MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL...

90
MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL (Analisis Terhadap Perbedaan Mazhab dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh : SURINA MOHAMAD NAPIAH NIM : 107044103853 K O N S E N T RA S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2009M/1430H

Transcript of MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL...

Page 1: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL

(Analisis Terhadap Perbedaan Mazhab dan Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh :

SURINA MOHAMAD NAPIAH

NIM : 107044103853

K O N S E N T RA S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2009M/1430H

Page 2: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

KETENTUAN MAHAR SUAMI MENINGGAL DUNIA

QOBLA AL-DUKHUL

(Analisis Terhadap Perbedaan Mazhab Dan Kompilasi Hukum Islam)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh :

SURINA BINTI MOHAMAD NAPIAH

NIM : 107044103853

Pembimbing :

Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A.

NIP : 150 169 102

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430H : 2009

Page 3: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL

(Analisis Terhadap Perbedaan Mazhab dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia) telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pada 11 Maret 2009.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum

Islam (SHI) pada Program Ahwal Syakhshiyah (Peradilan Agama).

Jakarta, 11 Maret 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM

NIP. 150210422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs.H.A. Basiq Djalil, SH,MA. (……………….......…)

NIP. 150169102

2. Seketaris : Kamarusdiana, S. Ag., MH. (...................................)

NIP. 150285972

3. Pembimbing : Drs.H.A. Basiq Djalil, SH,MA. (....……………………)

NIP. 150169102

4. Penguji I : Drs. H. Sayed Usman, SH,MH. (.....................................)

NIP. 150216755

5. Penguji II : Dr. KHA. Juaini Syukri,Lcs,MA. (....................................)

NIP. 150256969

Page 4: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yaang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Februari 2009

Surina

Page 5: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

KATA PENGANTAR

�� ا ا��������� ا

Segala puji bagi Allah, Pencipta dan Penguasa alam semesta yang telah

melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis terutamanya dalam rangka

penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang telah menyelamatkan umat dari alam kegelapan ke alam

terang benderang.

Skripsi ini ditulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh

gelar strata satu (S.1), pada jurusan Ahwal Al-Syakhshiyah, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul: “MAHAR SUAMI MENINGGAL

QOBLA AL-DUKHUL (Analisis Terhadap Perbedaan Mazhab dan Kompilasi Hukum

Islam di Indonesia).”

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat petunjuk dari

berbagai pihak, baik secara langsung atau tidak langsung. Dalam hal ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak:

1. Prof. Dr. Muhammad Amin Suma MA., SH., MM. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dengan kewenangan yang

dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun

skripsi ini.

2. Drs. H.A. Basiq Djalil SH., MA. dan Drs. Kamarusdiana Sag, MA, masing-

masing selaku ketua dan sekretaris jurusan Ahwal Al-Syakhshiyah yang telah

banyak memberikan motivasi kepada penulis.

Page 6: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

3. Drs. H.A. Basiq Djalil SH., MA. selaku dosen bimbingan yang dengan penuh

kesabaran dalam memberi arahan dan masukan kepada penulis hingga

tuntasnya sudah skripsi ini, hanya Allah saja yang selayaknya membalas

jasanya.

4. Drs. H. Sayed Usman, SH, MA. dan Dr. KH. A. Djuaini Syukri, Lcs, MA.

selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan saran-saran dan kritik

yang sangat berguna untuk lebih sempurna dalam tulisan ini.

5. Seluruh bapak-bapak dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Ahwal

Al-Syakhshiyah, serta kepada karyawan dan staff perpustakaan, yang banyak

membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

6. Seluruh pihak Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia yang banyak membantu

penulis hingga selesainya skripsi ini.

7. Seluruh para dosen Akademi Pengajian Islam dan Dakwah terutama Bapak

Rektor Al-Fadhil Ustaz Edeey Ameen yang telah banyak memberikan

sokongan dan dukungan kepada penulis hingga dapat meneruskan pengajian

di bumi Indonesia ini.

8. Teristimewa buat ayahanda, ibunda, abang, kakak dan adik yang amat

disayangi terima kasih atas perhatian segala doa dan kesabaran atas jerih

payah dan segala pengorbanan yang tidak terbalas serta senantiasa

memberikan semangat dan harapan tanpa jemu hingga penulis dapat

menyelesaikan pengajian.

Page 7: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

9. Baik teman-teman malaysia maupun teman-teman Indonesia terima kasih

karena turut mendoakan dan memberikan pastisipasi, sumbangan berupa

pikiran serta semangat kepada penulis.

10. Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu di sini,

penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga.

Akhirnya, ’Sirru a’la barakatillah’ dan semoga skripsi ini dapat memberikan

masukan yang positif kepada pembaca sekalian, semoga bantuan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah yang Maha Kuasa. Penulis amat

menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekhilafan dan

kesalahan, maka kritikan dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan di

dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan penulisan ini.

-Amin Ya Rabbal A’lamin-

Jakarta, 16 Februari 2009 M

20 Safar 1430 H

Penulis

Page 8: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................. ..........................................................v

DAFTAR ISI ........................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................4

D. Metode Penelitian .......................................................................4

E. Sistematika Penulisan...................................................................6

BAB II BEBERAPA PENGERTIAN..........................................................8

A. Pengertian Ketentuan....................................................................8

B. Pengertian Mahar...........................................................................9

C.Pengertian Suami meninggal..........................................................9

D.Pengertian Dukhul.........................................................................10

E. Pengertian Kompilasi Hukum Islam............................................11

BAB III EKSISTENSI MAHAR DALAM PERKAWINAN....................12

A. Mahar Dan Dasa Hukumnya.......................................................12

B. Kedudukan Mahar.......................................................................28

C. Jenis-jenis Mahar........................................................................34

D. Syarat Sahnya Mahar Dan Hikmah Mahar.................................37

Page 9: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

BAB IV MAHAR SUAMI YANG MENINGGAL QOBLA AL-

DUKHUL.........................................................................................46

A. Pendapat Para Ulama Secara Umum .........................................46

B. Kompilasi Hukum Islam.............................................................65

Sebelum Ditetapkan Mahar.........................................................68

C. Setelah Ditetapkan Mahar ...........................................................70

D. Dalil-dalil yang Digunakan.........................................................72

E. Analisis Penulis...........................................................................74

BAB V PENUTUP………………………………………………...………79

A. Kesimpulan……………………………………………………..79

B. Saran-saran...................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................81

Page 10: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat

kuat atau miitsaaqan ghaliidhan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah.1 Perkawinan merupakan fitrah yang

dianugerahkan pada setiap manusia sejak zaman azali, yaitu ketika diciptakannya

Adam dengan istrinya Hawa. Perkawinan bukan saja dambaan setiap insan, tetapi

merupakan naluri atau tabiat bagi makhluk hidup lainnya. Melalui perkawinan,

Allah SWT mengkaruniakan kepada manusia rasa cinta, kasih dan sayang di antara

suami dan istri.

Ketika membicarakan masalah perkawinan, banyak hal yang harus

diperhatikan antara lain adalah mahar, karena salah satu hubungan hukum yang

timbul dari sebab perkawinan adalah kewajiban calon suami untuk memberi mahar.

Mahar yang diberikan kepada seorang istri merupakan kewajiban yang harus

dipenuhi oleh seorang suami yang ingin melangsungkan perkawinan. Menurut

hukum perkawinan dalam Islam, suatu perkawinan dapat dilakukan walaupun tanpa

menentukan kadar mahar atau menyebutnya dalam ‘aqad. Hal ini sebagaimana

dijelaskan oleh Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqh Islamiy Wa

1 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta, CV. Akademika Pressindo

2007), Cet. Kelima, h.114.

Page 11: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Adillatuhu bahwa dibolehkan ‘aqad nikah dengan tanpa menyebutkan mahar

terlebih dahulu.2

Dengan demikian jelaslah bahwa perkawinan yang berlangsung tanpa

menyebutkan mahar atau menentukan mahar dalam ‘aqad akan menimbulkan

beberapa alternatif yaitu mahar tersebut akan diperlakukan seperti mahar mitsil jika

telah terjadi dukhul (hubungan suami istri) atau mahar tidak diwajibkan bagi suami

kecuali mut’ah (pemberian).

Sebagian fuqaha’ (tidak termasuk Maliki) mengatakan bahwa mahar dalam

perkawinan tidak termasuk dalam rukun dan bukan syarat sahnya ‘aqad nikah

karena menghilangkan mahar dengan sengaja tidak menyebabkan batalnya

perkawinan.3

Pendapat tersebut berbeda dengan pendapat Imam Malik yang mengatakan

bahwa menghilangkan mahar dengan sengaja jelas dapat merusak perkawinan

karena mahar adalah salah satu rukun dalam rukun-rukun perkawinan dan

merupakan syarat sahnya suatu pernikahan, kecuali mahar yang belum diselesaikan

oleh suami yang meninggal dunia qobla al-dukhul

Selain itu, permasalahan lain yang dapat diteliti dalam persoalan ini adalah

bahwa sebagian fuqaha’ berpendapat mahar dapat digugurkan secara keseluruhan

dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak

ditentukan mahar dalam ‘aqad kemudian berlaku perceraian qobla al-dukhul. Akan

2 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Islamiy Wa ‘Adillatuhu, (Beirut-Lebanon: Dar At-Fikr, t.t),

h.255.

3 Yusof Hamid Al-Alim, Maqasid Al-A’mmah Al-Syari’ah Al-Islami, (Khurtum: Dar Al-

Sudaniyah, t.t), h. 427.

Page 12: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

tetapi jika terjadi kematian suami dalam keadaan qobla al-dukhul, terjadi perbedaan

pendapat di kalangan fuqaha’. Menurut mazhab Hanafi mahar tersebut akan

dianggap sebagai mahar mitsil.4 Menurut mazhab Maliki terdapat hal yang

demikian, tidak akan dikenakan mahar dan uang mut’ah sedikit pun. 5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah:

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian terhadap konsep mahar

qobla al-dukhul menurut ulama fiqih dan pendapat mazhab Maliki mengenai

eksistensi mahar dan dalil-dalil yang digunakan`.

2. Rumusan masalah:

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

“Pada dasarnya mahar yang sudah diberikan tidak boleh ditarik kembali,

namun di dalam kitab-kitab fikih, ulama’ beda pendapat tentang apabila suami

meninggal qobla al-dukhul. Ada yang berpendapat mahar mitsil dan ada yang

berpendapat kembalikan semua. Hal ini yang penulis ingin telusuri dalam penulisan

ini”.

Rumusan tersebut dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut;

a. Bagaimanakah konsep mahar menurut ulama fikih?

4 Ibnu Rusyd , Biadatul Mujtahid, (Ter. Abdurrahman, Haris Abdullah), (Semarang: CV Asy

Syiea’, 1990), Jilid 2, h. 404.

5 Ibnu Rusyd, Al-Mudawwanah Al-Kubra, (Beirut-Lebanon: Dar Asy-Shadir, t.t,) Jilid 2, h.

164.

Page 13: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

b.Bagaimana pendapat ulama mazhab Maliki mengenai eksistensi mahar yang

tidak ditetapkan dalam ‘aqad dan qobla al- dukhul suami meninggal?

c.Dalil apakah yang digunakan oleh mazhab Maliki terhadap mahar yang tidak

ditetapkan dalam ‘aqad dan qobla al- dukhul suami meninggal?

d.Bagaimana persepsi mahar suami yang meninggal qobla al-dukhul menurut

Kompilasi Hukum Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Subjek aktivitas yang ditulis oleh seseorang pasti memiliki tujuan tersendiri,

demikian juga halnya dalam pembahasan judul ini di mana penulis mempunyai

tujuan yang tertentu pula. Berdasarkan uraian terdahulu, maka penelitian ini

bertujuan untuk;

1. Mengetahui konsep mahar menurut ulama Fiqih.

2. Mengetahui pendapat mazhab Maliki tentang mahar yang tidak ditetapkan dalam

‘aqad dan qobla al- dukhul suami meninggal.

3. Mengetahui dalil apakah yang digunakan oleh mazhab Maliki terhadap eksistensi

mahar yang tidak ditetapkan dalam ‘aqad dan qobla al- dukhul suami meninggal.

4. Mengetahui persepsi mahar suami yang meninggal qobla al-dukhul menurut

Kompilasi Hukum Islam.

D. Metode Penelitian

Untuk memperolehi sesuatu hasil yang maksimal dari suatu karangan ilmiah,

maka penggunaan metode pengumpulan data yang diperlukan untuk penulisan

tersebut akan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini yang sangat

mempengaruhi sampai tidaknya isi penulisan itu kepada tujuan yang ingin dicapai.

Page 14: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dengan demikian penggunaan metode pembahasan bagi suatu penulisan merupakan

suatu hal yang menentukan bermutu atau tidaknya dari penulisan yang

bersangkutan.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Penentuan Jenis Data

Dalam kajian ini data yang diteliti adalah data yang berhubung dengan topik

yang dikaji, yaitu Mahar Suami Meninggal Qobla al-Dukhul: (Analisis Terhadap

Perbedaan Mazhab Dan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia).

2. Sumber Data

a) Data Primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber

pertamanya6. Data ini meliputi kitab-kitab fiqh dan Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia,

b) Data Sekunder merupakan data pelengkap yang terdiri daripada majalah, jurnal,

ensiklopedia, kamus dan sebagainya.

3. Pengumpulan Data

Merupakan library research yaitu melakukan penelitian kepustakaan dan

mengumpulkan data seperti kitab-kitab yang muktabar antaranya: Kitab-kitab fiqh

Maliki seperti, Kitab Al-Muwattha’, Al-Mudawwanah Al-Kubra dan kitab-kitab

fiqh lainnya seperti, Fiqh Sunnah, Bidayatul Mujtahid, Al-Mizan Al-Kubra, Al-

Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuhu dan lainnya.

4. Teknik Analisis Data

6 Sumadi Suryabrata. Metedologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1983), cet.

1, h. 39.

Page 15: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Yaitu pengumpulan data-data melalui bacaan, penelusuran kitab-kitab dan

lain-lain yang mempunyai kaitan dengan masalah yang akan dibahaskan dan

kemudian dianalisis terhadap masalah yang ada sehingga menjadi suatu karya

tulisan yang rapi dan utuh.

5. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis berpandukan pada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta terbitan tahun 2007.

E. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini terdiri daripada lima bab utama yang akan dibahaskan

berdasarkan variable masing-masing dengan sistematikanya sebagai berikut:

Bab satu Merupakan pendahuluan yang memuatkan latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua pada bab ini, penulis menguraikan tentang pengertian istilah

mengenai ketentuan, mahar, suami meninggal, dukhul dan Kompilasi Hukum Islam.

Bab ketiga pembahasan tentang eksistensi mahar dalam perkawinan yang

berisikan sub bahasan mahar, dasar hukumnya, kedudukan mahar, jenis-jenis

mahar, syarat sahnya mahar dan hikmah mahar.

Bab keempat adalah pembahasan mengenai mahar suami yang meninggal

qobla al-dukhul, dengan sub bahasan, pendapat para ulama secara umum,

Kompilasi Hukum Islam, sebelum dan setelah ditetapkan mahar, dalil-dalil yang

digunakan serta pemahamannya dan analisis penulis.

Page 16: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Bab kelima merupakan penutup dari semua bab yang telah dibahaskan terdiri

dari kesimpulan dan sarana-sarana.

Page 17: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

BAB II

PENJELASAN ISTILAH

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam memahami istilah-

istilah yang terdapat dalam judul ini, maka perlu dijelaskan pengertian istilah

sebagai berikut:

A. Pengertian Ketentuan

B. Pengertian Mahar

C. Pengertian Suami Meninggal

D. Pengertian Dukhul

E. Pengertian Kompilasi Hukum Islam

A. Pengertian Ketentuan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ketentuan diartikan sebagai “sesuatu

yang tentu atau yang telah ditentukan; ketetapan; kepastian; dengan syarat tentu”.7

Dengan demikian, yang dimaksudkan dengan ketentuan adalah berupa suatu

yang telah dipastikan atau ditentukan atau ditetapkan dengan memenuhi syarat-

syarat tertentu.

7 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1976),

h. 1054.

Page 18: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

B. Pengertian Mahar

Dalam Kamus Munjid, mahar berarti harta yang diberikan kepada seorang

perempuan yang bermanfaat baginya menurut syara’, diberikan kepadanya dengan

segera ataupun memakai tempo (hutang).8 Sedangkan menurut istilah fiqh, mahar

adalah nama harta yang wajib diberikan kepada seorang perempuan pada saat ‘aqad

nikah sebagai imbalan untuk bersenang-senang dengannya.9

Dengan demikian, mahar yang penulis maksudkan dalam pembahasan skripsi

ini adalah maskawin (mahar) berupa harta pemberian dari mempelai laki-laki

kepada mempalai wanita yang merupakan hak istri dan disebutkan ketika ‘aqad

nikah berlangsung.

C. Pengertian Suami Meninggal

Kalimat “suami meninggal” terdiri dari dua kata yaitu “suami” dan

“meninggal”. Dalam Kamus Bahasa Arab dijelaskan, bahwa pengertian suami

adalah pria yang sudah menjadi pasangan hidup secara dengan seorang wanita.10

Berdasarkan pengertian ini suami adalah seorang yang jenis kelamin laki-laki dan

sudah terjadi ikatan pernikahan secara sah dengan seorang wanita yang

disenanginya.

8 Louis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, (Beirut-Lebanon: Maktabah Asy-Sya’qiyah, 1986), h. 77.

9 Abdurrahman Al-Jaziry, Al-Fiqhu ‘Ala Mazahib Al-Arba’ah, (Kairo: At-Tijariyyah, 1996),

Jilid 4, h.94.

10 Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah Al-Quran, Kamus Bahasa Arab, (Jakarta: 1973),

h.860.

Page 19: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dalam Kamus Hukum, makna suami adalah kepala dalam perkawinan atau

persatuan suami istri atau yang bertanggung jawab dan harus melindungi keluarga

serta isi rumahnya.11

Sedangkan makna meninggal yang diterangkan dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia adalah “berupa meninggal sesuatu, misalnya banyak orang meninggal

kewajiban; meninggalkan sekolah, tidak masuk sekolah; atau meninggal dunia,

berpulang (mati); contohnya; ibunya telah meninggal”.12

Jadi yang dimaksud dengan kalimat suami meninggal dalam penulisan skripsi

ini adalah seorang laki-laki yang sudah mengikat hubungan dengan seorang wanita

melalui ‘aqad nikah yang sah dan ia bertanggungjawab atas seisi keluarga yang

dibinanya, namun kemudian ia meninggal dunia sebelum sempat memenuhi atau

menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang suami.

Karena pada dasarnya laki-laki dipercayakan oleh syariat untuk melindungi

wanita terutama istri dan memberikan nafkah secara lahir dan batin sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya.

D. Pengertian Al-Dukhul

Dalam Kamus Istilah Fikih menyebutkan bahwa dukhul itu adalah masuknya

zakar (kemaluan laki-laki) ke dalam farji (kemaluan perempuan).13

Dengan demikian

dukhul adalah proses terjadinya hubungan suami istri antara kedua belah pihak, (laki-

laki dan perempuan) yang sudah diikat oleh suatu ikatan yang resmi yaitu pernikahan.

11 J.C.T Simorangkir dkk, Kamus Hukum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 66.

12W.J.S Poerwadarminta, (Op.cit.), h. 1076.

13 M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah dan Syafi’ah, Kamus Istilah Fikih, (Jakarta:Penerbit Pt

Pustaka Firdaus, 1994),h. 63.

Page 20: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dari semua penjelasan istilah di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud

dengan “Mahar Suami Meninggal Qobla Al-Dukhul ” adalah suatu ketetapan atau

ketentuan yang berisi kewajiban untuk memenuhi sejumlah syarat-syarat berkaitan

dengan persoalan mahar atau pemberian suami kepada wanita yang diperistrinya,

yang belum ditetapkan atau disebutkan jumlahnya ketika ‘akad nikah berlangsung,

namun kemudian suami meninggal sebelum memenuhi kewajibannya.

E. Pengertian Kompilasi Hukum Islam

Merupakan rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang diambil dari

berbagai kitab yang ditulis oleh para ulama fiqh yang biasa dipergunakan sebagai

referensi pada Pengadilan Agama untuk diolah dan dikembangkan serta dihimpun ke

dalam satu himpunan. Himpunan tersebut inilah yang disebut kompilasi. 14

Materi atau bahan-bahan hukum dimaksudkan telah diolah melalui proses dan

metode tertentu, kemudian dirumuskan dalam bentuk yang serupa dengan peraturan

perundang-undangan (yaitu dalam pasal-pasal tertentu). Bahan ini kemudian

ditetapkan berlakunya melalui sebuah Keputusan Presiden yang untuk selanjutnya

dapat digunakan oleh para Hakim Pengadilan Agama dalam memeriksa, mengadili

dan memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanya sebagai pedoman.

14 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007),

Cet. kelima, h. 14.

Page 21: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

BAB III

EKSISTENSI MAHAR DALAM PERKAWINAN

A. Mahar dan Dasar Hukumnya

1. Mahar.

“Kata Mahar berasal dari bahasa Arab yaitu Al-mahr, jamaknya muhur dan

muhurah.”15

Asal katanya ialah ��� (mahar) sedangkan pemakaian katanya ialah

أة���ار��أ yang artinya ia memberikan mahar (maskawin) kepada seorang

perempuan.16

Dalam Kamus Al-Munjid dijelaskan bahwa mahar adalah:

� أ"!�� � ���ن ���ر � ������ ل��� ا�� ةأر�� ����� ��

17!"�ؤ�

:Artinya Harta yang diberikan kepada seorang perempuan yang bermanfaat baginya

menurut syara’ yang diberikan padanya segera ataupun tempo (hutang).

Menurut bahasa kata Al-Mahar bermakna Al-Shadaq yang dalam bahasa

Indonesia mempunyai arti maskawin, contohnya dalam kalimat:

15Ibnu Mandhurn Al-Ifriqy, Lisan Al-Arab, (Mesir: Dar Shadir, 1958), Jilid 5 , h. 184.

16 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta:Hida Karya Agung,1990). h.431.

17 Louis Ma’luf, Kamus Al-munjid, (Beirut-Lebanon: Maktabah Al-Syarqiyah, 1886), h 77.

Page 22: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

18

ةأر�ر ا�� �.-و

Artinya: Seseorang telah memberi maskawin kepada perempuan itu.

Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitabnya “Al-fiqhu ‘ala Mazahib Al-Arba’ah”

memberikan definisi mahar sebagai berikut:

:��� 7 6�حآ ا�ن. �7 6ةأر�� �5� �يذ! ا�ل�م ا�01إ

�0ا;����� �شء= و7�� �� ��ع 19.��0 �حآ�وا

Artinya: Nama harta yang wajib diberikan kepada seorang perempuan pada saat

‘aqad nikah, sebagai imbalan untuk bersenang-senang dengannya, dan

kerana jadinya wathi syubhah atau wathi pada nikah fasad.

Untuk pengertian yang sama digunakan juga kata-kata sinonim (muradif) Al-

Mahar yaitu Al-Shadaq, nihlah, faridhah, ajr, hiba’, ‘uqr, ala’iq, thaul, dan nikah.20

Allah SWT berfirman pada surat an-Nisa’ ayat 4 yang berbunyi:

�Aت� )٤-ا�نس�D س�رة(…:�Fن !���ت .0CD Eن�ا ا

Artinya: “Berikan maskawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi sebagai suatu

pemberian dengan penuh kerelaan”… (An-Nisa’:4).

Firman Allah SWT selanjutnya pada surat An-Nisa’ ayat 24 yang berbunyi:

��☺��... ����� ☺����� ����� ������� ���������� !�"#�%&'

18 Ibid.

19 Abdurrahman Al-Jaziriy, Al-Fiqh ‘ala Mazahib Al-Arba’ah, (Mesir: Al-Tijiriya, 1996), Jilid

4, h. 94.

20 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Islamiy Wa Adillatuhu, (Beirut-Lebanon: Dar Al-Fikr, t.t),Juz

7, h. 251

.

Page 23: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

()*+,-.�� / *0"1 ���23% 45�6789:�; ��☺<�� =?@AB�.�� ����� D��� �E�� �)*+,-.⌧G7H�� / IJ�K LM��

�JN⌧D �O☺<�:� �P☺<Q6�� )رة ال��0ء� ) ٢٤:س

Artinya:...Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,

berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu

telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu21

. Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa’ 24)

Menurut istilah, para ulama’ berbeda pendapat tentang redaksinya, tetapi

maksud dan tujuannya adalah sama. Golongan Hanafiyah, mendefinisikan mahar

sebagai berikut:

�Nا� �F Mت0� ىذ!ا� �ل��ا�: ��7 N��ا ����� . ���� ���

���.Oلو ��� F-� :22

Artinya:Harta yang menjadi hak istri dari suaminya dengan adanya ‘aqad atau

dukhul.

Menurut golongan Syafi’iyah mahar, yaitu:

���!� �� ��ا ح�آ� 5� �Pا ء� ����Q �RS �23ار.

Artinya: Sesuatu yang menjadi wajib dengan adanya ‘aqad nikah atau watha’ atau

karena merusakkan kehormatan wanita secara paksa (memperkosa).

Menurut golongan Hanabilah, Mahar adalah:

21Ialah: menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telah

ditetapkan.

22 Ibid., h. 252.

23 Ibid., h. 252.

Page 24: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

�0 ،�حV�ا� 7� ضو��ا �!ن��D0 ا�!X �X وأ . ��ا�ضر ��.Y

���ا �أ ن��را�= XاRر�[ �X �F� :����ا D=وV �حV�ا�

��=D 24:ه�آ��ا

Artinya: Suatu imbalan dalam nikah baik disebutkan di dalam ‘aqad atau diwajibkan

sesudahnya dengan kerelaan kedua belah pihak atau hakim, atau imbalan

dalam hal-hal yang menyerupai nikah seperti watha’ syubhat dan watha’

yang dipaksakan.

Sedangkan menurut mazhab Malikiyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab

Al-Fiqh Islamiy Wa Adillatuhu, disebutkan bahwa definisi mahar ialah:

�0;ا ر�^ن 7� :��N�� ل��� �� �!�[�����25� �ع

Artinya: Sesuatu yang diberikan kepada istri sebagai ganti (imbalan) dari istimta’

(bersenang-senang) dengannya.

Dari definisi-definisi di atas, tampak bahwa definisi yang dikemukakan

golongan Hanafiah membatasi mahar itu hanya dalam bentuk harta, sementara

definisi yang dikemukakan oleh mazhab-mazhab lain (termasuk di dalamnya mazhab

Maliki) tidak mengadakan pembatasan hanya pada harta saja. Dari sini dapat

dipahami bahwa selain golongan Hanafiyah yang salah satunya Maliki, memasukkan

24 Ibid., h. 253.

25 Ibid., h. 253.

Page 25: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

jenis atau bentuk-bentuk lain selain harta dalam pengertian mahar, seperti; jasa atau

manfaat, mengajarkan beberapa ayat Al-Quran dan sebagainya.

Dengan kata lain bahwa mahar itu boleh berupa barang (harta kekayaan) dan

boleh juga berupa jasa atau manfaat. Jika berbentuk barang atau harta, disyaratkan

haruslah barang tersebut berupa sesuatu yang mempunyai nilai atau harga, halal lagi

suci. Sedangkan bila maharnya berbentuk jasa atau manfaat, maka disyaratkan harus

dalam arti yang baik26

.

Dari beberapa pengertian mahar yang telah disebutkan baik menurut mazhab

Maliki atau menurut mazhab yang lain, pada dasarnya mahar adalah pemberian wajib

dari setiap calon suami kepada istri yang melalui pemberian mahar itu dapat

menghalalkan terjadinya hubungan suami istri. Jadi, mahar itu benar-benar menjadi

hak penuh bagi istri yang menerimanya, bukan hak bersama dan bukan juga hak

walinya.

Mahar yang diberikan oleh laki-laki (suami) terhadap istri adalah sudah

menjadi hak mutlak bagi istri yang tidak dapat diambil atau dimanfaatkan oleh orang

lain terkecuali berdasarkan keizinan atau kerelaan istri. Sejajar dengan hal ini, Yusuf

Hamid Al-Amin mengatakan dalam kitabnya “Maqashid Al-A’mmah Al-Syari’ah Al-

Islami ” bahwa:

26 Ibid., h.254.

Page 26: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Fق` �N�!�و: �� N�و�� �a�Q �� �ا ض��-. � `قF وه

Q ��cd27��ث

Artinya: Hak istri atas suaminya itu ditetapkan sebab tuntutan ‘aqad dan dia (mahar)

hak yang sabit (tetap) berdasarkan nash.

Pemberian mahar kepada istri adalah kebenaran yang juga dilakukan oleh

umat manusia, di mana kebiasaan ini seolah-olah sudah menjadi kesepakatan umum

yang secara tidak langsung untuk mewajibkannya.

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mahar itu

adalah suatu pemberian yang wajib ditunaikan oleh calon suami kepada calon istri

serta disebut dalam sighat ‘aqad nikah sebagai tanda persetujuan dan kerelaan untuk

hidup bersama sebagai suami istri. Mahar atau maskawin dalam ajaran agama Islam,

sama sekali bukanlah dimaksud sebagai harga, pengganti atau nilai tukar bagi wanita

(calon istri) yang akan dinikahi. Mahar adalah sebagai sebagian dari lambang atau

simbol atau tanda bukti bahwa suami menaruh cinta kasih terhadap wanita calon istri

yang akan dinikahinya. Mahar juga berfungsi sebagai tanda ketulusan niat dari calon

suami untuk membina suatu kehidupan berumah tangga bersama calon istrinya.28

Mahar yang diberikan pada acara ‘aqad nikah tersebut, dapat juga dinilai

sebagai bukti pendahuluan bahwa setelah hidup berumah tangga nanti, suami akan

senantiasa memenuhi tanggung jawabnya, berupa memberi nafkah bagi istri dan

27 Yusuf Hamid Al-Amin, Maqashid Al-A’mmah Al-Syari’ah Al-Islami, (Sudan: Dar Al-

Sudaniyah, t.t), h. 426.

28 Syamsuddin Muhammad bin Abi Abbas, Nihayah Al-Muhtaj, (Mesir: Mushthafa Al-Baby

Al-Halaby, 1938), Juz 6 h. 238. Dan Lihat Abdurrahman Al-Jaziriy, (op.cit.), h. 108

Page 27: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

keturunannya kelak. Hal tersebut ditunjukkan oleh seorang calon suami pada saat

awal pernikahannya, yaitu dengan kerelaan hati memberikan sebagian dari hartanya

kepada seorang (calon) yang akan menjadi istrinya. Demikian pula sebaliknya, calon

istri dengan kesediannya menerima mahar dari calon suami, membuktikan pula

bahwa ia dengan rela hati bersedia untuk menjadi istri dari calon suaminya, atau ia

rela menerima kekuasaan dan kepimpinan suami terhadap dirinya29

.

2. Dasar Hukum Mahar

Para ulama telah menyepakati bahwa hukum memberi mahar atau maskawin

itu adalah wajib. Hal ini berdasarkan pada dalil-dalil sebagai berikut:

a. Al-Quran:

Dalam surat An-Nisa’ ayat 4 disebutkan:

R����"�"1 "�M�AS�T3H�� ���V☺W�NXEAY Z[��7��\ / J�]�� �^��_

45�6�H �� '�`⌧� �(�T� �aS7G�b

9�:�6�� �Z�G8�(�� �Z�G,c�d ) رة�س )٤:ال��0ء

Artinya: Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan30

. kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang

hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang

sedap lagi baik akibatnya. (An-Nisa’: 4)

Jihat dilalah dari ayat di atas adalah bahwa Allah SWT telah memerintahkan

pada suami-suami untuk membayar mahar pada istrinya. Karena perintah tersebut

29 Ibid., h.109.

30

Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua

pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

Page 28: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

tidak disertai dengan qarinah yang menunjukkan kepada hukum sunat atau mubah,

maka ia menghendaki kepada makna wajib. Jadi mahar hukumnya wajib bagi suami

untuk diberikan kepada istrinya, karena tidak ada qarinah yang memalingkan dari

makna wajib kepada makna yang lain.

Dari segi lain, nihlah dalam ayat di atas juga bermakna Al-Faridhah Al-

Wajibah (ketentuan yang wajib). Dengan begitu, makna ayat adalah: “dan berikanlah

kepada wanita (istrimu) mahar sebagai sebuah ketentuan yang wajib”.

Pemberian tersebut juga sebagai tanda eratnya hubungan dan cinta yang

mendalam, di samping jalinan yang seharusnya menaungi rumah tangga yang mereka

bina. Namun demikian, seandainya istri merasa suka atau rela memberikan kepada

suaminya sesuatu dari maharnya tanpa merasa dirugikan dan tanpa unsur paksaan

atau tipuan, maka suami boleh mengambil atau menggunakan pemberian itu dengan

senang hati dan tidak ada dosa bagi suami untuk mengambil serta menerimanya.

Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa Islam sangat memperhatikan dan

menghargai kedudukan seseorang wanita dengan memberikan hak kepadanya, di

antaranya yaitu hak untuk menerima maskawin. Mahar hanya diberikan oleh calon

suami kepada colon istri, bukan kepada wanita lainnya atau siapa saja, meskipun

sangat dekat hubungan dengannya. Orang lain tidak boleh menjamah apalagi

menggunakannya, bahkan oleh suaminya sendiri, kecuali dengan ridha dan kerelaan

istri sendiri.

Di kalangan masyarakat, telah menjadi suatu tradisi yang dijalankan secara

turun temurun yaitu, bahwa mereka tidak cukup hanya dengan pemberian mahar saja,

tetapi dibarengi pula dengan anekaragam hantaran (hadiah) lainnya, baik berupa

Page 29: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

makanan, pakaian, peralatan rumah tangga dan lain-lain sebagai penghargaan dari

calon suami kepada colan istri tercinta yang bakal mendampingi hidupnya31

.

Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa’ ayat 20:

J�K"1 5e�<"#1' �f��E4g����� hi1�j lN⌧mI� hi1�j

=?@���"�"1 ��Xno�E9�K �3#��p(�N *⌧�� R�1�8q�[�� �(��

��78⌧L / r��b1�8�s�[��1'

�33W�� n� �P☺7=�K"1 �33@�mt� ) رة�س )٢٠:ال��0ء

Artinya: Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain32

, sedang

kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang

banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang

sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan

tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ? (An-

Nisa’ : 20)

Firman-Nya lagi dalam surat An-Nisa’ ayat 21 :

��78⌧D"1 r��b1�8q�[�� E�N"1 /`A`7�1' 45umu+�� /v9w�K wx��

l8�s1'"1 5um(�� �OKW�P8�T� �(u8�:⌧z) رة ال��0ء� )١٢: س

Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu

telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan

mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.

(Surat An-Nisa’ : 21)

Dalam ayat di atas disebutkan, bahwa mahar ini wajib diberikan kepada istri

sebagaimana dinyatakan sendiri oleh kata “mahar”. Ia merupakan jalan yang

31 Ibid., h. 110.

32 Maksudnya Ialah: menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan isteri yang

baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, Namun meminta

kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan.

Page 30: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

menjadikan istri senang hatinya dan ridha menerima kekuasaan suaminya kepada

dirinya, seperti firman Allah SWT seperti berikut:

fN��-{.H�� l��|��N v9�� ��M�AS�T3H�� ��☺�� *}~+�� �M��

=Xn*+�� /v9�� wx�� M��☺��"1 R��uK⌧Gb1' ��� 45�n�H"�7�1' ...

)٣٤:س�رة ال��0ء(

Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah

telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka... (An-Nisa’: 34).

Kemudian pada ayat 24 surat An-Nisa’ Allah SWT juga berfirman:

u�W23A��X☺7H��"1 s��� ��M�AS�T3H�� ~0�K ��� ��69:��

45um3W�☺,1' R A:W���D �M�� 45�6789:�; / I}��&'"1 5�6�H �I� "�M�"#"1 45um�H�� J1' R����?4m��

5�6�H"�7�1[�� �^��3Q�7�v "�4.⌧z ��Q��GWAS� / ��☺�� ����� ☺�����

����� ������� ���������� !�"#�%&' ()*+,-.�� / *0"1 ���23%

45�6789:�; ��☺<�� =?@AB�.�� ����� D��� �E�� �)*+,-.⌧G7H��

/ IJ�K LM�� �JN⌧D �O☺<�:� �P☺<Q6��) رة ال��0ء� )٢٤: س

Artinya: Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali

budak-budak yang kamu miliki33

(Allah telah menetapkan hukum itu)

sebagai ketetapan-Nya atas kamu, dan dihalalkan bagi kamu selain yang

demikian34

(yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini

33 Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-

samanya.

34 Ialah: selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An Nisa' ayat 23 dan 24.

Page 31: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri)

di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan

sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu

terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah

menentukan mahar itu35

. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Bijaksana. (Surat An-Nisa : 24)

Al-istimta’ dalam ayat di atas artinya bersenang-senang dan Al-ita’ mencakup

pengertian memberikan dan mengharuskan. Sedangkan Al-ujur bisa diartikan dengan

mahar36

.

Mahar dinamakan dengan ajr (upah), karena ia merupakan upah atau imbalan

dari kesediaan bersenang-senang. Jadi makna yang terkandung dalam ayat ini,

(seperti yang dikemukakan oleh Mujahid dan lain-lain) adalah: Manfaat dan

kesenangan yang diperoleh seorang laki-laki dari seorang wanita (istrinya) ketika

melakukan hubungan suami istri yang disahkan melalui jalur pernikahan dan

memberikannya dalam bentuk mahar.37

Jihad dilalah dari ayat ini sangat jelas, yaitu ketika Allah SWT berfirman:

�]��!�ه !�هر��أ :R�ر� . Perintah di sini cukup tegas menunjukkan

kepada hukum wajib, sebab tidak ada sama sekali qarinah yang memalingkan kepada

makna lain seperti mubah atau sunat38

.

35 Ialah: menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telah

ditetapkan.

36 Abi Abbas, Nihayah Al-Muhtaj, h. 112.

37 Ibid., h. 112.

38 Ibid., h. 113.

Page 32: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa Allah SWT mengatakan, wanita maupun di

antara wanita-wanita yang dihalalkan bagi kalian (kaum laki-laki) untuk kalian

kawini, maka berikanlah imbalannya, yaitu maskawin yang telah kalian wajibkan

sebagai imbalan dari kenikmatan yang kalian rasakan itu.

Hikmah yang terkandung di dalamnya adalah, bahwa ketika Allah SWT

memberikan kepada kaum laki-laki hak untuk mengatur wanita, hak untuk memimpin

rumah yang mereka tempati, dan hak menggauli istrinya. Sebagai konsekuensinya,

Allah SWT mewajibkan kepada laki-laki untuk memberikan hak istrinya sebagai

bentuk balasan atau penghargaan yang akan menyenangkan dirinya dan menjamin

terwujudkan keadilan antara istri dan suami.

Mahar ditetapkan pada waktu melangsungkan ‘aqad nikah kemudian berada di

dalam kekuasaan orang yang diberi. Telah menjadi adat, bahwa mahar diberikan

seluruhannya atau sebagian besarnya sebelum (dukhul) persetubuhan. Akan tetapi,

mahar itu tidak wajib diberikan seluruhnya, kecuali jika dukhul telah berlangsung.

Bagi siapa yang telah diceraikan sebelum terjadinya dukhul, maka suami hanya

berkewajiban memberikan separuhnya saja, bukan seluruhnya. Sedangkan bila suami

belum memberikan sesuatu sebelum dukhul, maka dia berkewajiban membayar

seluruh mahar sesudahnya.39

Selanjutnya Allah SWT juga menjelaskan, bahwa tidak ada halangan bagi

setiap pasangan suami istri untuk mengurangi jumlah mahar setelah ditentukan

sebelumnya, atau meninggalkan seluruhnya sama sekali, atau menambahkannya

39 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, (Beirut-Lebanon : Dar Al-Fikr, 1983), Jilid 2, h. 140-141.

Page 33: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

dengan syarat keridhaan dari kedua belah pihak, terutama istri. Karena tujuan dari

berlangsungnya suatu pernikahan adalah agar keduanya hidup dalam keadaan saling

meridhai, saling mencintai, saling mengasihi, tenang dan tenteram dalam rumah

tangga.40

Lebih dari itu, Allah SWT pencipta syari’at Maha Bijaksana, tidak

meletakkan bagi kalian kecuali apa-apa yang mengandung kebahagiaan individu dan

ummat, serta menjunjung tinggi urusan-urusan pribadi dan umum. Dengan

kebijaksanaan-Nya, Allah SWT menetapkan syari’at-syari’at bagi para hamba-Nya,

yang di dalamnya berisi kemaslahatan jika mereka berpegang teguh kepada-Nya. Di

antaranya, Allah SWT mewajibkan kepada mereka, ‘aqad nikah untuk memelihara

harta dan keturunan; mewajibkan kepada orang yang ingin menikmati wanita untuk

membayar mahar yang mencukupinya sebagai tanda ia menerima untuk dikuasai dan

dipimpin; serta mengizinkan bagi semua suami istri untuk melakukan yang baik bagi

mereka atas dasar saling meridhai, seperti menggugurkan seluruh atau sebagian

mahar, mengurangi atau menambahnya.41

Mahar itu wajib dibayar suami kepada istrinya. Namun setelah pasti ketentuan

pembayarannya, tidak tertutup kemungkinan bagi pasangan suami istri yang saling

cinta-mencintai, ridha-meridhai menjadi patri mesra dalam sebuah rumah tangga

untuk menghadiahkan kembali mahar itu kepada suaminya, demi kepentingan dan

kesenangan bersama karena harta itu telah menjadi harta istri.42

40 Ibid., h. 142.

41 Ibid., h. 143.

42 Ibid., h. 144.

Page 34: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Hal ini, dapat kita melihat contoh yang diberikan oleh Khadijah selama masa

perkawinannya dengan Nabi Muhammad SAW lima belas tahun sebelum ia menjadi

Rasulullah SAW. Mahar Khadijah dibayar penuh oleh Nabi Muhammad SAW.

Setelah maskawin itu menjadi miliknya dan telah tergabung dengan harta yang lain,

demi cintanya kepada Rasulullah SAW dan untuk membantu perjuangannya, bukan

hanya jiwa dan raganya saja yang diserahkan kepada suaminya, bahkan hartanya pun

turut diserahkan semua. Sehingga pembelanjaan Rasulullah SAW dalam melakukan

penyebaran Islam di zaman perjuangan pertama itu, sebagian besar adalah dari harta

Khadijah. Demikianlah suri teladan yang patut diikuti dari kehidupan perkawinan

Khadijah dengan Rasulullah SAW terutama dari sisi manfaat mahar.

b. Al-Sunnah

Terdapaat banyak hadits Rasulullah SAW sebagai dalil yang menyatakan

bahwa mahar adalah suatu kewajiban yang harus dipikul setiap calon suami yang

akan menikahi calon istrinya. Di antaranya ialah:

� ���� E�!g7 اgلو0ر !�أ"، ي.���سا .0� �� ل�0 ��1!�0

�D�� ت�� �. X �jس�ن ت�هو h7نإ g ل�Q: �� �0�-�� ،ةأ��إ �

�0�ر� :ل�ر �ل �، "�و=� g ،N�h����� آ� م� �إ� �j ���

F��:. � ه :�ل� ��.j �ن �XD � !nإ ي.�� �� :�ل � ؟�� h.ص

�0� �ل � .اoه يارNإ� g 7!�ص g ���� �ا:م!�0وj إ�

�ی=�أ�� ��0Q و n را�j �����q ���r. � ل ..��أم :�ل� :

� سمت�ا�� tنم �م�ت F�د.. ��: �����q ���ش د�� مr� ،� ��

Page 35: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

:�ل ؟A �vن�� ا �� j�� له :م!�0و ���� g E�!7 g لو0�

g لو0ر �ل �، ��ه0� رو0� ،اoآ ةرو0و، اVo ةرو0 ،م��

E�!7 g ���� �0�!1: N���V�� ��� ��j �ار� ا ن�.″

رواYا��ر�oي(43

(

Artinya: Dari Sahl bin Sa’idi, sesungguhnya Rasulullah SAW kedatangan tamu

seorang wanita yang mengatakan: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku

serahkan diriku kepadamu”. Lalu wanita itu berdiri cukup lama sekali.

Kemudian tampil seorang laki-laki dan berkata: “Ya Rasulullah SAW,

nikahkanlah aku dengannya jika memang engkau tidak ada minat

kepadanya”. Rasulullah SAW lalu bertanya: “Apakah kamu mempunyai

sesuatu yang bisa diberikan sebagai maskawin kepadanya?” Laki-laki itu

menjawab: “Saya tidak mempunyai apa-apa kecuali kain sarung yang

sedang saya pakai ini ”. Nabi berkata lagi: “Jika sarung tersebut engkau

berikan kepadanya, maka engkau akan duduk dengan tidak mengenakan

kain sarung lagi. Karena itu carilah yang lain”. Lalu ia mencari tapi tidak

mendapatkan sesuatu. Nabi bersabda lagi kepadanya: “Carilah, meskipun

hanya sebentuk cincin dari besi”. Lelaki itu pun mencoba mencarinya

namun tidak mendapatkan apa-apa. Lalu Rasulullah SAW bertanya lagi

kepada laki-laki tadi: “Apakah kamu hafal sedikit saja dari ayat-ayat Al-

Quran”. Lelaki tadi menjawab: “Tentu saja, aku hafal surah ini dan surah

ini”. Ada beberapa surat yang ia sebutkan. Lalu Rasulullah SAW bersabda

kepadanya: “Kalau begitu aku nikahkan kamu dengannya dengan

maskawin surat Al-Quran yang kamu hafal”. (Diriwayatkan oleh At-

Tirmidzi).

Wajah dilalah dari hadits ini adalah perintah Rasulullah SAW sendiri pada

laki-laki tersebut untuk mencari sesuatu yang dapat dijadikan mahar. Perintah itu

menunjukkan kepada wajib karena Nabi SAW tetap menyuruhnya untuk mencari

sampai beberapa kali, sampai beliau mengatakan: “Meskipun sebentuk cincin dari

besi”.44

43 Abu Isa Muhammad ibn Surah At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, (Muhammad Jamil Al-

A’thar), Beirut-Lebanon: Dar Al-Fikr, t.t.), Juz 2, h. 360-361.

Page 36: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dalam hadits di atas, pertama sekali Nabi SAW menyuruh mencari sesuatu

untuk dijadikan mahar. Kata “sesuatu” pada dasarnya mencakup segala sesuatu yang

baik bernilai atau yang tidak bernilai. Namun ketika Rasulullah SAW mengatakan

“meskipun sebentuk cincin dari besi” dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud

dengan “sesuatu” sebagai mahar dalam hadits di atas adalah sesuatu yang bernilai.

Maka tidak bisa dijadikan mahar benda yang tidak bernilai seperti sebiji padi.45

Berdasarkan hadits di atas dan juga hadits-hadits yang lain, jelaslah bahwa

mahar adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap calon suami yang

akan menikahi calon istrinya. Oleh karena itu tidak mungkin diadakan persetujuan

(ijma’) untuk meniadakannya. Namun masih perlu dikaji apakah mahar merupakan

salah satu rukun atau syarat sahnya nikah. Jumhur ulama tetap berpendirian bahwa

mahar tidak bisa dikatakan sebagai rukun nikah atau syarat sahnya nikah, tetapi hanya

sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan ‘aqad nikah.

Jelaslah mahar adalah wajib, ia boleh berupa barang (harta kekayaan) dan

boleh juga berupa jasa atau manfaat. Kalau berupa barang, disyaratkan haruslah

barang itu berupa sesuatu yang berupa sesuatu yang mempunyai nilai atau harga,

halal lagi suci. Sedangan kalau berupa jasa atau manfaat haruslah berupa jasa atau

manfaat dalam arti yang baik.46

c. Ijma’

44 Ibid., h. 362.

45 Ibid., h. 362.

46 Ibid., h. 363.

Page 37: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Para ulama sepakat (ijma’) bahwa mahar itu wajib hukumnya dalam

pernikahan dan mahar juga merupakan bagian dari syarat sahnya nikah, yang harus

dipikul oleh setiap calon suami terhadap calon istrinya.47

B. Kedudukan Mahar

Salah satu dari keistimewaan Islam adalah memperhatikan dan menjunjung

tinggi kedudukan wanita. Penghargaan tersebut berupa memberikan hak kepada kaum

wanita untuk memegang urusannya (menerima mahar). Pada zaman Jahiliyah hak

wanita dihilangkan dan disia-siakan. Sehingga para wali dapat dengan semena-mena

memanfaatkan hartanya dengan tidak memberi kesempatan kepada wanita yang di

bawah perwaliannya itu untuk mengurus atau menggunakan harta miliknya sendiri.

Kemudian datanglah Islam yang membawa rahmat keseluruh alam.48

Begitu pula untuk kaum wanita, kehadiran Islam menghilangkan belenggu

tradisi tersebut. Wanita diberikan hak untuk memperoleh mahar, sedangkan laki-laki

diwajibkan memberikan mahar, bilamana ia hendak mempersuntingkan seorang

wanita menjadi istrinya. Mahar diberikan langsung kepada wanita yang dimaksudkan,

bukan kepada wali atau ayahnya atau kepada orang yang mempunyai hubungan

terdekat sekalipun. Selain wanita yang bersangkutan, tidak ada yang boleh

mengganggu gugat mahar itu, kecuali atas izin dan kerelaannya sendiri.49

47 Syamsuddin Muhammad bin Abi Abbas, Op.cit., h. 328.

48 Ibid., h. 329.

49 Ibid., h. 330.

Page 38: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Berdasarkan ijmak, baik dari masa Rasulullah SAW hingga saat ini, masalah

mahar menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perkawinan. Bukti dari kepedulian

umat Islam mementingkan kedudukan dan eksistensi (keberadaan) mahar adalah,

bahwa sangat jarang ditemukan adanya adat atau tradisi suatu masyarakat yang

meniadakan atau menghilangkan mahar dalam perlaksanaan perkawinan. Para fuqaha

mengantisipasikan hal tersebut dengan memberikan ancaman hukuman, jika terjadi

suatu usaha untuk menggugurkan hak memberi mahar. Sebagai mana yang dikutip

dalam kitab “Maqashid Al-A’mmah Al-Syari’ah Al-Islami” yang mengatakan:

.�� ����ا م.� �6� =ر� يلo! ا �حآhا�� X�D� م���ا x�تtإ

oV�Y.50 �و.� .-��ا :!EFا� زا�� ���� 1��-�!تإ

Artinya: Para ulama telah berbeda pendapat pada pernikahan yang mensyaratkan

tidak ada mahar di dalamnya setelah mereka sepakat atas kebolehan

sahnya ‘aqad dengan tidak menyebutkan mahar.

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan pendapat di

kalangan fuqaha, yaitu adanya membolehkan dan ada yang tidak membolehkan

sesuatu perkawinan yang berlangsung dengan menghilangkan atau meniadakan

mahar dengan sengaja. Sementara itu hukum tidak menyebutkan, bahwa mahar dalam

‘aqad nikah adalah boleh, kebolehan tersebut merupakan ijma’ ulama yang di

dasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 236 sebagai berikut:

~0 ���"(% 4��6789:�; J�K ���7K�:�_ "�M�AS�T3H�� ��� 45�H ����@S�☺��

11' R��uB-.7G�� ��Xn�H ()*+,-.�� / …

) Y�-��٢٣٦-ا (

50 Yusuf Hamid Al-Amin, Op.cit., h. 427.

Page 39: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Artinya: “Tidak mengapa bagi kamu (tidak berdosa) jika kamu menceraikan istri-

istri kamu yang belum kamu gauli atau belum menetap bagi mereka

maharnya…”(Al-Baqarah:236)

Mahar merupakan konsekuensi dan salah satu hukum dari sebagian hukum

yang berhubungan dengan suatu perkawinan yang shahih dan berhubungan sebadan

sesudah terjadinya perkawinan fasid serta hubungan sebadan yang disebabkan

kesamaran (ketidakjelasan). Mahar diwajibkan atas suami untuk diberikan kepada

istri dengan didahului oleh ‘aqad nikah yang sah. Kewajiban itu menjadi semakin

kuat dengan terjadinya hubungan kelamin dengan istri atau bersenang-senang yang

sewajarnya dengannya ataupun karena kematiannya. Baik mahar itu disebutkan

dalam ‘aqad nikah dengan penyebutan yang benar atau tidak disebutkan atau

ditiadakan ataupun disebutkan dengan penyebutan yang tidak benar. Hanya saja, bila

mahar itu disebutkan dalam ‘aqad nikah dengan penyebutan yang benar, maka yang

telah disebutkan itu secara langsung (positif) menjadi hak istri dengan adanya ‘aqad

tersebut. Jika tidak disebutkan, maka digantikan dengan mahar mitsil (persamaan)

yang tetap menjadi hak istri.51

Mahar wajib pula atas suami kepada istrinya dengan terjadinya hubungan

badan suami istri (dukhul), apabila hal itu terjadi setelah ‘aqad nikah yang fasad

(batal, tidak sah) seperti perlaksanaan nikah tanpa dihadiri saksi-saksi atau setelah

terjadinya kesamaran yang diakui keberadaannya, tanpa melalui pernikahan sama

sekali. Sebagaimana seorang laki-laki menemui seorang perempuan di atas tempat

51 Ibid., h. 428.

Page 40: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

tidurnya, kemudian ia menyangka perempuan itu istrinya dan lalu berhubungan badan

dengannya. Pada hal ternyata perempuan itu adalah orang lain, bukan istrinya. Tetapi

dalam hal ini, mahar itu menjadi sangat wajib sejak permulaan yaitu karena telah

terjadinya hubungan badan.52

Selanjutnya, bila hubungan sebadan itu dilakukan setelah terjadi kesamaran,

maka yang wajib untuk perempuan itu adalah mahar mitsil secara mutlak. Kemudian

apabila hubungan sebadan itu terjadi sesudah ‘aqad nikah yang fasid, maka jika

mahar disebutkan ketika ‘aqad, wajib bagi perempuan itu menerima haknya dalam

jumlah yang lebih kecil antara mahar mitsil dan mahar musamma (yang disebutkan).

Jika mahar tidak disebutkan, maka wajib bagi laki-laki tersebut untuk memberikan

mahar mitsil kepada wanita itu secara mutlak.53

Dalil melalui kewajiban mahar atas suami untuk istrinya adalah Al-Quran Al-

Karim, di antaranya firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 4 (sebagai mana

yang disebutkan dalam pembahasan sub bab terdahulu), juga terdapat di dalam

sunnah Nabi baik Qauliyyah (sabda), Amaliyah (amalan) dan Takririyah (penetapan).

Di antaranya adalah apa yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits

seorang perempuan yang menghibahkan dirinya kepada Rasulullah SAW, sementara

beliau tidak berminat untuk menikahinya. Kemudian Rasulullah SAW

mengawinkannya dengan salah seorang yang hadir dalam pertemuan itu disertai izin

dari perempuan tersebut terlebih dahulu. Beliau berkata kepada laki-laki yang

mengawini perempuan itu:

52 Ahmad Al-Hajji Al-Qurdi, “Ahkamul Mar’ati Fi Fiqhil Islamy” Hukum-hukum Wanita

dalam Fiqh Islam, (Terj. Moh. Zuhri. Ahmad Qarib), (Semarang: Dina Utama, 1986), h.33.

53 Ibid., h. 34.

Page 41: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

��ا … �q ��� t���� �� F.�. ...54

Artinya:…Carilah, sekalipun hanya sebuah cincin dari besi…

Hadits lainnya yaitu, sebagaiman yang diriwayatkan oleh Abdul Rahman bin

‘Auf ketika ia ditanya oleh Rasulullah SAW tentang keadaannya, maka ia menjawab:

“Saya telah mengawini seorang perempuan dengan maskawin seberat biji-bijian dari

emas”. Rasulullah SAW bersabda:

…�ةش� و�و م�وا ،j g �j�ر�…55

Artinya: ….Semoga Allah SWT memberkatimu, adakanlah walimah walaupun dengan

seekor kambing.…

Rasulullah SAW nikah beberapa kali dan pernikahan itu tidak pernah terlepas

dari mahar.56

Begitu pula ketika beliau mengawinkan empat orang puterinya dan

mensyaratkan mahar untuk mereka. Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan

mahar sangat penting di dalam suatu perkawinan. Mahar merupakan suatu pemberian

dalam perkawinan dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan dan khusus

menjadi harta miliknya sendiri.

Islam telah mengangkat derajat kaum wanita, karena mahar itu diberikan

sebagai suatu tanda penghormatan kepadanya. Bahkan andai kata perkawinan itu

54 Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar, (Terj. Adib Bishriy Musthofa), (Semarang: Asy-Syifa’, 1994), Jilid 6, h. 613.

55 Ibid., h. 614.

56 Ibid., h. 615.

Page 42: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

berakhir dengan perceraian (talak) maka maskawin itu tetap merupakan hak milik

istri dan suami tidak berhak mengambilnya kembali.

C Jenis-Jenis Mahar

Ulama fikih telah sepakat bahwa mahar itu ada dua jenis yaitu mahar

musamma dan mahar mitsil57

.

1. Mahar Musamma

Mahar musamma yaitu: mahar yang sudah disebut atau dijanjikan kadar dan

besarnya ketika ‘aqad nikah atau mahar yang dinyatakan kadar atau jumlahnya pada

waktu ‘aqad nikah.58

Ulama fikih sepakat bahwa dalam perlaksanaannya, mahar

musamma harus diberi secara penuh apabila telah bercampur (berhubungan badan)

dan salah satu dari suami istri meninggal dunia. Mahar musamma juga wajib dibayar

secara keseluruhan apabila suami telah bercampur dengan istrinya dan ternyata

nikahnya rusak (fasid) dengan sebab-sebab tertentu, seperti ternyata istrinya mahram

sendiri atau dikira perawan ternyata telah janda atau hamil dari bekas suami

terdahulu. Tetapi kalau istri diceraikan sebelum bercampur, maka mahar hanya wajib

dibayarkan setengah dari jumlah yang telah disebutkan dalam ‘aqad.59

Dasarnya

adalah firman Allah SWT yang berbunyi:

J�K"1 ����X☺?7K�:�_ ��� �}4m�N J1' ����@S�☺�� E�N"1 =? B�.�� ��i��

57 Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut-Lebanon: Dar Al-Fikr, 1983) h. 15.

58 Ibid., h. 15.

59 Abdur Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor:Kencona, 2003), h. 93.

Page 43: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

()*+,-.�� X���3�� ��� ��� B�.�� ..... ) Y٢٣٧ا�� ر. (

Artinya: “Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum bercampur dengan mereka,

padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah

seperdua dari mahar yang telah kaum tentukan itu.... ”(Al-Baqarah:237).

2. Mahar Mitsil

Mahar mitsil ialah mahar yang seharusnya diberikan kepada perempuan atau

diterima oleh perempuan yang sama jumlahnya dengan yang diterima perempuan

lainnya, umurnya, kecantikannya, hartanya, akalnya, agamanya, gadisnya, janda dan

negerinya.60

Dengan kata lain, mahar mitsil yaitu mahar yang tidak disebut besar

jumlahnya pada saat sebelum ataupun ketika terjadi pernikahan atau mahar yang

diukur (sepadan atau disamakan) dengan mahar yang pernah diterima oleh keluarga

terdekat, agak jauh dari tetangga sekitarnya dengan mengingat status sosial,

kecantikan dan sebagainya.

Bila terjadi hal demikian (mahar itu tidak disebut besar kadarnya pada saat

sebelum atau ketika terjadi pernikahan), maka mahar itu mengikuti maharnya saudara

perempuan pengantin wanita (bibi, bude, anak perempuan bibi, anak perempuan

bude). Apabila tidak ada, maka mahar mitsil itu beralih dengan ukuran wanita lain

yang sederjat dengannya. Mahar mitsil juga terjadi dalam keadaan berikut:61

60 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Terj. Moh. Thalib), (Bandung: Al-ma’arif, t.t), Jilid , h. 65-

66.

61 Abdur Rahman Ghazaly, (Op.cit.), h. 94.

Page 44: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

a. Apabila tidak disebutkan kadar mahar dan besarnya ketika berlangsung ‘aqad

nikah, kemudian suami telah bercampur dengan istri atau meninggal sebelum

bercampur.

b. Jika mahar musamma belum dibayar sedangkan suami telah bercampur

dengan istri atau meninggal sebelum bercampur.

Wajibnya mahar dalam suatu perkawinan pada umumnya telah diketahui oleh

umat Islam secara menyeluruh, hal ini dipahami di samping adanya nash, karena

adanya praktek ‘aqad nikah yang jelas dan terbuka. Kewajiban memberi mahar

tersebut tidak ada ketentuan ukurannya, karena Islam tidak menetapkan jumlah (besar

atau kecilnya) mahar. Disebabkan adanya perbedaan kondisi (kaya dan miskin),

mudah dan sulitnya rezeki serta tradisi yang membudayakan (dipakai). Oleh karena

itu Islam menyerahkan masalah jumlah mahar berdasarkan kemampuan masing-

masing orang.62

Dengan demikian, syari’at Islam tidak menetapkan besar atau

kecilnya jumlah mahar yang harus diberikan oleh calon suami kepada calon istri,

karena di samping untuk menghindari dari kesulitan juga bertujuan untuk mencari

ketulusan yang murni.

D. Syarat Sahnya Mahar Dan Hikmah Mahar

1. Syarat-syarat Sahnya Mahar

Mahar yang diberikan oleh seorang laki-laki (suami) terdapat seorang calon

istri adalah suatu kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan atau dihilangkan, bahkan

62 Sayyid Sabiq, (Terj. Moh. Thalib), (Op. cit)., h.54.

Page 45: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

tidak dapat pula kurang dari syarat-syarat yang telah ditentukannya. Para fuqaha

dalam hal ini menetapkan bahwa syarat-syarat mahar tersebut adalah:

a. Benda yang halal dan suci

Suatu benda yang akan dijadikan mahar harus benar-benar terhindar dari

unsur-unsur haram, karena itu mahar harus boleh dimiliki atau diperjual belikan atau

dimanfaatkan. Dalam kitab Al-Fiqhu ‘ala Mazahib Al-Arba’ah disebutkan:

ا�.�Eا E~M� "�، �� �ع��n�ا E~M� ة��ه= نوآ� �ا

��� :�� D� n���ا oYه !�� :ت���او M1ا�.و ریNن�tا ورt���ب

63:!��"0;ا :��ر!ا����� 7�

Artinya: Bahwa keadaan suci, sah dimanfaatkan dengannya, maka tidak sah mahar

dengan minuman keras, babi, darah, dan bangkai karena yang demikian

itu tidak ada harganya menurut pendapat syariat Islam.

Tidak dibenarkan benda-benda yang disebutkan di atas seperti minuman

keras, babi, darah dan bangkai sesuai menurut penjelasan Al-Quran surat Al-Maidah

ayat 3, yang berbunyi:

���-{.� 5�6789:�; )��7<�☺7H�� ���M��"1 57���"1 .,-�3�,7���

M���"1 I}��&' ��4.��H �M��

) .٣ـ ا���rدة … ( �����Artinya: “Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi dan sesuatu

(binatang) yang disembelih atas nama selain Allah SWT dengannya….”

(Al-Maidah : 3)

63 Abdur Rahman Al-Jaziriy, (Op. cit.), h. 97.

Page 46: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dari pengertian ayat di atas dan hubungannya dengan kutipan yang

mengharamkannya mahar dengan benda yang tidak bermanfaat menurut Islam, maka

dapat diambil perhatian bahwa segala benda yang haram untuk dipergunakan atau

dimanfaatkan haram pula dijadikan mahar.

b. Benda yang berharga

Di samping tidak dibolehkannya mahar dengan benda-benda yang telah

diharamkan dalam Islam, mahar juga tidak dibenarkan dengan benda-benda atau

sesuatu yang tidak ada harganya, seumpama sampah, biji buah-buahan, buah-buahan

yang busuk dan lain sebagainya. Hal ini dijelaskan dalam kitab Al-Fiqhu ‘ala

Mazahib Al-Arba’ah sebagai berikut:

:��آ �� ���-n يo!ا�ری"�E~M ����0�n� ���� ���، � �وV� �أ

.��d ن�64

Artinya: Mahar adalah sesuatu harta benda yang mempunyai harga, maka tidak sah

mahar dengan harganya murah yang tidak mempunyai harga seperti biji

gandum.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahawasanya mahar tidak dibenarkan

dengan sesuatu benda yang tidak ada harga atau nilai, meskipun benda tersebut halal.

Karena demikian itu terlalu mempermudah, seharusnya mahar tersebut hendaklah

yang dipandang baik sebagaimana menurut pemahaman yang dapat diambil dari surat

Al-Baqarah ayat 267 yang berbunyi:

64 Ibid., h. 96.

Page 47: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

��nt,1[�W�, �^��NLM�� R���(���"� R��uK�Gb1' ���

��W�m{<�_ ��� 1=?4�AS*� ) ...٢٦٧:ا�� �ة(

Artinya: “Hai orang –orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah SWT)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik… ” (Al-Baqarah:267)

Hal ini juga dapat dilihat pada hadits Nabi SAW:

�7!ا�ن ج:�N :��ئ� ت�[0 :�ل- نF�!ا�ر د�� �� :��0 �7أ ��

E�!7 g ���� ��0� ا�.E ��آ V1: م!�0� g ��ی� � ؟0�!1

� :ی �أ ر�� 7�a�ا �ا��N ل[ :ا .E �نآ :ت�� �!��، �-��Q:

�ا Exن :Q: n، -��Q��- :�ل- ؟Mش��ا �� ىر.�ا �:، ���j t�q

�0� ا�.E اo�� .1هر. :�ئ�� g E�!7 g ��م!�0و �ی

�N�)�0�م رواY (�ا�65

Artinya: Dari Abi Salamah bin Abdurrahman berkata: Saya bertanya kepada Aisyah

istri RasulullahSAW, berapa maskawin Rasulullah SAW? Aisyah menjawab:

maskawin kepada istri-istrinya adalah dua belas uqiah dan nash. Aisyah

bertanya: tahukah engkau akan nash itu? Saya menjawab: tidak tahu.

Aisyah berkata: setengah uqiyah, maka yang demikian itu lima ratus

dirham. Inilah maskawin Rasulullah bagi istri-istrinya.

(H.R Muslim)

Hadits di atas menunjukkan benda yang berharga seperti mata uang, karena

itu ia (mata uang) dapat dijadikan mahar. Hal seperti ini terdapat dalam masyarakat

sekarang, di mana pihak pengantin pria menyerahkan sejumlah uang kepada pihak

pengantin wanita pada saat ‘aqad nikah sebagai maskawin.

65 Imam Nawawy, Shahih Muslim Bi Syarhi Al-Nawawy, (Mesir: Al-Mathba’ah Al-Misriyah

Wa Maktabuha, 1924), Juz 3, h. 585.

Page 48: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

c. Benda yang dimiliki

Di samping mahar tersebut sesuatu (benda) yang halal dan berharga, mahar

juga harus benda yang dimiliki oleh seseorang dan dapat diserah kepada pengantin

perempuan tersebut, dengan demikian mahar tidak boleh seperti burung yang terbang

di udara atau ikan di laut yang belum dimiliki. Hal ini dijelaskan juga dalam kitab Al-

Fiqhu Islamiy Wa Adillatuhu sebagai berikut:

��� "� ،رر��ا �� م�0� �أN ��� ��. �ا� �n ��� ���.

������� 66

Artinya: Bahwa benar mahar itu terhindar dari tipuan, maka tidak boleh mahar itu

seorang hamba sahaya yang lari (hamba sahaya tersebut tidak ada di

depan mata) unta yang sesat (unta yang tidak ada di depan mata) atau

sesuatu yang serupa keduanya.

Kutipan di atas menunjukkan tidak sah dijadikan mahar benda yang bukan

miliknya, seperti barang titipan orang kepadanya dan tidak sah juga menjadikan

mahar kalau tidak sanggup menyerahkannya, seperti miliknya yang telah dirampas

orang dan tidak sanggup mengambilnya kembali.

2. Hikmah Mahar

Salah satu dari usaha Islam ialah memperhatikan dan menghargai kedudukan

wanita, yaitu memberikan hak untuk memegang urusannya, seperti hak untuk

66 Wahbah Az-Zuhaily, (Op.cit.), h. 259.

Page 49: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

menerima mahar dan mengurusnya. Suami diwajibkan memberi mahar kepada

istrinya bukan kepada ayahnya.67

Pensyari’atan mahar dalam perkawinan mengandung arti yang sangat dalam,

antara lain: sebagai penghormatan terhadap yang dicintai, mengikat jalinan kasih

sayang kepada istri serta mempererat hubungan antara keduanya, bukan dianggap

pemberian atau ganti rugi.68

Pemberian mahar merupakan salah satu jalan yang dapat

menjadikan istri berhati senang dan ridha menerima kekuasaan suami terhadap

dirinya.

Pemberian mahar itu kepada istrinya bukanlah harga dari wanita itu, dan

bukan pula sebagai pembelian wanita itu dari orang tuanya, akan tetapi pensyari’atan

mahar tersebut merupakan salah satu syarat yang dapat menghalalkan hubungan

suami istri antara keduanya, yaitu hubungan timbal balik dengan senang hati dan

penuh kasih sayang, dengan meletakkan status kepemimpinan dalam rumah tangga

secara tepat dan bertanggungjawab.69

Dengan adanya kewajiban memberi mahar kepada istri, terentanglah

tanggungjawab yang besar dari suami untuk memberikan nafkah di dalam kehidupan

rumah tangga secara layak. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT:

fN��-{.H�� l��|��N v9�� ��M�AS�T3H�� ��☺�� *}~+�� �M��

=Xn*+�� /v9�� wx�� M��☺��"1 R��uK⌧Gb1' ��� 45�n�H"�7�1' /

)D�0��٣٤ـا(

67 Ibid., h. 260.

68 Ibid., h. 261.

69 Ibid., h. 262.

Page 50: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah SWT telah

melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain

(wanita), oleh karena itu laki-lakilah yang menafkahkan hartanya…”.

(An-Nisa’: 34).

Hikmah pensyari’atan mahar dalam perkawinan Islam antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menghalalkan hubungan antara pria dengan wanita, karena antara

keduanya saling membutuhkan. Kebutuhan tersebut baru dapat terpenuhi

melalui ikatan perkawinan (‘aqad nikah). Mahar itu hanya ada dengan sebab

‘aqad nikah. Adapun pemberian seorang pria kepada seorang wanita di luar

ikatan perkawinan (bukan karena ‘aqad), itu bukanlah dinamakan mahar

sekalipun pemberian itu banyak sekali, dan pemberian seperti itu tidaklah

menghalalkan antara keduanya.Rasulullah SAW pernah bersabda:

�� ���� �� ��. g :�7!ا�ن !�ا! E�!7 g ���� ن�: �ل 1!�0و

�ا � ���: 0�V ءل� ةأ��إ اق.E 7� 7=�ا � . � ار�

) 70و.�واYا��.ا (!�حت0ا

Artinya: “Dari Jabir bin Abdillah RA bahwa Nabi SAW bersabda: Barangsiapa

memberi tepung atau kurma kepada wanita sebagai maskawin, maka

70 Abu Daud Sulaiman bin Al-Ays’ats bin Ishaq bin Ishaq bin Basyir bin Syaddad bin ‘Amar

bin Imran Al-Sisijstani, Mukhtashar Sunan Abi Daud, (Terj. H. Bey Arifin A. Syinqithy Djamaluddin),

(Semarang: Cv Asy Syifa’, 1992), h. 41.

Page 51: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

sesungguhnya ia telah menjadikan wanita itu halal. ” (Diriwayatkan oleh

Abu Daud).

2. Untuk menjadi suatu penghargaan terhadap wanita, dalam arti bukan

pembelian. Karena itu tidak ada tawar-menawar dalam soal mahar. Makanya

dalam hukum agama Islam, setiap suatu yang berharga boleh dijadikan mahar,

walaupun hanya sepasang sandal. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah

hadits.

F.�ث�� �F��. �� ��ر�، F.�a� �FX �� 0��.:�F.a��

� ى.�� �� �F��ا��د�� �F��. �� ����، -��� :��� ��ث.F :ا

�� �E�1 �� ���. g، -�� 0��ت ��. g �� ���� ��

� ةا�N�X �� �� ةأ��ا ��أ :���أ �� :���� N���Q ��7

0j�� ن� R�Qرأ :1��0و ���� g E��7 g لو0� �� � ،�����

.N�Y��� :ل� ،م�ن :ت�� ؟ن����� ك���و

)Yا�71 )ا�ت��oي ر

Artinya: Diberikan oleh Muhammad bin Basyar, diberitakan oleh Yahya bin Saad

dan diberitakan oleh Abdurrahman bin Mahdi dan Muhammad bin Ja’afar,

ia berkata: diberitakan oleh Syu’bah dari ‘Ashim bin Ubaidillah, ia

berkata: saya mendengar dari Abdullah bin Amir bin Rabiah dari ayahnya:

bahwasanya seorang perempuan dari Bani Fazarah kawin dengan

maskawinnya sepasang sandal. Rasulullah bertanya kepada perempuan

tersebut: Relakah engkau dengan maskawin sepasang sandal? perempuan

71 Imam At-Iirmidzi, Jami’ Tirmidzi, (Riyadh: Darussalam Lin-Nasyr Wa-Tauzi’, 1999), h.

269.

Page 52: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

itu menjawab: Ya. Berkata Rasulullah SAW maka aku membenarkannya.

(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).

3. Untuk menjadi suatu pegangan bagi istri, yang bahwa perkawinan mereka

telah diikat dengan suatu ikatan yang kuat, sehingga suami tidak mudah

mencampakkan istri dengan begitu saja. Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

J�K"1 5e�<"#1' �f��E4g����� hi1�j lN⌧mI� hi1�j

=?@���"�"1 ��Xno�E9�K �3#��p(�N *⌧�� R�1�8q�[�� �(��

…��78⌧L )D�0��٢٠۔ا(

Artinya: “Jika kamu ingin menggantikan istrimu dengan istri yang lain sedang

kamu telah memberi kepada salah seorang di antara mereka harta yang

banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang

sedikitpun...” (An-Nisa’: 20)

Firman Allah SWT lagi dalam surat An-Nisa’ ayat 21:

��78⌧D"1 r��b1�8q�[�� E�N"1 /`A`7�1' 45umu+�� /v9w�K wx��

l8�s1'"1 5um(�� �OKW�P8�T� �(u8�:⌧z

( ا��D�0 - ٢ا )

Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali padahal sebagian kamu

telah bergaul dengan yang lain sebagai suami istri, dan mereka (istrimu)

telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. (An-Nisa’:21)

Adapun hikmah pensyari’atan mahar menurut penulis adalah sebagai berikut:

1. Sebagai suatu motivasi dan tanggungjawab moral bagi setiap laki-laki yang ingin

melangsungkan perkawinan.

Page 53: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

2. Sebagai suatu kebebasan dari larangan hukum yang mutlak kepada yang

membenarkan di dalam pergaulan.

3. Sebagai suatu bukti balasan penyerahan diri terhadap suami dari istri, sehingga

terwujudnya rasa kebersamaan dengan pengertian yang sangat luas.

4. Terjalinnya hubungan dengan kasih sayang yang pantas dikenang oleh kedua

belah pihak.

5. Sebagai penetapan status atau martabat wanita yang sudah dijunjung tinggi.

Dengan demikian, hikmah dari diwajibkan mahar bagi istri atas suami adalah

menunjukkan dan mengangkat tinggi kepentingan hubungan ini.Mahar merupakan

dasar pembanggunan masyarakat yang benar, menciptakannya dan mengajarinya,

selanjutnya diwajibkan mahar atas suami secara khusus, di mana suamilah yang lebih

mampu untuk bekerja dan memberi nafkah. Dalam hal ini terkadang isyarat kepada

apa yang diharuskan atas suami, berupa memenuhi berbagai tuntutan kebutuhan dan

nafkah. Jadi suami harus sudah merasakan bertanggung jawab sejak awal lagi.

Sebagaimana mahar mengandung suatu penghormatan kepada wanita yang berada di

bawah perlindungannya atau pimpinannya serta taat kepadanya sebagai kepala rumah

tangga.

Page 54: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

BAB IV

MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL- DUKHUL

A. Pendapat Para Ulama Secara Umum

Mahar disebutkan dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 4 :

R����"�1" "�M�AS�T3H�� ���V☺W�NXEAY Z[��7��\ / J�]�� �^��_

45�6�H �� '�`⌧� �(�T� �aS7G�b 9�:�6�� �Z�G8�(�� �Z�G,c�d ) رة ال��0ء�س

:٤(

Artinya: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan72. kemudian jika mereka menyerahkan

kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka

makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi

baik akibatnya. (An-Nisa : 4 )

Mahar merupakan pemberian pertama seorang suami kepada istrinya yang

dilakukan pada waktu akad nikah. Dikatakan yang pertama karena sesudah itu akan

timbul beberapa kewajiban materiil yang harus dilaksanakan oleh suami selama masa

perkawinan untuk kelangsungan hidup perkawinan itu. Dengan pemberian mahar itu

suami dipersiapkan dan dibiasakan untuk menghadapi kewajiban materiil

berikutnya.73

Mahar dalam Islam bukan berarti sebagai nilai tukar seorang anak perempuan

kepada suaminya dalam transaksi jual beli. Mahar juga bukan seperti maskawin

72 Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

73 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2007),

Cet. Kedua, h. 87.

Page 55: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

bangsa Eropah kuno, di mana ayah memberikan maskawin yang banyak kepada anak

perempuannya sendiri ketika anak perempuan itu kawin, kemudian maskawin

pemberian ayah perempuan itu dianggap harta yang menjadi milik suami. Hal inilah

yang menjadi sebab seorang pria mengawini wanita di Eropah kuno. Begitu pula yang

dipraktekkan di tengah umat Kristen dan Hindu di daerah Kerala dan beberapa

wilayah lain di India. Pada zaman Arab Jahiliyah, maskawin dianggap sebagai harta

milik bagi wali perempuan. Jumlah maskawin bervariasi sesuai dengan tingkat

pendidikan, profesi, kekayaan, status sosial dan derajat anak laki-laki.74

Dalam Islam, persoalanan maskawin atau mahar jauh berbeda dengan keadaan

atau tradisi yang berlaku di luar ajaran Islam. Mahar dalam Islam merupakan

pemberian dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan dalam perkawinan.

Kemudian mahar ini menjadi milik mempelai itu sendiri, bukan milik sesiapa pun

selain dia. Islam telah mengangkat derajat kaum perempuan, karena mahar itu

diberikan sebagai tanda penghormatan kepada kaum hawa.75

Bilamana pernikahan itu

berakhir dengan perceraian, maka perkawinan itu tetap menjadi hak milik istri dan

suami tidak berhak mengambil kembali maharnya kecuali dalam kasus khulu’

(perceraian yang terjadi lantaran permintaan dari pihak istri). Dalam hal istri yang

meminta cerai, hendaknya mengembalikan semua mahar yang telah diberikan

kepadanya. Dengan kata lain, maskawin itu adalah sejumlah uang atau harta benda

lainnya yang dijanjikan suami kepada istrinya karena ikatan pernikahan.

74 A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), (Terj. Zaimudin

dan Rusydi Sulaikan), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 208.

75 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Terj. Moh. Thalib), Jilid 7, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), Cet

12, h. 52.

Page 56: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Semua yang telah dikemukakan di atas adalah mengenai persoalan mahar dan

tradisi yang dilakukan secara umum dalam suatu perkawinan. Ketentuan yang telah

disebutkan itu, ialah dalam hal perberian mahar dari seorang laki-laki kepada calon

istrinya yang telah ditetapkan terlebih dahulu jumlahnya ketika berlangsung ‘aqad

nikah, sehingga kemudian bisa menghalalkan hubungan suami istri bagi kedua

mempelai. Sedangkan dalam hal mahar yang tidak atau belum ditetapkan terlebih

dahulu pada saat ‘aqad nikah berlangsung dan ternyata kemudian suami meninggal

dunia, sementara belum sempat terjadi hubungan suami istri di antara kedua

mempelai, maka dalam Islam terdapat ketentuan tersendiri mengenai hal tersebut.76

Mengenai mahar yang belum ditetapkan dalam perkawinan oleh suami yang

meninggal dunia qobla al-dukhul, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Menurut pendapat para ulama secara umum, di antaranya Imam Abu Hanifah, Imam

Ahmad bin Hanbal, Imam Abi Daud dan fatwa Imam Syafi’i yang paling rajih (kuat)

mengatakan bahwa, bila suami meninggal sementara ia belum sempat melakukan

hubungan suami istri dengan perempuan yang dinikahinya dan suami pun belum

menetapkan jumlah mahar yang harus diberikan kepada calon istrinya ketika ‘aqad

berlangsung, maka istri berhak memperoleh mahar mitsil (mahar yang diberikan

kepada perempuan atau diterima oleh perempuan disamakan dengan perempuan

lainnya, baik dari segi umur, kecantikan, harta, kepribadian, agama, perawan atau

janda dan daerah asalnya ketika ‘aqad nikah berlangsung) dan juga warisan.77

76 Ibid., h. 53.

77 Ibid., h. 54.

Page 57: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Menurut mereka, bagi istri yang ditinggal mati oleh suami yang belum sempat

bercampur dengannya dan tidak ditetapkan mahar sebelumnya, maka ia berhak

mendapatkan mahar seperti perempuan lain yang dinikahi pada umurnya, dengan

jumlah yang tidak kurang dan tidak lebih. Baginya juga terkena kewajiban

menjalankan iddah (masa menunggu) dan berhak pula menerima warisan. Menurut

mereka pendapat ini sesuai dengan putusan yang dijatuhkan oleh Rasulullah SAW

dalam kasus Barwa’ binti Wasyiq yang dinikahi oleh suaminya, namun kemudian

suami meninggal dunia sebelum sempat menggaulinya sementara mahar belum

ditetapkan sebelum ‘aqad nikah78

.

Para ulama dari golongan Hanafiyah berpendapat, bahwa apabila suami telah

menggauli istrinya atau berkhalwat (berduaan) dengannya atau ditinggal mati oleh

suaminya, maka bagi istri berhak menerima mahar yang disebutkan atau mahar mitsil

sesuai dengan cara yang telah dikemukakan. Setelah itu mahar itu tidak bisa gugur

selain selain dengan ibra’ (pembebasan) yang benar (dalam kasus pernikahan anak-

anak). Selanjutnya jika suami istri terjadi perceraian qobla dukhul, maka jika

perceraian itu disebabkan oleh suami seperti talak atau suami murtad atau atau

penolakannya untuk masuk agama Islam, sedangkan bila mahar itu adalah mahar

yang telah disebutkan dalam ‘aqad, bagi istri berhak memperoleh sebagian dari

jumlah keseluruhannya.79

Namun begitu, kapan mahar tidak ditetapkan sebelumnya

atau disebutkan secara tidak benar maka istri tidak berhak selain mut’ah.

78 Ibid., h. 65.

79 Ahmad Al-Hajji Al-Kurdi, “Ahkamul Mar’ati Fi Fiqhil Islamy” Hukum-Hukum Wanita

Page 58: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Kemudian apabila penceraian itu terjadi disebabkan oleh istri, seperti ia

murtad, menolak memeluk Islam atau ia memilih dirinya sendiri untuk bebas setelah

ia baligh atau dewasa (hal ini terjadi dalam kasus pernikahan yang dilangsungkan

ketika masih kecil atau anak-anak), maka gugur pula maharnya dan istri tidak berhak

menerima sesuatu pun, baik maharnya disebutkan atau tidak disebutkan atau

ditetapkan terlebih dahulu ketika berlangsung ‘aqad nikah.80

Dalam hal kematian suami qobla al-dukhul karena dibunuh oleh istri, maka

mazhab Syafi’iyah berpendapat, bahwa ia tidak berhak mendapat mahar sebagaimana

bunyi kaedah berikut:

��81��رF� 5 و� ���أ �أ �� ��ا�� ل���0إ ن�

Artinya: Barangsiapa yang menyegerakan sesuatu sebelum masanya maka ia

dihukum dengan terhalangnya sesuatu itu.

Para ulama mazhab Hanafiah dan Hanabilah berpendapat bahwa istri tersebut

berhak akan maharnya secara mutlak. Sebab kematiannya dianggap sama dengan

hubungan sebadan dalam menetapkan mahar bagi istri secara mutlak. Namun jika

istri membunuh suami setelah melakukan hubungan suami istri, maka istri berhak

memperolah mahar secara utuh disebabkan terjadinya hubungan sebadan itu.

Demikian juga sebaliknya, apabila suami membunuh istri sebelum melakukan

hubungan sebadan atau sesudahnya, terhadap istri (meskipun sudah meninggal) tetap

Dalam Fiqh Islam, (Terj. Moh. Zuhri. Ahmad Qarib), (Semarang:Dina Utama, 1986), h. 33.

80 Ibid., h. 66.

81 Ibid.,h. 48.

Page 59: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

berhak menerima mahar secara utuh, karena kematian adalah seperti hubungan

sebadan dalam hukum ketetapan mahar82

.

Dari persepsi para ulama di atas berhubungan dengan persoalan mahar yang

belum ditetapkan dalam perkawinan oleh suami yang meninggal sebelum dukhul,

dapat dilihat bahwa para ulama tersebut tidak mempersoalkan apakah setelah

berlangsungnya ‘aqad nikah suami telah melakukan hubungan suami istri dengan

mempelai perempuannya atau belum, baik suami masih hidup atau sudah meninggal,

suami tetap harus menunaikan kewajibannya terhadap istri dalam perkawinan yaitu

memberi mahar terhadap pasangannya (istrinya) itu. Mengenai jumlah mahar karena

tidak ditetapkan sebelumnya ketika ‘aqad nikah berlangsung, maka pemberian mahar

kepada istri yang ditinggalkan mati oleh suami tersebut berupa mahar mitsil dan ia

juga berhak mendapatkan bagian harta warisan dari peninggalan suaminya.83

Apa yang telah dilakukan di atas adalah pendapat dari para ulama secara

umumnya. Dalam hal tersebut, tidak semua ulama (termasuk mazhab yang empat)

sepakat dengan pernyataan itu. Kalangan ulama yang berpendapat jauh berbeda

dengan para ulama secara umumnya di dalam hal mahar yang belum ditetapkan oleh

suami yang meninggal dunia qobla al-dukhul yaitu golongan mazhab Maliki beserta

pengikutnya.84

82 Ibid., h. 48.

83 Ibid., h. 49.

84 Ibid., h. 50.

Page 60: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Pasal 35 Ayat (1) Suami yang

mentalak istrinya qobla al-dukhul wajib membayar setengah mahar yang ditentukan

dalam akad nikah. Ayat (2) Apabila suami meninggal dunia qobla al-dukhul seluruh

mahar yang telah ditetapkan menjadi hak penuh istri. Ayat (3) Apabila perceraian

terjadi qobla al-dukhul tetapi besarnya mahar belum ditetapkan, maka suami wajib

membayar mahar mitsil85

. Maka jelaslah menurut Kompilasi Hukum Islam, istri

berhak mendapat seluruh mahar yang telah ditetapakan apabila suami meningal dunia

qobla al-dukhul.

Pada dasarnya, perbedaan pendapat mengenai persoalan tersebut disebabkan

oleh adanya pertentangan antara qiyas dengan hadits. Hadits tersebut sebagaimana

yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra., yang ketika ditanya masalah itu maka ia

mengatakan:

،X�ن�� �=t ��آ �إو ،g ن�� �ا�وV�� E ��� يأر� ���� لو ا

� ،n�PPو qآوn �ئ�0�� نم ةأر�إ ا�.E ��� �نإ�����

ل �� ،X����ار �0� ن�ا ل-�م �1-� ،اثر��ا� ���و ة�.��ا

���� �-R�� �0�Q یR-� .��ا� g �7�ص g ���� 1��0و �X

86.)ا�و.او. ر�اY (.ق�ا�و Qن� عرو

85 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: CV. Akademika Pressindo,

2007),Cet 5, h. 121.

86 Abu Daud Sulaiman bin Al-Ays’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syaddad bin ‘Amar bin Imran

Al-Sisijstani, Sunan Abi Daud, (Beirut-Lebanon: Dar asy-Sya’b), t.t, h. 231.

Page 61: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Artinya: Mengenai masalah ini, aku mengatakan dengan pendapat aku. Jika benar,

maka itu datangnya dari Allah SWT dan jika salah maka itu berasal dari

diriku sendiri, yaitu bahwa istri memperoleh mahar seperti mahar wanita

dari golongan (mahar mitsil) tanpa pengurangan atau berlebihan dan

berlaku atasnya ‘iddah dan memperoleh bagian dari warisan. Lalu

berdirilah Ma’qil bin Yasar Al-Asyja’iy dan berkata, aku bersaksi bahwa

dalam masalah ini engkau benar telah menghukum dengan putusan

Rasulullah SAW terhadap Barwa’ binti Wasyiq. (H.R. Abu Daud).

Segi pertentangan qiyas dengan hadits tersebut, bahwa mahar adalah sebagai

pengganti. Oleh karena mahar itu belum diterima, maka pengganti tersebut tidak

diwajibkan sebab dipersamakan dengan jual beli. Mengenai persoalan ini, Al-Muzani

dari golongan mazhab Syafi’i mengatakan, bahwa apabila hadits Furu’ binti Wasyiq

di atas kedudukan shahih, maka tidak ada perkataan (alasan) lain yang bisa dipegang

dibandingkan dengan hadits87

.

Dengan demikian dapat difahami bahwa secara keseluruhan, pendapat para

ulama secara umum dalam masalah mahar yang belum diterapkan dalam perkawinan

oleh suami yang meninggal dunia sebelum terjadinya hubungan suami istri dengan

perempuan yang dinikahinya, maka mahar tersebut harus tetap ditunaikan

pemberiannya oleh pihak keluarga suami yang meninggal dunia itu kepada istri.

Meskipun belum sempat berhubungan badan atau sudah, dan suami masih

hidup atau kemudian meninggal, atas nama berlangsungnya ‘aqad nikah dan ikatan

perkawinan itu telah sah dari sisi hukum, maka mahar terhadap istri tetap harus

diberikan. Jadi istri berhak untuk memperoleh maharnya dan juga berhak untuk

87 Ibnu Rusyd, Bidayat’ul Mujtahid, (Terj. Abdurrahman dan Haris Abdullah), (Semarang:

Asy. Syifa’, 1990), Jilid 2, h. 405.

Page 62: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

mendapat bagian warisan dari harta peninggalan suaminya. Para ulama yang

berpendapat seperti ini, mendasarkan penyataan mereka kepada hadits di atas, qiyas

serta ijma’ bersama.88

Para ulama sepakat apabila seorang suami meninggalkan hutang mahar

(maskawin) yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam ‘aqad nikah, kemudian mereka

bercerai karena talak, maka istri berhak atas mahar tersebut, meskipun mereka belum

melakukan hubungan sebadan sekalipun. Jumlah mahar yang harus diberikan adalah

separuh dari seluruh mahar yang telah ditetapkan dan itu menjadi harta milik sah istri.

Mereka menetapkan hal tersebut berdasarkan kepada Al-Qur’an surat Al-Baqarah

ayat 237.

J�K"1 ����X☺?7K�:�_ ��� �}4m�N J1' ����@S�☺�� E�N"1 =? B�.��

��i�� ()*+,-.�� X���3�� ��� ��� B�.�� �0�K J1' l�uG�, 11'

R�"�uG�, ��NLM�� �9�E"8�� �2�E7K ��N�6�T(H�� / J1'"1

R���uG�� _\�.7N1' 6�"�7K��:�H / *0"1 R���AS3�� *} +⌧G7H��

45�6"(@�� / IJ�K LM�� ��☺��

�J�:�☺�� z�.Q��� )رة� )٢٣٧-ا�نس�D س

Artinya: Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan

mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka

bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika

isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang

ikatan nikah89

, dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan

janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya

88 Ibid., h. 406.

89 Ialah suami atau wali. kalau Wali mema'afkan, Maka suami dibebaskan dari membayar

mahar yang seperdua, sedang kalau suami yang mema'afkan, Maka Dia membayar seluruh mahar.

Page 63: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-

Baqarah:237)

Kemudian para ulama juga sepakat, bahwa bagi perempuan yang jumlah

maharnya belum ditentukan dan belum pernah pula dicampuri, maka baginya hanya

berhak memperoleh mutah90

saja. Kesepakatan ini juga di dasarkan pada Al-Quran

surat Al-Baqarah ayat 236:

~0 ���"(% 4��6789:�; J�K ���7K�:�_ "�M�AS�T3H�� ��� 45�H ����@S�☺��

11' R��uB-.7G�� ��Xn�H ()*+,-.�� / �����9?��"1 v9�� !�Q��b����

r9�#�E�N v9��"1 ����7KX☺7H�� r9�#�E�N �☺W����

Q�1�c��☺7H���� R ��K�� v9��

�^��(QS�b���� )رة� )٢٣٦-ا�نس�D س

Artinya: Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan

isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum

kamu menentukan maharnya. dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah

(pemberian) kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan

orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), Yaitu pemberian menurut

yang patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang

berbuat kebajikan. (Surat Al-Baqarah:236)

Pada ayat 236 surat Al-Baqarah dinyatakan bahwa suatu pernikahan yang

berlangsung tanpa menyebutkan atau menetapkan terlebih dahulu jumlah maharnya,

maka pernikahan itu hukumnya sah. Dalam pembahasan kitab fiqh, pernikahan yang

90 Lafaz mut’ah dengan dhammah mim, dalam bahasa berarti manfaat. Sedangkan dalam

istilah fuqaha di sini adalah: “Harta yang diserahkan oleh suami kepada istri yang diceraikannya selain

maskawin, untuk menghibur dirinya, dan sebagai ganti dari pedihnya perceraian”. Ahmad Al-Hajjis

Al-Kurdi, Op.cit., h. 50.

Page 64: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

demikian disebut dengan nikah tafwidh yaitu suatu pernikahan yang dilaksanakan

tanpa menyebutkan atau menetapkan terlebih dahulu mahar pada waktu ‘aqadnya.91

Mengenai kebolehan melaksanakan nikah tafwidh, para ulama telah sepakat

bahwa hukumnya jaiz (boleh)92

. Hal ini didasarkan kepada ayat tersebut di atas.

Dalam ayat itu diterangkan bahwa, tidak dipandang berdosa apabila suami

mencaraikan istrinya sebelum digauli dan belum pula ditetapkan jumlah mahar

tertentu kepada istrinya tersebut. Karena perceraian pada dasarnya hanya terjadi

setelah adanya pernikahan. Bila seseorang laki-laki melangsungkan pernikahan tanpa

menetapkan terlebih dahulu bahwa mensyaratkan ‘aqad nikahnya tanpa pemberian

mahar sama sekali, golongan Malik dan Ibnu Hazm berpendapat perkawinan itu tidak

sah hukumnya atau bahkan batal nikahnya. 93

Sedangkan syarat di atas sudah jelas menyalahi hukum Allah SWT, oleh

karena itu batal pula hukumnya dan perkawinannya di pandang tidak sah selama

syarat yang menyebabkan hukum batal itu (mengenai mahar) tidak dipenuhi segera.

Meskipun demikian mazhab Hanafi menyatakan boleh hukumnya, karena menurut

mereka mahar tidak termasuk dalam rukun dan syarat sahnya suatu perkawinan. Di

samping itu, dalam ayat tersebut juga dijelaskan, bahwa istri yang ditalak oleh

91 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Islamiy Wa ‘Adillatuhu, Beirut-Lebanon: Dar At-Fikr, t.t,h. 255.

92 Ibid., H. 256.

93 Sayyid Sabiq, Op.cit., h. 64.

Page 65: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

suaminya qobla al-dukhul, sementara mahar belum ditetapkan ketika ‘aqad nikah

berlangsung, maka bagi istri hanya berhak memperoleh bagian mut’ah.94

Selanjutnya, mengenai persoalan mahar yang belum ditetapkan oleh suami

ketika ‘aqad nikah berlangsung dan ternyata kemudian suami meninggal dunia

sebelum sempat menggauli istrinya, merupakan suatu masalah yang diperselisihkan

atau terjadi perbedaan pendapat di kalangan para fuqaha’. Sebagaimana disebutkan

dalam salah satu kitab fiqh yaitu Kifayatul Akhyar yang menyatakan sebagai berikut:

�� ضرا�6 ل�- ن����ا�N .حأ �ت� و� �PD ��ر�� �5� ل

�ا لث��ا n��5 شv ��� t"x.95

Artinya: Jika salah seorang suami istri meninggal dunia sebelum menetapkan mahar

dan belum pula berhubungan suami istri (wathi’) maka adalah kewajiban

atasnya mahar mitsil atau tidak wajib sesuatu apapun, dalam hal ini terjadi

perbedaan pendapat.

Dalam masalah ini, mazhab Maliki berpendapat bahwa mahar istri

yang belum ditetapkan terlebih dahulu ketika berlangsungnya ‘aqad nikah

suami yang kemudian meninggal dunia sebelum melakukan dukhul, maka

bagi istri tidak mempunyai hak untuk memperoleh mahar dari suaminya

94 Ibid., h. 65.

95 Imam Taqiyuddin Abi Bakar, Kifayatul Akhyar, Semarang: Dar Al-Ihya, 1989, h. 62.

Page 66: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

yang telah meninggal dunia tersebut. Sebagaimana di dalam sebuah hadits

Rasulullah SAW:

�� ��j� �� ���S ��ا ��أ: ���. g �� ���، أو���� ��Q N�.

� Q�نt=�5�، Vا� ��F�ا ت� ���. g �� ��� ��Q� � لO.� م�

��� ��1 �01 ��� E.- �ا��ت��Q مأ� �� g.�� �ل � ،��ا .ص ��

�، ا�.q ��� E�� :ر���� V�� ��� E.م�و �آ0�ن م� ا�

،ت��ث �� .N� 1�ن�� او���� ،o�j ل� ت �أ ����أ ت�[� ،��م�ظن

� R7 نأ n E.ثاری�ا� ���و ،��� ا�.)Yروا j���(96

Artinya: Bersumber dari Malik dan Nafi, bahwasanya anak dari Abdullah bin Umar

dan anak Zaid Ibn Khattab. Adalah ia menikah dengan anak laki-laki

Abdullah Ibnu Umar, maka ia meninggal dunia dan belum bercampur

dengannya dan tidak pula menyebutkan mahar baginya. Maka menuntutlah

ibunya akan maharnya, maka berkatalah Abdullah ibn Umar, jika adalah

baginya mahar tidaklah menahannya, dan tidak pula menzaliminya. Maka

bersih keraslah ibunya menuntut mahar tersebut. Kemudian disampaikanlah

di antaranya sesama mereka tersebut kepada Zaid bin Tsabit, maka

memutuskanlah ia tidak ada mahar baginya dan baginya hanyalah harta

warisan. ( Diriwayatkan oleh Imam Malik)

Qaul Al-Sahabah atau ijtihad Zaid bin Tsabit pada masalah ini dijadikan

pegangan oleh Imam Malik dalam memperkuat pendapatnya. Terhadap hadits di atas,

Al-Zarqany menjelaskan dalam kitabnya yaitu Syarah Al-Zarqaniy ‘ala Al-

Muwattha’, bahwa menurut Ali bin Abi Thalib, jumhur sahabat berikut jama’ah

mereka, mahar itu hukumnya menjadi wajib diberikan karena disebabkan kematian

96 Abu ‘Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Al-Harits ibn Ghaiman ibn Khutsail ibn ‘Amr

ibn Al-Harits Al-Ashbahiy Al-Humairi, Al-Muwattha’, juz 2,Beirut-Lebanon: Dar Al-Kutub Al-

‘Ilmiyah, t.t., h. 527.

Page 67: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

salah satu dari kedua pasangan suami istri, setelah berlangsungnya ‘aqad nikah.

Sedangkan menurut Imam Syafi’i hal tersebut terasa ganjil untuk dilakukan, artinya

kematian salah satu dari pasangan suami istri itu tidak menyebabkan wajibnya

pemberian mahar.97

Pendapat Imam Syafi’i ini kemudian dikuatkan pula oleh Ibnu Arabi serta

yang lainnya, sebagaimana menurut Abu Daud dan Tirmidzi bahwa hadits yang

dipakai sebagai dasar pendapat itu kedudukannya adalah hasan shahih di mana dalam

hadits dari Ma’qil bin Yasar tersebut diceritakan tentang kasus bahwa Barwa’ binti

Qasyiq yang melaksanakan pernikahan tanpa menetapkan mahar terlebih dahulu

kemudian suaminya meninggal sebelum menyentuhnya serta tidak meninggalkan

mahar untuknya. Lalu Rasulullah SAW menetapkan kepadanya bagian warisan dari

harta peninggalan suaminya. Namun, dalam hal ini, Imam Malik menolak pendapat

yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah berbuat yang seperti itu.98

Dengan demikian, bila pendapat Imam Malik sebagaimana disebutkan di atas,

secara tidak langsung bertentangan dengan hadits serupa yang diriwayatkan dari Al-

Qamah sebagai berikut:

7��ا �ل �� �� �� ��. g �7 ةأر�إ �N� �Q� �1ث ��� ����

���إ او��تO�� �ل ��� �Oد �آ� م�� �ا-.E ��� ضر�� ��ن�

ة�.��ا ��ی��� اثر���ا ���و ���ئ0� ر�� لث� ��� ىرأ �ل �

97 Imam Al-Zarqaniy, Syarah Al-Zarqaniy ‘ala Al-Muwattha’, (Beirut-Lebanon: Dar Al-

Kutub Al-‘Ilmiyah, t.t.), Juz 3, h. 170.

98 Ibid., h. 171.

Page 68: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

� �ی�� E��7 g 7��ا�ن �أ 7����ا ن�ن0 �� ل� � .���1��0

R7 67��إ ب�وع: ��FEح� ا�Oم0: رواR7. )Y- �م لث� ��ا�

99)ا��رمoى

Artinya: Bersumber dari Al-Qamah, dia berkata: Abdullah pernah datang kepada

seorang wanita yang dinikahi oleh seorang yang kemudian meninggal

dunia, padahal dia belum menentukan mahar kepadanya dan dia belum

sempat menggaulinya. Para ulama telah berselisih pendapat mengenai

masalah itu. Menurut saya, wanita tersebut berhak mendapatkan mahar

seperti mahar yang diterima oleh wanita-wanita lainnya dan dia juga

berhak mendapatkan bagian warisan serta harus beriddah. Kemudian

Ma’qil bin Sannan Al-Asyja’i menguatkan bahwa Rasulullah SAW pernah

memutuskan mengenai kasus Barwa’ binti Wasyiq seperti apa yang

diputuskan olehnya. (HR. Imam yang lima dan dishahihkan oleh Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut mengandung keterangan, bahwa seorang wanita

mempunyai hak memperoleh mahar secara penuh dari seorang laki-laki yang

memperistrinya dan belum menunaikan pemberian mahar, meskipun suami belum

menunaikan pemberian mahar, meskipun suami belum pernah menyetubuhi istrinya.

Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu Sirin, Ibnu Abu Laila, Imam Abu Hanifah

berikut seluruh sahabatnya yaitu Ishaq dan Imam Ahmad bin Hanbal.100

Sedangkan pendapat ini diikuti dari Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Imam Malik,

Al-Auzai, Al-Laits, Al-Hadi, Imam Syafi’i dalam salah satu pendapatnya

(sebagaimana yang telah diterangkan di atas) serta Al-Qasimm menegaskan bahwa

99 Imam Asy-Syaukani, Nailul Authar (Terj. Abid Bisri Mustafa dkk), (Semarang: Asy-Syifa’,

1994), Jilid 6, h.616.

100 Ibid,. h. 617.

Page 69: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

wanita tersebut hanya berhak menerima warisan saja. Jadi istri tidak berhak

memperoleh mahar yang belum ditunaikan, juga mut’ah. Karena mut’ah itu hanya

diberikan kepad wanita yang ditalak saja, sementara mahar itu diberikan sebagai ganti

menggaulinya, meskipun ia belum sempat disentuh oleh suaminya yang telah

meninggal tersebut.101

Tetapi Ali menyatakan, bahwa dia tidak bisa menerima pendapat seorang

sahabat untuk dijadikan sebagai argumen, apalagi kalau pendapat tersebut sampai

menyalahi Al-Quran dan hadits. Menurutnya, yang disebut dalam Al-Quran bukan

mahar wanita sebelum digauli serta belum dibayarkan, bukan mahar wanita yang

ditinggal mati oleh suaminya. Karena pada dasarnya ketetapan hukum yang berkaitan

dengan kematian jelas berbeda dengan hukum yang menyangkut talak. Kalimat yang

menyatakan, bahwa wanita itu berhak memperoleh warisan adalah berdasarkan ijma’

ulama. Hal ini disebabkan ia sudah terikat oleh ‘aqad pernikahan yang sah, sehingga

bisa dibenarkan menurut syara’, di mana ia berhak menerima bagian warisan dari

harta suaminya yang telah meninggal.102

Kembali kepada pendapat mazhab Maliki sebagaimana juga terdapat dalam

kata Madawwanah Al-Kubra yang menyatakan:

101 Ibid., h. 618.

102 Ibid., h. 619.

Page 70: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

) -�Q( �أ�أQ ��� !�� �نأ N�� ةأ��إ ج��1 ���[ ���

E. نا ):�ل ( ؟�ا��Vح� �r�N ��. ���j �و�ر[ ��� E.ث� قا���

���� ،ا�.E 7�� �یاRرت� �أ ل�- �� ��= �إو ��� لO. �إ

���ا�: � ��� :�ت� "� ،ا�.E 7�� ��اRرت� �أ ��- �Q� �إ

�n E.ا� �103.اث���لا ���

Artinya: (Aku katakan) engkau lihat jika seorang laki-laki menikahi seorang

perempuan dan ia tidak menetapkan mahar baginya, (ia menyatakan) nikah

tersebut boleh menurut Imam Malik dan ditetapkan bagi perempuan

tersebut mahar mitsil, jika ia (suami) meninggal dunia sebelum menetapkan

mahar kepada istrinya, maka istri tidak berhak memperoleh mut’ah dan

mahar, tetapi ia berhak menerima bagian warisan (dari harta suami yang

meninggal tersebut).

Dari keterangan di atas dapat dipahami, bahwa menurut Mazhab Maliki, suatu

pernikahan yang tidak disebutkan atau ditetapkan lebih dahulu jumlah maharnya

dalam ‘aqad nikah, tidak diwajibkan kepada suami untuk memberikan mahar mitsil

kecuali karena terjadinya dukhul antara suami istri tersebut. Sedangkan bila suami

meninggal dunia qobla al-dukhul sekalipun serta belum menentukan mahar ketika

‘aqad nikah dilangsungkan, maka gugurlah kewajiban kepada pihak suami dan

keluarganya (wali) yang meninggal itu untuk membayar mahar kepada istrinya, baik

berupa mahar mitsil ataupun mut’ah, kecuali hanya harta warisan saja yang berhak

diterima istri.104

103 Ibnu Rusyd, Mudawwanah Al-Kubra, Jilid 2, Beirut-Lebanon: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah,

t.t, h. 164.

104 Ibid., h. 164.

Page 71: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Hal di atas adalah pendapat Imam Malik dalam satu versi dan dapat dikatakan

sebagai pendapat klasik atau qaul qadim, sebagaimana banyak terdapat dalam kitab-

kitab fiqh mazhab Maliki. Namun, dalam versi lain mazhab Maliki juga berpendapat

bahwa dalam persoalan istri yang ditinggal mati suaminya belum sempat digauli dan

belum ditetapkan mahar pada waktu ‘aqad nikah, berhak memperolehi mut’ah dan

warisan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh ulama kontemporer yang

mengangkat dan memahami pendapat mazhab Maliki atau bisa juga disebut qaul

jadid (pendapat yang terbaru), sebagaimana yang tertera di bawah ini:

�ا�. ل� و ا�.�ا�E :��س� ل�- ج��Nا �Qم ذإt ��� لو�آ ����

���j أ وEF� �� � :ت�م�ا ���� اق.q E��ا و�� N�7وnا

105.اثر���او

Artinya: Apabila suami meninggal dunia sebelum menetapkan mahar dan belum

pula berhubungan (dukhul) dengan istrinya, maka Imam Malik beserta

sahabatnya (pengikutnya) dan Al-Auzaiy menetapkan tidak ada mahar

bagi istri kecuali mut’ah dan harta warisan.

Dalam keterangan di atas dapat dipahami dengan jelas, bahwa mazhab Maliki

memang meniadakan kewajiban membayar mahar dalam kasus istri yang ditinggal

mati suami sebelum sempat digauli dan belum ditetapkan maharnya ketika ‘aqad

nikah. Istri hanya berhak memperolah mut’ah dan warisan saja. Mut’ah yang

105 Ibnu Rusyd, Op.cit., hlm. 20.

Page 72: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

dimaksudkan di sini ialah pemberian yang tidak dapat disamakan dengan mahar mitsil

dan mahar musamma, bahkan setengan dari mahar pada segi nilainya. Mut’ah itu bisa

berupa pemberian hewan atau makanan atau apapun yang bermanfaat serta tidak

bertentangan dengan hukum Islam. 106

Dengan catatan, mut’ah tersebut diberikan

oleh pihak suami (walinya) menurut kemampuan yang ada. Oleh karena itu, ukuran

mut’ah ini bisa saja berbeda-beda sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan pihak

suami.107

B. Kompilasi Hukum Islam.

Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur sama sekali mahar dalam

perkawinan; namun Kompilasi Hukum Islam mengatur mahar secara panjang lebar

dalam Pasal-pasal 30, 31, 32 ,33 ,34 ,35 ,36 ,37, 38, yang hamper keseluruhannya

mengadopsi dari kitab fiqh menurut jumhur ulama.Lengkapnya adalah sebagai

berikut108

:

Pasal tiga puluh menyebutkan bahwa calon mempelai pria wajib membayar

kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk, dan jenisnya disepakati oleh

kedua belah pihak.

Sebenarnya yang wajib membayar mahar itu bukan calon mempelai laki-laki

karena kewajiban itu baru ada setelah berlangsungnya akad nikah. Demikian pula

106 Sa’diy Abu Jib, Kamus Fiqhiyah, (Beirut-Lebanon: Dar Al-Fikr, 1987), hlm. 335.

107 Wahbah Zuhaily, Op.cit.,h. 20.

108 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,

2007), cet. ke-5, edisi pertama, h. 120-121.

Page 73: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

yang menerima bukan calon mempelai wanita, tetapi mempelai wanita karena dia

baru berhak menerima mahar setelah adanya akad nikah.

Pasal tiga puluh satu menyebutkan bahwa penentuan mahar berdasarkan asas

kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Pasal tiga puluh

dua menyebutkan bahwa mahar diberikan langsung kepada calon mempelai wanita

dan sejak itu menjadi hak pribadinya.

Pasal tiga puluh tiga menyebutkan bahwa ayat satu: penyerahan mahar

dilakukan dengan tunai; ayat dua: Apabila calon mempelai wanita menyetujui,

penyerahan mahar boleh ditangguhkan baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian.

Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya menjadi utang (calon) mempelai pria.

Pasal tiga puluh empat menyebutkan bahwa ayat satu: Kewajiban penyerahan

mahar bukan merupakan rukun dalam pernikahan; ayat dua: Kelalaian menyebut jenis

dan jumlah mahar pada waktu ‘aqad nikah, tidak menyebabkan batalnya perkawinan.

Begitu pula halnya dalam keadaan mahar masih terutang, tidak mengurangi sahnya

perkawinan.

Pasal tiga puluh lima menyebutkan bahwa ayat satu: Suami yang menalak

istrinya qobla al-dukhul wajib membayar setengah mahar yang telah ditentukan

dalam ‘aqad nikah; ayat dua: Apabila suami meninggal dunia qobla al-dukhul seluruh

mahar yang ditetapkan menjadi hak penuh istrinya; ayat tiga: Apabila perceraian

terjadi qobla al-dukhul tetapi besarnya mahar belum ditetapkan, maka suami wajib

membayar mahar mitsil.

Page 74: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Pasal tiga puluh enam menyebutkan bahwa apabila mahar hilang sebelum

diserahkan, mahar itu dapat diganti dengan barang lain yang sama bentuk dan

jenisnya atau dengan barang lain yang sama nilainya atau dengan uang yang senilai

dengan harga barang mahar yang hilang.

Pasal tiga puluh tujuh mengatakan bahwa apabila terjadi selisih pendapat

mengenai selisih pendapat mengenai jenis dan nilai mahar yang ditetapkan,

penyelesaiannya diajukan ke Pengadilan Agama.

Pasal tiga puluh lapan mengatakan bahwa ayat satu: Apabila mahar yang

diserahkan mengandung cacat atau kurang, tetapi (calon) mempelai wanita tetap

bersedia menerimanya tanpa syarat, penyerahan mahar dianggap lunas; ayat dua:

Apabila menolak menerima mahar karena cacat, suami harus menggantinya dengan

mahar lain yang tidak cacat. Selama penggantinya belum diserahkan, mahar dianggap

masih belum dibayar.

Jelaslah menurut Kompilasi Hukum Islam bahwa apabila suami meninggal

qobla al-dukhul seluruh mahar yang ditetapkan menjadi hak penuh istrinya.

C. Sebelum Ditetapkan Mahar

Page 75: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Jika suami meninggal sebelum sempat bersenggama istrinya berhak mendapat

mahar mitsil109

dan warisan.110

Abu Mas’ud, "Menurutku sendiri, jika benar, ia dari

Allah, dan jika salah, ia dari aku sendiri. Perempuan yang ditinggal mati oleh

suaminya dan belum dijimak berhak mendapat mahar seperti perempuan-perempuan

lain. Ia tidak boleh dikurangi dan tidak lebih. Dia wajib beriddah dan berhak

mendapat warisan".111

Imam Malik beserta para pengikutnya dan Auza’i berpendapat bahwa istri

tidak memperoleh maskawin, tetapi ia memperoleh mut’ah dan warisan. Imam

Hanifah pula berpendapat bahwa istri memperoleh maskawin mitsil dan warisan.

Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ahmad dan Daud. Kedua pendapat ini juga

diriwayatkan dari Imam Syafi’i. Tetapi pendapat yang dipegangi di kalangan

pengikutnya ialah seperti pendapat Imam Malik.112

Silang pendapat ini disebabkan oleh adanya pertentangan antara qiyas dengan

hadits. Hadits tersebut adalah riwayat dari Ibnu Mas’ud r.a ketika ditanya tentang

persoalan tersebut, ia menegaskan:

109 Mahar mitsil adalah mahar yang seharusnya yang diberikan kepada perempuan atau

diterima oleh perempuan sama dengan mahar yang biasa diterima oleh perempuan –perempuan

selainnya yang sepadan dengannya, baik dari segi usia, kecantikan, harta, akal, agama, kegadisan,

kejandaan, maupun negerinya, ketika akad nikah dilangsungkan.

110 Saayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007) Cet. 2, h. 48-49.

111 Ibid., h. 49.

112 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Jilid 2, Cet. 3, h. 452-

453.

Page 76: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

اق.� ص� ل�ن، أ%�$�� [= �Oن آنإ، و# ��� 6اب� ص�نأ �ل 6��� ب�أیX 6�ن آ

> ب:8 م�م8 �اث26ل�� ا'ل وة�4ل � ا'2�1، و/.� -ل و,آ� و ل�'&0� ن� مةأ�مإ

م��< و2L� 1# ��یJ # لIس ر�ء�8E ب'8E2F� 2 ل4'-أ: �ل8 ��$ A-@ ا�ر<ی

� V113أ6UجL م<�S وأبI داودO� .Qا- وNF بعب6و

Artinya : “ `Mengenai masalah ini, aku mengatakan dengan pendapatku. Jika benar,

maka itu dari Allah. Dan jika salah, maka itu dariku sendiri. Yaitu bahwa istri

memperoleh maskawin seperti maskawin wanita dari golongannya (mahar mitsil),

tanpa pengurangan atau berlebihan, dan atasnya beriddah dan memperoleh

warisan.` Lalu berdirilah Ma’qil bin Yasar al-Asyja’i dan berkata, `Aku bersaksi,

bahwa dalam masalah ini engkau benar-benar telah menghukumi dengan keputusan

Rasulullah SAW terhadap Barwa’ binti Wasyiq.`” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Segi pertentangan qiyas dengan hadits itu ialah pemahaman maskawin itu

pengganti. Dan karena maskawin belum diterima, pengganti tersebut tidak diwajibkan

karena diqiyaskan dengan jual beli.114

Menurut Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia

pasal tiga puluh lima ayat tiga bahwa apabila perceraian terjadi qobla al dukhul tetapi

besarnya mahar belum ditetapkan, maka suami wajib membayar mahar mitsil.115

D. Setelah Ditetapkan Mahar

113 Ibid., h. 453.

114 Ibid., h. 454.

115 Abdurrahman, Kompilasi hukum Islam Di Indonesia, h. 121.

Page 77: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Jika suami meninggal setelah memberikan ketentuan mahar, segolongan

fuqaha mengatakan bahwa istri memperoleh separuh maskawin. Segolongan lainnya

mengatakan bahwa istri tidak memperoleh sesuatu pun, karena dasar penentuan

maskawin tidak terdapat pada waktu akad nikah dilaksanakan. Pendapat ini

dikemukakan oleh oleh Imam Hanifah dan para pengikutnya.Firman Allah SWT:

J�K"1 ����X☺?7K�:�_ ��� �}4m�N J1' ����@S�☺�� E�N"1 =? B�.�� ��i��

()*+,-.�� X���3�� ��� ��� B�.�� �0�K J1' l�uG�, 11' R�"�uG�,

��NLM�� �9�E"8�� �2�E7K ��N�6�T(H�� / J1'"1 R���uG��

_\�.7N1' 6�"�7K��:�H / *0"1 R���AS3�� *} +⌧G7H�� 45�6"(@�� / IJ�K LM��

��☺�� �J�:�☺�� z�.Q��� Q ال�-�ة Yر� :س٢٣٧ V

Artinya : Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan

mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka

bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika

isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang

ikatan nikah116

, dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan

janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya

Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Baqarah:

237)

Fuqaha berselisih pendapat tentang seorang wanita yang memberikan

maskawinnya kepada suaminya, kemudian ia diceraikan sebelum digauli.117

Bagi

fuqaha yang berpendapat bahwa separuh maskawin itu terletak pada macam barang

116 Ialah suami atau wali. kalau Wali mema'afkan, Maka suami dibebaskan dari membayar

mahar yang seperdua, sedang kalau suami yang mema'afkan, Maka Dia membayar seluruh mahar.

117 Ibnu Rusyd, h. 459.

Page 78: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

maskawin mengatakan bahwa terdapat istri tidak ditagih sesuatu pun, karena suami

telah menerima kembali seluruh maskawin.118

Sedang bagi fuqaha yang berpendapat bahwa separuh maskawin tersebut

terletak pada tanggungan istri mengatakan bahwa suami berhak menagih kepada

istrinya seperti jika istri memberi hartanya yang lain kepada suami. Dalam hal ini

Imam Hanafi mengadakan pemisahan antara penerimaan dengan bukan

penerimaan.119

Dia mengatakan bahwa jika istri telah menerima maskawin, maka suami

berhak menagih separuhnya, tetapi jika istri belum menerima maskawin tersebut,

kemudian ia memberikannya kepada suaminya, maka suami tidak memperoleh

sesuatu pun. Jadi, seolah ia mengatakan bahwa hak atas maskawin adalah selama istri

belum menerimanya, maka hal tersebut menjadi tanggungan istri.120

Menurut Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, pasal tiga puluh lima ayat dua

mengatakan apabila suami meninggal dunia qobla al dukhul seluruh mahar yang

ditetapkan menjadi hak penuh istri.121

E. Dalil-Dalil Yang Digunakan

Terjadinya perbedaan pendapat di kalangan ulama mazhab mengenai mahar

istri yang belum ditetapkan ketika ‘aqad nikah oleh suami yang kemudian meninggal

118 Ibid., h. 460.

119 Ibid., h. 461.

120 Ibid., h. 462.

121 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, h. 121.

Page 79: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

dunia qobla al-dukhul, disebabkan oleh berbagai hal yaitu perbedaan pemahaman dan

penafsiran terhadap persoalan yang ada serta pertentangan antara qias dan asar (qaul

shahabiy)122

.

Dalam menetapkan pendapatnya terhadap persoalan tidak berhaknya istri

memperoleh mahar dari suaminya yang belum ditetapkan dalam ‘aqad nikah, dan

kemudian suami meninggal sebelum menggauli istrinya, mazhab Maliki

menggunakan dalil-dalil yang dapat diterima oleh hukum syara’, di antaranya

adalah:123

1. Qiyas

Dalil qiyas yang digunakan oleh mazhab Maliki, sebagaimana yang

diterangkan seperti berikut:

� 1� ����6 ]و� اق.�ا�E ��أ و�� اo�� ضر����ا �س��-ا ���أ

S.124���ا q� ��7� ]و��ا A5ی م� ]�و���ا ]� �

Artinya: Adapun qiyas yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu mahar tersebut adalah

sebagai ganti (penukar), maka selama benda yang akan diganti tersebut

tidak diambil, tidak pula diwajibkan memberi gantinya sebagaimana

diqiyaskan kepada jual beli.

122 Ibnu Rusyd, Op.cit., hlm. 20.

123 Ibid., h. 21.

124 Ibid., h.21.

Page 80: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dari uraian di atas dapat dinyatakan, bahwa mazhab Maliki menguatkan

pendapatnya dengan mengqiyaskan hal tersebut kepada jual beli. Secara logika, jual

beli itu pada hakikatnya adalah tukar menukar sesuatu atau benda, jika benda atau

sesuatu tersebut tidak diambil oleh pembeli, maka penukarannya pun tidak mesti

diberikan. Begitu pula halnya dengan mahar yang diqiyaskan kepada jual beli,

dimana bila tidak ditentukan terlebih dahulu jumlah mahar ketika ‘aqad nikah

dilangsungkan, maka tidak dapat ditentukan pula berapa pembayarannya.125

Namun demikian, penqiyasan mahar pada masalah tersebut di atas tidak dapat

diterapkan kepada masalah-masalah lain dalam artian terbatas pada masalah mahar

istri yang belum ditetapkan oleh suami yang meninggal dunia qobla al-dukhul.

Karena mengenai masalah ini tidak dapat dijumpai penjelasan yang qathiy dalam

nash serta berbedanya situasi dan kondisi berikut pemahamannya yang timbul.126

2. Qaul Shahaby

Selain dari qiyas di atas, mazhab maliki dalam menetapkan pendapatnya juga

tidak terlepas kepada dalil-dalil lainnya yaitu qaul shahaby yang di dalamnya

menerangkan tentang pernikahan putri Ubaidullah yang menikah dengan putra

Abdullah Ibnu Umar yang kemudian meninggal dunia sebelum bercampur dengan

istrinya dan tidak pula menyebutkan mahar untuk istrinya pada waktu ‘aqad nikah.

Lalu ibu pada istri tersebut menuntut kepada pihak suami anaknya untuk menunaikan

maharnya, hingga terjadi percekcokan dan pada akhirnya diputuskan oleh Zaid bin

125 Ibid., h. 21.

126 Ibid,. h. 22.

Page 81: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Tsabit, bahwa tidak ada pemberian mahar kepada wanita yang ditinggal mati

suaminya itu. Bagi istri tersebut hanya berhak memperolah warisan dari harta

peninggalan suaminya.127

F. Analisis Penulis

Dari keseluruhan pendapat yang dikemukakan dalam uraian-uraian

sebelumnya berkaitan dengan persoalan mahar yang belum disebutkan atau

ditetapkan ketika ‘aqad nikah oleh suami yang meninggal dunia sebelum sempat

melakukan hubungan suami istri dengan wanita yang dipersuntingnya, terdapat

beberapa akibat hukum atau konsekuensi. Namun demikian, tidak dapat dikatakan

bahwa pendapat yang satu lebih baik dibandingkan dengan pendapat yang lainnya.

Begitu pula dengan pendapat mazhab Maliki yang berbeda dengan pendapat

jumhur ulama dalam menetapkan status hukum mahar tersebut. Karena semua

pendapat para ulama mazhab itu disertai dengan dalil-dalil atau alasan-alasan yang

mereka pilih serta digunakan untuk menguatkan masing-masing pendapat mereka.

Tinggal bagaimana saja bagi generasi-generasi berikutnya untuk memilih dan

menetapkan salah satu pendapat tersebut yang dianggap relevan untuk masa sekarang

bila kasus-kasus serupa ini terjadi dalam masyarakat.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bagi jumhur fuqaha’ atau

kebanyakan ulama mazhab, berkaitan dengan persoalan di atas, mahar harus tetapi

diberikan kepada istri yang ditinggal mati suaminya tersebut, mahar yang diberikan

adalah mahar mitsil dan bagi istri juga berhak menerima harta warisan suaminya.

127 Ibid., h. 23.

Page 82: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Mahar tersebut harus tetap ditunaikan meskipun suami belum menggaulinya.

Konsekuensinya atau akibat hukumnya di sini adalah wajibnya pemberian mahar

tersebut secara utuh kepada istri, karena sebab kematian itu disamakan dengan

melakukan hubungan suami istri dan juga karena telah berlangsung ‘aqad nikah yang

sah.128

Sedangkan bagi mazhab Maliki, mahar tersebut menjadi gugur seluruhnya

karena sebab kematian suami dan karena sebab belum digaulinya istri oleh suami

yang meninggal dunia itu.129

Menurut mazhab ini pernikahan yang belum ditetapkan

maharnya itu diqiyaskan dengan jual beli, di mana setelah barang atau sesuatu yang

mau dibeli itu diambil, maka ketika itu pulalah penukaran atau gantinya harus

diberikan. Berkaitan dengan persoalan di atas yaitu sebab mahar tidak ditetapkan dan

sebab istri belum digauli, maka hukum pembayaran mahar tersebut pun ditiadakan.130

Dalam hal ini konsekuensi hukumnya adalah kewajiban membayar mahar

terhadap istri yang ditinggal mati oleh suaminya itu menjadi gugur dikarenakan

jumlah maharnya belum ditentukan sementara suami meninggal dunia sebelum

menggauli istrinya. Jadi konsekuensi yang harus dipenuhi dalam masalah ini,

menurut mazhab Maliki adalah pihak suami (walinya) hanya harus membayar mut’ah

dan memberikan bagian warisan kepada istri. 131

128 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 140.

129 Ibnu Rusyd, Mudawwanah Al-Kubra, h. 165.

130 Ibid., h. 165.

131 Ibid., h. 166.

Page 83: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Dalam masalah ini mazhab Maliki mendasari pendapatnya pada asar dan qias.

Terhadap masalah ini dapat dilihat dengan jelas bahwa para fuqaha’ tidak ada satupun

yang menggunakan dalil nas Al-Quran, karena tidak ada ayat yang qat’iy

menjelaskannya. Adapun Surat al-Baqarah ayat 236 tidak dapat dijadikan dalil karena

masalahnya sudah berbeda yaitu, mahar istri yang belum ditetapkan oleh suami dalam

‘aqad nikah bercerai qobla al-dukhul.

Dalam pengambilan hukum mazhab Maliki adalah salah satu dari mazhab

yang mempergunakan hadits ahad sebagai hujjah, dan ia menentukan juga keabsahan

hadits tersebut. Sehingga dikatakan bahwa hadits ahad dan asar (perkataan) sahabat

yang sahih meskipun tidak masyhur, tetapi perbuatan penduduk Madinah dan ijma’

ulamanya lebih kuat darinya dan didahulukan dari hadits ahad.132

Dengan cara mengeluarkan hukum seperti ini adalah dasar pengambilan

hukum Imam Malik yang menegaskan bahwa hadits ahad dapat dijadikan dasar

hukum demikian juga dengan qaul sahabah, meskipun tidak masyhur akan tetapi

perbuatan penduduk Madinah dan ijma’ ulamanya lebih kuat daripada hadits ahad

yang dha’if.133

Perbuatan penduduk Madinah tidaklah terlepas dari perkataan dan ijtihad para

sahabat, dengan demikian asar yang telah menetapkan bahwa tidak ada mahar bagi

suami yang meninggal dunia qobla al-dukhul dan maharnya belum ditetapkan yaitu

132 Ibid., h. 167.

133 Ibid., h. 167.

Page 84: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

seperti ijtihad Zaid bin Tsabit di atas adalah dasar hukum dari antara dasar hukum

yang dapat diterima dan dijadikan hujjah. Bahkan dikatakan dalam kitab Liwasith Fi

Ushul Fiqh Al-Islam bahwa:

:��ح qی� �.�ت�إ لو�Wل اF��7�ا�E لوW ��أ R� 67یأ nO"xو

��7 Eأ 7��حOر ��� E�إ :��ح�اO�ت� او�7 Vل�ئ<��ا �� �یث

اذه 1�ن� 7ت[ت ���� �Yی� F��: ��7 1ه .Fأ لو- نآ� و�و

O�"x.134ا

Artinya: Dan tidak ada perbedaan pendapat bahwa perkataan sahabat adalah ijtihad

yang tidak dapat dikalahkan oleh sahabat yang lain, karena sahabat

tersebut berbeda pendapat banyak terjadi dalam permasalahan ini. Jika

perkataan seorang mereka menjadi hujjah yang lain niscaya tidak terjadi

perbedaan pendapat ini.

134 Wahbah Al-Zuhaili, Liwasith Fi Ushul Fiqh Al-Islam, (Damesqi: 1979), h. 541.

Page 85: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

BAB V

PENUTUP

Dari uraian terdahulu penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran-

saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Mahar adalah wajib ada dalam pernikahan bagi mengangkat darjat wanita.

2. Pernikahan menyebutkan mahar (mahar musamma) wajib dipenuhi pada saat

‘aqad nikah atau sampai pada batas waktu yang telah ditentukan, terkecuali

terjadi perceraian sebelum hubungan suami istri, maka kewajiban suami

memberi separoh mahar yang telah ditentukan. Sedangkan mahar yang tidak

disebutkan dalam ‘aqad nikah akan dihitung sebagai mahar mitsil jika suami

telah dukhul dengan istrinya.

3. Menurut mazhab Maliki suami tidak wajib memenuhi mahar yang tidak

ditentukan atau disebutkan yang meninggal qobla al-dukhul. Menurut

pendapat mazhab Maliki tidak wajib karena tidak ada penjelasan qat’i yang

jelas dari Al-Quran dan hadits.

4. Mazhab Maliki menyamakan pernikahan dengan jual beli dan kesamaan

bahwa mahar tidak wajib dibayar karena mahar (harga) tidak ditetapkan dan

benda yang diperjual belikan tidak diambil. Meskipun mahar dalam masalah

ini tidak wajib dipenuhi suami, namun pihak suami wajib mengeluarkan harta

warisan kepada istrinya, karena sebab ‘aqad nikah, maka harta warisan dapat

diterima.

Page 86: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

5. Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia suami meninggal dunia qobla

al-dukhul seluruh mahar yang telah ditetapkan menjadi hak penuh istrinya.

6. Menurut mazhab Hanafi pula, mahar dari suami yang meninggal dunia qobla

al-dukhul dianggap sebagai mahar mitsil.

B. Saran-Saran

Setelah penulis membuat beberapa kesimpulan pada skripsi ini, maka sesuai

dengan kondisi dan keadaan yang memungkinkan penulis meyampaikan saran-saran

sebagai berikut:

a. Mahar itu harus jelas ketika dalam akad nikah karena peristiwa itu sakral

(ada kaitan dengan Allah) dalam perkawinan.

b. Mahar qobla al- dukhul perlu dimasukkan di dalam kurikulum baik

tsanawiyah maupun aliyah.

c. Penjelasan mengenai mahar qobla al-dukhul perlu disosialisasikan melalui

pidato, khutbah Jumat dan ceramah agama.

Page 87: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

DAFTAR PUSTAKA

Abburrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: CV.

Akademika Pressindo, 2007.

Al-Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab

Suci Al-Quran, 1985.

Abdur Rahman I Doi., Penjelasan lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), (Terj.

Zaimudin dan Rusydi Sulaikan), Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.

………….., Perkawinan Dalam Syariat Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 1998.

Abdub Bary Al-Munir Al-Qurtuby, Al-Kafi fi Fiqh Ahlil Madinah Al-Maliki, Beirut-

Lebanon: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, t.t.

Abdur Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Bogor: Kencona, t.t.

Abdurrahman Al-Jaziriy, Al-Fiqhu ‘ala Mazahib Al-Arba’ah, Jilid 4,Mesir: Al-

Tijariya 1996.

Abi Muwahib Abdul Wahhab, Al-Mizan Al-Kubra, Juz 1, Beirut-Lebanon: Dar Al-

Fikr, 1978.

Abu Daud Sulaiman bin Al-Ays’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syaddad bin ‘Amar bin

Imran Al-Sisijstani, Sunnan Abi Daud, Beirut-Lebanon: Dar asy-Sya’b, t.t.

………….., Mukhtashar Sunan Abi Daud, (Terj. H. Bey Arifin. A. Syinqithy

Djamaluddin ) Semarang: Cv Asy Stifa’, 1992.

Abu ‘Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Anas ibn Al-Harits ibn Ghaiman ibn

Khutsail ibn ‘Amar ibn Al-Harits Al-Ashbahiy Al-Humairi, Al-Muwattha’,

Juz. 2, Beirut-Lebanon: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, t.t.

Abu Isa Muhammad ibn Surah At-Tirmidzi, Sunan Al-Turmidzi, (Muhammad Jamil

Al-A’thar), Juz. 2, Beirut-Lebanon: Dar Al-Fikr, t.t.

Ahmad Al-Hajji al-Kurdi, “Ahkamul Mar’ati Fi Fiqhil Islamy” Hukum-Hukum

wanita Dalam Fiqh Islam, (Terj. Moh. Zuhri Ahmad Qarib), Semarang: Dina

Utama, 1986.

Ahmad Al-Syurbasi, Sejarah Dan Biografi Empat Imam Mazhab, Jakarta: Bumi

Askara, 1991.

Page 88: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Hasan Kamil Al-Multhawy, Fiqh Al-Muamalat ‘ala Mazahib Al-Imam Malik, Beirut-

Lebanon: Dar Al-Fikr, 1970.

Ibnu Mandhur Al-Ifriqy, Lisan Al-Arab, Jilid 5, Mesir: Dar Shadir, 1958.

Rusyd, Ibnu. Bidayatu’l Mujtahid, Jilid 2, Terj. Abdurrahman dan Haris Abdullah,

Semarang: Asy. Syifa’, 1990.

..............., Bidayatu’l Mujtahid, Beirut-Lebanon: Dar Al-Fikr, 1983.

...............,Mudawwanah Al-Kubra, Jilid 2, Beirut-Lebanon: Dar Al-Kutub Al-

‘Ilmiyah, t.t.

Imam Al-Zarqany, Syarah Al-Zarqany ‘ala Al-Muwattha’, Juz.3, Mesir: Al-

Mathba’ah al-Misriyah Wa Maktabuha, 1924.

Imam Taqiyuddin Abi Bakar, Kifayatul Akhyar, Semarang: Dar Al-Ihya, 1989.

Imam At-Tirmidzi, Jami’ Tirmidzi, Riyadh: Darussalam Lin-Nasyr Wa-Tauzi’, 1999.

J.C.T Simorangkir dkk., Kamus Hukum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Louis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, Beirut-Labanon: Maktabah Al-Syarqiyah, 1886.

Nazar Bakry, Fiqh Dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah dan Syafi’ah, Kamus Istilah Fikih, Jakarta:

Penerbit Pt Pustaka Firdaus, 1994.

Mahmoud Syaltot, Islam Aqidah dan Syari’ah, Jakarta: Pustaka Amani, 1986.

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hida Karya Agung, 1990.

Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al-Mazahib Al-Fiqhiyyah, Mesir: Al-Mudna, t.t.

Page 89: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan

Muslim Ibrahim, Pengantar Fiqh Muqaaran, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,

1991.

Sa’diy Abu Jib, Kamus Fiqhiyah, Beirut-Labanon : Dar Al-Fikr, 1987.

Said Muhammad Musa, Al-Ijtihad, Mesir: Dar Al-Kutub Al-Hadditshah, t.t.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Al-Sunnah, Jilid 2, Beirut-Lebanon: Dar Al-Fikr, 1983.

………….., Fiqh Sunnah, (Terj. Moh. Thalib), Jilid 7, Bandung: Al-Ma’arif, t.t.

Syamsuddin Muhammad bin bi Abbas, Nihayah Al-Muhtaj, Juz. 6, Mesir: Mushthafa

Al Baby Al-Halaby, 1938.

Wahbah Al-Juhaily, Liwasith Fi Ushul Fiqh Al-Islam, Damesqi: 1979.

Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Islamiy Wa Adillatuhu, Juz 7, Beirut-Lebanon: Dar Al-

Fikr,t.t.

Yayasan Penyelenggaraan Penterjemahan Al-Quran, Kamus Bahasa Arab,

Jakarta:1973.

Yusuf Hamid Al-Amin, Maqashid Al-A’mmah Al-Syari’ah Al-Islami, Sudan: Dar Al-

Sudaniyah, t.t.

Page 90: MAHAR SUAMI MENINGGAL QOBLA AL-DUKHUL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18933...dari tanggungan suami apabila terlaksananya perkawinan tafwidh yaitu tidak ditentukan