Lipid Dan Vitamin
-
Upload
yulia-nur-isnaini -
Category
Documents
-
view
129 -
download
3
description
Transcript of Lipid Dan Vitamin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan dari percobaan kali ini adalah mempelajari sifat lipid, mengerti reaksi-reaksi
yang terjadi pada lipid dan melakuakn analisa secara kualitatif dan kuantitatif.
1.2. Tinjauan Pustaka
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal
rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur
seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis
seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia:
gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi
ke dalam delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid,
dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid
prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena). (Fahy, 2005)
Lemak-lemak netral, yang asam lemak penyusunnya memiliki rantai karbon yang
panjang, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak pelarut lemak yang baik antara
lain benzena, klroform, dan dietil eter. Dalam keadaan dingin, kelarutan lemak dalam etanol
dan aseton sangat rendah, tetapi dalma keadaan panas kelarutannya cukup besar. Semua
lemak, kecualilemak yang asam lemak penyusunnya mempunyai gugus hidroksil bebas, dapat
larut dalam petroleum eter. Lemak dengan bermolekul kecil, misalnya tributirin, dapat larut
dalam air. (Sumardjo, 2009)
Larutan basa kuat, misalnya larutan natrium hidroksida atau larutan kalium hidroksida,
yang panas, apabila dicampur dengan lemak, lemak tersebut akan mengalami pemecahan
secara hidrolisis. Pada proses hidrolisis ini, mula-mula terbentuk gliserol dan asam
lemak.selanjutnya asam lemak yang terbentuk bereaksi dengan basa menjadi garam-garam
lemak yang dikenal dengan sabun. Oleh karena itu, reaksi hidrolisis lemak oleh larutan basa
disebut reaksi penyabunan. (Sumardjo, 2009)
Angka peroksida menunjukkan banyaknya kandungan peroksida di dalam minyak akibat
proses oksidasi dan polimerisasi. Asam lemak bebas menunjukkan sejumlah asam lemak bebas yang
dikandung oleh minyak yang rusak, terutama karena peristiwa oksidasi dan hidrolisis (Gunawan,
2003).
Vitamin adalah senyawa organic yang termasuk bahan makanan essensial yang
diperlukan oleh tubuh, tapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya (Sumardjo, 2009)
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan
penting dalam menangkal berbagai penyakit yang ditemukan dalam buah-buahan segar
(Watson, 2002). Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu
asam askorbat (Davies, 1991). Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang
mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain
sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. (Kim Do, 2002)
Penetapan vitamin C pada percobaan ini dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri
yaitu titrasi dengan I2 sebagai titernya.
Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan
kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide. Iodimetri adalah titrasi redoks
dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor ,
sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus
ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron). Jadi,
tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metode analisis ini,
sampel dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide (Basset, 1994) :
A ( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I-
Iodium merupakan oksidator lemah, sehingga hanyaz at-zat yang merupakan reduktor
kuat yang dapat dititrasi.I ndikator yang digunakan yaitu amilum sebanyak 2 mL dan akan
memberikan warna biru pada titik akhir titrasi. Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika
kelebihan 1 tetes titran, perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan
penambahan indikator amilum/kanji (Basset, 1994).
Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik akhir
titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Hal ini
disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unti-unit glukosa membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menybabkan pati
dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya.,
sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Warna biru akan terlihat bila
konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan.
Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya
ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2002).
Reaksi pada penentuan Vitamin C dengan iodimetri:
H2S + I2→ S + 2I- + 2H+
SO32- + I2 + H2O → SO4
2- + 2I- + 2H+
Sn2+ + I2 →Sn4+ + 2IH2
AsO3 + I2 + H2O -> HAsO42- + 2I- + 3H+
(Underwood, 2002)
1.3. Tinjauan Bahan
1.3.1. Lipida
1.3.1.1. Lemak Tumbuhan (Olive Oil)
Olive oil atau vegetable oil memiliki nama kimia Trigliserida dari asam lemak yang
berwujud cair berwarna hijau kekuningan. Memiliki densitas 0.915 dan bersifat sangat sedikit
larut dalam methanol, n-oktanol dan tidak dapat larut dalam air dingin. Bersifat iritan dan
mudah terbakar pada suhu tinggi
1.3.1.2. Margarine
Margarine merupakan salah satu jenis lemak yang berbentuk padatan berminyak yang
berwarna putih kekuningan yang memiliki titik leleh 30oC, densitas 0.89-0.910, tidak dapat
larut dalam air. Bersifat sedikit iritan dan dapat terbakar pada suhu tinggi.
1.3.1.3. Mentega
Mentega merupakan padatan berminyak berwarna putih kekuningan yang memiliki
titik leleh 30-38oC, densitas 0.89-0.910, tidak dapat larut dalam air dingin dan panas.
1.3.1.4. Asam Oleat
Asam oleat memiliki nama lain asam 9-oktadekanoat dengan rumus kimia C18H34O2
merupakan larutan tidak berwarna sampai kuning bening. Memiliki berat molekul 282.07
g/mol, titik didih 286.11oC, titik leleh 16.3oC, densitas 0.985, larut dalam methanol, dietil eter,
aseton, tidak larut dalam air, larut dalam kloroform dan kebanyakan pelarut organic, benzene,
alcohol, karbon tetraklorida, dan minyak yang volatile. Bersifat sedikit iritan dan mudah
terbakar pada suhu tinggi
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
Peralatan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah pipet tetes, kertas saring, tabung
reaksi, neraca, penangas air, cawan, Erlenmeyer, buret, labu ukur 100mL, pipet ukur, mortar,
corong gelas, statif, klem, gelas kimia, gelas pengaduk, blender, rak tabung reaksi, dan botol
semprot.
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak zaitun, minyak
goreng baru, minyak goreng bekas, mentega, margarine, tomat, jeruk nipis, KOH, etanol,
HCl, NaOH, Pb(CH3COO)2, CaCl2, MgCl2, asam stearat, asam butirat, asam oleat, aseton,
kloroform, eter, fenoftalein, KHSO4, KI, Na2S2O3, larutan baku oksalat, larutan iodine, dan
akuades.
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Analisis Kualitatif Lipida
2.3.1.1 Kelarutan Lipid
2.3.1.2 Uji Noda
2.3.1.3 Uji Asam Lemak
Lipid (mentega, margarine, asam butirat, asam sterarat, minyak zaitun, asam oleat)
Diteteskan dalam tabung reaksi berbeda
Ditambah 1mL pelarut (akuades, aseton, etanol, kloroform, dan eter)Dikocok dan diamati perubahannya
Hasil
Lipid (mentega, margarine, asam butirat, asam sterarat, minyak zaitun, asam oleat)
Diteteskan pada kertas saring
Ditunggu sampai kering
Diamati pembentukan noda
Hasil
2.3.1.4 Pembentukan sabun
2.3.1.5 Uji Gliserol
2.3.2 Analisis Kuantitatif Lipida
2.3.2.1 Penentuan angka Peroksida
Lipid 10 gram (mentega, asam sterarat, minyak zaitun)
Ditaruh dalam labu didih
Ditambahkan KOH etanolat secukupnya dan dididihkan selama 1 menit
Dipisahkan lapisan asam lemak yang terbentuk
Ditambahkan 10mL air dan dipanaskan lagi, lalu didinginkan
Ditambahkan HCl pekat dengan hati-hati sampai larutan bersifat asam
Ditambahkan larutan basa sampai jernih
Lapisan asam lemak
Dipanaskan dengan air secara perlahan-lahan
Hasil (larutan untuk saponifikasi)
Diamati pembentukan larutan sabun
Dipanaskan
Asam Stearat+larutan alkali encer
Hasil (larutan Sabun)
Dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi berbeda. Tabung 1 ditambah 3 tetes CaCl 2,
tabung 2 ditambah 3 tetes MgCl2, Tabung 3 ditambah 3 tetes pb(CH3COO)2
Dijenuhkan dengan NaCl
Ditambahkan HCl pekat
KHSO4
Diletakkan dalam cawan
Dicampur dengan tetesan larutan lipida (mentega, minyak zaitun, asam stearat,gliserol)
Dipanaskan perlahan-lahan
Hasil
Dicatat bau yang terjadi
2.3.2.2 Penentuan asam lemak bebas
2.3.3 Analisa kuantitatif Vitamin
2.3.3.1 Penentuan kadar Vitamin C
5g sampel minyak/ lemak (minyak baru dan minyak bekas)
Ditimbang dalam erlenmeyer
Ditambahkan 30 mL larutan asam asetat-Kloroform
Digoyang sampai larut sempurna
Ditambahkan larutan KI jenuh 0,5mL
Didiamkan selama 20 menit sambil sesekali dikocok
Ditambahkan 30mL akuades
Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang
Dicatat volume yang dipakai
Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1N lagi sampai jernih
Ditambah dengan 0,5 mL larutan pati 1 %
Hasil
10mL minyak kelapa
Ditimbang
Ditambah 10mL etanol 96%
Ditambahkan 5 tetes PP
Dititrasi dengan NaOH 0,1N
Hasil
Sampel (tomat, jeruk nipis)
Hasil
Ditanda bataskan, dikocok dan disaring
Diblender dan dimasukkan kedalam labu ukur 100mL
Dicuci, dipotong, dan ditimbang 10-30 gram
Filtrate
Diambil 5-25 mL dengan pipet ukur dan dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 2mL larutan amilum 1% dan 20 mL akuades
Dititrasi dengan larutan iodium 0,01N
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
3.1. Analisis Kualitatif Lipida
3.1.1. Kelarutan Lipid
Penentuan Noda
Jenis Lipid Noda
Minyak Baru +
Minyak Bekas ++
Minyak zaitun +++
Asam oleat ++++
Uji Kelarutan
No. Jenis LipidPelarut
Aquades Aseton Etanol Eter Kloroform
1. Minyak baru - + + ++ +++
2. Minyak bekas - + + ++ +++
3. Minyak zaitun - + _ ++ +++
4. Asam oleat - +++ +++ ++ +++
5. Mentega - + - +++ ++
3.1.2. Uji Asam Lemak
No.
PerlakuanPengamatan
Minyak zaitun Margarin Mentega1. Ditimbang sampel dalam
beaker glass5 gram 5 gram 5 gram
2. Ditambahakan larutan KOH dalam etanol dan didihkan hingga terbentuk 2 lapisan
Bercampur Atas: kuning tuaBawah: kuning muda
Atas: kunig keruhBawah: kuning
4. Ditambahkan aquades 10 mL sambil diaduk medidih dan terbentuk 2 lapisan, lalu didinginkan
Atas: putih keruhBawah: kekuningan
Atas: kuning tuaBawah: kuning bening
Gumpalan kuning tua, larutan bening
5. Ditambah HCl terbentuk gumpalan
Tidak terjadi perubahan
Gumpalan kuning muda, larutan bening
Gumpalan kuning tua, larutan bening
Keterangan:++++ : besar+++ : sedang++ : kecil+ : sangat kecil
Keterangan:+++ : larut++ : cukup larut+ : kurang larut- : tidak larut
6. Dekantasi, filtrate dimasukkan tabung reaksi
2 lapisanAtas: kekuninganBawah: putih keruh
Bening Putih keruh
7. Dipanaskan hingga mendidih
Terbentuk 2 lapisan
Atas: cincin kuningBawah: putih keruh
Atas: cincin kuningBawah: putih keruh
8. Diambil filtrate yang berwarna bening, dan ditambah
a. Pb(CH3COO)2
b. MgCl2
c. CaCl2
d. HCl pekat
a. Putih keruhb. Putih keruhc. Atas keruh,
bawah beningd. Koloid
a. Jernihb. Jernihc. Jernih
d. jernih
a. keruhb. keruhc. sedikit endapan
d. sedikit endapan3.1.3. Uji Gliserol
No. Jenis Lipid (+KHSO4) Hasil Bau
1. Mentega +
2. Minyak baru +++
3. Olive oil ++
4. Margarin +
5. Asam stearate ++
6. Gliserol (pembanding) ++
3.2. Analisis Kuantitatif Lipida
3.2.1. Penentuan Angka Peroksida
No PerlakuanPengamatan
Minyak baru Minyak lama Minyak zaitun1. Minyak ditimbang 3 gram 3 gram 3 gram2. Ditambah 30 mL asam
asetat-kloroform (tak berwarna)
Kuning keemasan Kuning agak pekat
Kuning pekat
3. Digoyang dan ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh
Kuning terang Kuning keemasan
Kuning jingga
4. Didiamkan 20 menit sambil digoyang, ditambah aquades 30 mL, digoyang
2 lapisanAtas kuningBawah putih
2 lapisanAtas kuningBawah putih kekuningan
2 lapisanAtas merah jingga beningBawah orange
5. Dititrasi dengan Na2S2O3 Kuning muda Kuning muda Kuning muda6. Ditambah 0,5 mL amilum Larutan bening Larutan bening Larutan bening
Keterangan+++ : sangat tengik++ : tengik+ : sedikit tengik
dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3
Volume titrasi 0,7 mL
Volume titrasi 3,3 mL
Volume titrasi 3,65 mL
3.2.2. Penentuan Asam Lemak Bebas
No PerlakuanPengamatan
Minyak Zaitun Minyak Baru Minyak Jelantah1. Ditimbang 10 mL Massa 9 gram Massa 9 gram Massa 8,5 gram2. Ditambah 10 mL
etanol 96%Tidak larut Larut berwarna putih
keruhTidak larut
3. Ditambah 5 tetes indkator PP
Tidak larut, larutan tidak berwarna
Tetap keruh, namun terbentuk 2 lapisan
Tidak larut, larutan tidak berwarna
4. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Warna lapisanatas: merah mudabawah: jingga tuavolume titrasi 1,4 mL
Warna lapisanatas: putih keruhbawah: kuningvolume titrasi 3,6 mL
Warna lapisanatas: merah mudabawah: kuningvolume titrasi 3,8 mL
3.3. penentuan Kadar Vitamin C
No. Perlakuan Pengamatan
1. Tomat ditimbang Massa 30 gram
2. Dipotong kecil-kecil dan ditumbuk hingga halus Tomat menjadi halus
3. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dengan
bantuan spatula dan ditambah aquade hingga volume
100 mL
Larutan tomat menjadi lebih
encer dengan penambahan
aquades 100 mL
4. Larutan sari tomat disaring menggunakan kertas saring,
dengan bantuan corong dan tempat penampung
Erlenmeyer
Filtrate tomat bening, tidak
berwarna
5. Filtrate tomat dipipet kedalam Erlenmeyer, ditambah 2
mL amilum 1 % dan aquades 20 mL
Larutan tetap tidak berwarna
6. Dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N Larutan berwarna biru.
Volume titrasi 2 mL
3.4. Perhitungan
3.4.1. Penentuan Angka Peroksida
Angka Peroksida=mL Na2 S2 O3× N Na2 S2O3
berat sampel (gram)× 1000
Angka Peroksida minyak zaitun=0,7 mL× 0,1 g /mL3 gram
× 1000=23,3
Angka Peroksida minyak baru=3,3 mL× 0,1 g /mL3 gram
× 1000=110
Angka Peroksida minyak bekas=3,65 mL× 0,1 g /mL3gram
×1000=121.66
3.4.2. Penentuan Asam Lemak Bebas
Kadar FFA=mLNaOH × BM NaOH × BM asam lemakberat sampel (gram )×1000
× 100 %
Kadar FFA miny ak zaitun=1,4 mL×
0,1mmolmL
×269 mgmmol
9 ×103 mg ×1000× 100 %=4,18 ×10−4 %
Kadar FFA minyak baru=3,6 mL×
0,1 mmolmL
×269 mgmmol
9× 103 mg× 1000×100 %=1,076 ×10−3 %
Kadar FFA minyak jelantah=3,8 mL×
0,1 mmolmL
×269 mgmmol
9 ×103 mg ×1000×100 %=1,203 × 10−3 %
3.4.3. Penentuan Kadar Vitamin C
Kadar Vit .C= 100 ×a×100 %V sampel ×berat sampel (mg)
a=V (I2)× N (I 2)×0,88 mg
0,01=2 mL×0,1 N ×0,88mg
0,01=17,6 mg
Kadar Vit .C=100 ×17,6 mg ×100 %
10 mL× 30× 103 mg=0,58 %
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Kualitatif Lipida
4.1.1. Kelarutan Lipid
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, untuk uji noda, kertas saring akan
Nampak berwarna transparan. Kertas memang terbuat dari serat selulosa membentuk pori-pori
yang sangat kecil sehingga cukup sukar ditembus cahaya. Namun, bila selulosa berikatan
dengan partikel lemak, pori-pori tersebut akan meregang sehingga kertas menjadi lebih
mudah ditembus cahaya dan tampak transparan. Sedangkan, noda yang paling besar adalah
noda dari asam oleat, karena asam oleat memiliki tingkat kekentalan yang rendah, sehingga
noda akan semakin melebar dan dapat dengan mudah meresap masuk ke pori-pori kertas yang
terbuat dari selulosa tersebut.
Pada percobaan ini Kloroform dan eter digunakan sebagai pelarut yang merupakan
bahan yang bersifat nonpolar, oleh karenaitu, kebanyakan lemak akan larut dalam kedua
pelarut ini dikarenakan sifat lemak yang juga nonpolar. Air berfungsi sebagai pelarut yang
bersifat polar.Karena sifatnya yang polar, air tidak dapat melarutkan lipid yang bersifat
nonpolar. Sedangkan aseton dan etanol digunakan sebagai pelarut yang bersifat semipolar,
sehingga lemak-lemak masih dapat sedikit larut dalam pelarut tersebut. Pada percobaan ini,
kelarutan lemak yang paling besar adalah pada asam oleat. Hal ini disebabkan karena
kepolaran asam oleat adalah yang paling tinggi dari yang lain. Hal ini juga sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa asam oleat larut dalam aseton dan etanol (pada tinjauan
bahan), sedangkan mentega dan minyak zaitun tak larut
4.1.2. Uji Asam Lemak
Uji asam lemak berfungsi untuk mengetahui reaksi penyabuanan yang dapat terjadi
pada lemak dan minyak. Pada percobaan ini fungsi penambahan KOH adalah agar mendapat
suasana basa. Kemudian dipanaskan agar gliserida dari lipid terdekomposisi menjadi gliserol
dan garan dan asam lemak (sabun). Penambahan HCl berfungsi untuk membentuk kembali
asam lemak dimana ion K+ dan larutan sabun akan dilepas dan diganti ion H+ dari HCl.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, margarin tidak menghasilkan warna keruh ataupun
endapan sama sekali sedangkan mentega dan olive oil menghasilkan warna keruh bahkan
pada margarin menghasilkan endapan. Endapan tersebut dimungkinkan merupakan garam
alkali karena margarine memang bersifat mudah membentuk gliserol dari asam lemak.
Sedangkan pada margarin tidak keruh karena tidak berekasi membentu garam alkali.
4.1.3. Uji Gliserol
Uji gliserol dilakukan untuk mengidentifikasi gliserol bebas dan gliserol terikat dalam
ester. Gliserol pada percobaan ini merupakan hasil pemecahan lemak pada suhu tinggi.
Gliserol merupakan komponen pokok pembentukan akrolein. Akrolein mempunyai bau
spesifik yang merangsang. Minyak berfungsi sebagai kontrol negatif, karena minyak tidak
membentuk akrolein dengan penambahan KHSO4. Sedangkan KHSO4 dalam sebuah reaksi
dapat berfungsiuntuk mengikat air, sebagai katalisator dan sebagai oksidator. Namun, pada
percobaan ini yang digunakan adalah sifat KHSO4 yang mengikat air dari gliserol.
Berdasarkan hasil percobaan, ternyata semua bahan yang diuji menimbulkan bau tengik
(bau tidak sedap. Hal ini membuktikan bahwa pada keenam sampel yang diuji ternyata
semuanya mengandung gliserol. Semakin banyak gliserol yang terdapat pada suatu sampel,
maka semakin tengik baunya ketika ditambah KHSO4.
4.2. Analisis Kuantitatif Lipida
4.2.1. Penentuan Asam Peroksida
Pada percobaan ini, larutan asam asetat-kloroform berfungsi untuk melarutkan
minyak, sekaligus untuk menciptakan suasana asam agar nantinya tidak terbentuk ion iodat
(IO3-) saat titrasi iodometri. KI jenuh ditambahkan agar terbentuk ion iodide sehingga dapat
membentuk ion I3- saat penambahan I2. Kemudian didiamkan untuk menyempurnakan reaksi .
ditambah amilum 1% untuk indicator, dan dititrasi dengan natrium tiosulfat untuk
menentukan volume titrasi sehingga dapat diketahui pula peroksida yang terbentuk karena
banyaknya I- yang teroksidasi sebanding dengan banyaknya peroksida yang terbentuk.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan angka peroksida pada minyak zaitun adalah
23,3 ; pada minyak baru sebesar 110 dan pada minyak jelantah sebesar 121,66. Angka
peroksida ambang batas yang diijinkan untuk dipakai adalah sebesar 100 ppm (Wildan, 2002),
hal ini berarti pada minyak baru dan minyak jelantah tidak boleh dipakai lagi. Seharusnya
pada minyak baru angka peroksida kecil sama halnya dengan minyak zaitun, namun mungkin
karena minyak baru tersebut sudah lama disimpan sehingga sedikit banyak akan
mempengaruhi kandungan intrinsic dari minyak baru tersebut.
4.2.2. Pennetuan Asam Lemak Bebas.
Tujuan dari uji ini yaitu utnuk menentukan jumlah asam bebas (tengik) akibat
persitiwa oksidasi atau hidrolisis. Dalam percobaan ini dilakukan titrasi dengan pelarut etanol
96%. Digunakn etanol karena kelarutan asam lemak bebas tinggi dalam etanol dan bukan
pada air. Ditambah dengan larutan PP sebagai indicator, dan dititrasi dengan NaOH utnuk
pembentukan warna merah muda saat titik akhir titrasi.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan kadar asma lemak bebas pada minyak zaitun
adalah sebesar 4,18 × 10−4 %, minyak baru 1,076 ×10−3 % dan minyak jelantah 1,203 ×10−3%
. Sedangkan kadar asam lemak bebas maksimum adalah. 0,3% menurut persyaratan Standar
Nasional. Hal ini berarti dalam ketiga minyak tersebut masih dapat dikonsumsi karena tidak
melebihi ambang batas. Hasil yang diperoleh, minyak zaitun mempunyai kadar FFA yang
paling rendah dan minyak jelantah yang paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada minyak
jelantah sudah pernah dipakai sehingga paling banyak mengalami oksidasi dan hidrolisis
4.3. Penentuan Kadar Vitamin C
Pada percobaan ini digunakan tomat, jeruk, dan mangga yang dihaluskan terlebih
dahulu kemudian diencerkan hingga volumenya 100 mL kemudian disaring untuk
memisahkan filtrate dan residunya. Kemudian pada filtrate diambil 10 mL dan ditambahkan
akuades lalu ditambahkan amilum untuk mempermudah pengamatan saat titrasi. Kemudian
dititrasi dengan I2 hingga berubah warna menjadi biru. Dari hasil percobaan diperoleh kadar
vitamin C pada tomat sebesar 0,58%
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa lipid bersifat nonpolar,
sehingga tak larut dalam air namun larut dalam pelarut nonpolar seperti eter dan aseton.
Lemak bila direaksikan dengan unsur alkali disertai pemanasan akan menghasilkan reaksi
penyabunan. Uji kualitatif adanya gliserol dalam sampel (penyebab aroma tengik) dapat
dilakukan dengan mereaksikannya dengan kalium bisulfat, karena kalium bisulfat dapat
mengikat air pada gliserol dan produk dihasilkan berbau tengik. Uji kuantitatif lemak
diantaranya adalah penentuan angka peroksida dan kadar FFA. Semakin besar angka
peroksida dan kadar FFA, maka kualitas minyak semakin rendah. Kadar vitamin C dapat
ditentukan dengan metode iodimteri.
DAFTAR PUSTAKA
Basset.J etc. 1994.Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991. Vitamin C: Its Chemistry and Biochemistry. The
Royal Society of Chemistry: Cambridge. Hal : 97-100
Day RA. Jr dan Al Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
Fahy E, Subramaniam S, Brown HA, et al. 2005. A comprehensive classification system for
lipids. Journal of Lipid Research 46 (5): 839–61.
Gunawan, et all. 2003. Analisis Pangan:Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas
pada Minyak Kedelai dengan Variasi Menggoreng. Jurnal:
JSKA.Vol.VI.No.3.Tahun.2003
Khopkar, S, M., 2002, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press.
Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002. Vitamin C equivalent antioxidant capacity
(VCEAC) of phenolic phytochemicals. J Agric Food Chem 50(13):3713–17.
Maturational Loss of the Vitamin C Transporter in Erythrocyte. Department of Medicine,
Vanderbilt University School of Medicine; James M. May, Zhi-chao Qu, Huan Qiao,
dan Mark J. Kouryab. Diakses 1-10-2013
Sumardjo, Darmin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Watso, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Wildan, F. 2002. Penentuan Bilangan Peroksida dalam Minyak Nabati dengan Cara Titrasi.Jurnal Teknis Fungsional Non Peneliti. Bogor.