M ENGUNG KAP TRA GEDI HU FFICKINNG -...
Transcript of M ENGUNG KAP TRA GEDI HU FFICKINNG -...
M
MELAL
DI BAL
D
MENGUNG
LUI PEMBE
LAI PERLI
Diajukan ke untuk Me
Progr
K
GKAP TRA
ERIAN LA
INDUNGA
YO
LILIA NIM
pada Prograemenuhi Sa
Gelaram Studi In
Konsentrasi B
YO
AGEDI HU
AYANAN K
AN REHAB
OGYAKAR
Oleh: ANA HASI
M. 16 203 1
TESIS
am Pascasaalah Satu Syar MagisternterdisciplinBimbingan
OGYAKAR 2018
UMAN TRA
KONSELIN
BILITASI S
RTA
IBUAN 0 127
arjana UIN Syarat guna Mof Arts nary IslamicKonseling
RTA
AFFICKIN
NG PSIKO
SOSIAL W
Sunan KalijMemperoleh
c Studies Islam
NG
OSOSIAL
WANITA
jaga h
xiii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada almamater tercinta
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
xiv
MOTTO
Teruslah Tingkatkan Kualitas Dirimu dan Sebarlah Manfaat Dimanapun Kamu
Berada Sekalipun Hal itu Membuatmu Sakit Karena yang Demikian Lebih Baik
Bagimu daripada Hanya Sekedar Hidup Maka Binatang Pun Bisa.
v
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kasus human trafficking yang terjadi, sedangkan masyarakat awam masih banyak yang belum memahami tentang human trafficking ini, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tragedi human trafficking melalui perjalanan dan pengalaman seorang korban agar diketahui dampak psikososial yang muncul pada korban human traffikcing, serta bantuan/layanan yang diberikan guna menyembuhkan korban dari trauma akibat human trafficking yang dialaminya dengan harapan seseorang yang pernah menjadi korban human trafficking masih berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologik dengan metode wawancara, observasi, dan dokumen. Adapun hasil dalam penelitian ini, korban terjerat dalam kasus human trafficking karena faktor ekonomi dan pendidikan yang rendah, serta kurangnya perhatian dari keluarga. Selain itu, jenis human trafficking pada topik ini masuk pada kategori eksploitasi seksual, dengan serangkaian perjalanan dan pengalaman yang dialami korban menyebabkan korban mengalami perubahan psikologis seperti halnya teringat akan peristiwa menyedihkan di masa lalunya, merasa seolah-olah peristiwa menyedihkan itu terulang kembali, terkadang mudah marah, dan hal ini mengganggu kenyamanan hidupnya. Sehingga Balai Perlindungan Rehabilitasi Sosial Wanita Yogyakarta dan psikolog memberikan bantuan melalui layanan konseling psikososial dengan tujuan korban human trafficking sehat secara psikologis dan sosial bahkan psikolog telah memberikan konseling secara eklektik dalam konseling sesuai kebutuhan klien, seperti konseling behavioral, dan konseling humanistik. Selain itu, beragam kegiatan di BPRSW yang dapat membantu korban tersebut dalam menyembuhkan lukanya dan menghadirkan kembali harapan masa depan yang lebih baik.
Kata kunci: Mengungkap tragedi, human trafficking, layanan konseling psikososial
vi
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, Allah
SWT, yang telah memberikan segala Nikmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
mendapat kemudahan menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan Salam tak lupa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta
umatnya yang senantiasa mengikuti Beliau hingga akhir zaman. Serta terimakasih
yang sedalam-dalamnya terkhusus kepada ayah dan ibu ku sayang yang telah
memberi cinta, kasih, dan sayangnya kepada penulis dan mendukung sepenuhnya
serta selalu mendoakan penulis agar dilancarkan studi nya sampai pada
penyelesaian tesis ini.
Selain itu, penulis menyadari masih begitu banyak pihak yang telah
memberikan dukungan, masukan pemikiran, dan doa, sehingga tesis ini dapat
terselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Ro’fah, M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi dan jajarannya atas segala
kebijaksanaannya memudahkan urusan administrasi sampai perkuliahan
penulis selesai.
vii
vii
4. Zulkipli Lessy, S. Ag., S.Pd., M. Ag., MSW., Ph.D selaku dosen pembimbing
tesis yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk-petunjuknya
kepada penulis, sehingga tesis ini dapat selesai.
5. Segenap Dosen dan Staf Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, terkhusus kepada para dosen yang pernah mengampuh
mata kuliah di kelas. Terimakasih atas curahan ilmu pengetahuan, motivasi,
dan inspirasi, sehingga penulis memiliki cara pandang baru yang sebelumnya
tidak penulis dapatkan.
6. Segenap pegawai, pekerja sosial, konselor dan warga binaan Balai
Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita Yogyakarta, yang telah
memudahkan penulis melakukan penelitian.
7. Keluarga tercinta, kakak tersayangku Almarhumah Desmiana Hasibuan, S.Pd
yang selama hidupnya selalu memotivasi penulis untuk terus maju dan
berkembang, Abang Kandungku Hadi Surya Hasibuan dan Kakakku Semiana
Hasibuan, M.Pd yang senantiasa mendengar serta memberi masukan bagi
penulis selama menyelesaikan studi ini. Adikku tersayang harapanku Rizki
Fauzan Hasibuan sebagai penyemangat penulis untuk sukses.
8. Teman-temanku konsentrasi bimbingan dan konseling Islam angkatan 2016,
terkhusus teman-teman BKI A yang selama ini telah menjadi teman dan
keluarga yang baik, mengisi dan mewarnai hari-hari penulis dengan begitu
banyak pengalaman dan kenangan, dukungan dan doa, canda dan tawa, suka
dan duka, serta hal-hal yang inspiratif lainnya. Jazakumullah Ahsanal Jaza!
viii
viii
9. Terkhusus teman-temanku Salman Al-Farizi, Devi Adriany, Asriana Harahap,
Nurintan Muliani, yang selama ini selalu membantu penulis dalam penelitian
dan menemani serta mewarnai hari-hari penulis di kala suka dan duka.
Jazakumullah Ahsanal Jaza!
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kelemahan pada penulisan
tesis ini. Maka penulis sangat berharap segala kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya, semoga tesis ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan akademik yang dapat dipergunakan
sebaik-baiknya bagi semua akademisi yang membutuhkannya. Amin.
Yogyakarta, 27 Mei 2018
Penulis,
Liliana Hasibuan., S.Sos. I NIM. 1620310127
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 9
D. Kajian Pustaka ............................................................................. 10
BAB II. KERANGKA TEORI
A. Human Trafficking
1. Pengertian Human Trafficking ............................................. 22
2. Jenis-Jenis Human Trafficking ............................................. 25
3. Abuse dalam Trafficking ...................................................... 33
4. Gangguan Psikologis Pada Korban Trafficking ................... 37
B. Psikososial
1. Teori Psikososial .................................................................. 41
2. Konseling Psikososial .......................................................... 68
BAB III. METODE PENELITIAN DAN PROFIL BPRSW
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................. 75
B. Sumber Data................................................................................ 76
C. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 78
D. Teknik Analisis Data ................................................................... 83
E. Profil BPRSW ............................................................................. 86
viii
1. Sejarah .................................................................................. 87
2. Visi dan Misi ........................................................................ 88
3. Sasaran BPRSW ................................................................... 88
4. Alur Rujukan ........................................................................ 89
5. Pelayanan BPRSW ............................................................... 90
6. Sarana dan Prasarana BPRSW ............................................. 95
7. Struktur Organisasi ............................................................... 96
8. Program ................................................................................ 97
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Pengalaman dan Perjalanan Korban Human Trafficking ........... 101
B. Kondisi Psikososial Korban Human Trafficking ........................ 108
C. Peran BPRSW Sebagai Lembaga Bantuan ................................ 119
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 126
B. Saran .......................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 128
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Isi
Hal
Tabel 1 Tahap Perkembangan Kepribadian Psikososial
67
Tabel 2
Alur Rujukan BPRSW Yogyakarta
89
Tabel 3
Mekanisme dan Prosedur Pelayanan BPRSW Yogyakarta
94
Tabel 4
Struktur Organisasi
96
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Baliho Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita Yogyakarta
Lampiran 2 Profil BPRSW
Lampiran 3 Peta Lokasi BPRSW Yogyakarta
Lampiran 4 Ruang Khusus Wawancara/Konsultasi
Lampiran 5 Wisma Bunda
Lampiran 6 Mekanisme Pelayanan di BPRSW
Lampiran 7 Ruang Penginapan Peneliti
Lampiran 8 Foto setelah wawancara dengan Ibu Sri (Pimpinan BPRSW)
Lampiran 9 Foto setelah wawancara dengan Ibu Ati (Kepala Seksi Perlindungan Rehabilitasi)
Lampiran 10 Ruang Olahan Pangan
Lampiran 11 Shelthered Workshop
Lampiran 12 Ruang Jahit
Lampiran 13 Ruang Praktik Bordir dan Poliklinik
Lampiran 14 Ruang Batik
Lampiran 15 Ruang Salon
Lampiran 16 Berbagai Kegiatan di BPRSW
Lampiran 17 Kurva Alumni BPRSW
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hari ini kita banyak mendengar kasus human trafficking tersebar di
masyarakat mulai dari penculikan hingga janji pemberian pekerjaan yang layak
namun ternyata korbannya dijadikan budak seks dan bekerja secara tidak
manusiawi, bahkan pengambilan organ tertentu dari diri korban seperti jantung,
hati, atau ginjal untuk diperjualbelikan sampai hilangnya nyawa korban
tersebut. Selain itu, korban human trafficking dapat mengalami gangguan
mental seperti hilangnya rasa percaya diri, takut yang berkepanjangan, depresi
berat, putus asa sampai percobaan bunuh diri.
Human trafficking merupakan aktivitas perdagangan yang tidak seperti
biasanya dimana kebanyakan orang awam hanya mendengar yang
diperjualbelikan adalah barang tertentu namun dalam human trafficking yang
diperjualbelikan adalah manusia dengan tujuan yang sama yaitu memperoleh
keuntungan darinya. Bila memperdagangkan barang tertentu dianggap legal
dan boleh-boleh saja maka berbeda halnya dengan perdagangan manusia
dimana jelas tidak boleh menurut aturan manapun karena hal ini sangat
merugikan objek perdagangan yang disebut dengan korban human trafficking,
dan kebanyakan dari kalangan perempuan dan anak-anak. Hal ini disebabkan
adanya ketimpangan stereotype gender dan tingkat usia dimana banyak yang
menganggap bahwa perempuan dan anak-anak itu adalah kaum yang lemah
dan laki-laki berkuasa atas perempuan serta anak-anak.
2
Banyaknya kalangan perempuan dan anak-anak menjadi korban human
trafficking dapat dilihat menurut laporan Kantor Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat bahwa International Organization for Migration (IOM)
telah memulangkan 3.127 korban human trafficking, baik yang terjadi di dalam
negeri maupun di luar negeri. Data tahun 2005-2007 (terbit April 2008) bahwa
dari 3.127 korban tersebut, lima orang adalah bayi, 801 anak-anak, 2.321
dewasa, dan sebagian besar korban (88,9%) adalah perempuan. Disini jelas
terlihat bahwa perempuan merupakan korban terbanyak dalam kasus human
trafficking. Jumlah korban tersebar di lima lokasi besar, yaitu Kalimantan Barat
(707 korban), Jawa Barat (650), Jawa Timur (384), Jawa Tengah (340), dan
Nusa Tenggara Barat (217 korban). Jumlah itu diperkirakan terus meningkat
jika penanganannya tidak diatasi secara serius.1
Data pasti human trafficking sesungguhnya sulit diketahui layaknya
fenomena gunung es sebagai bentuk perdagangan gelap. Data human
trafficking hanya terbaca pada kasus-kasus yang dilaporkan saja, sementara
realitas yang sebenarnya sulit diungkap, kemungkinan lebih besar dari jumlah
yang dilaporkan. Pelaku perdagangan manusia (trafficker) yang dengan cepat
berkembang menjadi suatu sindikat lintas-batas negara, dengan sangat halus
menjerat korban, tetapi dengan sangat kejam mengeksploitasinya dengan
1 Siti Hariti Sastriyani, “Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Trafficking di
Kabupaten Kapuas Hulu,” Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender , Vol 9 No. 2 (2010),
3-5.
3
berbagai cara sehingga korban menjadi tidak berdaya untuk membebaskan
diri.2
Faktor utama human trafficking pada perempuan adalah kemiskinan
akut dan langkanya kesempatan kerja sehingga mendorong jutaan wanita
Indonesia untuk bermigrasi keluar ataupun dalam negeri guna menghidupi diri
mereka dan keluarga mereka sendiri. Kemiskinan akibat multi-krisis,
kurangnya kesempatan kerja, dan peluang berusaha menyebabkan orangtua
tega menjual anaknya. Keadaan ekonomi keluarga yang sangat lemah,
pendidikan yang sangat rendah, serta gaya hidup konsumtif, keinginan untuk
hidup layak, dan kemampuan yang minim menyebabkan perempuan terjebak
dalam prostitusi, dikurung oleh mucikari, dan ini adalah bentuk lain dari
perdagangan manusia.3
Perempuan dan anak-anak rentan menjadi korban human trafficking
dibanding laki-laki sebab dianggap lemah dan dapat diperlakukan sesuai
keinginan oleh pelaku (trafficker). Diantara perempuan yang menjadi korban
human trafficking biasanya akan dan telah dijual kepada seorang mucikari
untuk dijadikan budak seks. Sebagian perempuan korban human trafficking
dijual kepada seorang majikan yang biasanya akan dan telah dipekerjakan
sebagai pembantu rumah tangga tanpa diberikan upah atau diberikan upah
dengan jumlah yang sangat sedikit, tidak sesuai dengan hasil usaha yang
seharusnya diperoleh. Hal ini sama halnya dengan definisi trafficking menurut
2 Thika Marliana, “Kajian Tentang Pengalaman Hidup Perempuan Korban Trafficking
dalam Perspektif Kesehatan Jiwa,” Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
(2012), 20-21. 3 Ibid.
4
konvensi internasional yang diratifikasi oleh lebih 150 negara termasuk
Indonesia. 4
Trafficking adalah : “salah satu bentuk perbudakan modern yang disertai
dengan proses perekrutan atau pengangkutan atau penindasan atau
penampungan atau penerimaan dengan cara ancaman atau paksaan atau
penculikan atau penipuan atau penyalahgunaan kekuasaan untuk tujuan
prostitusi atau kekerasan atau eksploitasi seksual atau kerja paksa dengan upah
yang tidak layak atau praktek lain serupa perbudakan”.5
Selain perempuan, anak-anak juga kerap menjadi korban human
trafficking dan dijadikan sebagai pengemis jalanan dengan pengawasan yang
cukup ketat agar anak-anak tersebut tidak bisa melarikan diri, bahkan tidak
jarang anak-anak perempuan yang menginjak usia remaja juga dijual kepada
mucikari untuk dijadikan budak seks. Anak-anak yang harusnya masih bermain
dengan anak-anak lain seusianya, serta mereka sebagai harapan bangsa
mestinya masih duduk di bangku sekolah untuk belajar dengan tenang dan
mendapatkan pendidikan dengan baik untuk menggantung cita-cita dan tujuan
hidupnya kelak agar bisa berguna bagi diri tetapi terjerat sebagai korban human
trafficking.
Baru-baru ini salah satu stasiun televisi menampilkan suatu program
yang menghadirkan 30 partisipan dari beragam kasus, diantaranya terdapat dua
kasus human trafficking dalam dua episode. Kasus human trafficking pertama
menampilkan partisipan dari sisi pelaku human trafficking. Sedangkan kasus
human trafficking kedua menampilkan partisipan dari sisi korban human
trafficking. Adapun dari sisi pelaku pada kasus pertama human trafficking
4 Ibid.
5 Siti Hariti Sastriyani, “Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Trafficking di
Kabupaten Kapuas Hulu,” Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender , Vol 9 No. 2 (2010),
2.
5
terlihat seorang partisipan pemuda berumur 19 tahun yang mengaku pernah
menculik seorang bocah berumur lima tahun dengan rencana akan
diperdagangkan tetapi karena anak tersebut terus berontak akhirnya pemuda ini
menghabiskan nyawa si anak.6
Sedangkan dari sisi korban human trafficking pada kasus kedua di atas
seorang partisipan gadis berusia 18 tahun dihadirkan dan bercerita tentang
pengalamannya ketika berusia 14 tahun demi menghidupi ibunya yang sedang
sakit dan adik-adiknya, maka ia rela mengamen di jalanan sampai malam, dan
saat ia hendak pulang ke rumahnya tiba-tiba muncul dua orang preman lalu ia
dipaksa untuk mengikuti mereka tetapi ia tetap berusaha menolak dan meminta
pertolongan. Sayangnya tak seorang pun datang menolong, lantas gadis ini
dibawa secara paksa oleh preman-preman tersebut untuk diperkosa dan
diserahkan kepada seorang mucikari hingga gadis tersebut diperdagangkan dan
dijadikan budak seks selama bertahun-tahun. Hal ini benar-benar membuat hati
miris bahkan tayangan ini merupakan tayangan paling memilukan dan
membuat tangis pemirsa.7
Dari beberapa paparan tersebut dapat dilihat betapa berbahayanya
human trafficking namun masih banyak yang belum mengetahui bagaimana
sebenarnya proses human trafficking itu terjadi sehingga peneliti ini merasa
tertarik untuk mengungkap tragedi human trafficking karena human trafficking
sendiri akan memberikan dampak negatif terhadap korban terutama dampak
terhadap psikososial korban.
6 Host Robby Purba dalam program berjudul “Karma” di Stasiun TV Antv, Tayang pukul
23.00-24.00 wib, Episode 09 Februari 2018. 7 Ibid., Episode 10 Februari 2018.
6
Perdagangan dan eksploitasi manusia menyebabkan berbagai masalah
psikososial diantaranya perasaan menderita, kesengsaraan lahir dan batin,
perasaan tak berdaya serta kehilangan harga diri sebagai manusia. Masalah
tersebut semakin parah jika perdagangan dan eksploitasi manusia diarahkan
untuk pelacuran. Seringkali bukan hanya korban secara langsung yang
mengalami perasaan ini, tetapi juga orang-orang terdekat, seperti keluarga,
ayah, ibu, dan saudara-saudaranya, yang pada gilirannya menimbulkan
kesengsaraan dan keprihatinan komunal dan berakibat terganggunya
kesejahteraan dan kenyamanan sosial.8
Gangguan kesehatan mental yang umumnya terjadi pada korban human
trafficking adalah gangguan post-traumatic stress disorder (PTSD). Selain
PTSD, banyak korban trafficking menderita kecemasan dan gangguan mood
termasuk serangan panik, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan depresi
berat. Satu studi melaporkan bahwa orang-orang yang selamat dari trafficker
mengalami kecemasan dengan gejala sebagai berikut: kegugupan (95%), panik
(61%), merasa tertekan (95%) dan keputusasaan tentang masa depan (76%).9
Hal ini diakibatkan perlakuan mengejutkan yang diterima oleh korban human
trafficking berupa ancaman dan eksploitasi serta mengakibatkan korban terjerat
dalam kasus tersebut. Saat korban human trafficking berada di tempat-tempat
jauh dari akar sosial dan keluarga yang selama ini memberikan rasa aman bagi
dirinya korban merasa tertekan dan terkejut atas apa yang dilaluinya selama
8 Thika Marliana, “Kajian Tentang Pengalaman Hidup Perempuan Korban Trafficking
dalam Perspektif Kesehatan Jiwa,” Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
(2012), 23. 9 Ibid., 24.
7
jadi korban trafficking. Hal inilah yang mengakibatkan dampak yang luar biasa
bagi perkembangan psikologi korban. Trauma yang dirasakan oleh korban
perdagangan perempuan mengacu pada pengalaman-pengalaman mengagetkan
dan menyakitkan. Trauma lebih dari sekedar perasaan stress yang sering kita
alami sehari-hari. Dibalik trauma pasti ada serangkaian peristiwa yang sangat
menekan, terjadi secara tiba-tiba di luar kendali korban, menghinakan martabat
dan harkat diri korban, dan sekaligus mengancam jiwa atau kehidupan
dirinya.10
Perilaku para korban ini juga menunjukkan karakteristik seperti gagap
jika ditanya, menangis, mengalami kesulitan tidur di malam hari, sering
melamun, dan tidak berani bergaul. Di antara dampak psikologis yang
ditimbulkan oleh kejahatan perdagangan manusia, menurut Gugus Tugas
Nasional Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang,
adalah korban akan mengalami kecemasan dengan tingkat depresi tertentu,
perasaan bersalah, dan kehilangan kepercayaan diri untuk mampu hidup
bersama masyarakat umum. Selain itu juga ada kekhawatiran akan masa
depannya yang suram karena terputusnya pendidikan formal serta
ketidakmampuan atau tidak memiliki keterampilan yang dapat mendukung
kehidupannya di masa yang akan datang.11
Sedangkan dampak sosialnya
adalah korban mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungan sosial. Kemungkinan dampak lainnya adalah gejala stress
pascatrauma yaitu gejala yang berhubungan dengan pengalaman traumatis
10
Ibid. 11
Ibid., 3.
8
selama menjadi korban perdagangan meliputi flashback, pikiran pelecehan
yang terulang, mimpi buruk, menghindari setiap mengingat pengalaman
traumatik mereka, reaksi emosional atau fisik tiba-tiba ketika teringat peristiwa
traumatis, atau tidak bisa mengingat beberapa detail dari pengalaman mereka.12
Penulis ini akan studi bagaimana layanan konseling psikososial terhadap
korban human trafficking supaya keadaan psikososial korban kembali normal,
serta memiliki semangat akan harapan masa depan. Penelitian ini dilaksanakan
di Balai Perlindungan Rehabilitasi Sosial Wanita (BPRSW). Tema dalam
penelitian ini berkaitan erat dengan masalah sosial, terutama perempuan yang
dianggap rentan terhadap kasus human trafficking maka BPRSW sebagai unit
pelaksana tekhnis daerah Yogyakarta yang dibentuk untuk menangani
permasalahan sosial khusus perempuan, dianggap tepat sebagai lokasi
penelitian ini. Saat observasi awal, pihak BPRSW menyampaikan bahwa
disana ada seorang korban human trafficking berinisial EN sehingga penulis
menjadikan EN sebagai subjek dalam penelitian ini. EN dikategorikan oleh
pihak BPRSW sebagai korban human trafficking berdasarkan asesment dan
referal kasus yang telah dilakukan oleh pihak BPRSW sebelumnya.
Adapun penelitian ini akan eksplorasi bagaimana perjalanan dan
pengalaman korban human trafficking selama menjadi sandera dari trafficker
dalam rangka pemberian layanan konseling psikososial. Topik yang akan
diangkat yaitu memberikan pelayanan konseling psikososial bagi korban
human trafficking agar korban memiliki semangat dan harapan masa depan
12
Ibid., 4.
9
demi keberlangsungan hidupnya yang lebih baik tanpa dipengaruhi oleh masa
lalu dan mampu mengatasi permasalahan pribadi dan sosial yang muncul
supaya potensi permasalahan pribadi dan sosial yang menjadikan korban
human trafficking semakin berlarut dalam kecemasan dan keterpurukan bisa
diatasi dengan baik sesuai harapan yaitu menjadikan individu korban human
trafficking menjadi pribadi yang utuh dengan memiliki hubungan sosial yang
baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengalaman dan perjalanan korban selama di trafficking?
2. Bagaimana dampak human trafficking terhadap psikososial korban?
3. Apa bentuk layanan yang diberikan oleh Badan Perlindungan Rehabilitasi
Sosial Wanita agar psikososial korban human trafficking kembali pulih
untuk menggapai harapan masa depan yang lebih cerah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang
pengalaman dan perjalanan korban trafficking dan memahami bagaimana
dampak human trafficking terhadap psikososial korban serta mengetahui
bagaimana layanan yang diberikan oleh Badan Perlindungan Rehabilitasi
Sosial Wanita kepada psikososial korban human trafficking supaya ia kembali
pulih serta semangat menatap tentang harapan masa depan.
Penelitian ini bermanfaat dari segi teoritis yaitu untuk dapat
mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori yang telah ada berkenaan
dengan layanan psikososial dan human trafficking, dan bagi para peneliti
10
selanjutnya dapat dijadikan sebagai konsep dasar atau kajian lebih lanjut untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya serta untuk pengembangan keilmuan
kedepannya berkenaan dengan topik tersebut.
Sedangkan dari segi praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
desain dan bahan evaluasi oleh pekerja sosial dan konselor maupun lembaga-
lembaga sosial yang melayani wanita korban human trafficking untuk
menyusun program-program yang dapat membantu korban human trafficking
guna peningkatan mutu pelayanan terbaik termasuk dalam pemberian layanan
konseling psikososial bagi korban human trafficking secara khusus serta dapat
dijadikan tambahan pengetahuan berkenaan dengan pengalaman korban human
trafficking dan bahan renungan maupun pelajaran guna mencegah keluarga
terjerat kasus human trafficking dan pedoman untuk pemberian bantuan bagi
korban human trafficking kepada masyarakat pada umumnya.
D. Kajian Pustaka
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Penelitian Siti Hariti Sastriyani berjudul “Perlindungan Perempuan
dan Anak Korban Trafficking di Kabupaten Kapuas Hulu”
menyimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu beserta
masyarakat setempat telah mencegah tindak kejahatan human
trafficking dengan berbagai cara diantaranya sosialisasi kepada
masyarakat di tingkat kecamatan dan desa untuk mencegah anak-anak
perempuan mereka putus sekolah dan terdorong untuk bekerja di kota
11
besar atau luar negeri. Dibentuknya bagian pemberdayaan perempuan
pada pemerintahan Kabupaten Kapuas Hulu dan adanya rencana
strategis pemberdayan perempuan sehingga pengarusutamaan gender
dapat berjalan dengan baik.13
Kemudian Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mensosialisasikan masalah ketenagakerjaan, khususnya
pengawasan terhadap tindak pidana perdagangan manusia dan
mengentaskan kemiskinan secara terpadu serta memprioritaskan
program pendidikan dan kesehatan sebab faktor yang mempengaruhi
terjadinya human trafficking adalah kemiskinan dan rendahnya
pendidikan.
Upaya perlindungan korban tindak pidana perdagangan
perempuan dan anak yang dilakukan oleh pihak pemerintah kabupaten
tersebut adalah penanganan kasus secara cepat bekerjasama dengan
yang berwajib dan memanfaatkan lembaga daerah yang turut menjadi
pemerhati dan pelayanan dan penampungan terhadap korban tindak
perdagangan.14
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
terletak pada topik human trafficking, sedangkan perbedaannya jika
pada penelitian ini human trafficking dikaji dari sudut pandang
pemberian perlindungan dari Pemerintah Daerah Kapuas Hulu,
dimana dalam hal ini, perlindungan lebih kepada penyerahan
13
Siti Hariti Sastriyani, “Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Trafficking di
Kabupaten Kapuas Hulu,” Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender , Vol 9 No. 2 (2010),
17. 14
Ibid.
12
keputusan tindak pidana yang berwajib sementara penelitian yang
akan dilakukan dilihat dari layanan konseling yang diberikan oleh
pihak lembaga sosial yaitu BPRSW dan sebisa mungkin tidak
melibatkan yang berwajib karena sorotan peneliti disini adalah bagian
psikososial korban, dan dalam pandangan peneliti ini korban akan
merasa lebih nyaman bila hanya dengan konseling yang dilakukan
oleh ahli baik itu konselor maupun psikolog dengan penuh empati dan
memegang teguh etika pekerja sosial tanpa melibatkan pihak yang
berwajib.
2. Penelitian Thika Marliana berjudul “Kajian tentang Pengalaman
Hidup Perempuan Korban Trafficking dalam Perspektif Kesehatan
Jiwa” mengkaji pengalaman korban human trafficking dari segi ilmu
kesehatan jiwa, menemukan tujuh tema besar yang sesuai dengan
tujuan penelitian, yaitu: 1) motivasi utama korban trafficking bekerja
keluar negri, 2) peran keluarga dalam pengambilan keputusan kerja
sebagai TKW, 3) rendahnya perlindungan bagi tenaga kerja
perempuan, 4) strategi melepaskan diri dari jeratan trafficker, 5)
trafficking sebagai penderitaan tanpa akhir, 6) hikmah penderitaan
korban trafficking, dan 7) kebutuhan penghargaan perempuan korban
trafficking. Simpulannya, pengalaman hidup perempuan korban
13
trafficking didapatkan melalui kondisi penderitaan dan pendalaman
nilai spiritual. 15
Adapun persamaan dengan penelitian ini terletak pada kesamaan
pengkajian pengalaman korban human trafficking namun, pada
penelitian ini, subtema pengalaman korban dikaji dari sudut pandang
ilmu kesehatan sedangkan penelitian yang akan dilakukan fokus pada
subtema pengalaman korban human trafficking dikaji dari aspek
psikososialnya. Singkatnya, perbedaannya terletak pada subtema dari
pembahasan pengalaman korban human trafficking. Dan, kontribusi
penelitian yang akan dilakukan ini terlihat bagaimana pengalaman
korban human trafficking mempengaruhi pada pemberian bantuan
layanan konseling psikososial yang akan membantu korban dengan
harapan masa depan yang lebih baik lagi.
3. Penelitian Wahyuni berjudul “Peranan UPTD Panti Sosial Karya
Wanita Harapan Mulia Samarinda dalam Menangani Kasus Human
Trafficking Khususnya Perempuan” menjelaskan peranan UPTD
terhadap kasus trafficking dimana pelayanan teknis yang diberikan
meliputi pendidikan agama, budi pekerti, bimbingan fisik, dan
keterampilan. Selain itu, penyantunan dalam bentuk rumah aman bagi
korban trafficking juga diberikan dengan bantuan dana dari APBD.
Bimbingan dan konsultasi dilakukan oleh psikolog agar korban tidak
mengalami trauma. Motivasi sosial diberikan sejak korban trafficking
15
Thika Marliana, “Kajian Tentang Pengalaman Hidup Perempuan Korban Trafficking
dalam Perspektif Kesehatan Jiwa,” Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
(2012), 123.
14
datang di panti. Konseling psikolog diberikan oleh psikolog yang
bertugas menangani kebutuhan bimbingan dan konseling. Bimbingan
keterampilan dalam bentuk membuat kerajinan. Bimbingan sosial dan
etika dalam rangka perubahan sikap dan perilaku dan tidak kembali ke
lingkungan yang dulu dan pelaksanaannya. Bimbingan mental
keagamaan diberikan seperti mengaji dan shalat.16
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilaksanakan terletak pada kesamaan korban human trafficking di
lembaga sosial namun perbedaannya dalam penelitian ini adalah
bagaimana peran lembaga berkaitan dengan korban secara umum
dengan keterlibatan proses hukum dan semuanya dibahas secara apa
adanya. Namun, dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini, peran
lembaga hanya dibahas melalui layanan konseling psikososial secara
mendalam agar fokus pada penyelesaian masalah yang diharapkan
dalam penyelesaian masalah psikososial korban human trafficking
melalui pengkajian terhadap pengalaman korban tersebut sehingga hal
ini akan memberikan kontribusi keilmuan secara mendalam terkait
penelitian yang akan dilaksanakan.
4. Penelitian Rizka Ari Satriani dan Tamsil Muis berjudul “Studi
Tentang Perdagangan Manusia (Human Trafficking) pada Remaja
Putri Jenjang Sekolah Menengah di Kota Surabaya” menunjukkan
bahwa penyebab utama trafficking, proses perekrutan, dan pola
16
Wahyuni, “ Peranan UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Mulia Samarinda
dalam Menangani Kasus Human Trafficking Khususnya Perempuan,” Journal Pembangunan
Sosial, Vol 4 No 1 (2016), 12.
15
perdagangan manusia yang terjadi pada remaja putri jenjang sekolah
menengah disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam keluarga dan
adanya pengaruh negatif.17
Sedangkan modus operandi yang
digunakan oleh calo trafficker dalam melancarkan aksinya adalah
dengan cara merayu, mengiming-imingi korban dengan pendapatan
yang menggiurkan yang terorganisir sedemikian rupa. Selain itu,
fungsi konselor belum maksimal dan perlu ditingkatkan dalam rangka
menciptakan remaja putri di lingkungan sekolah menengah yang siap
menghadapi era globalisasi.18
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan
dimana penelitian ini memiliki sub-pembahasan dari penyebab hingga
cara trafficker menarik korban. Sedangkan penelitian yang akan
dilakukan termasuk dalam pengkajian pengalaman korban dan
dilengkapi dengan layanan yang diberikan dalam aspek psikososial
korban human trafficking.
5. Penelitian I Gede Suryadi dan Suatra Putrawan berjudul
“Perlindungan Korban Kejahatan Perdagangan Manusia Sebagai
Wujud Perlindungan Hak Asasi Manusia” menyatakan bahwa
perlindungan hukum korban kejahatan dari segi HAM, dan
perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan salah satu
17
Rizka Ari Satriani dan Tamsil Muis,” Studi Tentang Perdagangan Manusia (Human
Trafficking) Pada Remaja Putri Jenjang Sekolah Menengah di Kota Surabaya”, Jurnal Bimbingan
Konseling, Vol 04 No 1 (2013), 9. 18 Ibid.
16
perwujudan hak untuk hidup, hak untuk bebas dari perhambaan
(servitude) atau perbudakan (slavery).19
Adapun kesamaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian
yang akan dilaksanakan yaitu sama membahas mengenai human
trafficking, sedang perbedaannya penelitian ini dikaji dari sudut
pandang hukum terhadap perlindungan hak asasi manusia terhadap
korban human trafficking. Sementara penelitian yang akan
dilaksanakan dilihat dari aspek konseling.
6. Penelitian Antik Bintari dan Nina Djustiana berjudul “Upaya
Penanganan Korban dan Pencegahan Tindak Perdagangan Orang di
Kabupaten Indramayu” memaparkan bagaimana usaha pencegahan
tindak perdagangan orang dari sudut ilmu pemerintahan seperti
keterbatasan informasi dan pengetahuan calon tenaga kerja mengenai
sistem ketenagakerjaan (prosedur, job, negara tujuan), kurang adanya
perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia dan negara
tujuan kepada tenaga kerja (larangan pemukulan, asuransi,
pendidikan, kesehatan, pemerkosaan, dll); tidak efektifnya perangkat
hukum di tingkat daerah (seperti Perda) untuk melindungi tenaga kerja
dan mencegah terjadinya trafficking20
. Berbeda halnya dengan
penelitian ini mengkaji pelayanan konseling yang diberikan kepada
19
I Gede Suryadi dan Suatra Putrawan, “Perlindungan Korban Kejahatan Perdagangan
Manusia Sebagai Wujud Perlindungan Hak Asasi Manusia”, Jurnal Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Udayana, Vol 1 No 1 (2014), 5. 20
Antik Bintari dan Nina Djustiana, “Upaya Penanganan Korban dan Pencegahan Tindak
Perdagangan Orang (Human Trafficking) di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat,”
CosmoGov, Vol 1, No. 1 (2017), 23.
17
korban human trafficking ditinjau dari aspek psikologis dan sosial
bukan dari ilmu pemerintahan seperti penelitian sebelum ini.
7. Penelitian Sanofta D.J. Ginting berjudul “Kebijakan Hukum Pidana
dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human
Trafficking)” menyimpulkan bentuk-bentuk dan faktor-faktor
penyebab dari tindak pidana perdagangan orang dari tahun-ke-tahun
mengalami perkembangan yakni dengan bertambah banyaknya cara
orang untuk melakukan perdagangan orang dan semakin banyak
korban. Begitu juga dengan pengaturan hukum mengenai tindak
pidana perdagangan orang yang telah ada, misalnya Undang-Undang
No. 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Dalam aturan tersebut sudah terdapat sanksi yang berat terhadap
pelaku tindak pidana perdagangan orang, tetapi para penegak hukum
kurang menegakkan hukum berdasarkan keadilan yang ada serta
dalam kebijakan hukum pidana untuk menanggulangi tindak pidana
perdagangan orang masih kurang baik dalam pelaksanaannya.21
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan
sekalipun memiliki kesamaan dalam membahas human trafficking,
namun penelitian ini dikaji dari sudut pandang tindak pidana hukum
sementara penelitian yang akan dilaksanakan dikaji dari sudut
pandang konseling.
21
Sanofta DJ Gunting, Nurmala Waty, dan Alwan Alwan, “Kebijakan Hukum Pidana
Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking),” Jurnal
Mahupiki, Vol 2, No. 1 (2013), 16.
18
8. Penelitian Latipun berjudul “Pemulihan Trauma Berbasis Komunitas:
Pengalaman Indonesia dalam Intervensi Trauma Massal” membahas
bagaimana peran konseling komunitas dalam rangka pemulihan
trauma khususnya masalah pribadi korban yang secara langsung akan
mempengaruhi sosial korban bencana di Indonesia.22
Dari hal ini terlihat objek kesamaan kajian yaitu pribadi dan
sosial korban namun yang menjadi pembeda penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilaksanakan adalah jika penelitian ini subjeknya
adalah korban bencana alam di Indonesia maka penelitian yang akan
dilaksanakan subjeknya adalah korban human trafficking.
9. Penelitian Emmi Kholilah Harahap berjudul “Layanan Bimbingan dan
Konseling Pribadi Sosial dalam Meningkatkan Keterampilan
Hubungan Sosial Siswa” menjelaskan pemberian layanan bimbingan
dan konseling pribadi sosial para guru BK menggunakan layanan
dasar, layanan responsif, dan perencanaan individual. Pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial di sekolah dapat lebih
dioptimalkan dan dikembangkan agar lebih baik, sehingga dapat
mengarahkan peserta didik untuk dapat menyesuaikan dirinya sendiri
sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat di lingkungan
masyarakat sekitar.23
22
Latipun, “Pemulihan Trauma Berbasis Komunitas: Pengalaman Indonesia dalam
Intervensi Trauma Massal,” Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, Vol 2, No. 3 (2014), 7. 23
Emmi Kholilah Harahap, “Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial dalam
Meningkatkan Keterampilan Hubungan Sosial Siswa”, Tajdid, Vol XIV, No 2, (2015), 29.
19
Penelitian ini menggunakan layanan konseling pribadi sosial dan
penelitian yang akan dilaksanakan memiliki kemiripan yaitu
menggunakan layanan konseling psikososial tetapi berbeda karena,
dalam penelitian ini, layanan diberikan kepada siswa di sekolah tanpa
harus punya pengalaman menjadi korban kekerasan atau kejahatan
sebelumnya sementara penelitian kami layanan diberikan kepada
korban kejahatan yang memiliki pengalaman buruk sebelumnya
sebagai korban human trafficking.
10. Penelitian Umi Kalsum berjudul “Hubungan Dukungan Sosial dan
Trait Kecemasan dengan Trauma pada Korban Perdagangan Manusia”
menginformasikan bahwa dukungan sosial berhubungan secara
signifikan dengan trauma dengan arah hubungan negatif atau
berbanding terbalik dengan trauma. Trait kecemasan juga
berhubungan secara signifikan dengan trauma dan memiliki arah
hubungan yang berbanding lurus dengan trauma. Informasi lainnya
adalah trait kecemasan bisa diposisikan sebagai variabel moderator
yang befungsi untuk memperkuat atau memperlemah hubungan antara
dukungan sosial dengan trauma. Dalam penelitian ini, fungsi trait
kecemasan sebagai moderator adalah memperlemah hubungan
dukungan sosial dengan trauma. 24
Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan hipotesis
penelitian yaitu terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial
24
Umi Kalsum, “Hubungan Dukungan Sosial dan Trait Kecemasan dengan Trauma pada
Korban Perdagangan Manusia”, Sains dan Praktik Psikologi, Vol 2 No 3, (2014), 10.
20
dengan trauma yang dimoderasi oleh trait kecemasan pada korban
perdagangan manusia.25
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan sosial dan trait kecemasan dengan trauma pada korban
perdagangan manusia sementara penelitian yang akan dilakukan
adalah untuk mengetahui pengalaman korban selama di trafficking
dalam rangka memberikan pelayanan konseling untuk aspek
psikososial korban human trafficking tersebut.
Dari semua penelitian sebelumnya terlihat jelas bahwa
penelitian yang akan dilakukan ini topiknya sedikit dilakukan oleh
penelitian-penelitian sebelumnya. Namun yang menjadi pembeda dari
semua penelitian sebelumnya adalah penelitian-penelitian sebelumnya
lebih banyak berbicara human trafficking dari sudut pandang hukum,
kajian perlindungan korban human trafficking berdasarkan HAM dan
hukum pidana. Selain itu, kajian terdahulu sedikit yang
menghubungkan human trafficking dengan layanan konseling
psikososial sekalipun para peneliti sebelumnya telah berbicara sedikit
mengenai dampak psikologis dan sosial korban human trafficking
pada sub-bahasan mereka. Namun, untuk menjadikan human
trafficking dan psikososial sebagai topik utama untuk dikaji lebih
lanjut belum ada. Adanya dampak psikososial terhadap korban human
trafficking yang diketahui lewat penelitian sebelumnya menunjukkan
adanya keterkaitan yang cukup erat antara human trafficking dan
25
Ibid.
21
psikososial, dan inilah yang menjadi menarik dibahas lebih lanjut
sebab penelitian-penelitian sebelumnya tidak melihat keterkaitan ini.
Dampak psikososial tersebut merupakan hal yang diterima oleh
korban yang dapat mengganggu kehidupannya sehingga ia
membutuhkan bantuan yang dapat membantunya menyembuhkan efek
negatif akibat trafficking. Dan, diantara bentuk bantuan tersebut
adalah konseling, salah satunya, konseling psikososial dijadikan
program bantuan kepada korban human trafficking. Sehingga disini
akan diungkap tragedi human trafficking dalam pemberian layanan
konseling psikososial pada korban human trafficking.
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini memberikan gambaran perjalanan dan pengalaman wanita
korban human trafficking secara individual dan kompleks. Dari pengalaman
dan perjalanan wanita korban human trafficking tersebut, terlihat bahwa human
trafficking dipicu oleh faktor ekonomi dan pendidikan yang rendah, serta
minimnya peran keluarga. Selain itu, kasus human traffikcing yang dialami
individu tersebut masuk dalam kategori eksploitasi seksual, dimana hal ini
memberikan dampak trauma secara psikologis dan sosial yang mengganggu
kenyamanan hidup korban, sehingga korban membutuhkan pertolongan untuk
membantu ia menyelesaikan gejala-gejala trauma tersebut agar ia mampu
menjalani hidupnya kembali dengan tenang.
Adapun bantuan yang diterima oleh korban berasal dari pihak Balai
Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita Yogyakarta. Dengan program
bimbingan mental, dan prinsip mengeluarkan korban yang siap secara mental
dan sosial, serta dengan visi terwujudnya wanita yang bermanfaat, berguna,
dan mandiri. Melalui kehadiran psikolog di BPRSW, korban telah menerima
layanan konseling untuk membantu ia menyembuhkan luka traumanya. Korban
telah mendapatkan layanan konseling psikososial dimana ia dikonseling untuk
sehat secara psikologis dan sosial bahkan, korban telah diberi pendekatan
konseling secara eklektik dari BPRSW tepatnya melalui psikolog. Selain itu,
pihak BPRSW telah memberikan beragam bantuan dan latihan/kegiatan untuk
127
kemandiriannya, agar korban mampu hidup mandiri dan menemukan harapan
masa depan yang lebih baik setelah keluar dari BPRSW sesuai harapan.
B. Saran
Peneliti ini mengakui bahwa dalam penyusunan tesis ini, referensi berupa
jurnal cukup banyak. Namun, referensi berupa buku sangat minim disebabkan
masih sedikit penulis yang menuangkan idenya dalam sebuah buku berkaitan
dengan topik penelitian ini. Selain itu, dari referensi sebelumnya, kajian human
trafficking ditemukan kebanyakan membahas dari sudut pandang hukum saja.
Sehingga diharapkan kepada pemerhati human trafficking, agar lebih mengkaji
human trafficking dari sudut pandang yang lebih luas.
Dari hasil penelitian, peneliti ini menemukan faktor penyebab human
trafficking berasal dari ekonomi dan pendidikan yang rendah, serta minimnya
peran keluarga. Sehingga diharapkan kepada setiap keluarga agar
memperhatikan tiap anggota keluarganya, supaya tidak terjerat pada kasus
seperti ini. Dan kepada pemerintahan di negara ini, agar membuat kebijakan-
kebijakan yang mampu meningkatkan perekonomian rakyatnya, serta
meratakan pendidikan yang baik, khususnya mereka yang berada di daerah
yang jauh dari jangkauan pemerintah. Untuk menghindari warga negara
Indonesia menjadi korban human trafficking baik di negara sendiri maupun di
negara lain.
128
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Ari Satriani, Rizka dan Muis, Tamsil. ”Studi Tentang Perdagangan Manusia
(Human Trafficking) Pada Remaja Putri Jenjang Sekolah Menengah di
Kota Surabaya”. Jurnal BK Unesa. Vol 04 No 1, 2013.
Astrid, A Fauziah. “Pemberitaan Human Trafficking (Perdagangan Manusia)
dalam Surat Kabar Elektronik di Lima Negara Asean”. Jurnal Komunikasi
Kareba. Vol 1, No 3, 2011.
Ayriza, Yulia. Psikologi Kepribadian Erik H. Erikson. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2010.
B. Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. Qualitative Data Analisys. terj.
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Islam Press. 1992.
Bintari, Antik dan Djustiana, Nina. “Upaya Penanganan Korban dan Pencegahan
Tindak Perdagangan Orang (Human Trafficking) di Kabupaten Indramayu,
Jawa Barat”. CosmoGov. Vol 1, No. 1, 2017.
Bungin, Burhan. Analisa Data Kualitatif: Pemahaman Filosofis Kearah
Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Corey, Gerald. Theori and Practice of Counseling and Psychotherapy. terj. E.
Koeswara. Bandung: Eresco. 1988.
Dja‟far, Likman, Yulianti & Arkanuddin. “ Perdagangan (Trafficking) Perempuan
Etnis Tionghoa Melalui Perkawinan Pesanan di Kota Singkawang”. Jurnal
Tesis PMIS-UNTAN-PSS. 2013.
Eddy, Supriyadi Widodo. Perdagangan Manusia dan Rancangan KUHP. Jakarta:
Elsam. 2005.
Emzir, Dr. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2012.
Engel, J.D. ”Persepsi Masyarakat Batam Terhadap Perdagangan Perempuan dan
Anak-Anak”. Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin. Vol 2, No 3. 2007.
Fahruddin, Adi. “Masalah dan Rehabilitasi Psikososial Anak yang
Diperdagangkan”. Research Gate: Universiti Malaysia Sabah (UMS).
Agustus 2016.
129
Farhana. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
2010.
Gadd, David dan Jefferson, Tony. Psychosocial Criminology. terj. Teguh Wahyu
Utomo dan Rianayati Kusmini Pancasari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2013.
Ghony, M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz. 2012.
Gibson, Robert L. & Mitchell, Marianne H. Introduction to Counseling and
Guidance. Terj. Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011.
Gunting, Sanofta DJ Waty, Nurmala dan Alwan, Alwan. “Kebijakan Hukum
Pidana Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human
Trafficking)”. Jurnal Mahupiki. Vol 2, No. 1, 2013.
Harahap, Emmi Kholilah. “Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
dalam Meningkatkan Keterampilan Hubungan Sosial Siswa”. Tajdid. Vol
XIV, No 2, 2015.
Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2013.
Jarvis, Matt. Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami
Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia. terj. SPA-Teamwork. Bandung:
Nusa Media. 2000.
Kalsum, Umi. “Hubungan dukungan sosial dan trait kecemasan dengan trauma
pada korban perdagangan manusia”. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi.
Vol 2, No 3, 2014.
Latipun. “Pemulihan trauma berbasis komunitas: Pengalaman Indonesia dalam
intervensi trauma massal”. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Vol 2, No.
3, 2014.
Lessy, Zulkipli. “Pengantin Pesanan Pos (Mail Order Bride): Modus Operandi
Human Trafficking di Indonesia”. Musawa. Vol 4, No 3. 2006.
Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia. Undang-Undang (UU)
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO). Pasal 1 ayat
1.
Marliana, Thika. “Kajian Tentang Pengalaman Hidup Perempuan Korban
Trafficking dalam Perspektif Kesehatan Jiwa”. Tesis, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, 2012.
130
Mashudi, Farid. Psikologi Konseling. Yogyakarta: Ircisod, 2013.
McLeod, John. Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus. terj. A. K. Anwar.
Jakarta: Kencana. 2006.
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2005.
Ningsih, Siti Zuliya & Satiningsih. “Pengalaman Hidup Seorang Remaja Putri
Korban Trafficking dalam Bentuk Eksploitasi Seksual”. Jurnal Jurnal
Psikologi Teori & Terapan. Vol 4, No 1. 2013.
Nurhayati, Siti. “Aspek Hukum Perlindungan Saksi dan Korban Perdagangan
Anak (Human Trafficking)”. Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan
Hukum Islam. Vol 6, No 1. 2015.
Purba, Robby. “ Karma”. Stasiun TV Antv. Jakarta: tayang pukul 23.00-24.00
wib, episode 09 Februari 2018.
Ramadhani, Yulaika. “ Human Trafficking”. ed. Maulida Sri Handayani. Sosial
Budaya. http//: Artikel tentang Kekerasan dalam Human Trafficking.co.id.
Diakses Minggu, 24 Maret 2018.
Riendravi, Scania. ”Perkembangan Psikososial Anak”. Bagian/SMF Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar.
Riyawati, Agustino. “Analisis Gejala dan Faktor Pemicu Depresi Korban
Perdagangan Perempuan (Woman Trafficking): Studi Kasus Klien Counter
Trafficking Unit International Organization For Migration (CTU IOM) Rs.
Polri Sukanto”. Skripsi, Konsentrasi Kesejehteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2008.
Rosenberg, Ruth. Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia. Jakarta:
Usaid. 2003.
Salim dan Syahrum. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Cita Pustaka
Media. 2007.
Sastriyani, Siti Hariti. “Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Trafficking di
Kabupaten Kapuas Hulu”. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan
Jender. Vol 9, No 2, 2010.
Sikwan, Agus. “Perdagangan Perempuan Antarnegara: Perdagangan Amoi di
Kota Singkawang Kalimanan Barat”. Populasi. Vol 2, No 2. 2006.
131
Simanjuntak, Junihot M. “Teori Psikososial Erik Erikson dan Aplikasinya Bagi
Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya di Gereja”.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori
perkembangan-psikososial-erikson. Diakses 15 April 2018.
Suryadi, I Gede dan Putrawan, Suatra. “Perlindungan Korban Kejahatan
Perdagangan Manusia Sebagai Wujud Perlindungan Hak Asasi Manusia”.
Jurnal Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana. Vol 1 No 1,
2014.
Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.
Wahyuni. “Peranan UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Mulia Samarinda
dalam Menangani Kasus Human Trafficking (Perdagangan Manusia)
Khususnya Perempuan”. Journal Pembangunan Sosial. Vol 4 No 1, 2016.
Widiastuti, Tri Wahyu. “Upaya Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(Trafficking)”. Jurnal Wacana Hukum. Vol 09, No 01. 2010.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenada Media. 2015.
1
PEDOMAN WAWANCARA, OBSERVASI, DAN DOKUMEN
Judul: Mengungkap Tragedi Human Trafficking Melalui Pemberian Layanan
Konseling Psikososial di Badan Perlindungan Rehabilitasi Sosial Wanita Yogyakarta.
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengalaman dan perjalanan korban selama di trafficking?
2. Bagaimana dampak human trafficking terhadap psikososial korban?
3. Apa bentuk layanan yang diberikan oleh Badan Perlindungan Rehabilitasi Sosial
Wanita agar psikososial korban human trafficking kembali pulih untuk menggapai
harapan masa depan yang lebih cerah?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang pengalaman dan
perjalanan korban trafficking dan memahami bagaimana dampak human trafficking
terhadap psikososial korban serta mengetahui bagaimana layanan yang diberikan oleh
Badan Perlindungan Rehabilitasi Sosial Wanita kepada psikososial korban human
trafficking supaya ia kembali pulih serta semangat menatap tentang harapan masa depan.
Penelitian ini bermanfaat dari segi teoritis dapat mengembangkan konsep-konsep
dan teori-teori yang telah ada berkenaan dengan layanan psikososial dan human trafficking
dan bagi para peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai konsep dasar atau kajian lebih
lanjut untuk mengembangkan penelitian selanjutnya serta untuk pengembangan
keilmuan kedepannya berkenaan dengan topik tersebut.
Sedangkan dari segi praktis dapat dijadikan sebagai desain dan bahan evaluasi oleh
pekerja sosial maupun lembaga-lembaga sosial yang melayani wanita korban human
trafficking untuk menyusun program-program yang dapat membantu korban human
trafficking guna peningkatan mutu pelayanan terbaik termasuk dalam pemberian layanan
2
konseling psikososial bagi korban human trafficking secara khusus serta dapat dijadikan
tambahan pengetahuan berkenaan dengan pengalaman korban human trafficking dan
bahan renungan maupun pelajaran guna mencegah keluarga terjerat kasus human
trafficking dan pedoman untuk pemberian bantuan bagi korban human trafficking kepada
masyarakat pada umumnya.
Adapun pedoman wawancara, observasi, dan dokumen sebagai berikut.
Informan: Korban Human Trafficking I
Sub Fokus Penelitian: Mengeksplor lebih dalam bagaimana perjalanan dan pengalaman
korban selama di trafficking
No Aspek Pertanyaan Jawaban
1 Masa kecil Cita2 waktu kecil
Pengalaman masa kanak2
2 Keluarga Kondisi keluarga/ekonomi
3 Pendidikan Jenjang pendidikan
4 Lingkungan Kondisi lingkungan
5 Asmara Hubungan asmara
6 Spritual Pemahaman spritual
7 Trafficking Berawal darimana
Dijadikan sebagai apa
Kondisi hati/perasaan
Kegiatan saat di trafficking
Hal yang terfikirkan
Kabur atau gimana
Peran keluarga
3
Perubahan yang terjadi
Efek pd hati,fikiran,perilaku
Tanggapan sosial
Saat memasuki BPRSW
Kondisi Lingkup BPRSW
Perlakuan pihak BPRSW
Peran Psikolog
Perubahan yg terjadi
Efek Psikososial
Harapan masa depan
Informan: Konselor/ Psikolog
Sub Fokus Penelitian: Pemberian layanan konseling psikososial pada korban
korban selama di trafficking
No Aspek Pertanyaan Jawaban
1 Pribadi Motivasi jadi Psikolog
Latarbelakang pendidikan
Status
Keluarga Psikolog
Kaitan masa lalu
Pengalaman 1 jd Psikolog
Klien yg ditangani
Pertama di BPRSW
Kondisi lingkup BPRSW
4
Respon penghuni BPRSW
Peran keluarga
2 Korban HT Kondisi korban
Respon pertama pd korban
Kondisi psikis
Kondisi sosial
Perubahan yang terjadi
Efek pd hati,fikiran,perilaku
Tanggapan sosial
Perlakuan pihak BPRSW
Program di BPRSW
Efek Psikososial
Layanan yg diberikan
Bentuk layanan
Teori/ Pendekatan
Proses bantuan/ lama
Efek yg terjadi
Psikis dan sosial
Harapan masa depannya
5
Informan: Pihak BPRSW (Pimpinan/Pegawai)
Sub Fokus Penelitian: Layanan yang diberikan oleh BPRSW agar psikososial korban
human trafficking kembali pulih dan semangat untuk menggapai harapan masa depan yang
lebih cerah.
No Aspek Pertanyaan Jawaban
1 Profil Bprsw Latarbelakang berdiri
Visi dan Misi
Profil Pendiri
Program
Dana
Respon Penghuni
Respon masyarakat sekitar
Progres kerja pegawai
Evaluasi
2 Pimpinan Latarbelakang pimpinan
Peran pimpinan
Pimpinan dimata penghuni
Progres kerja pimpinan
Harapan kedepan
3 Korban HT Tanggapan pimpinan
Pemahaman ttg psikososial
Usaha yg dilakukan
Kenyataan
Lammpiran 1 Baliho Balai Perlind
dungan dan Reh
habilitasi Sosial Wanita Yogyaakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Liliana Hasibuan
Tempat/tgl. Lahir : Goti, 25 Mei 1994
Alamat rumah : Jl. Tengku H. Rizal Nurdin km 10. Desa Goti,
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kota
Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara.
Nama Ayah : Abu Daud Hasibuan
Nama Ibu : Adelina Harahap
HP : 081262138094
Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2000-2006 : SD Negeri No. 200510 Desa Goti, Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara, Kota Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera
Utara
2. Tahun 2006-2009 : SMP Swasta Nurul ‘Ilmi, Kota Padangsidimpuan,
Provinsi Sumatera Utara
3. Tahun 2009-2012 : SMA Swasta Nurul ‘Ilmi, Kota Padangsidimpuan,
Provinsi Sumatera Utara
4. Tahun 2012-2016 : IAIN Kota Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera
Utara
5. Tahun 2016-2018 : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
C. Pengalaman Kerja dan Organisasi
1. Praktik Pengalaman Lapangan di Lapas Kelas IIB Kota
Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara.
2. Praktik Keterampilan Konseling di Lapas Kelas IIB Kota
Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara.
3. Wakil Kementerian Publikasi dan Jurnal Ilmiah pada Organisasi
Kemahasiswaan Pascasarjana UIN SUKA Yogyakarta tahun 2017.
4. Ketua Kementerian Riset dan Teknologi pada Senat Mahasiswa (SEMA)
IAIN Padangsidimpuan tahun 2014.
5. Sekretaris pada Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi IAIN Padangsidimpuan tahun 2015.
6. Peserta Seminar dan Pelatihan Filologi Penulisan Ilmiah Tahun 2015 di
IAIN Padangsidimpuan.
7. Pernah mengajar di Sekolah Muhammadiyah Sapen Yogyakarta.
D. Minat Keilmuan : Peneliti ahli dalam bidang konseling, psikologi, dan
sosial.
E. Karya Ilmiah
1. Tesis, Mengungkap Tragedi Human Trafficking Melalui Pemberian
Layanan Konseling Psikososial di Balai Perlindungan Rehabilitasi
Sosial Wanita Yogyakarta.
2. Skripsi, Peranan Orangtua dalam Membina Perkembangan Emosi Pada
Masa Remaja di Desa Goti Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
3. Jurnal, Pemahaman dan Perilaku Keagamaan Generasi Millenial Saat
Ini dan Kaitannya dengan Konseling Sufistik.
4. Jurnal, Antara Emansipasi dan Peran Ganda Perempuan (Analisa Fakta
Sosial Terhadap Kasus Ketimpangan Gender).
5. Jurnal, Relaksasi Untuk Mengatasi Kecemasan Pribadi Pada Mahasiswa
Pascasarjana UIN SUKA Yogyakarta.
6. Artikel, (Counseling and Killed) Pendekatan Person-Centered
Mengungkap Motif Pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Padangsidimpuan Sumatera Utara.