Makalah DBD
-
Upload
cicilia-uzoemacki -
Category
Documents
-
view
157 -
download
0
description
Transcript of Makalah DBD
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tropis adalah penyakit yang lazim atau unik untuk daerah tropis dan subtropis.
Penyakit kurang lazim di daerah beriklim sedang, sebagian karena terjadinya musim dingin, yang
mengontrol populasi serangga dengan memaksa hibernasi. Serangga seperti nyamuk dan lalat
yang jauh pembawa penyakit yang paling umum, atau vektor. Serangga ini dapat membawa
parasit, bakteri atau virus yang menular kepada manusia dan hewan. Paling sering penyakit
ditularkan oleh "menggigit" serangga, yang menyebabkan transmisi agen menular melalui
pertukaran darah subkutan. Vaksin tidak tersedia untuk salah satu penyakit yang tercantum di
sini. Manusia eksplorasi hutan hujan tropis, deforestasi, imigrasi naik dan perjalanan udara
meningkat internasional dan wisata lainnya ke daerah tropis telah menyebabkan peningkatan
insiden penyakit tersebut. Salah satu penyakit menular melalui serangga yaitu penyakit DBD
(Demam Berdarah Dengue).
Dengue Haemmoragic Fever (DHF) atau yang lebih sering dikenal dengan istilah Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di daerah tropis
dan subtropis, termasuk Indonesia, dimana belakangan ini terjadi perluasan distribusi geografi
dari virus dan vektor nyamuk, peningkatan aktivitas epidemi dan perkembangan
hiperendemisitas. DBD juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di
banyak Negara di Asia Tenggara (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Soedarmo, dkk (2004) menyatakan bahwa salah satu penyakit yang disebabkan oleh agen
infeksius virus adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus penginfeksi ini terbagi menjadi
beberapa kelompok yang berbeda dimana gejala dan penatalaksanaan penyakit yang ditimbulkan
pun menjadi bermacam-macam.
1.2 Tujuan
1.1.1 Umum
Mahasiswa akan dapat memahami konsep Penanggulangan Penyakit DBD dan Cara
Deteksi Dini DBD, Survey Angka Kejadian DBD dan Penanggulangan Penyakit
DBD di Komunitas
1
1.1.2 Khusus
Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dan penyebab Demam
Berdarah
Mahasiswa mengatahui dan memahami Gejala Demam Berdarah
Mahasiswa memgetahui dan memahami Penanggulangan Demam Berdarah
Mahasiswa mengetahui dan memahami Pencegahan dan pengobatan penyakit
DBD
Mahasiswa mengetahui dan memahami Deteksi Dini Penyakit Dbd
Mahasiswa mengetahui dan memahami Tanda Bahaya dan Pemeriksaan
Laboratorium
Mahasiswa mengetahui dan memahami Epidemologi DBD
Mahasiswa mengetahui dan memahami Pengaruh DBD terhadap kependudukan
Mahasiswa mengetahui dan memahami Angka kesakitan dan angka kematian
Mahasiswa mengetahui dan memahami Gambaran epidemiologi
Mahasiswa mengetahui dan memahami Pencegahan / Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Penanggulangan Penyakit DBD dan Cara Deteksi Dini DBD
Diagnosis DBD menurut kriteria WHO (World Health Organization) ditegakkan berdasarkan
tanda dan gejala klinik berupa demam, pembesaran hati, perdarahan, syok disertai penurunan
trombosit dan peningkatan hematokrit. Namun diagnosis tersebut ditegakkan secara lengkap
biasanya sudah mendekati fase akhir penyakit.
1. Pengertian Demam Berdarah
Demam berdarah ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah merupakan manifestasi infeksi virus dengue.
2. Penyebab Demam Berdarah
Penyakit DBD adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus
dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa "Demam
Dengue(DD)" atau "Demam Berdarah Dengue (DBD)". DD tidak membahayakan atau tidak
mengancam jiwa seperti DBD. Biasanya kasus seperti ini sering diistilahkan masyarakat awam
sebagai gejala demam berdarah. Sebenarnya dalam penanganannya tidak perlu dirawat di rumah
sakit. DD tidak akan berubah menjadi DBD. Jadi, pendapat yang mengatakan bahwa bila
penanganan tidak baik dan terlambat mengakibatkan DD akan menjadi DBD adalah tidak benar.
Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan, trombosit menurun
dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Pada DBD trombosit yang menurun sangat
drastis hingga kurang dari 90.000, perdarahan yang terjadi lebih berat dan dapat disertai sesak
napas karena adanya cairan di rongga paru (efusi pleura)
Penyakit ini disebabkan oleh bibit penyakit yang sangat kecil yang disebut virus. Virus ini
termasuk kedalam kelompok virus yang ditularkan oleh serangga yang menggigit yang
dinamakan Arbovirus. Nyamuk yang disebut Aedes aegypti dianggap penyebab menularnya
penyakit ini yang dinamai vektor. Apabila nyamuk ini kebetulan mengisap darah penderita
penyakit demam berdarah, maka virus inipun berpindah dari seseorang ke orang lain.
3
Vektor utama dengue adalah nyamuk Aedes aegypti disamping itu ditemukan pula
Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan air tawar
seperti bak mandi, drum penampungan, kaleng bekas, dan lainnya. Adapun vektor tersebut
berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain :
Kebiasaan masyrakat menampung air di daerah yang terjangkit DBD wilayah
penduduk, karena :
Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena
jarak terbang Aedes aegypti 40-100 meter.
Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali.
Perubahan musim mempengaruhi frekwensi gigitan nyamu, karena musim hujan
puncak jumlah gigitan terjadi pada siang – sore dan malam hari.
Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap
gigitan nyamuk, misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim
hujan.
3. Gejala Demam Berdarah
Ada beberapa gejala orang yang menderita demam berdarah yakni :
Demam yang tinggi mendadak selama 2 hari atau lebih yang berlangsung secara terus –
menerus dengan sebab yang tidak jelas.
Demam yang tinggi dapat disertai nyeri perut atau nyeri hati (ulu hati) dan terjadi
penurunan kesadaran seperti mau tidur saja.
Timbul tanda – tanda perdarahan yang sering seperti campak dan kemerahan pada kulit.
Pada kulit tampak bercak atau bintik merah mirip bekas gigitan nyamuk. Bedanya dengan
bekas gigitan nyamuk, jika ditekan bintik merah ini tidak hilang.
Selain itu juga gejala perdarahan dapat muncul sebagai mimisan, mendadak keluar darah
melalui hidung atau gusi mendadak buang air besar bercampur darah dan berarti gawat bila
sampai terjadi perdarahan pada saluran pencernaan, darah yang keluar dalam buangan air besar
tidak berwarna merah, karena telah bercampur dengan sisa – sisa makanan tetapi berwana hitam
dan encer. Dalam bahasa kedokteran hal ini disebut melena. Bila terjadi perdarahan pada usus, ia
dapat pula menyebabkan terjadinya muntah darah yang disebut Hematesis. Warna muntahnya
juga hitam, warna hitam ini juga disebabkan oleh darah yang bereaksi dengan asam – asam yang
ada pada lambung.
4
Gejala perdarahan juga kadang – kadang ditunjukkan juga pada sudut mata yang berwarna
merah, rasa nyeri pada beberapa tempat antara lain pada ulu hati, pada sendi – sendi, dan otot –
otot. Kencing penderita juga perlu diawasi karena kencing yang dikeluarkan harus seimbang
dengan cairan yang masuk baik lewat minuman maupun lewat infus.
4. Penanggulangan Demam Berdarah
Penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan dengan cara :
1. Pertolongan pertama demam berdarah
Jika ada kecurigaan pada seseorang dengan penyakit demam berdarah berilah ia minum
sebanyak-banyaknya. Jika ada berikan larutan gula – garam, penambahan cairan penting
sekali. Tubuh penderita sudah kehilangan banyak darah harus diimbangi dengan pemberian
cairan. Tubuh penderita yang sudah kehilangan banyak darah ada yang tampak dan ada
pula yang tidak tampak. Jika kehilangan darah melebihi kewajaran, penderita akan
pingsan.
Penderita harus segera dibawah kerumah sakit untuk perawatan selanjutnya oleh dokter ahli
penyakit dalam kemungkinan penderita pula diberikan tambahan darah lewat transfusi
karena bila tidak diberikan akan mengakibatkan kematian
5. Pencegahan dan pengobatan penyakit DBD
Pencegahan
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada
awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan,
kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang
belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung
pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997). Pengendalian
nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
1. Lingkungan
5
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik.
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan
malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai
batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras
dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat
(Deubel V et al., 2001).
Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan
untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat
dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi
dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan
meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik,
akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian
kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap
dipertimbangkan.
Pengobatan alamiah untuk DBD:
Jambu biji
6
Walaupun khasiatnya belum teruji secara medis, tak ada salahnya untuk memberikan jus
jambu biji kepada pasien demam berdarah. Sebab, buah eksotis ini mengandung vitamin
C yang sangat tinggi. Bahkan kandungan vitamin C di dalamnya bisa tiga sampai enam
kali lebih tinggi dibanding buah jeruk. Lebih tinggi 10 kali dibandingkan dengan pepaya
dan 10 sampai 30 kali dibandingkan dengan pisang. Vitamin C ini terdapat dalam daging
buahnya yang segar. Bijinya yang sering tidak dikonsumsi pun mengandung vitamin C
seperti daging buahnya.
Alang-alang
Tanaman liar yang sudah ribuan tahun dikenal masyarakat Cina ini bermanfaat untuk
kesehatan. Bahkan saat ini tumbuhan bernama latin Imperata cylindrica (L) Beauv sudah
sering diteliti secara ilmiah.
Daun Dewa
Tumbuhan daun dewa bisa juga dipergunakan sebagai pengganti angkung bila harga pil
tersebut dianggap terlalu mahal. Tanaman daun dewa berbentuk semak. Daun adalah
bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat. Nama latinnya adalah Gymura segetum
(Lour) Merr atau Gynura pseudochina (L) DC dan termasuk ke dalam famili tumbuhan
Compositae atau Asteraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah bluntas cina,
daun dewa, atau samsit. Herbal yang satu ini dikenal kaya dengan berbagai kandungan
kimia seperti saponin, minyak asiri, flavonoid, dan tanin. Dengan kandungan kimia
tersebut tumbuhan ini bermanfaat sebagai anticoagulant (mencairkan bekuan darah),
stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, membersihkan
racun.
6. Deteksi Dini Penyakit Dbd
Deteksi dini DBD pada anak perlu diketahui karena bila terjadi keterlambatan penyakit ini
sangat fatal. Gejala awal penyakit ini hampir sama dengan penyakit infeksi virus lainnya. Tetapi
ada beberapa karakteristik klinis yang bisa diamati untuk mencurigai penyakit DBD. Beberapa
gejala yang diwaspadai adalah bila demam yang timbulnya mendadak, langsung tinggi di atas
390C. Begitu mendadaknya, sering kali dalam praktik sehari-hari terdengar cerita bahwa saat
melepas anak berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat. Tetapi saat di sekolah mendadak
terdapat keluhan demam tinggi. Gejala khas yang dicurigai biasanya anak tampak lemas, loyo,
tidak mau bermain di bawah, minta gendong dan tidur terus menerus sepanjang hari. Bila
7
lemasnya hanya saat demam tinggi, tetapi begitu demam turun anak aktif lagi biasanya tidak
harus dikawatirkan dan merupakan hal yang wajar. Biasanya pada hari ke 3 demam sedikit
menurun namun hari ke IV dan ke V meningkat lagi akhirnya hari ke VI demam membaik.
Selain itu harus dicurigai bila panas tidak disertai batuk, pilek dan sakit tenggorokan atau di
lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit flu.
Harus diwaspadai juga bila dalam beberapa waktu terakhir di sekitar rumah ada yang
mengalami penyakit DBD. Atau, dalam waktu dekat sebelumnya pernah ada fogging
(pengasapan), karena bila ada fogging biasanya ada penderita DBD di sekitarnya. Gejala
perdarahan bukan dianggap sebagai tanda untuk mendeteksi awal penyakit, karena gejala itu
lebih jelas timbul saat fase akhir penyakit.
7. Tanda Bahaya
Bila pada awal deteksi dini sudah dicurigai DBD, harus dimonitor dengan ketat tanda bahaya
yang bisa terjadi. Tanda bahaya yang harus diketahui pada penyakit DBD adalah tanda
perdarahan berlebihan pada kulit (bintik merah), hidung, gusi atau berak darah warna kehitaman
dan berbau. Tanda bahaya lainnya adalah bila panas yang berangsur dingin, tetapi anak tampak
loyo dan pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan atau kaki dingin. Gejala yang dingin ini
sering dianggap anak telah sembuh, padahal merupakan tanda bahaya. Kondisi tersebut
mengakibatkan orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas kesehatan terdekat.
Tanda bahaya lain yang menyertai adalah penampilan anak tampak sangat gelisah, tidak mau
makan minum sama sekali, kesadarannya menurun, kejang dan napas sesak. Pada keadaan
tersebut penderita harus segera dibawa ke dokter, bila terlambat akan menimbulkan komplikasi
yang berbahaya seperti syok, perdarahan kepala, perdarahan hebat di seluruh tubuh
(Disseminated Intravascular Coagulation/DIC) atau gangguan fungsi otot jantung. Dalam
keadaan ini penderita biasanya sulit untuk diselamatkan.
Seringkali orang tua disalahkan karena keterlambatan membawa anaknya ke dokter.
Orangtua tersebut menolak pendapat ini karena sejak hari pertama dan ke dua panas anak selalu
kontrol ke dokter. Tetapi panas hari ke 1 - 2 tidak bisa terdeteksi gejala demam berdarah dan
tidak ada penanganan secara khusus. Manifestasi berbahaya biasanya justru timbul pada panas
8
hari ke 3 - 5. Keterlambatan penanganan yang terjadi justru saat keterlambatan dalam memonitor
saat periode tersebut. Bila tanda bahaya itu terjadi maka jangan ditunda harus segera ke dokter
atau ke rumah sakit terdekat. Jadi monitor tanda bahaya dan tindakan penting harus dilakukan
saat panas hari ke 3 - 5.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan darah tepi atau
sering diistilahkan pemeriksaan darah lengkap. Gambaran hasil laboratorium yang khas adalah
terjadi peningkatan kadar hemoglobin (hb) dan peningkatan hematokrit (hct) disertai penurunan
trombosis kurang dari 150.000. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-5
panas. Pemeriksaan darah pada panas hari ke 1 - 2 tidak bermanfaat dan malah menyesatkan
karena hasilnya masih dalam normal. Hasil normal tetapi bukan berarti bebas DBD atau belum
menyingkirkan diagnosis DBD. Dalam perjalanannya trombosit akan terus menurun pada hari
ke-3, ke-4, dan hari ke-5. Bila dicurigai DBD, pemeriksaan darah mungkin terus dilakukan pada
hari ke 4 dan ke 5,. Pada hari ke-6 dan selanjutnya akan meningkat terus kembali ke nilai normal.
Peningkatan jumlah trombosit secara drastis timbul setelah hari ke-6.
Selama ini masyarakat awam selalu kawatir bila trombositnya menurun. Sebenarnya
dalam monitoring hasil pemeriksaan darah yang penting bukan hanya jumlah trombosit. Meski
trombosit sangat rendah tetapi tidak menimbulkan perdarahan tidak harus dikhawatirkan dan
tidak perlu penambahan tranfusi trombosit. Hal penting lainnya dan sering diabaikan adalah
peningkatan jumlah hematokrit atau kekentalan darah. bila hematokrit meningkat, pertanda
terjadi kebocoran plasma atau cairan dari dalam pembuluh darah. Hal ini yang sering
mengakibatkan syok atau tekanan darah menurun.
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan serologi dengue
blot (imunoglobulin G dan imunoglobulin M). Pemeriksaan ini selain tidak spesifik tetapi juga
harganya relatif mahal. Pada keadaan diagnosis klinis sudah jelas maka pemeriksaan ini
sebenarnya tidak perlu dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin pemeriksaan ini sering
membantu menunjang menegakkan diagnosis DBD. Hasil pemeriksaan dengue blot positif dapat
terjadi pada penyakit DBD dan DD.
9
Hal lain yang sering dijumpai penderita DBD di diagnosis sebagai sebagai penyakit tifus.
Pada penderita DBD sering ditemukan juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal adalah
identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit tifus. Kejadian seperti inilah yang menimbulkan
kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada penyakit demam tiphoid pada minggu awal panas
biasanya malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal tersebut. Bila hasil pemeriksaan widal
meningkat tinggi pada awal minggu pertama, tidak harus dicurigai sebagai penyakit tifus.
Sebaiknya pemeriksaan Widal dilakukan saat panas pada akhir minggu pertama atau awal
minggu ke 2.
Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD.
Penyakit ini adalah self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip
pengobatan secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya natrium) dan
glukosa. Pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti air buah atau
minuman yang manis, dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita DBD.
Paling penting adalah bukan mengobati, tetapi pencegahan penyakit. Paling tidak melakukan
deteksi dini penyakit berbahaya ini secara cermat dan benar.
II. Survey Angka Kejadian DBD
Di Indonesia demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting. Infeksi dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua abad terakhir dari gejala
yang ringan dan self limiting disease. Dalam beberapa tahun terakhir penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang semakin berat sebagai demam berdarah dengue dan frekuensi kejadian
luar biasa meningkat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi yang padat mencapai
245 juta penduduk. Hampir 60% penduduk tinggal di pulau Jawa, daerah kejadian luar biasa
infeksi dengue terjadi. Walaupun demikian, penyakit dengue banyak dilaporkan di kota besar
dan pedesaan di Indonesia dan telah menyebar sampai di desa-desa terpencil oleh karena
perpindahan dan kepadatan penduduk yang tinggi.
Epidemologi DBD
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika
Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di
10
Asia tenggrara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab
kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis
dan subtropis, karena peningkatan jumlah penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena
wabah dan manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yaitu Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Antara tahun 1975 dan 1995, DD/DBD terdeteksi keberadaannya di 102 negara di dari lima
wilayah WHO yaitu : 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4
negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis di dunia saat
ini telah menjadi hiperendemis dengan ke-empat serotipe virus secara bersama-sama diwilayah
Amerika, Asia Pasifik dan Afrika. Indonesia, Myanmar, Thailand masuk kategori A yaitu :
KLB/wabah siklis) terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun. Menyebar sampai
daerah pedesaan, sirkulasi serotipe virus beragam (WHO, 2000).
Pengaruh DBD terhadap kependudukan
Serangan demam berdarah dengue (DBD) terus mengganas. Di Jakarta, dalam dua hari
jumlah penderita bertambah hingga 600-an orang..
Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tercatat 174 kelurahan di 10 kecamatan di
Jakarta dinyatakan sebagai daerah waspada kejadian luar biasa (KLB). Tidak tertutup
kemungkinan, jumlah daerah KLB ini bertambah.. Di Jakarta Barat terjadi di Kecamatan Kebon
Jeruk dan Palmerah. Di Jakarta Selatan menimpa Kecamatan Pasar Minggu dan Kebayoran
Lama. Di Jakarta Timur, KLB terjadi di Kecamatan Ciracas dan Kramat Jati. Kota Bekasi, Jawa
Barat, tiga orang meninggal akibat penyakit tersebut selama Januari-Februari. Angka tersebut
sama dengan jumlah korban meninggal sepanjang 2003. Sedikitnya 73 pasien dirawat pada
periode Januari hingga 17 Februari 2004. Padahal, sepanjang 2003, hanya terjadi 15 kasus DBD.
Serangan DBD juga menghantui warga Jawa Tengah. Sebanyak 29 kabupaten/kota di
provinsi tersebut terjangkiti penyakit ini. Kota/kabupaten tersebut, antara lain, Rembang, Kudus,
Pati, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Brebes.
11
Dari wacana diatas, dapat kita ketahui bahwa DBD merupakan penyakit yang menyerang
pada masyarakat luas, dan penderita penyakit ini rawan mengalami kematian.
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa faktor utama dari kependudukan adalah vertilitas
(kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan), jadi akibat dari serangan DBD
yang dapat mengakibatkan kematian tentu akan mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu
tempat. Penderita kronis dari penyakit ini diharuskan dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan secara optimal oleh perawat, sehingga pasien mendapatkan kesehatannya kembali.
Penderita kronis ini secara tidak langsung telah mengubah kapadatan penduduk pada suatu
wilayah tertentu (tempat tinggalnya) karena penderita ini berpindah tempat tinggal ke rumah
sakit untuk sementara.
Angka kesakitan dan angka kematian
Pada tahun pertama diketahui infeksi dengue di Indonesia, dilaporkan 58 kasus di DKI
Jakarta dan Surabaya (termasuk 24 kasus yang meninggal).5 Pada tahun 1970, 24 kasus dengue
diidentifikasi diantara 48 kasus anak tersangka dengue di Yogyakarta.6 Selanjutnya, 8 kasus
diklasifikasikan DBD dan 2 kasus berkembang menjadi SSD.Pada tahun 1997, 2004 dan 2005
Depkes melaporkan angka kematian dengue berurutan adalah 15,2 per 100.000 orang, 30 per
100.000 orang dan 13,7 per 100.000 orang.2 (tidak dipublikasi, sumber data dirjen P2MPL
Depkes RI).
Pada tahun terakhir, penyakit dengue mengakibatkan lebih dari 400 kematian setiap tahun di
Indonesia dan tahun 1998 angka ini meningkat mencapai 1414. Jika terapi cairan adekuat, maka
angka kematian di negara Asia bisa menurun berkisar antara 0,5% dan 3,5%.7 Sejak tahun 1968-
2008 kasus demam berdarah dengue meningkat terus.
Pada gambar 1. terdapat jumlah kasus demam berdarah dengue yang memuncak setiap 10
tahun sekali, yaitu pada tahun 1988, 1998 dan 2008. Pada tahun 2008 data dari Departemen
Kesehatan menunjukkan jumlah kasus demam berdarah dengue mencapai 133,402 kasus dengan
angka kesakitan (incidence rate) 58,85/100.000 penduduk. Di Indonesia, angka kematian (case
fatality rate) menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak
tahun 2000, menurun menjadi 1,21% pada tahun 2004,1 dan pada tahun 2008 angka kematian
sudah menurun menjadi 0,86%. Pada tahun 2008 angka kesakitan tertinggi terjadi pada propinsi
DKI Jakarta (303,5), Kalimantan Timur (174,6) dan Bali (170,1), sedangkan angka kematian
12
tertinggi terjadi di propinsi Maluku (3,66%), Kalimantan Barat (3,53%), dan Nusa Tenggara
Timur (2,87%). Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok
umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi DKI Jakarta, persentase kasus DBD
terbanyak merupakan kelompok umur 5-14 tahun (36%), diikuti kelompok umur lebih dari 5
tahun (31%), kelompok 15-44 tahun (22%) dan lebih dari 45 tahun (11%). Data dari tahun 2006
menunjukkan proporsi jenis kelamin lelaki lebih banyak dibanding perempuan pada semua
kelompok umur.
Gambaran epidemiologi
Kasus infeksi dengue pertama di Indonesia dilaporkan pada tahun 1968 di kota DKI Jakarta
dan Surabaya.5,8,9 Kemudian dilanjutkan dengan laporan dari Bandung dan Yogyakarta.6,10
Sejak saat itu tersangka kasus dengue dilaporkan oleh Departemen Kesehatan. Awalnya, angka
kesakitan dilaporkan hanya di pulau Jawa dengan jumlah kasus yang terbatas.5,8,9 Pada awal
tahun 1980-an, laju angka kesakitan meningkat dari 10000 sampai 30000 per tahun, dan sejak
sepuluh tahun terakhir laju angka kesakitan telah meningkat dari 30000-60000 kasus per tahun.
Meningkatnya kasus dengue secara bermakna dilaporkan terjadi pada tahun 1973 dan 1988, dan
pada tahun 1998 dan 2004 dilaporkan berturut-turut 73133 dan 78680 kasus. Kini, infeksi
dengue telah menyebar merata di antara 33 propinsi di Indonesia, dengan latar belakang
interepidemis antara 10000- 25000 kasus setiap tahun.Kejadian luar biasa dengue pertama
dilaporkan terjadi tahun 1973.Dari 10189 kasus yang dilaporkan, 6225 kasus didiagnosis di
Semarang, tidak didapatkan data mengenai derajat beratnya penyakit.5 Pada tahun berikutnya
dilaporkan kejadian luar biasa di luar pulau Jawa yaitu di Manado, Sulawesi Utara. 11 Suatu
epidemik demam berdarah dengue dengan derajat berat dan viremia tinggi dilaporkan di Bantul,
Jawa Tengah pada akhir tahun 1976 dan awal 1977.
Survey Angka Kejadian DBD di Padang :
Tahun 2011, di temukan kasus DBD sebanyak 965 kasus, meninggal dengan CFR 0,01
Tahun 2010, angka kejadian DBD 1045
13
III. Penanggulangan Penyakit DBD di Komunitas
1. Pencegahan / Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Prinsip yang tepat dalam pencegahan penyakit demam berdarah ialah sebagai berikut :
Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF
Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan.
Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah, dan
rumah sakit, termasuk pula daerah penyangga di daerah sekitarnya.
Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi tinggi.
Siasat pemberantasan wabah DHF seluruhnya bergantung pada sumber – sumber yang
tersedia. Mengingat mahalnya pemberantasan Aedes aegypti yang terus – menerus dengan
melakukan pemberantasan meskipun dalam keadaan tidak terdapatnya wabah, maka berhubung
dengan kurangnya biaya sebaiknya tenaga dan wewenang diarahkan kepada program jangka
panjang berdasarkan prioritas. Kepadatan nyamuk harus diberantas dengan cara cepat dan tepat.
Pemberantasan DHF didasarkan atas pemutusan rantai penularan yang dapat dilaksankan
dengan cara sebagai berikut :
Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan Aedes aegypti yang dilakukan dengan
jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara terbaik adalah pemasangan kasa
penolak nyamuk.
Cara lain yang dilakukan :
Menggunakan mosquit repellent dan insektisida dalam bentuk spray (raid,
mortein, dsb).
Menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit.
Memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak.
Pemberantasan Vektor jangka panjang.
Cara yang harus dilakukan adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua
yang mungkin dapat menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga satu kali seminggu
diganti airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lain
digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur
14
nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat penyimpanan air sebaiknya dikosongkan
terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva.
Singkirkan semua genangan air disekitar pekarangan rumah.
Peliharalah ikan pemakan jentik nyamuk di kolam tergenang, tidur berkelambu disiang
hari dan tidak bermain di kebun selama berjangkit demam berdarah. Serta pakaian tidak
dibiarkan bergantungan di kamar yang gelap dan lembab. Bubuhi semua wadah
penampung dengan garam abate pada musim hujan.
Abatisasi
Di wilayah yang sering berjangkit demam berdarah dilakukan gerakan Abatisasi.
Pemberian garam abate secara cuma – cuma oleh Dinas Kesehatan setempat. Maksudnya
agar wadah penampungan air di rumah dibubuhi garam abati. Garam ini membentuk
lapisan pada dinding wadah penampungan air, lapisan garam inilah yang akan membunuh
jentik – jentik nyamuk.
Jika dibubuhi sesuai aturan pakainya, lapisan garam ini tidak berbahaya untuk diminum,
namun sedikit berbau. Lapisan garam ini mampu bertahan sampai 3 bulan karena itu
sebaiknya tidak menyikat dinding bagian dalam wadah air jika mengurasnya.
Penyemprotan Nyamuk.
Jika disuatu wilayah terdapat penderita demam berdarah, dilaporkan pada pamong
setempat. Pamong akan melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Dinas Kesehatan
akan melakukan penyemprotan nyamuk di lingkungan rumah penderita. Jarak
penyemprotan mencapai keluasan 100 meter. Nyamuk yang telah menggigit penderita
dapat terbasmi.
15
Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan
kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau
memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan
memakan jentik nyamuk.
Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar nyamuk tidak bisa
meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah
sangat menyukai air yang bening.
Mengubur. Kuburlah barang – barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan
terjadinya genangan air.
16
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Demam berdarah ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah merupakan manifestasi infeksi virus
dengue.
Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan, trombosit
menurun dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Penyakit ini disebabkan oleh bibit
penyakit yang sangat kecil yang disebut virus. Virus ini termasuk kedalam kelompok virus yang
ditularkan oleh serangga yang menggigit yang dinamakan Arbovirus. Nyamuk yang disebut
Aedes aegypti dianggap penyebab menularnya penyakit ini yang dinamai vektor.
Prinsip yang tepat dalam pencegahan penyakit demam berdarah ialah sebagai
berikut :
Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF
Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan.
Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah, dan
rumah sakit, termasuk pula daerah penyangga di daerah sekitarnya.
Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi tinggi.
3.2 Saran
Penatalaksanaan yang dilakukan lebih mengarah kepada menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh, bisa dilakukan dengan pemberian infus dan pengganti cairan tubuh yang
lainnya.Untuk pencegahan dapat dilakukan pemberantasan sarang nyamuk yang sering disebut
dengan 3M (menguras penampungan air, menutup bak penampungan, dan mengubur barang-
barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk)
17
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2004. Informasi Penyakit Menular Demam Berdarah. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2004. Kebijaksanaan Program P2DBD dan Situasi Terkini DBD di
Indonesia. Jakarta
Depkes R.I. 1996. Membina Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN)-DBD) : Petunjuk Bagi Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD). Jakarta: Ditjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-3
Depkes R.I. 1998. Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue: Petunjuk Bagi Kader dan Tokoh Masyarakat pada Pencegahan
Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular
Dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-23
Depkes R.I. 2001. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjen
Pemberantasan Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-2
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rhineka Cipta. Hlm
114-117
18