Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

22
Sejarah dan Peninggalan Kerajaan MAJAPAHIT dan PAJAJARAN Wina Widya Pratikno Eka Natalia Satria Dipa Nusantara

Transcript of Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

Page 1: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

Sejarah dan Peninggalan KerajaanMAJAPAHIT dan PAJAJARAN

Wina Widya PratiknoEka NataliaSatria Dipa Nusantara

Page 2: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

A. KERAJAAN MAJAPAHITMajapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra,Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Page 3: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

1. SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN MAJAPAHIT

Sebelum Majapahit berdiri, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, pengu-asa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan ke Singhasari untuk menuntut upeti. Kertanagara, penguasa terakhir kerajaan Singhasari menolak untuk membayar upeti dan merusak wajahnya hingga memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jaya-katwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang menyerahkan diri. Raden Wija-ya kemudian membangun desa baru di hutan Tarik. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran keraja-an Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang ber-tepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.

Page 4: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

2. PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHITA. Candi – Candi

1. Candi SukuhCandi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di wi-layah Kabupaten Karanganyar, Jawa Te-ngah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digo-longkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyak-nya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas. Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995.

Page 5: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

2. Candi CethoCandi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu pe-ninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibu-at oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purba-kala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Su-kuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng,Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.

Page 6: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

3.Candi PariCandi Pari adalah sebuah pe-ninggalan Masa Klasik Indonesia di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Pro-pinsi Jawa Timur. Lokasi tersebut berada sekitar 2 km ke arah barat laut pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat ini. Dahulu, di atas gerbang ada batu dengan angka tahun 1293 Saka = 1371 Masehi. Merupakan peninggalan zaman Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk 1350-1389 M.

Page 7: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

4. Candi JabungCandi hindu ini terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabu paten Probolinggo, Jawa Timur. Struktur bangunan candi yang hanya dari bata merah ini mampu bertahan ratusan tahun. Menurut keagamaan,Agama Budha dalam kitab Nagarakertagama Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagarakertagama candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada lawatannya keliling Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi. Pada kitabPararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhre Gundal salah seorang keluarga raja. Arsitektur bangunan candi ini hampir serupa dengan Candi Bahal yang ada di Bahal, Sumatera Utara.

Page 8: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

5. Gapura Wringin LawangDalam bahasa Jawa, Wringin Lawang berarti ‘Pintu Beringin’. Gapura agung ini terbuat dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter. Diperkirakan dibangun pada abad ke-14. Gerbang ini lazim disebut bergaya candi bentar atau tipe gerbang terbelah. Gaya arsitektur seperti ini diduga muncul pada era Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam arsitektur Bali.

Page 9: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

6. Gapura Bajang RatuBangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14 dan adalah salah satu gapura besar pada zaman kee-masan Majapahit. Menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purba-kala Mojokerto, candi / gapura ini ber-fungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara yang da-lam Negarakertagama disebut “kem-bali ke dunia Wisnu” tahun 1250 Saka (sekitar tahun 1328 M). Namun sebenar-nya sebelum wafatnya Jayanegara candi ini dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Dugaan ini didu-kung adanya relief “Sri Tanjung” dan sayap gapura yang melambangkan penglepasan dan sampai sekarang di daerah Trowulan sudah menjadi suatu kebudayaan jika melayat orang meninggal diharuskan lewat pintu belakang.

Page 10: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

7.Candi BrahuNama candi ini, yaitu ‘brahu’, diduga ber-asal dari kata wanaru atau warahu. Nama ini dida-pat dari sebutan sebu-ah bangunan suci yang disebut dalam Prasasti Alasantan. Prasasti tersebut ditemu-kan tak jauh dari Candi Brahu.

Page 11: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

8. Candi TikusCandi ini terletak di kompleks Trowulan, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojo-kerto. Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah di-temukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukan-nya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai de-ngan 1985. Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan yang di-gunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.

Page 12: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

9. Candi SurawanaCandi Surawana adalah candi Hindu yang terletak di Desa Canggu, Keca-matan Pare, Kabupaten Kediri, sekitar 25 km arah timur laut dari Kota Kediri. Candi yang nama sesungguh-nya ada-lah Wishnubhawanapura ini diperkira-kan dibangun pada abad 14 untuk memuliakan Bhre Weng-ker, seorang raja dari Kerajaan Wengker yang bera-da di bawah kekuasaan Kerajaan Ma-japahit. Raja Wengker ini mangkat pada tahun 1388 M. Dalam Negarakertagamadiceritakan bahwa pada tahun 1361 Raja Hayam Wuruk dari Majapahit pernah berkun-jung bahkan menginap di Candi Sura-wana. Candi Surawana saat ini keada-annya sudah tidak utuh. Hanya bagian dasar yang telah direkonstruksi.

Page 13: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

B. Kitab – Kitab1. Kitab Mahabharata, dikarang oleh Resi Wiyasa.2. Kitab Ramayana, dikarang oleh Empu Walmiki.3. Kitab Arjuna Wiwaha, dikarang oleh Empu Kanwa.4. Kitab Smaradahana, dikarang oleh Empu Darmaja.5. Kitab Bharatayuda, dikarang oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh.6. Kitab Negarakertagama, dikarang oleh Empu Prapanca.7. Kitab Sutasoma, dikarang oleh Empu Tantular.

Page 14: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

B. KERAJAAN PAJAJARANKerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sen-diri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi. 

Page 15: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

Pada masa kejatuhan Prabu Kertabumi (Brawijaya V) datang pengungsi dari kerabat Kerajaan Majapahit ke ibukota Kera-jaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat. Raden Baribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di anta-ranya. Dia diterima dengan damai oleh Raja Dewa Niskala dan bahkan dinikahkan dengan Ratna Ayu Kirana salah seorang putri Raja Dewa Niskala. Sang Raja juga menikah dengan keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan Raden Barinbin. 

Pernikahan Dewa Niskala itu membuat marah Raja Susuk-tunggal dari Kerajaan Sunda yang menganggap Dewa Niskala melanggar aturan. Aturan itu menyebutkan bahwa orang Sunda-Galuh dilarang menikah dengan keturunan dari Majapahit. Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja tersebut. Untungnya, dewan penasehat berhasil mendamai-kan keduanya dengan keputusan: dua raja itu harus turun dari tahta. Kemudian mereka harus menyerahkan tahta kepada putera mahkota yang ditunjuk. 

1. SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN PAJAJARAN

Page 16: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

Dewa Niskala menunjuk Jayadewata, anak-nya, sebagai penerus kekuasaan. Prabu Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama. Demikianlah, akhirnya Jayadewata menyatukan dua kerajaan itu. Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja mulai memerintah di Pakuan Pajajaran pada tahun 1482. Selanjutnya nama Pakuan Pajajaran menjadi populer sebagai nama kerajaan. Awal “berdirinya” Pajajaran dihitung pada tahun Sri Baduga Maharaha berkuasa, yakni tahun 1482. 

Page 17: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

2. PENINGGALAN KERAJAAN PAJAJARANA. Prasasti Batu TulisPrasasti Batutulis terletak di Jalan Batu-tulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masihin situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.[1] Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dal-am bahasa dan aksara Sunda Kuno. Pra-sasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi).

Page 18: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

B. Prasasti Sanghyang TapakPrasasti Sanghyang Tapak (juga dikenal sebagai Prasasti Jayabupati atau Prasasti Cicatih ) adalah prasasti kuno perangka tahun 952 saka (1030 M), terdiri dari 40 baris yang memerlukan 4 buah batu untuk menulisnya. Keempat batu prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Cica-tih, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Tiga diantaranya ditemukan di dekat Kam-pung Bantar Muncang, sementara sebuah lainnya ditemukan di Kampung Pang-calikan. Prasasti ini ditulis dalam huruf Kawi Jawa. Kini keempat batu prasasti ini disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97, dan D 98.

Page 19: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

C. Prasasti Astana GedePrasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasasti yang ditemukan di kawas-an Kabuyutan Kawali, kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terutama pada pra-sasti "utama" yang bertu-lisan paling banyak (Prasasti Kawali I). Adapun secara keseluruhan, terdapat enam prasasti. Kesemua prasasti ini mengguna-kan bahasa dan aksara Sunda (Kaganga). Meskipun tidak berisi candrasangkala, prasasti ini diperkirakan berasal dari paruh kedua abad ke-14 berdasarkan nama raja.Berdasarkan perbandingan dengan peninggalan sejarah lainnya seperti naskah Carita Parahyangan dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, dapat disimpulkan bahwa Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atau tugu peringatan untuk mengenang kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana, pengu-asa Sunda yang bertahta di Kawali, putra PrabuLinggabuana yang gugur di Bubat.

Page 20: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

D.Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal

Prasasti Perjanjian Sunda-Portu-gal atau Padrão Sunda Kela-pa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu (padrão) yang ditemukan pada tahun 1918 di Batavia, Hindia-Belanda. Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat oleh utusan dagang Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan mem-bawa barang-barang untuk "Raja Samian" (maksudnya Sanghyang, yaitu Sang Hyang Surawisesa, pange-ran yang menjadi pemimpin utusan raja Sunda). Padrão ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis.

Page 21: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan

E.Kidung SundaKidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berben-tuk tembang (syair) dan naskahnya ditemukan di Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya. Namun patihGajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit. Kemudian terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda dengan prajurit Majapahit di pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.

Page 22: Majapahit dan Pajajaran - Satria, Wina, Eka - SMAK Mgr. Soegijapranata Pasuruan