MAKALAH Panen Dan Penyimpanan Benih (1)
description
Transcript of MAKALAH Panen Dan Penyimpanan Benih (1)
MAKALAH
PRODUKSI DAN PENYIMPANAN BENIH
PROSES PANEN DAN PENGERINGAN
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
1. Aisyah H0711
2. Garin Yudha R H0711046
3. Muhamad Khoiru Zaky H0711063
4. Nur Fadilah H0711076
5. Riswanti H0711107
6. Ryan Kosala H0711
7. Satrio Mundhi S H0711
8. Tangguh Prakoso H0711102
9. Thithin Umi Rosidah H0711103
10. Warry Dian S H0711109
11. Yoga Anung Anindita H07111
Kelas : Agroteknologi B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biji (grain) dan Benih (seed) memiliki arti dan pengertian yang
bermacam-macam,tergantung dari segi mana meninjaunya. Meskipun biji dan
benih memiliki jumlah, bentuk,ukuran, warna, bahan yang dikandungnya dan
hal-hal lainnya berbeda antara satudengan lainnya, namun sesungguhnya
secara alamiah merupakan alat utama untukmempertahankan/menjamin
kelangsungan hidup suatu spesies dialam.Secara botanis/struktural, biji dan
benih tidak berbeda antara satu denganlainnya, keduanya berasal dari zygote,
berasal dari ovule, dan mempunyai struktur yangsama.Secara fungsional biji
dengan benih memiliki pengertian yang berbeda. Biji adalahhasil tanaman
yang digunakan untuk tujuan komsumsi atau diolah sebagai bahan
bakuindustri.
Benih adalah biji dari tanaman yang diproduksi untuk tujuan
ditanam/dibudidayakan kembali. Berdasarkan pengertian tersebut maka benih
memiliki fungsi agronomi atau merupakan komponen agronomi, oleh karena
itu benih termasuk kedalam bidang/ruang lingkup agronomi. Dalam
pengembangan usahatani, benih merupakan salah satu sarana untuk dapat
menghasilkan produksi yang setinggi-tingginya. Karena benih merupakan
sarana produksi, maka benih harus bermutu tinggi (mutu fisiologis, genetik
dan fisik) dari jenis yang unggul. Benih sebagai komponen agronomi selalu
dituntut tersedia dengan syarat mutu yang tinggi. Mutu yang harus dipenuhi
oleh suatu benih adalah mutu fisiologis (daya kecambah, vigor dan daya
simpan yang tinggi), mutu genetik (kemurnian benih) dan mutu fisik (bersih
dari kotoran fisik ) serta kesehatan benih (bebas hama dan penyakit).
Tuntutan mutu ini hanya dapat diperoleh jika suatu benih diproduksi dan diuji
kualitasnyadengan cara-cara yang sesuai dengan standar dan ketentuan yang
telah ditetapkan. Olehkarena itu permasalahan dalam perbenihan yang
berhubungan dengan mutu benih dapatmuncul pada saat proses produksi
benih, prosessing, penyimpanan dan pada prosespengujian mutu benih. Jika
salah satu dari proses tersebut tidak berjalan sebagaimanamestinya, maka
mutu benih yang diperoleh tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian pada panen/pemungutan
hasiltanaman; pertama cara pungut, dan kedua saat panen yang tepat. Kedua
faktor ini akanberpengaruh pada hasil dan kualitas benih. Hasil yang dipungut
dengan cara dan padawaktu yang tepat akan tinggi kuantitas dan kualitasnya.
Sedangkan proses pengeringan merupakan salah satu proses yang dapat
mempengaruhi mutu/kualitas benih yang dihasilkan. Pada prinsipnya
pengeringan merupakan proses penurunan kadar air calon benih sampai nilai
yang dikehendaki sehingga diperoleh benih yang dapat disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama.
B. Rumusan Masalah
1. Aspek apa saja yang harus diperhaatikan saat pemanenan benih?
2. Aspek apa saja yang harus diperhatikan saat Pengeringan Benih?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui aspek apa saja yang harus diperhaatikan saat pemanenan
benih
2. Mengetahui aspek apa saja yang harus diperhatikan saat Pengeringan
Benih
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Pemanenan Benih
1. Perubahan-Perubahan Selama Proses Pematangan Benih
Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pematangan benih
adalah:kadar air benih (seed moisture content), daya kecambah benih
(seed viability), dayatumbuh benih (seed vigor), ukuran besar biji (seed
size) dan berat kering benih (seed dryweight).
a. Kadar Air Biji
Umumnya pada tanaman legum dan serealia, kandung
lembaga yang mengalamiproses fertilisasi mempunyai kadar air +
80%. Dalam beberapa hari setelah anthesiskadarair tersebut
meningkat sampai kira-kira 85%, lalu pelan-pelan menurun
secarateratur. Menjelang benih mencapai masak (matang), kadar air
menurun dengan cepatsampai kira-kira 20% (didaerah tropik).
Setelah tercapai berat kering maksimum dari biji,kadar air tersebut
agak konstan sekitar 20% dan sedikit berfluktuasi (naik turun)
sesuaidengan keadaan kelembaban udara disekitarnya.
b. Daya Kecambah dan Vigor
Daya keacambah meningkat seiring dengan bertambahnya
umur benih (semakintua benih).Daya kecambah maksimum dapat
tercapai jauh sebelum benih mencapaimasak fisiologis (daya
kecambah maksimum konstan hingga masak
fisiologis).Setelahmasak fisiologis daya kecambah menurun,
kecepatan penurunan sesuai dengan keadaansub optimum (jelek)
dilapangan.Semakin jelek kondisi lapangan, daya kecambah semakin
cepat menurun.vigor benih meningkat seiring dengan bertambahnya
umurbenih. Maksimum vigor tercapai saat benih masak fisiologis,
setelah itu terjadi penurunan.Setelah masak fisiologis, semakin jelek
lapangan vigor benih semakin cepat menurun.Faktor lingkungan
merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi
penurunankualitas benih sesudah masak fisiologis.Oleh karena itu
panen mestinya dilakukan padasaat masak fisiologis.
c. Ukuran Besar Biji
Setelah pembuahan, pertambahan ukuran biji terus
mengalami peningkatan,seiring dengan laju pertumbuhan yang
mengikuti laju pembentukan jaringan, yang berisilaju pembagian sel-
sel dalam embryo dan kulit benih.Pertambahan ukuran juga
terjadipada saat fase penimbunan bahan makanan. Setelah biji
mencapai masak fisiologisdimana pertumbuhan dan
translokasi/penimbun bahan makanan terhenti makapertumbuhan
biji/benih tidak terjadi lagi sehingga ukuran besarnya tidak
bertambah lagiatau dengan kata lain telah mencapai ukuran besar
maksimum (maximum size). Ukuranbesar lebih dahulu tercapai dari
berat kering maksimum.
d. Berat Biji
Tinggi atau rendahnya nilai berat biji tergantung dari banyak
atau sedikitnya bahankering yang terdapat pada biji.Bahan kering ini
umumnya terdiri dari tiga (3) bahan dasar,yaitu; karbohidarat,
protein, dan lemak yang terutama terdapat pada
jaringanpenyimpanan seperti; endosperm (monokotil) dan kotiledon
(dikotil).Setelah pembuahan, mula-mula berat kering naik perlahan,
kian lama semakincepat dan mencapai maksimum pada saat benih
masak (masak fisiologis), saat manatransfer bahan makanan kebiji
terhenti.Terjadinya peningkatan berat kering terjadi padasaat biji
memasuki fase penimbunan bahan makanan hingga kefase
pemasakan biji.Fase penimbunan bahan makanan ditentukan oleh
tiga faktor yaitu:1) tersedianyabahan makanan, 2) laju translokasi
bahan makanan dari induk ke endosperm, dan 3)keadaan jaringan
penghubung (pada saat ini kadar air benih turun menjadi 60%
danbahan kering naik 3 kali).
Setelah tercapai masak fisiologis, berat maksimum hanya
dipengaruhi olehkeadaan lingkungan terutama kelembaban.Jadi berat
biji berfluktuasi sesuai dengankeadaan kelembaban sekitarnya. Jika
setelah masak fisiologis dan belum dipanen, makaberat biji akan
turun sebesar 15-25% (5-7% adalah lemak dan minyak). Turunnya
beratkering ini disebabkan karena: 1) proses pernapasan, dan 2)
transfer bahan makanan dariinduk ke endosperm/kotiledon telah
berhenti.
2. Hubungan Kematangan Benih dengan Kualitas Benih
Kualitas benih dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok mutu
yaitu; mutufisiologis, mutu genetis dan mutu fisik.Mutu fisiologis dari
benih menyangkut dayakecambah dan vigor benih, mutu genetis
menyangkut kemurnian benih, sedangkan mutufisik dari benih
menyangkut seberapa besar tingkat kebersihan benih dari kotoran-
kotoranfisik atau benih pecah yang terikut pada benih.Mutu fisiologis biji
tertinggi diperoleh pada saat biji masak fisiologis.Tidak pernahdiperoleh
mutu biji yang lebih tinggi dari pada mutu biji pada saat masak
fisiologissehingga benih yang belum masak penuh atau lewat masak
mutunya lebih rendah daribenih yang masak fisiologis.
Pada saat benih masak fisiologis maka berat keringnya juga dalam
keadaanmaksimum, begitu pula vigor dan daya kecambah dalam keadaan
maksimum.Hal yangmenurunkan mutu pada saat setelah masak fisiologis
adalah keadaan lingkungan lapangproduksi yang jelek.Keadaan
lingkungan pengaruhnya lebih nyata terhadap kualitas(vigor dan daya
kecambah) dari pada kuantitas.
3. Indikator Kematangan Benih
Petani melakukan pemanenan dengan berdasarkan pada
pengalaman yang sudahdimiliki secara turun temurun.Kriteria yang
digunakan adalah dengan melihat warnabuah, bau, kekerasan kulit,
rontoknya buah/gabah dan pecahnya buah.Cara ini seringkalikurang
obyektif untuk menentukan masak fisiologis pada biji.Cara yang lebih
obyektif untuk menentukan benih telah masak (masak fisiologisadalah
berdasarkan kadar air benih, berat kering maksimum, homogenitas benih
ketikamasak, dan waktu yang diperlukan (hari/umur benih) setelah
anthesis.
4. Cara Panen
Benih adalah biji dari tanaman yang akan digunakan sebagai bahan
tanam,karena itu selalu diusahakan agar saat panen/pemungutan hasil
sedikit mungkinmengalamikerusakan mekanis yang dapat menurunkan
viabilitas, vigor, dan dayasimpannya. Untuk menghindari kerusakan
mekanis pada benih, seringkali digunakan carapungut yang agak berbeda
dari biasanya. Kalau dimungkinkan pemungutan dilakukandengan
tangan, yaitu oleh tenaga manusia. Meskipun dengan cara ini memakan
banyakwaktu dan biaya, namun cara ini menjamin bahwa benih yang
diperoleh keadaannyamasih baik. Bila benih terpaksa harus dipungut
dengan mesin, maka alat pada mesinharus diatur begitu rupa sehingga
sedikit mungkin mengakibatkan kerusakan mekanispada
benih.Pemungutan hasil dengan tangan selain untuk menghindari
terjadinyakerusakan mekanis, juga mencegah tercampurnya benih dengan
biji herba, sehinggakemurnian fisik dan kemurnian varietas benih
terjamin.
Bagi tanaman yang benihnya masak tidak serentak, sebaiknya
diadakanpemungutan yang bertahap. Kalau diadakan pemungutan
sekaligus, hasil yang diperolehakan terdiri dari benih yang belum masak
dan sudah masak. Kalau pemungutan ditundasampai semua benih masak,
besar kemungkinannya banyak benih yang hilang karenabercerai berai,
disebabkan pecahnya polong yang sudah terlampau kering,
danmenurunnya vigor dan viabilitas bagi benih yang sudah masak
awal.Benih yang digunakan sebagai bahan tanam harus sudah masak
penuh, berartibenih sudah masak fisiologis. Untuk mendapatkan benih
yang sudah masak penuh, saatpanen tidak sama dengan benih yang
dipergunakan untuk konsumsi atau keperluan lain.
Selain itu benih jangan dibiarkan telalu lama tinggal
dilapangankalau sudah masak, pemungutan jangan terlambat, ini dapat
menyebabkan kemunduranviabilitas maupun vigor benih, dan penurunan
kuantitas kalau polong mudah pecah.Pemungutan yang dilakukan pada
saat masak optimum (masak fisiologis) akanmemberhasil yang kuantitas
dan kualitasnya tinggi. Grafik dibawah menunjukkan dengan nyatabahwa
waktu panen itu berpengaruh pada hasil benih yang diperoleh.
Grafik 1.Pengaruh waktu panen terhadap produksi benih.
5. Perontokan Benih
Perontokan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
tradisional dandengan cara menggunakan mesin perontok (thresher).
Pada padi, perontokan malaibiasanya dilakukan langsung di sawah.Malai
padi dipukul-pukulkan pada papanperontokan yang terbuat dari
kayu.Selain itu, dapat pula malai dipukul-pukul denganpenggebuk yang
terbuat dari kayu sambil dibalik-balik sehingga perontokan
dapatsempurna.Perontokan secara tradisional biasanya dilakukan dengan
menginjak-injakmalai padi sehingga bulir padi rontok. Perontokan
dengan menggunakan alat perontok(thresher) sangat dianjurkan karena
akan mempercepat penanganan dan pengolahanhasil. Penggunaan mesin
perontok juga bermanfaat dalam menekan jumlah kehilanganbenih (post
harvest losses).
Pada tanaman jagung, perontokan/pemipilan pada jagung dilakukan
pada tongkolyang telah kering dan bersih.Pemipilan dilakukan secara
manual atau dengan alatpemipil.Sebelum dilakukan pemipilan, bagian
ujung tongkol (± ¼ bagian tongkol) dibuangkarena merupakan bagian
yang kosong dan benih yang ada berukuran lebih kecil.Hal inilebih
mengifisienkan pengolahan benih selanjutnya dan lebih meningkatkan
keseragamanbenih hasil olahan.Pemipilan dengan alat pemipil (sheller)
hendaknya dilakukansedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kerusakan mekanik yang terlalu besar.
Perontokan pada kedelai dilakukan dengan brangkasan, brangkasan
yang telahkering (sebagian polong sudah pecah) dipukul-pukul dengan
alat dari kayu atau bamboohingga calon benih dipisahkan dari batang dan
kotoran lainnya.Pembersihan sisa polongdan kotoran lainnya dapat
dilakukan secara manual dengan nyiru atau menggunakanmesin-mesin
pra-pembersihan (scalper).Benih kedelai yang telah dipisahkan,
selanjutnyadijemur kembali untuk dijadikan benih berkadar air 10-11%.
Dengan kadar air tersebut,benih aman untuk disimpan atau dipasarkan.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pematangan benih
adalahperubahan kadar air benih (seed moisture content), daya kecambah
benih (seed viability),daya tumbuh benih (seed vigor), berat kering benih
(seed dry weight), dan ukuran besarbiji (seed size).Mutu benih dapat
dikelompokkan kedalam mutu fisiologis, mutu genetis dan
mutufisik.Mutu fisiologis tertinggi diperoleh pada saat biji masak
fisiologis, sehingga benihyang belum masak penuh atau lewat masak
mutunya lebih rendah dari benih yang masakfisiologis.
Saat benih masak fisiologis berat keringnya, vigor dan daya
kecambah dalamkeadaan maksimum.Setelah masak fisiologis mutu benih
dapat turun karena keadaanlingkungan lapang produksi yang
jelek.Keadaan lingkungan pengaruhnya lebih nyataterhadap kualitas
(vigor dan daya kecambah) dari pada kuantitas.
Benih selalu diupayakan agar tidak mengalami kerusakan mekanis
saat panenkarena dapat menurunkan viabilitas, vigor, dan daya
simpannya. Karena itu, seringkalidigunakan cara pungut yang agak
berbeda dari biasanya. Kalau dimungkinkanpemungutan dilakukan
dengan tangan, yaitu oleh tenaga manusia.Bila benih terpaksaharus
dipanen dengan mesin, maka alat pada mesin harus diatur begitu rupa
sehinggasedikit mungkin mengakibatkan kerusakan mekanis pada
benih.Tanaman yang benihnya masak tidak serentak, sebaiknya diadakan
pemungutanyang bertahap. Pemungutan sekaligus, akan diperoleh benih
yang belum masak dansudah masak. Pemungutan yang ditunda hingga
semua benih masak, memungkinkanbanyak benih yang hilang karena
pecahnya polong, dan menurunnya vigor dan viabilitasbenih.Benih yang
digunakan harus diperoleh dari benih yang sudah masakfisiologis/penuh.
Untuk mendapatkan benih yang sudah masak penuh, saat panen
tidaksama dengan benih yang dipergunakan untuk konsumsi atau
keperluan lain.
Benih jangan dibiarkan telalu lama tinggal dilapangan hingga lewat
masak fisiolgis,hal ini dapat menyebabkan kemunduran viabilitas
maupun vigor benih, dan penurunankuantitas kalau polong mudah pecah.
Pemungutan hasil saat masak optimum (masakfisiologis) akan memberi
hasil dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.Perontokan benih dapat
dilakukan secara tradisional dan dengan menggunakanmesin perontok
(thresher).Perontokan secara tradisional biasanya dilakukan
denganmenginjak-injak malai padi sehingga bulir padi rontok.Perontokan
dengan menggunakan alat perontok (thresher) mempercepat penanganan
dan pengolahan hasil, serta menekanjumlah kehilangan benih (post
harvest losses).
B. Apek Pengeringan Benih
1. Keterikatan Air dalam Benih
Agar pengeringan benih dapat berlangsung dengan baik, penting
kiranya untukdiketahui bagaimana air itu dikandung dalam
benih.Mackey (1967) menyatakan bahwadalam benih ada dua tipe air,
yaitu yang terikat secara kimiawi, dan yang terikat secarafisik.Air yang
terikat secara kimiawi, merupakan bagian dari komposisi kimia
benih,untuk menghilangkannya struktur benih harus dirubah, dan ini
akan mengurangi nilai ekonominya, oleh karena itu tidak dilakukan. Air
yang terikat secara fisik merupakan airyang terikat pada permukaan sel
dan di ruang antar sel dalam benih, air ini dapatdibedakan atas dua tipe
yaitu: air yang diadsorpsi (adsorbed) dan air yang diabsorpsi(absorbed).
Air adsorpsi dirupakan oleh lapisan setebal molekul, diikat pada
permukanmaterial oleh kekuatan fisik yang kuat, disebabkan oleh adanya
daya tarik antara molekulmaterial dan air.Sedangkan air absorpsi diikat
dalam ruangan di dalam benih sekelilingmasing-masing butiran, dalam
bentuk cairan atau uap.Diantara dua tipe air ini tidak adapembatasan
yang jelas.
2. Dasar Pengeringan Benih
Pengeringan benih dilakukan selain untuk membatasi respirasi dan
timbulnya“hot spot”selama penyimpanan (tempat-tempat panas dalam
massa benih), dan mencegahserangan mikroorganisme, juga untuk
alasan-alasan lain seperti:
a. Beberapa jenis benih mengalami kerusakan mekanis selama
penanganan (handling),prosessing, dan pembersihan bila kadar
airnya tingggi,
b. Bila pada benih dilakukan fumigasi pada kadar air yang tinggi akan
membahayakanbenih,
c. Benih yang lembab mudah menggumpal, ini dapat menyulitkan
pemakaian mesinprosessing.
Dasar pengeringan benih ialah evaporasi dari air. Benih itu material
yang higroskopis,dengan struktur yang kompleks dan heterogen.Air
merupakan bagian yang fundamental,didapatkan di mana-mana dalam
benih. Karena higroskopis kadar airnya tergantung padalembab nisbi dan
suhu udara. Faktor yang sangat menentukan dalam hal ini ialahtekanan
uap dalam benih dan dalam udara sekeliling (Harrington, 1972). Bila
tekananuap dalam benih lebih besar dari pada tekanan udara sekeliling ,
uap air akan keluar daridalam benih. Kalau tekanan uap di luar benih
lebih tinggi, uap akan masuk ke dalambenih. Bila tekanan uap di luar
maupun dalam benih itu sama, tidak ada pergerakan uapair. Kadar air
benih pada waktu itu disebut kadar air kesetimbangan atau
“moistureequilibrum content”. Pengeringan terjadi bila ada gerakan uap
air dari dalam benih keudara sekeliling.Kecepatan mengering ditentukan
oleh cepatnya air berpindah dari dalambenih ke permukan benih
kemudian ke udara.Kecepatan berpindahnya uap air daridalam benih ke
permukaan dipengaruhi oleh suhu, struktur fisik, komposisi kimia,
danpermiabilitas kulit benih.Kecepatan bergeraknya uap air dari
permukaan benih ditentukanoleh kejenuhan permukaan, lembab nisbi dan
suhu udara pengering.Dari pengalamandiketahui bahwa suhu pengering
lebih tinggi dari 45oC berbahaya bagi kualitas benih(Brandenburg,
1961).
3. Pengeringan Benih Secara Alami
Pengeringan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
alami dansecara buatan. Pengeringan secara alami dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:penjemuran dibawah sinar matahari (sun
drying), dan ventilasi secara alami.
a. Penjemuran dibawah sinar matahari (sun drying)
Caranya adalah dengan meletakkan benih dengan lapisan
setipis mungkin di ataslantai jemur. Segi yang kurang
menguntungkan dari cara ini, setelah beberapa waktusuhu dapat naik
sampai 70oC (Boyd, et.al.,). Suhu ini menyebabkan pengeringan
yang tidak merata, dan terjadinya pecah-pecah pada kulit benih.
Penjemuran jangandilakukan pada tanah, uap yang keluar dari tanah
setelah kena sinar matahariberkondensasi pada bagian bawah lapisan
benih, ini akan mengurarngi kecepatanpengeringan, kecuali kalau
secara periodik benih dibolak-balik. Bila tidakdipergunakan alas,
tanah dapat terambil bersama benih, sehingga
mengurangikemurnian.Sebaiknya pengeringan di bawah sinar
matahari ini dilaksanakan padalantai jemur dari ubin. Untuk cara
pengeringan ini diperlukan banyak tenaga, danwaktu pengeringan
cukup lama, 3 sampai 10 hari. Tetapi biayanya sangat
rendahdibandingkan dengan pengeringan secara buatan.
b. Ventilasi secara alami
Bila tidak ada ruangan dan tempat yang cocok untuk
penjemuran, pengeringan dapatdilakukan pada alas yang diletakkan
pada tiang-tiang atau digantungkan di atas tanah.Benih akan lebih
cepat mengering bila alas berlubang-lubang. Tetapi bila
kelembabanudara pada waktu itu tinggi benih perlu kena sinar
matahari langsung, pengeringandapat dilakukan di bawah atap atau
naungan.
4. Pengeringan Benih Secara Buatan
Bila jumlah benih yang harus dikeringkan banyak atau cuaca
buruk, pengeringansecara alami sukar untuk dilaksanakan.Dalam hal ini
pengeringan harus dilakukansecara buatan. Banyak cara dan sistem,
tetapi kesemuanya harus menyesuaikan padakegunaan-kegunaan tertentu,
seperti:
a. Cara pengeringan ini harus dapat mengeringkan pada kecepatan
yang telahditentukan,
b. Tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca,
c. Tidak mempengaruhi tujuan dari pemakaian benih. Misalnya, untuk
benih yang akanditanam, tidak mengurangi daya tumbuh, merubah
warna maupun bau.
Pengeringan buatan dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu dengan
suhu rendah,sedang, dan tinggi:
a. Alat pengering dengan suhu rendah
Pengeringan buatan yang paling sederhana ialah
menghembuskan udarasekeliling ke dalam massa benih dengan kipas
angin (fan). Sistem ini didasarkan atasprinsip bahwa benih tahap
demi tahap akan mencapai kadar air yangberkeseimbangan dengan
kelembaban nisbi udara. Misalnya, kelembaban nisbi udaraitu di
bawah kadar air benih, uap air akan keluar dari benih ke udara.
Kelembabannisbi udara itu tidak konstan.Pada umumnya pada
malam hari kelembabannya lebihtinggi dari pada siang hari, dan
dipengaruhi oleh suhu lingkungannya.Di daerah yanglembab, tingkat
kelembaban pada umumnya lebih tinggi dari pada di daerah
kering.Beberapa contoh mesin pengering dengan suhu rendah dapat
dillihat pada gambar berikut:
1) Pengeringan di lantai (On the floor driers)
2) Pengeringan dalam bin (In bin driers)
3) Pengeringan terowongan (Tunnel drying)
b. Alat pengering dengan suhu sedang (Medium temperature driers)
Alat ini diciptakan untuk situasi-situasi dimana dikehendaki
pengeringan yang lebihcepat.Prinsip dari alat pengering ini ialah
menghembuskan udara panas ke dalammana benih dengan
ketinggian tertentu.Suhu yang dipergunakan biasanya 14 oC diatas
suhu kamar, dapat diperoleh dari alat pemanas listrik atau pemanas
denganminyak. Proses pengeringan dihentikan sebelum dicapai
kadar air keseimbangan.Pada waktu ini kipas dimatikan, udara
dingin dihembuskan ke dalam massa benih,untuk mengurangi suhu
benih, agar tidak terjadi kondensasi. Sewaktu mengeluarkanbenih
dari alat pengering, benih yang suhunya berbeda-beda akan
tercampur dan hapuslah perbedaan suhu antar benih.Beberapa
contoh mesin pengering dengan suhu rendah dapat dillihat
padagambar-gambar berikutnya,
1) Pengeringan dengan baki (Tray driers)
2) Pengeringan dengan hembusan angin radial (Radial flow driers)
3) Pengeringan dengan karung (Sack driers)
c. Alat pengering dengan suhu tinggi
Untuk memperpendek waktu yang diperlukan, dapat
dipergunakan alat pengeringdengan suhu tinggi, dimana benih
dikenakan suhu tinggi pada waktu yang tidak lama.Dalam hal ini
benih kehilangan uap air, tetapi tidak berkeseimbangan dengan
lembabnisbi udara yang sangat rendah.Benih basah dapat menjadi
kering dalam 30-60menit. Proses pengering berjalan secara terus
menerus (kontinyu). Jumlah air yangdipindahkan ditentukan oleh
suhu udara dan waktu pengeringan.Suhu udara yang digunakan ada
maksimumnya, tergantung pada jenis benihnya,kadar air permulaan,
dan tujuan pemakaian benih. Bila uap air dihilangkan dari
benih,mula-mula yang dihilangkan air yang ada pada permukaan
benih.Hilangnya air inimenyebabkan terjadinya perbedaan tekanan
di dalam benih dan permukaan benih.Kalau perbedaan ini terlalu
tinggi, tekanan dalam benih dapat meneyebabkan pecahpecahpada
kulit benih.Ini dapat menyebabkan turunnya kualitas benih
sewaktupenyimpanan dan prosessing. Makin banyak jumlah benih
yang dikeringkan, tekananyang ditimbulkan akan makin tinggi.
Setelah pengeringan selesai, masih adaperbedaan suhu selama 2 jam.
Suhu pengering yang paling tinggi ialah bagi benihyang
dipergunakan untuk makanan ternak, benih yang akan dikomsumsi
suhupengeringnya lebih rendah, dan suhu yang dipergunakan lebih
rendah lagi untukbenih yang akan ditanam. Benih yang besar, lebih-
lebih kalau basah supayadikeringkan dalam dua tahap, dengan selang
waktu 24 jam.Pada tahap pertama suhuyang dipergunakan lebih
rendah dari pada tahap kedua (Anonim, 1977).
Beberapa tipe pengering dengan suhu tinggi ialah seperti: alat
pengering vertikal,alat pengering horizontal, dan alat pengering yang
miring.
BAB III
KESIMPULAN
Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pematangan benih
adalah:kadar air benih (seed moisture content), daya kecambah benih (seed
viability), dayatumbuh benih (seed vigor), ukuran besar biji (seed size) dan berat
kering benih (seed dryweight).
Kualitas benih dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok mutu yaitu;
mutufisiologis, mutu genetis dan mutu fisik.Mutu fisiologis dari benih
menyangkut dayakecambah dan vigor benih, mutu genetis menyangkut kemurnian
benih, sedangkan mutufisik dari benih menyangkut seberapa besar tingkat
kebersihan benih dari kotoran-kotoranfisik atau benih pecah yang terikut pada
benih.
Petani melakukan pemanenan dengan berdasarkan pada pengalaman yang
sudahdimiliki secara turun temurun.Kriteria yang digunakan adalah dengan
melihat warnabuah, bau, kekerasan kulit, rontoknya buah/gabah dan pecahnya
buah.Cara ini seringkalikurang obyektif untuk menentukan masak fisiologis pada
biji.Cara yang lebih obyektif untuk menentukan benih telah masak (masak
fisiologisadalah berdasarkan kadar air benih, berat kering maksimum,
homogenitas benih ketikamasak, dan waktu yang diperlukan (hari/umur benih)
setelah anthesis.
Perontokan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tradisional
dandengan cara menggunakan mesin perontok (thresher). Pada padi, perontokan
malaibiasanya dilakukan langsung di sawah.Malai padi dipukul-pukulkan pada
papanperontokan yang terbuat dari kayu.Selain itu, dapat pula malai dipukul-
pukul denganpenggebuk yang terbuat dari kayu sambil dibalik-balik sehingga
perontokan dapatsempurna.Perontokan secara tradisional biasanya dilakukan
dengan menginjak-injakmalai padi sehingga bulir padi rontok. Perontokan dengan
menggunakan alat perontok(thresher) sangat dianjurkan karena akan mempercepat
penanganan dan pengolahanhasil. Penggunaan mesin perontok juga bermanfaat
dalam menekan jumlah kehilanganbenih (post harvest losses).
Dasar pengeringan benih ialah evaporasi dari air.Benih itu material yang
higroskopis,dengan struktur yang kompleks dan heterogen.Air merupakan bagian
yang fundamental,didapatkan di mana-mana dalam benih. Karena higroskopis
kadar airnya tergantung padalembab nisbi dan suhu udara. Pengeringan terjadi
bila ada gerakan uap air dari dalam benih keudara sekeliling.Kecepatan mengering
ditentukan oleh cepatnya air berpindah dari dalambenih ke permukan benih
kemudian ke udara.Kecepatan berpindahnya uap air daridalam benih ke
permukaan dipengaruhi oleh suhu, struktur fisik, komposisi kimia,
danpermiabilitas kulit benih.Kecepatan bergeraknya uap air dari permukaan benih
ditentukanoleh kejenuhan permukaan, lembab nisbi dan suhu udara pengering.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengampu 2011. Bahan ajar Ilmu dan teknologi benih. Makasar : Program Hibah Penulisan Buku Ajar Universitas Hasanuddin