!lUI{ ][{OOUDINATIF -...
Transcript of !lUI{ ][{OOUDINATIF -...
Al~AJLISIS IiJU~liVLiT ]\U.•J]<}J\!lUI{ ][{OOUDINATIF
HUBUNGAN PEJ\!lILUL\N J)ALA1"\tI SURA'I' jiLl IJ\!lItAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan HumanioraGuna Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Smjana Sastra
ofeli:
Abdul Kodir JailaniNIM: 102024024399
.JURUSAJ'J 'I'lULJAMAH
liJUUJIII'ASAnA.B nAN IIlTi"lANIOIM.
lJNIVlERSrrAS ISI.Ai"l NEHERI SYAltH' IUDAYArI'UI~I~AH
.JAIB.RTA
14,28 H/2007lVI
ANALISIS KALiMAT MAJEMUK I\:OOJlDINATJIf'
UUBUNGAN PEMILlUAN DALAM SURAT ALI IMRAN
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Guna Memenuhi Syarat MencapaiGelar Sarj ana Sastra
arcfi :
Atkt «,cAJ~NIM: 102024024399
JURUSAN TARJAMAIiFAKULTAS ADAB DAN UUMANIOIM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF lilDAYATULLAUJAI{ARTA
1427 Hl2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang beljudul ANALISIS KALIMAT MAJEMUK
KOORDINATIF HUBUNGAN PEMILIHAN DALAM SlJRAT ALI IMRAN
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Maret 2007. Skripsi telah
diterima sebagai salah satu untuk memperoleh gelar smjana Program Strata 1 (S 1)
pada Jurusan Tarjamah.
Jakarta, 14 Maret 2007
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Ikhwan Azizi, MANIP. 150268589
Ahmad Syaekhuddin, M.AgNIP. 150 303 001
Anggota
Pembimbing
CPenguji
Dr. H. A.~i Ismail, MANIP. 150274620
PEDOMAN TRANSLITERASI
Skripsi ll11 menggunakan transliterasi yang bersumber dari pedoman
transliterasi arab-indonesia atas keputusan bersama menteri agama dan menteri
pendidikan dan kebudayaan RI, tertanggal 22 Janum'i 1998 NO: 158/1987 dan No,
0543 b/U/1987 dengan sedikit modifikasi pada system penulisan, sebagaimana
dijelaskan di bawah:
I. Konsonan Tunggal
Alif tidak dilambangkan
L...l Ba' b be
W Ta' t te
:' Tsa' ts es titile di atasL...l
c:::Jim J Je
LHa' h ha titik di bawah
LKha' kh ka elan ha
.J Dal d de
.J Dzal elz zet titik eli atas
.)Ra' r er
.)Zai z zet
iY'Sin s es
:' Syin sy es dan yeiY'
0""shad s es titik eli bawah
u.a elhad el de titik di bawah
.b Tha t te titik di bawah
J:, Dza z zet titik di bawah
t ayn koma terbatik di atas
t ghain g ge
~Fa f ef
.' Qaf q qlL9
ccl Kaf k ka
J lam el
r mUll m em
0 nun n en
-3waw w we
0 ha h ha
"hamzah apostrof
r.?ya y ye
II. Konsonan rangkap km'ena tasydid ditulis rangkap:
III
ditulis
ditulis
mula 'aqqidiin
'iddah
III. Ta marbuthah di akhir kata:
I. bila dimatikan, ditulis "h"
ditulis hibah
ditulis jizyah
iv
2. bila dihidupkan karena berangkai dengan kata lain, ditulis "t"
oil \4...o:u ditulis
~\ ;;\.Sj ditulis
IV. Vokal pendek:
ni'matullah
zakaatul;fitr
(fathah) ditulis "a", contoh '-:-l~ ditulis dharaba
(kasrah) ditulis "i", contoh ~ ditulisfahima
(dhammah) ditulis "u", contoh~ ditulis kutiba
V. Vokal panjang:
I. fathah + alif, ditulis "a" (garis atas)
4.ill.l::.." . ditulis jaahiliyyah
2. fathah + alifmaqsur, ditulis "a" (garis atas)
ditulis yas'a
3. kasrah + ya' mati, ditulis "i" (garis atas)
ditulis majiid
4. dhammah + wau mati, ditulis "u" (garis atas)
ditulis filruudh
v
VI. Vokal rangkap:
1. fathah + ya mati, ditulis "ay"
ditulis baynakuln
2. fathah + wau mati, ditulis "au"
J~ ditulis qaul
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof.
"'\I~ ditulis
ditulis
ditulis
a'antuin
u'iddat
la 'in syakartuin
VIII. Kata sandang + lam
1. bila didukung huruf qamariyah ditulis "al-"
US\\lY' "
ditulis
ditulis
ai-quI' 'an
al-qiyas
2. bila diikuti huruf syamsiyyah, ditulis dengan menggandeng huruf
syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan Imruh 1- nya:
ditulis as-san/a
~I ditulis my-syams'
VI
IX. Huruf besar dalam tulisan latin digunakan seSUal dengan eJaan yang
diperbaharui (EYD).
X. Penulisan kata-kata daIam rangkaian kaIimat dapat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya dan penulisannya.
ditulis zawil-filruudh atau zawi al-fill"uudh
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Ilahi Rabbi, Sang pencipta alam semesta, Penguasa
jiwa dan raga, Allah Ta'ala. Semoga kita senantiasa mendapat limpahan dan curahan
rahmat-Nya. Salawat serta salam semoga selalu disampaikan kepada insan pilihan,
insan teladan dan idaman, yaitu Nabi Muhammad Saw., juga kepada para keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang setia. Amin!
Selain karena rahmat-Nya, skripsi ini dapat dirampungkan berkat dorongan,
bimbingan, bantuan, dan cucuran cinta serta doa dari berbagai pihak. Tanpa semua
itu, upaya penulis tak akan pernah berarti apa-apa. Penulis mungkin hanya bisa
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
I. Bapak. Dr. Abdul Chaer, Dekml Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. IkJlwan Azizi, MA selaku Ketua Jurusan Tarjamah.
3. Bapak Ahmad Syaekhuddin, M. Ag selaku Sekretaris Jurllsan Tarjamah.
4. Bapak Drs. H. Ahmad Syatibi, MA., selaku Dosen Pembimbing Materi
dan Teknis dalam penyusuan skripsi ini.
5. Para Dosen dan seluruh staf Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan
Terjemah yang telah memberikan pencerahan bagi saya.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Adab UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Universitas Indonesia, dan Universitas Katolik Atmajaya.
Terima kasih atas layanan dan buku-bukunya.
7. Kedua orangtlla tercinta, yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang
dan do'anya untuk penulis. Karya yang sangat sederhana ini tidaklah
seberapa, guna membahagian Baba dan enya serta kakak-kakakku
tercinta. Tapi, anak ini akan berupaya sekuat tenaga untuk selalu
viii
membahagiakan kalian berdua. Doakanlah anak ini supaya mampu
belaj ar dan mempraktikkan bagaimana eamnya berbakti serta
mendapatkan ridha kalian!
8. Bapak Nendy Otong sekeluarga yang selalu mendukung penulis, terima
kasih atas komputernya. Juga buat Lia yang udah ngasih Fleshdis,
makasih banget.
9. Sahabat-sahabat kelas: Bang Anis makasih atas motivasi dan
bantuannya, Ust. Peiy, Fadli, Windi, Hamid, Elang yang selalu
menemani, leha, Shofa, Mala, dan semua sahabat seperjuangan di
kampus, khususnya ternan-ternan Teljemah 2002. Semoga persahabatan
ini tetap telj alin.
10. Keluarga Besar Forum Mahasiswa Alumni Lirboyo; Mbah Satria, Mas
Boim, Cak Rosyid, Djenong, Roby, Ueup, Asep, dB. Thanks for all.
Mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan untuk penulis dibalas
Allah Swt. dengan ganjaran yang setimpal. Semoga skripsi ini berguna dan
bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, penulis berharap bahwa limpahan hidayah
dan taufik-Nya senantiasa dieurahkan kepada kita semua. Amini
Jakarta, 14 Februari 2007
Penulis
Abdul Kodir Jailani
DAFTARISI
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .
PEDOMAN TRANSLITERASI ii
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR lSI ix
BAB I: PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5
C. Tuj uan Penelitian 6
D. Metodologi Penulisan 6
E. Sistematika Penulisan 7
BAB II: JENIS KALIMAT MA.TEMUK DAN PEMBAGIANNYA 8
A. Pengertian Kalimat Majemuk 8
B. Jenis-jenis Kalimat Majemuk dan Ciri-cirinya 13
1. Kalimat Majemuk Koordinatif 13
a. Ciri-ciri Sintaksis Kalimat Majemuk Koordinatif 15
b. Ciri-ciri Semantis Kalimat Majemuk Koordinatif 16
2. Kalimat Majemuk Subordinatif 16
a. Ciri-ciri Sintaksis Kalimat Majemuk Subordinatif 19
b. Ciri-ciri Semantis Kalimat Majemuk Subordinatif 20
3. Kalimat Majemuk Campuran 21
x
C. Hubungan Sernantis Antarklausa dalarn Kalirnat
Majemuk Koordinatif 22
a. Hubungan Penjurnlahan 23
b. Hubungan Perlawanan 25
c. Hubungan Pemilihan 26
BAB III: KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF HUBUNGAN
PEMILIHAN DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA
ARAB 27
A. Kalimat Majernuk KoordinatifHubungan Pemilihan dalam Bahasa
Indonesia 27
B. Kalimat Majernuk Koordinatif Hubungan Pemilihan dalam Bahasa
Arab 30
C. 'Athaf 33
a. Partikelrl Serta Syarat-syarat Berlakunya .. 39
b. Partikel) Serta Syarat-syarat Berlakunya 41
BAB IV: ANALISIS KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF
HUBUNGAN PEMILIHAN DALAM SlJRAT ALI IMRAN 44
BAB V: PENlJTlJP SS
A. Kesimpulan 55
B. Rekomendasi 57
DAFTAR PlJSTAKA S9
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk sosial. Karena itu, mereka membutuhkan alat
komunikasi yang bisa menghubungkan maksud dan tujuan yang mereka ingin
sampaikan kepada yang lain. Alat komunikasi inilah yang bisa kita kenai dengan
"bahasa". Dan memang, sebagaimana yang dijelaskan dalam Cermal Berbahasa
Indonesia, salah satu fungsi bahasa adalah alat penghubung antarwarga, antardaerah,
dan antarbudaya. I
Karena fungsinya sebagai alat penghubullg, maka mau tidak mausetiap
manusia perlu memahami secara baik dan benar alat ini. Tujuannya agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara mereka. Tentunya, ini juga berlaku bagi masyarakat Indonesia
yang memiliki bahasanya sendiri.
Tidak berbeda dengan menerjemahkan teks dari bahasa sumber ke bahasa
sasaran, unsur kalimat hams tetap diperhatikan. Kanona, pada hakikatnya menerjemah
adalah mereproduksi amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan paclanan
I Zainal Arifin clan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akaderl1ikaPrasindo, 2003), h. 10
2
yang wajar2. Begitu pula dalam membentuk kalimat kedalam bahasa sasaran haruslah
Memahami bahasa dengan baik harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan ilmu bahasa. Dalam hal bahasa Indonesia,
penuturnya harus banyak memahami sejumlah kaidahnya yang biasa digunakan, tidak
terkecuali mengenai kalimat. Apalagi, kalimat merupakan bagian yang teramat
penting dalam bahasa.
Kalimat-sebagaimana yang kita ketahui-adalah sacuan yang merupakan
suatu keseluruhan, yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan
itu4 Artinya, suatu kalimat haruslah diakhiri dengan pemarkah akhir yang berupa
tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Tanpa salah satu dari ketiga tanda
ini, suatu konstituen dasar tidak bisa disebut sebagai kalimat. Ketiga tanda inilah
yang kemudian disebut dalam definisi di atas sebagai "intonasi tertentu sebagai
pemarkah keseluruhan", atau dalam sejumlah definisi yang lain disebut sebagai
"intonasi final"s ataupun "intonasi akhir,,6.
Namun, definisi umum yang biasa ditemui ialah bahwa kalimat itu susunan
kata-kata teratur yang berisi pikiran lengkap. Definisi ini tidak jauh berbeda dengan
definisi kalimat dalam sintaksis bahasa Arab, yaitu suatu satuan yang terkonstruksi
2 Anton, M Moeliono, Kembara Bahasa, (Jakmia : Gramedia, 1989), h, 195J Nurachman Hanafi, Teori dan Seni kfeneljemahkan, (Endc Flores-NTT: Nusa tndah, 1986),
h.244 J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Lhlg1dsfik Umll111, (Yogykarla: Gadjah Mada Universty Press,
2004), h. 1615 Abdul Chael', Linguistik Umum, (Jakarta: Rincka Cipta, 2003), h. 2406 Hasan Alwi, et af.. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakm1a: Balai Pustaka, 2003),
Edisi Ketiga, h. 31
3
dari dna kata atan lebih yang memberikan makna ntnh. 7 Hanya saja kalimat dalam
bahasa Arab tidaklah hal'lls disertai dengan intonasi final sebagaimana kalimat yang
terdapat dalam bahasa Indonesia. Karena itu, nyaris semua kalimat dalam sejumlah
naskah klasik Arab tidak diserlai dengan inlonasi final yang tidak jarang menyulitkan
penutur non-Arab nntuk memahaminya. Namun, bal'll saat-saat ini saja kalimat yang
terdapat dalam naskah Arab disertai dengan intonasi final-alau lebih lengkapnya
dengan landa baea-yang memudahkan untuk memahaminya.
Menurut jumlah klausanya, kalimat dalam bahasa Indonesia dapat bel'llpa
kalimat tunggal dan kalimat rnajernuk. Kalirnat tunggal adalah kalirnat yang terdiri
alas satu klausa, sedangkan kalirnat majernllk adalah kalirnat yang terdiri atas lebih
dari satu klausa. Berkenaan dengan sifat hubungan klausa"klausa dalam kalirnat
majernuk, maka ia dibedakan rnenjadi: (I) kalirnal majernuk koordinatif; (2) kalirnat
rnajernuk subordinalif; (3) kalirnat majemuk kompleks (subordinatif-koordinatifi.
Kalirnat rnajemuk koordinatif adalah kalirnat rnajernuk yang klausa-kiausanya
memiliki status yang sama, yang selara, atau yang sederajat. Kalimat rnajemuk
subordinatif adalah kalimat rnajemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak
setara alau sederajat: klausa yang satu mel'llpakan klausa atasan, dan klausa yang lain
rnel'llpakan klausa bawahan. Adapun kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang
terdiri atas tiga klausa atau lebih, ada yang dihubungkan seeara koordinatif dan ada
7 Musthafa al-Ghulayaini, Jami ad-Dunis al-Arabiyyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,2002), h. 12
g Abdul Chaer, op. cit., h. 243
4
pula yang dihubungkan secara subordinatif. Artinya, kalimat majemuk ini merupakan
campuran dari kalimat majemuk koordinatif dan kalimat majernuk subordinatif.
Dalarn penelitian ini, penulis akan mengkaji salah satu hubungan semantis
dalam kalimat majemuk koordinatif. Dalam kalimat majemuk koordinatif terdapat
sejumlah hubungan semantis antarklausa. Hubungan antarklausa ini diapit oleh
konjungsi koordinatif yang kemudian menyiratkan suatu makna yang bisa kita ambil.
Salah satu di antaranya adalah "hubungan pemilihan".
Yang dimaksud hubungan pemilihan ialah hubungan ya.ng menyatakan pilihan
di antara dua kemungkinan atau lebih, yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang
dihubungkan. Koordinator yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini ialah
partikel alau9 Contohnya yaitu:
010 Dia sedang melamun alau sedang memikirkan pacarnya?
Dalam bahasa Arab, hubungan pemilihan ini biasa digunakan dengan partikel
) atau 1'\. Partikel ) digunakan untuk kalimat yang berbentuk khabariyah, sementara
partikel 1'\ digunakan pada kalimat yang diawali dengan hmuf hamzah iSlifham.
Untuk lebihjelasnya, berikut ini contohnya.
'"Ayal mana selja yang Kami nasakhkan, alau Kami jadikan (manusia)
lupa kepadanya, Kami dalangkan yang lebih baik daripadanya atau yang
sebanding dengannya." (QS. Al-Baqarah [02]: 106).
, Hasan Alwi, et al..op. Cit, h. 403
5
"Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan i/u ia dapa/ berjalan,
a/au mempunyai /angan yang dengan i/u ia dapa/ memegang dengan keras,
a/au mempunyai mata yang dengan ilu ia dapat meliha/, a/au mempunyai
telinga yang dengan itu ia dapa/ mendengar?" (QS. AI..A'raf [07]: 195).
Dari sekilas penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa partikel yang
digunakan untuk hubungan pel11ilihan dalam bahasa Indonesia hanya satu. Padahal,
dalam bahasa Arab bisa digunakan dua partikel untuk menyatakan hubungan ini.
Inilah yang l11enarik. Karena itu kemuclian, penulis merasa perlu menganalisis
partikel hubungan pemilihan 1111 guna mengetahui lebih jauh persamaan clan
perbedaan antara bahasa Indonesia clengan bahasa Arab. lvlengenai anal isis ini,
penulis memberi judul: ANALISIS KALIMAT MA,JEMUK KOORDINATIF
HUBUNGAN PEMILIHAN DALAM SURAT ALI IMRAN.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang clirumuskan clalal11 penelitian ini aclalah:
I. Apa perbedaan dan persamaan kalimat majemuk koorclinatif hubungan
pemilihan dalam bahasa Inclonesia clengan bahasa Arab khususnya yang ada
clalam surat Ali Imran?
6
2. Konjungsi apa saJa yang digunakan dalam kalimat majemuk koordinatif,
khususnya hubungan pemilihan yang ada dalam surat Ali Imran?
3. Bagaimana menerjemahkan/menyepadankan konjungsi hubungan pemilihan
tersebut ke dalam bahasa Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
I. Mengetahui perbedaan dan persamaan kalimat majemuk koordinatif hubungan
pemilihan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab khususnya yang ada
dalam surat Ali Imran
2. Mengetahui konjungsi kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab khususnya yang ada dalam surat Ali
Imran
3. Mengetahui bagaimana cara atau kata yang tepat dalam menerjemahkan atau
menyepadankan konjungsi tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
D. METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode analisis
ko/pus. Caranya yaitu dengan membaca dan mencari kalimat majemuk koordinatif
hubungan pemilihan dalam Alquran surat Ali Imran teljemahan Departemen Agama
RI.
7
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Diserlasi yang diterbitkan oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2002.
E. SISTEMATlKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas:
BABI
BAB II
BAB III
BABIY
BABY
Pendahuluan meliputi; latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan
penulisan, serta sistematika penulisan.
Kalimat majemuk dan pembagiannya mencakup pengertian kalimat
majemuk, kalimat majemuk koordinatif dan subordinatif serta ciri
ciri yang dimilikinya, jenis kalimat majemuk koordinatif dintinjau
dari hubungan semantis antar klusanya.
: Kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan ditinjau dari sudut
bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
: Analisis semantis kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan
dalam surat Ali lmran.
: Penutup meliputi kesimpulan dan rekomendasi.
BABII
KALIMAT MAJEMUK DAN PEMBAGIANNYA
A. PENGERTIAN KALIMAT MAJEMUK
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikimn yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan
suam naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi final. Dalam wujud
tulisan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri intonasi akhir atau dengan
tancla titik (.), tanda tanya (7), dan tancla sel'Ll (!).I di clalam sebuah kalimat juga
clisertakan berbagai tancla baca seperti koma (,), titik dua (:), tancla pisah (-), tancla
titik, tanda tanya, clan tancla sel'Ll sepaclan dengan intonasi akhir, sedangkan tancla
baca lain sepaclan clengan jecla.2
Kalimat, baik lisan maupun tulisan, minimal harns memiliki satu unsur subjek
(8) clan preclikat (P). Bila ticlak memiliki unsur subjek clan predikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat, cleretan kata tersebut hanya clapat clisebut sebagaifi'asa.
Jenis kalimat clalam bahasa Inclonesia dapat ditinjau berclasarkan berbagai
kriteria. Karena itu, clalam kepustakaan linguistik clan berbagai buku tata bahasa kita
dapati banyak sekali istilah untuk menamakan jenis-jenis kalimat. Kalimat dapat
Zainal Arifin, et aI., Cermal Berbahasa Indonesia. (Jakartn : Akademika Presindo,2003). cet. Kc-6, h. 56
2 Hasan Alwi, et aI., Tala Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2005), eet. Ke-S, h. 3 J J
9
c1ibecla-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa pembentuknya, (b)
fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek clan predikatnya3
Untuk lebih memfokuskan pembahasan ini, Penulis hanya akan membahas
kalimat menurut jumlah klausa pembentuknya saja, kalimat ini c1apat dibedakan
menjacli dua macam, yaitu (I) kalimat tunggal, dan (2) kalimat majemuk.4 Kalimat
tunggal c1apat di beda-beclakan lagi menurut kategori preclikatnya (a) kalimat
berpreclikat verbal, (b) kalimat berpredikat adjektival (c) kalimat berpredikat nominal
(termasuk pronominal), (d) kalimat berpreclikat numeral, dan (e) kalimat berpredikat
frasa prcposisional. Sedangkan kalimat majemuk terbagi menjadi dua yaitu kalimat
majemuk setara (koorclinatif) dan kalimat majemuk bertingkat (suborclinatif).
Istilah 'kalimat tunggal' biasanya dipakai sebagai padanan istilah bahasa
Inggris kernal sentence yang diperkcnalkan olch Chomskey atau atomic sentence
yang diperkenalkan oleh Stockwell. Kalimat dasar adalah kalimat deklaratif afim1atif
yang paling sederhana dan mempunyai struktur predikasi. Menurut Stockwell kalimat
dasar itu harus harus memenuhi kondisi: (a) kalimat itu harus mempunyai satu verba,
(b) kalimat itu tidak mengandung unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dengan
unsur yang lain, (c) subjek, objek, clan prcdikat kalimat dasar mempunyai spesifikasi
2005), h.1374
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Media,
Ibid.. h. 138
10
minimal, clan (cl) kalimat seclerhana ticlak menganclung operator sekunder seperti
negara, pemerintah, pertanyaan, clan moclalitas. 5
Kalimat tunggal aclalah kalimat yang tercliri atas satu klausa6 yaitu tercliri atas
satu subjek dan satu preclikat. Kalau clilihat clari unsur-unsurnya, kalimat yang
panjang-panjang clalam bahasa Inclonesia dapat dikembalikan dalam kalimat-kalimat
clasar yang sederhana. Kalimat tungga1 yang seclerhana itu tercliri atas satu subjek clan
satu preclikat. Sehubungan clengan itu, ka1imat-kalimat yang panjang clapat pula
dite1usuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang climaksucl dengan pola
kalimat clasar. Pola-pola kalimat clasar itu aclalah sebagai berikm7
1. KB+KK : Mahasiswa bercliskusi.
11. KB+KS : Dosen itu sangat cerclas.
ill. KB + Kbil : Harga motor itu sepu1uh ]uta rupiah.
IV. KB + (KD + I(3) : Tinggalnya cli Surabaya.
v. KBI +KK+KB2 : Mereka menonton film.
VI. KB 1 + KK + KB2 + KB3 : Ayah membelikan saya mobil.
Vil. KBI + KB2 : Hamicl peneliti.
Kalimat majemuk aclalah kalimat yang tercliri atas dua klausa atau 1ebih.8
Klausa-klausa yang leita temukan dalam kalimat majemuk aclalah klausa yang
Hans Lapoliwa, Klausa Pemerlengkap Da/am Bahasa Indonesia: finjal/on SinlaktikDan Semantik, (Jakarta: Kanisius, 1990). Cet Pertama, h. 21-22
6 Hasan Alwi, et aI., op. cit.. h. 338Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa indonesia, (JakaI1a:
Akademika Prasindo, 2003), h. 638 J.W.M. Verhaar, op. cit., h.275
9
II
bergabung sama dengan yang lainnya. Dalam hal ini, berkenaan dengan sifat
hubungan klausa-klausa di dalam kalimat itu, dibedakan adanya kalimat majemuk
setara atau kalimat majemuk koordinatif, kalimat m'0emuk b,~rtingkat atau kalimat
majemuk subordinatif; dan kalimat majemuk campuran atau kalimat majemuk
kompleks
Ada beberapa penjelasan dari para pakar bahasa mengenai kalimat
majemuk, diantara mereka; Alisjahbana, Keraf, dan Ramlan9
• Alisjahbana
Alisjahbana memaparkan pengertian kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat dengan memberikan keterangan mengenai macam hubungan
antara klausa yang satu dengan klausa yang lain. Menurutnya, kalimat majemuk
setara adalah hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain masing-
masing mempunyai tingkatan yang sama.mengenai perbedaan dari keduannya, ia
menjelaskan bahwa klausa-klausa yang merupakan bagian dari kalimat majemuk
setara masing-masing sama tingkatannya, seclangkan pacla kalimat majemuk
bertingkat klausa-klausanya tidaklah clemikian; maksudnya, salah satu klausanya
dapat diganti dengan kata atau rangkaian kata (yang menclucluki jabatan tertentu pada
kalimat). la pun ticlak ticlak mengaitkan kalimat itu kepada majemuk dan bertingkat
dengan istilah "koorclinatif clan suborclinatif", tapi seCaI'a halus ia menyatakan bahwa
Bambang Kaswanti, Purbo, Pragmatik dan Pengcyaran Bahasa klenyibakKlIriklltu/Il t 984, (jogyakarta: Kanisius, 1990), 11., 1SO
12
kalil11at l11ajel11uk bertingkat dapat disejajarkan dengan kalimat yang l11engandung
klausa yang beljalinan secara subordinatif.
• Keraf
Dengan tegas Keraf l11enyatakan bahwa hubungan klausa pada kalil11at
l11ajel1111k setara adalah koordinatif, sedangkan dalal11 kalil11at l11najel1111k beliingkat
aclalah sliborclinatif. Nal11un ia l11enal11bahkan satu istilah lagi selain setara clan
bertingkat, ia l11enal11bahkan istilah l11ajel11uk call1puran.
• Ramlan
Istilah "kalil11at luas" yang cligunakan oleh Ramlan untuk l11enyebut
"kalil11at l11ajel11uk" sebagail11ana yang clisebutkan oleh Alisjahbana clan Keraf. Ia pun
ticlak l11enggunakan istilah "bertingkat" sebagai gantinya ia l11enyebutnya dengan
"tidak setara". Penjelasan Ral111an tidak berbeda clengan Alisjahbana clan Keraf, Ia
menyatakan bahwa kalimat majemuk setara adalah koordinatif, seclangkan clalam
kalimat majemuk bertingkat aclalah sllbordinatif. JO
Dari keterangan para ahli tata bahasa tersebut belumlah lengkap pengertian
clari kalil11at l11ajemuk yang sebenarnya, clari itu bisa clilihat clari contoh-contoh
masing-masing kalimat majemuk itu.
10 Ibid.. 11., 156
13
B. Jenis-jenis Kalimat Majemuk dan Ciri-eirinya
1. Kalimat Majemuk Koordinatif
Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya
memiliki status yang sarna, yang setara, atau yang sederajat. Hubungan antar klausa-
klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk hierarki karena klausa yang
satu bukanlah konstituen dari klausa yang lain. I I Klausa-klausa dalam kalimat
majemuk koordinatif secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif,
seperti dan, alau, lelapi, dan lalu. Namun, tak jarang hubungan itu secara implisit,
artinya tanpa menggunakan konjungsi.
Sesuai dengan bagan (I), pembentukan kalimat dapat dijelaskan dalam bagan
(II). Pada bagan (II), dapat dilihat bahwa kedua klausanya sederajat. Klausa yang satu
bukan merupakan bagian dari klausa yang lain: kedua-duanya rnempunyai kedudukan
yang sama dan clihubungkan clengan konjungsi dan. Selain dan, acla pula konjungsi
lain yang mengikuti hubungan mejemuk koordinatif ini.
Kalimat
I ~L__K_a_l_im_at___ C Kalimat
Bagan I: Kalirnat majemuk koorclinatifl2
II
12Hasan Alwi, et aI., Gp. cit., h. 386Ibid, h. 387
14
Untuk mempeljelas bagan cli atas, mari kita perhatikan contoh berikut ini.
1. Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan.
2. Mereka memberi penghuninya hacliah.
3. Pengurus Dharma wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi
penghuninya hacliah.
Klausa (I) clan (2) eligabungkan clengan cara setara sehingga terbentuklah
kalimat majemnk koorclinatif (3). Karena klausa-klausa clalal11 kalil11at l11ajemuk yang
clisusun clengan cara setara mempunyai kecluelukan yang sarna, maka klausa-klausa itu
semuanya merupakan klausa utama. Bagan (I) eli atas clapat lebih jelas untuk kita
pahami elalam bagan berikut ini.
el.
Kalimat ]
I Klausa Utama I Konjungtor [ Klausa Utal11a
II I I I I I IS P 0 S P 0 P
I I I I I I IPengurusDharmaWanita
mengunjungi
paoti asuhan dan mereka memberi peng- hadiahhuninya
Bagan II
13
14
15
a. Ciri-ciri Sintaksis Kalimat Majemuk Koordinatif. 13
Acla empat ciri sintaksis kalimat majemuk koorclinatif.
1. Kalimat majemuk koorclinatif menggabungkan clua klausa atau lebih yang
bersifat setara.
11. Pacla umumnya, posisi klausa yang cliawali oleh konjungsi dan, atau, clan
tetapi ticlak clapat cliubah. Apabila cliubah, perubahan itu akan mengakibatkan
munculnya kalimat majemuk koorclinatif yang ticlak berterima. Mari kita
perhatikan contoh berikut ini.
Dahlin pengungsian Uu saya sering melihat orang ditembak musuh dan mayatnya
dibuang begitll saja. Jika urutan klausa pacla contoh tersebut cliubah, maka akan
menjacli kalimat berikut ini. Dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam
pengungsian Uu saya sering melihat orang dUembak musuh.
Ill. Urutan klausa yang tetap clalam kalimat majemuk koorclinatif yang telah
clibicarakan di atas berhubungan erat dengan pronominalisasi. Acuan kataforis
(pronominal yang menclahului nomina yang cliacunya. Tidak diperoleh clalam
kalimat majemuk koordinatif. Perhatikanlah contoh berikut ini. Dia suka lagu
keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset itu. Pronomina dia tidak
mengacu pada Hasan. Walaupun kalimat tersebut bcrterima, hubungan antara
pronomina dia dan nomina nama diri Hasan bukanlah hubungan kataforis. 14
Ibid., h. 393I-Iubungan kataforis adalah hubuangan penunjukkan ke s,;:suatu yang disebut di
belakang; misalnya: Dengan gayanya yang berapi-api flU Sukarno berhasil menarik massa; bentuknya adalah kalafora yang menllnjllk ke Sukarno (Harimllrti Kridalaksana: 1993)
16
IV. Sebuah konjungsi dapat didahului dengan konjungsi lain untuk memperjelas
atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan. Mari
perhatikan contoh berikut ini. Sidang mempel'timbangkan usul salah seorang
peserta dan kemudian menerimanya dengan suara bulat. Penggunaan
konjungsi kemudian setelah konjungsi dan pada kalimat tersebut adalah untuk
memperjelas gabungan klausa yang menunjukkan hubungan waktu.
b. Ciri-ciri Semantis Kalimat Majemuk Koordinatif 15
Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koordinatif tidak menyatakan tingkat
perbedaan pesan. Mari kita perhatikan contoh berikut ini.
• Tetanggaku dicerai suaminya dan ditinggal anaknya.
• Mahasiswa itu belajar giat dan hl1us ujian.
Dalam kalimat peliama, informasi yang dinyatakan dalam klausa tetanggaku
dicerai suaminya mempunyai peranan yang sama penting dengan klausa (tetanggaku)
ditinggal anaknya. Kedua klausa itu menunjukkan hubungan urutan waktu.
Ciri semantis dalam kalimat majemuk koordinatif ditentukan oleh makna
konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa-klausanya ataupun makna
leksikal dan makna gramatikal dari klausa dan kata yang memhentuknya.
2. Kalimat Majemuk Subordinatif
Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara
klausa-klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa
15 Ibid. h. 397
17
atasan, sementara klausa yang lain merupakan klausa bawahan. Di antm'a kedua
klausa itu terdapat konjungsi, clan konjungsi inilah yang membeclakan struktur
kalimat majemuk subordinatif clengan kalimat majemuk koordinatif.16 Keclua klausa
itu biasanya dihubungkan clengan klausa suborclinasi, seperti kalau, ketika, meskipun,
dan karena. Namun, konjungsi itu pun tidak jarang yang dihubungkan secara
implisit. IJ
Proses terbentuknya kalimat majemuk subordinatif ini clapat dilihat clari clua
sudut yang bertentangan. Pertama, dipanclang sebagai hasil proses menggabungkan
dua buah klausa atau lebih, di mana klausa yang satu clianggap sebagai klausa atasan
atau klausa utama (dalam peristilahan tradisional disebut induk kalimat), seclangkan
yang lain disebut klausa bawahan (clalam peristilahan traclisional disebut anak
kalimal).
Perhatikan contoh penggabungan klausa dengan cara majemuk sllborclinatif
berikut ini.
(I) Orang itu mengatakan sesuatll
(2) Anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.
(3) Orang tua itu mengatakan bahwa anaknya mencintai gadis itu sepenuh
hati.
Klausa (I) dan klausa (2) cligabungkan clengan cara bertingkat sehingga membentuk
kalimat majemuk suborclinatif (3).
h. 153
16
17
Dendy Sugono, Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta: Puspa Suara, 1999),
Abdul Chacr. Op. cit., h. 244
18
Kalimal majemuk suborclinalif clapal cligambarkan pacla bagan (I). Dalam
bagan (I), clapal clilihal bahwa klausa (2) menjacli konsliluen klausa (1). Klausa (2)
yang berkecluclukan sebagai konsliluen klausa (I) clisebul sebagai klausa suborclinalif
alau bawahan, seclangkan klausa (1), lempal lelaknya klausa (2) clisebul klausa utama.
Sesuai clengan bagan (I), pembenlukan kalimat majemuk suborclinatif clapal
clijelaskan clalam bagan (II).
Pacla bagan II clapat clilihat bahwa klausa ulama orang Iua i1u mengalakan
cligabungkan elengan klausa bawahan anak gadisnya mencintai pemuda i1u sepenuh
hati clengan menggunakan konjungsi bahwa. Pacla kalimal eli alas, klausa bawahan
mengisi fungsi objek. Dengan kala lain, klausa bawahan ilu merupakan klausa
nominal karena mengisi fungsi yang biasa eliisi oleh fungsi objek.
Klausa bawahan ialah suatu komponen kalimal mejemuk yang menyerupai
kalimal maneliri serla lergantung pacla komponen lain, yaitu klallsa lltama yang
merupakall salu keutuhan struktural, alau melaksanakan fungsi sllalu kalimat.
Kalimat
- II
Klausa I
Klausa II
Bagan 118
18 Hasan Alwi, et a1., op. cil., h. 389
19
I Kalimat (3)
I Kalimat Utama
Is P o
Orang tua itu
Ket--r-
o
pe~~J ,--s_e_p_en_u_h_l_la_t_i-,
[ Klausa subordinasi
IP
mencintai
C:lengatakan
Is
anak gadisnya
IKonj
I bah~aJ
Bagan II
a. Ciri-ciri Sintaksis Kalimat Ma,jemuk SuboJrdinatif
Ada tiga ciri sintaksis kalimat majemuk suborelinatif, yaitu: 19
1. Kalimat majemuk suborelinatif menghubungkan dlIa klausa yang salah satu
eli antaranya merupakan bagian elari klausa yang lain,
11. Pada umumnya, posisi klausa yang diawali oleh konjungsi dapat berubah.
Perhatikan contoh berikut ini.
(I) Para pejuang itu pantang menyerah selama hayat di kanelung badan.
(2) Kau jangan pergi meninggalkanku sebelum aku kembali.
fbid., h. 395
20
Urutan klausa-klausa pada contoh pertama dan kedua dapat diubah, yaitu dengan
meletakkan klausa yang diawali oleh konjungsi pada awal kalimat. Perubahan
posisi urutan klausa itu akan menghasilkan kalimat yang l11asih berteril11a seperti
terlihat pada kalimat berikut ini.
(I) Selama hayat masih dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.
(2) Sebelul11 aku kembali, kau jangan pergi meninggalkanku.
Ill. Kalimat majemuk subordinatif memungkinkan adanya acuan kataforis.
Dalam kalimat berikut ini, pronomina dia dapat mengacu pada nomina diri
Hasan, walaupun tidak harus demikian.
I) Walaupun dia suka lagu keroncong, Hasan tidak mau mel11beli kaset itu.
2) Meskipun mereka tidak puas, para demons/ran itu dapat memahami
kebij akan perusahaan.
b. Ciri-ciri Semantis Kalimat Majemuk SUbol'dinatifO
Ada dua ciri semantis pada kalimat majemuk subordinatif. Per/ama, dalam
kalimat majemuk subordinatif, klausa yang mengikuti konjungsi memuat informasi
atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa, sedangkan klausa
yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Perhatikan c:ontoh kalimat berikut
1111.
(i) Orang tua itu bunuh diri Imrena putus asa.
(ii) Syafei berhasil karena dia bekelja keras.
20 /bid.h.397
21
Dalam kalimat (i), pesan atau informasi klausa peliama lebih diutamakan daripada
klausa kedua. Maksudnya yaitu babwa matinya orang tua itl.l (dengan bunub diri)
lebih diutamakan, sedangkan keputusasaannya dianggap sebagai keterangan
tambahan. Demikian pula dalam kalimat (ii), keberbasilan Syafei lebib cliutamakan
claripacla kerja kerasnya.
Kedua, klausa bawahan yang clihubungkan oleh konjungsi, umumnya clapat
diganti clengan kata atau frasa tertentu, sesuai clengan makna anak kalimat itu. lika
klausa bawahan menunjukkan waktu maka kata atau frasa yang mengacu kepada
waktu dapat dipakai sebagai pengganti. Banclingkan (i) clan (ii) pada contoh kalimat
berikut. Pacla (ii) klausa bawahan telab diganti clengan frasa.
(i) Kami harus pergi sebelum dia datang.
(ii) Kami harus pergi pulmllima.
3. Kalimat Majemuk Kompleks
Kalimat majemuk kompleks aclalah kalimat yang terdiri atas tiga klausa atau
lebih, cli mana acla yang dihubungkan secara koorclinatif clan ada pula yang
clibubungkan secara suborclinatif. lacli, kalimat majemuk ini merupakan campuran
clari kalimat majemuk koordinatif clan kalimat majemuk subordinatif. Karena itu, ada
juga yang menyebut kalimat majemuk jenis ini dengan kalimat majemuk campuran.
Berikut ini contohnya.
Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karen a tugasnya belum selesai.S P S, p, S, p,
22
Contoh kalimat di atas terdiri atas tiga klausa, yaitu (I) kam! pulang, (2)
mereka mas!h bekelja, dan (3) tugasnya belum selesa!. Klausa (I) dan klausa (2)
dihubungkan secara koorclinatif, sementara klausa (2) clan klausa (3) clihubungkan
secara suborclinatif.
C. HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA D>ALAM KALIMAT
MAJEMUK KOORDINATIF
Hubungan semantis antarklausa dalam kalimat l11ajemuk koordinatif
clitentukan oleh dua hal, yaitu arti koorclinator dan ani klausa-klausa yang
clihubungkan. 21 Perhatikan contoh kalimat berikut:
a. Engkau harus menjacli orang kaya dan tetap renclah hati.
b. Engkau harus l11enjacli orang kaya, tetap! tetap rendah hati
Perbeclaan koordinator yang digunakan untuk menggabungkan klausa-klausa
ke clalal11 masing-masing kalimat itu berpengaruh terhaclap artia hubungan
semantisnya. Kalimat (a) menyiratkan hubungan semantik yang menggabungkan
suatu pernyataan dengan pemyataan lain, akan tetapi, kalimat (b) menyatakan arti
semantic yang kontras, yaitu karakteristik orang yang kaya yang clikontraskan dengan
orang yang renclah hati. Dalam kalimat (b) arti hubungan sel11antik kontras terasakan
sebagai syarat.
Begitupula arti hubungan semantis antarklausa dalam kalil11at majemuk
koorclinatif juga ditentukan oleh arti klausa-klausa yang dihubungkan. Keterkaitan
21 Ibid.h.398
23
makna memungkinkan kedua klausa teersebut digabungkan untuk membentuk
kalimat majemuk koordinatifyang seCaI'a gramatikal benar dan berterima. Namun ada
pula arti kedua klausa tidak memungkinkan digabungkantlya menjadi kalimat
majemuk koordinatif yang secaI'a gramatikal benar tetapi tidak berterima secara
semantis.
Jika dilihat dari segi arti koordinatornya, hubungan semantis antarklausa
dalam kalimat majemuk koordinatif ada tiga macam: (a) hubungan penjumlahan, (b)
hubungan perlawanan, dan (c) hubungan pemilihan. Tiap hubungan itu berkaitan erat
dengan koordinatornya.
a) Hubungall Penjllmlahan
Yang dimaksud hubungan penjumlahan ialah hllbungan yang menyatakan
penjumlahan atau gabllngan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubllngan ini
ditandai oleh koordinator dan, serla, atau baik....maupun. kOl~jungtor ini bersifat
manasuka, yakni boleh dipakai dan boleh tidak. Jika kita perhatikan konteksnya,
hubungan ini dapat menyatakan (i) sebab-akibat, (ii) urutan waktu, (iii) pertentangan,
atau (iv) perluasan. 22
I. Penjumlaltan yang Menyatllklln Sebab-Akibal
Dalam hubungan sepertiii, klausa kedua merupakan akibat dari klausa
pCl1ama. Perhatikan contoh berikut.
22 Ibid.hAOO
24
" Pada hari yang naas itu, gempa menggoncang bumi dan rumah-rumah jadi
berantakan.
11. Penjumlahan yallg menyatakan urlltall waktu
Klausa kedua merupakan urutan dad peristiwa yang terjadi pada klausa
pertama. koordinator yang dipakai antara lain adalah dan, kemlldian, dan lalu.
Perhatikan contoh berikut.
D Ibu hanya mengangguk-angguk dan air matanya terus mengalir.
D Mereka dating menitipkan anaknya, lalu pergi begitu saja.
lll. Pelljumlalwn yang Menyatakan Pertentangall
Klausa kedua menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang
dinyatakan dalam klausa pel1ama. Koordinator yang dipakai adalah, sedallgkan, dan
padahal. Perhatikan contoh berikut ini.
D Ia selalu makan yang enak-enak,sedangkan anak dan istrinya kelaparan.
" Rambutnya sudah banyak yang putih,padahal ia masih muda
iv. Pelljumlahall yallg Menyatakall Per/uasall
Klausa kedua memberikan informasi atau penjelasan tambahan untuk
melengkapi pernyataan pada klausa pertama. Koordinator yang dipakai adalah, dall,
serta, dan baik... maupun ... perhatikan contoh berikut.
" Dia menggeleng dan mengatakan "tidak" serta memalingkan mukanya.
" Dia raj in membaca baik waktu dia menjadi mahasiswa maupun setelah dia
bekerja
25
b) Hubungan Perlawanan
Hubungan perlawanan ialah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang
dinyatakan dalam klusa pertama berlawanan, atau tidak sarna dengan apa yang
dinyatakan c1alam klausa kedua. Hubungan ini c1itanclai c1engan koorclinator tetapi,
melainkan, clan namun. Hubungan perlawanan itu c1apat dibeclakan atas hubungan
yang menyatakan (1) penguatan, (2) implikasi, clan (3) perluasan. 23
i. Perlawanan yang Menyatakan Penguatan
Klausa keclua memuat informasi yang menguatkan clan menanclaskan
informasi yang c1inyatakan c1alam klausa pertama. Dalam klausa pertama biasanya
terclapat tidak/bukan saja ataupun tidak/bukan hanya, tidak/bukan sekadar clan pada
klausa keclua terclapat tetapi/melainkan juga. Perhatikan contoh berikut.
(2) Masalah kemiskinan tidak hanya masalah nasional, tetapi juga masalah
kemanusiaan
(3) Dunia anak kampong tidak saja bebas, melainkanjuga lebih terbuka.
Dalam bahasa Inclonesia yang tidak baku, bentuk hanya sering diganti c1engan Cuma.
ii. Perlawanan yang Menyatakan Implikasi
Klausa keclua menyatakan sesuatu yang mcrupakan perlawanan terhaclap
implikasi Klausa pertama. Koorclinator yang umum c1ipakai aclalah tetapi, clan
jangankan. perbeclaannya kalau konjungtor jangankan ticlak c1igunakan c1i antara dua
klausa, tetapi eli awal klausa pertama. Perhatikan contoh berikut.
•23
Aelikku belum bersekolah, tetapi elia suelah bisa membaca.
fbicl.h 401
26
G Jangankan beljalan, dudukpun ia belum bias.
iii. Perlawallan yang Menyatakan Perillasall
Berlainan dengan hubungan yang menyatakan hubungan perluaanpada
kalimat majemuk setm'a yang memakai dan, hubungan perluasan yang memakai
tetapi menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam klusa kedua hanya
merupakan informasi tambahanuntuk melengkapi apa yang dinyatakan oleh klausa
pertama, dan kadang-kadang malah memperlemahnya. Perhatikan contoh berikut.
G Adat dipertahankan agar tidak berubah, tetapi unsur dari luar yang
dianggap baik perlu dimasukkan.
c) Hubungan Pcmilihan
Hubungan pemilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua
kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.
Koordinator yang dipakai ialah atau. Hubungan pemilihan itu sering juga
menyatakan pertentangan. 24 Perhatikan contoh berikut.
G Dia sedang melamun atau sedang memikirkan pacarnya?
• Saya tidak tahu apakah dia akan menjual mobilnya atau meminjam uang
dari bank.
Kalimat pe11ama adalah kalimat yang mempunyai hubungan pemilihan yang
tidak menyatakan pertentangan, dan kalimat kedua memiliki hubungan pemililhan
juga, namun menyatakan pertentangan.
24 Ibid.h.403
BABIU
Kalimat Majemuk Koordinatif
Hubungan Pemilihan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
A. Kalimat Majemuk Koordinatif Hubungan Pemilibtan Dalam Bahasa
Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kalimat, baik lisan
maupun tulisan, minimal harus memiliki satu unsur subjek (S) clan preclikat (P). Bila
ticlak memiliki unsur subjek dan preclikat, pernyataan itu bukanlah kalimat, deretan
kata tersebut hanya clapat clisebut sebagaifrasa.
Dalam clefinisi lain, kalimat aclalah susunan sintaksis yang disusun dad
konstituen clasar, yang biasanya berupa klausa, clilengkapi clengan konjungsi bila
cliperlukan, serta clisertai intonasi final.
Sementara itu clefinisi kalimat majemuk koorclinatif aclalah kalimat majemuk
yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang seclerajat.
Hubungan antar klausa-klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk
hierarki, karena klausa yang satu bukanlah konstituen clari klausa yang lain. Klausa
klausa dalam kalimat majemuk koorclinatif secara eksplisit dihubungkan dengan
konjungsi koorclinatif, seperti dan, alau, lelapi, clan lalu. Namun, tak jarang
hubungan itu secara implisit, artinya tanpa menggunakan konjungsi.
Dari sini dapat clisimpulkan bahwa yang penting atau yang menjacli clasar
kalimat aclalah konstituen clasar clan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada kalau
28
diperlukan.
Seperti yang sudah dinyatakan pada bab kedua, hubungan semantis antar
klausa dalam kalimat majemuk koordinatif ditentukan oleh dua hal, yaitu arti
koordinator dan arti klausa-klausa yang dihubungkan. Tiap hubungan itu berkaitan
erat dengan koordinatornya.
Hubungan pemilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua
kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.
koordinator yang dipakai ialah atau. Adanya pemilihan dapat ditegaskan dengan
pemakaian kata penghubung atau atau ataukah pada klausa kedua. Hubungan
pemilihan itu seringjuga menyatakan pertentangan. Perhatikan Gontoh berikut.
• Dia seclang melamun atau sedang memikirkan pacamya?
• Saya ticlak tahu apakah clia akan menjual mobilnya atau meminjam uang
dari bank.
Kalimat pertama aclalah kalimat yang mempunyai hubungan pemilihan yang
tidak menyatakan pertentangan, clan kalimat kedua memiliki hubungan pemililhan
juga, namun menyatakan pertentangan.
Konjungsi atau pada konstruksi koordinatif dapat digunakan pula untuk
menyatakan alternatif. Secara rinci, makna semantik hubungan klausa dengan
konjungsi atau clapat clinyatakan sebagai berikut:
a) Menyatakan hal atau kejaclian yang hanya satu kemungkinan saJa yang
mungkin teljadi (altematif) contohnya:
29
• Dalam keadaan seperti itu dia terpaksa membunuh musuh a/au
dibunuh musuh.
b) Menyatakan kombinasi alternatif yang dapat clipilih kedua-cluanya. Untuk ini
secara eksplisit dapat dimasukkan kemungkinan ketiga pacla klausa ketiga.
Contohnya:
• Apakah dalam bidang yang formal kita harns sanggup berbicara lugas
dan terns terang a/au sebaliknya tetap berbasa-basi?
Dalam hal konjungsi, A/au dapat mengkoorclinasikan lebih dari dua klausa,
clengan clemikian konjungsi a/au menempati posisi sebelum klausa terakhir,
sedangkan pacla ldausa sebelumnya konjungsi a/au dapat dilesapkan, dan cliantara
klausa-klausanya cliletakkan tanda koma sebagai pemisah klallsa yang satu clengan
yang lain. Dengan kata lain kehadiran konjungsi a/au sebagai konjungsi alternatif
bersifat wajib clalam klausa terakhir, sedangkan pada klausa-klausa sebelumnya
konjungsi a/au dapat clilesapkan.
Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
terclapat aturan tentang pemakaian tanda koma yang berbunyi demikian:
Tancla koma dipakai dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu clarikalimat setara berikutnya yang clidahului oleh kata seperti te/api, melainkan.Misalnya: Saya ingin clatang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
Di dalam aturan itu hanya disebutkan konjungsi /e/api dan melainkan. Tidak
clisebutkan konjungsi-konjungsi setara lainnya seperti dan, ser/a, bahkan, a/au, maka,
lalu, di sini dianggap diperlakllkan sama seperti /etapi dan melainkan.
30
B. Kalimat Majemuk Koordinatif Hubungan Pemilihan dalam Bahasa Arab
Definisi umum yang biasa ditemui ialah bahwa kalimm itu susunan kata-kata
teratur yang berisi pikiran lengkap. Definisi ini tidak jauh berbeda dengan definisi
kalimat dalam sintaksis bahasa Arab, yaitu suatu satuan yang terkonstruksi dari dua
kata atau lebih yang memberikan makna utuh. Dalam kitab AI-Ajurumiyyah karangan
AI-Imam As-Shonhaji dikatakan bahwa kalimat adalah lafadz yang tersllsun, yang
memberi faedah dengan disengaja atau dengan menggunakan bahasa arab. Sementara
dalam kitab Alfiyyah karya Imam Muhammad Ibn Malik, Kalimat didefinisikan
dengan lafadz yang dapat memberi pesan memahamkan, sebagaimana kata ~1
Lafadz ini walaupun satu lafadz akan tetapi mampu memahamkan dalam artian kata
yang eukup punya arti dan tidak mengandung pertanyaan lagi. Lafadz tersebut
menurut Imam Malik dapat dikatakan kalimat. Jadi yang menjadi patokan dalam tata
bahasa arab dalam menjelaskan tentang kalimat adalah apakah kata tersebut mampu
memahamkan kepada pembieara dan pendengar dalam pembiearaan yang dimaksud.
Kalimat dalam pengertian bahasa Indonesia dan bahasa Arab memiliki
perbedaan istilah. Dalam bahasa Indonesia disebut kalimat sedangkan dalam bahasa
Arab diistilahkan dengan sebutan ka/am. Sedangkan kalimah (kata) dalam tata bahasa
Arab dibagi menjadi tiga:
1. 181m
Definisi kalimah 181m adalah kalimah yang menunjukan makna dengan
sendirinya (tanpa membutuhkan lafadz lain) dan tidak disertai zaman seeara
31
wadha '. Dari pengertian tersebut, bisa diambil contoh la/adz <.f"'1 yang
maknanya kemarin adalah termasuk kalimah isim. Karena l({[adz tersebut
menunjukkan makna berupa zaman.
Adapun hukum asal dalam kalimah isim adalah mu'rab (berubah akhirnya),
sedangkan jika ada isim yang mubni (tetap akhirnya), itu dihukurni
menyimpang dari asalnya.
2. Fi'il
Yaitu kalimah yang menunjukkan makna dengan sendiri dengan disertai salah
satu tiga zaman (madhi, hal, is/Iqbal) seCaI'a wadha '.
3. Hun![
Yaitu kalimah yang menunjukkan makna dengan membutuhkan kalimah lain,
dan tidak disertai zaman.
Contoh: cr . lafadz ini bisa menunjukkan makna ibtida' (memulai) jika
dihubungkan dengan lajadz lain.
Dengan kata lain, Kalimah hung tidak bisa bennakna manakala
keberadaannya sendiri, sehingga cliperlukan kata yang lain untuk mencapai
pemahaman yang cliinginkan. Demikian juga dengan huruj 'a/haj yang dalam
gramatikal bahasa Arab sering cligunakan sebagai partikel penghubung atau
konjungsi. Dan dalam kalimat majemuk koorclinatif hubungan pemilihan konjungsi
32
yang digunakan adalah it dan i
Untuk lebih jelasnya lagi dibawah ini penulis akan rnemaparkan beberapa
fungsi 'alhaj dan huruf apa saja yang bisa digunakan sebagai konjungsi dalam
bahasa Arab.
C. 'Athllf
Dalam gramatikal bahasa Arab 'athaf dibagi menjadi dua yaitu: 'AlhajBayan
dan 'Alhaj Nasaq. Definisi dari 'alhaj bayan adalah lafadz yang mengikuti (tabi)
pada malbu 'nya (di dalam i'rab) yang menyerupai pada sifat (na 'at) di dalam
menjelaskan matbu 'nya jika berupa isim mala'ifat, dan mentahsis pada malbu 'nya jika
nakirah.
Mengingat 'alhaj bayan itu mirip dengan sifatl na 'ai, rnaka malbu 'nya harus
disesuaikan seperti na 'ai, baik dalam masalah la'rif atau lankirnya, ladzkir dan
la 'nisnya dan masalah iJrad, lasniyah atau jamalmya. Sebagian ulama nahwu
berpendapat, bahwa kalau 'alhaj bayan dan malbu 'nya nakirah, adalah hal yang
dilarang. Sedangkan segolongan ahli nahwu antllra lain adalah Ibnu Malik
berpendapat bahwa hal itu diperbolehkan. Dengan demiklan berarti keduanya
memperbolehkan dalam bentuk nakirah, sebagaimana boleh keduanya dalam bentuk
makrifal. Menurut suatu pendapat di antara contoh 'alhaj dan malbu 'nya kedua
duanya nakirah, adalah finnan Allah swt.:
33
"Yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu)
pohon zaitul1. " (QS. An Nur: 35)
"Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air
nanah. " (QS. Ibrahim: 16)
Lafaelz ;;..=;~j aelalah "alh(v'bayan bagi lafaelz ;;.i elan lafaelz ..l<~ aelalah "alhal
bayan bagi lafaelz J.':.
Namun elari keterangan eli atas, penulis beranggapan bahwa 'athafbayan tielak
bisa elisepaelankan elan eligunakan layaknya konjungsi elalam bahasa Inelonesia. Dan
yang bisa elisamakan elengan konjungsi seperti elalam bahasa inelonesia aelalah 'athaf
nasaq seperti yang akan elijelaskan eli bawah ini.
'Athaf Nasaq aelalah lafaelz yang mengikuti lafaelz yang eliikutinya elengan
memakai huruf atau labi' yang eliantaranya elitengahi oleh salah satu humf 'athaf
yaitu: hJI (Waawu), { (Isumma), "WI (ja), ~ (hatta), II (an;U, )\ (aw), J (bal), '1
(leta), C!J (wa immaa), elan -:r<J (laakin).
Berikut ini Penulis akan memaparkan seelikit tentang penggunaan humf-huruf
'athafterkecuali humf Am elan Au yang akan elijelaskan secaJ'a terpisah.
34
1. Huruf )I}i (Wawu) untuk menunjukkan muthlaqul jam'i artinya memutlakkan
ketunggalan hukum, tanpa ada petunjuk mana yang lebih dulu atau lebih akhir.
Jadi tielak berfaeelah teliib elan tielak pula Ta 'qib (mengiringi). Apabila diucapkan
"Ali dan Kholid telah datang" maka malmanya ialah Ali clan Kholiel sama-sama
datang. Baik Ali itu elatang sebelum Kholiel, atau sebaliknya, ataukah datang
bersama. Baik aela senggang waktu atau tidak. Dalam hal ini sudah pasti tidak
jelas, keeuali ada qarinah yang menunjukkan hal ini, seperti: -"'! (ba'da), j,'
(qabla), atau C' (rna 'a).
2. Huruf <i.AlI (fa) berfaedah Tartib wa Ta 'qib (tertib elan mengiringi) untuk
menunjukkan keterbelakangan ma'tuf atas ma'tur 'alaih-nya seeara muttashil
(langsung) tanpa ada tenggang waktu. Seperti dalam firman-Nya
"Yang iVJenciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya)." (QS. Al A'la: 2)
3. J-1uruf { (tslIInma) berfaedah Tartib wa Tarakhi (berurutan elan aela senggang
waktu), untuk menunjukkan keterbelakangan ma'thuf atas ma'thuf 'alaih-nya
seent'a terpisah
35
"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari air mani, Kemudian
dia menjadikan kamu berpasangan (laki-Iaki dan perempuan). "CQS. Fathir: II)
4. Huruf Jr- (hatta) , 'athaf dengan hatta ini sedikit pemakaianya, karena hatta
hanya masuk pada ma'thuj"yang menjadi akhir dari suatu peristiwa. Syarat untuk
meng'athafkanya hendaknya ma 'rujberupa isim zahir, dan merupakan bagian dari
ma 'tuj" 'alaih atau seperti bagian darinya. Contohnya:
"Manusia pasti mati hingga para Nabi. "
5. Huruf J Cbal) berfaedah idhrab miinya meminclahkan hukum dari sesuahl kepada
yang lain. Contohnya:
"Arau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakitgila." Sebenarnya dia Telah membawa kebenaran kepada mereka, dankebanyakan mereka bend kepada kebenaran itu." CQS Al Mu'minun: 70)
6. Huruf c:fJ (laakin) memiliki makna dan faedah sepelii Bal yang setelah nafi atau
nahi. Contohnya:
"Aku ridak bertemu dengan seorang lelah yangjasik, tetapi lelaki yang shaleh."
36
I-Iuruf laakin diberlakukan sebagai huruf 'athqf, jika memenuhi tiga syarat
berikut:
a) Memufradkan pada ma 'thujdan ma 'thuj 'alaih
b) Tidak bersamaan dengan wawu
c) Terletak setelah kalam nafi atau nahi
7. I-Iuruf'J (laa) berfaedah meniadakan dan menghubungkan. Yang dimaksud ialah
metetapkan hukum untuk lafadz yang terletak sebelumnya dan meniadakan
hukum untuk lajadz sesudahnya. Syarat ma 'tufilya adalah merupakan lajadz yang
mu/i-ad, bukanjumlah, dan hendaknya setelah kalam ijab dan amar. Contohnya:
"Said telah datang, bukan Khalid. "
8. I-Iuruf L:!J (wa immaa) memiliki beberapa makna yaitu:
a. Takhyir (memilih diantara muta'athifain) yaitu apabila terletak setelah kalam
thalab. Sepelti contoh:
"Nikahilah adakalanya hindun, adakalanya dengan saudaranya. "
37
b. Taqsim (membagi) yaitu apabila terletak setelah kalam khabar. Contohnya:
J.r ely j..i ely r--I (.j ,...,J5:J1
"Kalimah adakalanya isim, jiil, dan huruf"
c. Syak (ragu-ragu) contolmya:
"Adakalanya Zaid dan adakalanya 'Umar lelah datang . " (hal ini jika yang
dalang lidak dikelahui.)
d. Ibham, yaitu membuat samar pada mukhattab. Contohnya:
r ely ..\.;j (.1 ob
hal ini jika mUlakallimnya sudah tahu orang yang datang.
e. Ibahah. Contohnya:
"Belajarlah adakalanya ilmujiqih dan adakalanya nahwu".
Adapun huruf aw dan am akan dijelaskan secara lebih khusus di bawah ini
1. Partikcl Am
J-luruf 'alhal am biasa eliterjemahkan ke elalam bahasa Indonesia dengan
alaukah elan berfaedah untuk menentukan satu eli antara beberapa objek.
Huruf 'alhal am ada elua jenis yaitu am munqalhi 'ah dan am muttashilah.
38
Am MUllashilah aelalah am yang terletak sesuelah hamzah iSlifham atau hamzah
laswiyah contohnya:
"Sama saja bagi kila, apakah kila mengeluh alaukah bersabar. sekali-kali kila lidak
mempunyai lempal unluk melarikan diri. " (QS. Ibrahim: 21)
Begitu juga am yang terletak sesuelah hamzah yang tielak membutuhkan 1afaelz ayyun
contohnya:
"Apakah Zaid yang ada di sisimu alaukah Umar?"
Makna yang e1imaksuel aelalah:
"Manakah di anlm'a keduanya yang berada di sisimu?"
Terkaelang hamzah laswiyah elan hamzah yang menggantikan ayyun ini e1ibuang
apabila hal ini tielak menimbulkan suatu kesalahan e1alam pernahaman. Keeluelukan
am tetap muttashilah sama halnya ketika hamzah masih aela. sepelii qira 'ah Ibnu
Muhaishin. Contoh:
Asalnya
39
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagl mereka, kamu beri
peringalan alau lidak kamu beri peringalan, mereka lidak juga akan beriman. " (QS
Al Baqarah [2]: 6)
Bacaan ini dengan menggugurkan hamzah dari lafadz ~)l:,l
Dengan kata lain, apabila am tidak didahului oleh hamzah taswiyah dan tidak
pula didahului oleh hamzah yang mengandung makna ayyun maka ia adalah am
munqalhi 'ah. Kala itu malma menunjukan idhrab sarna dengan makna yang dirniliki
oleh lafadz bal seperti yang terdapat dalam firman-Nya:
"Tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesla alamo
Alau (palulkah) mereka mengalakan "Muhammad membual-buarnya" (QS. Yunus:
37-38)
Mengapa dimaknai ba!? Ayat di atas memberikan informasi tegas bahwa
AI-Qur'an tiada keraguan, dan diturunkan Sang Tuhan Semesta Alam. Yang
demikian adalah realita yang didustakan oleh para kl!ffar dengan berkata
"Muhammad membuat-buat karangan palsu berupa Al qur'an."
40
2. Partikel All
Huruf 'athaf au mempunyai berbagai maeam makna dan ketentuan dalam
penggunaanya seperti yang akru1 dijelaskan sebagai berikut:
1.) Au dapat dipakai untuk makna takhyir (memilih) eontohnya:
I}-", )11/J' JL. .:.r' ..\>.
"Ambillah bagian dari hartaku, dirham atau dinar. "
"Kawinilah Hindun atau saudara perempuanya!"
2.) Au dapat pula dipakai untuk makna ibahah (membolehkan) eontohnya:
,LA)I ) ,L...W\ crlk
"Bergurulah pada para ulama atau para ahli zuhud. "
"Bergaulah dengan AI-Hasan atau lbnu Sirrin. "
Perbedaan antm'a ibahah dan takhyir ialah bahwa ibahah mempunyai
pengertian boleh mengumpulkan antara dua perkara. Mengambil eontoh di atas,
jikalau diueapkan Bergurulah kepada para Ulama atau para ahli Zuhud, maka
diperbolehkan mengumpulklli1 antara berguru dengan ulama dal1 para ahli Zuhud.
Dan juga boleh berguru pada satu kelompok, tidak berguru pada kelompok yang lain.
Adapun takhyir pengertianya adalah tidak boleh mengumpulkan antara dua
41
perkara. Mengambil contoh di atas pula, mengumpulkan antara dua wanita
bersaudara dalam perkawinan hukumnya tidak boleh.
3.) Au dapat dipakai pula untuk tujuan ibham terhadap pendengar (menyembunyikan
maksud yang sebenarnya terhadap pendengar). Hal tersebut dikatakan apabila
telah diketahui yang sebenarnya dengan maksud menyembunyikan hal yang
sesungguhnya terhadap si pendengar. Seperti dalam firman- Nya:
"Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang mu.\yrik), pasti berada dalam
kebenaran atau dalelln kesesatan yang nyala." (QS. Saba': 24)
4.) Huruf 'athaf au dapat pula dipakai untuk makna syak (ragu-ragu) contoh:
"Mereka menjawab, 'Kita berada (di sini) sehari alau setengah hari. ", (QS. AI
Kahfi: 19)
5.) Au dapat pula berfaedah laqsim artinya membagi-bagi contohnya:
Kalimat itu isim, fi 'il, alau hun(/.'
6.) Au bisa juga berfaedah la/shit artinya memerinci setebh adanya globalitas.
Contohnya:
42
"lvJereka mengatakan, 'Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila. '"
(QS. Adz Dzariyat: 52)
Demikianlah macam-macam faedah dan makna huruf-huruf 'athaf yang
Penulis kutip dari beberapa sumber, lalu untuk menentukan makna pm1ikel )1 itu
untuk Takhyir, Ibahah, Ibham, atau Syak, adalah kehendak sang pembicara (pihak
pertama).
BABIV
ANALISIS KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF HUBUNGAN
PEMILIHAN DALAM SURAT ALI 'IMRAN
Dalam pembahasan bab IV ini, Penulis berupaya menganalisis kalimat
majemuk koordinatif hubungan pemilihan dalam surat Ali 'Imran, yang biasa
dihubungkan dengan partikel atau konjungsi dan dan dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan kata a/au. Meskipun dalam analisis ini kuantitasnya tidak
seberapa, namun penulis berharap analisis ini dapat mewakili kqjian dan terjemahan
kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan yang tidak jarang kita jumpai
dalam Alqur'an.
Setelah membaca dan menelaah secar'a seksama pada surat Ali 'Imran, Penulis
menemukan ada I I ayat yang mengandung kalimat majemuk koordinatif hubungan
pemilihan, baik yang menggunakan konjungsi atau Selain itu, penulis akan
mencantumkan teljemahan altematif pada setiap ayat yang menurut Penulis kurang
sesuai, khususnya dari teknik penulisan dan akan disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan pada catatan kaki dalam bab ini. Berikut ini akan
diuraikan hasil analisis penulis sebagai berikut.
45
"Katakanlah, 'Jika kamll menyembllnyikan apa yang ada dalam hatimll!!J!!Ji kamll melahirkannya, pasti Allah mengetahlli, , Allah mengetahui apa-apayang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segalasesllatu." (QS. Ali 'Imran [3]: 29)
Dalam ayat di atas jelas terdapat kalimat koordinatif hubungan pemilihan
karena terdapat konjungsi yang bermakna ibahah, karena setiap jumlah yang
terdapat konjungsi pasti merupakan hubungan pemilihan, dan dalam hubungan
pemilihan ini tidak menyatakan pertentangan Adapun jumlah klausa koordinatifnya
ada dua dan sejajar, yang pertama yaitu pada kalimat ~-!J~J L: 1~ 0J
sedangkan klausa keduanya ada yang dilesapkan dan hanya disebutkan
Adapun penerjemahannya, menurut penulis, sudah sesuai.
, ',J..l;.i.
"(Allah menolong kamu dalam perang Badal' dan memberi bala bantuan itu)untuk membinasakan segolong{l1l orang-orang yang kafir, atou untuk menjadikan
46
mereka /tina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa. " (QS. Ali'Imran [3]: 127)
Da1am ayat ke 127 ini mengandung satu kalimat koordinatif hubungan
pemilihan, yaitu pada jumlah yang di garisbawahi. Keclua klausanyapun setara, klausa
]...- ..- "'''''''~ '" "'.,.pertamanya yaitu paclajumlah 1)j;S' ';j;UI~ (1»~ dan klausa kecluanya pacla
jum1ah~ . Aclapun konjungsi yang digunakan aclalah yang bermakna /akhyir
Mengenai peneljemahannya, Penulis menganggap sudah sesuai.
"Tak ada sed/kit pun campur /anganmu dalam unlsan mereka itu a/au Alla/tmenerima tal/bat mereka, atal/ mengazab mereka Karena Sesungguhnya mereka ituorang-orang yang zalim. " (QS. Ali 'Imran [3]: 128)
Dalam ayat dia atas (Ali 'Imran: 128) terdapat kalimat majemuk koorclinatif
hubungan pemi1ihan yaitu dengan aclanya penggunaan konjungsi bahkan ada dua,
yang berarti terdapat tiga klausa. Klausa pertamanya pacla jum/ah ;.\[Tu-;-'-.JJcrJ
;:;. 'cJail klausa kecluanya pacla jumlah r,;£y;'; sedangkan klausa ketiganya
47
." ,..-'~, .-')
~~. Namun menurut hemat Penulis, pada klausa pertama tidak terdapat
kesepadanan maksud dengan klausa kedua dan ketiga. Adapun penerjemahannya,
menurut penulis, konjungsi pada klausa pertama perlll diubah. 1
"Dan Ouga) orang-orang yang apabila mengerjakanperbuatan keji ataumenganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadapdosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari padaAllah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang merekaMengetahui. "(QS. Ali 'Imran [3]: 135)
Ayat di atas (Ali 'Imran: 135) kalimat majemuk koordinatif hubungan
pemilihan terdapat pada kedua klausa yang sudah digarisbawahi. Klausa pertamanya
.'" --,. " -- ~...adalah pada jumlah ~lyWl~j J0Jlj dan klausa keduanya padajumlah
~flj ~Ij;" semantara konjungsi yang cligunakan tetap yang bermakna ibahah.
Aclapun mengenai peneljemahan dalam hubungan pemilihan ini suclah sesuai.
I "Tak ada sedikit pun campur tanganmu cia/am urman mereka illl, dan Allah meneril11fI ((mbatmereka, atau mengazab mere!w KarenC1 Sesungguhnya mereka ilu orang-orang yang za/im. "
48
"Muhammad itu lidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalusebelumnya beberapa orang rasu!. Apaka!z jika dia wa!at alau dibllnll!z kamllberbalik ke belakang (mllrtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ialidak dapal mendalangkan mudharal kepada Allah sedikilpun, dan Allah akanmemberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. "(QS. Ali '!Jnran [3]: 144)
Ayat di atas jelas mengandung kalimat majemuk koordinatif hubungan
pemilihan karena dalam ayat tersebut terdapat partikel yang bermakna ibahah, dan
setiap jumlah yang terdapat partikel maka ia akan menjadi hubungan pemilihan,
dalam hal ini hubungan yang tidak menyatakan pertentangan. Adapun klausa yang
terclapat clalam ayat ini ada dua dan merupakan klausa yang sejajar atau sepadan,
namun klausa pertamanya hanya disebutkan vL:d,l,;f yang selanjutnya dilesapkan
dan dijelaskan pacla klausa kecluanya yaitu mengenai
peneljemahannya clalam ayat ini, Penu1is menganggap sudah sesuai.
49
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kajir(orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara merekaapabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atall mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidakdibunuh. " Akibar (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allahmenimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allahmenghidupkan dan mematikan. dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. " (QS.Ali 'Imran [3]: 156)
Pada ayat ini (Ali imran: 156) jumlahf- "J • } __
,-"",J'lIJlyJ-,O I~j adalah menempati
klausa pertama dalam kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan, dan klausa
keduanya adalah pada jumlah <.>):.1; is' yang di koordinasikan dengan
menggunakan konjungsi koordinatif yang bermakna takhyir. Adapun mengenaJ
peneljemahan hubungan pemilihannya sudah sesuai.
50
"Dan sunggull kalall kamu gugur di jalan Allah alau meninggal, tentulallampunan Allah dan rallmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yangmel'eka kumpulkan." (QS. Ali 'Imran [3]: 157)
Pada ayat ini, kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan jelas adanya,
karena kedua klausanya sepadan, partikel yang bermakna ibahah dipakai untuk
".-;.... ).'). ~
memisahkan klausa pertama yaitu pada jumlah ilJlJ.,;:,J ;ilijLr}j dan klausa..- ~" -'
keduanya padajumlah ~. Mengenai penetjemahannya, sudah sesuai.
"Dan sunggull jika kamu meninggal alau gugur, lenlulah kepada Allah sajakamu dikumpulkan. "(QS. Ali 'Imran [3]: 158)
Ayat di atas jelas mengandung kalimat majemuk koordinatif hubungan
pemilihan karena dalam ayat tersebut terdapat partikel yang bennakna ibahah, dan
setiap j umlah yang terdapat partikel maka ia akan menjadi hubungan pemilihan,
yang dalam hal tnt tidak menyatakan pe11entangan. Adapun klausa yang terdapat
51
dalam ayat ini ada dua clan merupakan klausa yang sejajar atau sepadan, klausa
pertamanya aclalah ~qij, dan klausa kedunya mulai jumlah I' ~;:~ sampai aldlir
ayat. Masalah penerjemahannyapun Penulis l11enganggap sudah sesuai.
"Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepadamereka dikatakan, 'Marilah belperallg di jalall Allah filau pertahallkalllalt(dirimu). . Mereka berkata, 'Sekiranya kami mengetahui akan teljadi peperangan,tentulah kami mengikuti kamu. ' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafirandari pada keimanan. mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang !idakterkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allahlebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. " (QS. Ali '1l11ran [3]: 167)
Pacla ayat ini, kalil11at majemuk koordinatif hubungan pel11ilihan jelas aclanya,
keclua klausanyapun sepadan, partikel yang bermakna takhyir clipakai untuk
mel11isahkan klausa pertama yaitu paclajumlah JJJI ~J 1):3 ljJ~ dan klausa.' .
52
keduanya pada jumlah i;';~1. Mengenai peneljemahannya, Penulis menganggap
sudah sesuai .
.. (Yaitu) orang-orang yang lIlengingat Allah sambi! berdiri alau dlldllk alaudalam keadan berbaring dan mereka memikirkan lenlang penciplaan langil danbumi (seraya berkala), 'fa Tuhan kami, liadalah Engkall menciptakan lni dengansia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. '" (QS. Ali'Imran [3]: 191)
Pada ayat ini memang terdapat kalimat majemuk koordinatif hubungan
pemilihan, karena klausa-klausanya sepadan. Namun konjungsi yang digunakan
dalam ayat ini adalah bukanlah namun dalam penerjemahan bahasa Indonesia
digunakan partikel alau. Adapun masalah penerjemahannya, Penulis menganggap ada
yang kurang sesuai dari segi penlliisan, yaitll pada konjllngsi atau yang pertama,
Sebaiknya konjungsi alau yang pertama diganti dengan tanda baca koma (,).2
2 "(Yail1l) orang-orang yang mengingat Allah sambi! herdir!, dudl/ka/au da/am keadanberbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langi! dan bum! (sel'aya berkata), 'Ya Tuhankomi, !ladalah Engkau menciptakan In! dengcm sia-sia, Maha Sue! Engkau, l\1aka peliharalah kamidan' siksa neraka. '"
53
"lv/aka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antarakamu, balk lakl-lakl atau perempllan, (karena) sebagian kamu adalah turunan darisebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampllnghalamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh,Pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkanmereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala disisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik. '" (QS. Ali' Imran [3]: 195)
Pada ayat ini kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan jelas terlihat,
karena adanya konjungsi yang bermakna taqshim dalam ayal ini clan keclua
klausanyapun selara. Klausa pertamanya aclalah dari awal ayat sampai kata fl, dan
-
, ~
klausa kecluanya aclalah ,:pI. Mengenai penerjemahannya, Penulis menganggap suclah
sesuaJ.
54
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyatabagi Allah orang-orang yang be/jihad di antaramu dan be/um nyata orang-orangyang sabar. "(QS. Ali 'Imran [3]: 142)
Pacla ayat ini terclapat partikel pacla awal ayat, namun partikel ini bukanlah
termasuk partikel penghubung atau konjungsi koorclinatif hubungan pemilihan clalam
kalimat tersebut, partikel ini lebih sesuai bila masuk clalam kategori partikel yang
cligunakan untuk pertanyaan (lstifham). Dengan kata lain ayat ini ticlak termasuk
clalam kalimat majemuk koorclinatif hubungan pemilihan yang Penulis seclang
analisa.
BABV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membahas dan menelaah kalimat majemuk koordinatif hubungan
pemilihan dan peneljemahannya dalam bahasa Indonesia, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
I. Persamaan kalimat majemuk koordinatif hubungan pemilihan dalam bahasa
Indonesia dana bahasa Arab.
a). Terdiri dari dua buah klausa yang mana klausa pertama dan klausa kedua
sepadan atau sejajar. Diantara kedua klausa tersebu1 dihubungkan dengan
konjungsi koordinatif. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi yang digunakan
adalah partikel alau, sedangkan dalam bahasa Arab berupa partikel au dan
am. Namun terkadang ada konjungsi wawu yang diterjemahkan menjadi
alau.
b). Klausa-klausa yang dihubungkan oleh konjungsi koordinatif mempunyai
fungsi sintaksis yang sarna, namun dari salah satu klausa tersebut ada yang
dilesapkan.
2. Perbedaan kalimat majemuk koordinatif hubungan pernilihan dalam bahasa
Arab dan bahasa Indonesia.
56
a) Dalam bahasa Indonesia, konjungsi koordinatif hubungan pemilihan
hanya ada satu macam, yaitu atau. Sementara dalam bahasa Arab,
konjungsi tersebut terdapat dua macam yaitu au dan am, yang dalam
penggunaanya memiliki aturan masing-masing.
b) Konjungsi yang digunakan ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat
manasuka. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi Atau dapat
mengkoordinasikan lebih dari dua klausa, maka konjungsi atau
menempati posisi sebelum klausa terakhir, sedangkan pada klausa
sebelumnya konjungsi atau dapat dilesapkan, dan diantara klausa
klausanya diletakkan tanda koma sebagai pemisah Idausa yang satu
dengan klausa yang lain. Sementara dalam bahasa Arab penggunaan
konjungsi tetap dihadirkan walaupun lebih dari dua klausa.
c). Kehadiran konjungsi atau sebagai konjungsi altematif bersifat wajib dalam
klausa terakhir, sedangkan pada klausa-klausa sebelumnya atau dapat
dilesapkan. Adapun dalam bahasa Arab aturan menggunakan konjungsi
tetap wajib ditulis walaupun lebih dari dari tiga klam:a.
2. Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan konjungsi dalam
suatu kalimat tergantung pada konteks dan pilihan kata yang tepat. Dengan
kata lain, tidak ada padanan pasti untuk setiap partikel penghubung. Karena
itu, banyak alternatif terjemahan dalam sejumlah ayat, dan yang paling
57
penting adalah harus sesuai dengan EYD. Hal 1111 terkait dengan penutur
bahasa ataupun pengguna bahasa.
B. REKOMENDASI
"Tak ada gading yang tak retak" Semaksimal apapun yang telah diupayakan oleh
seorang manusia, pasti ada saja kelemahan dan kekurangannya. Tidak berbeda
dengan skripsi 1111, yang masih jauh dari nilai sempurna. Karena itu upaya
penyempurnaan skripsi ini merupakan suatu keharusan demi menghasilkan suatu
karya yang kian hari kian sempurna.
Pembahasan selanjutnya yang Penulis harapkan dari sIapapun yang berkenan,
yaitu menelaah dan menganalisa konjungsi-konjungsi lain yang menitik beratkan
pada sudut semantis bukan hanya sintaksis. Dengan anaHsa tersebut, Penulis
harapkan segala persoalan yang menyangkut konjungsi dalam kalimat koordinatif
maupun subordinatif dapat diselesaikan secm'a tuntas, dan bukan hanya sampai di sini
saja, tetapi skripsi yang telah disempurnakan ini akan bisa ditindak lanjuti dengan
mengajukannya kepada Tim Pentashih Al Qur'an Departemen Agama Republik
Indonesia. Dengan tujuan agar kekeliruan yang tidak jarang kita temukan dalam
Al Qur'an Teljemahan Departeman Agama -paling tidak- dapat climinimalisir,
sehingga dapat memuclahkan para pembacanya clalam lllemahallli dan mencerna
segala yang terkandung clalalll kitab suci ini. Hal ini pula yang melatarbelakangi
penulisan skripsi yang masih sederhana ini
58
Harapan Penulis dengan karya yang sederana ini, semoga dapat memberikan
sumbangsih dan manfaat yang cuImp berarti bagi siapa saja yang ikut menyelami
dunia linguistik yang cukup luas ini, dan juga bagi siapa saja yang yang ikut berkarya
dalam dunia penerjemahan.
DAFTAR PUSTAKA
AI-Ghulayaini, Musthafa, .lami ad-Durus al-Arabiyyah, Beirut: Dar al-Kutub al
Ilmiyyah, 2002.
Alwi, Hasan et aI., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2003, Edisi Ke 3.
Arifin, Zainal dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: Akademika
Prasindo,2003.
As-Shonhaji, AI-Imam, Muhtasar .liddan, Surabaya: Al Hidayah, tt.
Bahauddin Abdullah ibnu Aqil, Aljiyyah Syarah Ibnu 'Aqil, (terj), Bandung: Sinal'
Baru, 1992.
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Dahlan, Imam Zaini, Tasywiqul Khallan, Surabaya: Al I-Iidayah, tt.
Departemen Agama RI, Al QUI' 'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1990.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka,2003.
Djuha, Djawahir, Tata Bahasa Arab, Bandung: Sinal' Baru, 1989.
Eman, A. Rahman, dan Sudarno, Terampil Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah.
Finoza, Lamuddin, Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Media, 2005
Hanafi, Nurachman, Teori dan Seni AIeneljemahkan, Ende Flores: Nusa Indah, 1986.
60
Lapoliwa, Hans, Klausa Pemerlengkap dalam Bahasa Indonesia: Tinjauan Sintaktik
dan Semantik, Jakm1a: Kanisius, 1990. Cel. Pertama.
Moeliono, Anton M, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1988.
____, Kembara Bahasa, Jakarta: Gramedia, 1989.
Pateda, Mansoer, Linguistik Sebuah Pengantar, Jakarta: Angka:;a, 1988, Cel. Ke-10.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastrq. Tahun I NomoI' 4,1976. juga terdapat lampiran dalam\
buku Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, terbitan Balai Pustaka, 1988.
Purbo, Bambang Kaswanti, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa Menyibak Kurikulum
1984, Jogyakarta: Kanisius, 1990.
Shofwan, M. Sholihuddin, Maqasid al Nahwiyah: Pengantar Memahami Alfiyah
Ibnu Malik Jombang: Daml Hikmah, 2002.
Sugono, Dendy, Bel'bahasa Indonesia dengan Benal', Jakarta: Pnspa Snara, 1999.
Verhaar, J.W.M, Asas-Asas Linguistik Umum, Yogyakarta: Gadjah Mada Universty
Press, 2004.
Wafi M. dan A. Bahauddin, Khazanah Andalus: Menguak Karya Monumental Alfiah
Ibn Malik, Yogyakm1a: Titian Ilahi Press, 2003.
Widyamartaya A. Seni Menggayakan Kalimat, Yogyakarta: Kanisius 1995.
Zaim, M,. "Pelesapan Frasa Nomina pada Konstruksi Koordinatif Bahasa Inggris"
(Tesis Pascasarjana), Depok: Perpustakaan Universitas Indonesia, 1993.