Makalah Leptospirosis

51
BAB I PENDAHULUAN Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang dikenal dengan nama Leptosira Interrogans . Penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh Weil pada tahun 1886 sebagai penyakit yang berbeda dengan penyakit lain yang juga ditandai oleh ikterus. 1 Gejala penyakit ini sangat bervariasi mulai dari gejala infeksi ringan sampai dengan gejala infeksi berat dan fatal. Dalam bentuk ringan, leptospirosis dapat menampilkan gejala seperti influenza disertai nyeri kepala dan mialgia. Dalam bentuk parah (disebut sebagai Weil’s syndrome), leptospirosis secara khas menampilkan gejala ikterus, disfungsi renal, dan diatesis hemoragika. 2 Diagnosis leptospirosis seringkali terlewatkan sebab gejala klinis penyakit ini tidak spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosis tanpa uji laboratorium. Dalam dekade belakangan ini, kejadian luar biasa leptospirosis di beberapa negara, seperti Asia, Amerika Selatan dan Tengah, serta Amerika Serikat menjadikan penyakit ini termasuk dalam the emerging infectious diseases. 2 1

description

dr. bhisma

Transcript of Makalah Leptospirosis

Page 1: Makalah Leptospirosis

BAB I

PENDAHULUAN

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen

yang dikenal dengan nama Leptosira Interrogans . Penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh

Weil pada tahun 1886 sebagai penyakit yang berbeda dengan penyakit lain yang juga ditandai

oleh ikterus. 1

Gejala penyakit ini sangat bervariasi mulai dari gejala infeksi ringan sampai dengan

gejala infeksi berat dan fatal. Dalam bentuk ringan, leptospirosis dapat menampilkan gejala

seperti influenza disertai nyeri kepala dan mialgia. Dalam bentuk parah (disebut sebagai Weil’s

syndrome), leptospirosis secara khas menampilkan gejala ikterus, disfungsi renal, dan diatesis

hemoragika. 2

Diagnosis leptospirosis seringkali terlewatkan sebab gejala klinis penyakit ini tidak

spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosis tanpa uji laboratorium. Dalam dekade

belakangan ini, kejadian luar biasa leptospirosis di beberapa negara, seperti Asia, Amerika

Selatan dan Tengah, serta Amerika Serikat menjadikan penyakit ini termasuk dalam the

emerging infectious diseases. 2

BAB II

LEPTOSPIROSIS

1

Page 2: Makalah Leptospirosis

2.1 DEFINISI

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun

hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan sebagai zoonosis. Penyakit

ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever, swamp fever, autumnal fever,

infektious jaundice, field fever, cane cutter fever, canicola fever, nanukayami fever, 7-day fever

dan lain-lain. 3

2.2 EPIDEMIOLOGI

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang tersebar di seluruh dunia, disemua

benua kecuali Antartika, namun terbanyak didapati didaerah tropis. Penularan leptospirosis pada

manusia ditularkan oleh hewan yang terinfeksi kuman leptospira. Kuman leptospira mengenai

sedikitnya 160 spesies mamalia, seperti anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut, dan

sebagainya. Binatang pengerat terutama tikus merupakan vektor yang paling banyak. Tikus

merupakan vektor utama dari L. icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia.

Dalam tubuh tikus kuman leptospira akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang

biak di dalam epitel tubus ginjal tikus dan secara terus dikeluarkan melalui urin saat berkemih.

Penyakit ini bersifat musiman, didaerah beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai

pada musim panas dan musim gugur karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi

kelangsungan hidup kuman leptospira, sedangkan didaerah tropis insidens tertinggi terjadi

selama musim hujan.

International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan

insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga dunia untuk mortalitas.

Di Indonesia leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI

Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Timur,

dan Kalimantan Barat. Pada Kejadian Banjir Besar Di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari

100 kasus leptospirosis dengan 20 kematian. Epidemi leptospirosis dapat terjadi akibat terpapar

oleh genangan /luapan air (banjir) yang terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi.

2.3 ETIOLOGI

2

Page 3: Makalah Leptospirosis

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu

mikroorganisme spirocheata. Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua spesies yaitu

L.interrogans yang patogen dan L. biflexa yang hidup bebas (non patogen atau saprofit). Spesies

L.interrogans dibagi menjadi beberapa serogrup dan serogrup ini dibagi menjadi banyak serovar

menurut komposisi antigennya.

Saat ini telah ditemukan lebih dari 250 serovar yang tergabung dalam 23. Beberapa

serovar L.interrogans yang dapat menginfeksi manusia di antaranya adalah L.

Icterohaemorrhagiae, L.manhao L. Javanica, L. bufonis, L. copenhageni, dan lain-lain. Serovar

yang paling sering menginfeksi manusia ialah L. icterohaemorrhagiae dengan reservoir tikus, L.

canicola dengan reservoir anjing, L. pomona dengan reservoir sapi dan babi. 2,3

Menurut West Indian med. j. vol.54 no.1 Mona Jan. 2005. Serogrup leptospira yang sering menyebabkan leptospi⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

ng dapat ⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪menembus ke jaringan. Panjangnya 6-20 µm dan lebar 0,1 µm ( lihat gambar 1). Kuman ini sangat halus tapi dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap dan pewarnaan perak. 3,4

Kuman leptospira dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati. Kuman leptospira hidup dan berkembang biak di tubuh hewan. Semua hewan bisa terjangkiti. Paling banyak tikus dan hewan pengerat lainnya, selain hewan ternak. Hewan piaraan⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪ra

3

Page 4: Makalah Leptospirosis

2.4 PENULARAN3,5

Penularan leptospirosis dapat secara langsung dan tidak langsung. Penularan langsung dapat terjadi melalui darah, urin, atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman leptospira masuk ke dalam tubuh pejamu; dari hewan ke manusia merupakan penyakit akibat pekerjaan; dan dari manusia ke manusia meskipun jarang Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak dengan genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang telah tercemar urin binatang yang terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika terdapat luka / erosi pada kulit atau selaput lendir. Terpapar lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat menularkan leptospira.

Oleh karena leptospira diekskresi melalui urin dan dapat bertahan hidup berbulan-bulan ,

maka air memegang peranan penting sebagai alat transmisi.

Kelompok pekerjaan yang beresiko tinggi terinfeksi leptospirosis antara lain pekerja-

pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, tentara, pembersih

selokan, parit/saluran air, pekerja di perindustrian perikanan, atau mereka yang selalu kontak

dengan air seni binatang seperti dokter hewan, mantri hewan, penjagal hewan atau para pekerja

laboratorium.

2.5 PATOGENESIS2,3,4

Patogenesis leptospirosis belum dimengerti sepenuhnya. Kuman leptospira masuk

kedalam tubuh pejamu melalui luka iris atau luka abrasi pada kulit, konjungtiva atau mukosa

utuh yang melapisi mulut, faring, esofagus, bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi

droplet infeksius dan minum air yang terkontaminasi. Meski jarang, pernah dilaporkan penetrasi

kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air saat banjir.

Infeksi melalui selaput lendir lambung, jarang terjadi, karena ada asam lambung yang

mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak firulen gagal bermultiplikasi dan

dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah satu atau dua hari infeksi.

Organisme virulen mengalami multiplikasi di darah dan jaringan, dan kuman leptospira dapat

diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal pada hari keempat sampai sepuluh perjalanan

penyakit.

Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil, sehingga menimbulkan

vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel. Patogenesis kuman leptospira yang penting

4

Page 5: Makalah Leptospirosis

adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas selular. Lipopolysaccharide (LPS) pada

kuman leptospira mempunyai aktivitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin bakteri gram

(-) dan aktifitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit,

sehingga terjadi agregasi trombosit disertai trombositopenia.

Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Di dalam ginjal

kuman leptospira bermigrasi ke interstitium, tubulus ginjal dan lumen tubulus. Pada leptospirosis

berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan meningkatkan permeabilitas kapiler,

sehingga menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Hipovolemia akibat dehidrasi dan

perubahan permeabilitas kapiler salah satu penyebab gagal ginjal.

Ikterik disebabkan oleh kerusakan sel sel hati yang ringan, pelepasan bilirubin darah dari

jaringan yang mengalami hemolisis intravaskular, kolestasis intrahepatik sampai berkurangya

sekresi bilirubin.

Gambar 2. Penularan dan manifestasi leptosirosis20

Dapat juga leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki

akiran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Kemudian terjadi

respon immunologi baik secara selular maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan

terbentuk antibody spesifik. Walaupun demikian beberapa organism ini masih bertahan pada

daerah yang terisolasi secara immunologi seperti di dalam ginjal dimana bagian mikro organism

5

Page 6: Makalah Leptospirosis

akan mencapai convoluted tubulus. Bertahan disana dan dilepaskan melaliu urin. Leptospira

dapat dijumpai dalam urin sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan sampai

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan

fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah

terbentuknya agglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikro organism hanya dapat

ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiuria berlangsung 1-4 minggu.

Tiga mekanisme yang terlibat pada pathogenese leptospirosis : invasi bakteri langsung,

faktor inflamasi non spesifik, dan reaksi immunologi.

Masuk melalui luka di kulit, konjungtiva,

Selaput mukosa utuh

Multiplikasi kuman dan menyebar melalui aliran darah

Kerusakan endotel pembuluh darah kecil :

ekstravasasi Sel dan perdarahan

Perubahan patologi di organ/jaringan

- Ginjal : nefritis interstitial sampai nekrosis tubulus, perdarahan.

- Hati : gambaran non spesifik sampai nekrosis sentrilobular disertai

hipertrofi dan hiperplasia sel Kupffer.

- Paru : inflamasi interstitial sampai perdarahan paru

- Otot lurik : nekrosis fokal

- Jantung : petekie, endokarditis akut, miokarditis toksik

- Mata : dilatasi pembuluh darah, uveitis, iritis, iridosiklitis.

6

Page 7: Makalah Leptospirosis

2.6 PATOLOGI1,7,9

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang

bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi bagi beberapa organ. Lesi yang muncul

terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat perbadaan

antaraderajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada leptospirosis lesi

histology yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang

nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukan bahwa kerusakan bukan berasal dari

struktur organ. Lesi inflamasi menunjukan edema dan infiltrasi dari sel monosit, limfosit dan sel

plasma. Pada kasus yang berat terjadi kerusakan kapiler dengan perdarahan yang luas dan

disfungsi hepatoseluler dengan retensi bilier. Selain di ginjal, leptospira juga dapat bertahan pada

otak dan mata. Leptospira dapat masuk ke dalam cairan cerebrospinalis dalam fase spiremia. Hal

ini menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi sebagai

komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot

dan pembuluh darah.

Kelainan spesifik pada organ:

Ginjal: interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan bentuk lesi pada

leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi akibat nekrosis

tubular akut. Adanya peranan nefrotoksisn, reaksi immunologis, iskemia, gagal ginjal, hemolisis

dan invasi langsung mikro organism juga berperan menimbulkan kerusakan ginjal.

Hati: hati menunjukan nekrosis sentrilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan

proliferasi sel kupfer dengan kolestasis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian ditemukan

leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat diantara sel-sel parenkim.

Jantung: epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat

fokal atau difus berupa interstitial edema dengan infiltrasi sel mononuclear dan plasma. Nekrosis

berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium dan

endikarditis.

Otot rangka: Pada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa fokal nekrotis, vakuolisasi

dan kehilangan striata. Nyari otot yang terjadi pada leptospira disebabkan invasi langsung

leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.

7

Page 8: Makalah Leptospirosis

Pembuluh darah: Terjadi perubahan dalam pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang

akan menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan atau petechie pada mukosa,

permukaan serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit.

Susunan saraf pusat: Leptospira muda masuk ke dalam cairan cerebrospinal (CSS) dan

dikaitkan dengan terjdinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon antibody,

tidak p-ada saat masuk CSS. Diduga terjadinya meningitis diperantarai oleh mekanisme

immunologis. Terjadi penebalan meningen dengan sedikit peningkatan sel mononuclear

arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptic, biasanya paling sering disebabkan

oleh L. canicola.

Weil Desease. Weil disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya

disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe kontinua. Penyakit

Weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis. Penyebab Weil disease adalah

serotype icterohaemorragica pernah juga dilaporkan oleh serotype copenhageni dan bataviae.

Gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal, hepatic atau disfungsi vascular.

2.7 MANIFESTASI KLINIS3,4

Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 2 – 26 hari, biasanya 7 - 13 hari dan rata-

rata 10 hari.

Gambaran klinis pada Leptospirosis:

Sering : demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, mialgia, conjuctival

suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotophobi

Jarang : pneumonitis, hemoptoe, delirium, perdarahan, diare, edema, splenomegali,

atralgia, gagal ginjal, peroferal neuritis, pancreatitis, parotitis, epididimytis, hematemesis,

asites, miokarditis

Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas ( bifasik ) yaitu fase

leptospiremia/septikemia dan fase imun.

Fase Leptospiremia / fase septikemia (4-7 hari)

Fase leptospiremia adalah fase ditemukannya leptospira dalam darah dan css,

berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa

sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pingang disertai nyeri tekan

8

Page 9: Makalah Leptospirosis

pada otot tersebut. Mialgia dapat di ikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang

disertai mengigil, juga didapati mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret,

bahkan pada sekitar 25% kasus disertai penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan

keadaan sakit berat, bradikardi relatif, dan ikterus (50%). Pada hari ke 3-4 dapat di

jumpai adanya conjungtivitis dan fotophobia. Pada kulit dapat dijumpai rash yang

berbentuk macular, makulopapular atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai

splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika

cepat di tangani pasien akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan

organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset.

Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas

demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase

kedua atau fase imun.

Fase Imun (minggu ke-2)

Fase ini disebut fase immune atau leptospiruric sebab antibodi dapat terdeteksi

dalam sirkulasi atau mikroorganisme dapat diisolasi dari urin, namun tidak dapat

ditemukan dalam darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini muncul sebagai

konsekuensi dari respon imun tubuh terhadap infeksi dan berakhir dalam waktu 30 hari

atau lebih.

Gejala yang muncul lebih bervariasi dibandingkan dengan gejala pada fase

pertama. Berbagai gejala tersebut biasanya berlangsung selama beberapa hari, namun

ditemukan juga beberapa kasus dengan gejala penyakit bertahan sampai beberapa

minggu. Demam dan mialgia pada fase yang ke-2 ini tidak begitu menonjol seperti

pada fase pertama. Sekitar 77% pasien dilaporkan mengalami nyeri kepala hebat yang

nyaris tidak dapat dikonrol dengan preparat analgesik. Nyeri kepala ini seringkali

merupakan tanda awal dari meningitis.

Anicteric disesase ( meningitis aseptik ) merupakan gejala klinik paling utama

yang menandai fase imun anicteric Gejala dan keluhan meningeal ditemukan pada

sekitar 50 % pasien. Namun, cairan cerebrospinalis yang pleiositosis ditemukan pada

sebagian besar pasien. Gejala meningeal umumnya menghilang dalam beberapa hari

9

Page 10: Makalah Leptospirosis

atau dapat pula menetap sampai beberapa minggu. Meningitis aseptik ini lebih banyak

dialami oleh kasus anak-anak dibandingkan dengan kasus dewasa

Icteris disease merupakan keadaan di mana leptospira dapat diisolasi dari darah

selama 24-48 jam setelah warna kekuningan timbul. Gejala yang ditemukan adalah

nyeri perut disertai diare atau konstipasi ( ditemukan pada 30 % kasus ),

hepatosplenomegali,mual, muntah dan anoreksia. Uveitis ditemukan pada 2-10 %

kasus, dapat ditemukan pada fase awal atau fase lanjut dari penyakit. Gejala iritis,

iridosiklitis dan khorioretinitis ( komplikasi lambat yang dapat menetap selama

beberapa tahun ) dapat muncul pada minggu ketiga namun dapat pula muncul beberapa

bulan setelah awal penyakit.

Komplikasi mata yang paling sering ditemukan adalah hemoragia

subconjunctival, bahkan leptospira dapat ditemukan dalam cairan aquaeous. Keluhan

dan gejala gangguan ginjal seperti azotemia, piuria, hematuria, proteinuria dan oliguria

ditemukan pada 50 % kasus. Manifestasi paru ditemukan pada 20-70 % kasus. Selain

itu, limfadenopati, bercak kemerahan dan nyeri otot juga dapat ditemukan.

Fase Penyembuhan / Fase reconvalesence (minggu ke 2-4)

Demam dan nyeri otot masih bisa dijumpai yang kemudian berangsur-angsur hilang.

1. Leptospirosis anikterik 1,10

- 90% dari seluruh kasus leptospirosis di masyarakat.

- Perjalanan penyakit leptospirosis anikterik maupun ikterik umumnya bifasik

karena mempunyai 2 fase, yaitu : 3

a. Fase leptospiremia/fase septikemia

- Organisme bakteri dapat diisolasi dari kultur darah, cairan serebrospinal dan

sebagian besar jaringan tubuh.

- Selama fase ini terjadi sekitar 4-7 hari, penderita mengalami gejala nonspesifik

seperti flu dengan beberapa variasinya.

- Karakteristik manifestasi klinis : demam, menggigil kedinginan, lemah dan nyeri

terutama tulang rusuk, punggung dan perut.

10

Page 11: Makalah Leptospirosis

- Gejala lain : sakit tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, ruam, sakit

kepala regio frontal, fotofobia, gangguan mental, dan gejala lain dari meningitis.

b. Fase imun atau leptospirurik

- sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urine dan mungkin

tidak dapat didapatkan lagi pada darah atau cairan serebrospinalis.

- Fase ini terjadi karena akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi dan

terjadi pada 0-30 hari atau lebih.

- Gangguan dapat timbul tergantung manifestasi pada organ tubuh yang timbul

seperti gangguan pada selaput otak, hati, mata atau ginjal.3

- Manifestasi klinik terpenting leptospirosis anikterik : meningitis aseptik yang

tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis.

- Pasien leptospirosis anikterik jarang diberi obat, karena keluhannya ringan, gejala

klinik akan hilang dalam kurun waktu 2 sampai 3 minggu.

- Merupakan penyebab utama fever of unknown origin di beberapa negara Asia

seperti Thailand dan Malaysia.

- Adanya conjunctival suffusion dan nyeri tekan di daerah betis, limfadenopati,

splenomegali, hepatomegali dan ruam makulopapular dapat ditemukan meskipun

jarang.

- Kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklitis dapat dijumpai pada pasien

leptospirosis anikterik maupun ikterik.

2. Leptospirosis ikterik 1,10

- Demam dapat persisten dan fase imun menjadi tidak jelas atau nampak tumpang

tindih dengan fase septikemia.

- Keberadaan fase imun dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman

leptospira yang menginfeksi, status imunologi, status gizi pasien dan kecepatan

memperoleh terapi yang tepat.

11

Page 12: Makalah Leptospirosis

- Pasien tidak mengalami kerusakan hepatoselular, bilirubin meningkat, kadar

enzim transaminase serum hanya sedikit meningkat, fungsi hati kembali normal

setelah pasien sembuh.

- Leptospirosis sering menyebabkan gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi

perdarahan, yang merupakan gambaran klinik khas penyakit Weil.

- Azotemia, oliguria atau anuria umumnya terjadi dalam minggu kedua tetapi dapat

ditemukan pada hari ketiga perjalanan penyakit.

- Pada leptospirosis berat, abnormalitas pencitraan paru sering dijumpai meskipun

pada pemeriksaan fisik belum ditemukan kelainan.

- Pencitraan yang paling sering ditemukan adalah patchy alveolar pattern yang

berhubungan dengan perdarahan alveoli yang menyebar sampai efusi pleura.

Kelainan pencitraan paru umumnya ditemukan pada lobus perifer paru bagian

bawah.

- Komplikasi berat seperti miokarditis hemoragik, kegagalan fungsi beberapa

organ, perdarahan masif dan Adult Respiratory Distress Syndromes (ARDS)

merupakan penyebab utama kematian yang hampir semuanya terjadi pada pasien-

pasien dengan leptospirosis ikterik.

- Penyebab kematian leptospirosis berat : koma uremia, syok septikemia, gagal

kardiorespirasi dan syok hemoragik.

- Faktor-faktor prognostik yang berhubungan dengan kematian pada pasien

leptospirosis hádala oliguria terutama oliguria renal, hiperkalemia, hipotensi,

ronkhi basah paru, sesak nafas, leukositosis (leukosit > 12.900/mm3), kelainan

Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan repolarisasi, infiltrat pada foto pencitraan

paru.

- Kelainan paru pada leptospirosis berkisar antara 20-70% pada umumnya ringan

berupa batuk, nyeri dada, hemoptisis, meskipun dapat juga terjadi Adult

Respiratory Distress Síndromes (ARDS) dan fatal.

- Manifestasi klinik sistem kardiovaskular pada leptospirosis dapat berupa

miokarditis, gagal jantung kongestif, gangguan irama jantung.

Tabel 2: Perbedaan gambaran klinik leptospirosis anikterik dan ikterik :

12

Page 13: Makalah Leptospirosis

Sindroma, Fase Gambaran klinik Spesimen laboratorium

Leptospirosis anikterik *

Fase leptospiremia (3-7

hari)

Fase imán (3-30 hari)

Demam tinggi, nyeri kepala,

mialgia, nyeri perut, mual,

muntah, conjunctival

suffusion.

Demam ringan, nyeri kepala,

muntah, meningitis aseptik

Darah, cairan

serebrospinal

urin

Leptospirosis ikterik

Fase leptospiremia dan

fase imán (sering menjadi

satu atau tumpang tindih)

Demam, nyeri kepala,

mialgia, ikterik, gagal ginjal,

hipotensi, manifestasi

perdarahan, pneumonitis

hemoragik, leukositosis.

Darah, cairan

serebrospinal (minggu I)

Urin (minggu II)

* antara fase leptospiremia dengan fase imun terdapat periode asimtomatik (1-3 hari)

Tabel 3. Patofisiologi leptospirosis25

13

Page 14: Makalah Leptospirosis

2.8 METODA PEMERIKSAAN

2.8.1 ANAMNESIS1,8,9

Pada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data epidemiologis

penderita harus jelas karena berhubungan dengan lingkungan pasien. Identitas pasien

ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis pekerjaan, dan jangan lupa

14

Page 15: Makalah Leptospirosis

menanyakan hewan peliharaan maupun hewan liar di lingkungannya, karena berhubungan

dengan leptospirosis.

Biasa yang mudah terjangkit pada usia produktif, karena kelompok ini lebih banyak aktif

di lapangan. Tempat tinggal; dari alamat dapat diketahui apakah tempat tinggal termasuk

wilayah padat penduduk, banyak pejamu reservoar, lingkungan yang sering tergenang air

maupun lingkungan kumuh.

Kemungkinan infeksi leptospirosis cukup besar pada musim pengujan lebih-lebih dengan

adanya banjir. Keluhan-keluahan khas yang dapat ditemukan, yaitu : demam mendadak,

keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan merasa mata

makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha.

2.8. 2 PEMERIKSAAN FISIK1,8,9

- Gejala klinik menonjol : ikterik, demam, mialgia, nyeri sendi serta conjungtival

suffusion.

- Gejala klinik yang paling sering ditemukan : conjungtival suffusion dan mialgia.

- Conjungtival suffusion bermanifestasi bilateral di palpebra pada hari ke-3

selambatnya hari ke-7 terasa sakit dan sering disertai perdarahan konjungtiva

unilateral ataupun bilateral yang disertai fotofobia dan injeksi faring, faring

terlihat merah dan bercak-bercak.

- Mialgia dapat sangat hebat, pemijatan otot betis akan menimbulkan nyeri hebat

dan hiperestesi kulit.

- Kelainan fisik lain : hepatomegali, splenomegali, kaku kuduk, rangsang

meningeal, hipotensi, ronkhi paru dan adanya diatesis hemoragik.

- Perdarahan sering ditemukan pada leptospirosis ikterik dan manifestasi dapat

terlihat sebagai petekiae, purpura, perdarahan konjungtiva dan ruam kulit.

- Ruam kulit dapat berwujud eritema, makula, makulopapula ataupun urtikaria

generalisata maupun setempat pada badan, tulang kering atau tempat lain.

15

Page 16: Makalah Leptospirosis

Gambar 3. Conjungtiva suffision dan ikterik pada sklera23

2.8.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG1

1. Pemeriksaan laboratorium umum

a. Pemeriksaan darah

- Pemeriksaan darah rutin : leukositosis normal atau menurun.

- Hitung jenis leukosit : peningkatan netrofil.

- Trombositopenia ringan.

- LED meninggi.

- Pada kasus berat ditemui anemia hipokrom mikrositik akibat perdarahan yang biasa

terjadi pada stadium lanjut perjalanan penyakit.

b. Pemeriksaan fungsi hati

- Jika tidak ada gejala ikterik fungsi hati normal.

- Gangguan fungsi hati : SGOT, SGPT dapat meningkat.

- Kerusakan jaringan otot kreatinin fosfokinase meningkat

peningkatan terjadi pada fase-fase awal perjalanan penyakit, rata-rata

mencapai 5 kali nilai normal.

2. Pemeriksaan laboratorium khusus9,10,11

Pemeriksaan Laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosa leptospirosis,

terdiri dari pemeriksaan secara langsung untuk mendeteksi keberadaan kuman leptospira atau

antigennya (kultur, mikroskopik, inokulasi hewan, immunostaining, reaksi polimerase berantai),

dan pemeriksaan secara tidak langsung melalui pemeriksaan antibodi terhadap kuman leptospira

(MAT, ELISA, tes penyaring).

16

Page 17: Makalah Leptospirosis

Pemeriksaan yang spesifik adalah pemeriksaan bakteriologis dan serologis. Pemeriksaan

bakteriologis dilakukan dengan bahan biakan/kultur leptospira dengan medium kultur Stuart,

Fletcher, dan Korthof. Diagnosa pasti dapat ditegakkan jika dalam waktu 2-4 minggu terdapat

leptospira dalam kultur.

Gold standard pemeriksaan serologi adalah MAT (Mikroskopik Aglutination Test),

suatu pemeriksaan aglutinasi secara mikroskopik untuk mendeteksi titer antibodi aglutinasi dan

dapat mengidentifikasi jenis serovar. Pemeriksaan serologis ini dilakukan pada fase ke-2 (hari

ke 6-12). Dugaan diagnosis leptospirosis didapatkan jika titer antibodi > 1:100 dengan gejala

klinis yang mendukung.

Ig M ELISA merupakan tes yang berguna untuk mendiagnosis secara dini, tes akan

positif pada hari ke-2 sakit ketika manifestasi klinis mungkin tidak khas. Tes ini sangat sensitif

dan efektif (93%). Tes penyaring yang sering dilakukan di Indonesia adalah Lepto Dipstik asay,

Lepto Tek Dri Dot dan LeptoTek Lateral Flow.

Komplikasi di hati ditandai dengan peninggian transaminase dan bilirubin. Pada 50%

kasus didapat peninggian Creatinin Fosfokinase (CPK) pada fase awal sampai mencapai 5x

normal. Hal ini tidak terjadi pada hepatitis viral. Jadi jika terdapat peninggian transaminase dan

CPK, maka diagnosis leptospirosis lebih mungkin daripada hepatitis viral.

Pada pemeriksaan urine didapatkan perubahan sedimen urine (leukosituria, eritrosit

meningkat dan adanya torak hialin atau granuler). Pada leptospirosis ringan bisa terdapat

proteinuria dan pada leptospirosis berat dapat terjadi azotemia.

Pemeriksaan langsung darah atau urine dengan mikroskop lapangan gelap sering gagal

dan menyebabkan misdiagnosis, sehingga lebih baik tidak digunakan. Pada Leptospirosis yang

sudah mengenai otak, maka pemeriksaan CSS didapatkan peningkatan sel-sel PMN ( pada awal )

tapi kemudian digantikan oleh sel-sel monosit, protein pada CSS normal atau meningkat,

sedangkan glukosanya normal.

17

Page 18: Makalah Leptospirosis

2.9 DIAGNOSIS2,3

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa riwayat pekerjaan pasien, apakah

termasuk kelompok orang dengan resiko tinggi seperti pekerja-pekerja di sawah, pertanian,

perkebunan, peternakan, pekerja tambang, tentara, pembersih selokan, dan gejala klinis berupa

demam yang muncul mendadak, nyeri kepala terutama dibagian frontal, nyeri otot, mata merah /

fotophobia, mual atau muntah, dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik ditemukan demam,

bradikardi, nyeri tekan otot , hepatomegali dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium darah

rutin didapat leukositosis, normal, atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan LED

yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukositouria, dan sdimen sel torak. Bila terdapat

hepatomegali maka bilirubin darah dan transaminase meningkat. BUN, ureum, dan kreatinin bisa

meningkat bila terdapat komplikasi pada ginjal. Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dari

cairan tubuh dan serologis.

Diagnosis leptospirosis dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan klinis dan laboratorium.

dapat dibagi dalam 3 klasifikasi, yaitu :

Suspek

bila ada gejala klinis tapi tanpa dukungan tes laboratorium.

Probable

bila gejala klinis sesuai leptospirosis dan hasil tes serologi penyaring yaitu

dipstick, lateral flow, atau dri dot positif.

Definitif

bila hasil pemeriksaan laboratorium secara langsung positif, atau gejala klinis

sesuai dengan leptospirosis dan hasil MAT / ELISA serial menunjukkan adanya

serokonversi atau peningkatan titer 4 kali atau lebih

18

Page 19: Makalah Leptospirosis

Table 4 : Approach to diagnosis of leptospirosis13

19

Page 20: Makalah Leptospirosis

BAB IV

DIAGNOSIS BANDING2

Leptospirosis anikterik dapat di diagnosis banding dengan influenza, demam berdarah

dengue, malaria, pielonefritis, meningitis aseptik viral, keracunan makanan/bahan kimia, demam

tifoid, demam enterik.

Leptospirosis ikterik dapat di diagnosis banding dengan malaria falcifarum berat,

hepatitis virus, demam tifoid dengan komplikasi berat, haemorrhagic fevers with renal failure,

demam berdarah virus lain dengan komplikasi.

Tabel 6. Diagnosis banding leptospirosis21

20

Page 21: Makalah Leptospirosis

BAB V

KOMPLIKASI LEPTOSPIROSIS

I. Gagal Ginjal Akut14,15,16

Keterlibatan ginjal pada gagal ginjal akut sangat bervariasi dari insufisiensi ginjal ringan

sampai gagal ginjal akut (GGA) yang fatal. Gagal ginjal akut pada leptospirosis disebut sindroma

pseudohepatorenal. Selama periode demam ditemukan albuminuria, piuria, hematuria, disusul

dengan adanya azotemia, bilirubinuria, urobilinuria. Manifestasi klinik gagal ginjal akut pada

leptospirosis ada 2 tipe yaitu gagal ginjal akut ologuri dan gagal ginjal akut non-oliguri dengan

tipe katabolic, dimana produksi ureum lebih tinggi dari 60mg%/24jam. Disebut gagal ginjal

oliguri bila produksi urin <500ml/24jam, dan disebut anuri bila produksi urin <100ml/24jam.

Prognosis gagal ginjal akut non oliguri lebuh baik disbanding gagal ginjal non-ologuri. 27

Gambar 4. Ginjal yang terinfeksi leptospira24

Terjadinya gagal ginjal aku pada leptospirosis melalui 3 mekanisme:

1. Invasi atau nefrotoksik langsung dari leptospira

Invasi leptospira menyebabkan kerusakan tubulus dan glomerulus sebagai efek langsung dari

migrasi leptospira yang menyebar hematogen ke kapiler peritubuler menuju jaringan interstitium

tubulus dan lumen tubulus. Kerusakan jaringan tidak jelas apakah hanya efek migrasi atau efek

endotoksin leptospira.

21

Page 22: Makalah Leptospirosis

2. Reaksi immunologi

Reaksi immunologi berlangsung cepat, adanya kompleks immune dalam sirkulasi dan

endapan komplemen dan adanya electron dance bodies pada glomerulus membuktikan adanya

proses immune cmplexs glomerulonephritis, dan terjadi tubule interstitial nefritis (TIN).

3. Reaksi non spesifik terhadap infeksi seperti infeksi yang lain

Iskemia ginjal

Hipovolemia dan hipotensi akibat adanya:

- Intake cairan yang kurang

- Meningkatnya evaporasi oleh karena demam

- Pelepasan kinin, histamine, serotonin, prostaglandin semua ini akan menyebabkan

peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi kebocoran albumin dan cairan

ekstravaskuler.

- Pelepasan sitokin akibat kerusakan endotel yang menyebabkan permeabilitas sel dan

vaskuler meningkat.

- Hipovolemia dan hemokonsentrasi akan merangsang RAA dan menyebabkan

vasokonstriksi.

- Hiperfibrinogenemia akibat kerusakan endotel kapiler (DIC) menyebabkan viskositas

darah meningkat.

Iskemia ginjal, glomerulonefritis dan TIN, invasi kuman menyebabkan terjadinya

nekrosis (GGA) sehingga terjadi pelepasan mediator inflamasi (TNF-α, IL-1, PAF, PDGF-β,

TXA2, LTC4, TGF-β) dan terekspresinya leucocyte adhesion molecules yang akan meregulasi

fungsi leukosit sebagai respon adanya renal injury.

Bentuk gagal ginjal akut pada leptospirosis:

a. Gagal ginjal akut oliguria

Temasuk disini adalah produksi urine <600ml/24jam dan penderita sudah dalam keadaan

hidrasi yang baik, kadar kreatinin darah >2gr%. Terjadi kira-kira pada 54% penderita

22

Page 23: Makalah Leptospirosis

leptospirosis, dan mempunyai mortalitas yang tinggi serta prognosis yang kurang baik. Faktor-

faktor yang meramalkan prognosis kurang baik adalah:

- Adanya oliguri atau anurinyang berlangsung lama

- BUN selalu meningkat >60mg%/24jam

- Ratio ureum urine : ureum darah, tidak meingkat

b. Gagal ginjal akut non-ologuri

Terdapat 50% dari leptospirosis, produksi urine >600ml/24jam, mortalitas lebih rendah

dibandingkan GGA oliguri. GGA oliguri mempunyai prognosis yang kurang baik, dengan

mortalitas 50-90%.

Histopatologi dengan pemeriksaan mikroskop electron:

1. pada GGA oliguri, Nampak adanya gambaran obstruksi tubulus, nekrosis tubulus dan

endapan komplemen pada membrane basalis glomerulus, dan infiltrasi sel radang pada

jaringan interstitialis.

2. Pada GGA non-oliguri, Nampak edema pada tubulus dan jaringan interstitium tanpa

adanya nekrosis. Duktus kolektiferus pars medularis resisten terhadap vasopressin,

sehingga tidak mampu memekatkan urin dan terjadi poliuria.

Perubahan abnormal elektrolit dan hormone pada GGA leptospirosis:

1. Hipokalemia, terjadi oleh karena peningkatan ”fractional urinary excretion” (Fe) kalium

yang diikuti FeNa. Hal ini oleh karena sekresi K+ meningkat dan adanya gangguan

reabsorbsi Natrium oleh tubulus proximal. Fe K+ dan FeNa berkorelasi dengan beratnya

GGA.

2. Hormon kortisol dan aldosteron meningkat dan akan meningkatkan eksresi kalium lewat

urine. Sehingga makin menambah hipokalemia, sehingga perlu penambahan kalium.

3. CD3, CD4 menurun, Limfosit B meningkat, bersifat reversible.

23

Page 24: Makalah Leptospirosis

II. Perdarahan Paru20

Kelainan paru berupa hemorrhagic pneumonitis, patogenesisnya tidak jelas diduga akibat

dari endotoksin langsung yang kemudian menyebabkan kersakan kapiler. Hemoptisis terjadi

pada awal septicemia. Perdarahan terjadi pada leura, alveoli, trakheobronkhial, kelainan berupa:

kongesti septum paru, perdarahan alveoli yang multifocal, infiltrasi sel mononuclear. Manifestasi

klinis: batuk, blood tinged sputum sampai terjadi hemoptisis masif sehingga menyebabkan

asfiksia. 13,20

III. Liver Failure20

Terjadinya ikterik pada hari ke 4-6, dapat juga terjadi pada hari ke-2 atau ke-9. Pada hati

terjadi nekrosis sentrolobuler dengan proliferasi sel Kupfer. Terjadi ikterik pada leptospirosis

disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

1. Kerusakan sel hati.

2. Gangguan fungsi ginjal, yang akan menurunkan sekresi bilirubin, sehingga meningkatkan

kadar bilirubin darah.

3. Terjadinya perdarahan pada jaringan dan hemolisis intravaskuler akan meningkatkan

kadar bilirubin.

4. Proliferasi sel Kupfer sehingga terjadi kolestatik intrahepatik.

Kerusakan parenkim hati disebabkan antara lain: penurunan hepatic flow dan toksinyang

dilepas leptospira. Gambaran histopatologi tidak spesifik pada leptospirosis, karena disosiasi sel

hati, proliferasi histiositik dan perubahan peri porta terlihat juga pada penyakit infeksi yang

parah. 13,20

IV. Perdarahan gastrointestinal

Perdarahan terjadi akibat adanya lesi endotel kapiler. 1,13

V. Shock20

24

Page 25: Makalah Leptospirosis

Infeksi akan menyebabkan terjadinya perubahan homeostasis tubuh yang mempunyai peran

pada timbulnya kerusakan jaringan, perubahan ini adalah hipovolemia, hiperviskositas koagulasi.

Hipovolemia terjadi akibat intake cairan yang kurang, meningkatnya permeabilitas kapiler oleh

efek dari bahan-bahan mediator yang dilepaskan sebagai respon adanya infeksi. Koagulasi

intravaskuler, sifatnya minor, terjadi peningkatan LPS yang akan mempengaruhi keadaan pada

mikrosirkulasi sehingga terjadi stasis kapiler dan anoxia jaringan. Hiperviskositas, akibat dari

peleasan bahan-bahan mediator terjadi permeabilitas kapiler meningkat, keadaan ini

menyebabkan hipoperfisi jaringan sehingga menyokong terjadinya disfungsi organ. 1,13

VI. Miokarditis

Komplikasi pada kardiovaskuler pada leptospirosis dapat berupa gangguan sistem konduksi,

miokarditis, perikarditis, endokarditis, dan arteritis koroner. Manifestasi klinis miokarditis sangat

bervariasi dari tanpa keluhan sampai bentuk yang berat berupa gagal jantung kongesif yang fatal.

Keadaan ini diduga sehubungan dengan kerentanan secara genetic yang berbeda-beda pada

setiap penderita. 13,20

Manifestasi klinik miokarditis jarang didapatkan pada saat puncak infeksi karena akan

tertutup oleh manifestasi penyakit infeksi sistemik dan batu jelas saat fase pemulihan. Sebagian

akan berlanjur menjadi bentuk kardiomiopati kongesif / dilated. Juga akan menjadi penyebab

aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara structural dianggap normal. 13,20

VII. Enchepalophaty

Didapatkan gejala meningitis atau meningoenchepalitis, nyeri kepala, pada cairan

cerebrospinalis (LCS) didapatkan pleositosis, santokrom, hitung sel leukosit 10-100/mm3, sel

terbanyak sel leukosit neutrofil atau sel mononuclear, glukosa dapat normal atau rendah, protein

meningkat (dapat mencapai 100mg%). Kadang-kadang didapatkan tanda-tanda menngismus

tanpa ada kelainan LCS, sindroma Gullian Barre. Pada pemeriksaan patologi didapatkan:

infiltrasi leukosit pada selaput otak dan LCS yang pleositosis. Setiap serotip leptospira yang

patologis mungkin dapat menyebabkan meningitis aseptic, paling sering Conikola,

Icterohaemorrhagiae dan Pamoma.12,20

25

Page 26: Makalah Leptospirosis

BAB VI

PENATALAKSANAAN

A . PENCEGAHAN 2,6,7

Pencegahan penularan kuman leptospira dapat dilakukan melalui tiga jalur intervensi

yang meliputi intervensi sumber infeksi, intervensi pada jalur penularan dan intervensi pada

penjamu manusia.

Kuman leptospira mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati oleh

desinfektans seperti lisol. Maka upaya ”Lisolisasi” upaya "lisolisasi" seluruh permukaan lantai ,

dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah

berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah "mewabah"-nya leptospirosis.

Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan

menjaga tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan tercemar kuman dari hewan

piaraan yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari berkontak dengan

kencing hewan piaraan.

Biasakan memakai pelindung, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak dengan air

kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakiai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka,

borok, atau eksim. Biasakan membasuh tangan sehabis menangani hewan, ternak, atau

membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.

Hewan piaraan yang terserang leptospirosis langsung diobati , dan yang masih sehat

diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis disarankan untuk manusia yang memiliki risiko tinggi

terjangkit, dan pemberiannya harus diulang setiap tahun. Tikus rumah perlu dibasmi sampai ke

sarang-sarangnya. Begitu juga jika ada hewan pengerat lain. Jangan lupa bagi yang aktivitas

26

Page 27: Makalah Leptospirosis

hariannya di peternakan, atau yang bergiat di ranch. Kuda, babi, sapi, bisa terjangkit

leptospirosis, selain tupai, dan hewan liar lainnya yang mungkin singgah ke peternakan dan

pemukiman, atau ketika kita sedang berburu, berkemah, dan berolahraga di danau atau sungai.

Selain itu penyediaan air minum juga harus terjaga baik dan diklorinasi.

Ternak Babi merupakan hewan yang mampu bertahan dari infeksi akut yang dapat

mengeluarkan bakteri leptospira dalam jumlah besar dalam jangka waktu lama, bisa sampai

setahun. Hewan babi merupakan sumber penularan leptospirosis, disebut sebagai Swine herd’s

disease. Oleh karena itu, peternak babi diimbau agar mengandangkan ternaknya dan jauh dari

sumber air. Saluran buangan ternak hendaknya diarahkan ke tempat khusus sehingga tidak

mencemari lingkungan.

B. TERAPI KURATIF2,3,4,17

Terapi pilihan (DOC) untuk leptospirosis sedang dan berat adalah Penicillin G, dosis

dewasa 4 x 1,5 juta unit /i.m, biasanya diberikan 2 x 2,4 unit/i.m, selama 7 hari.

Tujuan Pemberian Obat Regimen

1. Treatment  

  a. Leptospirosis ringan Doksisiklin 2 x 100 mg/oral atau

    Ampisillin 4 x 500-750 mg/oral atau

    Amoxicillin 4 x 500 mg/oral

     

  b.Leptospirosis sedang/ berat Penicillin G 1,5 juta unit/6jam i.m atau

    Ampicillin 1 g/6jam i.v atau

    Amoxicillin 1 g/6jam i.v atau

    Eritromycin 4 x 500 mg i.v

     

2. Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg/oral/minggu

     

27

Page 28: Makalah Leptospirosis

• Terapi untuk leptospirosis ringan

Pada bentuk yang sangat ringan bahkan oleh penderita seperti sakit flu biasa. Pada

golongan ini tidak perlu dirawat. Demam merupakan gejala dan tanda yang menyebabkan

penderita mencari pengobatan. Ikterus kalaupun ada masih belum tampak nyata. Sehingga

penatalaksanaan cukup secara konservatif.15

Penatalaksanaan konservatif

Pemberian antipiretik, terutama apabila demamnya melebihi 38°C

Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat.

Kalori diberikan dengan mempertimbangkan keseimbangan nitrogen, dianjurkan

sekitar 2000-3000 kalori tergantung berat badan penderita. Karbohidrat dalam jumlah

cukup untuk mencegah terjadinya ketosis. Protein diberikan 0,2 – 0,5 gram/kgBB/hari

yang cukup mengandung asam amino essensial.

Pemberian antibiotik-antikuman leptospira.

paling tepat diberikan pada fase leptospiremia yaitu diperkirakan pada minggu pertama

setelah infeksi. Pemberian penicilin setelah hari ke tujuh atau setelah terjadi ikterus

tidak efektif. Penicillin diberikan dalam dosis 2-8 juta unit, bahkan pada kasus yang

berat atau sesudah hari ke-4 dapat diberikan sampai 12 juta unit (sheena A Waitkins,

1997). Lama pemberian penisilin bervariasi, bahkan ada yang memberikan selama 10

hari.

Terapi suportif supaya tidak jatuh ke kondisi yang lebih berat. Pengawasan terhadap

fungsi ginjal sangat perlu.

Terapi untuk leptospirosis berat16

Antipiretik

Nutrisi dan cairan.

Pemberian nutrisi perlu diperhatikan karena nafsu makan penderita biasanya menurun

maka intake menjadi kurang. Harus diberikan nutrisi yang seimbang dengan kebutuhan

kalori dan keadaan fungsi hati dan ginjal yang berkurang. Diberikan protein essensial

dalam jumlah cukup. Karena kemungkinan sudah terjadi hiperkalemia maka masukan

kalium dibatasi sampai hanya 40mEq/hari. Kadar Na tidak boleh terlalu tinggi. Pada

28

Page 29: Makalah Leptospirosis

fase oligurik maksimal 0,5gram/hari. Pada fase ologurik pemberian cairan harus

dibatasi. Hindari pemberian cairan yang terlalu banyak atau cairan yang justru

membebani kerja hati maupun ginjal. Infus ringer laktat misalnya, justru akan

membebani kerja hati yang sudah terganggu. Pemberian cairan yang berlebihan akan

menambah beban ginjal. Untuk dapat memberikan cairan dalam jumlah yang cukup

atau tidak berlebihan secara sederhana dapat dikerjakan monitoring / balance cairan

secara cermat.

Pada penderita yang muntah hebat atau tidak mau makan diberikan makan secara

parenteral. Sekarang tersedia cairan infus yang praktis dan cukup kandungan nutrisinya.

Pemberian antibiotik

◦ Pada kasus yang berat atau sesudah hari ke-4 dapat diberikan sampai 12 juta unit

(sheena A Waitkins, 1997). Lama pemberian penisilin bervariasi, bahkan ada

yang memberikan selama 10 hari. Penelitian terakhir : AB gol. fluoroquinolone

dan beta laktam (sefalosporin, ceftriaxone) > baik dibanding antibiotik

konvensional tersebut di atas, meskipun masih perlu dibuktikan keunggulannya

secara in vivo.

Penanganan kegagalan ginjal.

Gagak ginjal mendadak adalah salah sati komplikasi berat dari leptospirosis. Kelainan

ada ginjal berupa akut tubular nekrosis (ATN). Terjadinya ATN dapat diketahui dengan

melihat ratio osmolaritas urine dan plasma (normal bila ratio <1). Juga dengan melihat

perbandingankreatinin urine dan plasma, ”renal failire index” dll.

Pengobatan terhadap infeksi sekunder.

Penderita leptospirosis sangat rentan terhadap terjadinya beberapa infeksi

sekunderakibat dari penyakitnya sendiri atau akibat tindakan medik, antara lain:

bronkopneumonia, infeksi saluran kencing, peritonitis (komplikasi dialisis peritoneal),

dan sepsis. Dilaporkan kelainan paru pada leptospirosis terdapat pada 20-70% kasus

(Kevins O Neal, 1991). Pengelolaan sangat tergantung dari jenis komplikasi yang

terjadi. Pada penderita leptospirosis, sepsis / syok septik mempunyai angka kematian

yang tinggi.

Penanganan khusus

29

Page 30: Makalah Leptospirosis

1. Hiperkalemia diberikan kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin (10-20

U regular insulin dalam infus dextrose 40%)

Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena menyebabkan cardiac

arrest.

2. Asidosis metabolik diberikan natrium bikarbonas dengan dosis (0,3 x KgBB

x defisit HCO3 plasma dalam mEq/L)

3. Hipertensi diberikan antihipertensi

4. Gagal jantung pembatasan cairan, digitalis dan diuretik

5. Kejang

Dapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia, hipertensi ensefalopati dan

uremia. Penting untuk menangani kausa ptimernya, mempertahankan oksigenasi

/ sirkulasi darah ke otak, dan pemberian obat anti konvulsi.

6. Perdarahan transfusi

Merupakan komplikasi penting pada leptospirosis, dan sering mnakutkan.

Manifestasi perdarahan dapat dari ringan sampai berat. Perdarahan kadang0-

kadang terjadi pada waktu mengerjakan dialisis peritoneal. Untuk

menyampingkan enyebab lain perlu dilakukan pemeriksaan faal koagulasi

secara lengkap. Perdarahan terjadi akibat timbunan bahan-bahan toksik dan

akibat trpmbositopati.

7. Gagal ginjal akut hidrasi cairan dan elektrolit, dopamin, diuretik, dialisis.17

30

Page 31: Makalah Leptospirosis

BAB VII

PROGNOSIS

Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka kematian 5

% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut menjadi 30-40 %

Faktor-faktor sebagai indikator prognosis mortalitas, yaitu :

Leptospirosis yang terjadi pada masa kehamilan menyebabkan mortalitas janin yang tinggi.17

31

Page 32: Makalah Leptospirosis

BAB VIII

KESIMPULAN

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh kuman leptospira.

Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan leptospira secara insidental. Leptospi Gejala

klinis sering tidak khas sehingga terlambat terdiagnosis.

Gejala klinis yang timbul mulai dari ringan sampai berat bahkan kematian, bila terlambat

mendapat pengobatan. Diagnosis dini yang tepat dan penatalaksanaan yang cepat akan mencegah

perjalanan penyakit menjadi berat. Pencegahan dini terhadap mereka yang beresiko tinggi

terekspos diharapkan dapat melindungi mereka dari serangan leptospirosis.1

32

Page 33: Makalah Leptospirosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Zein Umar. (2006). “Leptospirosis”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4.

FKUI : Jakarta. Hal.1845 - 1848.

2. Speelman, Peter. (2005). “Leptospirosis”, Harrison’s Principles of Internal Medicine,

16th ed, vol I. McGraw Hill : USA. Pg.988-991.

3. Dit Jen PPM & PL RSPI Prof. DR. Sulianti Saroso. (2003). Pedoman Tatalaksana Kasus

dan Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI

: Jakarta.

4. Dharmojono, Drh. Leptospirosis, Waspadailah Akibatnya!. Pustaka Populer Obor :

Jakarta. 2002.

5. Departemen Kesehatan, 2003. Pedoman Tatalaksana Kasus dan Pemeriksaan

Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit, Leptospira. Hlm. 8-15. Bagian

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan : Jakarta.

6. Lestariningsih. 2002. Gagal Gin jal Akut Pada Lep tos pirosis — Kum pulan Makalah Sim -

posium Lep tos pirosis . Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

7. World Health Organization/ International Leptospirosis Society. Human Leptospirosis

guidance for diagnosis, surveillance and control. Geneva : WHO.2003.109

8. Setyawan Budiharta, 2002. Epidemiologi Leptospirosis. Seminar Nasional Bahaya Dan

Ancman Leptospirosis, Yogyakarta, 3 Juni 2002.

33

Page 34: Makalah Leptospirosis

9. Widarso, Yatim.F, 2000. Leptospirosis dan Ancamannya, Majalah Kesehatan No. 15

Tahun 2000. Departemen Kesahatan, Jakarta.

10. Iskandar Z; Nelwan RHH; Suhendro, dkk. Leptospirosis Gambaran Klinis di RSUPNCM,

2002.

11. Riyanto B, Gasem MH, Pujianto B, Smits H. Leptospira sevoars in patients with severe

leptospirosis admitted to hospitals of Semarang. Buku Abstrak Konas VIII PETRI,

Malang, Juli 2002.

12. Gasem MH, Redhono D, Suharti C. Anicteric leptospirosis can be misdiagnosed as

dengue infection. Buku Abstrak Konas VIII PETRI, Malang, 2002

13. Niwattayakul K, Homvijitkul J, Khow O, Sitprija V. Leptospirosis in northeastern

Thailand: hypotention and complications. Southeast Asean J Trop Med Public Health

2002; 33: 155-60

14. Sion ML et al. Acute renal failure caused by leptospirosis and hantavirus infection in an

urban hospital. European Journal of Internal Medicine 13. 2002. 264-8

15. Daher EF, Noguera CB. Evaluation of penicillin therapy in patients with leptospirosis and

acute ranal failure. Rev Inst Med trop. S Paulo. 2000.42(6):327-32

16. Drunl W. Nutritional support in patients ARF. In; Acute Renal Failure; (Brenners &

Rector’s) ed WB Saunders. 2001: 465-83

17. Budiriyanto, M. Hussein Gasem, Bambang Pujianto, Henk L Smits : Serovars of

Leptospirosis in patients with severe leptospirosis admitted to the hospitals of Semarang.

Konas PETRI, 2002.

18. Grenn-Mckenzie J, Shoff WH. Leptospirosis in humans. Sept, 13, 2006.

http://www.emedicine.com/ped/topic/1298.htm

19. Anonymous. Leptospirosis. Sept. 2006. www.hpa.org.uk/infections/topics az

/zoonoses/leptospirosis/gen info.htm

20. http://www.infokedokteran.com/wp-content/uploads/2010/04/3943463557_219650aaf5.jpg

34

Page 35: Makalah Leptospirosis

21. http://4.bp.blogspot.com/_JNo1RsgGHH4/SGip9wROLqI/AAAAAAAAAq0/1PSVnW4OGIc/s320/

engalgo.gif

22. http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Leptospira

23. http://www.vetmed.hokudai.ac.jp/organization/microbiol/_src/sc395/elepm.jpg

24. http://caribbean.scielo.org/img/revistas/wimj/v54n1/a09tab3.gif

25. http://www.physicianbyte.com/images/LEPTOSPIROSIS_Image1.jpg

26. http://www.nature.com/ki/journal/v72/n8/images/5002393f2.jpg

27. http://www.nature.com/ki/journal/v72/n8/images/5002393f1.jpg

35