Makalah DBD

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tropis adalah penyakit yang lazim atau unik untuk daerah tropis dan subtropis. Penyakit kurang lazim di daerah beriklim sedang, sebagian karena terjadinya musim dingin, yang mengontrol populasi serangga dengan memaksa hibernasi. Serangga seperti nyamuk dan lalat yang jauh pembawa penyakit yang paling umum, atau vektor. Serangga ini dapat membawa parasit, bakteri atau virus yang menular kepada manusia dan hewan. Paling sering penyakit ditularkan oleh "menggigit" serangga, yang menyebabkan transmisi agen menular melalui pertukaran darah subkutan. Vaksin tidak tersedia untuk salah satu penyakit yang tercantum di sini. Manusia eksplorasi hutan hujan tropis, deforestasi, imigrasi naik dan perjalanan udara meningkat internasional dan wisata lainnya ke daerah tropis telah menyebabkan peningkatan insiden penyakit tersebut. Salah satu penyakit menular melalui serangga yaitu penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Dengue Haemmoragic Fever (DHF) atau yang lebih sering dikenal dengan istilah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia, dimana belakangan ini terjadi perluasan distribusi geografi dari virus dan vektor nyamuk, peningkatan aktivitas epidemi dan perkembangan hiperendemisitas. DBD juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di 1

description

DBD

Transcript of Makalah DBD

Page 1: Makalah DBD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tropis adalah penyakit yang lazim atau unik untuk daerah tropis dan subtropis.

Penyakit kurang lazim di daerah beriklim sedang, sebagian karena terjadinya musim dingin, yang

mengontrol populasi serangga dengan memaksa hibernasi. Serangga seperti nyamuk dan lalat

yang jauh pembawa penyakit yang paling umum, atau vektor. Serangga ini dapat membawa

parasit, bakteri atau virus yang menular kepada manusia dan hewan. Paling sering penyakit

ditularkan oleh "menggigit" serangga, yang menyebabkan transmisi agen menular melalui

pertukaran darah subkutan. Vaksin tidak tersedia untuk salah satu penyakit yang tercantum di

sini. Manusia eksplorasi hutan hujan tropis, deforestasi, imigrasi naik dan perjalanan udara

meningkat internasional dan wisata lainnya ke daerah tropis telah menyebabkan peningkatan

insiden penyakit tersebut. Salah satu penyakit menular melalui serangga yaitu penyakit DBD

(Demam Berdarah Dengue).

Dengue Haemmoragic Fever (DHF) atau yang lebih sering dikenal dengan istilah Demam

Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di daerah tropis

dan subtropis, termasuk Indonesia, dimana belakangan ini terjadi perluasan distribusi geografi

dari virus dan vektor nyamuk, peningkatan aktivitas epidemi dan perkembangan

hiperendemisitas. DBD juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di

banyak Negara di Asia Tenggara (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Soedarmo, dkk (2004) menyatakan bahwa salah satu penyakit yang disebabkan oleh agen

infeksius virus adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus penginfeksi ini terbagi menjadi

beberapa kelompok yang berbeda dimana gejala dan penatalaksanaan penyakit yang ditimbulkan

pun menjadi bermacam-macam.

1.2 Tujuan

1.1.1 Umum

Mahasiswa akan dapat memahami konsep Penanggulangan Penyakit DBD dan Cara

Deteksi Dini DBD, Survey Angka Kejadian DBD dan Penanggulangan Penyakit

DBD di Komunitas

1

Page 2: Makalah DBD

1.1.2 Khusus

Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dan penyebab Demam

Berdarah

Mahasiswa mengatahui dan memahami Gejala Demam Berdarah

Mahasiswa memgetahui dan memahami Penanggulangan Demam Berdarah

Mahasiswa mengetahui dan memahami Pencegahan dan pengobatan penyakit

DBD

Mahasiswa mengetahui dan memahami Deteksi Dini Penyakit Dbd

Mahasiswa mengetahui dan memahami Tanda Bahaya dan Pemeriksaan

Laboratorium

Mahasiswa mengetahui dan memahami Epidemologi DBD

Mahasiswa mengetahui dan memahami Pengaruh DBD terhadap kependudukan

Mahasiswa mengetahui dan memahami Angka kesakitan dan angka kematian

Mahasiswa mengetahui dan memahami Gambaran epidemiologi

Mahasiswa mengetahui dan memahami Pencegahan / Pemberantasan Penyakit

Demam Berdarah

2

Page 3: Makalah DBD

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Penanggulangan Penyakit DBD dan Cara Deteksi Dini DBD

Diagnosis DBD menurut kriteria WHO (World Health Organization) ditegakkan berdasarkan

tanda dan gejala klinik berupa demam, pembesaran hati, perdarahan, syok disertai penurunan

trombosit dan peningkatan hematokrit. Namun diagnosis tersebut ditegakkan secara lengkap

biasanya sudah mendekati fase akhir penyakit.

1. Pengertian Demam Berdarah

Demam berdarah ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah merupakan manifestasi infeksi virus dengue.

2. Penyebab Demam Berdarah

Penyakit DBD adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus

dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa "Demam

Dengue(DD)" atau "Demam Berdarah Dengue (DBD)". DD tidak membahayakan atau tidak

mengancam jiwa seperti DBD. Biasanya kasus seperti ini sering diistilahkan masyarakat awam

sebagai gejala demam berdarah. Sebenarnya dalam penanganannya tidak perlu dirawat di rumah

sakit. DD tidak akan berubah menjadi DBD. Jadi, pendapat yang mengatakan bahwa bila

penanganan tidak baik dan terlambat mengakibatkan DD akan menjadi DBD adalah tidak benar.

Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan, trombosit menurun

dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Pada DBD trombosit yang menurun sangat

drastis hingga kurang dari 90.000, perdarahan yang terjadi lebih berat dan dapat disertai sesak

napas karena adanya cairan di rongga paru (efusi pleura)

Penyakit ini disebabkan oleh bibit penyakit yang sangat kecil yang disebut virus. Virus ini

termasuk kedalam kelompok virus yang ditularkan oleh serangga yang menggigit yang

dinamakan Arbovirus. Nyamuk yang disebut Aedes aegypti  dianggap penyebab menularnya

penyakit ini yang dinamai vektor. Apabila nyamuk ini kebetulan mengisap darah penderita

penyakit demam berdarah, maka virus inipun berpindah dari seseorang ke orang lain.

3

Page 4: Makalah DBD

Vektor utama dengue adalah nyamuk Aedes aegypti disamping itu ditemukan pula

Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan air tawar

seperti bak mandi, drum penampungan, kaleng bekas, dan lainnya. Adapun vektor tersebut

berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain :

Kebiasaan masyrakat menampung air di daerah yang terjangkit DBD wilayah

penduduk, karena :

Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena

jarak terbang Aedes aegypti 40-100 meter.

Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali.

Perubahan musim mempengaruhi frekwensi gigitan nyamu, karena musim hujan

puncak jumlah gigitan terjadi pada siang – sore dan malam hari.

Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap

gigitan nyamuk, misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim

hujan.

3. Gejala Demam Berdarah

Ada beberapa gejala orang yang menderita demam berdarah yakni :

Demam yang tinggi mendadak selama 2 hari atau lebih yang berlangsung secara terus –

menerus dengan sebab yang tidak jelas.

Demam yang tinggi dapat disertai nyeri perut atau nyeri hati (ulu hati) dan terjadi

penurunan kesadaran seperti mau tidur saja.

Timbul tanda – tanda perdarahan yang sering seperti campak dan kemerahan pada kulit.

Pada kulit tampak bercak atau bintik merah mirip bekas gigitan nyamuk. Bedanya dengan

bekas gigitan nyamuk, jika ditekan bintik merah ini tidak hilang.

Selain itu juga gejala perdarahan dapat muncul sebagai mimisan, mendadak keluar darah

melalui hidung atau gusi mendadak buang air besar bercampur darah dan berarti gawat bila

sampai terjadi perdarahan pada saluran pencernaan, darah yang keluar dalam buangan air besar

tidak berwarna merah, karena telah bercampur dengan sisa – sisa makanan tetapi berwana hitam

dan encer. Dalam bahasa kedokteran hal ini disebut melena. Bila terjadi perdarahan pada usus, ia

dapat pula menyebabkan terjadinya muntah darah yang disebut Hematesis. Warna muntahnya

juga hitam, warna hitam ini juga disebabkan oleh darah yang bereaksi dengan asam – asam yang

ada pada lambung.

4

Page 5: Makalah DBD

Gejala perdarahan juga kadang – kadang ditunjukkan juga pada sudut mata yang berwarna

merah, rasa nyeri pada beberapa tempat antara lain pada ulu hati, pada sendi – sendi, dan otot –

otot. Kencing penderita juga perlu diawasi karena kencing yang dikeluarkan harus seimbang

dengan cairan yang masuk baik lewat minuman maupun lewat infus.

4. Penanggulangan Demam Berdarah

Penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan dengan cara :

1. Pertolongan pertama demam berdarah

Jika ada kecurigaan pada seseorang dengan penyakit demam berdarah berilah ia minum

sebanyak-banyaknya. Jika ada berikan larutan gula – garam, penambahan cairan penting

sekali. Tubuh penderita sudah kehilangan banyak darah harus diimbangi dengan pemberian

cairan. Tubuh penderita yang sudah kehilangan banyak darah ada yang tampak dan ada

pula yang tidak tampak. Jika kehilangan darah melebihi kewajaran, penderita akan

pingsan.  

Penderita harus segera dibawah kerumah sakit untuk perawatan selanjutnya oleh dokter ahli

penyakit dalam kemungkinan penderita pula diberikan tambahan darah lewat transfusi

karena bila tidak diberikan akan mengakibatkan kematian

5. Pencegahan dan pengobatan penyakit DBD

Pencegahan

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada

awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan,

kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat

penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang

belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung

pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997). Pengendalian

nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:

1. Lingkungan

5

Page 6: Makalah DBD

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat

perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik.

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan

malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai

batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat

penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras

dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan

beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan

kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan

repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat

(Deubel V et al., 2001).

Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan

untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat

dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi

dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan

meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik,

akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian

kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap

dipertimbangkan.

Pengobatan alamiah untuk DBD:

Jambu biji

6

Page 7: Makalah DBD

Walaupun khasiatnya belum teruji secara medis, tak ada salahnya untuk memberikan jus

jambu biji kepada pasien demam berdarah. Sebab, buah eksotis ini mengandung vitamin

C yang sangat tinggi. Bahkan kandungan vitamin C di dalamnya bisa tiga sampai enam

kali lebih tinggi dibanding buah jeruk. Lebih tinggi 10 kali dibandingkan dengan pepaya

dan 10 sampai 30 kali dibandingkan dengan pisang. Vitamin C ini terdapat dalam daging

buahnya yang segar. Bijinya yang sering tidak dikonsumsi pun mengandung vitamin C

seperti daging buahnya.

Alang-alang

Tanaman liar yang sudah ribuan tahun dikenal masyarakat Cina ini bermanfaat untuk

kesehatan. Bahkan saat ini tumbuhan bernama latin Imperata cylindrica (L) Beauv sudah

sering diteliti secara ilmiah.

Daun Dewa

Tumbuhan daun dewa bisa juga dipergunakan sebagai pengganti angkung bila harga pil

tersebut dianggap terlalu mahal. Tanaman daun dewa berbentuk semak. Daun adalah

bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat. Nama latinnya adalah Gymura segetum

(Lour) Merr atau Gynura pseudochina (L) DC dan termasuk ke dalam famili tumbuhan

Compositae atau Asteraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah bluntas cina,

daun dewa, atau samsit. Herbal yang satu ini dikenal kaya dengan berbagai kandungan

kimia seperti saponin, minyak asiri, flavonoid, dan tanin. Dengan kandungan kimia

tersebut tumbuhan ini bermanfaat sebagai anticoagulant (mencairkan bekuan darah),

stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, membersihkan

racun.

6. Deteksi Dini Penyakit Dbd

Deteksi dini DBD pada anak perlu diketahui karena bila terjadi keterlambatan penyakit ini

sangat fatal. Gejala awal penyakit ini hampir sama dengan penyakit infeksi virus lainnya. Tetapi

ada beberapa karakteristik klinis yang bisa diamati untuk mencurigai penyakit DBD. Beberapa

gejala yang diwaspadai adalah bila demam yang timbulnya mendadak, langsung tinggi di atas

390C. Begitu mendadaknya, sering kali dalam praktik sehari-hari terdengar cerita bahwa saat

melepas anak berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat. Tetapi saat di sekolah mendadak

terdapat keluhan demam tinggi. Gejala khas yang dicurigai biasanya anak tampak lemas, loyo,

tidak mau bermain di bawah, minta gendong dan tidur terus menerus sepanjang hari. Bila

7

Page 8: Makalah DBD

lemasnya hanya saat demam tinggi, tetapi begitu demam turun anak aktif lagi biasanya tidak

harus dikawatirkan dan merupakan hal yang wajar. Biasanya pada hari ke 3 demam sedikit

menurun namun hari ke IV dan ke V meningkat lagi akhirnya hari ke VI demam membaik.

Selain itu harus dicurigai bila panas tidak disertai batuk, pilek dan sakit tenggorokan atau di

lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit flu.

Harus diwaspadai juga bila  dalam beberapa waktu terakhir di sekitar rumah ada yang

mengalami penyakit DBD. Atau, dalam waktu dekat sebelumnya pernah ada fogging

(pengasapan), karena bila ada fogging biasanya ada penderita DBD di sekitarnya. Gejala

perdarahan bukan dianggap  sebagai tanda untuk mendeteksi awal penyakit, karena gejala itu

lebih jelas timbul saat fase akhir penyakit. 

7. Tanda Bahaya

Bila pada awal deteksi dini sudah dicurigai DBD, harus dimonitor dengan ketat tanda bahaya

yang bisa terjadi. Tanda bahaya yang harus diketahui pada penyakit DBD adalah tanda

perdarahan berlebihan pada kulit (bintik merah), hidung, gusi atau berak darah warna kehitaman

dan berbau. Tanda bahaya lainnya adalah bila panas yang berangsur dingin, tetapi anak tampak

loyo dan pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan atau kaki dingin. Gejala yang dingin ini

sering dianggap anak telah sembuh, padahal merupakan tanda bahaya. Kondisi tersebut

mengakibatkan orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas kesehatan terdekat.

Tanda bahaya lain yang menyertai adalah penampilan anak tampak sangat gelisah, tidak mau

makan minum sama sekali, kesadarannya menurun, kejang dan napas sesak. Pada keadaan

tersebut penderita harus segera dibawa ke dokter, bila terlambat akan menimbulkan komplikasi

yang berbahaya seperti syok, perdarahan kepala, perdarahan hebat di seluruh tubuh

(Disseminated Intravascular Coagulation/DIC) atau gangguan fungsi otot jantung. Dalam

keadaan ini penderita biasanya sulit untuk diselamatkan.

Seringkali orang tua disalahkan karena keterlambatan membawa anaknya ke dokter.

Orangtua tersebut menolak pendapat ini karena sejak hari pertama dan ke dua panas anak selalu

kontrol ke dokter. Tetapi panas hari ke 1 - 2 tidak bisa terdeteksi gejala demam berdarah dan

tidak ada penanganan secara khusus. Manifestasi berbahaya biasanya justru timbul pada panas

8

Page 9: Makalah DBD

hari ke 3 - 5. Keterlambatan penanganan yang terjadi justru saat keterlambatan dalam memonitor

saat periode tersebut. Bila tanda bahaya itu terjadi maka jangan ditunda harus segera ke dokter

atau ke rumah sakit terdekat. Jadi monitor tanda bahaya dan tindakan penting harus dilakukan

saat panas hari ke 3 -  5.

8. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan darah tepi atau

sering diistilahkan pemeriksaan darah lengkap. Gambaran hasil laboratorium yang khas adalah

terjadi peningkatan kadar hemoglobin (hb) dan peningkatan hematokrit (hct) disertai penurunan

trombosis kurang dari 150.000. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-5

panas. Pemeriksaan darah pada panas hari ke 1 - 2 tidak bermanfaat dan malah menyesatkan

karena hasilnya masih dalam normal. Hasil normal tetapi bukan berarti bebas DBD atau belum

menyingkirkan diagnosis DBD. Dalam perjalanannya trombosit akan terus menurun pada hari

ke-3, ke-4, dan hari ke-5. Bila dicurigai DBD, pemeriksaan darah mungkin terus dilakukan pada

hari ke 4 dan ke 5,. Pada hari ke-6 dan selanjutnya akan meningkat terus kembali ke nilai normal.

Peningkatan jumlah trombosit secara drastis timbul setelah hari ke-6.

Selama ini masyarakat awam selalu kawatir bila trombositnya menurun. Sebenarnya

dalam monitoring hasil pemeriksaan darah yang penting bukan hanya jumlah trombosit. Meski

trombosit sangat rendah tetapi tidak menimbulkan perdarahan tidak harus dikhawatirkan dan

tidak perlu penambahan tranfusi trombosit. Hal penting lainnya dan sering diabaikan adalah

peningkatan jumlah hematokrit atau kekentalan darah. bila hematokrit meningkat, pertanda

terjadi kebocoran plasma atau cairan dari dalam pembuluh darah. Hal ini yang sering

mengakibatkan syok atau tekanan darah menurun.

Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan serologi dengue

blot (imunoglobulin G  dan imunoglobulin M). Pemeriksaan ini selain tidak spesifik tetapi juga

harganya relatif mahal. Pada keadaan diagnosis klinis sudah jelas maka pemeriksaan ini

sebenarnya tidak perlu dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin pemeriksaan ini sering

membantu menunjang menegakkan  diagnosis DBD. Hasil pemeriksaan dengue blot positif dapat

terjadi pada  penyakit DBD dan DD.

9

Page 10: Makalah DBD

Hal lain yang sering dijumpai penderita DBD di diagnosis sebagai sebagai penyakit tifus.

Pada penderita DBD sering ditemukan juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal adalah

identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit tifus. Kejadian seperti inilah yang menimbulkan

kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada penyakit demam tiphoid pada minggu awal panas

biasanya malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal tersebut. Bila hasil pemeriksaan widal

meningkat tinggi pada awal minggu pertama, tidak harus dicurigai sebagai penyakit tifus.

Sebaiknya pemeriksaan Widal dilakukan saat panas pada akhir minggu pertama atau awal

minggu ke 2.

Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD.

Penyakit ini adalah self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip

pengobatan secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya natrium) dan

glukosa. Pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti air buah atau

minuman yang manis, dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita DBD.

Paling penting adalah bukan mengobati, tetapi pencegahan penyakit. Paling tidak melakukan

deteksi dini penyakit berbahaya ini secara cermat dan benar.

II. Survey Angka Kejadian DBD

Di Indonesia demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting. Infeksi dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua abad terakhir dari gejala

yang ringan dan self limiting disease. Dalam beberapa tahun terakhir penyakit ini memiliki

manifestasi klinis yang semakin berat sebagai demam berdarah dengue dan frekuensi kejadian

luar biasa meningkat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi yang padat mencapai

245 juta penduduk. Hampir 60% penduduk tinggal di pulau Jawa, daerah kejadian luar biasa

infeksi dengue terjadi. Walaupun demikian, penyakit dengue banyak dilaporkan di kota besar

dan pedesaan di Indonesia dan telah menyebar sampai di desa-desa terpencil oleh karena

perpindahan dan kepadatan penduduk yang tinggi.

Epidemologi DBD

Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika

Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di

10

Page 11: Makalah DBD

Asia tenggrara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab

kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.

Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis

dan subtropis, karena peningkatan jumlah penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena

wabah dan manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yaitu Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).

Antara tahun 1975 dan 1995, DD/DBD terdeteksi keberadaannya di 102 negara di dari lima

wilayah WHO yaitu : 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4

negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis di dunia saat

ini telah menjadi hiperendemis dengan ke-empat serotipe virus secara bersama-sama diwilayah

Amerika, Asia Pasifik dan Afrika. Indonesia, Myanmar, Thailand masuk kategori A yaitu :

KLB/wabah siklis) terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun. Menyebar sampai

daerah pedesaan, sirkulasi serotipe virus beragam (WHO, 2000).

Pengaruh DBD terhadap kependudukan

Serangan demam berdarah dengue (DBD) terus mengganas. Di Jakarta, dalam dua hari

jumlah penderita bertambah hingga 600-an orang..

Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tercatat 174 kelurahan di 10 kecamatan di

Jakarta dinyatakan sebagai daerah waspada kejadian luar biasa (KLB). Tidak tertutup

kemungkinan, jumlah daerah KLB ini bertambah.. Di Jakarta Barat terjadi di Kecamatan Kebon

Jeruk dan Palmerah. Di Jakarta Selatan menimpa Kecamatan Pasar Minggu dan Kebayoran

Lama. Di Jakarta Timur, KLB terjadi di Kecamatan Ciracas dan Kramat Jati. Kota Bekasi, Jawa

Barat, tiga orang meninggal akibat penyakit tersebut selama Januari-Februari. Angka tersebut

sama dengan jumlah korban meninggal sepanjang 2003. Sedikitnya 73 pasien dirawat pada

periode Januari hingga 17 Februari 2004. Padahal, sepanjang 2003, hanya terjadi 15 kasus DBD.

Serangan DBD juga menghantui warga Jawa Tengah. Sebanyak 29 kabupaten/kota di

provinsi tersebut terjangkiti penyakit ini. Kota/kabupaten tersebut, antara lain, Rembang, Kudus,

Pati, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Brebes.

11

Page 12: Makalah DBD

Dari wacana diatas, dapat kita ketahui bahwa DBD merupakan penyakit yang menyerang

pada masyarakat luas, dan penderita penyakit ini rawan mengalami kematian.

Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa faktor utama dari kependudukan adalah vertilitas

(kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan), jadi akibat dari serangan DBD

yang dapat mengakibatkan kematian tentu akan mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu

tempat. Penderita kronis dari penyakit ini diharuskan dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan secara optimal oleh perawat, sehingga pasien mendapatkan kesehatannya kembali.

Penderita kronis ini secara tidak langsung telah mengubah kapadatan penduduk pada suatu

wilayah tertentu (tempat tinggalnya) karena penderita ini berpindah tempat tinggal ke rumah

sakit untuk sementara.

Angka kesakitan dan angka kematian

Pada tahun pertama diketahui infeksi dengue di Indonesia, dilaporkan 58 kasus di DKI

Jakarta dan Surabaya (termasuk 24 kasus yang meninggal).5 Pada tahun 1970, 24 kasus dengue

diidentifikasi diantara 48 kasus anak tersangka dengue di Yogyakarta.6 Selanjutnya, 8 kasus

diklasifikasikan DBD dan 2 kasus berkembang menjadi SSD.Pada tahun 1997, 2004 dan 2005

Depkes melaporkan angka kematian dengue berurutan adalah 15,2 per 100.000 orang, 30 per

100.000 orang dan 13,7 per 100.000 orang.2 (tidak dipublikasi, sumber data dirjen P2MPL

Depkes RI).

Pada tahun terakhir, penyakit dengue mengakibatkan lebih dari 400 kematian setiap tahun di

Indonesia dan tahun 1998 angka ini meningkat mencapai 1414. Jika terapi cairan adekuat, maka

angka kematian di negara Asia bisa menurun berkisar antara 0,5% dan 3,5%.7 Sejak tahun 1968-

2008 kasus demam berdarah dengue meningkat terus.

Pada gambar 1. terdapat jumlah kasus demam berdarah dengue yang memuncak setiap 10

tahun sekali, yaitu pada tahun 1988, 1998 dan 2008. Pada tahun 2008 data dari Departemen

Kesehatan menunjukkan jumlah kasus demam berdarah dengue mencapai 133,402 kasus dengan

angka kesakitan (incidence rate) 58,85/100.000 penduduk. Di Indonesia, angka kematian (case

fatality rate) menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak

tahun 2000, menurun menjadi 1,21% pada tahun 2004,1 dan pada tahun 2008 angka kematian

sudah menurun menjadi 0,86%. Pada tahun 2008 angka kesakitan tertinggi terjadi pada propinsi

DKI Jakarta (303,5), Kalimantan Timur (174,6) dan Bali (170,1), sedangkan angka kematian

12

Page 13: Makalah DBD

tertinggi terjadi di propinsi Maluku (3,66%), Kalimantan Barat (3,53%), dan Nusa Tenggara

Timur (2,87%). Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok

umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi DKI Jakarta, persentase kasus DBD

terbanyak merupakan kelompok umur 5-14 tahun (36%), diikuti kelompok umur lebih dari 5

tahun (31%), kelompok 15-44 tahun (22%) dan lebih dari 45 tahun (11%). Data dari tahun 2006

menunjukkan proporsi jenis kelamin lelaki lebih banyak dibanding perempuan pada semua

kelompok umur.

Gambaran epidemiologi

Kasus infeksi dengue pertama di Indonesia dilaporkan pada tahun 1968 di kota DKI Jakarta

dan Surabaya.5,8,9 Kemudian dilanjutkan dengan laporan dari Bandung dan Yogyakarta.6,10

Sejak saat itu tersangka kasus dengue dilaporkan oleh Departemen Kesehatan. Awalnya, angka

kesakitan dilaporkan hanya di pulau Jawa dengan jumlah kasus yang terbatas.5,8,9 Pada awal

tahun 1980-an, laju angka kesakitan meningkat dari 10000 sampai 30000 per tahun, dan sejak

sepuluh tahun terakhir laju angka kesakitan telah meningkat dari 30000-60000 kasus per tahun.

Meningkatnya kasus dengue secara bermakna dilaporkan terjadi pada tahun 1973 dan 1988, dan

pada tahun 1998 dan 2004 dilaporkan berturut-turut 73133 dan 78680 kasus. Kini, infeksi

dengue telah menyebar merata di antara 33 propinsi di Indonesia, dengan latar belakang

interepidemis antara 10000- 25000 kasus setiap tahun.Kejadian luar biasa dengue pertama

dilaporkan terjadi tahun 1973.Dari 10189 kasus yang dilaporkan, 6225 kasus didiagnosis di

Semarang, tidak didapatkan data mengenai derajat beratnya penyakit.5 Pada tahun berikutnya

dilaporkan kejadian luar biasa di luar pulau Jawa yaitu di Manado, Sulawesi Utara. 11 Suatu

epidemik demam berdarah dengue dengan derajat berat dan viremia tinggi dilaporkan di Bantul,

Jawa Tengah pada akhir tahun 1976 dan awal 1977.

Survey Angka Kejadian DBD di Padang :

Tahun 2011, di temukan kasus DBD sebanyak 965 kasus, meninggal dengan CFR 0,01

Tahun 2010, angka kejadian DBD 1045

13

Page 14: Makalah DBD

III. Penanggulangan Penyakit DBD di Komunitas

1. Pencegahan / Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah

Prinsip yang tepat dalam pencegahan penyakit demam berdarah ialah sebagai        berikut :

Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF

Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat

rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan.

Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah, dan

rumah sakit, termasuk pula daerah penyangga di daerah sekitarnya.

Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi tinggi.

Siasat pemberantasan wabah DHF seluruhnya bergantung pada sumber – sumber yang

tersedia. Mengingat mahalnya pemberantasan Aedes aegypti yang terus – menerus dengan

melakukan pemberantasan meskipun dalam keadaan tidak terdapatnya wabah, maka berhubung

dengan kurangnya biaya sebaiknya tenaga dan wewenang diarahkan kepada program jangka

panjang berdasarkan prioritas. Kepadatan nyamuk harus diberantas dengan cara cepat dan tepat.

Pemberantasan DHF didasarkan atas pemutusan rantai penularan yang dapat dilaksankan

dengan cara sebagai berikut :

Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan Aedes aegypti yang dilakukan dengan

jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara terbaik adalah pemasangan kasa

penolak nyamuk.

Cara lain yang dilakukan :

Menggunakan mosquit repellent dan insektisida dalam bentuk spray          (raid,

mortein, dsb).

Menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit.

Memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak.

Pemberantasan Vektor jangka panjang.

Cara yang harus dilakukan adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua

yang mungkin dapat menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga satu kali seminggu

diganti airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lain

digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur

14

Page 15: Makalah DBD

nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat penyimpanan air sebaiknya dikosongkan

terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva.

Singkirkan semua genangan air disekitar pekarangan rumah.

Peliharalah ikan pemakan jentik nyamuk di kolam tergenang, tidur berkelambu disiang

hari dan tidak bermain di kebun selama berjangkit demam berdarah. Serta pakaian tidak

dibiarkan bergantungan di kamar yang gelap dan lembab. Bubuhi semua wadah

penampung dengan garam abate pada musim hujan.

Abatisasi

Di wilayah yang sering berjangkit demam berdarah dilakukan gerakan Abatisasi.

Pemberian garam abate secara cuma – cuma oleh Dinas Kesehatan setempat. Maksudnya

agar wadah penampungan air di rumah dibubuhi garam abati. Garam ini membentuk

lapisan pada dinding wadah penampungan air, lapisan garam inilah yang akan membunuh

jentik – jentik nyamuk.

Jika dibubuhi sesuai aturan pakainya, lapisan garam ini tidak berbahaya untuk diminum,

namun sedikit berbau. Lapisan garam ini mampu bertahan sampai 3 bulan karena itu

sebaiknya tidak menyikat dinding bagian dalam wadah air jika mengurasnya.

Penyemprotan Nyamuk.

Jika disuatu wilayah terdapat penderita demam berdarah, dilaporkan pada pamong

setempat. Pamong akan melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Dinas Kesehatan

akan melakukan penyemprotan nyamuk di lingkungan rumah penderita. Jarak

penyemprotan mencapai keluasan 100 meter. Nyamuk yang telah menggigit penderita

dapat terbasmi.

15

Page 16: Makalah DBD

Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan

kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau

memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan

memakan jentik nyamuk.

Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas

yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar nyamuk tidak bisa

meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah

sangat menyukai air yang bening.

Mengubur. Kuburlah barang – barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan

terjadinya genangan air.

16

Page 17: Makalah DBD

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Demam berdarah ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah merupakan manifestasi infeksi virus

dengue.

Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan, trombosit

menurun dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Penyakit ini disebabkan oleh bibit

penyakit yang sangat kecil yang disebut virus. Virus ini termasuk kedalam kelompok virus yang

ditularkan oleh serangga yang menggigit yang dinamakan Arbovirus. Nyamuk yang disebut

Aedes aegypti  dianggap penyebab menularnya penyakit ini yang dinamai vektor.

Prinsip yang tepat dalam pencegahan penyakit demam berdarah ialah sebagai       

berikut :

Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF

Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat

rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan.

Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah, dan

rumah sakit, termasuk pula daerah penyangga di daerah sekitarnya.

Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi tinggi.

3.2 Saran

Penatalaksanaan yang dilakukan lebih mengarah kepada menjaga keseimbangan cairan

dalam tubuh, bisa dilakukan dengan pemberian infus dan pengganti cairan tubuh yang

lainnya.Untuk pencegahan dapat dilakukan pemberantasan sarang nyamuk yang sering disebut

dengan 3M (menguras penampungan air, menutup bak penampungan, dan mengubur barang-

barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk)

17

Page 18: Makalah DBD

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2004. Informasi Penyakit Menular Demam Berdarah. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2004. Kebijaksanaan Program P2DBD dan Situasi Terkini DBD di

Indonesia. Jakarta

Depkes R.I. 1996. Membina Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN)-DBD) : Petunjuk Bagi Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD). Jakarta: Ditjen Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-3

Depkes R.I. 1998. Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue: Petunjuk Bagi Kader dan Tokoh Masyarakat pada Pencegahan

Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular

Dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-23

Depkes R.I. 2001. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjen

Pemberantasan Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-2

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rhineka Cipta. Hlm

114-117

18