Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassar
-
Upload
tedi-eka-saputra -
Category
Education
-
view
249 -
download
2
Transcript of Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassar
MAKALAH
PERMUKIMAN PENDUDUK
DISUSUN OLEH:
1. ARYANI AGUSTIAWATI H221122802. TEDI EKA SAPUTRA H221140193. AYUSHAR SYARIF H221140124. MUTMAINNAH H221140265. NUR FITRIANA H22114506
JURUSAN GEOFISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
1 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. pencipta langit dan bumi yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, terutama rahmat iman dan kekuatan sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas penelitian dan makalah mengenai
permukiman ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan melaksanakan tugas mata
kuliah Ilmu lingkungan program studi S1. Dalam dua hari kami mengumpulkan
data sampai pada analisa hingga Makalah tentang permukiman ini dapat kami
selesiakan.
Tempat yang kami jadikan objek pengamatan yaitu perumahan bukit baruga dan
permukiman di sekitar TPA Antang. Dimana kedua perumahan ini sangat
mencolok perbedaannya, sehingga kami berharap kita dapat dengan mudah
memahami kondisi umum, lingkungan, ekonomi dan kesehatan khususnya di
daerah tersebut.
Sangat disadari bahwa makalah ini baik isi maupun tehnik penulisannya masih
banyak kekurangan, oleh sebab itu diharapkan saran dan perbaikan dari pembaca
demi penyempurnaan makalah selanjutnya.
Makassar, 19 November 2014
Kelompok
2 | P a g e
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
1
Daftar Isi
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Identifikasi Masalah
4
C. Tujuan Makalah
4
D. Manfaat Makalah
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Perumahan dan Permukiman
5
B. Faktor munculnya permukiman dan perumahan kumuh
7
C. Fungsi Rumah
8
D. Kondisi permahan dan keadaan masyarakat di antang
1. Kondisi perumahan............................................................................................
9.........................................................................................................................
3 | P a g e
2. Kondisi masyarakat...........................................................................................
10
E. Syarat sehat perumahan dan lingkungan permukiman
11
F. Sesi pertanyaan
14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
15
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau
tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada
zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian
berkembang dengan mendirikan rumah di hutan-hutan dan di bawah
pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah
membangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang
serba modern. Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimum.
4 | P a g e
Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana
sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah
satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan,
keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat
bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan
penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin
meningkat akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih
merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada
kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan
balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan
kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin, 2009).
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Definisi perumahan dan permukiman
2. Fungsi dan komponen rumah sehat
3. Saranan sanitasi rumah
4. Standar dan persyaratan perumahan sehat
C. TUJUAN MAKALAH
1. Menjelaskan definisi perumahan dan permukiman
2. Mengetahui komponen dan standar permukiman yang sehat
3. Mengetahui kondisi lingkungan, ekonomi dan kesehatan pada
permukiman elite (bukit baruga) dan kumuh (TPA antang)
5 | P a g e
D. MANFAAT MAKALAH
1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai perumukiman khusunya
di antang
2. Sebagai bahan rujukan dalam mempelajari komponen dan standar
permukiman yang sehat
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Rumah adalah tempat tujuan akhir dari
manusia.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya
yang dipakai sebagai tempa t tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI
6 | P a g e
No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
kelu arga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan,
2001). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah
bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan
keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fis ik, mental dan
sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar,
menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan
setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi
seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap
penghuninya dapat berjalan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar
dari faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007).
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung dan tempat
untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna fisik,
rohani maupun social (Sanropie, 1991).
B. FAKTOR MUNCULNYA PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN
KUMUH
Ada beberapa faktor yang memengaruhi munculnya permukiman dan
perumahan kumuh, diantaranya yaitu:
1. Motivasi masyarakat untuk memiliki tempat tinggal yang sangat tinggi. Tempat tinggal yang diinginkan dan ideal tentu saja dekat dengan fasilitas umum dan tempat mereka mengais rejeki. Otomatis masyarakat berlomba-lomba untuk mempunyai rumah dengan kriteria tersebut. Namun untuk sebagian kecil masyarakat yang tidak mampu untuk membeli rumah, atau mengontrak rumah dengan harga yang tinggi menyebabkan mereka memilih untuk mendirikan rumah secara liar.
7 | P a g e
2. Urbanisasi merupakan faktor utama dari fenomena permukiman kumuh. Banyak diantara mereka mengajak sanak saudaranya untuk ikut bekerja atau sekedar ikut tinggal di kawasan tersebut. Sebagian mereka juga bisa tahan tinggal di perumahan yang kurang layak huni karena mereka lebih senang untuk mengumpulkan uang mereka untuk di kampung halaman mereka dibandingkan hidup bermewah-mewahan di kampung rantauan (Fachrozi, 2012).
3. Persebaran penduduk yang tidak merata dari desa ke kota juga menjadi titik balik peningkatan angka urbanisasi. Dalam sebuah riset, disebutkan bahwa sebagian besar penyewa dari kalangan menengah ke bawah adalah para pendatang dari pedesaan. (Hoffman dkk, 1991: 185) Selain itu, pesatnya angka pertumbuhan penduduk terutama di kota-kota besar, baik disebabkan oleh urbanisasi maupun kelahiran tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan. Permasalahan ini tidak hanya menjadi isu pada kota-kota di pulau jawa, tetapi kota-kota di pulau lain yang sudah menunjukkan gejala serupa. (Bapedda Grobogan, 2012)
4. Kemiskinan juga menjadi salah satu penyebab seseorang menghuni permukiman kumuh, mereka tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli rumah, atau membangun rumah yang layak huni, sehingga mereka memilih tinggal di permukiman kumuh. Rumah–rumah kecil dibangun oleh orang-orang yang melihat peluang tersebut akibat keterbatasan lahan dan minimnya dukungan finansial tiap keluarga dalam membangun rumah dengan luas yang sesuai dengan kebutuhan. (Latief, Tanpa Tahun).
5. Daya jangkau terhadap berbagai fasilitas termasuk fasilitas umum dan tempat bekerja juga menjadi salah satu faktor mengapa muncul permukiman kumuh, terutama di pusat kota. Hal itu karena lebih memudahkan jangkauan masyarakat menuju ke tempat kerja. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap di pusat kota juga menjadi daya tarik masyarakat untuk tinggal di kawasan tersebut. (Surtiani, 2006: 2) Para migran, dalam memenuhi tempat tinggalnya mereka cenderung bermukim pada daerah-daerah yang mempunyai tingkat pencapaian yang mudah ke pusat-pusat pelayanan. (Fachrozi, 2012)
6. Pemerintah yang kurang fokus menangani masalah permukiman kumuh menjadi salah satu faktor, tak jarang banyak oknum aparat yang sering melakukan tindakan penggusuran kawasan kumuh di suap oleh masyarakat permukiman kumuh agar tidak digusur. Jikalau digusur, masyarakat yang bermukim di kawasan kumuh tidak tahu kemana lagi harus tinggal, otomatis mereka akan bergelandangan menjadi Tuna Wisma, ataupun membangun rumah lagi secara illegal di kawasan lain yang akan menimbulkan kekumuhan. Tak jarang juga mereka yang digusur membentuk kawasan kumuh yang bersifat semi permanen di kawasan yang sama setelah lepas dari pengawasan aparat.
7. Penyuapan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat saat akan digusur, para pemilik kontrakan di kawasan kumuh bahkan menyuap oknum pemerintahan untuk membuatkan sertifikat tanah dan bangunan,
8 | P a g e
bahkan sertifikat hak milik yang resmi, sehingga bangunan tersebut menjadi legal dan tak bisa ditertibkan. Hal ini membuat permukiman kumuh makin menjamur, dan makin banyak kontrakan bertebaran di kawasan kumuh.
C. FUNGSI RUMAH
Fungsi rumah bagi manusia adalah :
1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat
melasanakan kewajiban sehari-hari.
2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa
kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.
3. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang
mengancam.
4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga
saat ini.
5. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga
yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.
D. KONDISI PERUMAHAN DAN MASYARAKAT DI ANTANG
a). Kondisi Perumahan
1. Penyediaan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air minum adalah air yang syaratnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal dari penyediaan
air minum (DepKes RI, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan kondisi air di
permukiman sekitar TPA Antang sumber airnya adalah berasal dari air
9 | P a g e
PAM dan kondisi airnya pun cenderung lancar. begitupun dengan
perumahan elite baruga yang kebanyakan orangnya adalah orang
menengah keatas dan perumahan ini dikelola oleh swasta sehingga
kondisi airnya akan lebih terjamin tentunya.
2. Sarana Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah adalah kegiatan menyingkirkan sampah dengan
metode tertentu dengan tujuan agar sampah tidak lagi mengganggu
kesehatan lingkungan atau kesehatan masyarakat. Ada dua istilah yang
harus dibedakan dalam lingkup pembuangan sampah solid waste
(pembuangan sampah saja) dan final disposal (pembuangan akhir).
(Sarudji. D, 2006)
Pada dua lokasi permukiman yang kami adakan penelitian tersebut,
system pembuangan sampah di buang keseluruhan ke TPA antang
yang lokasinya sangat dekat dengan permukiman warga di sana. TPA
yang terletak di Tamangapa ini merupakan penampungan dari semua
sampah yang ada di Makassar, baik itu dari hotel, pasar, perumahan
dan rumah makan. Sehingga sampah menumpuk di tempat TPA ini.
Sekarang system pengolahan sampah yang berada di TPA ini sudah
tidak beroperasi. Berdasarkan informasi yang kami peroleh dulu ada
beberapa perusahahaan yang menawarkan diri masuk tetapi itu tidak
berlangsung lama. Hanya beroperasi beberapa tahun lalu kemudian
berhenti. Pernah ada terobosan pengolahan sampah menjadi listrik
yang berlangsung beberapa tahun tapi akhirnya berhenti beroperasi
juga dan sampai sekarang belum ada penanggulangan lagi.
b. Kondisi Masyarakat
1. Ekonomi
Profesi masyarakat yang berada di sekitar TPA Antang pada umumnya
adalah pemulung, mereka sehari-harinya hanya bergantung pada
sampah. Anak-anak kecil disana lebih memilih untk memulung
daripada belajar. Pendapatan yang dihasilkan rata-rata yaitu
10 | P a g e
Rp.30.000,00 per harinya bias juga lebih besar tergantung dari hasil
sampah yang di dapatkan. Masyarakat yang memulung di daerah ini
tidak hanya masyarakat setempat tapi juga berasal dari daerah lain
(pendatang).
2. Kesehatan
Kondisi kesehatna masyarakat diantang cenderung sehat sehat saja
dimana tidak ada penyakit kronis yang menyerang warga meskipun
permukimannya kumuh. Sedangkan untuk masyarakat yang tinggal di
daerah bukit baruga rumah elite kesehatan mereka lebih terjamin
karena lingungan mereka juga terjamin kebersihannya.
E. SYARAT SEHAT PERUMAHAN & LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).
11 | P a g e
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :
Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur pendaratan penerbangan.
Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi; Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 ; Gas SO2 maksimum 0,10 ppm; Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari. Kebisingan dan getaran Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A; Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg d. Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg
Prasarana dan sarana lingkungan
Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;
Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan
12 | P a g e
kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;
Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan;
Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan
Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;
Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya; Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
Vektor penyakit
Indeks lalat harus memenuhi syarat; Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan; Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan; Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan; Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir; Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
Pencahayaan
13 | P a g e
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
Kualitas udara
Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C; Kelembaban udara 40 – 70 %; Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni; Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3 Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
luas lantai. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di
dalam rumah.
Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
F. Sesi Pertanyaan:
1. Apakah sebuah kawasan bisa dikatakan sebuah permukiman jika tidak ada
kesempatan kerja? (Ariyadi)
Jawab:
Sebuah permukiman pasti mempunyai lapangan kerja tetap. Itulah
salahsatunya alas an seseorang bermukim di suatu daerah yaitu karena
dekat dengan lapangan kerjanya. Apabila sebuah permukiman tidak
mempunyai kesempatan kerja maka dia belum di katakana permukiman
tetapi lebih ke perumahan. ( Ariyani)
14 | P a g e
2. Kenapa segala sesuatu yang dikelola oleh swasta itu lebih maju dari
pemerintah? Seperti yang terjadi pada perumahan bukit baruga? (Riska
Awalia Lestari)
Jawab:
Segala sesuatu yang di kelola oleh swasta lebih maju karena swasta
mengutamakan persaingan dan laba. Sedangkan pemerintah lebih
mengutamakan untuk kesejahteraan masyarakat yang kurang mampu.
Sehingga pelayanannya pun sering kurang memadai dan cenderung tetap
jika di bandingkan dengan swasta yang berani mengambil resiko tinggi
untuk mendapatkan keuntungan yang besar seiring dengan pelayanannya.
Jika pelayanannya baik maka mereka pun akan mendapatkan keuntungan
yang besar. ( Ariyani)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan. Rumah adalah tempat
tujuan akhir dari manusia..
15 | P a g e
Perumahan sehat tidak harus mahal dan mewah.
Tetapi, rumah sehat harus memenuhi syarat syarat kesehatan. Oleh
karena itu, rumah yang sederhana jika memenuhi syarat syarat
kesehatan juga dapat dikatakan rumah sehat.
Berdasarkan kondisi lingkungan, kesehatan dan ekonominya,
masyarakat TPA Antang masih jauh dibawah rata-rata daan belum
memenuhi kelayakan serta standar permukiman sehat.
B. SARAN
1. Seharusnya rumah yang sehat tidak hanya dapat dijadikan sebagai tempat
berlindung, bernaung dan tempat untuk beristirahat, tetapi juga dapat
menumbuhkan kehidupan yang sempurna fisik, rohani maupun sosial bagi
penghuninya.
2. Sebaiknya pemkot lebih memperhatikan kehidupan masyarakat kelas
bawah khususnya yang berada di permukiman kumuh,setidaknya dengan
mengolah kembali sampah yang ada di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung; PT. Citra Aditya
Bakti
Heru, Adi. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC
Sumber Lain :
16 | P a g e
www.indonesian-publichealth.com/2014/03/syarat-pemukiman-sehat.html
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/standar-rumah-dan-perumahan-
sehat.html
17 | P a g e