makalah MATERNITAS

download makalah MATERNITAS

of 34

description

Makalah Maternitas Tentang Preeklamsi

Transcript of makalah MATERNITAS

MAKALAH PREEKLAMPSIA DANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PREEKLAMPSIADisusun untuk Memenuhi Tugas Mata uliah Keperawatan

Di susun oleh :Kelompok 31. Dinna Puri Larasati(22020112130075)2. Arini Agustina(22020112130076)3. Anif Usni Faizah(22020112130077)4. Roikhatul Masithoh(22020112130078)5. Fatia Kanza(22020112130085)6. Sara Syntia Indriani(22020112130086)7. Sulistiyaningsih(22020112130087)8. Lilis Rezi Retani(22020112130089)9. Syafarina Nur Wahidah(22020112130090)10. Fita Ardiani(22020112130092)

JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO2014

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPreeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vilidankorialis (Mitayani, 2009). Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini juga dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Sujiyatini, 2009).Preeklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi dan progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multiorgan yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada ligkunga janin. Preklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan berat. Permbagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma (Sarwono, 2010).Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di Asia AKIterjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya. Berdasarkan Survey DemografiKesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228/100.000kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%), eklampsia (24%),infeksi (11%), komplikasi masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama (5%),emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI, 2006).Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas danmortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisarantara 0,51%-38,4%.Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar6-7%dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008). Tingginya kejadian preeklamsia-eklamsia di negara-negara berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).Untuk itu, penulis tertarik mendapatkan gambaran mengenai kasus tersebut di atas dengan melakuka asuhan pada ibu bersalin dengan preeklamsia.

B. Tujuan1. Tujuan UmumMengetahui cara melakukan asuhan keperawatan pada ibu bersalin dengan preeklamsia.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian dari preeklamsiab. Mengetahui bahaya dari preeklamsiac. Mengetahui resiko kehamilan dengan preeklamsid. Mengetahui tata laksana kehamilan dengan preeklamsie. Mengetahui asuhan keperawatan pada preeklamsi

BAB IITINJAUAN TEORIPREEKLAMSIAA. Definisi PreeklampsiaPreeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vilidankorialis (Mitayani, 2009). Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini juga dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Sujiyatini, 2009).Preeklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi dan progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi organ yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin (Boyle M, 2007).

B. Pathway

Penumpukan darahLEADP meningkatKongesti vena pulmonalPeristaltik menurun Keluar keringat berlebihAkumulasi gas berlebihKonstipasiKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhanProses perpindahan cairan karena tekanan perbedaan Timbul oedema gangguan fungsi alveoliGangguan pertukaran gasKejang (-)Kejang (+)Pre eklampsiaVaso spasme pada pembuluh darahEklampsiaPenurunan pengisian darah di ventrikel kiriProses 1 cardiac output menurunVolume dan tekanan darah menurunMerangsang medulla oblongataSystem saraf simpati meningkatParuHCl meningkatKulitTekanan DarahMeningkat (TD > 140 - 190Hamil < 20 mingguHipertensi KronikNormal Hamil > 20 mingguSuperimposed Pre eklampsia

C. Etiologi

Kompresi saraf impuls meningkatGangguan irama jantungAliran turbulensi emboliGangguan rasa nyaman (nyeri)Pembuluh darahPerubahan perfusi jaringan periferJantungVasokonstriksi Metabolisme turunAkral dingin

C. EtiologiTanda dan gejala preeklampsia timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasikan wanita yang akan menderita preeklampsi. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit : primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Kira kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat terjadi 25%. Preeklamsia adalah penyakit yang tidak terpisahkan dari preeclampsia ringan berat, sindrom HELLP atau eklampsia.

D. Manifestasi klinisPreeklamsia ditandai oleh hipertensi, edema generalis, dan proteinuruia tanpa penyakit vaskular atau renal.Tanda gejala muncul sejak minggu ke 20 kehamilan sampai minggu ke 6 setelah melahirkan adalah sebagai berikut:1. HipertensiHipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg, peningkatan tekanan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah 140/90 mmHg. Hipertensi juga terjadi pada peningkatan tekanan arteriol rerata 20 mmHg. Angka-angka di atas harus terjadi paling sedikit 2 kali, selang 6 jam atau lebih, dan didasarkan pada catatan tekanan darah terdahulu. 2. ProteinuriaProteinuria pada kehamilan sering kali merupakan tanda terakhir yang timbul dan didefinisikan sebagai 0,3g/liter dalam urin 24 jam atau < 1 gr/ liter (+1 sampai +2 dengan metode disptik) dengan urinalisa pada urin aliran tengah atau kateter secara acak.3. Kenaikan berat badan Timbul secara cepat dalam waktu yang singkat yang menunjukkan adanya retensi cairan. Edema yang menyeluruh terutama pembengkakan pada muka dan tangan, keluhan yang umum adalah sesaknya cincin pada jari-jari.4. Sakit kepalaMeskipun sakit kepala merupakan gejala yang relatif biasa selama kehamilan, sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal dari edema otak. Sebagai konsekuensinya tekanan darah pasien harus ditentukan.5. Gangguan penglihatanMerupakan gejala dari preeklamsia berat dan dapat menunjukkan spasme arteriolar retina, iskemia, edema, atau pelepasan retina retik.6. Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atasMenunjukan pembengkakan hepar yang berhubungan dengan preeklamsia berat atau menandakan ruptur hematonma subkabsular hepar. Nyeri epigastrik, mual, dan nyeri tekan hati merupakan akibat bendungan atau trombosis sistem periportal dan perdarahan subkapsular hati.Preeklampsia diklasifikasikan sebagai berat jika pasien mempunyai satu dari tanda- tanda berikut:1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau diastolic 110 mmHg atau lebih pada sekurang kurangnya 2 pemeriksaan dengan interval 6 jam, dan pasien dalam keadaan tirah baring1. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam urine 24 jam (3+ atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif)1. Oliguria (500 ml atau kurang dalam 24 jam).1. Gangguan otak atau visual1. Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas1. Edema paru atau sianosis1. Hemolisis, tes- tes fungsi hati yang meningkat, dan jumlah trombosit yang menurun (hemolysis, elevated liver function tests and Low Platelet counts (Sindrom HELLP).Factor predisposisi1. Nulipara umur belasan tahun1. Pasien yang miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali dan nutrisi yang buruk, terutama dengan diet kurang protein.1. Mempunyai riwayat pre eklampsia atau eklampsia dalam keluarga1. Mempunyai penyakit vascular hipertensi sebelumnya.1. Kehamilan- kehamilan dengan trofoblas yang berlebihan ditambah vili korion:1. Kehamilan ganda1. Mola hidatidosa1. DM1. Hidrops fetalisE. Klasifikasi PreeklampsiaPreeklamsia dibedakan menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.Preeclampsia RinganPreeklampsia Berat

Efek pada Ibu

Tekanan darahPeningkatan tekanan darah sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih, peningkatan tekanan darah diastolic sebesar > 140/90 mmHg dua kali dengan jarak 6 jam.Peningkatan menjadi > 160/110 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak enam jam pada ibu hamil yang beristirahat di tempat tidur.

MAP140/90 = 107160/110 = 127

Peningkatan berat badanPeningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali.Sama seperti preeclampsia ringan.

ProteinuriaDipstick kualitatifAnalisis kuantitatif 24 jam

Proteinuria sebesar 300 mg/ L dalam 24 jam atau > 1 g/ L secara random dengan memakai contoh urine siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak enam jam karena kehilangan protein adalah bervariasi, dengan dipstick, nilai bervariasi dari sedikit sampai +1Proteinuria 5 sampai 10 g/L dalam 24 jam atau >+ 2 protein dipstick.

Edema Edema dependen, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengarEdema umum, bengkak semakin jelas dimata waajah, jari bunyi paru (rales) bisa terdengar

Refleks Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus dipergelangan kakiHiperfleksia + 3 atau lebih, klonus dipergelangan kaki

Haluaran urineKeluaran sama dengan masukan > 30 ml/jamOliguria < 30 ml/jam atau 120 ml / 4 jam

Nyeri kepalaSementara Berat

Gangguan penglihatanTidak adaKaabur, fotofobia, bintik buta pada fundoskopi

Iritabilitas / afekSementara Berat

Nyri ulu hatiTidak adaAda

Kreatinin serumNormal Meningkat

TrombositopeniaTidak adaAda

Peningkatan ASTMinimalJelas

HematokritMeningkatMeningkat

Efek pada janin

Perfusi plasentaMenurun Perfusi menurun dinyatakan sebagai IUGR pada fetus, DJJ: deselerasi lambat

Premature placentalAgingipertenis Tidak jelasPada waktu lahir placenta terlihat lebih kecil daripada placenta yang normal untuk usia kehamilan, premature aging terlihat jelas dengan berbagai daerah yang sinsitianya pecah, banyak terdapat nekrosis iskemik (infark putih), dan deposisi fibrinintervilosa (infark merah) bisa terlihat.

F. Komplikasi PreeklampsiaKomplikasi-komplikasi maternal meliputi eklapsia, solusio plasenta, gagal ginjal, nekrosis hepar, rupture hepar, DIC, anemia, hemolitik mikroangiopatik, perdarahan otak, edema paru, dan pelepasan retina. Komplikasi- komplikasi janin meliputi prematuritas, insufisiensi utero-plasental, retardasi pertumbuhan intrauteri dan kematian janin intrauterine.

G. PenatalaksanaanPrinsip umum : Preeklamsia menetap higga kehamilan berakhir. Sebagai konsekuensinya, kelahiran janin dan plasenta merupakan pengobatan satu-satunya.Tujuan penatalaksanaan adalah 1. Mencegah kejang dan komplikasi lainya.2. Melahirkan bayi hidup.3. Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi.4. Mencegah keadaan patologik yang tersisa.Pasien-pasien dengan tekanan darah yang meningkat di atas 140/90 harus dirawat inapkan untuk evaluasi.Perencanaan kelahiran tergantung pada :a. Umur kehamilanb. Beratnya proses penyakitc. Keadaan serviksPada preeklamsia Ringan bila aterm, dianjurkan kelahiran segera untuk mencegah komplikasi ibu dan janin. Sebelum aterm, tirah baring di rumah sakit biasanyasa dianjurkan sebagai sebagai usaha untuk mempertahankan pasien dalam pengawasan yang cermat. Tekanan darah diperiksa 4 kali sehari. Berat badan, protein urin dan keluaran urin diperiksa setiap hari. Sebagai tambahan, jumlah trombosit, pengukuran estriol, nonstress test dan sonografi membantu dalam evaluasi keshatan ibu dan janin.Pada preeklamsia berat pasien dirawat inapkan dengan posisi tidur miring (lateral, recumbent position) untuk meningkatkan filtrasi glomerulus. Tekanan darah, berat badan, protein urin, masukan dan keluaran dipantau dengan ketat. Tes-tes diagnostik dasar mengevaluasi beratnya proses penyakit dan keadaan janin. Terapi anti kejang biasanya magnesium sulfat dianjurkan untuk mencegah kejang terutama selama peralinan. Dosis awal 4g dilarutkan dalam 100ml dekstrosa 5% dan diberiakan intravena dalam waktu 10 sampai 30 menit. Kemudian diikuti dengan 1 sampai 2 g per jam dalam infus intravena yang diencerkan. Efek terapi magnesium sulfat dapat diperiksa secara klinis dengan aktivitas reflek patela. Reflek dan klonus kaki yang hiperaktif memberi kesan kebutuhan pengobatan yang meningkat. Tidak adanya refleks menunjukan bahwa kecepatan infus harus dilambatkan atau dihentikan, karena hilangnya reflek patela merupakan tanda pertama dari keracunan magnesium. Aliran urin dan pernapasan harus dipantau secara ketat.Jika janin sudah aterm, jika ada bukti gawat intrauterin, atau jika preeklamsia menetap atau bertambah buruk, kelahiran dianjurkan untuk kesehatan ibu dan janin. Persalinan dapat diinduksi dengan oksitosin dan amniotomi jika presentasi janin dan serviks memungkinkan. Seksio sesarea dianjurkan pada kasus malpresentasi janin, gawat janin. Atau induksi yang gagal.

H. PatofisologiPatofisiologi preeklamsiaeklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular sistemik (systemic vascular resistance [SVR]), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotic koloid.Adaptasi Fisiologis Normal pada Kehamilan

KARDIOVASKULARVolume darah meningkat. Ekspansi volume plasma meningkatkan ekspansi massa sel merah, menyebabkan anemia fisiologis pada kehamilan.Resistensi perifer total menurun, akan terlihat penurunan tekanan darah.Curah jantung meningkat, terjadi akibat peningkatan volume darah, sedikit peningkatan denyut jantung untuk mengompensasi relaksasi perifer.Konsumsi oksigen meningkat.Edema fisiologis berkaitan dengan menurunnya tekanan osmotik koloid plasma dan meningkatnya tekanan hidrostatik vena kapiler.

HEMATOLOGIFaktor pembekuan meningkat, mempredisposisi DIC dan pembekuan.Albumin serum menurun menyebabkan penurunan tekanan osmotik koloid; mempredisposisikan edema paru.

GINJALAliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerolus meningkat.

ENDOKRINProduksi esterogen meningkat menyebabkan meningkatnya sekresi renin-angiotensin II-aldosteron.Produksi progesteron meningkat menghambat efek aldosteron (Na sedikit menurun)Vasodilator prostagladin meningkat menyebabkan resistensi Angiotensin II (tekanan darah sedikit menurun).

Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensivitas terhadap tekanan peredaran darah, sehingga angiontensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2 (Consensus Report, 1990).Penelitian telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostaglandin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan (Schiff, dkk., 1989, Walsh, 1990). Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin/neonatus masih terus berlangsung. Penelitian lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan.Selain kerusakan endotelial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru (Dildy, dkk., 1991).Easterling dan Benedetti (1989) menyatakan bahwa preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berperfusi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia.Hubungan sistem imun dan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia (Sibai, 1991a). Keberadaan protein asing, plasenta atuu janin bisa mengakibatkan respon imunologis lanjut. Teori ini didukung oleh peningkatan insiden preeklampsia-eklampsia pada ibu baru (pertama kali terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil pada pasangan yang baru (materi genetik yang berbeda) (Gbr. 21-2).Predisposisi genetik dapat merupakan faktor imunologi lain (Chesley, 1984). Sibai (1991a) menemukan adanya frekuensi preeklampsia dan eklampsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklampsia, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom yang mengatur respons imun maternal. Faktor paternal juga sedang diteliti (Klonoff-Cohen, dkk., 1989).

Meningkatnya Tekanan Darah-vasospasme

Perfusi plasenta menurun

Aktivitas sel endotelium

Vasokontriksi Kaskade Redistribusi Aktivasi cairankoagulasi intravaskular

Penurunan organ perfusiGambar Disfungsi sel endotelium dan preeklampsia.Preeklampsia Ringan vs BeratDengan memburuknya preeklampsia, tanpa memandang etiologinya, banyak organ akan terlibat dalam proses penyakit. Keterlibatan ginjal terlihat seiring perubahan haluaran urine dan kimiawi serum. Aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus menurun, sehingga timbul oliguria, klirens kreatinin urine menurun, dan nitrogen urea darah, kreatinin serum, serta asam urat serum meningkat (Dildy, dkk., 1991).Patofisiologi preeklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SPP) dengan menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak (Dildy, dkk., 1991). Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, dan gangguan pembuluh darah otak. Dengan berlanjutnya keterlibatan SPP, ibu akan mengeluh nyeri kepala dan gangguan pengelihatan (skotoma) atau perubahan keadaan mental dan tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam jiwa ialah eklampsia atau timbulnya kejang.Gangguan perfusi plasenta menimbulkan degenerasi plasenta yang lebih dini dan kemungkinan IURG pada janin. Penurunan perfusi hati menyebabkan gangguan fungsi. Edema hati dan perdarahan subkapsular, yang dialami wanita sebagai nyeri ulu hati di kuadran kanan atas, adalah salah satu ancaman eklampsia. Kadar enzim hati meningkat sebagai respons terhadap kerusakan hati. Ruptur hati jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang membahayakan (Cunningham, dkk., 1993).Perdebatan masih terus berlangsung apakah preeklampsia menimbulkan atau merupakan akibat DIC atau apakah DIC timbul menyertai preeklampsia (Perry, Martin, 1992; Poole, 1993, Weiner, 1991). Abnormalitas koagulasi yang paling sering terlihat dalam preeklampsia ialah konsumsi trombosit yang menyebabkan trombositopenia (Sibai, 1990d).Sindrom HELLPSindrom HELLP,suatu keadaan multisistem, merupakan suatu bentuk preeklampsia-eklampsi berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukkan adanya bukti laboratorium umum untuk sindrom hemolisis (H) sel darah merah, peningkatan enzim hati (EL), dan trombosit rendah (LP). Keluhan bervariasi dari malaise, nyeri ulu hati, mual dan muntah, sampai gejala menyerupai virus yang tidak spesifik. Pada waktu berobat, ibu ini biasanya sudah berada dalam trimester kedua atau awal trimester ketiga dan awalnya hanya menunjukkan beberapa tanda preeklampsia. Ibu ini biasanya akan menerima diagnosis bukan-obstetri, sehingga memperlambat pengobatan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal (Martin, dkk., 1991a).Sindrom HELLP mempengaruhi 2% sampai 12% preklampsia berat, dengan angka mortalitas 2% sampai 24% (Sibai, dkk., 1986). Insiden paling tinggi terdapat pada ibu berusia lanjut, berkulit putih, dan multipara.Walaupun mekanisme pasti belum diketahui, sindrom HELLP diduga terjadi akibat perubahan yang mengiringi preeklampsia (lihat Gbr. 21-2). Vasospasme arterial, kerusakan endotelium, dan agregasi trombosit dengan akibat hipoksia jaringan ialah mekanisme yang mendasarinya untuk patofisiologi sindrom HELLP (Poole, 1988, 1993).Koagulopati yang terlihat pada sindrom HELLP serupa dengan DIC, kecuali bahwa pemeriksaan faktor pembekuan, masa protombin, masa tromboplastin sebagian (PTT), dan waktu perdarahan biasanya tetap normal (Guyton, 1992; Leduc, dkk., 1992; Perry, 1992) (Tabel 21-1). Dalam mengevaluasi keparahan koagulopati yang terdapat dalam sindrom HELLP, harus selalu diingat bahwa trombositopenia adalah temuan yang umum (Perry, 1992).

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PREEKLAMPSIAKasus Seorang pasien bernama Ny. L berusia 36 tahun hamil 30 minggu datang kerumah sakit dengan keluhan pusing, nyeri perut kiri atas, penglihatan klien kabur dan bengkak pada tangan dan wajah. Saat dikaji klien mengeluhkan pusing kepala, nggeliyeng. Hasil pemeriksaaan menunjukkan tekanan darah klien 160/100 mmHg, suhu 37C, RR 26x/menit, nadi 98x/menit. Hasil pemeriksaan protein urine menunjukkan terdapat protein urine +2. I. PengkajianTanggal Masuk: 28 Oktober 2014 pukul 16.00 WIBTanggal Pengkajian: 28 Oktober 2014 pukul 16.10 WIB A. Identitas1. Nama: Ny. L2. Usia : 36 tahun3. Pendidikan: SMA4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga5. Golongan darah: AB6. Agama : Islam7. Alamat: Kampua Kaum Kulon Desa Sukagalih RT 06/03 Kecamatan Cikalong KulonB. Keluhan UtamaKlien merasa pusing nggeliyeng.

C. Riwayat Penyakit SekarangKlien merasa pusing sejak 3 hari sebelum masuk ke rumah sakit. Klien mengeluh pusing, nyeri perut kiri atas, dan bengkak pada tangan dan wajah. Klien sedang mengandung anak ketiga dengan usia kehamilan 28 minggu. Tekanan darah klien pada awal trimester pertama 130/90 mmHg. Namun, setelah memasuki trimester ketiga tekanan darah klien menjadi 160/100 mmHg.

D. Riwayat Penyakit DahuluKlien mengatakan ayahnya mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Klien mengatakan pada saat kehamilan anak pertama dan keduanya tidak mengalami gejala yang dirasakan seperti saat ini. Klien tidak memiliki riwayat penyakit berat dan klien juga tidak memiliki alergi obat.

E. Riwayat Penyakit KeluargaKlien mengatakan ayahnya mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan kakak perempuanya pernah mempunyai riwayat darah tinggi selama kehamilan.

10 th5 th

F. Riwayat kehamilan sekarang1. HPHT: 19-03-20142. HPL: 26-12-20143. Usia kehamilan : 30 minggu

G. Pengkajian Kebutuhan Dasar1. Kebutuhan aktivitas dan latihanJenisSebelum masuk RSSetelah sakit

Aktivitas harian Setiap harinya klien bekerja sebagai ibu rumah tangga Klien hanya berbaring di bed dan ditunggui oleh suaminya

Toileting Dilakukan secara mandiri Dilakukan dikamar mandi Dilakukan melalui kateter DC

Makan Dilakukan secara mandiri Dilakukan secara mandiri

Berpakaian Dilakukan mandiri Dibantu oleh suaminya karena pada tangan kirinya terpasang infuse.

2. Kebutuhan hygiene integritas kulitJenisSebelum masuk RSSetelah sakit

Mandi Dilakuan 2x sehari Dilakukan secara mandiri Dilakukan 2 hari sekali hanya dengan di lap memakai kain yang dibasahi Dilakukan dengan bantuan suaminya

Oral hygieneDilakukan 2x sehari secara mandiriTidak melakukan oral hygiene selama dirawat di RS

KeramasDilakukan 2 hari sekali secara mandiriTidak melakukan keramas selama di rawat di RS

3. Kebutuhan istirahat tidurJenisSebelum masuk RSSetelah sakit

Tidur siang2 jamTidur nyenyak3-4 jamSering terbangun karena ketidaknyamanan kehamilan (pusing dan nyeri)

Tidur malam>5 jamTidur nyenyak

> 5 jamSering terbangun karena ketidaknyamanan kehamilan (pusing dan nyeri)

4. Kebutuhan nutrisi dan cairanJenisSebelum masuk RSSetelah sakit

Makan Makan 1 porsiDilakukan secara mandiriMakan 1 porsiDilakukan secara mandiri

Minum 5-6 gelas per hariAir putih, tehMandiri4-5 gelas per hariAir putih, tehMandiri

5. Kebutuhan oksigenasia. Airway : Klien mengalami sesak nafasb. Breathing : 1) RR = 22x per menit2) Terlihat adanya sesak nafas3) Terdapat pernafasan cuping hidung4) Pengembangan dada kanan dan kiri sama5) Terlihat menggunakan otot bantu pernapasac. Circulation: 1) TD= 160/100 mmHg2) Nadi = 98 x/menit3) Suhu= 370C4) Akral = hangat5) Capilary refill kembali dalam waktu 1 detik

H. Kebutuhan persepsi- sensori kognitifJenis Sebelum masuk RSSetelah sakit

Kognitif Klien mampu memahami informasi dengan baik Pendengaran klien baik Penciuman klien baik Penglihatan klien baik Klien mampu membedakan rasa makanan Klien mampu memahami informasi dengan baik Pendengaran klien baik Penciuman klien baik Penglihatan klien kabur Klien mampu membedakan rasa makanan Klien mengeluh nyeriP : nyeri muncul ketika berganti posisiQ : nyeri seperti tertindik benda beratR : nyeri di bagian perut kuadran kiri atasS : Skala nyeri 3 dari rentang 1- 3T : Nyeri terasa hilang timbul (+ 15 detik)

Psikomotor Klien mampu melakukan perintah dengan baik Klien mampu berbicara dengan baik Klien mampu melakukan perintah dengan baik Klien mampu berbicara dengan baik

I. Kebutuhan eliminasiJenis Sebelum masuk RSSetelah sakit

BAB 1x sehari Konsistensi padat Warna kuning Tidak ada darah Klien belum melakukan BAB selama 2 hari

BAK 6-8 kali sehariTerpasang kateter DC

J. Kebutuhan termoregulasi1. Ketika dikaji, suhu klien 370C2. Akral klien hangat

K. Kebutuhan konsep diriIdentitas diri: klien memiliki persepi yang baik, klien adalah seorang ibu yang memiliki 2 orang anak, dan satu orang suami.Peran diri: klien adalah seorang ibu yang bekerja setiap hari sebagai ibu rumah tangga.Ideal diri: klien dapat menerima keadaan dirinya dan ingin segera sembuh dari sakitnyaHarga diri: klien memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap dirinyaCitra tubuh: klien menerima kondisi tubuhnya saat ini

L. Kebutuhan stress kopingKlien ingin selalu ditunggu oleh keluarganya dan berbincang- bincang dengan keluarganya.

M. Kebutuhan seksual reproduksi Klien memiliki seorang suami Klien tinggal bersama dengan suaminya Klien memiliki 2 orang anak dari hasil pernihakahan dengan suaminya. Klien sedang hamil anak ke-3 dari hasil pernikahan dengan suaminya.

N. Kebutuhan komunikasi informasi Klien mampu memahami informasi yang diberikan kepadanya Klien mampu menjalankan instruksi yang diberikan kepadanya Klien menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi

O. Kebutuhan rekreasi spiritual Sebelum sakit, klien suka menonton TV dan bermain dengan anaknya. Klien menjalankan sholat 5 waktu. Selama sakit, klien hanya berbincang dengan yang menungguinya. Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.

P. PEMERIKSAAN FISIK1) Keadaan umumKeadaan umum klien terlihat sedang. Klien terlihat berbaring ditempat tidur dan ditangan kirinya terpasang infuse.2) Kesadaran Tingkat kesadaran komposmentisGCS = E4V5M6

3) Vital signTD= 160/100 mmHgRR= 26x/menitNadi= 98x /menitSuhu= 370C4) Kepala Inspeksi : Bentuk kepala mesochepal Penyebaran rambut merata, tidak mudah rontok Kulit kepala lembab, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parutPalpasi: Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan pada kepala klien5) Mata Inspeksi : Kelopak mata tampak kehitaman Sclera berwarna putih Refleks pupil terhadap cahaya baik Refleks berkedip baikPalpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada mata Konjungtiva merah mudaFungsi: Klien mengatakan pandangannya kabur6) Hidung Inspeksi: Terdapat pernapasan cuping hidung Tidak terlihat adanya lesi dan pembengkakan Septum nasal simetrisPalpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada hidungFungsi : masih berfungsi dengan baik7) Mulut Inspeksi: Mukosa bibir lembab Tidak terlihat adanya pembengkakan pada gusi Tidak terdapat pembengkakan pada palatum Tidak ada stomatitis Gigi terlihat bersihPalpasi: Tidak dikajiFungsi: Mampu berbicara dengan baik dan merasakan rasa makanan8) Telinga Inspeksi: Simetris antara kanan dan kiri Tidak terdapat serumen yang keluar dari telinga Tidak terlihat adanya pembengkakanPalpasi: Tidak terdapat adanya nyeri tekanFungsi: Pendengaran masih berfungsi dengan baik karena masih bisa merespon dengan baik bila diajak bicara9) LeherInspeksi: Tidak terdapat jaringan parut Tidak terdapat distensi vena jugularis Tidak terlihat adanya lesi Warna kulit merataPalpasi: Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid10) Dada a. Dada luarInspeksi: Warna merata Tidak terdapat jaringan parut dan lesi Bentuk dada dari kanan dan kiri simetris Terlihat adanya panggunaan otot- otot bantu pernapasanPalpasi : Teraba pergerakan otot dinding dadab. Dada dalam1. Paru- paruInspeksi: pengembangan dada kanan dan kiri samaPalpasi: taktil fermitus antara kanan dan kiri samaPerkusi: terdengar bunyi sonorAuskultasi: terdengar bunyi vesikuler2. JantungInspeksi: tidak terlihat adanya pulsasiPalpasi: teraba adanya pulsasiPerkusi: terdengar bunyi redupAuskultasi: terdengar bunyi loop dup11) AbdomenInspeksi: Tidak terlihat adanya jaringan parut Warna kulit merata Tidak terlihat adanya lesi Bentuk perut cekungAuskultasi: DJJ : 132x/menit, regularPalpasi: Terdapat nyeri tekan pada kuadran kiri atas Leopold 1 : teraba agak bulat, lunak dan tidak melenting, TFU = 30 cm Leopold 2: teraba tahanan terbesar di kanan dan bagian kecil janin di kiri Leopold 3 : teraba keras dan bulat Leopold 4 : konvergen12) Genitalia dan anus Terpasang kateter DC Tidak terasa gatal pada selangkangan Tidak terdapat hemoroid

13) Ekstremitas a. Ekstremitas atas Warna kulit merata Terdapat edema pada tangan Tidak terdapat nyeri tekan Tidak terdapat lesi Capilary refill kembali dalam waktu