Makalah Farmasetika Sterilisasi Gas

32
MAKALAH “STERILISASI GAS” Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmasetika Sediaan Steril Disusun Oleh : Kelompok 3 1. Dwi Arini (0540028612) 2. Fera Oky (0540028712) 3. Ratnawati (0540028812) 4. Retno Indah .Y (0540028912) 5. Estika Musroni .P (0540029012) 6. Murtisari (0540029112) 7. M. Bachtiar Rizal (0540029212) 8. Tasripah (0540029312)

Transcript of Makalah Farmasetika Sterilisasi Gas

MAKALAH

“STERILISASI GAS”

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmasetika Sediaan Steril

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Dwi Arini (0540028612)

2. Fera Oky (0540028712)

3. Ratnawati (0540028812)

4. Retno Indah .Y (0540028912)

5. Estika Musroni .P (0540029012)

6. Murtisari (0540029112)

7. M. Bachtiar Rizal (0540029212)

8. Tasripah (0540029312)

UNIVERSITAS PEKALONGAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI D-III FARMSI

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan

salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang menjadi

panutan seluruh alam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik isi

maupun penyampaiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman penulis selaku penyusun dalam makalah ini. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini lebih baik lagi

pada kesempatan yang lain.

Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyusunan makalah ini. Semoga bantuan yang telah mereka berikan

menjadi suatu amal yang diridhoi Allah swt.Amin.

Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis selaku penyusun, umumnya bagi semua.

Pekalongan, 7 Desember 2015

Penyusun,

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Sterilisasi ......................................................................................... 3

B. Sterilisasi Gas ................................................................................ 4

1. Etilen Oksida ............................................................................. 4

2. Chlor Dioksida ........................................................................... 7

3. Uap Hidrogen Peroksida ......................................................... 9

4. Formaldehida ........................................................................... 11

5. Ozone ....................................................................................... 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 15

A. Kesempulan.................................................................................... 15

B. Saran ........................................................ ......................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam praktikum ataupun dalam penelitian terutama dalam bidang

mikrobiologi digunakan beberapa peralatan standar yang harus disterilisasi

terlebih dahulu sebelum digunakan. Dalam bidang bioteknologi, kata

sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan langkah yang diamil agar

media akan atau membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme,

karena pentingnya cara-cara mematikan, menyingkirkan dan menghambat

pertumbuhan mikroorganisme dalam mikrobiologi maka proses sterilisasi

sangat diperlukan.

 

Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan

dengan aktivitas mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utama dengan

adanya sterilisasi adalah untuk meminimalisir atau meniadakan potensi

kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan. Kontaminasi yang timbul

dari mikroba yang tidak diharapkan dikhawatirkan dapat menghambat

aktivitas dari mikroba yang ditumbuhkan atau dapat membahayakan

keselamatan dari pelaksana kegiatan tersebut. Metode sterilisasi yang

dilakukan diupayakan berlangsung secara cepat dan dapat meminimalkan

atau menghilangkan potensi kontaminasi mikroba seefektif mungkin. Proses

sterilisasi yang tidak sempurna dapat menyebabkan munculnya kontaminasi

mikroba baik yang berasal dari peralatan tersebut atau kontaminasi mikroba

dari lingkungan.

Sterilisasi merupakan usaha untuk membebaskan alat dari segala

bentuk kehidupan. Dalam melakukan suatu pekerjaan dalam praktek

mikrobiologi sangat dipengaruhi oleh kebersihan suatu alat yang digunakan

sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk mendapatkan hasil yang lebih

1

optimal pada saat melakukan biakan murni yaitu hanya satu spesies mikroba

yang berkembang. Salah satu sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan

Sterilisasi kering atau biasa disebut sterilisasi udara panas dimana sterilisasi

ini menggunakan udara panas yang karakteristiknya adalah menggunakan

oven dengan suhu tinggi (160°-180° C) dengan waktu yang lama. Metode

sterilisasi kering ini tidak membutuhkan air sehingga tidak ada uap air yang

membasahi alat atau bahan yang disterilkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sterilisasi?

2. Apa itu sterilisasi gas?

3. Apa saja bahan – bahan sterilan yang biasanya digunakan dalam sterilisasi

gas?

C. Tujuan

1. Mampu mengetahui sterilisasi

2. Mampu mengetahui sterilisasi gas

3. Mampu mengetahui bahan – bahan sterilan yang biasanya digunakan

dalam sterilisasi gas

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. STERILISASI

Steril merupakan keadaan dimana alat-alat/bahan yang digunakan sudah

terbebas dari bakteri yang mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi adalah

proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah

mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat

dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses

fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.

Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.

Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe

mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran

mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant

(Pratiwi, 2008).

Pemilihan metode sterilisasi yang digunakan didasarkan pada

pertimbangan sifat bahan yang akan disterilkan. Teknik sterilisasi dibagi

menjadi 3 metode, yaitu

1. Metode Fisika

Sterilisasi panas kering

Sterilisasi panas lembab

Sterilisasi radiasi

2. Metode Kimia

Sterilisasi gas

Sterilisasi dengan bahan – bahan kimia seperti antibiotika, fenol,

senyawa ammonium quartener, alcohol, dll

3. Metode Mekanik

3

Sterilisasi dengan filtrasi

B. STERILISASI GAS

Sterilisasi gas dilakukan dengan cara pemaparan gas atau uap untuk

membunuh mikroorganisme dan sporanya. Dalam pensterilan digunakan bahan

kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen

oksida, klorin oksida, ozone. Sterilisasi gas pada umumnya memerlukan waktu yang

cukup lama, tergantung pada keberadaan kontaminasi, kelembaban, temperatur

dan konsentrasi gas yang digunakan. Sterilisasi gas digunakan untuk sterilisasi

bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik.

Berikut adalah bahan – bahan sterilan yang biasanya digunakan dalam

sterilisasi gas :

1. ETILEN OKSIDA (EO)

1.1. Profil etilen oksida :

Titik didihnya adalah 10,7°C pada760 mmHg dan titik lebur -112,6°C,

dapat meledak ketika volume di udara mencapai batasan 3%-97%, sehingga

sangat mudah mencair dan meledak bila bercampur dengan udara. Tetapi

kekurangan ini dapat diatasi dengan mencampurkan 10% etilen oksida

dengan 90% hidrokarbon terhalogenasi, atau dengan memindahkan 95%

udara dari bagian sebelum penggunaan etilen dioksida. (Agalloco, 2008)

Mekanisme kerja anti mikrobanya adalah dengan mengalkilasi grup

SH-, OH, -COOH, dan NH2 pada enzim, protein, dan asam nukleat. Pada

reaksi ini terjadi pergantian gugus atom hidrogen dengan gugus alkil,

sehingga metabolisme dan reproduksi sel terganggu. (Darmadi, 2008)

Contoh : protein-NH2 + C2H4O = protein-NH-(C2H4OH)

1.2. Faktor- faktor efek efisiensi sterilitas :

a) Konsentrasi gas

Kecepatan sterilisasi tergantung pada tekanan parsial dari gas.

Tekanan parsial dari gas dapat menjadi lemah dengan absorbs dari beban.

4

Contohnya : mantel, karet, plastik dan bahan pengemas (Royce 1959).

Seperti pada tabel di bawah ini :

Bahan Jumlah yang terabsorbsi

(mg/g)

Polyethene 2

Polyvinylchloride 19,2

Cardboard 10,4

Kapas wol yang tidak

mengabsorbsi

4,1

Penutup karet

neophrene

15,2

Beberapa hasil diberikan pada tabel di bawah ini :

Konsentrasi ethilen

oksida (mg/l)

Waktu pemaparan untuk mendapatkan

tidak ada organisme yang dipulihkan (jam)

44 24

88 10

442 4

884 2

Dari tabel dapat dilihat bahwa jika konsentrasi dinaikkan 2 kali lipat,

waktu pemaparan berkurang menjadi setengahya.

b) Temperatur

Peningkatan dari temperatur meningkatkan aktivitas. Koefisien

temperatur adalah 2,7 berubah setiap 10° pada temperatur, tapi etilen oksida

umumnya digunakan pada bahan termolabil, range yang biasa digunakan

adalah 20°- 60 °C

c) Efek Kelembaban

5

Kelembaban relatif yang baik kira-kira 30-33% (Kanye &Philips

1994). Organisme kering lebih resisten dari pada yang lembab. Tipe

permukaan juga berefek pada sterilisasi. Organisme kering pada permukaan

keras dan impermeabel seperti pada gelas, plastik, dan logam kurang mudah

untuk dibunuh dibandingkan organisme kering pada permukaan yang

menyerap seperti kertas, atau kain. (Opfell,Hohmann &Lahtam 1959;

Royce&Bowler 1961)

d) Waktu pemaparan

Tergantung pada tipe bahan yang akan disterilkan dan konsentrasi dari

gas. Variasi kombinasi yang telah sukses digunakan yaitu : 850-90mg /l

selama 3 jam pada 45°C dan 450mg/l selama 5 jam pada 45°C (Perkins &

Lloyd 1961)

Waktu pemaparan juga bergantung pada kekuatan penetrasi dari gas.

British Farmakope Codex menyatakan bahwa hidrasi dan pemanasan dari

zat dapat lebih mudah dicapai dengan menempatkan pada kondisi atmosfer

utama yang cocok untuk sterilisasi.

e) Kondisi dan kemampuan akses dari organisme

Organisme kering lambat untuk dihidratkan kembali, oleh karena itu

sulit untuk disterilkan (Gilbert dkk 1964). Organisme dapat terproteksi

dalam bentuk kristal keras (Abott, Cockton & Jones 1956; Roce&Bowler

1961 ; Beeby & Whitehouse 1965)

1.3. Teknik pelaksanaan sterilisasi dengan gas etilen oksida :

Proses sterilisasi menggunakan autoclave khusus pada suhu yang lebih

rendah (36°-60° C) serta konsentrasi gas tidak kurang dari 400 mg/l dengan

proses sebagai berikut :

a. Setelah peralatan medis dimasukkan, gas etilen oksida dipompakan ke

dalam kamar (chamber) selama 20-30 menit pada kelembaban 50%-75%

6

b. Setelah waktu pemaparan dengan gas ethilen oksida diikuti oleh tahap

aerasi / pertukaran udara, yaitu proses pembuangan gas ethilen oksida

pada sterilisator maupun peralatan medis.

Cara sterilisasi ini dapat digunakan untuk alat-alat medis, alat-alat

optik, pacemaker,dan lain-lain yang tidak tahan panas dan sulit disterilkan

dengan metode lain. Afinitasnya yang tinggi akan berakibat timbulnya

residu pada peralatan medis yang telah disterilkan. Gas etilen oksida cukup

toksik sehingga dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mukosa. Oleh

karenanya diperlukan kewaspadaan dalam bekerja (Darmadi 2008).

1.4. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan sterilisasi dengan gas etilen oksida :

Semua mikroorganisme termasuk spora dapat dibunuh

Non korosif terhadap bahan plastik, metal atau karet

Ideal untuk bahan tidak tahan panas

Daya penetrasi dan sterilisasi sama.

Kerugian sterilisasi dengan gas etilen oksida :

Beberapa bahan pembungkus plastik dan nilon harus dibiarkan

terbuka dan disegel secara aseptis. Ini merupakan kerugiannya bila

dibandingkan dengan sterilisasi radiasi.

Lambat

Sulit untuk mengontrol RH dan hidrasi organism

Biaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan proses panas karena

membutuhkan peralatan canggih yang khusus.

Toksik dan dapat menyebabkan pembengkakan

2. CHLOR DIOKSIDA (CD)

Chlordioksida merupakan agen sterilisasi yang sangat efektif dan banyak

digunakan pada perangkat medis maupun industri farmasi meliputi sterilisasi

7

komponen maupun peralatan medis itu sendiri. CD secara luas digunakan sebagai

agen anti mikroba di industri. CD digunakan pada air minum. Pada industri

makanan dan minuman, digunakan pada air, pemprosesan daging unggas, sanitasi

buah dan sayur, dan peralatan yang digunakan untuk pemprosesan bahan makanan

maupun minuman (Agalloco, 2008).

2.1. Sifat chlorin dioksida :

Rumus kimia : ClO2

Berat molekul : 67.45g/mol

Titik leleh : -59˚C

Titik didih : +11˚C

Densitas : 2,4 kali lipat dari udara

Kelembaban : 60% - 75%

CD bertindak sebagai agen oksidasi dan bereaksi dengan beberapa unsur

selular, termasuk membran sel mikroba. Kerusakan sel mengakibatkan kematian

organisme melalui rusaknya ikatan molekular akibat pemindahan elektron

(oksidasi). Fungsi enzim rusak karena CD mengubah protein yang terlibat dalam

struktur mikroorganisme, hal ini menyebabkan kecepatan membunuh yang cepat.

(Agalloco, 2008).

Sebagai oksidan yang selektif, maka CD kompatibel dengan material

standar pada umumnya seperti stainless steel, anodized aluminium, teflon, viton,

polietilen, polipropilen dan nilon. Namun dilaporkan terjadi perubahan warna

pada tembaga yang tidak dilapisi dan pada gulungan baja (Agalloco, 2008).

2.2. Langkah-langkah siklus CD :

a. Prekondisi

Camber harus diuji kebocoran agar dapat memberikan set point RH

yang tepat (60-75%)

b. Pengkondisian

8

Waktu pengkondisian selama 30 menit bertujuan untuk memberikan

kelembaban. Setelah pengkondisian selesai, gas dapat masuk camber.

c. Pengisian

Gas dimasukkan ke daam chamber, konsentrasi gas yang dimasukkan

tergantung dari waktu siklus, biaya, isi.

d. Pemaparan

Selama pemaparan, konsentrasi gas dimonitor dan dipertahankan pada

target konsentrasi.

e. Aerasi

Gas CD dikeluarkan dari chamber. Waktu aerasi tergantung dari

kecepatan pompa vakum. Biasanya berlangsung selama 15 menit.

Aerasi memberikan kondisi chamber berada pada 0,1ppm atau kurang

dari itu (Agalloco, 2008).

3. UAP HIDROGEN PEROKSIDA (UHP)

3.1. Sifat fisika kimia

Hidrogen peroksida berupa cairan tidak berwarna berbau nitrat. Viskositas

dan densitasnya 1,465 pada 4oC, dan akan memadat pada -0,89oC menjadi

bentuk kristal. Titik didih ± 150oC. Rumus kimia hidrogen peroksida adalah

H2O atau H-O-O-H dengan bentuk karakteristik jembatan peroksida -O-O-.

Dengan spektrometri X-Ray diketahui bahwa dua ikatan O-H non-linear.

3.2. Mekanisme sterilisasi

Hidrogen peroksida dapat memproduksi hidroksil yang bersifat radikal bebas,

sehingga dapat menyerang membrane sel, DNA, dan komponen essensial

lainnya pada mikroorganisme. Namun mikroorganisme (bakteri aerob dan

anaerob fakultatif) juga dapat melindungi dirinya dari hidrogen peroksida

dengan cara mendegradasi hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen.

3.3. Konsentrasi hydrogen peroksida yang digunakan adalah 30-35%,

menggunakan suhu yang rendah 4-80 C, RH yang digunakan ± 10%.

9

3.4. Fase proses sterilisasi

a. Fase vacum, dimana vacum yang berada pada chamber akan

mengeluarkan tekanan sebesar 1 pound/inchi2. Fase ini berlangsung < 20

menit.

b. Fase injeksi, larutan hydrogen peroksida disuntikan ke dalam chamber

vacuum dan tervaporisasi menjadi uap.

c. Fase difusi, uap hydrogen peroksida menyebar kedalam chamber dan

terjadi peningkatan tekanan sehingga bahan yang akan disterilisasi akan

masuk ke dalam kolom, sehingga sterilant akan terpapardengan uap

hydrogen peroksida sehingga mikroorganisme akan terbunuh.

d. Fase plasma, adanya radio frequency energy membuat molekul

melepaskan elektronnya dan memproduksi plasma dengan suhu rendah

sehingga hydrogen peroksida kehilangan energinya dan berubah menjadi

oksigen dan air.

e. Fase pelepasan, udara yang telah terfiltrasi akan masuk ke dalam

chamber sehingga akan menurunkan tekanan atmosfer disertai

terbukanya pintu.

3.5. Keuntungan dan kerugian

Keuntungan :

a. Tidak mencemari lingkungan

b. Tidak menghasilkan produk yang toksik

c. Waktu penggunaan 28-75 menit (tergantung tipe alat)

d. Dapat digunakan untuk bahan yang sensitive terhadap panas dan

lembab, prosesnya dengan suhu < 50C

e. Penggunaannya mudah

Kerugian :

a. Hidrogen peroksida akan menjadi toksik jika penggunaannya lebih dari

1 ppm TWA

10

b. Membutuhkan kolom sintetik

c. Kapasitas penetrasinya lebih kecil dibandingkan dengan ETO

4. FORMALDEHIDA

Formaldehid berasal dari formika Latin, yang berarti semut (semut

menghasilkan asam format sebagai pertahanan alami). Ini adalah gas

tidak  berwarna, tetapi biasanya didistribusikan sebagai larutan (umumnya disebut

sebagai formalin), dan dikenal sebagian besar orang dalam rumah sakit sebagai

desinfektan penting. Adapun fungsi dari formaldehid adalah dalam pembuatan

berbagai plastik, desinfektan dan perekat untuk membuat partikel, dll. kayu lapis

untuk furnitur dan konstruksi Industri (Getinge, 1999).

4.1. Sifat fisika kimia

Formalin zat yang tidak berwarna, berbau khas menyengat dan rasa terbakar

(Getinge, 1999; EPA, 2007). Senyawa ini mudah terbakar, dan muda

dipolimerisasi pada suhu ruang (Nugrahani, 2005). Nilai TWA untuk

formaledid adalah 2 ppm.

4.2. Sterilisasi

a. Mekanisme aksi

Semua bakteri termasuk spora dapat dibunuh oleh gas formaldehide dengan

konsentrasi lebih dari 3% dan gas formalin (37% formaldehid dalam larutan

air) untuk sterilisasi ruangan (Agalloco, 2008). Mekanisme penghambatannya

adalah dengan berikatannya formaldehide dengan asam amino pada protein

mikroorganisme, sehingga akan mengganggu transkripsi dari mikroorganisme

tersebut, yang kemudian menghambat pertumbuhan mikroorganisme tersebut

(Darmadi, 2008).

b. Cara kerja

Alat yang digunakan yaitu formalin autoclave dengan suhu 70oC. Setelah

alat-alat yang akan disterilisasi dimasukkan, kemudian gas formaldehid

11

dialirkan ke dalam chamber dengan konsentrasi 15 mg/m3 (Darmadi, 2008).

Gas formaldehid didapatkan dengan melarutkan formaldehid dalam air

dengan kadar 37% (Agalloco, 2008).

c. Kondisi sterilisasi

RH => Kelembaban yang dapat digunakan untuk mendapatkan efektivitas

dari hasil sterilisasi adalah berkisar antara 60-80% (Agalloco, 2008).

Suhu => Suhu yang digunakan untuk sterilisasi gas formaldehide adalah

70oC. Menurut Getinge (2008) temperatur yang digunakan untuk sterilisasi

gas formaldehid berkisar antara 50-65oC.

Lama pemaparan => Jika menggunakan suhu antara 50-60oC, waktu

pemaparan yang digunakan 30-60 menit, sedangkan jika suhu sterilisasi

antara 55-65oC, waktu pemaparan yang dibutuhkan adalah 45-60 menit

(Agalloco, 2008).

Konsentrasi gas => Menurut Darmadi (2008) konsentrasi gas formaldehid

yang aman digunakan untuk sterilisasi adalah 15 mg/m3.

4.3. Kelebihan & Kekurangan

Kelebihan:

Dapat digunakan untuk membunuh spora.

Bahan tidak rusak selama disterilisasi

Kekurangan:

Penetrasi jelek

Kemampuan difusi kecil

Menyebabkan polimerisasi pada permukaan

Mudah berkondensasi

Mengiritasi kulit, mata dan saluran pernafasan.

Karsinogenik dan Allergenik.

5. OZONE

12

Sterilisasi ozon cocok untuk instrumen stainless steel, namun ada beberapa

terbatas pada alat-alat yang berongga. Saat ini, sterilisasi ozon tidak dibebaskan

untuk proses endoskopi fleksibel, kaca atau ampul plastik, cairan atau implan.

Informasi mengenai kompatibilitas alat harus diperoleh dari produsen alat dan

produsen sterilisasi.

Kemasan bahan yang dapat digunakan untuk sterilisasi ozon termasuk

wadah aluminium anodized menggunakan filter noncellulose disposable, kantung

polietilen dan pembungkus nonwoven uncoated.

5.1. Sifat fisika-kimia

Ozon adalah alotrop tri-atom oksigen biasanya disebut dengan O3. Ozon

adalah gas yang sangat tidak stabil secara termodinamika di permukaan bumi.

Masa jenisnya dibandingkan dengan udara adalah 1,657. Titik beku pada suhu -

192°C. Titik didihnya pada tekanan atmosfir adalah -112°C. Kelarutan ozone akan

menurun seiring dengan meningkatnya temperatur.

5.2. Mekanisme sterilisasi

Ozon sterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak berskala.

Ozon sterilizer terdiri dari dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas,

prinsip kerja ozon sterilizer bagian atas adalah membunuh mikroba

menggunakan ozon (O3), dimana ozon itu dapat merusak mekanisme dari

mikroba, sehingga sel protein pada mikroba mengalami oksidasi yang

mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada mikroba, karena ozon

(O3) itu sendiri bersifat racun, sedangkan fungsi dari bagian bawah ozon

sterilizer (elektra) adalah mensterilkan medium menggunakan sinar lampu

dengan panas tinggi, yang cara kerjanya hampir sama dengan oven.

Penghancuran bakteri pada sterilisasi menggunakan ozon terjadi melalui

proses oksidasi langsung. Kekuatan oksidasi ozon dapat merusak membran

sel, dinding bagian luar sel mikroorganisme (cell lysis) dan juga dapat

membunuhnya (nekrosls). Ketika ozon kontak dengan bakteri, satu atom

13

oksigen akan melepaskan diri dan mengoksidasi pelindung protein bagian luar

yaitu phospholipid dan lipoprotein dari bakteri tersebut, kemudian atom

oksigen yang lain akan berubah menjadi gas oksigen. Bakteri dapat

dihancurkan akibat adanya kebocoran pada sitoplasma. Konsentrasi ozone

yang digunakan dalam sterilisasi adalah 2-5 mg/L.

5.3. Keuntungan dan kerugian (Russel et al, 2004)

a) Keuntungan

Bersifat sinergi ketika ozon direaksikan dengan hidrogen peroksida

dengan bantuan sedikit air

b) Kerugian

Gas ozon bersifat toksik (pada konsentrasi 0,4 ppm)

Merupakan gas berbau ( tercium pada konsentrasi 0,02-0,04 ppm)

Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan okular (jika terpapar

pada konsentrasi 1 ppm selama 24 jam)

Bersifat korosif.

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Sterilisasi gas dilakukan dengan cara pemaparan gas atau uap untuk

membunuh mikroorganisme dan sporanya.

2. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap,

seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, dan

ozone.

3. Sterilisasi gas pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama, tergantung

pada keberadaan kontaminasi, kelembaban, temperatur dan konsentrasi

gas yang digunakan.

B. Saran

Sebaiknya metode sterilisasi gas ini tidak digunakan untuk bahan

yang termostabil melainkan digunakan pada bahan yang termolabil seperti

bahan biologi, makanan, plastik, dan antibiotik

15

DAFTAR PUSTAKA

Agalloco, James. 2008. Validation of Pharmaceutical Process, Third Edition.

Informa Healthcare USA Inc: New York

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Penerbit

Salemba Medika: Jakarta

EPA. 2007. Formaldehyde TEACH Chemical Summary: USA.

Gillbert . 1987. Modern Pharmaceutical 3rd Edition. Marcel Dekker Inc:

New york

Getinge, AB. 1999. Low-temperature sterilization using low-temperature steam

and formaldehyde

Kibbe, Arthur.H. 1997. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pensylvania

Nugrahani, Martantri Dwi. 2005. Perubahan Karakteristik dan Kualitas Protein

pada Mie Basah Matang yang Mengandung Formaldehid dan Boraks. ITB Press:

Bogor

Pratiwi, Sylvia T.2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Jakarta

Perkins, John J., 1983. Principles and Methods of Sterilization in Health Sciences,

2 Ed., Charles C. Thomas.

Russell, A. D., Hugo, W. B., Ayliffe, G. A. J., Fraise, Adam P., Lambert, Peter A.,

Maillard, J.-Y.,. 2004. Principles and Practice of Disinfection, Preservation &

Sterilization 4th ed. CPI Bath: United Kingdom

16

17

18

iii