Masalah-Masalah Keagamaan

7
1. Menyewakan rahim guna penitipan sprema dan indung telur suami istri yang sah, hukumnya tidak sah dan haram. 2. Apabila dilakukan dan berhasil, maka yang terkait dengan nasab atau kewalian bukanlah pemilik sperma (menurut Ibnu Hajar), karena masuknya tidak muhtarom (hubungan suami istri). 3. Apabila sperma dan indung telur yang ditanam itu tidak dimungkinkan campur dengan indung telur pemilik rahim, maka yang menjadi ibu anak tersebut adalah pemilik indung telur. Jika dimungkinkan adanya pencampuran indung telur dari pemilik rahim, maka ibu anak itu adalah pemilik rahim (yang melahirkan). 1. Dalam Kitab Faidhil Qadir Syarakah Al Jamius Shaghir, juz 6 hal 211. 2. Kitab I’anatututh Thaibin juz 4 hal 38. 3. Kitab Hasyiyah Asy Syarwani juz 8 hal 231. Masalah-Masalah Keagamaan Menitipkan sperma suami dan indung telur ke rahim Referensi dalam pengambilan keputusan

description

vdxv

Transcript of Masalah-Masalah Keagamaan

Menitipkan sperma suami dan indung telur ke rahim perempuan lainMasalah-Masalah Keagamaan

1. Menyewakan rahim guna penitipan sprema dan indung telur suami istri yang sah, hukumnya tidak sah dan haram.2. Apabila dilakukan dan berhasil, maka yang terkait dengan nasab atau kewalian bukanlah pemilik sperma (menurut Ibnu Hajar), karena masuknya tidak muhtarom (hubungan suami istri).3. Apabila sperma dan indung telur yang ditanam itu tidak dimungkinkan campur dengan indung telur pemilik rahim, maka yang menjadi ibu anak tersebut adalah pemilik indung telur.Jika dimungkinkan adanya pencampuran indung telur dari pemilik rahim, maka ibu anak itu adalah pemilik rahim (yang melahirkan).

Referensi dalam pengambilan keputusan

1. Dalam Kitab Faidhil Qadir Syarakah Al Jamius Shaghir, juz 6 hal 211.2. Kitab Ianatututh Thaibin juz 4 hal 38.3. Kitab Hasyiyah Asy Syarwani juz 8 hal 231.4. Kitab Al Bajuri juz 2 hal 26, 172 dan 181.5. Kitab Al Bujairimi Alal Khatib juz 4 hal 38.6. Kitab Bughyatul Mustarsyidin hal 238.7. Kitab Tukhfatul Muhtaj juz 7 hal 299, 303.8. Kitab Asnal Mathalib juz 7 hal 389.9. Kitab Nihayatul Muhtaj juz 8 hal 431.10. Kitab Fathul Wahab juz 1 hal 247.11. Kitab Bujairimi Alal Manhaj juz 4 hal 178.12. Kitab Al Muhaddhab juz 1 hal 349.13. Kitab Tafsir Ar Rozi juz 10 hal 28.14. Kitab Al Fiqih Al Islami Wabdilatuhu juz 7 hal 681.

Kontrasepsi dengan vaksin yang bahan mentahnya sperma laki-laki

Sebuah rekayasa laboratoris telah mampu menghasilkan vaksin yang bahan bakunya adalah sperma laki-laki. Vaksin tersebut dimanfaatkan untuk proses pengebalan (imunisasi), agar wanita yang memperoleh infeksi vaksin tersebut diharapkan tidak hamil.P: Dalam rangka menyukseskan program KB, bolehkah melakukan kontrasepsi (menghambat kehamilan) dengan menggunakan cara tersebut?J: Melakukan kontrasepsi (menghambat kehamilan) dengan cara imunasi menggunakan injeksi vaksin yang bahan bakunya sperma laki-laki adalah boleh, karena sifatnya Istiqhdar (menjijikkan) sudah luntur dan sudah hilang.

Referensi dalam pengambilan keputusan

1. Kitab Al Bajuri juz 1 hal 99.2. Kitab Asy Syarqawi juz 1 hal 451.3. Kitab Asy Syarqawi juz 2 hal 332.4. Kitab Al Majaru juz 2 hal 556.5. Kitab Asy Syarwani juz 8 hal 241.

Mencabut gigi mayit yang memakai emas

P: Bagaimana hukumnya mayat yang memakai gigi emas?J: Apabila mencabut gigi emas tersebut menodai kehormatan mayat, maka hukumnya haram di cabut. Akan tetapi apabila mayat laki-laki dewasa hukumnya wajib di cabut.Dan apabila seorang wanita atau anak kecil maka pencabutan diserahkan kerelaan ahli warisnya.

Referensi dalam pengambilan keputusan1. Kitab Al Wihayah juz 2.2. Kitab Mursyidul Anam.3. Kitab Janatut Thalibin.

Melakukan injeksi kepada mayat yang disinyalir mempunyai penyakit menular.

P: Bagaimana hukumnya menyuntik mayat untuk mengetahui penyakit yang menular?J: Melakukan injeksi kepada mayat yang disinyalir mempunyai penyakit yang bisa menular, maka hukumnya tidak boleh (haram). Dengan dalih menodai kehormatan mayat.

Referensi dalam pengambilan keputusan1. Kitab Mauhibah Dzil Fadl.2. Kitab Al Anwar.3. Kitab Al Ubab.

Family Planning(Perencanaan Keluarga)

P: Bagaimana hukumnya membatasi keturunan/merencanakan keluarga (Family Planning)?J: Kalau dalam melakukan Family Planning, dengan azl (mengeluarkan sperma di luar rahim) atau dengan alat yang mencegah sampainya sperma ke rahim seperti kopalis/kondom maka hukumnya makruh.Begitu juga hukumnya makruh apabila dilakukan dengan meminum obat untuk menjarangkan kelahiran.Akan tetapi apabila dengan sesuatu memutuskan kehamilan sama sekali, maka hurumnya haram. Dan apabila dikhawatirkan membahayakan bagi wanita yang hamil dan menurut pertimbangan medis, harus dilakukan pemotongan/pemutusan , maka hukumnya boleh.

Referensi dalam pengambilan keputusan1. Kitab Asnal Mathalib hal 186.2. Kitab Fatawi Ibnu Ziyad hal 249.3. Kitab Al Bajuri juz 2 hal 93.4. Kitab Ahkam Fuqoha juz 2 hal 231.

Mengatur menstruasi dengan pil KB atau lainnya P: Bagaimana hukumnya apabila wanita menelan kapsul KB maupun lainnya guna menunda atau mempercepat menstruasi?J: Pengguna kapsul guna kepentingan tersebut, misalnya:a. Agar puasa yang dijalankan bisa penuh.b. Pada saat beribadah haji tidak terganggu.Maka keputusannya ada kategorinya, yaitu mubah (boleh saja), makruh (perbuatan yang dibenci oleh Allah), dan haram (dilarang).

Referensi dalam pengambilan keputusan1. Kitab Talkhish Al Muraad hal 247.2. Kitab Asy Syurqawi juz 2 hal 293.3. Kitab Qurrotul Ain hal 30.4. Kumpulan fatwa Majelis Ulama Indonesia hal 19.

Khitan bagi laki-laki/wanitaP: Mengapa Islam menganggap penting dan mendasar tentang khitan?J: Khitan bagi laki-laki hukumnya adalah wajib/harus.Adapun bagi wanita hukumnya sunnah. Ketika di rahim ibunya, janin makan melalui ari-ari dan tali pusar. Sementara penis pada janin yang berpotensi untuk menarik (zat-zat tertentu), seperti darah dan kotoran yang ada di perut ibu, harus menumbuhkan kulit disekitar kepala penis tersebut (sebagai pelindung).Ketika janin (laki-laki) lahir, maka kulit ini merupakan kelebihan yang tidak memiliki fungsi apapun, bahkan eksistensinya akan memyebabkan mikroba yang dapat menyebabkan luka.

ReferensiMenepis Keraguan Beragama, Prof Dasteghib, hal 212.

Tabanni (adopsi)P: Bagaimana hukumnya mengangkat anak orang lain, untuk dijadikan/diakui sebagai anak sendiri (waladus shulbi au radla).J: Mangankat anak orang (adopsi) dengan tujuan menjadikan anak tersebut sederajat dengan anak tersebut sederajat dengan anak sendiri, baik dalam nasab maupun mahram dan waris, maka hukumnya tidak boleh (haram).

Referensi dalam pengambilan keputusan

Kitab Al Khazin juz 6 hal 191.

Fasektomi dan Tubektomi

P: Bagaimana hukumnya melakukan Family Planning dengan malakukan fasektomi atau tubektomi?J: Penjarangan kelahiran (Family Planniang) melalui cara tersebut, tidak dapat dibenarkan, kalau mencapai batas mematikan fungsi berketurunan secara mutlak.

Referensi dalam pengambilan keputusan

1. Kitab Al Bajuri Ala Fathil Qorib juz 2 hal 93.2. Kitab Al Bujairimi Alal Iqna juz 4 hal 40.3. Kitab Sulamat Taufiq.4. Kitab Al Qolyabi juz 3 hal 211.5. Kitab Al Bajuri juz 2, hal 99.

.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.