MATERIALITAS-Ryrin-10owfht
-
Upload
bogel-andy -
Category
Documents
-
view
10 -
download
2
description
Transcript of MATERIALITAS-Ryrin-10owfht
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
MATERIALITAS
Materialitas = Besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan /salah saji,
dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin dapat mengubah/ mempengaruhi
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas pada
tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji agregat minimum dalam laporan
keuangan yang dianggap dapa menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan
dengan wajar.
Materialitas dikelompokkan menjadi :
1. Materialitas kuantitatif materialitas yang menggunakan ukuran kuantitatif tertentu
seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit.
2. Materialitas kualitatif materialitas yang menggunakan ukuran kualitatis yang lebih
ditentukan pada pertimbangan professional. Pertimbangan tersebut didasarkan pada cara
pandang, pengetahuan dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.
Dalam pemeriksaan laporan keuangan, perlu menetapkan :
1. Planning materiality (material awal) : materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan
keuangan.
2. Tolerable Error/ TE (tingkat kesalahan yang tertoleransi) : materialitas terkait kelas-kelas
transaksi, saldo akun dan pengungkapan.
Tahap kegiatan (penetapan materialitas awal) :
1. Penentuan dasar penetapan materialitas
Dasar penetapan materialitas diantaranya adalah laba bersih sebelum pajak, total aset,
ekuitas, total penerimaan, atau total belanja.
Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, sebaiknya mempertimbangkan :
a. Karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang diperiksa.
b. Area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna laporan
keuangan
c. Kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan:
1. Total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
2. Laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari laba, dan
3. Nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
Mengenai angka yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun berjalan, atau angka
ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau keakuratan data. Praktik yang
umum dengan mengambil angka tahun lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau
perkiraan anggaran. Cara lain adalah dengan mengambil data actual pada saat
perencanaan, kemudian diekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.
Misalnya : Dep Kesehatan mengemban tugas untuk meningkatkan kesehatan di seluruh
Indonesia sering melakukan proyek penelitian dan pengembangan mengenai masalah-
masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas-fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah
sakit,pukesmas, dan sebagainya yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada
Laporan Realiasi Anggaran(LRA) departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna
laporan keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari
pemerintah tersebut. Oleh karena itu, dasar penetapan materialitas yang paling
sesuaiuntuk pemeriksaan laporan keuangan departemen ini adalah total belanja.
2. Mempertimbangkan tingkat yang akan digunakan dalam menghitung materialitas awal :
Tingkat materialitas
Keterangan entitas Tingkat Materialitas
Entitas nirlaba 0.5% - 5% dari total penerimaan atau total belanja
Entitas yang bertujuan mencari
laba
5%-10% dari laba sebelum pajak atau 0.5% - 1%
dari total penjualan/pendapatan
Entitas berbasis aset 1% dari ekuitas atau 0.5% - 1% dari total aktiva
Kesalahan gabungan (E+) dalam laporan keuangan yang diperiksa, harus dipertimbang -
kan sebagai berikut:
E+ > 10% ; dinilai “MATERIAL”
E+ < 5% ; dinilai “TIDAK MATERIAL” bila tidak ada faktor kualitatif
5% < E+ < 10% ; memerlukan tindak lanjut berdasarkan kebijakan profesional
auditor bersangkutan untuk menentukan materialitasnya
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
Pedoman umum penerapan tingkat materialitas :
0.5% dari belanja/ pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada saat
pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi SPI entitas
belum memadai. Pemeriksa dapat berangsur-angsur meningkatkan tingkat
materialitas yang akan digunakannya pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya
samapi dengan tingkat materialitas 5 % dari total belanja / pendapatan
5 % - 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10% digunakan pada
perusahaan nonpublic dan anak perusahaannya dan 5 % digunakan pada
perusahaan publik.
0.5% - 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah beroperasi pada atau
mendekati titik impas dan keuntungan / kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke
tahun.
1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang menyebabkan
likuiditas sebagai perhatian utama/ pada saat pengguna laporan keuangan lebih
memfokuskan perhatian pada ekuita dari pada hasil dari operasi.
0.5% - 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan pada titik
paling rendah.
Dianjurkan : kepada pemeriksa menggunakan tingkat materialitas yang paling rendah
(paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas yang baru kali
pertama diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang konservatif juga harus digunakan
pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas-entitas yang mempunyai risiko
pemeriksaan tinggi atau belum mempunyai system pengendalian intern yang memadai.
Penetapan Nilai Materialitas Awal
Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialita awal untuk tingkat laporan
keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh merupakan bearnya
kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna Laporan Keuangan.
Ilustrasi penetapan nilai materialitas awal :
Dasar Penetapan Materialitas : Total Belanja
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
Tingkat Materialitas : 1 %
Nilai Total Belanja pada Laporan
Keuangan :
Rp 15.560.855,20 juta
PM (penetapan nilai materialitas awal) : 1 % X Rp 15.560.855,20 juta = Rp
155.608,55 juta
Penetapan Tingkat Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi
Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi materialitas
awal (PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap akun
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/ kelompok akun dalam laporan
keuangan yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan. Memastikan kemungkinan
adanya salah saji yang material yang berasal dari penggabungan dalah saji yang
jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal, dan mempertimbangkan risiko deteksi.
TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap akun, atau
pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai apakah perlu
mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup longgar untuk akun tertentu berdasarkan
pengalamannya terutama mengenai kecenderungan terjadinya salah aji pada akun-akun
tertentu tersebut. Aturan umum yang sering digunakan adalah bahwa alokasi pada satu
akun tertentu tidak lebih dari 60% dari PM, dan jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari
dua kali nilai PM
Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun laporan keuangan :
1. Tentukan nilai PM
2. Hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa,
kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti SILPA/SIKPA, ekuitas dana dan
sebagainya.
3. Alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan rumus :
TE = PM * N/T
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
Dimana :
TE Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
PM Materialitas awal
N Nilai Akun
T Total nilai akun-akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa.
INFORMASI TAMBAHAN MENGENAI RISKO
Model resiko audit (audit risk model) untuk perencanaan. Digunakan oleh auditor untuk
mempertimbangkan resiko yang ada dalam merencanakan bukti audit yang akan dikumpulkan
pada setiap siklusnya
SAS 39 (AU 350) sampling audit
SAS 47 (AU 312) materialitas dan resiko
AAR
PDR = ---------------
IR X CR
dimana :
PDR = Planned Detection Risk (Resiko Deteksi Terencana)
AAR = Acceptable Audit Risk (Resiko Akseptibilitas Audit)
IR = Inherent Risk (Resiko Inheren)
CR = Control Risk (Resiko Pengendalian
Konsep Materialitas, Resiko, dan Pengujian dalam Auditing Posted on 28 Maret 2008 by Pakde sofa
Konsep Materialitas, Resiko, dan
Pengujian dalam Auditing
Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas
semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus menggunakan konsep
materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa besar salah saji yang terdapat dalam asersi dapat
diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
tersebut. Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Materialitas dibagi menjadi dua golongan, yaitu materialitas pada tingkat laporan keuangan dan
materialitas pada tingkat saldo akun. Risiko audit juga digolongkan menjadi dua, yaitu risiko
audit keseluruhan dan risiko audit individual.
Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit
Risiko audit terdiri dari tiga unsur, yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi.
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah
saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern
yang terkait. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditaksir oleh auditor pada tahap perencanaan
audit sebagai salah satu dasar penentuan ukuran sampel yang akan diperiksa.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat
memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok
asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam pendekatan, yaitu pendekatan substantif
(primarily substantive approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah
(lower assessed level of control risk approach).
Penaksiran Risiko Pengendalian dan Pendesainan Pengujian Pengendalian
Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi, yang pada gilirannya akan berdampak terhadap
tingkat pengujian substantif yang direncanakan (yang mencakup sifat, saat, dan lingkup
pengujian substantif) yang harus dilakukan untuk menyelesaikan audit. Jika risiko pengendalian
ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat
melaksanakan pengujian substantif yang tidak memadai sehingga auditnya tidak efektif.
Sebaliknya jika risiko pengendalian ditaksir terlalu tinggi, auditor dapat melakukan pengujian
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
substantif melebihi dari jumlah yang diperlukan sehingga auditor melakukan audit yang tidak
efisien.
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas
desain dan/atau operasi kebijakan dan prosedur pengendalian intern. Berbagai pengujian
pengendalian dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya, yaitu sebagai berikut.
1. Pengujian pengendalian bersamaan (concurrent tests of controls), yang terdiri dari
prosedur untuk memperoleh pemahaman dan sekaligus untuk mendapatkan bukti tentang
efektivitas pengendalian intern.
2. Pengujian pengendalian tambahan, yang merupakan pengujian yang biasanya
dilaksanakan oleh auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang
memperlihatkan pengendalian intern yang efektif, auditor kemudian mengubah strategi
auditnya dari pendekatan terutama substantif ke pendekatan risiko pengendalian rendah.
3. Pengujian pengendalian yang direncanakan, yang merupakan pengujian yang
dilaksanakan untuk menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah
sesuai dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan.
4. Pengujian dengan tujuan ganda (dual-purpose tests), yang merupakan pengujian yang
desain sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas
pengendalian intern sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang kekeliruan moneter
dalam akun.
Penaksiran Risiko Deteksi dan Pendesainan Pengujian Substantif
Desain pengujian substantif sangat ditentukan oleh risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor.
Desain pengujian substantif mencakup penentuan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi setiap asersi. Auditor dapat menggunakan
jenis pengujian substantif berikut, yaitu prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi
terperinci, dan pengujian terhadap saldo terperinci. Pengujian substantif dapat dilaksanakan
sebelum tanggal neraca dan pada atau mendekati tanggal neraca, tergantung risiko deteksi yang
ditetapkan oleh auditor.
Rerangka umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah sebagai
berikut, (1) tentukan prosedur awal audit, (2) tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan,
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
(3) tentukan pengujian terhadap transaksi terperinci, (4) tentukan pengujian terhadap akun
terperinci.
BAB 2TEORI, KONSEP DASAR STANDAR (NORMA), MATERIALITAS DAN RISIKO
PEMERIKSAAN
Teori pemeriksaan tersusun atas 5 konsep dasar, seperti berikut:1. Bukti (evidence)2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar4. Independensi5. Etika perilaku
NORMA PEMERIKSAAN YANG DITERIMA UMUMNorma pemeriksaan akuntan (NPA) yang diterima oleh umum dalam kaitannya dengan pemeriksaan akuntan terdiri dari:1. Norma umum2. Norma pelaksanaan pemeriksaan3. Norma pelaporan
RESIKO PEMERIKSAAN DAN MATERIALITASRisiko pemeriksaan merupakan kemungkinan akuntan tidak menemukan adanya kesalahan yang sifatnya material sehingga dapat merubah pendapat yang telah diberikan. Keberadaan risiko audit dakiu oleh akuntan pemeriksa di dalam standar laporan akuntan yang menyatakan bahwa akuntan pemeriksa memperoleh jaminan yang layak tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.Konsep materialitas adalah konsep yang mengakui hal-hal, baik secara individual maupun keseluruhan, adalah penting untuk penyajian yang wajar yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim.Risiko audit dan materialitas ada di dalam:1. Perencanaan pemeriksaan dan perancangan prosedur pemeriksaan2. Evaluasi terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, apakah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim?
Risiko pemeriksaan menurut Norma Pemeriksaan Akuntan meliputi 3 macam bentuk yaitu:1. Inherent Risk (risiko bawaan)2. Control Risk3. Detection RiskMENERIMA DAN MERENCANAKAN PEMERIKSAAN MENERIMA PENUGASAN
Dalam menjalankan pemeriksaan laporan keuangan, auditor menerima tanggung jawab professional kepadan public, klien dan rekan seprofesi. Dia harus dapat menjaga kepercayaan
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan profesinya dengan menjaga independensi, integritas, dan obyektivitas. Auditor juga harus melayani kepentingan kliennya dengan cara professional dan berkompeten.
· Menilai kemampuan untuk memenui Norma Pemeriksaan :1. Memiliki latihan teknis yang memadai dan memiliki keahlian dibidangnya2. Memiliki sikap mental yang independen3. Melaksanakan jabatannya/keahliannya dengan professional· Menyiapkan surat perjanjian : surat perjanjian berisi kesepakatan antara auditor dengan klien
untuk melakukan pemeriksaan dan jasa-asa yang berkaitan.· Waktu diterimanya penugasan : waktu diterimanya penugasan oleh auditor bias sebelum atau
sesudah tutup buku. Bila penugasan diterima sebelum tutup buku/awal tahun fiskal, auditor dapat dengan leluasa merencankan program pemeriksaan. Tetapi bila penugasan diterima setelah tutup buku, maka auditor mengalami banyak kendala dalam melaksanakan pemeriksaan terutama kendala waktu.
PERENCANAAN PEMERIKSAANPerencanaan pemeriksaan/audit planning merupakan hal yang vital dalam penugasan
pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan pemeriksaan.
· Mempelajari Usaha dan Industri KlienProsedurnya :
1. Memeriksa kertas kerja tahun sebelumnya2. Memeriksa data industri dan usaha3. Mengikuti operasi klien4. Berkomunikasi dengan komite audit 5. Tanya jawab dengan manajemen6. Melaukan prosedur analitik
· Mempelajari Sistem Pengendalian Intern KlienTujuan auditor dalam hal ini untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan keuangan dan keamanan aktiva dapat dipercaya dengan sistem pengendalian intern yang digunakan klien.
· Menilai MaterialitasYang dimaksud dengan materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan yang slah dari informasi akuntansi yang menjadikan keputusan yang diambil berubah atau terpengaruh oleh kesalahanatau kelalaian tersebut. Dalam pemeriksaan, auditor harus menilai materialitas pada dua level, yaitu : Laporan Keuangan, dan Rekening Neraca (account balance)
· Menilai Resiko Pemeriksaan Komponennya :
1. Inheren Risk2. Control Risk
TUGAS AUDIT INTERNAL
RYRIN GURNING
3. Detection Risk· Menentukan Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan laporan keuangan adalah untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
· Menyusun Program PemeriksaanTujuannya :
1. Petunjuk kerja yang harus dilakukan dan indstruksi bagaimana harus menyelesaikan 2. Dasar untuk koordinasi, pengawasan, dan pengendalian pemeriksaan3. Penilaian kerja yang dilakukan· Jadwal Kerja
Diklasifikasikan dalam 2 kategori :1. Kerja interim, dilaksanakan antara 6 bulan sebelum tanggal neraca sampai dengan tanggal
neraca2. Kerja akhir tahun, dilakukan dari tanggal neraca sampai 2 atau 3 bulan sesudahnya.· Penentuan Staf untuk Pemeriksaan
Dalam menentukan personil pemeriksa auditor harus menetapkan komposisi sbb :1. Seorang partner2. Satu atau lebih manajer3. Satu atau lebih senior auditor4. Asisten