Lp pneumonia

20
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA Untuk Memenuhi Laporan Pendahuluan di Departemen Medikal Periode: 23-38 Februari 2015 Di Ruan 28 Rumah !akit !ai"ul #n$ar Malan %leh : !&%F' (&#)UL 'LM* +'M, 1050 0200131010 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

Laporan Pendahuluan pneumonia

Transcript of Lp pneumonia

LAPORAN PENDAHULUANPNEUMONIA

Untuk Memenuhi Laporan Pendahuluan di Departemen MedikalPeriode: 23-38 Februari 2015Di Ruang 28 Rumah Sakit Saiful Anwar Malang

Oleh :SHOFI KHAQUL ILMYNIM. 105070200131010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

A. DEFINISIPneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif gram, Streptococus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh mikroorganisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu Pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella (Elizabeth 2001).Menurut American Thoracic Society (ATS)/Infectious Diseases Society of America (IDSA) HCAP adalah pasien dengan pneumonia , setiap saat di rumah sakit mereka tinggal ( saat masuk atau diperoleh di rumah sakit ) , yang memiliki riwayat rawat inap terbaru dalam 90 hari terakhir , tinggal di sebuah panti jompo atau fasilitas perawatan diperpanjang , pengobatan dengan hemodialisis kronis , penerimaan perawatan rumah luka , atau paparan anggota keluarga dengan infeksi patogen resistan terhadap obatHealthcare-associated pneumonia (HCAP) termasuk pasien yang dirawat oleh perawatan akut di RS selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal di rumah perawatan (nursing home atau long-term care facility), mendapat AB intavena, kemoterapi atau perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik RS atau klinik hemodialisa.

B. ETIOLOGIPneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.

C. FAKTOR RESIKO1. Umur> 65 tahun2. Tinggaldirumahperawatantertentu(pantijompo)3. Alkoholismus: meningkatkan resiko kolonisasi kuman, mengganggu refleks batuk, mengganggu transport mukosiliar dan gangguan terhadap pertahanan sistem seluler.4. Malnutrisi: menurunkan immunoglobulin A dan gangguan terhadap fungsi makrofag5. Kebiasaan merokok juga mengganggu transpor mukosiliar dan sistem pertahanan selular dan humoral.6. Keadaan kemungkinan terjadinya aspirasi misalnya gangguan kesadaran, penderita yang sedang diintubasi7. Adanya penyakitpenyakit penyerta: PPOK, kardiovaskuler, DM, gangguan neurologis8. Infeksi saluran nafas bagian atas: 1/31/2 pneumonia didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas/ infeksi virus

D. KLASIFIKASI PNEUMONIASecara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda.2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia dapat diklasifikasikan:1. Usia 2 bulan 5 tahuna. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.2. Usia 0 2 bulana. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA antara lain :1. Pneumonia sangat beratDitandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum.2. Pneumonia beratDitandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat minum.3. Pneumonia sedangDitandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan cepat.

Klasifikasi pneumonia atas dasar anatomis dan etiologis, antara lain :1. Pembagian anatomisa. Pneumonia lobarisb. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia)c. Pneumonia interstitialis (brochitis)2. Pembagian etiologisa. Bakteria : diplococcus pneumoniae, pneumococcus, streptococcus nerus, dllb. Virus : respiratory syncytial virus, virus influensa, adenovirus, dllc. Mycoplasma pneumoniad. Jamur : aspergillus species, candida albicans, dlle. Aspirasi : karosen, makanan, cairan amnion, benda asingf. Pneumonia hipostatikg. Sindrom loeffler

Klasifikasi secara garis besar:

1. Pneumonia Community (Community Acquired Pneumonia)Suatu infeksi akut parenkim paru yang sesuai dengan gejala infeksi akut, diikuti dengan infltrat pada fototoraks, auskultasi sesuai dengan pneumonia. Pasien tidak pernah dirawat atau berada difasilitas kesehatan lebih dari 14 hari sebelum timbul gejala (Bartlett, 2000).

2. Pneumonia Nosocomial:a. Health Care Associated PneumoniaPnemumonia pada pasien: Dirawat di RS 2 hari di IGD karena infeksi terjadi dalam 90 hari Berada dalam perawatan di rumah jangka panjang Hadir di RS untuk hemodialisis Mendapat pengobatan immunosuppressive atau perawatan luka dalam 30 harib. Hospital Acquired PneumoniaPneumonia yang erjadi 48jam setelah masuk rumah sakitc. ICU Acquired Pneumoniad. Ventilator Acquired PneumoniaPneumonia yang terjadi > 48-72 jam setelah intubasi

E. MANIFESTASI KLINISGejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:1. Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)2. Nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk)3. Menggigil4. Demam5. Mudah merasa lelah6. Sesak nafas7. Sakit kepala8. Nafsu makan berkurang9. Mual dan muntah10. Merasa tidak enak badan11. Kekakuan sendi12. Kekakuan otot

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara lain :1. Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan oksigenasi3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi4. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba5. Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak berespons terhadap pengobatan6. Jumlah leukosit leukositosis pada pneumonia bakterial7. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan8. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti virus dan bakteri10. Kultur cairan pleura spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus11. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.12. Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian diagnostik.Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi1. Pemeriksaan laboratoriuma. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat menyokong diagnosa.d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.2. Pemeriksaan mikrobiologika. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.3. Pemeriksaan imunologisa. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepatb. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.c. Spesimen: darah atau urin.d. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination, atau latex coagulation.4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap mikroorganisme penyebab pneumonia.a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.

G. KOMPLIKASIMenurut Engram (1998) dan Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi menyertai pneumonia adalah abses paru, efusi pleural, empiema, gagal nafas, perikarditis, meningitis, pneumonia interstitial menahun, atelektasis segmental atau lobar kronik, atelektasis persiten, rusaknya jalan nafas, kalsifikasi paru, fibrosis paru, bronkitis obliteratif dan bronkiolitis.Pada pasien usia lanjut usia risiko terjadinya komplikasi tinggi sebab struktur sistem pulmonal telah berubah karena proses penuaan (komplain jaringan paru menurun, kemampuan batuk efektif menurun dan kemampuan ekspansi paru menurun sebagai akibat dari kalsifikasi kartilago vertebra.

H. PENATALAKSANAAN MEDISPada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 mingguEngram (1998) menyatakan bahwa penatalaksanaan medis umum terdiri dari1. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena), ekspektoran, antipiretik dan analgetik.2. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol3. Fisioterapi dada dengan drainage postural.Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan antara lain :1. Perhatikan hidrasi.2. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan berlebihan.4. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.5. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri.6. Pengobatan antibiotik:a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 10 hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi.b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap ampisillin.c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal sefatoksim.d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan efficacy.f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.

I. PENCEGAHANUntuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia. Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi yakni :1. Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus pneumoniae)2. Vaksin flu3. Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae type b).Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan pneumonia pada anak; terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan upaya pencegahan non-imunisasi. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah dilaksanakan pemerintah selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertusis dan juga difteri bisa juga menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakit penyerta pada pneumonia balita.Di samping itu, sekarang telah tersedia vaksin Hib dan vaksin pneumokokus konjugat untuk pencegahan terhadap infeksi bakteri penyebab pneumonia dan penyakit berat lain seperti meningitis. Namun vaksin ini belum masuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Pemerintah.Yang tidak kalah penting sebenarnya adalah upaya pencegahan non-imunisasi yang meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian nutrisi yang baik, penghindaran pajanan asap rokok, asap dapur dIl; perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat; yang kesemuanya itu dapat menghindarkan terhadap risiko terinfeksi penyakit menular termasuk penghindaran terhadap pneumonia (Said, 2007).

PATHWAYMicoplasma (mirip bakteri)

jamurBakterivirus

Masuk saluran pernafasan

Paru-paru

Reseptor peradanganBronkus & alveoli

Mengganggu krj makrofag

hipothalamus

Hipertermi

Resiko penyebaran infeksiinfeksi

Reseptor nyeri: Histamine Prostaglandin bradikininPeradangan/ inflamasi

Difusi gas antara O2 & CO2 di alveoli terganggu

produksi skreet meningkatodema

Kapasitas transportasi O2 menurunbatukdispnea

Nyeri

Gangguan pertukaran gaskelelahanpola napas tidak efektif

Nadi lemah

Pnekanan diafragmaBersihan jln napas tdk efektif

Intoleransi akftifitas

Pe tekanan Intra abdomen

Saraf pusatAnureksia

Nutrisi berkurang

Peningkatan Metabolisme

ASUHAN KEPERAWATANPENGKAJIAN1. Data dasar pengkajian pasien2. Aktivitas/istirahatGejala : kelemahan, kelelahan, insomniaTanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. 3. SirkulasiGejala : riwayat adanyaTanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat 4. Makanan/cairanGejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitusTanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia(malnutrisi) 5. NeurosensoriGejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)Tanda : perusakan mental (bingung) 6. Nyeri/kenyamananGejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan) 7. PernafasanGejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.Tanda :sputum:merah muda, berkaratperpusi: pekak datar area yang konsolidasipremikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasiBunyi nafas menurunWarna: pucat/sianosis bibir dan kuku 8. KeamananGejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar 9. Penyuluhan/pembelajaranGejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronisTanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hariRencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

Diagnosa Keperawatana. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan gelisah (rewel)b. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal, dan kulit terasa hangat.c. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.

Rencana KeperawatanNo DiagnosaTujuan dan kreteria hasilIntervensi Rasional

1. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan gelisah (rewel)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan pertukaran gas adekuat dengan kreteria hasil :NOC labelRespiratory status RR normal (skla 5) Ritme respiratory normal (skala 5) Kedalaman nafas normal (skala 5) Akumulasi sputum tidak ada (skala 5)Respiratory status :Gas exchange Tekanan parsial karbondioksida pada darah arteri normal (skala 5) pH arteri normal (skala 5) Tidak terjadi sianosis (skala 5)NIC labelRespiratory Monitoring1. Monitor laju ritme dari nafas

2. Monitor suara nafas tambahan seperti snoring

3. Monitor peningkatan kelelahan

4. Monitor peningatan kegelisahan, dan kekurangan oksigen5. Monitor sekresi dari sistem pernafasan pasien

6. Berikan terapi perawatan nebulizer sesuai kebutuhan

Oxigen therapy7. Bersihkan skresi mulut hidung dan trakea sesuai kebutuhan8. Memeberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan9. Monitor aliran oksigen

10. Monitor kerusakan kulit dari gesekan dengan selang oksigen

1. Untuk mengetahui status pernapasan pasien2. Untuk mengetahui apabila adanya kelainan pada saluran pernapasan3. Utuk memantau keadaan fisik pasien4. Untuk memantau dan mengurangi kecemasan dari pasien5. Untuk memantau adanya sekret pada saluran napas klien6. Untuk mengencerkan dan mempermudah sekret keluar dari saluran pernapasan

7. Untuk mempermudah jalan napas8. Mengatasi terjadinya defisit O2 9. memastikan kebutuhan oksigen yang sesuai untuk klien10. mencegah terjadinya iritasi pada kulit

2. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal, dan kulit terasa hangat.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dalam batas normal dengan kriteria hasil :NOC : Vital Signs Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,50C) dengan skala 5.TTV dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan) dengan skala 5.NIC : Vital Signs Monitoring1. Monitor TTV pasien (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan).2. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi.

3. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan.

4. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital.NIC : Temperatur Regulation5. Anjurkan penggunaan selimut hangat untuk menyesuaikan perubahan suhu tubuh.6. Anjurkan asupan nutrisi dan cairan adekuat.

NIC : Fever Treatment7. Anjurkan pemberian kompres hangat.1. Untuk mengetahui kondisi umum pasien.

2. Untuk memantau adanya peningkatan suhu tubuh pasien.3. Untuk mengetahui adanya tanda dan gejala hipertermi.4. Agar dapat mengontrol perubahan TTV pasien.5. Untuk membuat tubuh merasa nyaman.

6. Untuk menghindari terjadinya dehidrasi.

7. Untuk menurunkan panas badan.

3. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan kebutuhan volume cairan pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :Noc label:Hydrasi: Turgor kulit kembali normal (skala 5) Membrane mukosa tampak lembab (skala 5) Intake cairan yang adekuat (skala 5) Tidak terdapat diare (skala 5)Fluid balance: Nadi normal (skala 5) Intake dan output cairan seimbang dalam sehari(skala 5)NIC label: Fluid management1. Monitoring status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi yang adekuat) secara tepat2. Atur catatan intake dan output cairan secara akurat

3. Beri cairan yang sesuai

Fluid monitoring:4. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan (hipertermi, infeksi, muntah dan diare)5. Monitoring tekanan darah, nadi dan RR

IV teraphy:6. Lakukan 5 benar pemberian terapi infuse (benar obat, dosis, pasien, rute, frekuensi)7. Monitoring tetesan dan tempat IV selama pemberian

Diarrhea managemenet:8. Monitoring tanda dan gejala diare9. Ketahui penyebab diare

10. Evaluasi mengenai pengobatan terhadap efek gastrointestinal

11. Instruksikan keluarga untuk memantau warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses12. Monitoring kulit dan perianal pasien untuk mengethui adanya iritasi dan ulserasi1. Untuk mengetahui status hidrasi pasien

2. Untuk memastikan jumlah cairan yang masuk dan keluar3. Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien

4. Untuk mengetahui factor risiko ketidakseimbangan cairan dan mencegah secara dini factor tersebut5. Komplikasi letal dapat terjadi selama awal periode pengobatan antimikroba. Kurva suhu tubuh memberikan indeks respon pasien terhadap terapi. Hipotensi yang terjadi dini pada perjalanan penyakit dapat mengindikasikan hipoksia atau bakterimia. Antipiretik diberikan dengan kewaspadaan, karena antipiretik dapat mengakibatkan penurunan suhu dan dengan demikian mengganggu evalusasi kurva suhu6. Untuk memastikan terapi diberikan secara benar

7. Untuk memastikan pemberian terapi diberikan secara tepat

8. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare9. Untuk mengetahui apa factor penyebab dari diare10. Untuk mengetahui efek obat terhadap gastrointestinal11. Untuk mengetahui perubahan penyakit pasien

12. Untuk mengetahui adanya iritasi dan perlukaan pada kulit pasien

4. Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik keputusan ditandai dengan ketidakefektifan aktifitas kluaraga untuk memenuhi tujuan kesehatanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan regimen terapeutik keluarga efektifNOC label :Family participation in professtional care Partisipasi pada rencana perawatan (skala 5) Partisipasi pada penyediaan perawatan Evaluasi dari efektifitas dari perawatanNIC label :Family Involvement Promotion1. Indentifikasi kemampuan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien2. Identifikasi harapan keluarga terhadap pasien

3. Ajak anggota keluarga dan pasien untuk ikut dalam perencanaan perawatan mencakup hasil yang diharapkan dan tindakan dari rencana keperawatann 4. Identifikasi mekanisme koping yang digunakan oleh keluarga

5. berikan informasi krusial pada keluarga pasien tentang kondisi pasien

1. untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan keluarga klien2. untuk mengetahui tingkat kepedulian keluarga terhadap pasien3. keterlibatan keluarga dalam perawatan akan menambah motifasi klien

4. mengetahui mekanisme koping keluarga berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan5. pemberian informasi yang benar kepada keluarga bertujuan untuk mengurangi kecemasan keluarga terhadap pasien

Resiko keterlambatan perkembangan b.d nutrisi yang tidak adekuat, dan prematuritas

Child development : 2 month- anak tersenyum (skala 5)- refleks menggenggam (skala 5)- menampilkan ketertarikan dalam rangsang suara (skala 5)- menampilkan ketertarikan dalam rangsangan visual (skala 5)- Berinteraksi dengan gembira terutama dengan tenaga (skala 5)- Family functioning (kekuatan dari system keluarga untuk mencapai kebutuhan anggota keluarga selama transisi perkembangan mental)- Meregulasi kebiasaan anggota keluarga (skala 5)

NIC Label :Developmental Care1. Ciptakan hubungan terapeutik dan mendukung dengan keluarga

2. Ssediakan keluarga dengan akurat, informasi yang actual berkenaan dengan kondisi, pengobatan dan kebutuhan anak

3. Iinformasikan keluarga tentang pentingnya perkembangan dan persoalan anaknya4. Monitor stimulus (contohnya cahaya, kegaduhan), lingkungan anak dan kurani sebagaimana mestinya5. Sediakan tempat duduk yang nyaman di area yang tenang untuk menyusui6. Gunakan gerakan yang lambat, lemah lembut ketika menggendong, menyusui dan merawat anak7. Pertimbangkan partisipasi keluarga dalam menyusui8. Dukung keinginan ibu untuk menyusui9. Sediakan stimulasi menggunakan rekaman music instrumental dan lain-lainnya sebagaimana mestinya

1. teciptanya hubungan yang terapeutik dan ssaling mendukung dengan keluarga bertujuan untuk mempermudah perawat dalam pemberian intervensi2. agar keluarga mengetahui apa saja yang perlu dilakukan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dan kelancaran tumbuh kembang anak3. agar keluarga mengetahui tentang pentingnya menjaga perkembangan anak4. stimulus yang berlebihan akan dapat mengganggu perkembangan anak

5. menyediakan tempat yang nyaman untuk ibu menyusui

6. Memberikan sentuhan yang lembut untuk mnciptakan kenyaman bagi anak

7. Partisipasi keluarga penting dalam menyusui8. Pemberian ASI sangan penting dalam pembentukan anti body anak9. Meningkatkan stimulasi perkembangan si anak

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri, RGC, Jakarta.Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC: Jakarta.Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. Penebit Buku Kedokteran EGCDepkes RI 2002, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta.Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.Hall & Guyton. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC, 2009.