Lp Nefrotik Sindrom
-
Upload
laras-ciingu-syahreza -
Category
Documents
-
view
30 -
download
1
description
Transcript of Lp Nefrotik Sindrom
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
NEFROTIK SYNDROME
DI POLI ANAK RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK
Disusun oleh :
Laras Frestyawangi Wasitin
2014204610111072
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK
2015
Mahasiswa
Laras Frestyawangi Wasitin
201420461011072
Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing
Lahan
( ) ( )
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindroma nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia, kadang-
kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal
(Ngastiyah, 2005).
Sindrom nefrotik adalah merupaan manifestasi klinik dari
glomerulonefritis (GN) ditandai dengan gejala edema, proteinuria
masif 3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5 g/dl, lipiduria dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal (Sudoyo dkk, 2009).
Sindrom nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur 3-4 tahun
dengan perbandingan pasien wanita dan pria 1:2.
B. Etiologi
Menurut Wigono penyebab SN dan klasifikasinya dibagi menjadi :
Penyebab KriteriaGlomerulonefritis Primer - GN lesi minimal (GNLM)
- Glomerulosklerosis fokal (GSF)- GN membranosa (GNMN)- GN membranoproliferatif (GNMP)
- GN proliferative lainGlomerulonefritis Sekunder Infeksi
- HIV, hepatitis virus B dan C- Sifilis, malaria, skistosoma- Tuberkulosis, lepraKeganasan- Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgin, mieloma multiple dan karsinoma ginjal
Penyakit jaringan penghubung- Lupus eritematosus sistemik, arthtritis rheumatoid, MCTD (mixed connentive tissue disease)
Efek obat dan toksin- Obat antiinflamasi non-steroid, preparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril, heroin
Lain-lain- Diabetes melitus, amiloidosis, pre-eklamsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesikoureter atau sengatan lebah.
Sumber : Sudoyo, 2009
C. Manifestasi Klinis
1. Edema
2. Oliguria
3. Tekanan Darah Normal
4. Proteinuria sedang sampai berat
5. Hipoproteinemia dengan rasio albumin: globulin terbalik
6. Hiperkolesterolemia
7. Ureum/kreatinin darah normal atau meninggi
8. Beta 1Cglobulin (C3) normal
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan elektrolit, kreatinin, bersihan kreatinin, tes dipstik
urine.
2. USG saluran ginjal
3. Immunoglobulin (elektroforesis protein), glukosa, ANF, ANCA
4. Biopsy ginjal (untuk mengetahui penyebab proteinuria).
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang
ditujukan terhadap penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik
untuk mengurangi proteinuria, mengontrol edema dan mengobati
komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari
dan diberi terapi dan obat-obatan yang menjadi penyebabnya
disingkirkan.
1. Diuretik : diur kuat (loop diuretic) misalnya furosemid (dosis
awal 20-40 mg/hari) atau golongan tiazid dengan atau tanpa
kombinasi dengan potasium sparing diuretic (spironolakton)
digunakan untuk mengobati edema dan hipertensi. Penurunan
berat badan tidak boleh melebihi 0,5 kg/hari.
2. Diet : diet untuk pasien SN adalah 35 kal/kgBB/hari, sebagian
besar terdiri dari karbohidrat. Diet rendah garam (2-3 gr/hari),
rendah lemak harus diberikan. Pembatasan asupan protein 0,8-1
gr/kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria. Tambahan vitamin
D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin
ini.
3. Terapi antikoagulan: bila didiagnosis adanya peristiwa
tromboembolism, terapi koagulan dengan heparin harus dimulai.
Jumlah heparinyang diperlukan untuk mencapai waktu
tromboplastin parsial (PTT) terapeutik mungkin meningkat
karena adanya penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi
heparin intravena, antikoagulasi oral dengan warfarin
dilanjutkan sampai sindrom nefrotik dapat diatasi.
4. Terapi obat : terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah
pemberian kortikosteroid yaitu prednisone 1-1,5 mg/kgBB/hari
dosis tunggal pagi hari selama 4-6 minggu. Kemudian dikurangi
5 mg/minggu sampai tercapai dosis maintenance (5-10 minggu)
kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan memburuk kembali
(timbul edema, proteinuril), diberikan kembali full dose selama 4
minggu kemudian off kembali.
- Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan pada
pasien dengan nefropati membranosa dan glomerulosklerosis
fokal untuk mengurangi sintesis prostaglandin yang
menyebabkan dilatasi. Ini menyebabkan vasokonstriksi ginjal,
pengurangan tekanan intraglomerulus dan dalam banyak
aksus penurunan proteinuria sampai 75.
- Sitostika diberikan bila dengan pemberian prednison tidak
ada respon kambuh yang berulang kali atau timbul efek
samping kortikosteroid. Dapat diberikan siklofosfamid 1,5
mg/kgBB/hari.
- Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin,
pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan kolesterol LDL,
trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
- Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (captopril 12,5
mg), kalsium antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker.
Obat penghambat enzim konversi angiotensin (aangiotensin
converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor
angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan
kombinasi keduanya mempunnya efek aditif dalam
menurunkan proteinuria.
F. Komplikasi
a. Hiperlipidemia merupakan keadaan yang sering menyertai SN.
Kadar kolesterol pada umumnya meningkat sedangkan
trigliserida bervariasi dari normal sampai sedikit tinggi.
Peningkatan kadar kolesterol disebabkan oleh meningkatnya LDL
(low density lipoprotein) yaitu sejenis lipoprotein utama
pengangkut kolesterol. Tingginya kadar LDL pada SN disebabkan
oleh peningkatan sintesis hati tanpa gangguan katabolisme hati.
Mekanisma hiperlipidemia pada SN dihubungkan dengan
peningkatan sintesis lipid dan lipoprotein hati dan menurunnya
katabolisme.
b. Lipiduria sering ditemukan pada SN dan ditandai oleh akumulasi
lipid pada debris sel dan cast seperti badan lemak berbentuk oval
(oval fat bodies) dan fatty cast. Lipiduria lebih dikaitkan dengan
protenuria daripada dengan hiperlipidemia.
c. Komplikasi tromboemboli sering ditemukan pada SN akibat
peningkatan koagulasi intravascular. Pada SN akibat GNMP
kecenderungan terjadinya trombosis vena renalis cukup tinggi.
Emboli paru dan trombosis vena dalam sering dijumpai pada SN.
Terjadinya infeksi oleh kerana defek imunitas humoral, selular,
dan gangguan system komplemen. Oleh itu bacteria yang tidak
berkapsul seperti Haemophilus influenzae and Streptococcus
pneumonia boleh menyebabkan terjadinya infeksi. Penurunan
IgG, IgA dan gamma globulin sering ditemukan pada pasien SN
oleh kerana sintesis yang menurun atau katabolisme yang
meningkat dan bertambah banyaknya yang terbuang melalui
urine. Gagal ginjal akut disebabkan oleh hypovolemia. Oleh
kerana cairan berakumulasi di dalam jaringan tubuh, kurang
sekali cairan di dalam sirkulasi darah. Penurunan aliran darah ke
ginjal menyebabkan ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik dan
timbulnya nekrosis tubular akut.
G. Pathways Nefrotik Syndrome
Virus, bakteri, protozoa→inflamasi glomerulus
Diabetes melitus→peningkatan viskositas darah
Sistemik lupus eritematous→regulasi kekebalan terganggu→proliferasi abnormal
leukosit
Perubahan permeabiillitas
membrane glomerulusKerusakan glomerulus
Protein & albumin lolos dalam filtrasi & masuk ke
urine
Kegagalan dalam proses filtrasi
Mekanisme pengahalang protein
Kebocoran molekul besar (immunoglobulin)
0Pengeluaran Ig G & Ig A
Sel T dalam sirkulasi menurun
Gangguan imunitas
MK : RESIKO INFEKSI
Protein dalam urine meningkat
Protenuria
Protein dalam darah menurun
Hipoalbuminemia
SINDROM NEFROTIK
Ekstravasi cairan
Penumpukan cairan keruang
intestinum
↓ volume intravaskular
↑ ADH ↓ reabsorbsi air
Oedema
Mata
Pembengkakan pada periorbita
MK : GANGGUAN
CITRA TUBUH
Penekanan pada tubuh terlalu
dalam
Nutrisi & O2 ↓
Paru-paru
Efusi pleura
MK : KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
Asites
Tekanan abdomen↑
Menekan diafragma
MK : KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAFAS
Mendesak organ lambung
Otot pernafasan tidak optimal
Hipoksia jaringan
Metabolisme anaerob
Iskemia
Nekrosis
MK : KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER
Produksi asam laktat ↑
Menumpuk di otot
Kelemahan dan keletihan, mudah
capek
MK : INTOLERANSI AKTIVITAS
Anoreksia, nausea, vomitus
Nafas tidak adekuat
Gangguan pemenuhan nutrisi
MK : KETIDAKEFEKTIFAN
POLA NAFAS
MK : KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI DARI KEBUTUHAN TUBUUH
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J., 2001. Buku Saku PatofisiologI. Jakarta: Penerbit
Buku.
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri: Mosby
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012. Nursing
Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. Missouri: Mosby
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC
Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Sudoyo, Aru., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3
Edisi Keempat. Jakarta: Internal Publishing