MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

11
1 KUALITAS DAN NILAI MINYAK ATSIRI, IMPLIKASI PADA PENGEMBANGAN TURUNANNYA*) Oleh: Wien Gunawan Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia www.atsiri-indonesia.com PENDAHULUAN Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia (lihat web.DAI) Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia. Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmetik dan parfum menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida. Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini disebabkan sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumya memiliki kapasitas produksi yang terbatas. Indonesia merupakan negara agraris, dengan kekayaan alam yang luar biasa melimpah ruah, berbagai jenis tanaman tumbuh dengan varietas yang beraneka ragam jenisnya. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai salah satu penghasil minyak atsiri yang besar.

Transcript of MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

Page 1: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

1

KUALITAS DAN NILAI MINYAK ATSIRI, IMPLIKASI PADA PENGEMBANGAN TURUNANNYA*)

Oleh: Wien Gunawan

Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia

www.atsiri-indonesia.com PENDAHULUAN

Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau

volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun,

bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri

yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat

diproduksi di Indonesia (lihat web.DAI) Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang

bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah

berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.

Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang

diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa

maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmetik dan parfum

menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta

gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri

setelah mengalami pengolahan sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri

farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.

Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap

bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan

pengawet dan bahan insektisida.

Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah ada sejak zaman

penjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak

perubahan. Hal ini disebabkan sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri masih

menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumya memiliki kapasitas

produksi yang terbatas.

Indonesia merupakan negara agraris, dengan kekayaan alam yang luar biasa

melimpah ruah, berbagai jenis tanaman tumbuh dengan varietas yang beraneka ragam

jenisnya. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai salah satu penghasil minyak

atsiri yang besar.

Page 2: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

2

Sumber: Indesso

Meskipun demikian industri minyak atsiri memiliki persoalan utama yaitu mutu

yang rendah serta harga yang rendah dan berfluktuasi. Mutu yang rendah sangat erat

kaitannya dengan beberapa faktor penyebab, antara lain rendahnya kapasitas SDM

sebagai petani maupun penyuling, pengelolaan bisnis yang tradisional dengan segala

keterbatasannya, dan teknologi serta teknik produksi yang masih tradisional dan

berkualitas rendah. Rendahnya kapasitas SDM industri minyak atsiri merupakan salah

satu penyebab rendahnya mutu dan rendahnya harga minyak atsiri dan sekaligus

merupakan tantangan dan ancaman bagi kelangsungan usaha industri minyak atsiri

dimasa yang akan datang.

Page 3: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

3

MENINGKATKAN MUTU ATSIRI INDONESIA.

Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri yang penting di dunia harus

mengupayakan pengembangan, kualitas dan nilai minyak atsiri dan produk turunannya.

Produksi minyak atsiri merupakan proses yang kompleks. Peningkatan efisiensi

produksi memerlukan peningkatan produktivitas tanaman, perbaikan penanganan pasca

panen, ekstraksi dan peningkatan nilai tambah yang didukung pengendalian dan

jaminan mutu agar diperoleh mutu tinggi dan konsisten.

Peningkatan Atsiri Indonesia merupakan keharusan dioptimalkannya beberapa

hal mencakup mutu (quality), biaya (cost), dan penyediaan (delivery). Perlu

menetapkan visi bersama untuk mencapai mutu produk yang sesuai dengan permintaan

pasar, dan diimplementasikan di semua rantai nilai mulai penyediaan bahan baku

berkualitas, penerapan GAP (Good Agricultural Practices) maupun GMP (Good

Manufacturing Practices), efisiensi biaya proses, tataniaga, serta sistem pasokan bahan

baku dan produk yang terkendali untuk mencapai kapasitas tepat jumlah dan waktu

sesuai permintaan.

Sistem pemasaran minyak atsiri harus dibangun sehingga terjamin ketersediaan

pasokan dengan harga yang adil. Pada saat ini, sistem pemasaran yang kurang efisien

masih sering terjadi, mengingat produsen minyak atsiri adalah industri kecil menengah

yang berbasis bahan baku alam, maka sering terjadi kekurangan stok atau kelangkaan.

Ketimpangan pada pengambilan nilai tambah dan panjangnya rantai pemasaran juga

menyebabkan sulit berkembangnya industri minyak atsiri dan cenderung terbentuk

kelompok yang dominan dalam pemasaran.

DEWAN ATSIRI INDONESIA (DAI)

Dewan Atsiri Indonesia adalah suatu wadah bagi seluruh pemangku

kepentingan agribisnis dan agroindustri berbasis minyak atsiri (essential oils), perisa

(flavor) dan pewangi (fragrance) baik sebagai organisasi maupun perorangan yang

meliputi petani, penyuling, pedagang, pelaku industri dan jasa, eksportir, praktisi,

peneliti, akademisi, pemerhati, serta instansi pemerintah terkait. Adapun tujuan DAI

adalah memajukan agribisnis dan agroindustri minyak atsiri untuk kesejahteraan

seluruh pemangku kepentingan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Page 4: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

4

Dewan Atsiri Indonesia (DAI), bersama pemangku kepentingan pemerintah,

universitas, sampai lembaga penelitian, telah menelurkan bentuk kerjasama yang

melibatkan peran koperasi/badan swasta, petani, penyuling, sampai perusahaan

champion dan pemakai di tingkat akhir yang dinamai Program Cultiva minyak nilam.

Program ini sesuai dengan pendekatan klaster Departemen Perindustrian.

Program Cultiva mengintegrasikan seluruh pelaku dalam rantai nilai produksi

minyak atsiri dalam suatu mekanisme yang transparan dan berkeadilan. Program

Cultiva menjamin masing-masing pelaku mendapatkan keuntungan yang layak dari

aktivitas bisnis yang dilakukan.

Untuk meningkatkan daya saing industri minyak atsiri Indonesia, telah ditetapkan

strategi pengembangan sbb.:

1. Komoditas Unggulan. Diantara beragam produk ekspor minyak atsiri

Indonesia, minyak nilam, minyak akar wangi, minyak pala dan minyak cengkeh

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk terus dikembangkan mengingat

kinerja ekspornya dan posisi penting di pasaran dunia.

2. Pengembangan Sentra Produksi. Kesesuaian agroklimat dan sosial budaya

(termasuk tradisi) suatu daerah terhadap komoditas tanaman atsiri tertentu

sangat menentukan dalam pengembangan sentra produksi. Dukungan berupa

akses terhadap sarana produksi akan meningkatkan produktivitas dan mutu

bahan baku suatu sentra produksi.

3. Peningkatan Mutu Produk. Pengembangan dan penerapan standar proses

produksi , standar alat, standar mutu yang berlaku dan sesuai dengan permintaan

pasar, serta standar harga dikaitkan dengan mutu perlu segera diupayakan.

Untuk itu diperlukan dukungan semua pemangku kepentingan untuk

terwujudnya berbagai standar tersebut.

4. Peningkatan dan Stabilisasi Harga. Tingkat dan fluktuasi harga produk

minyak atsiri antara lain ditentukan keseimbangan supply & demand pasar

dunia. Untuk itu diharapkan peran pemerintah dan eksportir yang lebih intensif

dalam memberikan pembinaan, penyuluhan dan informasi kepada

petani/penyuling untuk mengantisipasi kondisi dan kebutuhan pasar dunia.

5. Peningkatan Kesejahteraan Petani/Penyuling. Peningkatan keuntungan

dapat diupayakan melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan efisiensi

proses produksi. Hal lain yang sangat penting adalah kepastian pasar.

Page 5: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

5

Pembinaan yang lebih intensif dan terarah dari pemerintah/lembaga litbang dan

kemitraan dengan eksportir sangat diperlukan.

6. Penguatan Kelembagaan Petani/Penyuling. Hampir semua petani/penyuling

minyak atsiri mempunyai posisi tawar yang lemah terhadap berbagai pihak.

Terbentuknya kelembagaan kelompok petani/penyuling yang berfungsi baik

dapat memperbaiki akses kepada modal usaha dan pasar.

7. Peningkatan Nilai Tambah. Nilai tambah produksi minyak atsiri Indonesia

masih rendah. Di lain pihak telah tersedia kapasitas litbang di Perguruan Tinggi

dan Lembaga Penelitian untuk menghasilkan produk turunan minyak atsiri yang

bernilai tambah tinggi. Pemanfaatan hasil kegiatan penelitian dan

pengembangan melalui diseminasi ke pelaku usaha dalam rangka peningkatan

nilai tambah produk minyak atsiri Indonesia. Misalnya proses ekstraksi dan

fraksinasi minyak atsiri menjadi turunan/derivatnya (flavour and fragrance).

8. Pengembangan Minyak Atsiri Baru. Setidaknya terdapat 7 jenis minyak

atsiri baru yang sangat potensial untuk dikembangkan secara komersial. (1)

Minyak anis (anis oil), (2) Minyak permen (cornmint oil), (3) Minyak kemangi

(basil oil, Reunion Type), (4) Minyak sereh (lemongrass, East Indian Type), (5)

Minyak sereh dapur (lemongrass, West Indian Type), (6) Minyak jeringau

(calamus oil), dan (7) Minyak bangle.

POTENSI MINYAK ATSIRI

Di Indonesia terdapat 40 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan, 12 jenis

diantaranya sudah lama berkembang dan diekspor. Bahkan produk minyak atsiri

Indonesia untuk jenis tertentu cukup dominan menguasai pasar dunia, seperti minyak

nilam (800 ton p.a), cananga (25 ton p.a), akar wangi (30 ton p.a), serai wangi (500 ton

p.a), pala (350 ton p.a) dan cengkeh (2.500 ton p.a). Daerah tujuan ekspor antara lain

meliputi Eropa, Amerika, Australia, Afrika, China, India, dan ASEAN. Namun ekspor

minyak atsiri Indonesia ke pasar internasional sebagian besar masih berupa produk

setengah jadi.

Statistik perdagangan minyak atsiri Indonesia menunjukkan nilai ekspor minyak

atsiri tahun 2008 mencapai sekitar USD 125 juta dengan 20 jenis minyak atsiri.

Page 6: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

6

EKSPOR DAN IMPOR MINYAK ATSIRI INDONESIA

TAHUN 2003 – 2008

-------------------------------------------------------------------------------- Tahun Ekspor Perubahan Impor Perubahan (USD) (%) (USD) (%) -------------------------------------------------------------------------------- 2003 59.766.299 193.125.000

2004 70.732.539 18,34 289.574.000 49,94

2005 93.320.585 31,93 320.152.000 10,56

2006 67.324.969 (27,85) 350.758.000 9,56

2007 101.140.080 50,23 381.940.000 8,89

2008 66.250.125 - - -

(Jan.Mei)

--------------------------------------------------------------------------------

Sumber: Ditjen IKM.

INDUSTRI FLAVOUR - FRAGRANCE

Industri pengguna minyak atsiri terbesar adalah industri flavour & fragrance

yang nilai perdagangan globalnya diperkirakan sebesar USD 18 milyar p.a dan nilai

import Indonesia diperkirakan sebesar USD 400 – 500 juta p.a. Industri pengguna

lainnya diantaranya adalah Spa/Aromatherapi, farmasi, insektisida, dll.

Bahan baku industri flavour & fragrance ada yang berasal dari produk

alam/natural yang jumlahnya mencapai sekitar 250 produk dan 150 minyak atsiri

utama. Produk alam tersebut berasal dari tumbuhan seperti bunga, kelopak, gagang,

daun, kulit buah, akar, getah, dll. serta sebagian kecil dari binatang (castoreum,

ambregris) dengan pengkategoriannya adalah sbb. :

- Citrus Oil (pressed), misalnya orange oil, lemon oil , grapefruit oil.

- Minyak Atsiri/Essential Oils (distilled), misalnya cananga oli, clove oil, nutmeg

oil, patchouli oil, eucalyptus oil dsb.

- Absolute, Resinoid/Concrete, dan Flower Extract, misalnya benzoin absolute,

perubalsam, tolubalsam, tuberose absolute, vanilla oleoresin/extract, dsb.

Selain itu, bahan baku industri flavour & fragrance juga berasal dari produk aroma

chemical yang diturunkan dari isolate produk alam atau sintetik melalui berbagai reaksi

kimia. Terdapat lebih dari 3.000 aroma chemical yang dipakai dengan harga yang

Page 7: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

7

kompetitif dan ketersediaan yang terjamin, dengan pengkategoriannya adalah sebagai

berikut:

- Turunan dari petroleum (minyak bumi) seperti citral, phenyl ethyl alcohol, dsb.

- Turunan dari fatty alcohol seperti maltol, pyrazines, pyridine, dsb.

- Turunan dari turpentine seperti terpineol, citronellol, dihydromircenol, linallol

dsb.

- Turunan dari atsiri/essential oils seperti eugenol (dari minyak cengkeh), methyl

cedryl ketone (dari cedarwood oil), vetiveryl acetate (dari minyak akar wangi),

dsb.

FORMULA FLAVOR – FRAGRANCE

Typical formula Guava flavor

INGREDIENTS % DESCRIPTIONS ETHYL BUTYRATE 0,5 Turunan Petroleum ETHYL ACETOACETATE 4 Turunan Petroleum CIS-3-HEXEN-1-YL ACETATE 0,2 Turunan Petroleum 3-HEXENYL 2-METHYLBUTYRATE 10% 0,2 Turunan Petroleum CIS-3-HEXENOL 0,1 Turunan Petroleum ETHYL CINNMATE 1,5 Turunan Petroleum ACETOIN 0,05 Turunan Petroleum (S1)-METHOXY-3-HEPTANETHIOL 1% 0,25 Turunan Petroleum BUTRIC ACID 0,2 Turunan Petroleum 2-METHYLBUTYRIC ACID 0,2 Turunan Petroleum 4-HYDROXY-2,5-DIMETHYL-3(2H)FURANONE 10% 0,4 Turunan Atsiri

GAMMA-DECALACTONE 0,2 Turunan Fatty Alcohol (+/-)-DIHYDROMINTLACTONE 1% 0,1 Turunan Fatty Alcohol BUCHU LEAVES OIL 1% 0,2 Atsiri CLOVE OIL 0,2 Atsiri EUCALYPTUS OIL 0,05 Atsiri NUTMEG OIL 0,05 Atsiri PATCHOULI OIL 0.1% 0,05 Atsiri VANILLA EXTRACT 0,6 Flower Extract PROPYLENE GLYCOL 90,95 Turunan Petroleum 100

Sumber: Internal

Page 8: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

8

Typical formula Men’s fragrance

INGREDIENTS % DESCRIPTIONS BENZYL ACETATE 0,6 Turunan Petroleum ETHYL ACETOACETATE 0,2 Turunan Petroleum BENZYL BENZOATE 0,1 Turunan Petroleum AMYL SALICYLATE 1 Turunan Petroleum BENZYL SALICYLATE 0,4 Turunan Petroleum HEXAHYDRO-4,6,6,7,8,8-HEXAMETHYLCYCLOPENTA-GAMMA-2-BENZOPYRAN 15

Turunan Petroleum

ISOBORNYL ACETATE 1,3 Turunan Turpentine LINALYL ACETATE 2,7 Turunan Turpentine LINALOOL 0,8 Turunan Turpentine ISOBUTYL QUINOLINE 10% PG 1,2 Turunan Turpentine ALPHA-TERPINEOL 0,1 Turunan Turpentine HYDROXYCITRONELLAL DIETHYL ACETAL 0,3 Turunan Turpentine 4-ACETYL-6-T-BUTYL-1,1-DIMETHYLINDANE 1,1 Turunan Atsiri OCTAHYDRO-2,3,8,8-TETRAMETHYL-2-ACETONAPHTHONE 5,4 Turuanan Atisiri

COUMARIN 2,6 Turunan Atsiri DODECAHYDRO-3-A,6,6,9A-TETRAMETHYLNAPHTHO (2,1-B) FURAN 10% 0,4 Turunan Atsiri

VETIVER OIL 0,6 Atsiri YLANG-YLANG OIL 0,3 Atsiri ARTEMISIA OIL 1 Atsiri CEDAR LEAF OIL 0,1 Atsiri ORANGE OIL 1,1 Atsiri GERANIUM OIL 0,3 Atsiri PATCHOULI OIL 21 Atsiri PIMENTA LEAF OIL 2,5 Atsiri PINE OIL 1 Atsiri SOLVENT 38,9 Turunan Petroleum 100

Sumber: Internal

CHINA, PRODUSEN AROMA CHEMICALS UTAMA

China sebagai produsen Aroma Chemicals dunia perkembangannya cukup

pesat. Sejak China melakukan kebijakan ekonomi terbuka tahun 1980-an, produksi

Aroma Chemicals berkembang sangat signifikan. Tahun 1980 produksi Aroma

Chemicals China baru mencatat 1.600 ton, naik menjadi 20.300 ton di tahun 1990, dan

naik lagi menjadi 102.000 ton pada tahun 2006. Bahan baku utama yang digunakan

untuk menghasilkan Aroma Chemicals adalah petroleum (minyak bumi) dan turpentine.

Page 9: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

9

Sumber : IFEAT Conference 2007

Secara keseluruhan sebanyak 700 jenis aroma chemicals diproduksi oleh China

akhir-akhir ini dengan produk utama seperti tabel dibawah.

The Main Range of Aroma Chemicals in China

Benzoid

Derivatives

Phenylethyl alcohol, Benzaldehyde, Cinnamal, α-Amyl Cinnamal, Vanillin,

Ethyl Vanillinm Piperonal, p-Anisaldehyde, Methyl Phenyl ketone,

Raspberry ketone, Eugenol, Methyl salicylate, Benzyl acetate, Cinnametes,

Courmarin, Anethol, Diphenyl ether

Terpene

Derivatives

Citronellol, Geraniol, Terpineol, Menthol, Citronellal, Citral,

Hydroxycitronellal, Lyral, Myrac aldehyde, Iso E super, Ionone, Menthone,

Dihydro myrcenol, Linalool, Borneol, Cedrol, methyl cedryl ketone,

Synthetic Sandalwood derivatives

Heterocyclic

Compounds

Mathol, Ethyl matrol, Furanone, Pyrazine, Thiazole, Pyrrole, Pyridine,

Sulfides

Lactones γ-nonyl lactone, γ-Decalactone, γ-undecalactone, δ-Decalactone, δ-

dodecalactone

Musks Galaxolide, Musk T, Celestolide, Musk ketone, Musk xylol

Sumber : IFEAT Conference 2007

Page 10: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

10

Sekitar 80% produksi aroma chemicals China diekspor, dan sisanya 20%

dipakai di dalam negeri. Sejalan dengan berkembangnya industri Aroma chemicals,

berkembang pula industri hilirnya yang tumbuh pesat. Dengan demikian China tidak

hanya memproduksi aroma chemicals saja, tapi juga memproduksi flavour dan

fragrance, yang mulai diekspor ke berbagai negara termasuk ke Indonesia.

SARAN DAN PENUTUP

Mengingat Indonesia memiliki sumber bahan baku minyak atsiri yang sangat

beragam jenisnya dan hampir semuanya minyak atsiri ini diekspor dalam bentuk apa

adanya, maka ke depan perlu ditumbuhkan industri hilir berupa industri flavour dan

fragrance di Indonesia, agar supaya nilai tambah lebih banyak dapat dinikmati di

dalam negeri. Indonesia memiliki potensi pasar dalam negeri yang cukup besar

untuk membangun industri flavour dan fragrance, sehingga pasar minyak atsiri tidak

mutlak tergantung dengan pasar ekspor tetapi tercipta kebutuhan dalam negeri..

Dengan begitu maka lambat laun dimulai dengan yang sederhana kebutuhan flavour

dan fragrance di dalam negeri akan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri,

ketimbang mengimpor produk jadinya, yang akan menghabiskan banyak devisa.

Disamping itu keberadaan industri flavor dan fragrance dapat berfungsi sebagai

lokomotif untuk menumbuhkan industri2 penunjang lainnya antara lain industri aroma

chemical berbasis turpentine yang selama ini hampir semuanya diekspor ke India

untuk memenuhi industri flavor dan fragrance disana. Nilai ekspor minyak atsiri

Indonesia sebesar USD 150 juta p.a, dapat saja tidak tumbuh atau bahkan menurun jika

sebagai gantinya tumbuh industri2 penunjang tersebut.

Apabila kita tidak segera menumbuhkan industri flavour dan fragrance,

dikhawatirkan Indonesia akan seterusnya menjadi negara tujuan pasar produk flavour

dan fragrance baik dari negara2 barat Amerika dan Eropa maupun dari China dan atau

dari India. Dalam road map DAI pada Sasaran Pengembangan jangka panjang sudah

dicanangkan dikembangkannya industri bahan perisa dan bahan pewangi (flavour and

fragrance) di tanah air yang kompetitif. Untuk mewujudkan keinginan tersebut harus

segera dirintis dari awal, dimulai dari pengenalan minyak atsiri disekolah-sekolah

pendidikan tingkat pertama, dan menengah atas. Sehingga saat di universitas

mahasiswa dengan mudah mengenal hal-hal yang berkaitan dengan minyak atsiri.

Page 11: MA Artikel Ttg Atsiri Di Indonesia 2009

11

Untuk itu peran perguruan tinggi yang memiliki fakultas tehnologi pangan atau

bidang kimia lainnya dapat menyesuaikan programnya dengan merancang kurikulum

mulai dari prosessing minyak atsiri sampai menjadi bahan perisa dan bahan pewangi.

Dengan begitu nantinya akan diperoleh tenaga peracik fragrance (Fragrance Creator,

Perfumer) maupun tenaga peracik flavor (flavor Creator, Flavourist) yang terdidik

melalui Perguruan Tinggi. Para ahli kimia yang tergabung dalam Himpunan Kimia

Indonesia Jawa Tengah diharapkan dapat mendesain kurikulum ini dengan masukkan

dari pelaku2 business dibidang ini baik yang ada di dalam negeri maupun diluar negeri.

sehingga kedepan tersedia tenaga ahli yang siap pakai sejalan dengan didorongnya

pembangunan industri hilir minyak atsiri di Indonesia. Semoga ! ------------------------------------------------------------ *) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema: Kimia Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society) Kontribusi Bagi Kemajuan Pendidikan dan Industri, diselenggarakan Himpunan Kimia Indonesia Jawa Tengah, pada tanggal 21 Maret 2009, di Semarang.