya saya jawab, jadi awal
berdirinya YPAC Suarakarta ini yaitu Alm Prof.
Soeharso mendirikan YPAC pertama kali ya di sini
mas, awalnya Prof. Suharso pada tahun 1952
mendirikan pusat rehabilitasi, dulu itu namanya
Rehabilitasi Cetrum, yang melatarbelakangi Prof.
Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi (Rehabilitasi
Centrum) di Solo bagi korban revolusi perang
kemerdekaan Republik Indonesia adalah pada tahun
1952 pada saat itu beberapa daerah terserang wabah
poliomyelitis. Penyakit poliomyelitis sama dengan
polio yaitu penyakit virus yang sangat mudah menular
dan menyerang system saraf, khususnya pada belita
yang belum melakukan vaksinasi polio. maka anak-
anak dengan gejala post polio dibawa ke pusat
rehabilitasi ini. Pada mulanya anak-anak tersebut tidak
mendapatkan perhatian serius, karena tidak tersedia
fasilitas yang memadai waktu itu. Namun Prof. Dr.
Soeharso tidak membiarkan hal tersebut berlarut-larut.
Setelah menghadiri study di Bombay dan satunya saya
lupa nanti saya kasih profil sejarahnya ya mas, seinget
saya itu di Madras pada tahun 1952, maka Prof.
Soeharso mempunyai inisiatif untuk mendirikan
yayasan bagi anak – anak cacat.secara garis besar nanti
detainya saya kasih profil sejarah YPAC ya,?
Iya bu.. lalu apa hanya mendirikan satu YPAC dari
tahun 1952 itu sampai sekarang ini bu?
Tidak, lalu dengan upaya Prof. Soeharso berhasil
mendirikan 16 YPAC di Indonesia. Terus karena
ibukota di Jakarta pusat YPAC di pindahkan di
Opening
Sejarah
YPAC
Surakarta.
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
Jakarta. Itu pada saat acara Munas YPAC Tahun 1977.
Iya bu, lalu apa visi dan misi YPAC ini bu?
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta ini
memiliki visi dan misi agar tercapainya tujuan
didirikannya YPAC Surakarta ini. Visi dan Misi
tersebut di buat MMT dan di pajang di ruang rapat
gedung YPAC Surakarta. Nanti bisa di foto ya mas?
Iya bu, trus gagasan atau anggapan dari YPAC untuk
ABK disini apa bu?
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta
memiliki gagasan atau anggapan anak - anak binaan
YPAC bisa hidup mandiri dengan keterbatasan yang
disandangnya. Falsafah YPAC Surakarta adalah
Berilah seorang anak seekor ikan, maka ia akan makan
pada hari itu. Berilah anak itu sebuah kail, lalu ajarilah
mengail, maka ia akan makan seumur hidup. (Lao Tse)
Ini juga ada di ruang rapat samping visi misi tadi mas.
Lalu motto YPAC apa bu?
YPAC Surakarta ini memiliki motto tersebut dibuat
untuk memberikan motivasi kepada anak-anak
disabilitas. Yaitu “Cacat atau tidak bukanlah ukuran
kemampuan seseorang.” Itu yang selalu jadi motto
ypac.
Baik bu, lalu bagaimana sarana dan prasarana yang
ada di Yayasan ini bu?
Sarana Prasarana di YPAC Surakarta sudah cukup
memadai mas, YPAC memiliki luas tanah + 5000 m2
dengan dibangun beberapa bangunan meliputi: Gedung
Sekolah, Gedung Yayasan, Asrama, Goest House,
Aula Pertemuan, Koprasi, dan Kantor Pusat YPAC.
Ada juga untuk persewaan mas, jadi kalau ada yang
mau sewa biasanya aula sama kursi meja itu bisa
disewakan.
Apakah disini ada layanan bimbingan pra-vokasional
bu?
Iya ada mas..
Seperti apa pra-vokasional di yayasan ini?
Baik, pra-vokasional di YPAC khususnya di yayasan.
Awalnya kita melakukan proses assesmen atau seleksi
kepada ABK, untuk mengetahui bakat minatnya itu.
Pra-vokasional disini merupakan layanan bagi ABK
yang memang sudah tidak melanjutkan sekolah
akademis lagi, ini yang lulusan dari YPAC, namun
juga dari luar YPAC ada untuk umum, hal ini untuk
membekali anak agar mempunyai kepercayaan diri dan
mampu untuk terjun dimasyarakat nantinya, mampu
bekerja menghasilkan rupiah dan tidak tergantung
pada orang lain.
Lalu bedanya pra-vokasional dengan vokasional apa
bu?
Vokasional itu yang terjun langsung dalam bidang
pekerjaan atau keterampilan, jadi langsung melakukan
pekerjaan itu, tapi kalau pra-vokasional sebelum
melakukan vokasional, ABK sebelum melakukan
pekerjaan atau keterampilan dibekali atau dibimbing
agar anak tidak merasa bahwa dirinya tidak mampu
untuk melakukan vokasional dengan keterbatasan yang
disandangnya. Jadi yayasan kami melakukan
bimbingan dengan memberikan motivasi, semangat
Pra-
vokasional
Perbedaan
pra-
vokasional
dengan
vokasional
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
agar anak bisa atau mempunyai rasa percaya diri dan
beranggapan bahwa dia mampu.
Apa tujuan diadakannya layanan bimbingan pra-
vokasional ini?
Tujuannya memang untuk anak ABK khususnya agar
lebih mempunyai rasa percaya diri akan kemampuan
dirinya sehingga lebih mudah menyerap ilmu dari
pembimbing, dan untuk membekali ABK agar
nantinya bisa hidup mandiri di masyarakat. Karena
memang kondisi anak yang sangat membutuhkan
layanan bimbingan pra-vokasional.
Apa ada syarat-syarat tertentu untuk mengikuti
layanan tersebut?
Tidak, kita yayasan menerima siapapun yang ingin
ikut layanan bimbingan pra-vokasional, baik dari
YPAC maupun dari luar YPAC.
Bagaimana kondisi anak yang mengikuti layanan pra-
vokasional?
Anak-anak yang mengikuti bimbingan pra-vokasional
ini lulusan YPAC dan luar YPAC. Rata-rata yang
memang tidak bisa lagi melanjutkan kejenjang lebih
tinggi, mereka ini rata-rata penyandang mental
retardasi itu yang diserang mental klasifikasi mental
retardasi lebih tergantung hasil penilaian IQ daripada
kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa
ya mas,,. lalu penyandang Cerebral Palsy (Tunadaksa)
cacat fisik pakai kursi roda ada juga yang kayak polio
layuh begitu, itu ya mas kalau anak-anak ABK disini.
Jadi kami memfasilitasi anak-anak tersebut dengan
layanan bimbingan pra-vokasional, agar nanti kalau
memang sudah benar-benar mampu untuk bekerja baru
kita lepaskan. Karena memang kondisi ABK yang
mental nya terganggu otak nya terganggu dan ABK
yang penyandang tunadaksa seperti polio cacat fisik
akan sulit jika langsung terjun di masyarakat..
Ada berapa pembimbing yang ada di pra-vokasional?
Ada satu yang tetap, namun untuk proses bimbingan
pra-vokasional saya juga ikut serta didalamnya, seperti
memberikan motivasi kepada anak dan semangat
supaya ABK bisa tumbuh rasa percaya dirinya dan
bisa mengerti keadaan yang mereka sandang.
Jenis keterampilan apa saja yang diajarkan pada
ABK?
Macam-macam keterampilan yang menjadi pendukung
pra-vokasional meliputi: merangkai bunga , kerajinan
tangan, kerajinan mote, dan souvenir, yayasan juga
menyediakan tempat, instruktur, serta bahan-bahan
untuk kegiatan tersebut. nanti bisa dijelaskan lebih
detail oleh pembimbingnya langsung ya mas?.
Apa harapan dengan diadakanya layanan bimbingan
pra-vokasional ini?
Ya harapannya agar anak yang mengikuti layanan
bimbingan ini bisa hidup mandiri, memiliki
kepercayaan diri yang tinggi atas keterbatasan yang
dimilikinya, dan bermanfaat bagi orang banyak.
Mungkin itu dulu bu, nanti jika ada yang perlu saya
tanyakan lagi saya kesini ya bu, ?
Iya mas, nanti kalau kesini langsung ke pembimbing
pra-vokasional saja, data dari saya kalau sudah cukup,
Tujuan
layanan
bimbingan
pra-
vokasional
Kondisi ABK
yang
mengikuti
bimbingan
pra-
vokasional
Jumlah
pembimbing
Jenis
keterampilan
165
I
N
I
N
tapi kalau belum tanya ke saya lagi tidak papa.
iya nggeh bu data dari ibu cukup. Terimakasih atas
informasinya dan kelonggaran waktunya, maaf sudah
mengganggu. Saya pamit permisi dulu bu...
Iya sama sama mas.. mari silahkan..
Assalamualaikum
Iya..waalaikumsalam mas,,,
Lampiran 05.
Transkip Hasil Wawancara
(S1.W2)
Narasumber : Ibu Jajuk Widiastuti (S1)
Jabatan : Ketua Pra-vokasional
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Senin, 10 Juli 2017, Jam 09.00
Keterangan : I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
20
25
30
I
N
I
N
I
N
I
N
Assalamualikum… selamat pagi bu…
Waalaikumsalam,,, pagi mas angga bagaimana kabarnya
baik kan? gimana ada yang bisa saya bantu?
Alhamdulillah baik bu,,begini saya mau tanya-tanya
lagi seputar pra-vokasional.
Ohh iya mas silahkan langsung saja pertanyannya nanti
saya jawab.
Pelaksanaan bimbingan pra-vokasional di YPAC seperti
apa bu?
Ya seperti yang dulu pernah saya jelaskan di pertemuan
kemarin, bahwa dalam pelaksanaan bimbingan pra-
vokasional di yayasan ini kami melakukan assesmen,
dengan assesmen pembimbing bisa tau seberapa
kemampuan serta bakat yang dimiliki anak. lalu
pembimbing melakukan pendekatan biasanya anak-anak
awal ikut pra-vokasional itu susah untuk dikendalikan
untuk bisa mendengarkan atau mengikuti arahan saja
anak-anak tidak bisa. Kan anak satu dengan yang lain
berbeda ya karakter sifatnya. jadi pembimbing harus
sebisa mungkin membuat anak merasa nyaman. Merasa
bahwa dia itu bisa dengan kekurangan yang dimilikinya.
Apa saja yang harus disiapkan oleh pembimbing
sebelum pelaksanaan bimbingan pra-vokasional
dimulai?
Mengenai persiapan awal anak-anak mengikuti
bimbingan pra-vokasional ini, pembimbing melakukan
upaya atau cara agar anak-anak yang akan ikut
bimbingan merasa nyaman dengan kita dan dengan
lingkungan juga. Karena sangat mempengaruhi mental
nya. Kalau kita tidak bisa membuat anak-anak nyaman
ABK tidak akan bisa merubah dirinya menjadi orang
yang percaya diri dan bisa menerima keadaanya.
Pembimbing itu sudah professional mas sudah
mengikuti pelatihan dimana-mana belajar bagaimana
Opening
Pelaksanaan
bimbingan
pra-
vokasional
Persiapan
awal
pembimbing
melakukan
bimbingan
pra-
vokasional
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
I
N
I
N
I
N
I
N
membuat ABK itu merasa nyaman dulu dengan kita,
lalu dengan lingkungan, kemudia membuat ABK
menghilangkan rasa tidak percaya dirinya yang
membuatnya tidak bisa apa-apa.
Metode yang digunakan pembimbing seperti apa saat
proses bimbingan pra-vokasional bu?
Pembimbing memberikan pelayanan sebaik mungkin
sebisa mungkin agar anak-anak itu tidak putus asa dan
tidak percaya diri. Contohnya seperti pada saat masuk
kelas bu endang memberikan salam, dan dilanjutkan
berdoa bersama sebelum memulai bimbingan, kemudian
diberi sapaan, candaan jika ada anak yang tidak respon
kita datangi anak itu. pembimbing tanya kenapa
mengapa ada apa nakk? Kenapa tidak semangat, kenapa
sedih, takut? Atau ada yang membuat tidak nyaman?
Anak diem tidak mau jawab. Ditanya lagi dengan lebih
dekat dirangkul dulu biar anak merasa dilindungi,
merasa ada yang peduli ada yang memberi semangat.
Ditanya lagi kenapa jangan sedih nak, cerita sama ibu,
gak usah berkecil hati, kita disini belajar bareng, seneng
bareng, main-main bareng, harus semangat kita buktikan
kalau kita bisa oke,, contohnya seperti itu mas yang
biasa pembimbing berikan saat proses bimbingan pra-
vokasional berlangsung. Tapi anak-anak disini
Alhamdulillah lebih terbuka dengan bu endang,
menceritakan kesulitannya, keadaan yang dialami
dirumah maupun di sini, bagaimana orang tuanya
saudara-saudaranya dengan anak itu.
Apakah kesulitan yang ibu temukan saat menghadapi
ABK saat proses bimbingan pra-vokasional?
Kesulitan kebanyakan pada anak ya, karena memang
kondisi anak yang mempunyai keterbatasan, dan kadang
cepet lupanya, kadang juga tidak memperhatikan
bengong sendiri, sulit dalam berkomunikasi harus
dengan hati-hati dan bersabar pendampingnya. Ya
kebanyakan pada anak yang menghambat prosesnya,
faktor lain juga tadi yang sudah saja jelaskan tertelak
pada pembimbing yang kurang disini, terbatasnya
pembimbing tetap dan aktif dalam bidang pra-
vokasional untuk khusus menangani ABK.
Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan bimbingan pra-
vokasional?
Untuk faktor pendukung dilihat dari media atau sarana
prasarana. Lalu dengan keadaan lingkungan yang
kondusif dan juga dukungan dari keluarga ataupun
orang-orang terdekatnya yang selalu memberi semangat
dan motivasi. Sedangkan faktor penghambat ya tadi
kebanyakan terletak pada anaknya yang sudah saya
jelaskan ya tadi mas.
Usaha apa yang dilakukan pembimbing untuk
mengatasi kesulitan saat proses bimbingan pra-
vokasional bu?
Untuk mengatasinya tentu pembimbing harus bisa lebih
kreatif dan dapat mengulang-ulang dalam proses
bimbingan. Selalu memberikan motivasi, semangat,
dengan cara seperti memeberikan contoh film kartun
tikus dengan kucing, kucing yang tidak pernah putus asa
untuk mendapatkan tikus. Dengan berbagai cara kucing
Metode yang
digunakan
oleh
pembimbing.
Kesulitan
yang
diperoleh saat
proses
bimbingan
pra-
vokasional.
Faktor
pendukung
dan faktor
penghambat.
Cara
pembimbing
untuk
mengatasi
kesulitan.
95
100
105
110
115
I
N
I
N
I
N
tempuh, seperti itu juga mas, sama kayak tadi yang
sudah saya jelakan ya,, kemudian pembimbing harus
menggunakan kata yang sesederhana mungkin yang
mudah dipahami oleh anak.
Bagaimana mengetahui keberhasilan dalam
pelaksanaan bimbingan pra-vokasional?
Untuk mengetahui keberhasilan dalam bimbingan pra-
vokasional, kita tidak hanya melihat dan mengukur dari
kognitifnya saja, namun dari sifat karena mental.
Pembimbing mengetahui keberhasilan anak dengan cara
menilai sikapnya dan kognitifnya juga. Namun YPAC
menilai lebih cenderung ke sifat karena untuk anak
mental retardasi tunagrahita tidak bisa dituntut
kognitifnya 100%.
Baik bu saya rasa sudah cukup pertanyaan saya,
semoga data informasi dari ibu bisa sangat membantu
saya untuk menyelesaikan skripsi saya. Amin,,,
Iya mas angga semoga lancar dan cepet selesai
skripsinya. Amin,,,
Terimakasih banyak bu bantuan dan waktunya.. saya
pamit dulu bu assalamualaikum
Iya mas sama-sama, saya seneng bisa membantu
waalaikumsalam
Keberhasilan
ABK
mengikuti
bimbingan
pra-
vokasional.
Lampiran 06.
Transkip Hasil Wawancara
(S2.W1)
Narasumber : Ibu Endang (S2)
Jabatan : Pembimbing Pra-vokasional
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Selasa, 9 Agustus 2017 jam 08.20
Keterangan: I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
I
N
I
N
I
N
Assalamualikum…Selamat pagi bu…
Pagi mas, bagaimana ada yang bisa saya bantu?
(senyum dan mempersilahkan duduk)
Iya bu, saya mahasiswa BKI IAIN Surakarta nama saya
angga, saya disini mau meneliti tentang bimbingan pra-
vokasional.
Silahkan mas, kebetulan saya sendiri sebagai
pembimbing untuk layanan bimbingan pra-vokasional di
yayasan ini, gimana ada yang bisa saya bantu?
Iya bu, maksud dari pra-vokasional di YPAC sendiri itu
apa bu?
Oke, pra-vokasional di YPAC Surakarta khususnya di
yayasan. Yaitu merupakan wadah atau layanan yang
ditujukan oleh anak-anak ABK yang memang sudah
tidak melanjutkan pendidikan akademis, yang secara
fisik maupun mental terganggu. Dan yang belum siap
Opening
Pra-
vokasional di
YPAC
Surakarta.
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
terjun langsung dilingkungan masyarakat.
Bagaimana pelaksanaanya bu?
Pertama kami lakukan yaitu assesmen, assesmen ini
bertujuan, agar kita tau bakat apa yang dimiliki anak.
Setelah tau bakat apa yang dimiliki anak kemudia
pembimbing melakukan tahap pendekatan, pengakraban
agar tidak canggung dan takut. YPAC memiliki 2
kelompok ABK yang mengikuti pelayanan pendidikan
yaitu D dan D1. Namun anak-anak binaan yang
mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional adalah
anak-anak yang lulus dari sekolah YPAC D1. D untuk
kelompok anak-anak yang penyandang cacat tubuh
yang diserang fisik dengan IQ diatas rata-rata 90, dan
untuk D1 penyandang cacat tubuh disertai cacat mental
dengan IQ dibawah 90, anak-anak hiperaktif juga mas,,
dan juga kurikulum SMALB, mempersiapkan PDBK
memiliki keterampilan kerja yang dapat digunakan
untuk bekerja dan hidup secara mandiri. Persentase nya
30% untuk akademik dan 70% untuk kemandirian
begitu seperti pra-vokasional juga.
Lantas perbedaan vokasional dengan pra-vokasional
apa bu?
Beda mas, untuk semua ABK tidak bisa langsung
diberikan vokasional, karena vokasional itu yang terjun
langsung dalam bidang pekerjaan atau keterampilan,
jadi langsung melakukan pekerjaan. tapi kalau pra-
vokasional sebelum melakukan vokasional, ABK
sebelum melakukan vokasional atau keterampilan
dibekali dengan bimbingan seperti motivasi, semangat.
Hal ini membekali anak agar mempunyai kepercayaan
diri dan mampu untuk terjun dimasyarakat nantinya, dan
anak tidak merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk
melakukan vokasional dengan keterbatasan yang
disandangnya.
Bagaimana kondisi ABK yang mengikuti layanan
bimbingan pra-vokasional bu?
Anak-anak yang kondisinya benar-benar tidak bisa
melanjutkan pendidikan khususnya akademis yang
dibawah 90 dan memang orang tua yang ingin anaknya
ikut pra-vokasional. Kebanyakan disini cacat fisik
tubuh, seperti kakinya lumpuh itu polio CP itu di bantu
kursi roda anaknya, dan juga mentalnya terganggu,.
dengan kondisinya hiperaktif namun di yayasan ini yang
mengikuti pra-vokasional masih ada yang bisa
berinteraksi dengan orang lain, seperti diajak ngobrol itu
bisa namun iya tidak semua hanya beberapa saja.
Ada berapa anak yang mengikuti bimbingan pra-
vokasional?
Disini anak binaan yang ikut layanan ada 12 anak ya
mas, dan itu sangat sulit bagi saya karena pendamping
yang kurang ya mas, yang tetap hanya saya saja.
Rata-rata umur berapa yang mengikuti layanan pra-
vokasional ya bu?
Rata-rata disini sudah dewasa ya walpun kelihatan
masih anak kecil tapi umurnya sudah diatas 20 ya .
Apakah pelaksanaanya bimbingan sudah terjadwal?
Sudah, jadwanya seminggu 4 kali, yaitu hari senin
sampai kamis, mulai dari jam setengah sembilanan
(08.30) sampai jam 12.00. tapi sebelum dimulai proses
Tahap
perkenalan
dengan ABK,
melakukan
asesmen dan
proses pra-
vokasional
Perbedaan
vokasional
dengan pra-
vokasional.
Kondisi ABK
yang
mengikuti
pra-
vokasional
Jadwal
pelaksanaan
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
kegiatan kita biasanya melakukan doa bersama dan
setelah itu pembimbing memberikan pengertian, arahan
dan motivasi, agar anak selalu aktif dan optimis dalam
proses bimbingan pra-vokasional.
Metode apa yang ibu gunakan dalam proses layanan
bimbingan pra-vokasional?
Iya awalnya saya melakukan assesmen ABK susah
untuk mengikuti apa yang diarahkan oleh pembimbing,
anak yang asik main sendiri, susah untuk diajak
ngomong juga. Lalu setelah itu saya melakukan
bimbingan kepada ABK melalui pendekatan, yaitu
pendekatan persuasive, karena kondisi anak tersebut
hiperaktif, kemudian saya berkomunikasi langsung
dengan anak dibuat senyaman mungkin agar anak bisa
menerima apa yang diberikan oleh pembimbing. saya
hanya melakukan pendekatan pada anak langsung,
dengan mendekati anak merangkul agar merasa nyaman
dan tenang, saya selalu memberi arahan pengertian,
motivasi seperti itu, agar tumbuh rasa percaya diri dan
semangat untuk bisa hidup normal seperti orang normal
lainnya. Selama berlangsungnya pra-vokasional anak-
anak antusias sekali untuk mengikuti kegiatan yang dia
lakukan. Dan prosesnya dilakukan secara berulang-
ulang karena anak yang sering lupa apa yang sudah
diajarkan. Dan sesekali anak merasa bosan, saya
membuat suasana yang bisa mencairkan rasa bosennya.
Awalnya anak melakukan keterampilan tersebut dengan
keinginannya sendiri, dan dukungan orang tua, namun
saya juga mengarahkan tentunya sesuai dengan bakat
dan kemampuan ABK.
Bagaimana proses awal saat keterampilan bu?
langkah awal yang saya lakukan yaitu dengan memberi
contoh kepada anak binaan yang ikut dalam pembuatan
tas, keset dan lain-lainya itu dari bahan yang manik-
manik, keset dari perca, trus tempat tisu ada dua ya
mas,, dari bahan stik ice crim sama manik-manik, nah
semua kerajinan itu saya melakukan pembuatan awal
dulu, setelah assesmen tentunya, lalu pendekatan
pemberian motivasi, semangat agar anak percaya diri
dan tidak merasa tidak mampu ya mas,, lalu pembuatan
kerajinan tersebut dengan langkah-langkah sesuai
dengan alatnya
Apa saja alat atau media yang digunakan bu?
Media atau alat meliputi untuk manik-manik ya
gunting, benang, lem, tempat mote, dan mote pastinya,
lalu pembuatan keset alatnya kain perca yang panjang
biasa untuk bisa dibuat anyaman, gunting, trus mesin
dari pembuatan keset itu. lalu souvenir, ada asbak trus
tempat tisu bahanya dari stik ic crim mas, yang disusun
diberi lem untuk menyatukannya.
Apakah ABK bisa menerima apa yang diajarkan oleh
ibu dengan baik?
Ya Alhamdulillah selama proses layanan bimbingan
anak-anak seneng nyaman dan sangat antusias, ya
walaupun awalnya agak susah.
Apakah ada perubahan setelah diadakannya layanan
bimbingn pra-vokasional?
Pastinya ada, karena hasilnya juga sudah banyak, anak-
anak seneng sekali karyanya ada yang beli, karena hasil
Pelaksanaan
bimbingan
pra-
vokasional
Proses
keterampilan
Alat dan
media
digunakan
saat proses
pra-
vokasional
135
140
145
150
155
160
165
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
dari pra-vokasional ini kita jual via onlain kandang juga
ada pameran seperti itu,.
Apakah ada kesulitan saat berlangsungnya kegiatan
pra-vokasional?
Kesulitan kebanyakan pada anak ya, karena memang
kondisi anak yang mempunyai keterbatasan, dan kadang
cepet lupanya, kadang juga tidak memperhatikan
bengong, jadi yang menghambat prosesnya, faktor lain
juga tadi yang sudah saja jelaskan tertelak pada
pembimbing ya atau pendamping yang kurang disini.
Apa saja faktor pendukung dan penghambat saat
berlangsungnya pelaksanaan bimbingan pra-
vokasional?
Sarana dan media juga salah satu pendukung mas lalu
dengan keadaan lingkungan yang kondusif dan juga
dukungan dari keluarga ataupun orang-orang
terdekatnya yang selalu memberi semangat dan
motivasi. Sedangkan faktor penghambat ya anak yang
susah diatur dan hiperaktif ya anak-anak itu, lalu cara
berfikir yang lambat, dan kurangnya pendamping tetap.
Anak yang gampang berubah-ubah moddnya marah,
terkadang juga sedih, seneng bahagia lgi bisa ketawa-
ketawa.
Ada berapa pembimbing di layanan pra-vokasional?
Pembimbing tetap hanya saya saja mas, namun bu Jajuk
juga ikut perperan aktif dalam proses kegiatan layanan
bimbingan pra-vokasional, seperti memberikan
motivasi, semangat, dan arahan kepada ABK.
Saya rasa sudah cukup bu, terimakasih atas waktunya
dan infomasinya sangat membantu saya, bolehkah nanti
saya tanya-tanya lagi bu?
Sama-sama semoga bisa membantu mas, iya silahkan
Oya bu, ini kalau saya langsung wawancara sama ABK
bisa bu? Secukup nya saja bu? 2 sampai 3 anak.
Bisa ayo langsung saja saya antar mas,,
Iya bu,,,
Kesulitan
pembimbing
saat
bimbingan
pra-
vokasional.
Faktor
pendukung
dan faktor
penghambat
Jumlah
pembimbing
Lampiran 07.
Transkip Hasil Wawancara
(S2.W2)
Narasumber : Ibu Endang (S2)
Jabatan : Pembimbing Pra-vokasional
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Selasa, 4 September 2017 jam 08.20
Keterangan: I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
20
I
N
I
N
I
N
Assalamualaikum,, selamat pagi bu…
Waalaikumsalam,, pagi mas, bagaimana ada yang bisa
saya bantu? Silahkan duduk (senyum dan
mempersilahkan duduk)
Iya bu, saya mau bertanya lagi berkaitan dengan ABK
yang mengikuti pra-vokasional.
Silahkan mas, kebetulan saya lagi longgar gak ada
kegiatan, gimana langsung saja ya.?
Iya bu, seperti apa kriteria ABK yang mengikuti
layanan bimbingan pra-vokasional di YPAC bu?
ABK yang mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional
adalah yang lulusan D1 YPAC Surakarta, anak-anak
yang penyandang tunadaksa Cerebral Palsy yaitu cacat
fisik, polio. dan penyandang mental retardasi Donw
Sindrom. Nah kalau anak yang penyandang polio itu
kaki nya seperti layuh, dia dibantu dengan kursi roda.
Kalau yang mental dia normal tetapi bola mata nya itu
ada melotot, jalan nya gak tegak, gambarannya anak
idiot begitu mas. Susah diajak ngobrol awalnya dulu pas
masuk awal-awalan, karena kurang bersosialisasi
dengan orang-orang disekitarnya, tapi lama kelamaan
Opening
Kriteria ABK
yang
mengikuti
pra-
vokasional
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
I
N
I
N
I
N
I
N
sering diajak ngobrol dia faham dan membuka diri
dengan orang sekitar.
Untuk IQ ABK bagaimana bu?
Nah kalau untuk ABK yang mengikuti bimbingan pra-
vokasional memiliki IQ dibawah rata-rata 90-50
kebawah. Kalau sudah dibawah rata-rata pasti
mempunyai banyak hambatan. Kondisi ini lebih tepat
disebut keterbelakangan mental. Yang tidak bisa
melanjutkan ke pendidikan sekolah pada umumnya,
harus ke sekolah luar biasa atau SLB. Nah kalau di sini
anak-anaknya memang sudah benar-benar tidak bisa
mengikuti pendidikan akademis, jadi jalan satu-satunya
biar tidak tambah donw karena merasa dikucilkan, dan
tidak ada aktivitas dirumah, YPAC membuat layanan
bimbingan pra-vokasional untuk ABK yang sudah tidak
bisa mengikuti atau melanjutkan pendidikan akademis
tersebut.
Bagaimana kondisi ABK saat awal masuk mengikuti
layanan bimbingan pra-vokasional?
Awalnya sulit sekali mas. Anak-anak sulit untuk
dikondisikan sulit dalam berkomunikasi, dan ABK yang
sifat sosialnya sangat rendah, disini pembimbing harus
berperan aktif, seperti anak yang terlihat murung saat
dikelas saya mendekati dan bertanya kenapa tidak
semangat kelihatan murung sedih? Ada apa? Biasanya
gak dijawab langsung cuma diam saja, saya tanya lagi,
kenapa ada apa nak? Cerita saja sama ibu, bilang kenapa
kok tidak semangat? Kita nanti main-main sambil
belajar disini ya jangan takut nanti ibu bimbing terus
dampingi terus, ayo semangat kita pasti bisa jangan
putus asa, disini banyak teman nya, ada ibu ada teman-
teman lain. Ayo semangat percaya diri kalau kita
mencoba pasti bisa. Begitu contohnya mas yang saya
berikan, tapi setiap anak berbeda-beda ya ada yang saya
dekati langsung ada respon sudah mau senyum, lalu
saya kasih pengertian motivasi seperti tadi. Ini
pelaksanaan pra-vokasional disini. Jadi peran utama
pembimbing dan dukungan orang tua serta lingkungan.
Bagaimana proses awal yang dilakukan oleh
pembimbing?
Pertama kami lakukan yaitu assesmen yaitu proses
dimana pembimbing bisa melihat bakat apa yang
dimiliki anak. Kemudian tahap pendekatan,
pengakraban agar tidak canggung dan takut, sesudah itu
kita melakukan assesmen, untuk anak agar kita tau
seberapa besar bakat yang dimiliki anak. Kemudian jika
anak terlihat tidak merespon pembimbing atau diam saja
terlihat tidak semangat dan tidak percaya diri,
pembimbing mendekati anak dengan memberikan
motivasi dan semangat agar tumbuh rasa percaya diri.
Iya sama itu tadi, perkenalan dulu, kemudian awalnya
memang agak sulit kita harus bisa membuat suasana
berasa nyaman, agar anak-anak bisa menerima arahan
bimbingan kita, namun tidak semua anak bisa
menerima,seperti diem saja tidak ada respon, lalu cara
saya dengan mendatangi anak-anak langsung.
Metode yang digunakan pembimbing seperti apa saat
proses bimbingan pra-vokasional bu?
Pembimbing memberikan pelayanan sebaik mungkin
IQ yang
dimiliki
ABK.
Kondisi awal
ABK
mengikuti
pra-
vokasional
dan
pemberian
motivasi
Proses awal
yang
dilakukan
oleh
pembimbing,
dan
Pemberian
motivasi
Motede yang
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
I
N
I
N
I
N
I
sebisa mungkin agar anak-anak itu tidak putus asa dan
tidak percaya diri. Contohnya seperti pada saat masuk
kelas saya memberikan salam, dan dilanjutkan berdoa
bersama sebelum memulai bimbingan, kemudian diberi
sapaan, candaan jika ada anak yang tidak respon saya
datangi anak itu. kemudian saya tanya kenapa mengapa
ada apa nak? Kenapa tidak semangat, kenapa sedih,
takut? Atau ada yang membuat tidak nyaman? Anak
diem tidak mau jawab. Ditanya lagi dengan lebih dekat
dirangkul dulu biar anak merasa dilindungi, merasa ada
yang peduli ada yang memberi semangat. Ditanya lagi
kenapa jangan sedih nak, cerita sama ibu, gak usah
berkecil hati, kita disini belajar bareng, seneng bareng,
main-main bareng, harus semangat kita buktikan kalau
kita bisa oke,, contohnya seperti itu mas yang biasa
pembimbing berikan saat proses bimbingan pra-
vokasional berlangsung. Tapi anak-anak disini
Alhamdulillah lebih terbuka dengan saya, menceritakan
kesulitannya, keadaan yang dialami dirumah maupun di
sini, bagaimana orang tuanya saudara-saudaranya
dengan anak itu.
Motivasi seperti apa yang diberikan kepada ABK agar
tumbuh rasa percaya diri itu?
Semangat agar tumbuh rasa percaya diri, harus selalu
menyemangati memberikan perhatian khusus, dengan
begitu anak perlahan-lahan akan merasa bahwa dirinya
bisa dan mampu melakukan apa yang dilakukan oleh
orang normal lainya walaupun dengan keterbatasan
yang disandangnya.
Apakah ABK yang penyandang keterbatasan mental
dan fisik itu dijadikan satu untuk kelasnya bu?
Iya kita jadikan satu. Karena biar anak tidak merasa
dibeda-bedakan. Kalau dijadikan satukan bisa saling
membantu satu sama lain dengan keterbatasan yang di
sandangnya.
Apa saja yang harus disiapkan sebelum pelaksanaan
bimbingan pra-vokasional dimulai?
Mengenai persiapan awal anak-anak mengikuti
bimbingan pra-vokasional ini, tidak ada persiapan apa-
apa ya cuma pembimbing melakukan upaya atau cara
agar anak-anak yang akan ikut bimbingan merasa
nyaman dengan kita dan dengan lingkungan juga.
Karena sangat mempengaruhi mental nya. Kalau kita
tidak bisa membuat anak-anak nyaman ABK akan sulit
merubah dirinya menjadi orang yang percaya diri dan
bisa menerima keadaanya. Dengan rasa nyaman anak-
anak kan merasa bahwa keadaan yang disandangnya
tidak menutup kemungkinan kalau dia itu dikucilkan
dianggap tidak mampu. Dan untuk pembimbing itu
sudah ahli mas sudah mengikuti pelatihan dimana-mana
belajar bagaimana membuat ABK itu merasa nyaman
dulu dengan kita, lalu dengan lingkungan, kemudia
membuat ABK menghilangkan rasa tidak percaya
dirinya yang membuatnya tidak bisa apa-apa. YPAC ini
tidak sembarangan untuk memilik pembimbing mas.
Mohon maaf ya seperti saya ini, keadaan saya juga cacat
sama seperti mereka saya juga belajar dari pengalaman
hidup saya, saya merasakan apa yang mereka rasakan.
Apakah kesulitan yang ibu temukan saat menghadapi
digunakan
pembimbing
saat proses
bimbingan
pra-
vokasional.
Kelas pra-
vokasional
Persiapan
pembimbing
sebelum
memulai
pelaksanaan
bimbingan
pra-
vokasional
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
ABK saat proses bimbingan pra-vokasional?
Kesulitan kebanyakan pada anak, karena memang
kondisi anak yang mempunyai keterbatasan, dan kadang
cepet lupanya, kadang juga tidak memperhatikan
bengong, diem, asik sendiri, agak sulit dalam
berkomunikasi jadi kita sesederhana mungkin kata dan
bahasa kita agar anak mudah memahami. Ya
kebanyakan pada anak yang menghambat prosesnya,
faktor lain juga tadi yang sudah saja jelaskan tertelak
pada pembimbing yang kurang disini, terbatasnya
pembimbing tetap dan aktif dalam bidang pra-
vokasional untuk khusus menangani ABK.
Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan bimbingan pra-
vokasional?
Sarana dan media juga salah satu pendukung mas. Lalu
dengan keadaan lingkungan yang kondusif dan juga
dukungan dari keluarga ataupun orang-orang
terdekatnya yang selalu memberi semangat dan
motivasi. Sedangkan faktor penghambat ya anak yang
susah diatur dan hiperaktif ya anak-anak itu, lalu cara
berfikir yang lambat, dan kurangnya pendamping tetap.
Anak yang gampang berubah-ubah moddnya marah,
terkadang juga sedih, seneng bahagia lagi bisa ketawa-
ketawa.
Usaha apa yang dilakukan pembimbing untuk
mengatasi hambatan serta kesulitan saat proses
bimbingan pra-vokasional bu?
Untuk mengatasinya tentu pembimbing harus bisa lebih
kreatif dan dapat mengulang-ulang dalam proses
bimbingan. Selalu memberikan motivasi, semangat,
dengan cara seperti memeberikan contoh film kartun
kan anak-anak suka ya menonton tv film kartun, contoh
film kaerun saya biasanya pakai kayak kucing dan tikus,
toom and jerry, lalu anak kecil sama bruang itu apa
namanya seperti itu juga mas, sama kayak tadi yang
sudah saya jelakan ya,, kemudian pembimbing harus
menggunakan kata yang sesederhana mungkin yang
mudah dipahami oleh anak.
Bagaimana mengetahui keberhasilan dalam
pelaksanaan bimbingan pra-vokasional?
Untuk mengetahui keberhasilan dalam bimbingan pra-
vokasional, kita tidak hanya melihat dan mengukur dari
kognitifnya saja, namun dari sifat karena mental.
Pembimbing mengetahui keberhasilan anak dengan cara
menilai sikapnya dan kognitifnya juga. Dari dua aspek
tersebut, namun lebih cenderung ke sifat karena untuk
anak mental retardasi tunagrahita tidak bisa dituntut
kognitifnya 100%.
Bagaimana cara mengevaluasi bimbingan pra-
vokasional yang telah dilakukan?
Evaluasi dilakukan dengan cara melihat kondisi anak
Sudah ada perkembangan yang sangat baik, sejauh mana
rasa percaya diri ABK dalam mengambil sikap lalu
dengan hasil karya-karya yang telah dibuat.
Perkembangan untuk kehidupan ABK.
Baik bu saya rasa sudah cukup pertanyaan saya,
semoga data informasi dari ibu bisa sangat membantu
saya untuk menyelesaikan skripsi saya. Amin,,,
Kesulitan
saat proses
bimbingan
pra-
vokasional.
Faktor
pendukung
dan
penghambat
Usaha yang
dilakukan
pembimbing
saat
mengatasi
kesulitan dan
hambatan.
Evaluasi
200
N
I
N
Iya mas angga semoga lancar dan cepet selesai
skripsinya. Amin,,,
Terimakasih banyak bu bantuan dan waktunya.. saya
pamit dulu bu assalamualaikum
Iya mas sama-sama, saya seneng bisa membantu
waalaikumsalam
Lampiran 08.
Transkip Hasil Wawancara
(S3.W1)
Narasumber : Febiana (S3)
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Selasa, 27 November 2017. Jam 09.20
Keterangan: I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
20
25
30
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
Assalamualaikum mbak, selamat pagi, maaf
mengganggu, saya angga mahasiswa IAIN
Surakarta, bolehkah saya berbincang-
bincang dengan mbak? Oya kalau boleh tau
namanya siapa mbak?
Waalaikumsalam, iya pagi boleh silahkan
mass,,, (senyum dan mempersilahkan
duduk). Saya Febiana.
Saya langsung Tanya-tanya gak papa ya
mbak,
Iya,, (senyum dan mata melihat keadaan
sekitar)
Sudah berapa lama mengikuti kegiatan
layanan bimbingan pra-vokasional ini?
Emmm,,, saya sudah lama mas,, sudah 1
tahunan aku disini, (sambil mendengarkan
dan memikirkan sesuatu)
Sekarang umurnya berapa mbak?
Umur aku sudah (sambil memutar-mutar
mata mengingat sesuatu) 28 tahun.
Apa yang dirasakan sebelum dan sesudah
mengikuti layanan bimbingan pra-
vokasional ini?
Aku seneng ikut ini. Dulu gak bisa sekarang
bisa
Senang ya ikut kegiatan ini,,
Iya seneng banget,, (senyum)
Awal dulu susah, tapi mami selalu
memberikan semangat.
Apa saja yang sudah diajarkan oleh
Opening
Waktu
mengikuti
bimbingan
pra-
vokasional
Perasaan
setelah
mengikuti
bimbingan
pra-
vokasional
35
N
I
N
pembimbing?
Banyak, tiap hari mami ngajari pas awal
dulu, sekarang saya sudah bisa sendiri
membuat manik-manik. (senyum-senyum
dan matanya meliat keatas)
Oke terimaksih ya mbak sudah mau
membantu saya menjawab pertanyaan,
semangat yahh,,
Iya mas sama-sama
Proses
bimbingan
pra-
vokasional
Lampiran 09.
Transkip Hasil Wawancara
(S4.W1)
Narasumber : Mbak Diah Ayu (S4)
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Selasa, 27 November 2017. Jam 09.50
Keterangan: I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
Assalamualaikum mbak, selamat pagi, maaf
mengganggu, saya angga mahasiswa IAIN
Surakarta, bolehkah saya berbincang-
bincang dengan mbak?
Ohh iyaa, boleh kok mas,,,! (sambil senyum-
senyum dan matanya melihat keadaan
sekitar) mau tanya apa ya..?
Maaf ya mbak sebelumnya, saya ini kan lagi
mengadakan penelitian terus saya ingin
meneliti tentang layanan bimbingan pra-
vokasional, yang ingin saya tanyakan yaitu
yang pertama, nama mbak siapa ya?
Saya Diah Ayu
Sudah berapa lama mengikuti kegiatan
layanan bimbingan pra-vokasional ini?
Ohh.. saya sudah lama mas,,
Kita-kita berapa tahun? sudah hampir 1
tahunan belum,
Iya ada mungkin ya, lali aku (sambil
mendengarkan dan memikirkan sesuatu)
Apa yang dirasakan sebelum dan sesudah
mengikuti layanan bimbingan pra-vokasional
ini?
Seneng,,, ada temen banyak kok,, (senyum)
pembimbing sering ngajari damping ngasih
semangat gitu ya,,?
Iya mami juga enak, sabar jadi seneng aja,
ngasih semangat tiap hari.
Kerajinan apa yang sekarang dibuat ini?
Tempat tisu, …
Tempat tisu, lainya lagi, apa aja yang sudah
dibuat selama mbak mengikuti bimbingan
pra-vokasional ini?
Emmm,,, (matanya melihat keatap dan
mencoba berfikir) Keset, tempat tisu ini, terus
banyak aku lupa,,
Apa saja yang diberikan atau diajarkan
pendamping?
Iya, ngasih motivasi, semangat, pengertain,
arahan,.
Baik terimakasih ya mbak, sudah mau
membantu saya, semangat ya,, sudah cukup
saja Tanya-tanya,,
Oh emmm iyaa,, sama-sama
Assalamualaikum,
Walaikumsalam mas
Opening
Waktu selama
mengikuti
bimbingan pra-
vokasional.
Jenis
keterampilan
yang diminati
Proses
bimbingan pra-
vokasional
Lampiran 10.
Transkip Hasil Wawancara
(S5.W1)
Narasumber : Mas Roni Surya (S5)
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Selasa, 27 November 2017. Jam 10.25
Keterangan: I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
20
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
Assalamualaikum mas, selamat pagi, maaf
mengganggu, saya angga mahasiswa IAIN
Surakarta, bolehkah saya berbincang-
bincang dengan kakak?
Ohh iyaa, boleh kok mas,,,! tanya apa ya..?
Maaf ya mas sebelumnya, saya ini kan lagi
penelitian, terus saya ingin meneliti
tentang layanan untuk layanan bimbingan
pra-vokasional, yang ingin saya tanyakan
yaitu yang pertama, nama mas siapa?
Saya Roni,
Sudah berapa lama mengikuti kegiatan
layanan bimbingan pra-vokasional ini?
Ohh.. saya sudah lumayan lama mas,,
Kita-kita berapa tahun? sudah hampir 1
atu mungkin 2 tahunan belum?
Iya ada mungkin 3 tahun. (sambil
mendengarkan dan memikirkan sesuatu)
Apa yang dirasakan sebelum dan sesudah
mengikuti layanan bimbingan pra-
vokasional ini?
Senang sekali aku, betah disini
Pertama kali masuk disini apa yang
dirasakan mas?
Opening
Waktu selama
mengikuti
bimbingan pra-
vokasional.
25
30
35
40
N
I
N
I
N
I
N
I
N
pas awal aku ikut bimbingan ini aku gak
berani ngomong diem aja gitu mas, terus
mami datangi aku, aku di tanya-tanya,
kenapa diam saja gitu. Gak langsung tak
jawab aku masih diem, tapi mami itu sabar
lo sama aku dan teman-teman, ngasih
semangat terus cerita-cerita juga gitu.
Apa saja yang diberikan atau diajarkan
pendamping?
Iya ngasih semangat, ngasih motivasi biar
gak putus asa,
Kerajinan apa yang sekarang dibuat ini?
Asbak mas dari stik ice crim.
Selain asbak apa aja yang sudah dibuat
selama mas mengikuti bimbingan pra-
vokasional ini?
Tempat tisu.
Baik terimakasih ya mas, sudah mau
membantu saya, semangat ya,, sudah
cukup saja Tanya-tanya,,
Oh emmm iyaa mas,, sama-sama
Awal masuk
layanan
bimbingan pra-
vokasional
Proses
bimbingan pra-
vokasional.
Jenis
keterampilan
yang
diminati.
Lampiran 11
Transkip Hasil Wawancara
(S6.W1)
Narasumber : Mbak Ika Puspita (S6)
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Kamis, 23 November 2017 jam 09.10
Keterangan: I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
Assalamualaikum mbak, selamat pagi, maaf
mengganggu, saya angga mahasiswa IAIN
Surakarta, bolehkah saya berbincang-
bincang dengan mbak?
Ohh iyaa, boleh kok mas,,,! (sambil senyum-
senyum dan matanya melihat keadaan
sekitar) mau tanya apa ya..?
Maaf ya mbak sebelumnya, saya ini kan lagi
penelitian, terus saya ingin meneliti tentang
layanan bimbingan pra-vokasional, yang
ingin saya tanyakan yaitu yang pertama,
nama mbak siapa ya?
Saya ika mas …
sudah berapa lama mengikuti kegiatan
layanan bimbingan pra-vokasional ini?
Ohh.. saya sudah lama mas,,
Kita-kita berapa tahun? sudah hampir 1atau
mungkin 2,3 tahunan belum,?
Saya dari tahun 2006 disini, lama banget to
aku disini.
Apa yang dirasakan sebelum dan sesudah
mengikuti layanan bimbingan pra-
vokasional ini?
Seneng,,, (senyum dan melihat keadaan
sekitar)
Mbak kan sudah lama ya disini ada kendala
gak selama mengikuti bimbingan pra-
vokasional ini?
Iya ada, Iya awalnya saya gak tau apa-apa,
takut, minder, gak percaya diri karena aku
cacat. Lalu dapat banyak pelajaran,
pengalaman, motivasi, semangat gak
tergantung sama orang lain, bisa mandiri.
Ohh iya, terus apa yang diajarkan
pembimbing selama proses pra-vokasional?
Iya mami itu baik, sabar selalu ngasih
semangat motivasi biar anak-anak disini
mempunyai rasa percaya diri bahwa anak itu
mampu walaupun cacat. Ya seperti saya ini
contohnya mas,,
Oke,, emm Kerajinan apa yang sekarang
dibuat ini?
Tempat tisu, tas
Ohh begitu ya,, jadi mami sering ngasih
arahan semngat motivasi ya sama mbak,,?
Iya, gitu jadi aku betah,,, (senyum)
Ikuti bimbingan ini keinginan sendiri atau
keinginan orang tua?
Iya mas ikutan ini karena keinginan sendiri
Opening
Waktu
mengikuti
pra-vokasional
Perasaan selama
mengikuti
bimbingan pra-
vokasional
Proses
bimbingan pra-
vokasional,
Jenis
keterampilan
yang diminati.
50
I
N
dan orang tua saya sangat mendukung.
Katanya biar bisa membuat benda unik gitu
terus bisa juga dijual.
Baik terimakasih ya mbak, sudah mau
membantu saya, semangat ya,, sudah cukup
saja Tanya-tanya,,
iyaa mas,,
Lampiran 12
Transkip Hasil Wawancara
(S7.W1)
Narasumber : Mbak Ayu Tri (S7)
Lokasi : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Waktu : Kamis, 23 November 2017 jam 09.40
Keterangan: I = Interviewer, N = Narasumber
Baris Pela
ku
Percakapan Tema
5
10
15
I
N
I
N
I
N
I
N
Assalamualaikum mbak, selamat pagi,
maaf mengganggu, saya angga mahasiswa
IAIN Surakarta, bolehkah saya
berbincang-bincang dengan mbak?
Ohh iyaa, boleh kok mas,,,! Silahkan
Maaf ya mbak sebelumnya, saya
mengganggu, nama mbak siapa ya?
Gak papa mas, Nama ku ayu tri
sudah berapa lama mengikuti kegiatan
layanan bimbingan pra-vokasional ini?
Ohh.. saya sudah lama mas,,
Kita-kita berapa tahun? sudah hampir 1
tahunan belum,?
Iya ada 2 tahun (sambil mendengarkan dan
memikirkan sesuatu)
Opening
Waktu selama
mengikuti
proses
bimbingan pra-
20
25
30
35
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
I
N
Apa yang dirasakan sebelum dan sesudah
mengikuti layanan bimbingan pra-
vokasional ini?
Seneng,,,, (senyum)
Apa saja yang diajarkan oleh
pembimbing?
Iya ngasih semangat, ngasih motivasi
Kerajinan apa yang sekarang dibuat ini?
Tas ini saya.
Apa aja yang sudah dibuat selama mbak
mengikuti bimbingan pra-vokasional ini?
Emmm,,, aku lebih suka bikin tas, sama
tempat tisu, dari bahan ini (manik-manik)
Ohh begitu ya,, lalu perasaan sebelum dan
sesudah ikut bimbingan ini apa mbak?
Iya awalnya takut, minder, gak percaya diri
aku cacat kan, tapi terus aku bisa
Baik terimakasih ya mbak, sudah mau
membantu saya, semangat ya,, sudah
cukup saja tanya-tanya,,
Oh emmm iyaa mas,, sama-sama
vokasional
Proses
bimbingan Pra-
vokasional
Jenis
keterampilan
yang diminati
Perasaan selama
mengikuti
bimbingan pra-
vokasional
P R O F I L
YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT ( YPAC )
SURAKARTA
Jl. Slamet Riyadi No. 364 SURAKARTA
Telp.0271 – 714229 Fax. 0271 – 714228
website :www.ypac.or.id ; email : [email protected]
P R O F I L
YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT
( YPAC )
SURAKARTA
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Sejarah Singkat
C. Dasar Hukum
BAB II : TUGAS POKOK, FUNGSI YPAC SURAKARTA
A. Visi dam Misi
B. Tugas Pokok dan Fungsi
C. Sarana dan Prasarana
BAB III : PROFIL YPAC SURAKARTA
A. Struktur Organisasi YPAC Surakarta
- Nama YPAC Surakarta
- Jenis Pelayanan
- Waktu Pelayanan
B. Sumber Daya Manusia
C. Pola Pelayanan
BAB IV : PELAYANAN
A. Mekanisme Kerja YPAC Surakarta
B. Proses Pelayanan
C. Sasaran Garapan
D. Strategi yang ditempuh
E. Faktor Pendukung dan Penghambat
F. Hasil yang Dicapai
LAMPIRAN – LAMPIRAN
- Tugas dan Wewenang
- Foto Organ
- Foto Kegiatan
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Yayasan Pembinaan Anak Cacat ( YPAC ) Surakarta merupakan Lembaga Kesejahteraan
Sosial Nirlaba Swasta penuh yang memberikan pelayanan rehabilitasi kepada anak
penyandang tuna daksa / cacat tubuh agar mereka dapat hidup di tengah – tengah masyarakat
secara layak, karena mereka juga manusia yang harus memperoleh hak – haknya seperti anak –
anak normal lain.
Prof. DR. dr. Soeharso ahli ortopaid / bedah tulang yang pertama – tama yang mendirikan
YPAC 5 Februari 1953, yang saat itu semasa revolusi phisik 1945 – 1950 banyak sekali
rakyat, terutama pejuang yang cacat akibat pertempuran. Saat itu adanya tempat untuk orang –
orang cacat di RC, akhirnya Prof. DR. dr. Soeharso mendirikan untuk rehabilitasi khusus anak
– anak cacat, yang sampai sekarang disebut Yayasan Pembinaan Anak Cacat.
Semua yang berkaitan dengan anak – anak cacat tuna daksa dapat dilayani secara total care
di YPAC Surakarta, baik yang ada di panti maupun non panti.
Penanganan rehabilitasi secara total care meliputi :
1. Rehabilitasi Medis
Meliputi : Assesmen, Fisioterapi, Okupasi Terapi, Speech Terapi, Hidroterapi,
Snoozoellen, Prana Healing, dll.
2. Rehabilitasi Sosial
Meliputi : Asrama, Guest House, Rekreasi, Olahraga, RDK, dll.
3. Rehabilitasi Pendidikan
TK – SMALB
4. Rehabilitasi Pravokasional
Memberikan ketrampilan kerja, meliputi : souvenir, keset, manik – manik, batik, bengkel,
dll.
Menurut perkembangan yang ditangani sampai sekarang bertambah pesat, dengan alat –
alat yang memadahi, seperti pelayanan konsultasi, psikologi oleh psikolog, pelayanan
usaha untuk penyandang cacat, serta usaha klinik dewasa di sore hari, termasuk anak –anak
dengan cacat ganda dapat ditangani di YPAC Surakarta.
“ CACAT ATAU TIDAK, BUKAN UKURAN KEMAMPUAN SESEORANG “
Itulah kalimat yang memberi motivasi kepada anak – anak cacat oleh Prof. DR. dr.
Soeharso.
B. SEJARAH SINGKAT
Almarhum Prof. Dr. Soeharso adalah seorang ahli bedah tulang ( Orthopaed ) yang
pertama kali merintis upaya rehabilitasi penyandang cacat ( Penca ).
Beliau mendirikan pusat rehabilitasi = Rehabilitasi Centrum, yang disingkat dengan R.C bagi
korban revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia di Solo pada tahun 1952.
Pada saat itu beberapa daerah terserang wabah poliomyelitis, maka anak – anak dengan gejala
post polio dibawa ke Pusat Rehabilitasi ini.
Mula – mula anak – anak tersebut tidak mendapat perhatian karena memang fasilitas tidak ada.
Namun hal ini tidak dapat dibiarkan.
Setelah alm. Prof. Dr. Soeharso dalam tahun 1952 menghadiri “International Study a Conference
of Child Welfare” di Bombay dan “The Sixty Intenational Conference on Social Work” di Madras,
maka atas prakasa beliau pada tanggal 5 Pebruari 1953 didirikan Yayasan Penderita Anak Tjatjat
(Y.P.A.T) di Solo dengan Akte Notaris No. 18 tanggal 17 Pebruari 1953.
Rehabilitasi Centrum ( R.C ) sangat besar bantuannya dengan memberikan ruangan khusus untuk
merintis pelayanan kepada anak – anak dibawa ke Yayasan Penderita Anak Tjatjat ( Y.P.A.T.).
Alm. Prof.Dr. Soeharso meletakkan prinsip – prinsip pekerjaan Yayasan yang dalam garis
besarnya sama dengan apa yang dikerjakan di R.C.
Dalam jangka waktu 1 ( satu ) tahun Pengurus Y.P.A.T berhasil mendapatkan bantuan sebuah
gedung dari Yayasan Dana Bantuan Departemen Sosial. Tepat pada tanggal 5 Pebruari 1954
dilaksanakan peletakan batu pertama. Enam bulan kemudian pada tanggal 8 Agustus 1954 Gedung
Y.P.A.T. yang terletak di Jln. Slamet Riyadi 364 Surakarta dibuka.
Perintis upaya Rehabilitasi Penca alm. Prof.Dr. Soeharso menerima pengakuan / penghargaan dari
Luar negeri berupa “Albert Laskar Rehabilitation Award”. Beliau meninggal dunia pada tanggal
27 Pebruari 1971 karena serangan jantung, dunia Rehabilitasi Penca Indonesia kehilangan seorang
Bapak yang sejak tahun 1945 sampai tahun 1971 mengabdikan hidupnya pada masyarakat pada
umumnya dan para penca khususnya.
Prof Soeharso adalah pemrakasa, perintis pembangunan dan pengembangan dari Pusat
Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh dan lembaga – lembaga lain, termasuk Yayasan Pembinaan
Anak Cacat ( YPAC) yang dulu namanya Yayasan Penderita Anak Tjatjat ( YPAT). Dengan
prestasi – prestasi tersebut beliau mendapat pengahargaan Bintang Mahaputra tingkat III dari
Pemerintah RI dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Selanjutnya beliau berkeliling ke berbagai kota untuk menghimbau perorangan maupun organisasi
wanita agar mendidirkan Yayasan Y.P.A.T guna memberikan pelayaan rehabilitasi pada anak
cacat fisik ( tuna daksa ).
Imbauan beliau mendapat tanggapan dari masyarakat dan Y.P.A.T berkembang( didirikan )
dibeberapa tempat / wilayah Indonesia dengan kantor pusat YPAC di Surakarta.
Pada tahun 1977 pusat YPAC Indonesia dipindah ke Ibu Kota Jakarta dengan demikian YPAC
Surakarta menjadi YPAC cabang Surakarta. Saat ini telah didirikan 16 ( enam belas ) YPAC
daerah di Indonesia sebagai berikut :
No YPAC
DAERAH
BERDIRI
TAHUN
No YPAC DAERAH BERDIRI
TAHUN
1. Surakarta 1953 9. Bandung 1960
2. Jakarta 1954 10. Palembang 1960
3. Semarang 1954 11. Medan 1964
4. Surabaya 1954 12. Manado 1970
5. Malang 1956 13. Makasar 1973
6. Pangkal Pinang 1956 14. Aceh ( NAD ) 1979
7. Ternate 1956 15. Bali 1981
8. Jember 1958 16. Padang 1991
Dengan terbitnya UU RI No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka penyesuaian YPAC Surakarta
dengan Akta Notaris No. 8 tanggal 16 Agustus 2002, Akata Notaris No. 10 tanggal 20 Juni 2003,
Akta Notaris No. 7 tanggal 25 Agustus 2005 dan akta Notaris No.11 Tanggal 26 Juni 2008.
C. DASAR HUKUM
1. UNDANG – UNDANG TENTANG YAYASAN
No. 16 Tahun 2001
No. 28 Tahun 2004
2. AKTE NOTARIS
No. 10 Tanggal 20 Juni 2003 di Jakarta
No. 7 Tanggal 25 Agustus 2005
No. 11 Tanggal 16 Juni 2008
3. DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM
No. C. 362.H.T.01.02.th 2006
Tanggal 22 Februari 2006
II. TUGAS POKOK FUNGSI YPAC SURAKARTA
A. VISI dan MISI
VISI
Mencegah secara dini kecacatan dan membina difabel / anak cacat agar menjadi generasi
penerus yang berkualitas.
MISI
Melalui pelayanan habilitas dan atau rehabilitas yang terpadu, mengembangkan potensi anak
cacat menuju kemandirian.Memperjuangkan kesamaan hak anak cacat agar mencapai
kesejahteraan yang sempurna.
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
1. Tugas Pokok
Tugas, kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab organ telah diatur dalam Anggaran
Dasar sebagai berikut :
Pembina
1. Pembina adalah Organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak dapat
diserahkan kepada Pengurus dan Pengawas
2. Dalam mengatur dan menetapkan kebijakan, Pembina dapat mempertimbangkan
usulan / masukkan dari Pengurus dan / atau Pengawas YPAC ( apabila usulan tersebut
sesuai Anggaran Dasar )
3. Pembina tidak dapat memutuskan secara tersendiri kebijakan yang diambil, melainkan
harus merupakan hasil keputusan Rapat Pembina
4. Dalam Rapat Tahunan, Pembina mengesahkan laporan tahunan dalam bentuk Risalah
Rapat Tahunan yang telah disetujui Pengawas
5. Pembina dapat mengambil keputusan untuk memberhentikan anggota Pengurus yang
dinilai merugikan Yayasan sebagai tersebut pada pasal 32 ayat 4 Undang – Undang
Yayasan dengan terlebih dahulu memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis.
6. Kewenangan semua Pembina adalah sama
7. Diantara merekan dipilih seorang Ketua Pembina
8. Pembina tidak berhak mengambil kewenangan yang telah diserahkan kepada Pengurus
9. Pembina tidak mempunyai kewajiban apapun dalam pelaksanaan program organisasi
yang telah dijalankan Pengurus
10. Dalam kepemimpinan Yayasan, kepemimpinan Pembina bukan kepemimpinan
individu, melainkan kepemimpinan organisasi yang menganut perilaku dan budaya
organisasi.
Pengurus
1. Pengurus adalah Organ Yayasan yang menjalankan kepengurusan berdasarkan azas
kebersamaan ( Team Work )
2. Pengurus menyusun Laporan Tahunan , Program Kerja dan Anggaran untuk diajukan
dan disyahkan oleh Pembina apabila sudah disetujui Pengawas.
Rapat Tahunan dilaksanakan paling lambat pada bulan Maret pada setiap tahun.
3. Pengurus menyusun Program Kerja dan Anggaran setiap tahun untuk disyahkan
Pembina yang telah diketahui oleh Pengawas.
4. Pembina dapat mengadakan revisi dan evaluasi program kerja dan anggaran sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
5. Rapat Tahunan dilaksanakan paling lambat pada bulan Maret pada setiap tahun.
6. Pengurus dapat memberikan usulan / masukkan kepada Pembina melalui Rpat Organ.
7. Pengurus dapat konsultasi kepada Pengawas dalam hal pelaksanaan program
8. Pengurus dalam kegiatan pengelolaan program bertanggung jawab kepada Pembina
9. Pengurus dalam melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan harus
mendapat persetujuan tertulis dari Rapat Pembina
10. Pengurus tidak dapat memutuskan secara tersendiri kebijakan yang diambil, melainkan
harus merupakan hasil keputusan Rapat Pengurus
11. Pengurus mendapat gaji dari Yayasan apabila :
a. Sangat diperlukan di salam menunjang kelancaran organisasi
b. Kompeten dalam bidangnya
c. Bekerja penuh sesuai jam kerja dalam peraturan kepegawaian
d. Tidak bekerja penuh maupun paruh waktu pada lembaga lain / instansi
12. Sistem kerja penyampaian program kerja tahunan ( terlampir )
Pengawas
1. Pengawas adalah Organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi
nasehat kepada Pengurus dalam melaksanakn tugasnya sesuai pedoman yang
ditetapkan dan disyahkan Pembina
2. Pengawas wajib mengadakan rapat sewaktu – waktu diperlukan
3. Pengawas menyampaikan pelaksanaan pengawasannya kepada Pembina secara tertulis
per tahun maupun lisan setiap saat pada hal – hal yang mendesak
4. Pengawas dapat mengajukan usulan / masukkan kepada Pembina dalam menetapkan
kebijakkan pada Rapat Gabungan.
5. Pengawas bertanggung jawab kepada Pembina
6. Di antara dari mereka dipilih seorang Ketua Pengawas
7. Pengawas dalam melaksanakan pengawasannya tidak harus diundang dan hadir pada
setiap rapat Pengurus
8. Pemberitahuan rapat Pengurus perlu disampaikan kepada Pengawas untuk menentukan
kehadirannya
9. Pengawas dapat mempengaruhi dan mengarahkan Pengurus organisasi di dalam
melaksanakan program kerja masa baktinya untuk mencapai tujuan yayasan.
10. Pengawas tidak dibenarkan memberi perintah maupun larangan kepada Pengurus
organisasi dan semua sumber daya manusia yang telibat di semua tingkat dan
jajarannya organisasi dalam tugasnya mengelola organisasi
11. Pengawas dalam melakukan pengawasannya bukan mencari kesalahan tetapi nasehat
supaya tidak terjadi kesalahan
12. Dalam kepemimpinan Yayasan, kepemimpinan Pengawas bukan kepemimpinan
individu, melainkan kepemimpinan organisasi yang menganut perilaku dan budaya
organisasi
2. Fungsi
a) Pembinaan anak cacat dan keluarganya
b) Kemitraan
c) Sasaran anak dengan kecacatan, keluarga, dan masyarakat
d) Pelaksanaan penyusunan program dalam mencapai tujuan berupa program tahunan /
jangka pendek / jangka menengah & jangka panjang, program strategi yang di buat
oleh Pembina
e) Pelaksanaan kerja ( registrasi, observasi, assessment, identifikasi, penyelenggaraan
asrama, penetapan gizi anak – anak, diagnosa sosial kecacatan, serta perawatan medis,
pendidikan dan ketrampilan )
f) Pelaksanaan bimbingan sosial, mental, ketrampilan dan olahraga.
g) Pemberian informasi
h) Penyaluran & bimbingan lanjut
i) Pengembangan SPM ( Standart Pelayanan Minimal ), baik pendidikan, sosial dan
medis.
j) Pengelolaan khusus sekretariat demi kelancaran tugas.
C. SARANA PRASARANA
Sarana Prasarana untuk :
1) Kantor dan Gedung
- Luas tanah + 5000 m2
- Gedung memadai, akses
2) Unit – Unit
a. Medis
Memadai : - Alat Terapi : Wicara
- Alat Terapi : Okupasi
- Alat Terapi : Fisioterapi
- Alat Terapi : Prana
- Alat Terapi : Musik
- Hydroteraphy
- Snoozoellen
- Kolam Renang
b. Sosial
Memadai : - Ruang Asrama
- Bed Asrama
- Almari Asrama
- Ruang Makan
- Ruang Belajar
- Tempat Bermain
- Kamar Mandi
- Tempat Ibadah
- Tempat Olahraga
- Tempat Latihan Teater
- Goest House
- dll
c. Pendidikan
Sarana Prasarana dari TK – SMALB baik D dan D1 memenuhi standart
pelayanan minimal.
d. Ketrampilan
Mesin, Alat Batik, Alat – alat buat souvenir, bengkel pembuatan brace
e. Tempat Kegiatan Umum
Gedung Pertemuan
Alat – Alat Persewaan
Tempat Parkir Umum
Tempat ATM
Toko
Fotocopy
III. PROFIL YPAC SURAKARTA
A. STUKTUR ORGANISASI YPAC
i Berdasarkan Anggaran Dasar YPAC Surakarta, Serta surat Keputusan Ketua Umum YPAC
Surakarta No. 276 / D.1.1 / YPAC / VIII – 08, Struktur Organisasi YPAC Surakarta terdiri
dari :
1. Ketua – Ketua, terdiri :
a. Ketua Umum
b. Ketua I
c. Ketua II
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Bagian – Bagian
a. Bagian Keuangan dan Akuntansi
- Pembukuan / Akuntansi
- Kasir / Keuangan
b. Administrasi dan SDM
Persuratan, dll
Kepegawaian, dll
Sekretariat
c. Program & Pelaporan
Data, Pelaporan
Program Kerja
d. Umum, Usaha, Rumah Tangga
- K3
- Unit Usaha
- Urusan Usaha
e. Diklat
SDM
Karyawan
f. Usaha
Pelayanan
g. Rehab Pendidikan
PLB / SLB
TK, D, D1
SD, D, D1
SMP, D, D1
SMALB
h. Rehab Sosial
- Asrama
i. Rehab Pravokasional
Ketrampilan
Bengkel
j. Rehab Medis
- Fisiotrapi
- Okupasi Terapi
- Hidroterapi
- Speech Terapi
- Klinik Terapi
- Psykoterapi
- Snoozoullen
k. Rehab Medis
Masing – masing bagian bertugas sesuai kompetensi masing – masing
Struktur terlampir
STRUKTUR ORGANISASI YPAC SURAKARTA
KETERANGAN :
1. Keuangan
2. Akuntansi
3. Sekretariat
4. Kepegawaian
5. Program dan
Pelaporan
6. Usaha (persewaan)
7. Umum (keamanan,kendaraan)
8. Rumah Tangga :
Kebersihanan PEmeliharaan sarana
9. SDM
(professional)
10. Usaha
Pelayanan
11. PLB 12. Asrama 13. Ketrampilan
14. Bengkel
15. Fisioterapi
16. Okupasi terapi
17. Hidroterapi
18. Speech terapi
19. Klinik terapi
20. Psikologi
21. Rekam Medis
GARIS KOMANDO GARIS PELAPORAN GARIS PENGAWASAN SesuaiSK : 276/D.1.1/YPAC/VIII-08
PEMBINA YPAC SKA
PANGAWAS YPAC SKA PENGURUS YPAC SKA
KETUA I KETUA II
TIM
REHABILITASI
TIM PENGELOLA PRA PELAYANAN
ADMINISTRASI,KEUANGAN
DAN UMUM
ASES
MENT
REHAB
MEDIK
REHAB
PRAVOK
REHAB
SOSIAL
REHAB
PENDK.
USAHA DIK
LAT UMUM,USAHA
DAN RUMAH
TANGGA
PROGRAM
DAN
PELAPORAN
ADMINISTRASI
DAN SDM
KEUANGAN
DAN
AKUNTANSI
21 20 19 18 17 16 15 14 13 8 7 6 4 3 2 1 12 11 10 9 5
ii Nama Panti
Yayasan Pembinaan Anak Cacat ( YPAC ) Surakarta Jalan Slamet Riyadi No. 364 Surakarta
iii Jenis Pelayanan
1. PELAYANAN REHABILITASI MEDIK
a) Fisioterapi & Hydroterapi
Gangguan / keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan ( anak terlambat duduk,
merangkak, jalan ).
Gangguan keseimbangan kelemahan sebagian atau seluruh otot kaki dan atau tangan.
Gangguan pada anggota gerak dan tulang belakang.
Gangguan respirasi / sulit mengeluarkan dahak, sering batuk dan pilek, anak kurus susah
makan, pijat bayi sehat, anak kurang aktif / malas.
b) Terapi Wicara
Terapi pada pasien yang mengalami gangguan bicara, bahasa dan suara serta gangguan
menelan dan system pernapasan.
Tujuan : agar pasien mampu berkomunikasi .
Kasus yang ditangani meliputi keterlambatan bicara dan bahasa, bibir sumbing / celah
langit – langit, gangguan pendengaran, kesulitan fungsi primer organ mulut, gagap, cerebral
palsy, autism, attention deficit hyperactivity disorder / gangguan perhatian dan hyperaktif,
post stroke.
c) Terapi Okupasi
Melatih anak yang mengalami gangguan fisik mental dan sosial melalui aktivitas yang
bermakna untuk mencapai tingkat kemandirian optimal dalam fungsional harian.
Kasus yang ditangani : cerebral palsy, autism, hyperaktif, lambat bicara, gangguan sensoris,
mental retardasi, dan gangguan perkembangan lainnya. Metode terapi meliputi play terapi,
sensori integration, kognitif terapi, terapi perilaku biomekanik, NDT ( Neuro Development
Treatment ), ADL ( Activity Daily Living ), terapi music, brain gym, terapi metode Gleen
Doman, dll.
d) Pemeriksaan Dokter
e) Pembuatan alat bantu gerak / jalan
Bengkel Brance
Menerima pembuatan dan perbaikan alat terapi, alat bantu gerak, dan kemandirian seperti
: prothese, brace, kruk, walker, kursi roda, cock up,splint, back splint, dll.
f) Operasi dirujuk ke RSOP Prof Dr. Soeharso
g) Terapi Modern Pranic Healing sebagai pelengkap pelayanan medis
Teknik modern penyembuhan Energi untuk regenerasi otak, mempecepat penyembuhan,
dan meningkatkan kecerdasan.
Efektif sebagai pelengkap pengobatan kedokteran.
Bermanfaat untuk penyembuhan ADD, ADHD, Mongoloid, gangguan bicara, gangguan
tingkah laku sosial.
2. PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL
Asrama bagi anak – anak, rekreasi, Rehabilitasi Dalam Keluarga ( RDK ), dan Rehabilitasi
Bersumber Masyarakat ( RBM )
Asrama
Bagi anak yang mampu mandiri yang memerlukan terapi intensif dan pendidikan.
Guest House
Rumah inap untuk Parents Education / mendidik orang tua pasien bagi pasien yang belum
mandiri.
3. PELAYANAN REHABILITASI PENDIDIKAN
a) Unit SLB-D ( bagi penyandang cacat tubuh ) TK, SD, SMP
b) Unit SLB-D1 ( bagi penyandang cacat tubuh yang disertai cacat mental ) TK, SDLB, SMPLB,
SMALB
Kurikulum sesuai dengan yang ditentukan oleh Direktorat PSLB DEPDIKNAS
Pendidikan Ekstra Kurikuler terdiri dari :
- Kepramukaan
- Kesenian
- Perpustakaan
- Ketrampilan
- Olahraga
- Komputer
c) Prestasi Pendidikan
Banyak prestasi diperoleh antara lain :
1. Juara Cipta dan Membaca Puisi
2. Juara Balap Kursi Roda Tingkat Propinsi
3. Juara Olimpiade Sains Nasional 2011
Perpustakaan
Menyediakan buku pengetahuan, buku dongeng, buku pengembangan diri, majalah,
ensiklopedia, buku – buku agama, dll.
Tempat tenang dan nyaman.
4. PELAYANAN PRAVOKASIONAL
Memberi ketrampilan kerja.Membekali anak binaan dengan berbagai macam ketrampilan
agar memiliki skill yang mempunyai nilai ekonomis untuk dapat mandiri dan menunjang
kebutuhan hidup sehari – hari.
5. PELAYANAN PSIKOLOGI
Pelayanan, pemeriksaan, dan konsultasi
6. PELAYANAN UNIT KANTOR KEGIATAN ADMINISTRASI
UNIT – UNIT USAHA YPAC SURAKARTA
Persewaan gedung untuk umum
Persewaan meja, kursi
Pembuatan alat bantu jalan / duduk
Klinik Fisioterapi untuk Umum
Gangguan pada saraf ( saraf terjepit ) / HNP
Stroke, rematik
Sering kesemutan ( nyeri pada sendi, tangan, bahu, punggung dan kaki )
Kekakuan pada sendi – sendi pasca operasi
Nyeri pada bahu, tengkuk dan leher
Nyeri / sakit kepala ( vertigo, migren )
Senam hamil, senam bayi, senam asma, senam sendi dan tulang, senam diabetes (
senam untuk kesehatan )
Show Room
Hasil Ketrampilan Anak YPAC Surakarta
Fotocopy
Parkir kendaraan umum
iv Waktu Pelayanan
1) Rehabilitasi Sosial
Pelayanan 24 Jam dengan pergantian pengasuh 3 shep selama 24 jam.
2) Rehabilitasi Pendidikan
Pelayanan Akademis, sesuai jadwal yang ditentukan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
kota Surakarta yaitu :
TK Jam 07.30 – 11.00
SD Jam 07.30 – 12.30
SMP Jam 07.30 – 12.30
SMALB Jam 07.30 – 13.00
Pelayanan terapi pendidikan setiap jam istirahan di ruang terapi pendidikan oleh terapis.
3) Pelayanan Medis
Jam 08.00 – 13.00
Untuk klinik sore jam 15.00 – 22.00
4) Pelayanan Pravokasional
Jam 08.00 – 12.00
5) Pelayanan Kantor / Sekretariat
Jam 08.00 – 14.00
6) Pelayanan Usaha
24 Jam
B. SUMBER DAYA MANUSIA
Pembina, Pengawas, Pengurus ( SDM YPAC Surakarta )
Tenaga Medis
1. Dokter Spesialis
a. Spesialis Tulang
- dr. H. Tunjung Sulaksono Soeharso SpOT
b. Spesialis Rehab Medis
- Prof. Dr. dr. Respati Suryadi Drajat, Sp.OT
- Dr. Tri Lastiti W, Sp.RM, M.Kes
- dr. Siswarni, Sp. KFR
c. Spesialis Anak
- Dr. Yulidar SpA ( K )
- Prof DR.dr Harsono S ( SpA ) ( K )
d. Spesialis THT
- Dr. Dewi
- Dari RS Muwardi, yang setiap Sabtu bergiliran
2. Dokter Umum
Dr. Tunjung Hanurdaya MSc
Dr. C. Soegijarti
Dr. Netty Basri Sudibyo
Dr. Nuraisjah Megawati
Dr. Nani Wigati
3. Terapis
- Speech Terapi : 3
- Okupasi Terapi : 3
- Fisioterapi pagi : 5
- Fisioterapi sore : 3
- Prana : 1
- Psykolog : 1
- Musik Terapi : 1
- Hydroterapi : 1
Tenaga Pendidikan
Lengkap dari TK – SMALB
Semua berkualifikasi sesuai PP 19 Tahun 2005 / dan PP 14 Tahun 2010 tentang Sertifikasi
Tenaga / SDM di Rehabsos
Ketua Unit Asrama : 1 orang
Pengasuh Asrama : 4 orang
Petugas Dapur : 3 orang
Petugas Cucian : 2 orang
Tenaga Ketrampilan / Pravokasional
Instruktur Batik :1 orang
Instruktur Ketrampilan : 2 orang
Sekretariat
Kepala TU : 1 orang
Keuangan : 2 orang
Pembukuan : 1 orang
Pengolahan Data : 1 orang
Tenaga Unit Usaha : 2 orang
Tenaga Perpustakaan : 2 orang
C. POLA PELAYANAN
Pola Pembinaan TQC di YPAC Surakarta
Dalam mencapai tujuan organisasi maka Pembina membuat kebijakan umum, program strategis,
diuraikan di jabarkan Pengurus dalam GBP – RJP – RJM Program 1 Tahun.Jadi Pembina sebagai
penentu arah yang akan dituju sesuai dengan visi misi serta peraturan perundangan yang berlaku.
Selanjutnya dalam bekerja berpedoman pada visi, misi, AD, ART, TLO, TLA, YPAC Surakarta,
sedangkan pada pelayanan seperti pada alur pelayanan / proses pelayanan.
1) Pencegahan
- Primer
- Sekunder
- Tensier
2) Rehabilitasi
- Medis
- Sosial
- Pendidikan
- Pravokasional
3) Equalisasi
- Sosialisasi
- Integrasi
- Normalisasi
- Kemandirian
Untuk pola pelayanan, akan kami teruskan pada mekanisme kerja pada bab IV.
IV. PELAYANAN PRA
A. MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja di YPAC Surakarta diatur dalam TLO, TLA yang telah disahkan oleh Pembina,
tugas pokok dan fungsi Pengurus dan karyawan YPAC Surakarta, dapat kami gambarkan secara garis
besar sebagai berikut seperti pada alur pelayanan.
ALUR PELAYANAN PRA / PROSES PELAYANAN
RUJUKAN RUJUKAN RUJUKAN RUJUKAN DATANG PINDAHAN / RBM&RDK PRAKTEK RUMAH SAKIT PANTI/ORSOSLAIN SENDIRI MUTASI
KELUAR
Anak Mandiri /
mutasi
ANAK BINAAN
REGISTRASI LOKET MEDICAL REGISTRASI
POLIKLINIK
- PEMERIKSAAN KESEHATAN
- PEMERIKSAAN KECACATAN
TIM REHABILITASI
ASESMENT BERKALA
CASE
MAMPU
DIDIK
MAMPU
RAWAT
RUJUKAN /
MUTASI
MAMPU
LATIH
PERLU
ALAT BANTU
INSTITUSI /
PANTI /
ORSOS LAIN
UNIT
ORTHOTIC ( ORTHOPEDIC
WORKSHOP )
OBSERVASI
+ 3 Bln
URPv URS URP URM
URPv
B. PROSES PELAYANAN
1) Asal Kelayan
- Dari rujukan ( rumah sakit, praktekan, RBM, RDK, panti, orsos lain dinas sosial )
- Datang sendiri
- Kelayan unit rehab sosial, unit rehab pendidikan
2) Registrasi
3) Assesment Dokter
4) Dari Assesment ditetapkan diagnosa
a. Mampu Rawat Asrama
b. Mampu Latih di Rehabilitasi Medis
c. M,ampu Didik Pendidikan
d. PMB Pengembangan minat
Bakat Ketrampilan
Musik
5) Unit Orthathic ( bagi yang memerlukan alat bantu )
6) Evaluasi
7) Keluar Mandiri
8) Bimbingan Lanjut
C. SASARAN GARAPAN
a. Usia
- Untuk seluruh jenis pelayanan usia anak yang dapat diterima adalah 0 – 18 tahun
- Untuk klinik menerima pasien umum baik anak / dewasa, cacat / tidak
b. Sasaran untuk Jenis Kecacatan
- Cacat Phisik
- CP / Cerebral Palsy
- Cacat Wicara
- Cacat Ganda
- Cacat Tumbuh Kembang Anak
- Antis
D. STRATEGI YANG DITEMPUH MANAGEMENT ORGANISASI
1. Stategi Dasar
a. Strategi Pencapaian
Visi, Misi
Management
Marketing
b. Strategi Pendekatan
Pemberdayaan SDM
Pemberdayaan Keluarga
Continous Improvement
2. Strategi Khusus
a. Pembinaan Potensi :
Tumbuh kembang anak ( child development )
Kelangsungan hidup anak ( child survival )
Perlindungan anak ( child protection )
b. Parent Education Approach Home Base Rehabilitation ( RDK )
E. FAKTOR PENDUKUNG & PENGHAMBAT
1. Pendukung
- Letak sangat strategis
- Solo sebagai kota rehabilitasi
- SDM yang memenuhi sarat
- Pelayanan lengkap
- Sarana Prasarana cukup
- Pelayanan dokter setiap hari
- Mudah diakses
- Biaya sosial
- Ada konsultasi dokter spesialis
2. Penghambat
ADL ( Activity of Daily Living ) terhambat
Rendah diri, mudah tersinggung agresif, pesimistis, labil, sulit mengambil keputusan ( social
disfuction ) sehingga perlu kesabaran
Kesulitan transportasi kesulitan menggunakan alat – alat sekolah umum
Rendahnya produktivitas
Keluarga mengisolir anak cacat, sehingga anak mengalami berbagai hambatan
Perlindungan orang tua yang berlebih ( potention )
Masih ada pandangan bahwa anak cacat tidak dapat mandiri
Masih adanya sikap ragu – ragu terhadap kemampuan penyandang cacat
Penyandang cacat yang lama hidup di asramasulit dilepas di masyarakat, semua itu menjadi
penghambat kita dalam mengolah, tetapi juga merupakan tantangan yang harus dihadapi dan
dicarikan solusinya.
Kualitas SDM Pengurus masih kurang.
F. HASIL YANG DICAPAI
a. Anak dapat mendapatkan hak – haknya
b. Anak dapat mengembangkan pribadinya sesuai kecacatannya
c. Anak secara dini dapat di cegah kecacatannya dengan pola pencegahan sejak dini
d. Anak dapat menjadi generasi penerus
e. Anak dapat mandiri baik secara phisik, psykis, sosial, dan ekonomis
f. Anak mampu menampilkan sosok diri yang berprestasi produktif & mandiri
g. Keluarga mampu memberikan suasana dan perlakuan yang kondusif dan layak yang menjamin
hak dan dunia anak
h. Masyarakat memiliki kesadaran sikap & peran serta yang positif terhadap kecacatan &
penyandang cacat / disabilitas
Data Organ
JABATAN NAMA ALAMAT / NO TELP. FOTO
Pembina
Ketua Ny. Ir. Sri Rattini Basuki Jl. H. Ramli No. 31
JAKARTA
Telp. 021 – 828 11 91
Anggota Ny. Djohar Insiyah Soeharso Jl. Slamet Riyadi No. 292
SURAKARTA
Telp.0271 - 713 155
Anggota Ny. C. Gunarti Purwa A. SH Jl. Tentara Pelajar 45
Rt 04 Rw 17 Gilingan
SURAKARTA
Telp. 0271 – 714436
Anggota Ny. RR. Sarwosri Perum Taman Pratama
Blok II S Colomadu
KARANGAYAR
0271 – 7686247
Anggota Ny. Ir. Sumirien Herman S Jl. Perintis Kemerdekaan
No. 82Rt 01 Rw 07
Kel. Purwosari
SURAKARTA
Telp. 0271 – 718132
JABATAN NAMA ALAMAT / NO TELP. FOTO
Anggota Ny. dr. Tri Lastiti W, SpRM.
M.Kes
Jl. MH Tamrin No. 9
Banjarsari
SURAKARTA
Telp. 0271 - 714 730
Anggota Ny. Sri Sarwadiati Gatot Jl. Sri Narendro II No. 2
Panularan
LaweyanSURAKARTA
Telp. 0271 - 731 229
Pengurus :
Ketua Umum dr. Tunjung Hanudaya MSc Kompleks Villa Aster II E
No. 5Rt 01 Rw 11
Kel. Srondol Kulon
SEMARANG
Ketua I Ny. dr. C. Soegijarti Jl. RM Said No, 56
Ketelan
SURAKARTA
Telp. 0271 - 634 922
Ketua II Drs. Mardianto, MBA Kadipiro Rt 007 / Rw 004
Banjarsari
SURAKARTA 57136
JABATAN NAMA ALAMAT / NO TELP. FOTO
Sekretaris
Umum
Ny. Hartatie Moesianto Jl. Singosari Selatan I / 2
Rt 06 Rw 04 Kel Nusukan
SURAKARTA
Telp. 0271 – 718860
Sekretaris I Ny.Ir.Roose Ida Maryana M. Jl. Dr. Rajiman No. 518
SURAKARTA
Telp. 0271 - 722 315
Sekretaris II Ny. Koesminah Soepono Palur Kulon
Rt 01 Rw 01
SUKOHARJO
Telp. 0271 - 827 466
Bendahara
Umum
Ny. Widajajanti Handjilin Jl. Fajar Indah II / 10
Rt 05 rw 07 Kel. Jajar
Leweyan SURAKARTA
Telp. 0271 – 722386
Bendahara II Yoseph Soedarso Jl. Mentawai III / 3
Rt 05 / Rw 13
SURAKARATA
Telp. 0271 - 648 893
JABATAN NAMA ALAMAT / NO TELP. FOTO
Dewan Pengawas
Ketua Dr. Ny. Netty Basri S Jl. Adi Sucipto NO. 118
Rt 01 Rw 02 Kel Paulan
Kec. Colomadu
KARANGANYAR
Telp. 0271 – 780012
Anggota Ny. Dewi Darinah Sarwono Jl. Kenanga No. 2
Badran
SURAKARTA
Anggota Ny. A. Inkasihan Soedjowo Karangasem
Rt 02 / RW 04
Laweyan
SURAKARTA
Telp. 0271 - 710 934
FOTO – FOTO KEGIATAN ORGAN
1. Pembina
2. Pengawas
3. Pengurus
4. Tamu – Tamu
Tamu dari Austria Tamu dari Jepang
FOTO – FOTO KEGIATAN
YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT ( YPAC )
SURAKARTA
Kegiatan Jalan Sehat Bersama Perkusi tampil di Car
Free Day
Kegiatan Perkusi Pembuatan Hasil
Karya
Kegiatan Out Bond Kegiatan Peringatan
Hari Anak
FOTO – FOTO KEGIATAN DAN GEDUNG
YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT ( YPAC )
SURAKARTA
Suasana Rapat Pengurus Kegiatan
Kantor
Ruangan Tamu Gedung Kantor
Gedung Serba Guna YPAC Surakarta Kolam Renang YPAC
Surakarta
Prof. Dr. Dr. Respati memberi pengarahan kepada resident
Prof, DR. dr. Respati bersama resident
PRAVOKASIONAL
YPAC SURAKARTA
PUSAT REHABILITASI ANAK
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta
Jl. Slamet Riyadi No. 364 Surakarta
Telp. 0271-714229 ; Fax. 0271-714228
Webside : www.ypac.or.id ; email : [email protected]
A. Latar Belakang
Untuk kemandirian anak penyandang cacat secara utuh, sesuai
kecacatan mereka, perlu upaya keras dari pengurus YPAC Surakarta.
Pelayanan Rehabilitasi Pravokasional adalah wadah yang tepat untuk
mendidik anak - anak sesuai bakat dan minat masing – masing. Untuk itu
Pengurus dalam hal ini layanan dalam bidang rehabilitasi provokasional,
menyediakan tempat, instruktur, serta bahan – bahan untuk kegiatan
tersebut.
Macam kegiatan meliputi : merangkai bunga, kajian mote, dll.
Provokasi YPAC Surakarta segera didaftarkan di Dekrrasnada agar
kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan kerajinan hasil karya anak –
anak dapat diketahui oleh masyarakat umum, bahwa walaupun cacat, juga
dapat di ambil bagian dalam pembangunan bangsa dan Negara Indonesia
tercinta. Di samping itu show room YPAC Surakarta merupakan tempat
yang dapat digunakan untuk pnajangan hasil karya anak – anak
penyandang cacat YPAC Surakarta.
B. Tujuan
Melatih kesabaran anak – anak
Memberikan hak – hak anak
Memberi bekal anak – anak
Memberi rasa tanggung jawab anak – anak
Menambah rasa percaya diri
C. Kegiatan
Memberikan ketrampilan kepada anak binaan serta anak yang
sudah lulus dari YPAC Surkarta
Ketrampilan antara lain :
- Kerajinan tangan
- Batik baju, selendang, dll.
- Mote
- Souvenir
D. Jadwal Kegiatan
Senin s/d Kamis jam 08.30-12.00
E. Peserta
No Nama L
/P
Tanggal Lahir Kelainan Alamat
1 Roni Suryono L 19 Agustus 1985 CP Cemani Sanggrahan Jl.
Kantil 2 Sukoharjo
2 Shaleh M.K L 9 September 1986 CP Sanggrahan Purwosari
Rt 02 Rw 05 Purwosari.
3 Hadijah P 11 Juni 1986 CP Jl. Kyayi Mojo 102
Surakarta.
4 D.A Sari Pratiwi P 25 Mei 1992 Dwon
Syndrom
Kp. Baru No. 5 Rt 03
Rw 02 Surakarta
5 Dedy Setiawan L 9 Juni CP Palur Kulon Rt 01 Rw 01
No 18 Palur Surakarta.
6 Pricilia CN p 26 Agustus 1990 Hearing
Loss
Norowangsa Rt 04 Rw
XIII Pajang Surakarta.
7 Ayu Tri Handayani P 9 Februari 1991 Fisik Banyuanyar Rt 02 Rw III
Banjarsari Suarakarta
8 Adib Hertanto L 7 November 1982 CP Kratonan Rt 07 Rw I
Serengan Surakarta
9 Ika Puspita Sari P 20 Maret 1987 CP Jl. Sidoassih Timur 5 Rt
03 Rw 04 Purwosari
10 Thomas Rahardian
K
L 26 September Hearing
Loss
Jl. Cakra VI No. 7
Kauman Surakarta.
11 Joko Waluyo L 15 Februari 1969 Mental Penularan Surakarta
12 Alfin P MR Delanggu
F. Nama Instruktur
Penanggung Jawab Ibu Jajuk Widiastuti
Pembimbing Endang Indarti
G. Kegiatan di Luar
Undangan dari Dekranas di Lawang Sewu Semarang
Lomba KUBE di Semarang
Demo di Lompait Tuntang Semarang oleh Gubernur Bibit Waluyo
H. Show Room
Jenis
Menyediakan minuman, makanan kecil, hasil karya anak
Fotocopy, Fax
Petugas
Fotocopy : Joko Sulistiyono
Fax + Show Room : Yuyun, Lasanti, Andri (Bergiliran)
Hasil
Untuk hasil pemasukkan setiap hari di setor ke kasir.
STRUKTUR ORGANISASI KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL
Jajuk Widiastuti
Penanggung Jawab
Endang Indarti
Pembimbing Tetap
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : ANGGA FAJAR NUGROHO
NIM : 131221033
TEMPAT TGL/LAHIR : SUKOHARJO, 02 OKTOBER 1994
EMAIL : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SDN PONDOK 2 GROGOL
2. SMP AL-ISLAM SURAKARTA
3. SMK MUHAMMADIYAH SUKOHARJO
4. IAIN SURAKARTA