Mata Merah Visus Normal

28
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan tentang Mata Merah Visus Normal ini. Dalam laporan ini telah dijelaskan tentang penyakit baik definisi, penyebab, gejala, pemeriksaan dan pengobatan yang berhubungan dengan mata merah visus normal. Karena itulah laporan ini sangat berguna untuk pengetahuan kami. Mungkin laporan ini belum sempurna sebagaimana mestinya, tetapi kami sudah berusaha dalam menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya. Kami berharap laporan ini dapat berguna bagi kami dan pembaca. Kami berterima kasih kepada dokter pembimbing yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini dan tentunya didukung juga oleh kekompakan kelompok kami. Dalam membuat laporan ini, kami mengambil sumber-sumber dari buku ajar, slide, atlas dan internet sehingga kami bisa menjawab dan mendapatkan informasi-informasi yang kami butuhkan dalam laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Transcript of Mata Merah Visus Normal

Page 1: Mata Merah Visus Normal

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan tentang Mata Merah Visus

Normal ini.

Dalam laporan ini telah dijelaskan tentang penyakit baik definisi, penyebab,

gejala, pemeriksaan dan pengobatan yang berhubungan dengan mata merah visus

normal. Karena itulah laporan ini sangat berguna untuk pengetahuan kami. Mungkin

laporan ini belum sempurna sebagaimana mestinya, tetapi kami sudah berusaha

dalam menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya. Kami berharap laporan ini

dapat berguna bagi kami dan pembaca.

Kami berterima kasih kepada dokter pembimbing yang telah banyak membantu

kami dalam menyelesaikan laporan ini dan tentunya didukung juga oleh kekompakan

kelompok kami. Dalam membuat laporan ini, kami mengambil sumber-sumber dari

buku ajar, slide, atlas dan internet sehingga kami bisa menjawab dan mendapatkan

informasi-informasi yang kami butuhkan dalam laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Mei 2008

Penyusun

Page 2: Mata Merah Visus Normal

BAB I

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian :

1. Konjungtiva tarsal, yang menutupi tarsus

2. Konjungtiva bulbi, yang menutupi sklera

3. Konjungtiva fornix, adalah tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi

Anatomi Bola Mata

Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu :

1. Sklera

Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan

bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang

bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk kedalam bola mata.

2. Uvea

Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan siliar dan

koroid. Pada iris didapatkan pupil dan badan siliar yang terletak di belakang iris

menghasilkan cairan bilik mata (aquous humor).

3. Retina

Page 3: Mata Merah Visus Normal

Retina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapisan yang

merupakan lapisan neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf

optik dan diteruskan ke otak.

Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-

sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian

yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.

Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua,

yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian

belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi

menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.

Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput

transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini

peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang

konjungtiva disebut konjungtivitis.

Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar

air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis.

Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi

sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata.

Fisiologi

Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu

waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar

Page 4: Mata Merah Visus Normal

terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu

bagian yang paling peka terhadap sinar.

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel

basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam

pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh

karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari

sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah

maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus

saja.

Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein

dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai

menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk

pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi

rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.

Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara

retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan

biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan

salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.

Page 5: Mata Merah Visus Normal

BAB II

PEMBAHASAN

MATA MERAH VISUS NORMAL

PTERIGIUM

Definisi

Pterygium merupakan lipatan konjungtiva dan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga

(triangular-shaped fold) yang maju sampai ke permukaan kornea, hampir selalu didahului oleh

pinguecula.http://kabarindonesia.com//

Penyebab

Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum

adalah :

1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan

2. Bekerja di luar rumah

3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas, angin,

kekeringan dan asap.

4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent

www.upmc.com/.../diseases/?chunkiid=96971

Epidemiologi

Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis.

http://kabarindonesia.com//

Klasifikasi Pterygium

Tipe 1

Page 6: Mata Merah Visus Normal

Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line)

dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis,

meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft

contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar

pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan

iritasi.

Tipe 2

Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan

pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme.

Tipe 3

Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas

yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva

dan meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan

mata.

http://kabarindonesia.com//

Gejala

Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan

tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan

kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya

penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.

Gejalanya termasuk :

1. Mata merah

2. Mata kering

3. Iritasi

4. Keluar air mata (berair)

5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata

6. Penglihatan yang kabur

www.upmc.com/.../diseases/?chunkiid=96971

Diagnosis

1. Pemeriksaan Visus

Page 7: Mata Merah Visus Normal

2. Slit lamp

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :

1. Mengevaluasi ukuran

2. Mencegah inflamasi

3. Mencegah infeksi

4. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan

www.upmc.com/.../diseases/?chunkiid=96971

Penatalaksanaannya

Observasi

Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan atau

menimbulkan gejala yang minimal.

Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :

1. Medikamentosa

Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi

inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan.

2. Therapy radiasi

Operasi

Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi pterygium dapat

muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in healing dan mencegah rekurensi, seusai

pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai usia dekade 4 dapat

mencegah rekurensi.

Pencegahan

Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya

dengan memakai kacamata hitam.

PSEUDOPTERIGIUM

Page 8: Mata Merah Visus Normal

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering

pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva

menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan

proses kornea sebelumnya.

Ilyas, Sidarta 2006, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : FKUI

  PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM

1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi

2.Progresifitas Bisa progresif atau stasioner Selalu stasioner

3.Riwayat peny. Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)

4.Tes sondase Negatif Positif

Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat

mengganggu visus, atau alasan kosmetik.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2002, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto

PINGUEKULA

Definisi

Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin

jaringan submukosa konjungtiva.

llyas, Sidarta 2006, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : FKUI

Page 9: Mata Merah Visus Normal

Pinguecula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai kedua

mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di

tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white

deposits), tak berbentuk (amorphous) http://kabarindonesia.com//.

Patogenesis

Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai

peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar

matahari, udara kering.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2002, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto

Pengobatan

Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis,

maka diberikan steroid lemah.

Pencegahan

Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan

HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA

Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh

(umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk

rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung,

yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

Ilyas, Sidarta 2006, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : FKUI

EPISKLERITIS – SKLERITIS

Page 10: Mata Merah Visus Normal

Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan

permukaan sklera.

Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan

bawaan penyakit rematik.

Keluhannya dapat berupa :

1. mata terasa kering

2. rasa sakit yang ringan

3. mengganjal

4. konjungtiva yang kemotik.

Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid

tetes mata atau sistemik atau salisilat.

Pada episkleritis penglihatan normal, dapat sembuh sempurna atau bersifat residif

Skleritis

Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi

mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan

menjadi :

1. skleritis anterior diffus

Page 11: Mata Merah Visus Normal

Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai

sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.

2. Skleritis nodular

Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah,

berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.

3. Skleritis nekrotik

Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2002, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto

Gejala

- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva

- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang

kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.

- Fotofobia

- Mata berair

- Penglihatan menurun

Ilyas, Sidarta 2006, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : FKUI

Pengobatan

Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit yang

mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.

KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia

konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret.

Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum

contagiosum.

  VIRUS BAKTERI ALERGI

GATAL Minimal Minimal Berat

Page 12: Mata Merah Visus Normal

HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

LAKRIMASI + + + +

EKSUDAT

(SEKRET)

Minimal

(serous,

mukous)

Banyak (muko-

purulen/purulen)

Minimal

(benang)

ADENOPATI + Jarang -

SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil

      Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi

(injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseodoptosis

akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran,

granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya

sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva. 

Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari gambaran

klinisnya yaitu :

1. Konjungtivitis Kataral

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

3. Konjuntivitis Membran

4. Konjungtivitis Folikular

5. Konjungtivitis Vernal

6. Konjungtivitis Flikten

Konjungtivitis Kataral

Etiologi

Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok,

Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.

Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa

(keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda

konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.

Page 13: Mata Merah Visus Normal

Gambaran Klinis

Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa

flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai

blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Pengobatan

Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya

karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain.

Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi

Herpes Simplek.

Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

Etiologi

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di

bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan

penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia

(klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis

Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis

Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai

massa putih di konjungtiva tarsal.

Pengobatan

Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.

Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum

pengobatan.

Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :

Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr

selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus :

Page 14: Mata Merah Visus Normal

Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000

IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline

Konjungtivitis Membran

Etiologi

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi

difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi

pneumokok.

Gambaran Klinis

Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva

tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan

pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya.

Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif.

Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada

anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi

penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin

difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.

Konjungtivitis Folikular

Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis

klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui

penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular

1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi

Etiologi

Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari

Page 15: Mata Merah Visus Normal

Gambaran Klinis

Dapat mengenai anak-anak dan dewasa

Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar

pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva

tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada

akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea

terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.

Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala

radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-

minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.

Pengobatan

Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid

atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

2. Demam Faringo-Konjungtiva

Etiologi

Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3

Gambaran Klinis

Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.

Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut.

Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata

membengkak.

Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat

infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya

konjungtivitis follikular akut.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik

Page 16: Mata Merah Visus Normal

3. Konjungtivitis Hemorraghik Akut

Etiologi

Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari

Gambaran Klinis

Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa

gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari

kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain.

Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.

Pengobatan

Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau

antibiotik.

4. Konjungtivitis New Castle

Etiologi

Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari

Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas,

penyakit ini jarang dijumpai.

Gambaran Klinis

Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan

hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal

inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini

biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral

Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah

infeksi sekunder.

5. Inclusion Konjungtivitis

Page 17: Mata Merah Visus Normal

Etiologi

Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari

Gambaran Klinis

Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat

pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran

kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.

Pengobatan

Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin

6. Trachoma

Etiologi

Klamidia trakoma

Gambaran Klinis

Gambaran klinik terdapat empat stadium :

1. Stadium Insipiens atau permulaan

Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah

limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan

lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat

titik-titik hijau pada defek kornea.

2. Stadium akut (trakoma nyata)

Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur berwarna

abu-abu

3. Stadium sikatriks

Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti garis

putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.

4. Stadium penyembuhan

trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan

Page 18: Mata Merah Visus Normal

Pengobatan

Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat

diberikan juga sulfonamid oral.

Konjungtivitis Vernal

Etiologi

Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Gambaran Klinis

Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada

dilapangan terbuka yang panas terik.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-stone di

konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu

mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi

sekunder.

Pengobatan

Kortikosteroid tetes atau salep mata.

Konjungtivitis Flikten

Etiologi

• Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe

IV).

• Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

• Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala

Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga

dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua

mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh

Page 19: Mata Merah Visus Normal

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan.

Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat

eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.

Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep

Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi

bakteri sekunder.

KONJUNGTIVITIS SIKA

      Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan

konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

Etiologi

      Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata,

kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya

mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut

sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi Klinis

      Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala

sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan

terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan

kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah.

Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

Komplikasi

      Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.

Penatalaksanaan

Page 20: Mata Merah Visus Normal

      Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya

diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat

menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air

mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen. 

 

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.

Ilyas S, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan

Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto, 2002

Kamus kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0087%20Bio%202-10a.htm

http://kabarindonesia.com//.

http://merck.com

http://www.upmc.com/healthmanagement/managingyourhealth/healthreference/diseases/?

chunkiid=96971