Meraih Shalat Khusyuk

13
Meraih Shalat Khusyuk Khusyuk adalah capaian terpenting datam shalat. Shalat khusyuklah yang menjadi kekuatan bagi umat Islam. Shalat bukan hanya sekadar pelepas utang atau penggugur kewajiban. Tetapi, shalat merupakan pertemuan hamba dengan Sang Khalik. Ketika itulah hamba mengadu dan bermunajat kepada Rabbnya. Menurut Ketua Lembaga Dakwah Nandlatul Ulama, Dr KH Zakky Mubarok, shalat khusyuklah yang bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang baik mempunyai dampak positif dalam kehidupan. Jika ingin tahu shalat seseorang baik atau tidaknya, cukup dengan melihat kepribadiannya sehari-hari. "Kalau kita sudah bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, minimal untuk diri kita sendiri, berarti shalat kita sudah bagus," katanya memaparkan. Berikut petikan wawancara selengkapnya dengan wartawan Republika, Hannan Putra. Apakah pengertian shalat khusyuk yang benar? Pengertian shalat itu bisa kita kelompokan menjadi tiga definisi. Definisi secara etimologi (bahasa), definisi shalat secara lahiriahnya, dan definisi shalat secara batiniahnya. Pertama, shalat menurut definisi etimologisnya, yaitu doa dan pujian. Memang bisa kita telusuri dari bacaan-bacaannya, semuanya adalah pujian dan doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT. Kedua, shalat dalam artian lahiriah. Ini banyak dijabarkan dalam kitab-kitab fikih dan syariah. Yang pertama ini bisa kita definisikan dengan suatu ibadah yang terdiri atas perbuatan dan ucapan, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Beginilah definisi shalat secara tahiriahnya. Adapun yang ketiga, shalat secara rohaniahnya. Ini bisa kita definisikan dengan menghadapkan wajah kita kepada Allah SWT, dengan menghadirkan hati secara khusyuk, serta dengan penuh keikhlasan yang murni. Itu semua kita lakukan semata- mata untuk mengharap ridha dari Allah SWT. Apa kiat untuk meraih shalat khusyuk?

description

sholat khusyuk

Transcript of Meraih Shalat Khusyuk

Meraih Shalat Khusyuk

Khusyuk adalah capaian terpenting datam shalat. Shalat khusyuklah yang menjadi kekuatan bagi umat Islam. Shalat bukan hanya sekadar pelepas utang atau penggugur kewajiban. Tetapi, shalat merupakan pertemuan hamba dengan Sang Khalik. Ketika itulah hamba mengadu dan bermunajat kepada Rabbnya. Menurut Ketua Lembaga Dakwah Nandlatul Ulama, Dr KH Zakky Mubarok, shalat khusyuklah yang bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang baik mempunyai dampak positif dalam kehidupan. Jika ingin tahu shalat seseorang baik atau tidaknya, cukup dengan melihat kepribadiannya sehari-hari."Kalau kita sudah bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, minimal untuk diri kita sendiri, berarti shalat kita sudah bagus," katanya memaparkan. Berikut petikan wawancara selengkapnya dengan wartawan Republika, Hannan Putra.

Apakah pengertian shalat khusyuk yang benar?Pengertian shalat itu bisa kita kelompokan menjadi tiga definisi. Definisi secara etimologi (bahasa), definisi shalat secara lahiriahnya, dan definisi shalat secara batiniahnya.Pertama, shalat menurut definisi etimologisnya, yaitu doa dan pujian. Memang bisa kita telusuri dari bacaan-bacaannya, semuanya adalah pujian dan doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT.Kedua, shalat dalam artian lahiriah. Ini banyak dijabarkan dalam kitab-kitab fikih dan syariah. Yang pertama ini bisa kita definisikan dengan suatu ibadah yang terdiri atas perbuatan dan ucapan, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Beginilah definisi shalat secara tahiriahnya.Adapun yang ketiga, shalat secara rohaniahnya. Ini bisa kita definisikan dengan menghadapkan wajah kita kepada Allah SWT, dengan menghadirkan hati secara khusyuk, serta dengan penuh keikhlasan yang murni. Itu semua kita lakukan semata-mata untuk mengharap ridha dari Allah SWT.

Apa kiat untuk meraih shalat khusyuk?Terlebih dahulu kita harus mengenal apa itu khusyuk. Shalat yang khusyuk itu bukan berarti kita tidak ingat apa-apa. Itu tidak akan mungkin terjadi. Khusyuk adalah menghadirkan hati kita bahwa di dalam shalat kita sedang berkomunikasi dengan Allah SWT. Begitu kita ingat yang lain, kita kembali fokus dan kembali menghadirkan hati.Waktu kita takbiratutihram dan membaca Allahu Akbar (Allah Maha Besar), maka kita merasakan keagungan Allah SWT yang tidak terbatas. Kita benar-benar meresapi makna Allahu Akbar dan merasakan keagungan Allah SWT yang Maha Besar dari segala sesuatu. Jika kita berupaya seperti demikian, berarti kita sudah menghadirkan hati kita untuk khusyuk dalam shalat.Di samping itu, kita harus memahami bacaan - bacaan shalat. Kalau kita mengerti bacaan shalat yang kita baca, tentu ini menjadi indah sekali. Kita akan larut dalam menghayati bacaan shalat yang indah sehingga kita merasakan sedang berkomunikasi dengan Allah SWT. Coba kita lihat misalkan dalam surah al-Fatihah. "Iyyaka nabudu wa iyyaka nasta'in" (Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan). Itu indah sekali. Jadi, dengan memahami makna, maksud, dan keindahan bacaan shalat kita, kita akan lebih khusyuk dalam shalat.Selanjutnya, kita juga harus memahami syarat, rukun, serta sunah-sunah di dalam shalat secara baik. Termasuk, tata cara shalat yang diaiarkan Rasulullah SAW mengenai shalat. Seperti salada Nabi Muhammad SAW, "Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat." (HR Bukhari Muslim).Kemudian, tunaikanlah shalat itu dengan ikhlas. Di mana pun kita shalat, shalat kita itu tetap sama. Kadang kan ada orang, kalau shalatnya sendiri itu shalatnya asal-asalan. Kalau shalat dihadapan orang saja, baru shalatnya bagus dan alangkah khusyuknya. Itu berarti shalatnya bukan ikhlas karena Allah, tapi karena orang lain.Terakhir, ciptakanlah suasana shalat yang kondusif. Misalkan, seseorang yang shalat di samping makanan yang sudah terhidang. Bayangkan saja, di meja sudah dipenuhi makanan. Begitu dia takbir, eh ternyata ada kucing yang meloncat ke meja. Kan bisa kacau shalatnya. Demikian juga handphone yang berpotensi akan berbunyi ketika shalat. Jagalah kondisi dan suasananya sekondusif mungkin sehingga tidak mengganggu kita selama menunaikan shalat.

Shalat khusyuk lebih berkaitan dengan gerakan atau hati?Lebih ke hati. Khusyuk adalah menghadapkan hati kita selama shalat bahwa orang yang shalat seakan-akan sedang bertemu Allah SWT. Firman Allah SWT, "Kecuali orang-orang yang khusyuk (Yaitu) mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS al-Bagarah [21: 45-46).

Bagaimana menghadapkan hati agar senantiasa khusyuk dalam shalat?Yakinilah di dalam hati bahwa shalat yang dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Tidak ada tujuan lain. Shalat dengan ikhlas hanya untuk Allah SWT. Initah yang kita baca dalam doa iftitah (pembuka) shalat. "Innasshalati, wannusuki, wamahyaya, wamamati, lillahi Rabbil'alamin."(Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Rabb semesta alam).Tidak ada lagi yang lebih penting kita cari di dunia ini kecuali ridha Allah SWT. Keridhaan Allah SWT adalah nikmat tertinggi yang tidak ada tandingannya dengan yang lain. Dalam hadis Qudsi pernah disebutkan, Allah SWT pernah mengumpulkan ahli (penduduk) surga. "Wahai ahli surga, apakah kalian merasakan ridha, puas, dan bahagia di dalam surga?" kata Allah SWT.Mereka menjawab, "Ya Rabb, tentu saja kami puas." Kemudian Allah bertanya lagi, "Maukah kalian kuberikan sesuatu yang lebih indah dari surga ini?" Penduduk surga pun terdiam. Dalam hati mereka saling bertanya, apakah yang lebih indah dari surga? Sungguh tak terbayangkan oleh hati mereka."Aku halalkan bagi kalian keridhaan-Ku. Dan Aku tidak akan memurkai kalian untuk selama-lamanya," firman Allah SWT. (HR Bukhari). Jadi, keridhaan Allah SWT itu di atas segala-galanya. Bahkan, keridhaan Allah SWT tebih tinggi dari segala kenikmatan surga dengan segala isinya.Seluruh ibadah baik itu shalat dan yang lainnya, semuanya larinya harus mencari keridhaan Allah SWT. Inilah nilai ibadah tingkat tinggi. Shalat bukan untuk harap masuk surga, bukan sekadar lepas kewajiban, tapi semata-mata untuk menggapai ridha Allah SWT.

Bagaimana ulama terdahulu mencontohkan shalat khusyuk?Para ulama terdahulu itu, begitu mereka takbir, mereka mustaghriq (tenggelam) dalam shalat mereka. Mereka yang tenggelam dalam khusyuk itu, benar-benar tenggelam. Ini yang susah didapatkan orang-orang zaman sekarang. Kalau kita, begitu takbir, pikiran kita ke mana-mana. Bahkan, kacamata yang kita lupa ditaruh di mana, di dalam shalat kita ketemu jawabannya. Berarti kualitas shalat kita masih jauh dari standar khusyuk.

Bagaimana agar shalat bisa mencegah perbuatan mungkar?Mencegah perbuatan keji dan mungkar ini adalah dampak shalat. Itulah hasil dari shalat yang kita lakukan. Katau kita ingin tahu apakah shalat kita sudah berhasil atau belum, kita lihat saja dampaknya. Apakah perbuatan keji dan mungkar masih kita lakukan? Kalau kita sudah bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, minimal untuk diri kita sendiri, berarti shalat kita sudah bagus.Mengapa sekarang ini katanya banyak orang yang shalat tetapi masih melakukan perbuatan keji dan mungkar? Inilah yang diramalkan Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya, "Akan datang suatu zaman kepada umatku, mereka shalat, tetapi sebenarnya mereka tidak shalat." Maksudnya, nilai shalatnya itu nihil. Sama sekali shalat tersebut tidak berdampak apa-apa dalam kehidupan mereka. Mereka shalat sama sekali tidak memperhitungkan aspek khusyuknya. Mereka shalat hanya dengan raganya, tidak dengan jiwanya.Jadi, dampak dari shalat itu haruswujud dalam perilaku kita. Kalau shalat kita sudah bagus, pasti akhlak dan kepribadian kita juga akan bagus.

Bagaimana kualitas shalat umat Islam Indonesia?Kalau ingin melihat kualitas shalat umat Islam, kita tinggal melihat saja kondisi masjid. Jika masjidnya ramai, berarti kualitas shalat orang di sana sudah baik. Sekarang ini sudah banyak yang sudah bagus, meski belum semua. Antusias orang untuk meramaikan masjid juga patut diapresiasi. Kita harus optimistis.MENJADI NEGARAWAN LEWAT SHALAT Oleh Hannan PutraFilosofi kepemimpinan terdapat dalam shalat berjamaah.

Shalat bukanlah sekadar gerakan-gerakan tanpa makna. Berbagai filosofi kehidupan tersirat darigerakan-gerakan shalat. Muslim bijak yang mampu membaca makna filosofis shalat, merekalah yang rnampu menjadikan shalatnya sebagai inspirasi dalam kehidupan. Setidaknya, mereka terhindar dari hal-hal negatif dalam kehidupan ini. Sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS al-'Ankabut [29]: 45).Shalat fardhu lima waktu dianjurkan berjamaah di masjid. Ganjarannya 27 derajat dibanding shalat sendiri. Rasulullah SAW sangat disiplin mengontrol umatnya untuk shalat di masjid. Rasulullah SAW pernah bertekad untuk menyuruh kaum Muslimin melaksanakan shalat. Sementara, Beliau SAW pergi bersama beberapa orang membawa seikat kayu untuk membakar rumah orang yang tidak datang shalat berjamaah. (HR Bukhari Muslim).Berjamaah adalah simbol persatuan umat Islam. Bayangkan saja, jika dalam shalat saja mereka mampu berjamaah, tentu dalam urusan duniawi mereka akan mampu saling bahu-membahu. Merapatkan dan meluruskan saf adalah simbol persatuan dan kerukunan umat Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Luruskan saf, jangan berselisih. Nanti, hati kalian juga akan berselisih." (HR Bukhari Muslim).Rasulullah SAW sangat disiplin soal kelurusan shaf. Ia tak pernah memulai shalat sebelum saf para sahabat benar-benar rapi, lurus, dan rapat. Ia takut pertikaian hati umat Islam bisa dimulai dari bertikainya saf mereka dalam shalat.Seorang negarawan yang baik bisa bercermin dalam shalat. Hanya ada satu imam yang mutlak harus diikuti selagi ia taat kepada Allah dan ikut aturan-aturan syariat. Jika imam khilaf dalam gerakan shalat, makmum mengingatkan dengan zikir "subhanallah". Imam diingatkan dengan kalimat yang baik. Akan batal shalat makmum jika dia menegur imam dengan berdebat dan menyebut kesalahannya. Ini adab kepada pemimpin yang diajarkan shalat.Ketika imam ditegur karena kesalahannya, ia tak bisa ngotot. Ia akan segera sadar bahwa gerakan shalatnya sudah keliru. Demikian juga ketika ia lupa bacaan Alquran dalam shalatnya. Ia mendengarkan dengan seksama bacaan makmum yang mencoba mengingatkannya. Apabila si imam batal wudhunya, si imam akan sadar diri dan mengundurkan diri sebagai imam. Ia sadar, ia tak pantas lagi menjadi imam karena wudhunya telah batal. Inilah adab seorang pemimpin yang diajarkan Islam.Bayangkan, jika adab imam dan makmum seperti yang diajarkan shalat tersebut benar-benar diterapkan dalam kehidupan bernegara. Rakyat menaati pemimpin mereka, selama si pemimpin taat kepada Allah dan menjalankan roda pemerintahan sesuai syariat-Nya. Ketika pemimpin khilaf, diingatkan dengan cara yang baik dan katakata yang mulia.Demikian juga seorang pemimpin ketika dinasehati rakyatnya. Ia mendengarkan dengan baik dan sadar diri jika memang dirinya telah salah. Jika seorang pemimpin sadar, dia tak lagi pantas sebagai menjadi pemimpin, tak ada gengsi baginya untuk tanggalkan jabatan. Ibarat imam yang batal wudhu, ia harus meletakkan jabatan dan digantikan makmum yang terdekat dengan imam.Dalam setiap shalat berjamaah, tak akan pernah ada kesalahan yang luput dari kpreksi. Jika imam lupa atau salah dalam rakaat shalat, pasti ada saja makmum yang akan mengoreksi. Tak akan pernah ada suatu kesalahan kesalahan yang didiamkan begitu saja, sehingga satu jamaah telah melakukan kesalahan dalam shalat. Hal ini ditegaskan dalam hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, "Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. " (HR Ibnu Maajah).Demikian pula, suatu pemerintahan yang benar-benar berorientasi ibadah dan mencari ridha Allah SWT sama halnya dengan shalat. Pemerintahan tersebut akan dijaga Allah SWT dari kesalahan-kesalahan yang akan menyesatkan mereka. Selama mereka mau menegakkan amar makruf nahi mungkar, menegur siapa yang salah dengan cara yang santun, selama itu pula mereka akan dijaga dari kesalahan. Tak akan ada tindakan dari rakyat maupun pemimpin yang menentang Allah SWT. Sehingga, negeri mereka menjadi "Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur" (negeri baik yang rakyatnya mendapat ampunan Allah SWT).Terakhir, shalat berjamaah ditutup dengan salam ke kiri dan ke kanan. Artinya, setelah beribadah menjalin hubungan vertikal kepada Allah, ada hubungan horizontal yakni bersosialisasi dalam kehidupan. Mendirikan shalat artinya bukan memperhatikan hubungan dirinya dengan Allah SWT saja. Ia juga peduli dengan saudaranya, tetangganya, dan karib kerabatnya.Seorang imam, ketika selepas shalat akan duduk agak berpaling menghadap ke makmum. Ia memperhatikan jamaahnya. Bahkan, terkadang ia juga memimpin zikir dan doa. Mungkin, ada di antara jamaahnya yang belum mengerti dengan zikir selepas shalat atau tidak hafal doa-doa berbahasa Arab. Maka, ia pun bermurah hati untuk mengeraskan bacaan doanya agar makmumnya tinggal mengaminkan.Adakah pemimpin yang mau turun ke masyarakat dan memperhatikan rakyatnya setelah ia menetapkan suatu keputusan? Misalkan, setelah keputusan BBM dinaikkan, adakah yang mau blusukan ke kampung-kampung, bagaimana nasib rakyatnya setelah keputusannya itu ditetapkan? Inilah yang sering dicontohkan Umar bin Khattab. Setiap malam, ia blusukan ke rumah-rumah penduduk Madinah. Melihat secara riil akan kondisi rakyatnya. Shalat bisa menjadi panutan utama seorang negarawan. ed: hafidz muftisany

Menggapai khusyuk

Menyiapkan segala sesuatu sebelum shalat adalah langkah pertama menuju khusyuk.Isra Mi'raj mengantarkan kita mengenal media komunikasi hamba dengan Allah SWT lewat shalat. Shalat secara bahasa bermakna doa. Sementara, secara istilah artinya ibadah khusus kepada Allah berupa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun dan sunah-sunahnya.Sementara khusyuk, terang pengasuh Pesantren Ma'had Daarul Muwahhid KH Soffar Mawardi, secara bahasa artinya tenang, tunduk, menyerah, dan khidmat. Maka frasa shalat khusyuk bisa diartikan shalat yang didirikan dengan penuh penghayatan di dalam hati."Sehingga, anggota badannya bersikap tenang, tunduk, menyerah, dan khidmat kepada Allah," katanya saat dihubungi Republika, Jumat (8/5).Kiai Soffar menerangkan, jika seseorang bisa meraih shalat khusyuk, tandanya is mendapat keberuntungan. Ciri-ciri orang yang beriman adalah khusyuk dalam shalatnya. "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk di dalam shalatnya," kata Kiai Soffar mengutip Alquran surah al-Mu'minun ayat 1-2.Kiai Soffar menyampaikan, langkah meraih shalat khusyuk adalah dengan meningkatkan pemahaman kita tentang ilmu shalat. Khususnya, kata dia, kita harus memahami makna bacaan ayat Alquran, zikir, dan doa yang akan kita baca saat mendirikan shalat."Ini akan mengantarkan kita untuk bisa merasakan munajat kita kepada Allah di dalamnya," katanya.Selain itu, kita juga harus menjauhkan diri kita dari perbuatan dosa. Terutama dosa yang hadir melalui pancaindra, seperti penglihatan, pendengaran, dan ingatan. Banyaknya dosa yang kita perbuat bisa menjadi penyebab semakin tebalnya penghalang kita dalam proses takarub kepada Allah SWT dan mengacaukan konsentrasi kita saat menghadap kepadaNya di dalam shalat.Dan yang tak kalah pentingnya, sebelum melaksanakan shalat, hendaknya kita selalu berdoa, dengan memohon kepada Allah SWT agar cliberi kekhusyukan dalam shalat dan dilindungi dari bisikan tipu daya setan. "Karena setan akan menggoda setiap orang yang shalat," katanya.Imam Masjid Istiqlal Ustaz Dr Muhammad Djulfatah Yasin mengatakan, secara bahasa shalat khusyuk ialah shalat yang dilakukan secara tuma'ninah dan tertib yang artinya mendahulukan yang didahulukan sesuai urutan. Jika tidak berurutan, shalat itu akan batal."Menurut Ibnu Katsir makna tuma'ninah adalah tenang atau tawadhu," katanya saat dihubungi Republika, Jumat (8/5).Ustaz Djulfatah menekankan, khusyuk itu tempatnya di hati. Ketenangan dan sikap rendah hati dalam shalat akan tercermin dalam gerakan fisiknya. "Intinya tidak banyak gerak yang tidak penting. Karena itu, khusyuk adanya di dalam hati," katanya.Menurutnya, ulama telah membagi khusyuk menjadi dua macam. Pertama, khusyuk iman. Kedua, khusyuk orangorang munafik.Khusyuk iman ini, kata Ustadz Djulfatah, adalah khusyuk untuk mengharap ridha Allah SWT dan setiap pekerjaannya (shalat) merasa diawasi oleh Allah SWT.Sementara, khusyuk orang munafik ialah anggota tubuhnya terlihat khusyuk, tapi hatinya tidak khusyuk. "Ibnul Qayyim menjelaskan, tidak berarti orang yang terlihat tenang shalatnya itu khusyuk," katanya.Ustaz Djulfatah menerangkan, menurut Ibnul Qayyim, ada 33 langkah untuk meraih kekhusyukan. Orang yang hendak shalat sebaiknya mempersiapkan hal-hal sebelum shalat sebaik mungkin. "Berwudhulah dengan baik dan sempurna, doa setelah wudhu, dan siapkan hati," katanya.Artinya, agar bisa mendirikan shalat khusyuk, maka persiapan-persiapan untuk shalat harus dilakukan dengan sempurna. "Shalat itu juga bisa menjadi sarana mengingat mati, bisa jadi shalat ini adalah yang terakhir," ucapnya.Selain itu, kita harus menadaburi ayatayat Alquran yang dibaca saat shalat. "Tiga unsur shalat khusyuk itu paham, sadar, dan yakin," ujar Ustaz Djulfatah. Paham artinya memahami segala yang diucapkan dan gerakan dalam shalat, sementara sadar adalah kita menyadari bahwa yang sedang kita hadapi adalah Allah SWT."Kita kalau menghadapi pejabat tinggi selalu mempersiapkan segala macamnya, mulai dari ucapan hingga pakaian, apalagi menghadap Allah," katanya.Sementara, yakin adalah apa yang kita kerjakan (shalat) disaksikan oleh Allah SWT. Menyitir hadis Nabi Muhammad mengenai ihsan, "Jadi, kita menyembah Allah seolah-olah kita melihat Allah. Kalau kita belum mampu melihat Allah, yakinlah bahwa Allah melihat kita," katanya.

at dalam Islam merniliki kedudukan tg mulia dibandingkan dengan amat-tainnya. Amatan pertama yang akan isab di pengadilan Allah SWT kelak tat.i kiamat itu yang paling pertama ditihat aran mengenai shalat," kata Pengasuh santren Dar Alquran Prof KH Ahsin Sanrnad saat dihubungi Republika, Jumatllah SAW bersabda, "Sesungguhnya )a yang pertama kali akan dihisab pada t adatah shalatnya. Apabila shalatnya kan mendapatkan keberuntungan dan an. Apabila shalatnya rusak, dia akan Ian merugi." (HR Abu Daud).Umat Islam menyepelekan amalan shalat, terutama waktu. Shalat adalah hubungan internal rba dengan Allah SWT.t merupakan peraga yang bisa memketundukan seorang hamba kepada :iptakannya," ujarnya.ikan shatat tebih tinggi dari amalan lain us dikerjakan setiap hari. Terlebih, jika aktu-waktu shatat dirasa berat untuk .annya. Misalnya, waktu shalat Subuh J-orang masih tertidur, waktu Zhuhur usnya digunakan untuk istirahat. Saat .ah waktu pulang kerja, shalat Maghrib -jakan karena masih di perjalanan. waktu Isya badan sudah llah setelah cerja," ungkapnya.isin menegaskan, barang siapa yang nelaksanakan shalat tepat waktu maka raih keutamaan yang luar biasa. "Allah ganugerahkan kemampuan mengatur r tidak menunda shalat."shalat merupakan ibadah yang sudah dikerjakan oleh setiap Muslimin. ibadah seperti haji dan zakat yang bisa dikerjakan bila seseorang Muslim 'nampu. "Maka tidak ada atasan umat linggalkan shalat," kata Rektor Institut ran (110) ini rnemaparkan.merupakan cara umat Islam mengingat Siapa saja yang mengingat Allah maka an menjadi tenang. Selain itu, shalat memperkuat keyakinan kepada AllahSWT. Sehingga, shalat itu sangat menentukan kedekatan hambanya dengan Allah SWT.Orang Islam yang suka mengerjakan shatat akan berdampak kepada kehidupannya seharihari. "Katau laporan shalatnya bagus maka amal-amatan lain juga akan mengikuti," katanya.Kiai Ahsin menjelaskan, shalat yang diinginkan oteh Allah SWT adalah shalat yang jika dikerjakan oteh umat Islam bisa mencegah perbuatan yang keji dan mungkar."Yang diinginkan oleh Allah itu shalat yang bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, bukan sekadar melaksanakan shalat," katanya.Senada dengan Kiai Ahsin, Ketua Bidang Dakwah Ikadi Jakarta Pusat Ustaz Abdul Muhith Murtadlo menegaskan tingginya kedudukan shalat. Shalat merupakan rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat.Shalat adalah tiang yang membentuk bangunan Islam bersama dengan rukun Islam lainnya. Jika satu pilarnya roboh maka bangunan tersebut juga akan turut hancur.Dari Mu'adz bin Jabal, Rasulullah bersabda, "Pokok perkara adatah Islam, tiangnya adalah s tat, dan puncak perkaranya adalah jihad." (HR Ti idzi dan Ibnu Majahl.Allah mencela orang yang melalaikan dan beltmalas-malas dalam melaksanakan shalat," kata Ustaz Abdul Muhith kepada Republika, Sabtu (9/51.Disampaikan Ustaz Muhith, Allah SWT berfirman dalam surah Maryam ayat 59, "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shatat dan memperturutkanShalat adalah tiang yang membentuk bangunan Islam bersama dengan rukun Islam lainnya. Jika satu pilarnya roboh maka bangunan tersebut juga akan turut hancur.hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kebinasaan (di neraka1."Dalam surah al-Maun ayat 4-5 disebutkan, celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang latai datam shalatnya. "Dan Allah memuji orang yang mengerjakan shalat (dengan khusyuk), bahkan Allah membanggakan orang yang menunaikan serta memerintahkan keluarganya agar juga melaksanakannya," ungkap Ustaz Muhith.Shalat juga menjadi wasiat terakhir Nabi Muhammad SAW. Ustaz Muhith berkisah, dalam sebuah hadis, Ummu Salamah mengatakan salah satu wasiat Nabi Rasulullah SAW sebelum wafat adalah menjaga shalat. Perkataan tersebut diulang Rasulullah SAW sebanyak dua kali.Shalat juga perintah Allah yang sangat istimewa karena langsung diberikan oleh Allah SWT -kepada Nabi Muhammad SAW tanpa perantara Malaikat Jibrit. Dalam peristiwa Mi'raj tersebut awatnya Allah SWT memerintahkan umat Muhammad SAW untuk mengerjakan shalat 50 kali sehari. "Ini artinya Allah sendiri sangat menyukai ibadah shalat."Ustaz Muhith melanjutkan, shalat adalah ibadah yang bisa dikerjakan datam segata situasi, baik safar maupun tidak, baik dalam situasi aman maupun perang.Shalat adalah perkara terakhir yang hilang dari manusia. Jika shalat telah hilang maka hilang pula agama secara keseluruhan. Rasulullah SAW bersabda, "Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas.. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tab berikutnya. Yang paling awat terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adatah shatat." (HR Ahmad). c62 ed: hafidz muftisany