MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

15
TUGAS AUDIT INTERNAL RYRIN GURNING MATERIALITAS Materialitas = Besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan /salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin dapat mengubah/ mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapa menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar. Materialitas dikelompokkan menjadi : 1. Materialitas kuantitatif materialitas yang menggunakan ukuran kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit. 2. Materialitas kualitatif materialitas yang menggunakan ukuran kualitatis yang lebih ditentukan pada pertimbangan professional. Pertimbangan tersebut didasarkan pada cara pandang, pengetahuan dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu. Dalam pemeriksaan laporan keuangan, perlu menetapkan : 1. Planning materiality (material awal) : materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan keuangan. 2. Tolerable Error/ TE (tingkat kesalahan yang tertoleransi) : materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun dan pengungkapan. Tahap kegiatan (penetapan materialitas awal) : 1. Penentuan dasar penetapan materialitas

description

Materi

Transcript of MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

Page 1: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

MATERIALITAS

Materialitas = Besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan /salah saji,

dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin dapat mengubah/ mempengaruhi

pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas pada

tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji agregat minimum dalam laporan

keuangan yang dianggap dapa menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan

dengan wajar.

Materialitas dikelompokkan menjadi :

1. Materialitas kuantitatif materialitas yang menggunakan ukuran kuantitatif tertentu

seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit.

2. Materialitas kualitatif materialitas yang menggunakan ukuran kualitatis yang lebih

ditentukan pada pertimbangan professional. Pertimbangan tersebut didasarkan pada cara

pandang, pengetahuan dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.

Dalam pemeriksaan laporan keuangan, perlu menetapkan :

1. Planning materiality (material awal) : materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan

keuangan.

2. Tolerable Error/ TE (tingkat kesalahan yang tertoleransi) : materialitas terkait kelas-kelas

transaksi, saldo akun dan pengungkapan.

Tahap kegiatan (penetapan materialitas awal) :

1. Penentuan dasar penetapan materialitas

Dasar penetapan materialitas diantaranya adalah laba bersih sebelum pajak, total aset,

ekuitas, total penerimaan, atau total belanja.

Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, sebaiknya mempertimbangkan :

a. Karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang diperiksa.

b. Area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna laporan

keuangan

c. Kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.

Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan:

1. Total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba

Page 2: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

2. Laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari laba, dan

3. Nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.

Mengenai angka yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun berjalan, atau angka

ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau keakuratan data. Praktik yang

umum dengan mengambil angka tahun lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau

perkiraan anggaran. Cara lain adalah dengan mengambil data actual pada saat

perencanaan, kemudian diekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.

Misalnya : Dep Kesehatan mengemban tugas untuk meningkatkan kesehatan di seluruh

Indonesia sering melakukan proyek penelitian dan pengembangan mengenai masalah-

masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas-fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah

sakit,pukesmas, dan sebagainya yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada

Laporan Realiasi Anggaran(LRA) departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna

laporan keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari

pemerintah tersebut. Oleh karena itu, dasar penetapan materialitas yang paling

sesuaiuntuk pemeriksaan laporan keuangan departemen ini adalah total belanja.

2. Mempertimbangkan tingkat yang akan digunakan dalam menghitung materialitas awal :

Tingkat materialitas

Keterangan entitas Tingkat Materialitas

Entitas nirlaba 0.5% - 5% dari total penerimaan atau total belanja

Entitas yang bertujuan mencari

laba

5%-10% dari laba sebelum pajak atau 0.5% - 1%

dari total penjualan/pendapatan

Entitas berbasis aset 1% dari ekuitas atau 0.5% - 1% dari total aktiva

Kesalahan gabungan (E+) dalam laporan keuangan yang diperiksa, harus dipertimbang -

kan sebagai berikut:

E+ > 10% ; dinilai “MATERIAL”

E+ < 5% ; dinilai “TIDAK MATERIAL” bila tidak ada faktor kualitatif

5% < E+ < 10% ; memerlukan tindak lanjut berdasarkan kebijakan profesional

auditor bersangkutan untuk menentukan materialitasnya

Page 3: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

Pedoman umum penerapan tingkat materialitas :

0.5% dari belanja/ pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada saat

pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi SPI entitas

belum memadai. Pemeriksa dapat berangsur-angsur meningkatkan tingkat

materialitas yang akan digunakannya pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya

samapi dengan tingkat materialitas 5 % dari total belanja / pendapatan

5 % - 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10% digunakan pada

perusahaan nonpublic dan anak perusahaannya dan 5 % digunakan pada

perusahaan publik.

0.5% - 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah beroperasi pada atau

mendekati titik impas dan keuntungan / kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke

tahun.

1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang menyebabkan

likuiditas sebagai perhatian utama/ pada saat pengguna laporan keuangan lebih

memfokuskan perhatian pada ekuita dari pada hasil dari operasi.

0.5% - 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan pada titik

paling rendah.

Dianjurkan : kepada pemeriksa menggunakan tingkat materialitas yang paling rendah

(paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas yang baru kali

pertama diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang konservatif juga harus digunakan

pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas-entitas yang mempunyai risiko

pemeriksaan tinggi atau belum mempunyai system pengendalian intern yang memadai.

Penetapan Nilai Materialitas Awal

Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialita awal untuk tingkat laporan

keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh merupakan bearnya

kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna Laporan Keuangan.

Ilustrasi penetapan nilai materialitas awal :

Dasar Penetapan Materialitas : Total Belanja

Page 4: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

Tingkat Materialitas : 1 %

Nilai Total Belanja pada Laporan

Keuangan :

Rp 15.560.855,20 juta

PM (penetapan nilai materialitas awal) : 1 % X Rp 15.560.855,20 juta = Rp

155.608,55 juta

Penetapan Tingkat Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi

Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi materialitas

awal (PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap akun

dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/ kelompok akun dalam laporan

keuangan yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan. Memastikan kemungkinan

adanya salah saji yang material yang berasal dari penggabungan dalah saji yang

jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal, dan mempertimbangkan risiko deteksi.

TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap akun, atau

pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai apakah perlu

mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup longgar untuk akun tertentu berdasarkan

pengalamannya terutama mengenai kecenderungan terjadinya salah aji pada akun-akun

tertentu tersebut. Aturan umum yang sering digunakan adalah bahwa alokasi pada satu

akun tertentu tidak lebih dari 60% dari PM, dan jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari

dua kali nilai PM

Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun laporan keuangan :

1. Tentukan nilai PM

2. Hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa,

kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti SILPA/SIKPA, ekuitas dana dan

sebagainya.

3. Alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan rumus :

TE = PM * N/T

Page 5: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

Dimana :

TE Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi

PM Materialitas awal

N Nilai Akun

T Total nilai akun-akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa.

INFORMASI TAMBAHAN MENGENAI RISKO

Model resiko audit (audit risk model) untuk perencanaan. Digunakan oleh auditor untuk

mempertimbangkan resiko yang ada dalam merencanakan bukti audit yang akan dikumpulkan

pada setiap siklusnya

SAS 39 (AU 350) sampling audit

SAS 47 (AU 312) materialitas dan resiko

AAR

PDR = ---------------

IR X CR

dimana :

PDR = Planned Detection Risk (Resiko Deteksi Terencana)

AAR = Acceptable Audit Risk (Resiko Akseptibilitas Audit)

IR = Inherent Risk (Resiko Inheren)

CR = Control Risk (Resiko Pengendalian

Konsep Materialitas, Resiko, dan Pengujian dalam   Auditing Posted on 28 Maret 2008 by Pakde sofa

Konsep Materialitas, Resiko, dan

Pengujian dalam Auditing

Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas

semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus menggunakan konsep

materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa besar salah saji yang terdapat dalam asersi dapat

diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji

Page 6: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

tersebut. Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah

pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

Materialitas dibagi menjadi dua golongan, yaitu materialitas pada tingkat laporan keuangan dan

materialitas pada tingkat saldo akun. Risiko audit juga digolongkan menjadi dua, yaitu risiko

audit keseluruhan dan risiko audit individual.

Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit

Risiko audit terdiri dari tiga unsur, yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi.

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah

saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern

yang terkait. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi

yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material

yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditaksir oleh auditor pada tahap perencanaan

audit sebagai salah satu dasar penentuan ukuran sampel yang akan diperiksa.

Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat

memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok

asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam pendekatan, yaitu pendekatan substantif

(primarily substantive approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah

(lower assessed level of control risk approach).

Penaksiran Risiko Pengendalian dan Pendesainan Pengujian Pengendalian

Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu tingkat risiko

deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi, yang pada gilirannya akan berdampak terhadap

tingkat pengujian substantif yang direncanakan (yang mencakup sifat, saat, dan lingkup

pengujian substantif) yang harus dilakukan untuk menyelesaikan audit. Jika risiko pengendalian

ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat

melaksanakan pengujian substantif yang tidak memadai sehingga auditnya tidak efektif.

Sebaliknya jika risiko pengendalian ditaksir terlalu tinggi, auditor dapat melakukan pengujian

Page 7: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

substantif melebihi dari jumlah yang diperlukan sehingga auditor melakukan audit yang tidak

efisien.

Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas

desain dan/atau operasi kebijakan dan prosedur pengendalian intern. Berbagai pengujian

pengendalian dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya, yaitu sebagai berikut.

1. Pengujian pengendalian bersamaan (concurrent tests of controls), yang terdiri dari

prosedur untuk memperoleh pemahaman dan sekaligus untuk mendapatkan bukti tentang

efektivitas pengendalian intern.

2. Pengujian pengendalian tambahan, yang merupakan pengujian yang biasanya

dilaksanakan oleh auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang

memperlihatkan pengendalian intern yang efektif, auditor kemudian mengubah strategi

auditnya dari pendekatan terutama substantif ke pendekatan risiko pengendalian rendah.

3. Pengujian pengendalian yang direncanakan, yang merupakan pengujian yang

dilaksanakan untuk menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah

sesuai dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan.

4. Pengujian dengan tujuan ganda (dual-purpose tests), yang merupakan pengujian yang

desain sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas

pengendalian intern sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang kekeliruan moneter

dalam akun.

Penaksiran Risiko Deteksi dan Pendesainan Pengujian Substantif

Desain pengujian substantif sangat ditentukan oleh risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor.

Desain pengujian substantif mencakup penentuan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang

diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi setiap asersi. Auditor dapat menggunakan

jenis pengujian substantif berikut, yaitu prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi

terperinci, dan pengujian terhadap saldo terperinci. Pengujian substantif dapat dilaksanakan

sebelum tanggal neraca dan pada atau mendekati tanggal neraca, tergantung risiko deteksi yang

ditetapkan oleh auditor.

Rerangka umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah sebagai

berikut, (1) tentukan prosedur awal audit, (2) tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan,

Page 8: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

(3) tentukan pengujian terhadap transaksi terperinci, (4) tentukan pengujian terhadap akun

terperinci.

BAB 2TEORI, KONSEP DASAR STANDAR (NORMA), MATERIALITAS DAN RISIKO

PEMERIKSAAN

Teori pemeriksaan tersusun atas 5 konsep dasar, seperti berikut:1.      Bukti (evidence)2.      Kehati-hatian dalam pemeriksaan3.      Penyajian atau pengungkapan yang wajar4.      Independensi5.      Etika perilaku

NORMA PEMERIKSAAN YANG DITERIMA UMUMNorma pemeriksaan akuntan (NPA) yang diterima oleh umum dalam kaitannya dengan pemeriksaan akuntan terdiri dari:1.      Norma umum2.      Norma pelaksanaan pemeriksaan3.      Norma pelaporan

RESIKO PEMERIKSAAN DAN MATERIALITASRisiko pemeriksaan merupakan kemungkinan akuntan tidak menemukan adanya kesalahan yang sifatnya material sehingga dapat merubah pendapat yang telah diberikan. Keberadaan risiko audit dakiu oleh akuntan pemeriksa di dalam standar laporan akuntan yang menyatakan bahwa akuntan pemeriksa memperoleh jaminan yang layak tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.Konsep materialitas adalah konsep yang mengakui hal-hal, baik secara individual maupun keseluruhan, adalah penting untuk penyajian yang wajar yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim.Risiko audit dan materialitas ada di dalam:1.      Perencanaan pemeriksaan dan perancangan prosedur pemeriksaan2.      Evaluasi terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, apakah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim?

Risiko pemeriksaan menurut Norma Pemeriksaan Akuntan meliputi 3 macam bentuk yaitu:1.      Inherent Risk (risiko bawaan)2.      Control Risk3.      Detection RiskMENERIMA DAN MERENCANAKAN PEMERIKSAAN MENERIMA PENUGASAN

Dalam menjalankan pemeriksaan laporan keuangan, auditor menerima tanggung jawab professional kepadan public, klien dan rekan seprofesi. Dia harus dapat menjaga kepercayaan

Page 9: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan profesinya dengan menjaga independensi, integritas, dan obyektivitas. Auditor juga harus melayani kepentingan kliennya dengan cara professional dan berkompeten.

·         Menilai kemampuan untuk memenui Norma Pemeriksaan :1.      Memiliki latihan teknis yang memadai dan memiliki keahlian dibidangnya2.      Memiliki sikap mental yang independen3.      Melaksanakan jabatannya/keahliannya dengan professional·         Menyiapkan surat perjanjian : surat perjanjian berisi kesepakatan antara auditor dengan klien

untuk melakukan pemeriksaan dan jasa-asa yang berkaitan.·         Waktu diterimanya penugasan : waktu diterimanya penugasan oleh auditor bias sebelum atau

sesudah tutup buku. Bila penugasan diterima sebelum tutup buku/awal tahun fiskal, auditor dapat dengan leluasa merencankan program pemeriksaan. Tetapi bila penugasan diterima setelah tutup buku, maka auditor mengalami banyak kendala dalam melaksanakan pemeriksaan terutama kendala waktu.

PERENCANAAN PEMERIKSAANPerencanaan pemeriksaan/audit planning merupakan hal yang vital dalam penugasan

pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan pemeriksaan.

·         Mempelajari Usaha dan Industri KlienProsedurnya :

1.      Memeriksa kertas kerja tahun sebelumnya2.      Memeriksa data industri dan usaha3.      Mengikuti operasi klien4.      Berkomunikasi dengan komite audit 5.      Tanya jawab dengan manajemen6.      Melaukan prosedur analitik

·         Mempelajari Sistem Pengendalian Intern KlienTujuan auditor dalam hal ini untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan keuangan dan keamanan aktiva dapat dipercaya dengan sistem pengendalian intern yang digunakan klien.

·         Menilai MaterialitasYang dimaksud dengan materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan yang slah dari informasi akuntansi yang menjadikan keputusan yang diambil berubah atau terpengaruh oleh kesalahanatau kelalaian tersebut. Dalam pemeriksaan, auditor harus menilai materialitas pada dua level, yaitu : Laporan Keuangan, dan Rekening Neraca (account balance)

·         Menilai Resiko Pemeriksaan Komponennya :

1.      Inheren Risk2.      Control Risk

Page 10: MATERIALITAS-Ryrin-10owfht

TUGAS AUDIT INTERNAL

RYRIN GURNING

3.      Detection Risk·         Menentukan Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan laporan keuangan adalah untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

·         Menyusun Program PemeriksaanTujuannya :

1.      Petunjuk kerja yang harus dilakukan dan indstruksi bagaimana harus menyelesaikan 2.      Dasar untuk koordinasi, pengawasan, dan pengendalian pemeriksaan3.      Penilaian kerja yang dilakukan·         Jadwal Kerja

Diklasifikasikan dalam 2 kategori :1.      Kerja interim, dilaksanakan antara 6 bulan sebelum tanggal neraca sampai dengan tanggal

neraca2.      Kerja akhir tahun, dilakukan dari tanggal neraca sampai 2 atau 3 bulan sesudahnya.·         Penentuan Staf untuk Pemeriksaan

Dalam menentukan personil pemeriksa auditor harus menetapkan komposisi sbb :1.      Seorang partner2.      Satu atau lebih manajer3.      Satu atau lebih senior auditor4.      Asisten