Makalah DM Bu Woro

download Makalah DM Bu Woro

of 30

Transcript of Makalah DM Bu Woro

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    1/30

    MAKALAH DIETENTIK MASYARAKAT

    Dosen pengampu Ibu Dr. dr. Hj. Oktia Woro KH, M.Kes.

    Disusun oleh

    Rhisky Ariyoso (6411410094)

    Rombel 01

    JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2012

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    2/30

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.2Latar BelakangPemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita penyakit ginjal

    penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka yang telah menderita gangguan ginjal, namun

    baik bagi mereka yang bertekad untuk menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal.

    Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik cairan, elektrolit,

    dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan

    sekresi. Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ ginjal

    terganggu, ia tak lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal menyebabkan

    terjadinya gangguan pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Penetapan

    terapi nutrisi diklasifikasikan berdasarkan jenis gangguan ginjal yang ada.

    Seperti gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, penyakit ginjal tahap akhir (gagal ginjal

    terminal), sindroma nefrotik dan batu ginjal. Mengingat fungsi ginjal telah terganggu,

    penatalaksanaan diet difokuskan pada pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein,

    cairan dan elektrolit natrium, kalium, kalsium dan fosfor.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    3/30

    BAB II

    DIET PADA PENYAKIT GINJAL

    2.1Pengertian Gagal GinjalGinjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi regulasi

    dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal

    juga mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia

    asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya adalah gagal

    ginjal.

    Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang lama

    (kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular yang terjadi

    secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan pro-duk sisa nitrogen

    dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit.

    Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah, yang

    dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya pompa

    jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat rendah (shock), atau

    kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh

    adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein

    atau bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi

    penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya batu

    ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.

    Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi prerenal, intrarenal

    dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah akibat turunnya aliran darah yang

    mendadak ke ginjal seperti gagal jantung, shock atau kehilangan darah akibat lesi atau trauma.

    Faktor intrarenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi, racun, obat

    atau trauma langsung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal. Sedangkan

    faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut adalah berbagai faktor yang dapat

    mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akibat dari obstruksi (sumbatan) pada saluran

    kencing.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    4/30

    Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,

    berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak

    ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi

    glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2, seperti terlihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Batasan Penyakit Ginjal Kronik

    1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau

    tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan :

    Kelainan patologik

    Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria, atau kelainan pada pemeriksaan

    pencitraan

    2. Laju filtrasi glomerulus 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal

    Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh diabetes melitus dan

    hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43% dari gagal ginjal kronis. Kondisi lain yang

    dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah adanya inflamasi (radang), immunological

    (autoimmun) atau penyakit keturunan yang berhubungan dengan ginjal. Pada beberapa kasus,

    pasien dengan gagal ginjal kronis diikuti dengan gagal ginjal akut.

    Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai

    laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi

    glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. Klasifikasi tersebut membagi

    penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.

    Tabel 2. Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik

    Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus

    (ml/menit/1,73m2)

    Risiko Meningkat Normal > 90 (Terdapat faktor risiko)

    Stadium 1 Normal / meningkat > 90 (Terdapat kerusakan

    ginjal, proteinuria)

    Stadium 2 Penurunan ringan 6089

    Stadium 3 Penurunan sedang 3059

    Stadium 4 Penurunan berat 1529

    Stadium 5 Gagal ginjal

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    5/30

    Pada pasien dengan gagal ginjal kronis akan terjadi beberapa kelainan metabolik seperti:

    1. Gangguan elektrolit dan hormon

    Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir dari gagal ginjal.

    Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa nefron menjadi hal yang penting

    dalam ekskresi elektrolit. Beberapa hormon juga membantu dalam pengaturan level elektrolit,

    akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem hormon tersebut.

    Peningkatan sekresi hormon aldosteron dapat membantu mencegah peningkatan kadar kalium

    serum tetapi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat

    membantu pencegahan dari peningkatan kadar phosphate serum akan tetapi daapt berdampak

    pada renal osteodystrophy. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan penurunana

    GFR ketika aktivitas dari hormon tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit

    dibatasi atau berlebihan.

    2. Renal osteodystrophy

    Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari hormon

    paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya phosphate ke dalam urine tetapi

    menyebabkan pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain itu hormon ini juga dapat

    menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum, asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin

    D di dalam ginjal.

    3. Sindrom uremia

    Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis ketika GFR ginjal

    sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN melebihi dari 60 mg/dl. Beberapa

    gangguan, gejala dan komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini disebut dengan

    sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan disfungsi mental dan perubahan pada

    neuromuskuler seperti kram pada otot, kelemahan pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi

    lainnya akibat dari uremia adalah:

    Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi gangguan

    pembentukan hormon pengaktif vitamin D dan erythropoietin yang berfungsi pada

    pembentukan sel darah merah. Akibatnya akan terjadi anemia dan osteoporosis akibat

    hilangnya kalsium dari tulang.

    Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon dapat berakibat pada

    pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan, pengaturan kadar glukosa darah dan

    metabolisme zat gizi.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    6/30

    Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor pembekuan dapat

    menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang lama yang dapat berkontribusi pada

    anemia dan pendarahan pada saluran cerna.

    Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain hipertensi,

    peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid darah yang tidak normal.

    Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki imunitas yang rendah dan

    sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi yang lebih sering menyebabkan kematian pada

    pasien.

    4. Protein Energi Malnutrisi

    Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya akan berkembang PEM dan wasting. Beberapa

    studi memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal akan memiliki asupan energi dan

    protein yang tidak cukup bahkan pada saat awal berkembangnya penyakit. Anoreksia

    merupakan salah satu faktor penyebab dari rendahnya konsumsi makanan dan dapat berakibat

    pada gangguan hormonal. Faktor penyebab lainnya adalah nausea dan vomiting, pembatasan

    diet, uremia dan pengobatan. Kehilangan zat gizi dapat memberikan kontribusi pada

    malnutrisi dan disebabkan akibat dari vomiting, diare, pendarahan gastrointestinal, concurrent

    catabolic illness dan dialisis.

    Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat

    atau tiba-tiba, pada gagal ginjal kronis dikarakteristik dengan penurunan fungsi ginjal secara

    bertahap dan irreversible. Pada penderita gagal ginjal kronis, penderita tidak menunjukkan

    gejal-gejala yang tampak seperti pada pasien dengan gagal ginjal akut. Gejala ini baru timbul

    setelah ginjal mengalami penurunan fungsinya sebesar 75%. Oleh karena itu, pengkajian

    klinik sangat bergantung pada pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat

    membantu dalam upaya menegakkan diagnosis yang tepat. Sebagian besar individu dengan

    stadium dini penyakit gagal ginjal kronik tak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjalsangat penting untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan

    komplikasi lebih lanjut.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    7/30

    Nilai laju filtrasi merupakan parameter terbaik ukuran fungsi ginjal. Nilai ini

    dianjurkan dengan rumus Cockcroft-Gault atau rumus MDRD (modification of diet in renal

    diseases).

    (140-Umur) x Berat Badan

    Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika wanita)

    (ml/menit) 72 x Kreatinin Serum

    MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum)-1,154

    x (Umur)-0,203

    x (0,742

    jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)

    Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat

    penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor resiko untuk

    penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan meliputi terapi penyakit ginjal , pengobatan penyakit

    penyerta, penghambatan penurunan fungsi ginjal, pencegahan dan pengobatan penyakit

    kardiovaskular, pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, serta

    terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.

    2.2Penyebab Malnutrisi Pada Gagal GinjalTingginya angka prevalensi malnutrisi terjadi pada pasien dengan gagal ginjal.

    Beberapa survey menunjukkan bahwa 40% pasien dengan gagal ginjal mengalami malnutrisi

    terutama Protein-Energi malnutrisi. Penyebab malnutrisi ini disebabkan oleh berbagai faktor

    (multifaktor), akan tetapi survey menunjukkan bahwa penyebabnya adalah intake makanan

    yang kurang. Indikator status gizi seperti turunnya intake makanan dan masa otot merupakan

    salah satu penyebab secara independent terhadap kematian 12 bulan lebih dini. Komplikasi

    gastrointestinal (saluran cerna) sering terjadi pada pasien yang menyebabkan turunnya intake

    makanan dan malnutrisi. Pengobatan komplikasi gastrointestinal dapat memperbaiki status

    gizi pada pasien.

    Meskipun secara tradisional indikator malnutrisi, seperti turunnya masa otot atau

    serum protein dihubungkan dengan peningkatan kematian, beberapa penelitian dilakukan

    untuk menunjukkan apabila status gizi baik, maka tingkat kematian pasien dapat dicegah.

    Penurunan masa otot atau protein serum dapat menyebabkan respon fase akut yang

    berhubungan dengan kondisi kesakitan. Sebagai tambahan, kondisi kesakitan dapat

    menyebabkan meningkatnya sitokin penyebab inflamasi dan menyebabkan malnutrisi serta

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    8/30

    peningkatan angka kematian. Peningkatan status gizi pada pasien gagal ginjal dari beberapa

    penelitian menunjukkan perbaikan pada pasien dan memperlama umur pasien.

    Malnutrisi pada pasien gagal ginjal dapat disebabkan oleh beberapa faktor

    (multifaktor). Penurunan intake protein dan kalori merupakan penyebab dari malnutrisi pada

    pasien. Beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan nilai GFR (

    Kondisi co-morbid selalu memberikan kontribusi pada penurunan intake dan

    malnutrisi. Gastroparesis (gangguan motilitas lambung) merupakan faktor yang paling sering

    menyebabkan turunnya intake pada pasien gagal ginjal dengan komplikasi diabetes melitus.

    Akan tetapi, sekarang gastroparesis dapat juga terjadi pada pasien tanpa komplikasi diabetes.

    Beberapa studi menemukan tingginya insidensi dari gangguan motilitas lambung pada pasien

    yang mengalami cuci darah. Pada pasien non-diabetik yang dibantu dengan dialisis dan

    mengalami hipoalbuminemia serta gastroparesis akan meningkat status gizinya estela

    diberikan erythromicin yang berfungsi sebagai agen prokinetik.

    Pengaturan diet yang terlalu ketat pada pasien gagal ginjal dapat menyebabkan

    malnutrisi pada pasien gagal ginjal. Diet ginjal; yang membatasi asupan protein, garam,

    kalium, phosphor dan air semakin menyebabkan malnutrisi dan rendahnya intake makanan.

    Intervensi diet seharusnya tidak terlalu ketat sebelum status gizi dan kebiasaan makan

    diketahui serta pasien gagal ginjal sudah jelas membutuhkan pembatasan diet. Selain itu,

    beberapa hal perlu diperhatikan dalam menyebabkan abnormalitas elektrolit seperti rendahnya

    kontrol terhadap glukosa, penggunaan kalium dalam pengganti garam, atau obat yang

    menyebabkan hyperkalemia. Sehingga pembatasan diet harus memperhatikan beberapa faktor

    diatas.

    Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan peningkatan serum leptin dan

    serum mediator fase akut seperti IL-6 dan TNF (Tumor Necrosis Factor). Mediator ini

    dihubungkan dengan anorexia dan penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal

    ginjal. Selain itu, uremia juga merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya

    nafsu makan dan intake makanan.

    Penyebab malnutrisi lainnya pada pasien gagal ginjal adalah meningkatnya kehilangan

    zat gizi. Pada pasien dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3

    gram peptida dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis peritoneal, pasien akan

    mengalami kehilangan asam amino sebesar 2-4 gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini

    meningkat menjadi 8-9 gram (termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis peritoneal

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    9/30

    akan mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis. Pengeluaran ini

    akan terus meningkat sampai peritonitis diobati.

    Pasien dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah untuk

    check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan mengalami kehilangan

    protein sebesar 16 gram setiap 100 mL darah diambil dari tubuh.

    Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat disebabkan karena aktivitas bakteri

    pada usus dan meningkatnya katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien

    dengan dengan gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di dalam usus.

    Pasien dengan gagal ginjal selalu dihadapkan dengan "anabolism challanged". Meningkatnya

    reactan acute-phase pada pasien gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin

    dari hati dan meningkatkan katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor

    tambahan yang menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien. Beberapa data hasil

    penelitian menunjukkan aktivitas dari ubiquitine-proteasome akan menyebabkan proteolitik

    pada jaringan otot yang merupakan jalur primer dalam katabolisme protein. Acidosis pada

    pasien gagal ginjal akan menghambat aktivitas osteoblast dan meningkatkan aktiovitas

    osteoclast yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien gagal ginjal.

    2.3Dialisis Pada Gagal GinjalDialisis atau cuci darah merupakan salah satu metode untuk memperlama umur pasien

    gagal ginjal. Selain itu, dialisis dapat digunakan untuk memperlama waktu pasien gagal ginjal

    sebelum dilakukan transplantasi ginjal. Dialisis juga dapat mengembalikan keseimbangan

    cairan dan elektrolit. Dialisis bekerja dengan cara menyingkirkan kelebihan cairan dan

    sampah dari darah melalui proses difusi,osmosis dan uktrafiltrasi. Dialisis ini menggunakan

    dialysate, cairan yang sama dengan komposisi plasma darah normal, yang ditransport ke

    dalam kompartement diantara membran semipermeable. Membran semipermeabel ini

    berfungsi sebagai filter atau penyaring dimana molekul kecil seperti glukosa dan urea dapat

    menembus membran melalui pori-pori pada membran sedangkan molekul besar tidak dapat

    menembus membran ini.

    Pada hemodialisis, sebuah tabung yang kecil yang dapat membawa darah ke dalam

    sebuah alat yang disebut dengan dialyzer yang dibuat dari material yang berfungsi sebagai

    membran semipermeabel. Pada peritoneal dialisis, membran semipermeabel ini diganti oleh

    peritoneal membran pada tubuh yang banyak mengandung pembuluh darah dan dapat

    digunakan untuk menyaring darah. Peritoneal ini terletak diperut yang kaya akan pembuluh

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    10/30

    darah. Cara kerja dari hemodialisis peritoneal ini adalah dialysate diinfuskan ke dalam cateter

    yang akan masuk ke dalam ruangan peritoneal. Ruangan ini merupakan ruang antara abdomen

    dekat dengan usus halus. Pada prosedur yang umum digunakan, continous ambulatory

    peritoneal dialysis (CAPD), dialysate masih tertinggal di cavitas peritoneal selama 4-6 jam

    dan sesudahnya dihisap dan diganti dengan dialysate yang baru. Secara umum larutan

    dialysate diganti 4 kali setiap harinya dan membutuhkan sekitar 30 menit untuk penghisapan

    dan penggantian dengan yang baru.

    Tidak seperti hemodialisis dengan menggunakan alat (hemodializer), dialisis

    peritoneal harus menggunakan konsentrasi glukosa yang tinggi akibat tekanan onkotik yang

    rendah pada cavitas peritoneal. Akibatnya, glukosa yang tinggi akan terserap ke dalam tubuh

    menimbulkan hiperglikemia dan hipertrigliserida. Selain itu, kelemahan dari metode ini

    adalah infeksi pada cavitas peritoneal akibat dari kateter (peritonitis), penjendalan darah pada

    kateter sehingga dapat menghambat kateter, perpindahan kateter dan abdominal hernia akibat

    dari volume dialysat. Akan tetapi kelebihan dari metode ini adalah pengambilan darah melalui

    pembuluh darah tidak dilakukan serta pembatasan diet tidak terlalu ketat.

    Pada dialisis dengan menggunakan dialyzer, efek merugikan yang dapat ditimbulkan

    antara lain infeksi pada pembuluh darah, penjendalan darah, hipotensi akibat aliran darah

    ditarik keluar menuju dialyzer, kram pada otot terutama pada tangan, kaki dan lutut. Selain

    itu, anemia juga dapat terjadi pada pasien dengan hemodialisis akibat hilangnya darah di

    dalam dialyzer. Efek merugikan lainnya adalah beberapa pasien merasa pusing, lemah,

    nausea, vomiting dan berkunang-kunang.

    Metode urea kinetik model selanjutnya digunakan untuk mengetahui seberapa

    efektifkah dialisis. Metode urea kinetik model adalah metode untuk mengetahui keefektifan

    dialisis dengan menghitung clearence urea dari darah. Metode ini menggunakan rumus Kt/V

    dimana K menunjukkan konsentrasi urea yang terbuang dari darah, t adalah waktu untuk

    dialisis dan V adalah volume darah. Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui

    apakah pasien telah mengalami dialisis yang tepat. Batas nilai yang digunakan adalah 1,2.

    Akan tetapi, perhitungan ini tidak begitu simple, karena beberapa faktor perlu diperhatikan

    antara lain data clearence pada dialyzer, blood flow rate dan dialysis flow rate. Sehingga

    komputerisasi menjadi hal yang penting dalam menentukan nilai ini.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    11/30

    2.4Kebutuhan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal1. Kebutuhan Energi

    Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan hemodialisis

    dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney Foundation's, kebutuhan

    kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang

    adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis dengan menggunakan

    metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori

    ini perlu diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan mengalami edema,

    sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien agar pemenuhan kebutuhan energi dapat

    diketahui. Berdasarkan National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila berat

    pasien 115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan rumus) digunakan

    dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui berat badan perkiraan adalah sebagai

    berikut:

    berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].

    2. Kebutuhan Protein

    Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis gagal ginjal

    yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa

    dengan gagal ginjal kronis yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per

    kilogram bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan protein

    yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis yang tinggi. Penurunan

    asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik dan menghambat dialisis pada pasien dengan

    gagal ginjal kronis yang stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini tidak diharapkan

    karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake kalori yang tidak adekuat.

    Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6- 0,8 gram

    per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak mengalami

    dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka

    lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.

    Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per

    kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar 1,2-1,3

    gram untuk pasien dengan heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute

    catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram per

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    12/30

    kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5

    gram per kilogram berat badan per hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada

    pasien dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari

    per kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.

    3. Kebutuhan Vitamin

    Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa mikronutient.

    Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti thiamine, asam folate,

    pyridoxine dan asam askorbat (vitamin C). Akan tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan

    menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga

    konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai

    antioxidant sehingga mencegah asidosis pada pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU

    dapat mencegah oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang

    controversial.

    Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi

    ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary

    Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal

    kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level PTH harus dilakukan

    pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D.

    Pasien dengan kadar 25-OH vitamin D

    Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan hemodialisis:

    Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin pasien hemodialisis

    Vitamin Rekomendasi

    ThiaminRiboflavin

    Niacin

    Asam pantotenat

    Piridoksin

    Sianokobalamin

    Biotin

    Asam askorbat

    Asam folat

    1,1-1,2 mg/hari1,1-1,3 mg/hari

    14-16 mg/hari

    5 mg/hari

    10 mg/hari

    2,4 mg/hari

    30 mcg/hari

    75-90 mg/hari

    1 mg/hari

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    13/30

    Zink 15 mg/hari

    4. Kebutuhan Mineral

    a. Kalsium

    Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang kuat.

    Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung kadar

    fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah dengan

    membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga

    keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat

    pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.

    Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda

    kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan

    gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1

    mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan suplemen

    tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak

    terkontrol, karena bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.

    b. Fosfat

    Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari darah

    yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat

    menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat

    lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya

    mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di

    sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar

    fosfat yang tinggi yaitu :

    Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream

    Kacang kacangan, selai kacang

    Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya

    Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang mengandung

    fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    14/30

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    15/30

    Tabel 4. Kebutuhan Rekomendasi pada Pasien Gagal Ginjal

    Parameter

    nutrisi

    Kerja

    ginjal

    normal

    Stage 1-4

    GGK

    Stage 5

    hemodialisis

    Stage 5

    peritoneal

    Transplantasi

    ginjal

    Kalori

    (kcal/kg/hr)

    30-37 35 (

    30-35 (60

    th)

    35 (

    30-35 (60

    th)

    35 (

    30-35 (60

    th) termasuk

    kalori dari

    dialysate

    30-35

    Protein

    (g/kg/hr)

    0,8 0,6-0,75

    50% HBV

    1,2

    50% HBV

    1,2-1,3

    50% HBV

    25-30

    Fat (% total

    kcal)

    30-35% Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA,

    250-300 mg kolesterol/hari

    1.3-1.5

    Inisial 1.0

    untuk

    penjagaan

    Na (mg/hr) Tidak

    dibatasi

    2.000 2.000 2.000 Tidak dibatasi

    K (mg/hr) Tidak

    dibatasi

    Berdasarkan

    nilai lab

    2.000-3.000

    (8-17

    mg/kg/hr)

    3.000-

    4.000 (8-17

    mg/kg/hr)

    Tidak dibatasi

    Ca (mg/hr) Tidak

    dibatasi

    1200 2000 dari

    diet dan obat

    2000 dari

    diet dan obat

    1200

    P (mg/hr) Tidak

    dibatasi

    Berdasarkan

    nilai lab

    800-1000 800-1000 Tidak dibatasi

    sampai

    diindikasi

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    16/30

    harus dibatasi

    Air (mL/hr) Tidak

    dibatasi

    Tidak

    dibatasi

    dengan

    output urin

    normal

    1000+Output

    urin

    1.500-2.000 Tidak dibatasi

    sampai

    diindikasi

    harus dibatasi

    2.5 Diet Pada Gagal Ginjal1. Tujuan Diet

    Gagal Ginjal Akut :

    1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.

    2. Menurunkan kadar ureum darah.

    3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

    4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan.

    Gagal Ginjal Kronis :

    1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal,

    agar tidak memberatkan kerja ginjal.

    2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.

    3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

    4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat penurunan laju

    filtrasi glomerulus.

    Gagal Ginjal dengan Dialisis :

    1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pasien dapat

    melakukan aktivitas normal.

    2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    17/30

    3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.

    2. Syarat Diet

    Gagal Ginjal Akut :

    1. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 2535 kkal/kg BB.

    2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,61,5 g/kgBB. Pada katabolik ringan

    kebutuhan protein 0,61 g/kgBB, katabolik sedang 0,81,2 g/kgBB, dan katabolik berat 1

    1,5 g/kgBB.

    3. Lemak sedang, yaitu 20 30 % dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5 1,5 g/kgBB.

    Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,81,5 g/kgBB.

    4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah energi yang diperoleh

    dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat

    sederhana atau gula murni.

    5. Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.

    6. Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin + 500 ml.

    7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau

    parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C, A dan K.

    Gagal Ginjal Kronis :

    1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.

    2. Protein rendah, yaitu 0,61,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.

    3. Lemak cukup, yaitu 20 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh

    ganda

    4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang diperoleh dari

    protein dan lemak.

    5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya

    natrium yang diberikan antara 13 g.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    18/30

    6. Kalium dibatasi (40 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria,

    atau anuria.

    7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui

    keringat dan pernafasan ( 500 ml).

    8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C, dan D.

    Gagal Ginjal dengan Dialisis :

    1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun

    Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Pada CAPD diperhitungkan jumlah

    energi yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat badan, harus

    dilakukan secara berangsur (250500 g/minggu) untuk mengurangi risiko katabolisme massatubuh tanpa lemak (Lean Body Mass).

    2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino

    yang hilang selama dialisis, yaitu 1 1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB

    ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologik tinggi.

    3. Lemak normal, yaitu 1530 % dari kebutuhan energi total.

    4. Karbohidrat cukup, yaitu 5575 % dari kebutuhan energi total.

    5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :

    1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip liter urin

    (HD)

    1 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap liter

    urin (CAPD)

    6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :

    2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip liter urin

    (HD)

    3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap liter urin

    (CAPD)

    7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.

    8. Fosfor dibatasi, yaitu

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    19/30

    9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500750 ml.

    10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau

    parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama vitamin larut air seperti asam folat,

    vitamin B6, dan C.

    3. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian

    Gagal Ginjal Akut

    Jenis diet yang diberikan adalah :

    1). Diet gagal ginjal akut lunak

    2). Diet gagal ginjal akut cair

    Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan; batasi

    penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan

    buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.

    Tabel 5. Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg

    Bahan Makanan berat (g) urt

    beras 150 3 gls tim

    telur ayam 50 1 btr

    ayam 50 1 ptg sdg

    ikan 50 1 ptg sdg

    tempe 25 1 ptg sdg

    tahu 50 /2 bh bsr

    sayuran 150 1 /2 gls

    buuah 300 3 ptg sdg pepaya

    minyak 25 2 /2 sdm

    gula pasir 40 4 sdm

    madu 30 3 sdm

    susu 200 1 gls

    kue RP*) 100 2 porsi

    Nilai Gizi

    Energi 1801 kkal Besi 17,1 mg

    Protein 51 g (11% energi total) Vitamin A 26449 RE

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    20/30

    Lemak 58 g (28% energi total) Tiamin 1 mg

    Karbohidrat 286 g (61% energi total) Vitamin C 245 mg

    Kalsium 623 mg

    Pembagian Bahan Makanan Sehari

    Pukul 10.00 Pukul 16.00

    Kue RP 50 g =

    1

    porsi kue RP 10 g = 1 porsi

    gula pasir 10 g =

    1

    sdm gula pasir 10 g = 1 sdm

    pukul 21.00

    Gula pasir 10 g = 1 sdm

    Gagal Ginjal Kronis

    Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:

    1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50 kg.

    2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60 kg.

    3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65

    kg.

    Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan dan

    berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih

    rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam

    amino essensial murni.

    Pagi Siang/malam

    beras 50 g = 1 gls tim nasi 50 g = 1 gls tim

    telur ayam 50 g = 1 btr ikan/ayam 50 g = 1 ptg sdg

    sayuran 50g = /2 gls tim tempe/tahu 25/50 g = 1 ptg sdg

    minyak 5 g = /2 sdm sayuran 50 g = /2 gls

    susu 200 g =

    1

    gls tim sayuran 150 g = 1 /2 ptg sdg pepaya

    gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 150 g = 1 sdm

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    21/30

    Tabel 6. Bahan Makanan Sehari GGK

    Bahan 30 g protein 35 g protein 40 g protein

    Makanan berat

    (g)

    urt berat (g) urt berat

    (g)

    urt

    beras 100 11/2 gls nasi 150 2 gls nasi 150 2 gls

    nasi

    telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr

    daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 1 ptg

    sdg

    sayuran 100 1 gls 150 1 /2 gls 150 1 /2 gls

    pepaya 200 2 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 2 ptg

    sdg

    minyak 35 3 /2 sdm 40 4 sdm 40 4 sdm

    gula pasir 60 6 sdm 80 8 sdm 100 10 sdm

    susu

    bubuk

    10 2 sdm 150 3 sdm 20 4 sdm

    kue RP*) 150 2 sdm 150 3 porsi 150 3 porsi

    madu 20 2 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm

    agar-agar 1 porsi 1 porsi 1 porsi

    Tabel 7. Nilai Gizi

    30 g protein 35 g protein 40 g protein

    Energi (kkal) 1729 2086 2265

    Protein (g) 30 35 41

    Lemak (g) 57 70 75Karbohidrat (g) 263 327 356

    Kalsium (mg) 262 336 385

    Besi (mg) 10 11 11.7

    Vitamin A (RE) 27403 32999 33085

    Tiamin (mg) 0.4 0.5 0.5

    Vitamin C (mg) 182 191 192

    Fosfor (mg) 497 623 702Natrium (mg) 195 216 275

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    22/30

    Kalium (mg) 1277 1387 1590

    Pembagian Bahan Makanan Sehari

    Diet Rendah Protein 40

    Pagi Siang

    beras 50 g = /4 gls nasi beras 50 g = /4 gls nasi

    telur ayam 50 g = 1 btr daging 50 g = 1 ptg sdg

    sayuran 50g =1/2 gls sayuran 50 g =

    1/2 gls

    minyak 10 g = 1 sdm pepaya 100 g = 1 ptg sdg

    gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 15 g = 1 /2 sdm

    madu 30 g = 3 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm

    susu bubuk 20 g = 4 sdm

    Pukul 10.00/21.00 Malam

    Kue RP 50 g = 1 porsi beras 50 g = /4 gls nasi

    gula pasir 20 g = 2 sdm ayam 25 g = 1 ptg kcl

    sayuran 50 g = /2 gls

    Pukul 16.00 pepaya 100 g = 1 ptg sdg

    Kue RP 50 g = 1 porsi minyak ikan 15 g = 1 /2 sdm

    gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm

    Tabel 8. Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak Dianjurkan

    Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan/Dibatasi

    Sumber

    karbohidrat

    nasi, bihun, jagung, kentang,

    makaroni, mi, tepung-tepungan,

    singkong, ubi, selai, madu,

    permen

    Sumber protein telur, daing, ikan , ayam, susu kacang-kacangan dan hasil

    olahannya

    seperti tempe dan tahu

    Sumber lemak minyak jagung, minyak kacang kelapa, santan, minyak kelapa;

    tanah, minyak kelapa sawit,

    minyak

    margarin, mentega biasa dan

    lemak

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    23/30

    kedelai; margarin dan mentega hewan

    rendah garam

    Sumber vitamin

    dan

    semua sayuran dan buah, kecuali sayuran dan buah tinggi kalium

    padamineral pasienn dengan hiperkalemia pasien dengan hiperkalemia

    dianjurkan yang mengandung

    kalium rendah/sedang

    Contoh Menu Sehari

    Pagi siang Malam

    nasi goreng nasi nasi

    telur ceplok capcay goreng ayam gorengkatimun daging bistik setup buncis

    susu pepaya setup nenas

    madu puding saos caramel

    Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00

    kue klepon ubi kue cantik manis kue pepe/lapis

    sirup teh sirup

    Gagal Ginjal dengan Dialisis

    Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran badan

    pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.

    Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:

    1. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg

    2. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg

    3. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg

    Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk kebutuhan natrium

    dan cairan)

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    24/30

    Tabel 9. Bahan Makanan Sehari

    Bahan 60 g protein 65 g protein 70 g protein

    Makanan berat (g) urt berat (g) urt berat

    (g)

    urt

    beras 200 3 gls nasi 200 3 gls nasi 220 31/4 gls nasi

    maizena 15 3 sdm 15 3 sdm 15 3 sdm

    telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr

    daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 1 ptg bsr

    ayam 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg

    tempe 75 3 ptg sdg 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg

    sayuran 200 1 gls 200 2 gls 200 2 gls

    pepaya 300 3 ptg sdg 300 3 ptg sdg 300 3 ptg sdg

    minyak 30 3 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm

    gula pasir 50 5 sdm 50 5 sdm 50 5 sdm

    susu

    bubuk

    10 2 sdm 10 2 sdm 10 2 sdm

    susu 100 /2 gls 100 /2 gls 100 /2 gls

    Tabel 10. Nilai Gizi

    60 g protein 65 g protein 70 g protein

    Energi (kkal) 2002 2039 2127

    Protein (g) 62 (12% energi total) 67 (13% energi total) 72 (13% energi total)

    Lemak (g) 67 (30% energi total) 68 (30% energi total) 72 (30% energi total)

    Karbohidrat (g) 290 (58% energi total) 293 (57% energi total) 301 (57% energi total)

    Kalsium (mg) 547 579 583

    Besi (mg) 21,5 24 24,8

    Fosfor (mg) 917 957 1010

    Vitamin A (RE) 38630 38643 38A652

    Tiamin (mg) 0,8 0,8 0,8

    Vitamin C (mg) 254 254 254

    Natrium (mg) 400 400 423

    Kalium (mg) 2156 2156 2288

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    25/30

    Tabel 11. Pembagian Bahan Makanan Sehari

    Waktu dan 60 g protein 65 g protein 70 g protein

    Bahan Makanan berat

    (g)

    urt berat

    (g)

    urt berat

    (g)

    urt

    Pagi beras 503/4 gls nasi 50

    3/4 gls nasi 60

    3/4 gls nasi

    telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr

    sayuran 50 /2 gls 50 /2 gls 50 /2 gls

    gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

    minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

    Pukul susu bubuk 10 2 sdm 10 2 sdm 10 2 sdm

    10,00 gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

    pepaya 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg

    Siang beras 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi

    daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 1 ptg bsr

    tempe 25 1 ptg sdg 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg

    sayuran 75 /4 gls 75 /4 gls 75 /4 gls

    pepaya 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg

    minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

    Pukul maizena 15 3 sdm 15 3 sdm 15 3 sdm

    16,00 susu 100 /2 gls 100 /2 gls 100 /2 gls

    gula pasir 30 3 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm

    Malam beras 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi

    ayam 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg

    tempe 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg

    sayuran 75 /4 gls 75 /4 gls 75 /4 gls

    pepaya 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg

    minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    26/30

    2.6Diet Sindroma NefrotikPengertian Sindroma Nefrotik

    Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai oleh

    proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m luas permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia

    (kurang dari 3 g/dl), edema, hiperlipidemia, lipiduria, hiperkoagulabilitas. Berdasarkan

    etiologinya, SN dapat dibagi menjadi SN primer (idiopatik) yang berhubungan dengan

    kelainan primer glomerulus dengan sebab tidak diketahui dan SN sekunder yang disebabkan

    oleh penyakit tertentu.Saat ini gangguan imunitas yang diperantarai oleh sel T diduga menjadi

    penyebab SN. Hal ini didukung oleh bukti adanya peningkatan konsentrasi neopterin serum

    dan rasio neopterin/kreatinin urin serta peningkatan aktivasi sel T dalam darah perifer pasien

    SN yang mencerminkan kelainan imunitas yang diperantarai sel T.

    Kelainan histopatologi pada SN primer meliputi nefropati lesi minimal,nefropati

    membranosa, glomerulo-sklerosis fokal segmental, glomerulonefritis membrano-proliferatif.

    Penyebab SN sekunder sangat banyak, di antaranya penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan,

    penyakit multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, penyakit metabolik, penyakit herediter-

    familial, toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis, obesitas

    massif. Di klinik (75%-80%) kasus SN merupakan SN primer (idiopatik).

    Pada anak-anak ( (75%-85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% (30%-

    50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Kejadian SN

    idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom

    nefrotik sekunder pada orang dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes mellitus.

    Pada SN primer ada pilihan untuk memberikan terapi empiris atau melakukan biopsi

    ginjal untuk mengidentifikasi lesi penyebab sebelum memulai terapi. Selain itu terdapatperbedaan dalam regimen pengobatan SN dengan respon terapi yang bervariasi dan sering

    terjadi kekambuhan setelah terapi dihentikan.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    27/30

    Tujuan Diet

    Tujuan Diet Sindroma Nefrotik adalah untuk :

    1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.

    2. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.

    3. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigiserida.

    4. Mengontrol hipertensi.

    5. Mengatasi anoreksia.

    Syarat Diet

    Syarat-syarat Diet Sindroma Nefrotik adalah :

    1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitroge positif, yaitu 35 kkal/kgBB per

    hari.

    2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kgBB ditambah jumlah protein yang dikeluarkan

    melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.

    3. Lemak sedang, yaitu 15 20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak jenuh, lemak

    jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1 : 1 : 1.

    4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan karbohidrat kompleks.

    5. Natrium dibatasi, yaitu 14 g sehari, tergantung berat ringannya edema.

    6. Kolesterol dibatasi

    7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500 ml

    pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    28/30

    Jenis Diet dan Cara Pemberian

    Karena gejala penyakit bersifat individual, diet disusun secara individual pula dengan

    menyatakan banyak protein dan natrium yang dibutuhkan di dalam diet.

    Pendidikan Pasien

    Prinsip diet tinggi protein, rendah natrium dan diet rasional

    Pasien harus dianjurkan untuk makan 23 sajian daging, ikan, ayam atau leguminosa (untuk

    anak-anak 56,684,9 g persajian, dan untuk remaja serta dewasa 113,2141,5 g), dan 34

    sajian susu, keju, atau yoghurt setiap hari. Untuk mengurangi masukan kolesterol dan lemak

    jenuh dianjurkan untuk makan daging tanpa lemak, ikan dan ayam yang sudah dibuang

    kulitnya, dan menggunakan susu skim. Daging segar yang belum diproses dengan garam, keju

    tidak asin ini dapat digunakan untuk mengurangi natrium pada diet. Pasien harus diterangkan

    bahwa keinginan akan makanan asin akan menurun setelah 3 bulan mengikuti diet dengan

    pembatasan natrium.

    Pemantauan retensi

    Pasien harus diajarkan untuk memeriksakan berat badannya setiap hari, serta memeriksa

    adanya odema, terutama pada tungkai bawah dan sekitar mata.

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    29/30

  • 7/30/2019 Makalah DM Bu Woro

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.

    budiboga.blogspot.com/.../diet-bagi-penderita-penyakit-ginjal.html

    Burgess DN, Bakris GL. Renal and electrolyte disorders. In : Stein JH (ed). Internal Medicine.

    Diagnosis and Therapy. Norwalk : Appleton and Lange; 1993. p. 134-6.

    Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., et al.

    Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th

    ed. New York: The McGraw-Hill

    Companies, 2008

    harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/.../gagal-ginjal-kronik

    Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet dat dan Nutrisi. Edisi II. Jakarta : Hipokrates. 1997.

    Nahas AM. Chronic Kidney Disease: the global challenge. Lancet 2005, p. 365:331-340.

    Orth SR, Ritz E. The nephrotic syndrome. N Engl J Med 1998; 338: 1202-10.

    Sukandar E, Sulaeman R. Sindroma nefrotik. Dalam : Soeparman, Soekaton U, Waspadji S et

    al (eds). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1990. p. 282-305.

    tsuki.files.wordpress.com/2007/01/nefrologi-6-ggapgk.ppt

    www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.html

    http://www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.htmlhttp://www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.htmlhttp://www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.htmlhttp://www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.html