Makalah Etik Keperawatan
-
Upload
amee-hidayat -
Category
Health & Medicine
-
view
17.938 -
download
4
Embed Size (px)
description
Transcript of Makalah Etik Keperawatan

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR 1
ETIKA KEPERAWATAN
Kelas B (semester 1)
Disusun oleh:
Siti Aminah Hidayat
130012074
Prodi: S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan RSI Surabaya
Surabaya
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya serta kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Etika Keperawatan”.
Mengingat bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari berbagai
pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, baik langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan perbaikan makalah selanjutnya.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Surabaya, Oktober 2012
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Teori Etika Keperawatan 3
2.2 Kode Etik Keperawatan 5
2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses 5
2.2.2 Kode Etik American Nurses Association 6
2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association 7
2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia 9
2.3 Masalah/Issu Etik Keperawatan 14
2.3.1 Dilema Etik 16
2.4 Pengambilan Keputusan Etis 18
BAB III PENUTUP 23
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang ikut berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan pada berbagai sarana pelayanan
kesehatan, baik di rumah sakit maupun di komunitas. Keperawatan merupakan
salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci keberhasilan asuhan
kesehatan di rumah sakit, karena selain jumlahnya yang paling besar jika
dibandingkan dengan profesi lain, juga karena selama duapuluh empat jam
perawat harus selalu berada di smaping klien. Sebagai seorang profesional,
perawat bertanggung jawab dan mengemban tanggung gugat untuk membuat
keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawatan yang
diberikan.
Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus
memahami dan mampu menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan
filosofi yang dianut. Pada dasarnya dalam pelayanan keperawatan yang
berkualitas ada tiga pokok penting, antara lain: pendekatan sikap berkaitan
dengan kepedulian pada klien, upaya untuk melayani dengan tindakan terbaik,
serta tujuan untuk memuaskan klien yang berorientasi pada standar pelayanan.
Pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memnuhi hak-hak klien
yang telah disepakati oleh komunitas profesi itu sendiri, dan pemenuhan hak-
hak klien sangat bergantung pada kompetensi profesional tenaga
keperawatannya. Perawat dapat dikatakan profesioanl apabila telah memiliki
kompetensi yang diharapkan, yaitu kompetensi intelektual, interpersonal, dan
tehnikal, serta berlandaskan pada etika profesi.
Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan,
standar praktik, dan kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan
profesinya.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori etika keperawatan?
2. Bagaimana kode etik keperawatan?
3. Apa saja issu etika keperawatan?
4. Bagaimana pengambilan keputusan etis?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori etika keperawatan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kode etik keperawatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami issu etika keperawatan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengambilan kepeutusan
etis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Etika Keperawatan
Dalam lietratur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai
moralitas, pengakuan kewenangan, kepatuhan dan peraturan, etika sosial,
loyal pada rekan kerja, serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat
kemanusiaan. Untuk menjadi seorang profesional yang mampu berpartisipasi
secara aktif dalam dimensi etik praktik keperawatan, perawat harus secara
terus-menerus mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas
moral mereka, mencari dukungan dari sumber profesional yang ada, serta
mengembangkan kemampuan dalam bidang etik.
Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi perawat bersumber dari
pernyataan Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge), yang
berbunyi sebagai berikut.
“Saya sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan dan demi keberadaan
majelis ini, untuk menjalani hidup saya dalam kesucian dan melaksanakan
profesi saya dengan setia”
“Saya akan pantang melakukan apapun yang merugikan atau
mencelakakan, dan tidak akan mengambil atau dengan sengaja memberikan
obat yang berbahaya”
“Dengan segala upaya, saya akan mengangkat standar profesi saya dan
akan menjaga kepercayaan semua hal yang bersifat pribadi, yang diberikan
untuk saya jaga, dan semua affair keluarga yang saya ketahui dalam praktik
panggilan saya”
Selanjutnya pernyataan tersebut dianggap sebagai ikrar profesi
keperawatan pada masyarakat. Perawat mengemban identitas profesional
dengan berikrar untuk mengerti, menerjemahkan dan memperluas pohon
pengetahuan, mengkritik dan mengatur diri dengan disiplin yang sama, serta
membudayakan sikap dan tingkah laku terpuji-yang kemudian dijadikan
sebagai acuan.

Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum
ada dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism
dan Deontologi.
1. Teori Utilitarianism
Sumijatun (2009), utilitarianism merupakan salah satu teori
spesifik dari teleologi yang lebih mencerminkan pada pengambilan
keputusan yang terbaik dari sejumlah pilihan atau tindakan yang
dianggap oleh sebagian besar orang baik. Selain itu juga dilihat
ketepatan dan kuatnya alasan mengapa pilihan atau tindakan tersebut
dilakukan. Sedangkan Teleologi sendiri pada umumnya lebih banyak
melihat pada konsekuensi kegiatan yang dapat dinyatakan benar dan
salah. Dalam Huda M., 2008, dikatakan bahwa etika teleologi
mengukur baik buruknya suatu tindakan itu, atau berdasarkan tujuan
yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkannya baik dan berguna. Oleh karena itu etika teleologi juga
diidentikkan dengan teori utillitarian, yakni baik buruknya sesuatu
berdasarkan sifat berguna atau tidaknya.
Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus
pada konsekuensi dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam
jumlah besar dan mendatangkan kebahagiaan untuk banyak orang serta
mempunyai konsekuensi kerugian yang sedikit atau minimal.
Kesenangan seseorang sangat diperhatikan, mempertimbangkan
tindakan yang alami, dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip tanpa
memikirkan posisi seseorang atau konsekuensi dari suatu tindakan.
2. Teori Deontologi
Deon berasal dari kata Yunani yang artinya adalah kewajiban yang
akan dilakukan, tidak mengukur baik buruknya suatu
perbuatan/tindakan berdasarkan hasil/dampaknya, melainkan
berdasarkan maksud pelaku dalam melaksanakan perbuatan tersebut.
Pendekatan deontologi berfokus pada kegiatan atau ukuran moral,
pengambilan keputusan dengan pendekatan deontologi akan selalu
menjaga pada ukuran itu sendiri. Keputusan diambil dengan

mempertimbangkan keadaan pada saat itu dan dibandingkan dengan
dampaknya apabila keputusan tesebut diambil.
2.2 Kode Etik Keperawatan
Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah
usaha meghimpun apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang
disepakati dan ditetapkan oleh dan untuk anggota profesi tertentu.
Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan
yang menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model
moralitas yang konsekuen dan absolut. Landasan utama dalam kode etik
adalah prinsip penghargaan terhadap orang lain yang diikuti dengan prinsip
otonomi yang menempatkan klien sebagai fokus dari keputusan yang
rasional.
Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu:
2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses
Tanggung jawab dasar bagi seorang perawat terbagi menjadi
empat, yaitu meningkatakan kesehatan, mencegah penyakit,
memperbaiki kesehatan, dan mengurangi penderitaan.
Kebutuhan terhadap keperawatan bersifat universal. Perawat
memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
komunitas, serta mengoordinasi pelayanan mereka dengan kelompok
yang terkait.
Perawat dan Individu
1. Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
2. Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi di
mana kebiasaan dan kepercayaan individu bersangkutan dihargai.
3. Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi serta menggunakan
pertimbangan dalam membagi informasi tertentu.
Perawat dan Praktik
1. Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan
dan dalam mempertahankan kompetensi dengan terus belajar.

Perawat mempertahankan standar asuhan keperawatan tertinggi yang
mungkin dalam realita situasi tertentu.
2. Perawat menggunakan pertimbangan dalam hubungannya dengan
kompetensi individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung
jawab.
3. Ketika bertindak dalam kapasitas profesional, seorang perawat harus
selalu mempertahankan standar perilaku pribadi yang merefleksikan
kemampuan dalam profesinya.
Perawat dan Masyarakat
Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab
untuk mengadakan dan mendukung tindakan dalam memenuhi
kebutuhan sosial dan kesehatan penduduk.
Perawat dan Sejawat
Perawat mendukung hubungan kooperatif dengan rekan sekerja
dalam keperawatan dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan
yang diperlukan untuk melindungi individu ketika perawatannya
terancam oleh rekan sekerja atau orang lain.
Perawat dan Profesi
1. Perawat memainkan peran utama dalam menetapkan dan
mengimplementasikan standar yang diharapkan dalam praktik
keperawatan dan pendidikan keperawatan.
2. Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan
profesional.
3. Perawat bertindak dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam
menetapkan serta mempertahankan kondisi kerja sosial dan ekonomi
yang wajar dalam keperawatan.
2.2.2 Kode Etik American Nurses Association
1. Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat
manusia dan keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial
atau ekonomi, kepribadian, atau sifat masalah kesehatan.
2. Perawat melindungi hak terhadap kerahasiaan informasi tertentu.

3. Perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika
perawatan kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang
tidak kompeten, tidak berdasarkan etik, atau bersifat ilegal terhadap
siapapun.
4. Perawat memikul tanggung jawab dan tanggungan gugat untuk
tindakan dan pertimbangan keperawatan individual.
5. Perawat mempertahankan kompetensi dalam keperawatan.
6. Perawat melatih pertimbangan dan menggunakan kompetensi serta
kualifikasi individual sebagai kriteria dalam mencari konsultasi,
menerima tanggung jawab, dan menyerahkan aktivitas keperawatan
kepada orang lain.
7. Perawat berpartisipasi dalam aktivitas membantu pengembangan
pengetahuan profesi.
8. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melakukan implementasi
serta meningkatkan standar keperawatan.
9. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melindungi masyarakat
dari terjadinya salah informasi dan salah interpretasis serta
mempertahankan integritas keperawatan.
10. Perawat melakukan kerjasama dengan anggota profesi kesehatan
lain masyarakat dalam meningkatkan usaha komunitas dan nasional
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan umum.
2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association
Klien
Nilai I: menghargai kebutuhan dan nilai klien
Seorang perawat memperlakukan klien dengan menghormati
kebutuhan dan nilai mereka.
Nilai II: menghargai pilihan klien
Berdasarkan penghargaan dan hak klien untuk mengontrol
perawatan mereka sendiri, asuhan keperawatan merefleksikan
penghargaan hak untuk memilih yang dimiliki klie.
Nilai III: kerahasiaan

Perawat memegang kerahasiaan seluruh informasi mengenai klien
yang dipelajari dalam lingkungan perawatan kesehatan.
Nilai IV: harga diri klien
Perawat dipandu dalam menghargai harga diri klien.
Nilai V: kompetensi asuhan keperawatan
Perawat memberikan perawatan yang kompeten kepada klien.
Peran dan Hubungan Keperawatan
Nilai VI: praktik, pendidikan, penelitian, dan administrasi
keperawatn
Perawat mempertahankan rasa percaya dalam perawatan dan
keperawatan.
Nilai VII: kerja sama dalam asuhan keperawatan
Perawat menghargai dukungan dan keahlian rekan sejawat dalam
keperawatan dan bidang lainnya sebagai sesuatu yang penting
untuk perawatan kesehatan yang baik.
Nilai VIII: perlindungan terhadap klien dari ketidakpercayaan
Perawat melakukan langkah-langkah untuk meyakinkan bahwa
klien menerima perawatan yang profesional dan etis.
Nilai IX: kondisi kepegawaian
Kondisi kepegawaian harus dilakukan dengan cara yang positif,
untuk perawatan klien dan kepuasan profesional perawatan.
Nilai X: tindakan kerja
Tindakan kerja yang dilakukan oleh perawat ditujukan pada
kondisi melindungi kepegawaian sehingga memungkinkan
perawatan yang aman dan layak bagi klien dan meningkatkan
kepuasan profesional perawat.
Etik Keperawatan masyarakat
Nilai XI: edvokasi terhadap minat klien, komunitas, dan
masyarakat
Perawat melindungi minat klien.
Nilai XII: menunjukkan nilai dan etik keperawatan

Perawat menunjukkan nilai dan etik keperawatan pada rekar kerja
dan orang lain.
Profesi Keperawatan
Nilai XIII: tanggung jawab asosiasi perawat profesional
Organisasi perawat profesional bertanggung jawab atas penjelasan,
perlindungan, dan mempertahankan tindakan keperawatan secara
etis. Upaya menjalankan tugas ini menurut organisasi perawat
profesional tetap bersifat responsif terhadap hak, kebutuhan, serta
legitimasi klien dan perawat.
2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia
Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor:
09/MUNAS-VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia.
Mukadimah
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya
kesejahteraab fisik, material, dan mental, spiritual untuk makhluk insani
dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi
keperawatan di Indonesia berpedoman kepada sumber asalnya yaitu
kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.
Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan
keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan
oleh perawat selalu berdasarkan pada cita-cita yang luhur, niat yang
murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik
dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien,
cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan
derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan
menghilangkan penderitaan, serta memulihkan kesehatan yang
semuanya ini dilaksanakan atas dasar pelayanan paripurna.
Dalam mmelaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan
berhasil guna, para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan

yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memadai serta dengan
kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari
upaya kesehatan secara menyeluruh.
Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan
tugas pengabdian untuk kepentingan kamanusiaan, bangsa, dan tanah
air; Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa perawat
Indonesia yang berhiwa Pancasila dan berlandaskan pada Undang-
Undang Dasar 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban
dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman
kepada dasar-dasar seperti yang tertera berikut.
Perawat dan Klien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, serta kedudukan
sosial.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama klie.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuahn keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika deperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hukum yang
berlaku.
Perawat dan Praktik
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang
keperawatan melalui belajar terus-menerus.
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai denngan kebutuhan klien.

3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi, dan
memberikan delegasi kepada orang lalin.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat.
Perawat dan Teman Sejawat
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat
maupun denngan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberiakan pelyanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis,
dan ilegal.
Perawat dan Profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan
profesi keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi membangun dan
memelihara kondisi kerja kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.
Dengan melihat contoh-contoh dari kode etik tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa setiap profesi-termasuk perawat-telah mengembankan
kode etik yang menjelaskan tindakan profesional. Walaupun kode etik
keperawatan dari berbagai sumber berbeda, tetapi semuanya merefleksikan
prinsip-prinsip etik.

Prinsip-prinsip Etik
Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985) dan
juga PPNI (2003) prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati klien
dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak klien untuk
pencegahan bahaya dan mendapatkan penjelasan secara benar.
Dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan merupakan hak
milik yang paling berharga dan mendasar pada manusia. Prinsip ini
menjelaskan mengapa penghentian pengobatan pada seseorang tidak
pernah dianggap ringan.
2. Otonomi
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan
membuat keputusan sendiri, meskipun demikian masih terdapat
berbagai keterbatasan, terutama yang terkait dengan situasi dan
kondisi, latar belakang individu, cmapur tangan hukum, dan tenaga
kesehatan profesional yang ada.
3. Beneficence (kemurahan hati/muslahat)
Kemurahan hati atau maslahat berkaitan dengan kewajiban untuk
melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain.
Kesulitan biasanya muncul pada saat menentukan siapa yang harus
memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.
Apabila prinsip kemurahan hati mengalahkan prinsip otonomi,
maka hasilnya adalah paternalisme yang berarti perlakuan yang
berdasarkan pada apa yang dipercayai oleh para profesional kesehatan
untuk kebaikan klien, kadang-kadang tidak melibatkan keputusan dari
klien.
4. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak
menimbulkan kerugian atau cedera pada kliennya. Kerugian atau
cedera dapat diartikan sebagai kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan,

kematian, atau adanya gangguan emosi seperti perasaan tidak berdaya,
merasa terisolasi, dan adanya penyesalan.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban porawat untuk mengatakan
suatu kebenaran dan tidak berbohong atau menipu orang lain. Prinsip
ini mempunyai implikasi yang cukup berat bagi perawat, karena
terkadang perawat harus melakukan suatu kebohongan yang tidak
dikehendakinya.
6. Confidensialitas (kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat untuk
merahasiakan semua informasi tentang klien yang dirawatnya, dan
perawat hanya akan memberikan informasi tersebut pada orang yang
tepat. Perawat menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien
dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan
klien.
7. Fidelity (kesetiaan)
Prinsip kesetiaan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu
setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Perawat
harus memegang janji yang dibuatnya pada klien, kejujuran dan
kesetiaan merupakan modal dalam memupuk rasa percaya klien oada
perawat. Apabila klien dan keluarganya sudah tidak percaya lagi pada
perawat yang menanganinya, maka tujuan dari asuhan keperawatan
tidak akan berhasil.
8. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk dapat
berlaku adil pada semua orang yaitu tidak memihak atau berat sebelah.
Persepsi keadilan bagi perawat dan klien sering berbeda, terutama
yang terkait dengan pemberian pelayanan. Perawat akan
mendahulukan klien yang situasi dan kondisinya memerlukan
penanganan segera dan menunda melayani klien lain yang
kebutuhannya termasuk di bawah prioritas. Tidak seluruh klien dapat
memahami situasi ini, sehingga akan menimbulkan rasa kurang

nyaman bagi klien yang merasa dirinya kurang diperhatikan oleh
perawat.
2.3 Masalah/Issu Etik Keperawatan
Setelah beberapa penjelasan mengenai teori etika keperawatan, kode etik
perawat dalam praktek keperawatan, masalah etik menimbulkan konflik
antara kebutuhan pasien dengan harapan perawat. Masalah eika keperawatan
pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal
dengan istilah etika biomedis atau bioetis.
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian
pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa
permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan,
seperti: evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan
barang, memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan
keperawatan yang buruk, masalah peran merawat dan mengobati. Disini akan
dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang
berkaitan lansung pada praktik keperawatan.
1. Konflik Etik antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian
kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan
pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan
keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah
keadaan tersebut.
Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik antara
perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman
sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman
sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau
dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
2. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau
pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak
bentuk-bentuk pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan
berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang untuk mencari jalan
sesuai dengan kondisinya.
Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan
dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk
dapat sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas
pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan
merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih, menolak segala
bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang
perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga
tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang
lebih tidak etis.
3. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat
adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai
factor sering kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati.
Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan
keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan
banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah
perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa
pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan
sering timbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia,
tetapi juga terjadi di Negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh
pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara
pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang
kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk
perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak
jelas penyelesaiannya.
4. Berkata Jujur atau Tidak jujur

Di dalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali
perawat tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal
yang dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan
keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat
perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering
menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini
tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak
mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan
suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah
mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih
dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat
melanggar hak pasien.
5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering,
yang berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada
pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-
barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat
dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan
dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering
terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi
pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah
komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari
keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun
bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan
orang lain bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak
etis dan tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai
tanggung jawab terhadap peralatan dan barang din tempat kerja.
2.3.1 Dilema Etik

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang
memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.
Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Kerangka Pemecahan Masalah Etik:
a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternatif
d. Menentukan siapa yang terlibat dan siapa pengambil keputusan
e. Mengidentifikasi kewajiaban perawat
f. Membuat keputusan
Contoh permasalah etik dalam keperawatan:
Kasus II:
Tn Rudi adalah seorang perawat, pada waktu dinas dia bekerja dibawah
pengaruh alkohol, sehingga terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Laporan
dari perawat lain yang bekerja pada shif yang sama, bahwa dari mulut Tn
Rudi tercium alkohol dari nafasnya.
Setelah ada laporan, perawat manajer (kepala ruangan) melakukan
pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan ditemukan minuman beralkohol dalam
loker Tn Rudi. Tindakan perawat manajer adalah menegur langsung kepada
Tn Rudi agar tidak mengkonsumsi alkohol selama dinas, dan membebas
tugaskan Tn Rudi selama 2 minggu dengan tidak dibayar. Selain itu perawat
manajer juga membuat jadwal rotasi ulang. Perawat manajer juga
merencanakan adanya pertemuan kelompok untuk membahas kasus Tn Rudi
tersebut.
Reaksi Tn Rudi setelah ketemu dengan perawat manajer adalah berjanji
tidak akan minum alkohol lagi selama bertugas. Dia bereaksi defensif dan
mengatakan jika perawat manajer over akting. Selama pertemuan Tn Rudi

tampak sedih, dan minta untuk dapat bekerja lagi, karena ia mempunyai 4
orang anak.
Petunjuk untuk menyelesaikan tugas:
1. Saudara adalah teman dari Tn Rudi tersebut, melihat kasus yang dilakukan
TN Rudi tersebut, bagaimana pendapat saudara?
2. Jika saudara diminta bantuan oleh perawat manajer untuk menyelesaikan
kasus TN Rudi, bagaimana cara penyelesaiaan masalah kasus diatas!
3. Pertimbangkan nilai-nilai etik, prinsip-prinsip etik dan kode etik yang
saudara gunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
4. Dalam penyelesaian masalah tersebut, kemukakan teori etik yang saudara
gunakan
2.4 Pengambilan Keputusan Etis
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan
berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat,
terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik. Hal ini sangat
erat kaitannyan dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin
kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan di tengah situasi yang
selalu berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyababkan tugas
pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak pengambilan keputusan
yang kurang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk individu
yang memutuskan maupun untuk institusi di mana individu tersebut bekerja.
Pengambil keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif
atau kemungkinan. Pengambilan keputusan dalam keperawatan diaplikasikan
dengan cara membangun model dari beberapa disiplin ilmu yang antara lain
adalah ekonomi, filosofi, politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan, dan
ilmu keperawatan itu sendiri. Model dibuat spesifik dalam pemecahan
masalah etika dan permasalahan.
Pemecahan masalah Tn Rudi:
Kasus Tn Rudi termasuk permasalahan etik yaitu dilema etik.
Menurut pendapat saya perbuatan Tn Rudi sebagai seorang perawat tidak
manusiawi dan tidak selayaknya dia minum minuman yang beralkohol
sewaktu dinas di tempat kerjanya. Karena segala sesuatu yang dilakukan

seseorang yang berada di bawah pengaruh minuman beralkohol bisa terjadi di
luar kontrol kesadaran. Seperti halnya Tn Rudi, dia tidak sadar saat
memberikan obat yang salah kepada pasien, yang bisa berakibat fatal pada
keadaan pasien.
Jika saya diminta bantuan untuk menyelesaikan kasus Tn Rudi, saya akan
mencari tahu apa penyebab Tn Rudi minum minuman beralkohol. Serta
menasehati dan memberi tahu Tn Rudi bahwa apa yang dia lakukan itu salah
dan menyimpang dari etik keperawatan, karena saya sebagai teman
sejawatnya seharusnya mengingatkan jika ada teman yang melakukan
pelanggaran atau dilema etik.
Penerapan penyelesaian dilema etik pada kasus Tn Rudi saya memakai
Kerangka Penyelesaian/Pemecahan Masalah Etik/Dilema Etik menurut
Kozier & Erb tahun 1989:
1. Mengembangkan data dasar.
a. Orang yang terlibat: Tn Rudi, perawat, pasien, perawat manager,
keluarga
b. Tindakan yang diusulkan: pemberian sanksi atas Tn Rudi karena
telah melanggar kode etik dan tidak membolehkan Tn Rudi minum
minuman beralkohol saat dinas.
c. Maksud dari tindakan tersebut: untuk mencegah kelalaian perawat
akan tugasnya saat sedang dinas atau berhubungan dengan pasien.
d. Konsekuensi yang munkin timbul dari tindakan yang diusulkan:
1. Bila tidak dibantu dalam menyelesaikan masalahnya: Tn Rudi
akan kesulitan untuk mengatasi masalahnya tersebut dan bisa
stress karena diberi sanksi oleh Perawat Manager.
2. Bila dibantu dalam menyelesaikan masalahnya: permasalahan
Tn rudi akan ringan dan saya sebagai teman sejawatnya sudah
memenuhi kode etik perawat dengan teman sejawat.
2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
a. Konflik yang terjadi pada Perawat:
1. Merasa prihatin terhadap Tn Rudi karena telah
melanggar prinsip-prinsip keperawatan seperti, Non-

maleficence (tidak merugikan), beneficence (kemurahan
hati).
2. Konflik yang mungkin timbul dengan apa yang
dilakukan Tn Rudi saat salah dalam pemberian obat
kepada pasien karena bisa berakibat fatal pada keadaan
pasien.
b. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau
konsekuensi tindakan tersebut.
c. Mengikuti sanksi yang diberikan Perawat Manager:
1. Mematuhi peraturan yang dibuat oleh Perawat
Manager.
2. Mengingkari kode etik perawat dengan teman sejawat.
3. Sudah berbuat adil terhadap teman sejawat lainnya.
4. Tn Rudi di bebas tugaskan selama 2 minggu dengan
tidak dibayar.
d. Mendiskusikan masalah dengan Perawat Manager dengan
memberitahu bahwa Tn Rudi mempunyai tanggungan 4 orang
anak:
1. Perawat manager mungkin akan mempertimbangan
sanksi yang diberikan kepeda Tn Rudi.
2. Perawat manager mungkin tetap bersih kukuh dengan
sanksi yang diberikan kepada Tn Rudi karena menurut
peraturan itu sesuai dengan prosedur rumah sakit dan
sudah bertindak adil dengan konsekuensi yang ada.
3. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.
Sebagai teman sejawat perawat tidak membuat keputusan terhadap
kasus Tn Rudi, tetapi perawat yang lain bisa membantu Tn Rudi
menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal ini perlu dipikirkan:
a. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan
mengapa?
b. Untuk siapa saja keputusan dibuat?

c. Apa kreteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan
(sosial, ekonomi, fisiologi, psikologi, budaya, politik,
kesehatan, peraturan atau hukum)?
d. Sejauh mana keputusan perawat manager dibutuhkan?
e. Apa prinsip etik yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan
yang diusulkan?
4. Mengidentifikasi kewajiban perawat.
Dalam membantu Tn Rudi membuat keputusan, saya sebagai
teman sejawat perlu membuat daftar kewajiban perawat terhadap
teman sejawat:
a. Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
perlayanan kesehatan secara menyeluruh.
b. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima
pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
5. Membuat keputusan.
a. Menasehati Tn Rudi untuk tidak meminum minuman
beralkohol lagi sewaktu dinas.
b. Mendiskusikan permasalahan Tn Rudi dengan perawat
manager dan perawat lainnya.
Nilai-nilai esensial yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan
Tn Rudi:
a. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan
kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan,
komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta
ketekunan.
b. Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama
termasuk penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri
dan toleransi.

Prinsip-prinsip etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan
Tn Rudi:
a. Respek: dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan
merupakan hak milik yang paling berharga dan mendasar pada
manusia.
b. Beneficence (kemurahan hati/muslahat): kemurahan hati atau
maslahat berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang
baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan biasanya
muncul pada saat menentukan siapa yang harus memutuskan hal
yang terbaik untuk seseorang.
Kode etik yang saya gunakan dalam menyelesaikan permasalahan Tn
Rudi:
Perawat dan Teman Sejawat: perawat senantiasa memelihara hubungan
baik dengan perawat maupun denngan tenaga kesehatan lainnya, dan
dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Teori etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan Tn
Rudi:
a. Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada
konsekuensi dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah
besar dan mendatangkan kebahagiaan untuk banyak orang serta
mempunyai konsekuensi kerugian yang sedikit atau minimal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum
ada dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism
dan Deontologi.
Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu: kode etik International
Council of Nurses, kode etik American Nurses Assosciation, kode etik
Canadian Nurses Association, kode etik Perawat Indonesia.
Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis.
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang
memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan
berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat,
terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik.
3.2 Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya
nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga
akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
Dalam setiap melakukan tindakan perawat dituntut untuk dapat bertindak
secara mandiri maupun secara kolaborasi. Namun, tetap ingat akan etika-etika
keperawatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Setyawan, Dody. 2012. Etik, Dilema Etik Dan Contoh Kasus Dilema Etik.
http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-
kasus.html (diakses pada tanggal 26 Oktober 2012, pukul 15.25)