LP & SP Isolasi Sosial
-
Upload
audita-kim -
Category
Documents
-
view
470 -
download
42
Transcript of LP & SP Isolasi Sosial
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / ketidakmampuan
menangani stressor
II. TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan
menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu
tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial
secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
a. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut
untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap
tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat
menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
b. Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia,
orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas.
d. Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua
pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan
anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Faktor Presipitasi
a. Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stress psikologi
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantu7ngan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
(Ernawati, dkk, 2009)
C. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
Menyendiri Merasa Sendiri Menarik Diri
Otonomi Depedensi Ketergantungan
Bekerjasama Curiga Manipulasi
Interdependen Curiga
(Townsend dalam Fitria, 2009, hlm.32)
D. PENENTUAN DIAGNOSA
a. Batasan Karakteristik (Nanda I)
- Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan
usia
- Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, tindakan yang berulang-ulang
dan tidak bermakna
- Mengekspresikan perasaan penolakan / kesepian kepada orang lain
b. Tanda Mayor (Linda Jual C)
- Tampak menyendiri dalam ruangan
- Tidak berkomunikasi, menarik diri
- Kegagalan berinteraksi dengan orang disekitarnya
c. Tanda Minor (Linda Jual C)
- Tampak sedih, afek datar
- Kurang aktivitas fisik dan verbal
- Tidak mampu membuat keputusan sendiri
- Mengekspresikan perasaan kesepian
III. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / ketidakmampuan
menangani stressor
Gangguan : aksis II (gg, kepribadian)
Ketidakmampuan menangani stressor : aksis IV
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan
(topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).
2. Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan “saya
akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan”. Jika
klien menatap wajah perawat katakan “ada yang ingin anda katakan?”.
3. Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru),
tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.
4. Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
5. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
6. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
7. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
8. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama).
9. Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain. beri
contoh cara berkenalan.
10. Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua
perawat, dan seterusnya).
11. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi.
12. Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.
13. Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.
14. Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan.
15. Beri pujian akan keberhasilan klien.
Daftar Pustaka
Ernawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.