Mesin Perontok Padi.pdf
-
Upload
ujanks-putra-borneothea -
Category
Documents
-
view
124 -
download
3
description
Transcript of Mesin Perontok Padi.pdf
1
Modifikasi Rancangan Mesin Perontok Padi
Dengan Pendekatan Ergonomi-Antropometri
Oleh :
Sritomo W.Soebroto1, Sri Gunani Partiwi
1, dan Ahmad Hanafie
2
1 Dosen Program Pasca Sarjana Teknik Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Industri – Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan
Dosen Jurusan Teknik Industri – Universitas Islam Makasar
Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja
Jurusan Teknik Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS - Sukolilo, Surabaya 60111
Ph/Fax : (031) – 5939361, 5939362; e-mail: < [email protected]>
ABSTRAKSI
Fasilitas kerja merupakan salah satu komponen yang harus dan perlu diperhatikan dalam
setiap upaya peningkatan produktivitas kerja secara signifikan. Disisi lain kondisi lingkungan
kerja fisik yang dirancang dengan pertimbangan-pertimbangan ergonomis tentunya juga akan
memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja manusia. Oleh karena itu dalam setiap upaya
peningkatan produktivitas kerja haruslah senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan
signifikansi dari komponen-komponen system kerja yang akan berinteraksi dengan manusia seperti
halnya rancangan mesin/peralatan (fasilitas kerja), tata-cara kerja maupun lingkungan fisik
kerja.
Mesin perontok padi yang sering dijumpai dan digunakan oleh petani pada umumnya
cenderung tidak sesuai dengan prinsip dan norma kelayakan ergonomi. Berdasarkan hal tersebut
penelitian akan dirancang dengan melakukan analisa dan evaluasi ergonomis terhadap fasilitas
kerja mesin perontok padi tersebut; dan kemudian dilakukan modifikasi rancangan (redesign)
dengan memperhatikan kaidah-kaidah ergonominya. Beberapa parameter ergonomis yang
dijadikan dasar acuan dalam penelitian ini adalah yang terkait terutama dengan aspek-aspek
antropometri, kinerja fisik manusia, efektivitas-efisiensi dan produktivitas kerja (waktu dan output
standard); serta subyektivitas keluhan rasa sakit pada bagian-bagian tubuh sebagai akibat posisi
maupun beban kerja yang tidak sesuai yang diukur melalui aplikasi Nordic Body Map.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa fasilitas kerja (mesin
perontok padi) sesudah dilakukan perancangan ulang memiliki kinerja yang lebih baik daripada
yang selama ini umum digunakan. Modifikasi yang telah dilakukan terhadap “meja pengumpan”
telah dirancang ulang dengan lebih mempertimbangkan dimensi ukuran tubuh (ergonomi-
antropometri) manusia-operator telah menghasilkan kinerja manusia yang memenuhi kriteria
efektif-efisien dan nyaman. Hal tersebut bisa dilihat dari aspek pengeluaran energi kerja manual-
fisik rata-rata operator (3.88 kcal/menit) yang lebih kecil dibandingkan dengan sebelumnya
(sekitar 6.00 kcal/menit). Demikian juga dilihat dari aspek produktivitas kerja diperoleh hasil yang
jauh lebih baik; dimana berdasarkan pengukuran kerja yang dilakukan dengan menggunakan
rancangan fasilitas kerja baru terjadi penurunan waktu standard penyelesaian (sekitar 17 menit/
kwintal gabah) atau peningkatan output standard (sekitar 25 kwintal gabah per hari),
dibandingkan dengan pengoperasian rancangan lama yang memerlukan waktu sekitar 23
menit/kwintal atau 18 kwintal/hari. Parameter ergonomis lain ditunjukkan melalui pengukuran
subyektif dengan mengaplikasikan Nordic Body Map dimana diperoleh hasil yang menunjukkan
terjadinya penurunan tingkat keluhan rasa sakit yang terjadi pada sekitar 27 titik anggota tubuh
yang dirasakan oleh operator pekerja secara cukup signifikan.
Kata kunci : Ergonomi-Antropometri, Kinerja Fisik, Produktivitas Kerja, dan Nordic
Body Map.
2
1. Pendahuluan
Proses perontokan padi adalah aktivitas kerja dari sebuah sistem manusia-mesin yang
dilaksanakan secara manual. Disini kinerja proses akan sangat tergantung pada sepenuhnya
pada manusia, baik dalam hal penggunaan tenaga maupun pengendalian kerja. Proses
kerja dilakukan dengan menggunakan bantuan fasilitas/peralatan kerja berupa mesin
perontok padi (thresher) yang pengoperasiannya sangat ditentukan oleh kinerja operator
yang umumnya bekerja dengan posisi berdiri. Permasalahan yang sering dijumpai terletak
pada rancangan mesin perontok terutama rancangan di bagian meja pengumpan yang
berfungsi sebagai tempat meletakkan bahan baku berupa batang padi yang akan
dirontokkan. Tinggi meja pengumpan dalam rancangan yang ada tampak kurang layak dan
tidak sesuai dengan dimensi tinggi tubuh operator yang mengoperasikannya. Akibatnya
kerja operator kurang optimal, dan hal tersebut terlihat dari jarak jangkauan tangan yang
bergerak secara tidak leluasa. Begitu juga letak/posisi rancangan meja pengumpan yang
tampak terlalu tinggi ukurannya bagi sebagian besar pekerja wanita; namun justru terkesan
terlalu pendek bagi sebagian pekerja laki-laki. Untuk mengatasi hal tersebut, solusi
sementara yang biasa dipraktekkan oleh operator yang postur tubuhnya tidak cukup tinggi
(umumnya operator wanita) cenderung menggunakan tumpukan jerami sebagai pijakan
dan penyangga tubuhnya. Persoalan baru yang sering muncul justru terletak pada ketidak-
stabilan tubuh pada saat pekerja dengan penyangga tubuh yang kurang layak tadi.
Sebaliknya bagi operator laki-laki yang mempunyai postur tubuh yang umumnya lebih
tinggi dari operator wanita, maka ketidak-nyamanan posisi kerja yang dirasakan adalah
meja pengumpan tampak terlalu rendah sehingga saat pengoperasikan mesin perontok padi
tersebut operator laki-laki umumnya harus membungkukan badannya.
Penelitian ini dilakukan terhadap aktivitas petani di Kabupaten Pinrang (Propinsi
Sulawesi-Selatan) dengan objek penelitian ditujukan pada alat/mesin proses perontok padi
(threser) yang biasa mereka gunakan. Analisa/evaluasi ergonomis dilakukan pada kondisi
eksisting dan analisa/evaluasi yang sama dilakukan terhadap rancangan mesin perontok
yang telah dilakukan modifikasi dengan memperhatikan aspek ergonomi-antropometri.
Dengan rancangan peralatan kerja yang lebih ergonomis tersebut, diharapkan akan tercapai
keadaan yang lebih sinergetik dari interaksi sistem manusia-mesin dengan tolok ukur
adanya peningkatan produktivitas, penggunaan enersi kerja yang lebih efisien dan tentu
saja keamanan maupun kenyamanan kerja yang lebih baik.
3
2. Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka pokok permasalahan
yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan kinerja operator mesin perontok padi
(tresher) dengan cara melakukan modifikasi mesin melalui pendekatan ergonomi-
antropometri. Untuk maksud tersebut penelitian akan bertujuan untuk menghasilkan
rancangan mesin/alat perontok padi yang lebih ergonomis dalam hal penentuan dimensi
ukuran-ukurannya dengan menggunakan data antropometri operator/pekerja yang relevan.
Selain peningkatan produktivitas, implementasi dari data antropometri operator didalam
perancangan diharapkan akan mampu meningkatkan kenyamanan maupun keamanan/
keselamatan selama proses kerja berlangsung.
3. Metodologi Penelitian
Metode pemecahan masalah dalam penelitian ini diawali dengan identifikasi
permasalahan; pengumpulan, pengolahan dan pengujian data yang relevan; dan dilanjutkan
dengan analisa data untuk kondisi yang nyata/ada. Data diperoleh melalui studi lapangan
dengan cara pengamatan langsung pada saat pengoperasian mesin/alat perontok padi oleh
petani --- dengan obyek penelitian di Kabupaten Pinrang – Sulawesi Selatan --- yang
sekaligus juga dilakukan wawancara mengenai kendala maupun keluhan yang dihadapi
para petani pada saat harus berinteraksi pada saat pengoperasian peralatan tersebut.
Selanjutnya dilakukan modifikasi rancangan (redesign) yang memasukkan faktor antropo
metri, pembuatan “prototipe” dan pengujian kinerja rancangan dengan menggunakan tolok
ukur kelayakan ergonomis (waktu/output standard, penggunaan enersi kerja fisik dan
keluhan subyektif). Selanjutnya gambar 1 secara sistematis akan menunjukkan langkah-
langkah penelitian yang akan dilaksanakan
3.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada pada saat aktivitas perontokan padi
dilaksanakan. Data yang berkaitan dengan kondisi kerja akan dilihat, diukur dan
dikumpulkan berupa postur/sikap tubuh pada saat berinteraksi dengan mesin/alat perontok
padi, ukuran/dimensi tubuh manusia (antropometri) yang relevan, konsumsi enersi (energy
costs of work) yang diperoleh melalui pengukuran denyut nadi/jantung, waktu/output kerja
standard, dan juga data berupa keluhan-keluhan subyektif dari pekerja akibat
pengoperasian peralatan kerja yang dirancang tanpa memperhatikan kelayakan ergonomi.
4
Gambar 1. Langkah-Langkah Penelitian
3.2. Analisis & Evaluasi Ergonomis
Data yang telah terkumpul kemudian diolah, diuji (keseragaman/kecukupannya) dan
dianalisa/evaluasi kelayakan ergonomisnya. Analisis dan evaluasi ergonomis dalam hal ini
dilakukan terhadap dimensi ukuran tubuh manusia yang relevan dengan rancangan alat/
fasilitas kerja; konsumsi enersi kerja (kcal/menit) yang dikeluarkan oleh petani pada saat
mengoperasikan alat/fasilitas kerja tersebut; tingkat produktivitas kerja yang dilihat dari
waktu pengoperasian (menit/kwintal padi) atau output yang dihasilkan (kwintal padi/jam
kerja); dan analisa subyektif untuk mengetahui adanya mengetahui keluhan-keluhan rasa
sakit yang dirasakan oleh beberapa bagian anggota tubuh yang diakibatkan oleh ketidak-
nyamanan kondisi kerja ataupun rancangan fasilitas kerja yang tidak layak dioperasikan.
Analisa/evaluasi kelayakan ergonomis terhadap kondisi eksisting akan digunakan sebagai
dasar untuk melakukan modifikasi ataupun perancangan ulang (redesign) dari fasilitas
Pengumpulan, Pengolahan
dan Pengujian Data
Data
Antropometri Data Waktu/
Output Std
(Produktivitas)
Data Konsumsi
Enersi Kerja
Fisik
Data
Keluhan
Subyektif
Ergonomis?
Modifikasi, Redesign &
Prototyping
Identifikasi Permasalahan
(Kondisi Existing)
Implementasi
5
kerja. Untuk mengetahui apakah modifikasi terhadap rancangan alat/fasilitas kerja benar-
benar memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan rancangan yang lama, maka
perlu dibuat sebuah protoype yang memungkinkan untuk dilakukan pengujian dengan
menggunakan tolok ukur kelayakan ergonomis yang sama (konsumsi enersi, waktu/output
standard, dan identifikasi keluhan-keluhan subyektif rasa sakit pada anggota tubuh akibat
kerja).
4. Diskusi/Pembahasan
4.1. Kondisi Awal/Eksisting
Data & Analisa Ergonomi-Antropometri
Dimensi tubuh (antropometri) yang diukur untuk keperluan modifikasi
(perancangan ulang) peralatan kerja (mesin) perontok padi dalam hal ini adalah dimensi
tubuh yang relevan dengan ukuran geometris alat kerja. Anggota tubuh diukur dari
pekerja/operator laki-laki dan wanita (karena kenyataannya peralatan akan dioperasikan
tanpa membedakan jenis kelamin), yaitu berupa dimensi ukuran :
Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) (TS)
Panjang siku (dari siku sampai ujung jari-jari) (PS)
Lebar Telapak Tangan (LTT)
Gambar 2. Rancangan Awal dan Posisi Tubuh Saat Pengoperasian
Pada rancangan awal mesin perontok padi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2
diatas terlihat bahwa dimensi geometris dari peralatan kerja tidak sesuai dengan
antropometri operator pekerja, sehingga pada saat pengoperasiannya akan memaksa
6
sebagian besar operator harus bekerja dalam posisi membungkuk. Oleh karena itu dalam
langkah perancangan ulang, titik perhatian perbaikan akan ditujukan untuk menyesuaikan
ukuran tinggi bagian pengumpan mesin dengan memperhatian dimensi ukuran tubuh
(tinggi siku dalam posisi berdiri tegak) yang relevan.
Tabel 1. Hasil Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Antropometri
No. Dimensi
Tubuh N X BKA BKB Ket. N’ Ket.
1 ST 50 95.38 109.9 80.85 seragam 4.04 cukup
2 PS 50 42.33 51.594 32.706 seragam 9.01 cukup
3 LTT 50 6.75 10.352 3.148 seragam 49.6 cukup
Tabel 2. Dimensi Ukuran dalam Persentile
No. Dimensi
Tubuh
5% - ile
(cm)
50%-ile
(cm)
95%-ile
(cm) SD
1 ST 88 95 103 4.84
2 PS 38 42 47 3.208
3 LTT 5 6.5 9 1.201
Data & Analisa Waktu Standard & Produktivitas Kerja
Pengukuran waktu kerja pada dilakukan dengan mengaplikasikan Metode Stop-
Watch Time Study, dengan pertimbangan bahwa pekerjaan berulang-ulang dengan siklus
waktu yang relatif pendek. Data waktu pengamatan diambil sebanyak 50 kali pengukuran,
sedangkan performance rating operator ditetapkan dengan menggunakan Metoda
Westinghouse dimana nara sumber adalah mandor/supervisor pekerja. Dalam hal ini faktor
ketrampilan – good (C1 = + 0.03), usaha – good (C1 = + 0.05), kondisi kerja – fair (E =
0.00), dan konsistensi kinerja – good (C); sehingga performance rating operator bisa
ditetapkan sebesar 109%. Untuk penetapan allowance time juga didasarkan Metode
Westinghouse dengan menguraikan jenis kelonggarannya seperti yang ditunjukkan dalam
tabel berikut ini :
Tabel 3. Penentuan % Kelonggaran Operator
No. Faktor Kelonggaran %
1 Tenaga yang dikeluarkan 6
2 Sikap kerja 2
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 6
5 Keadaan temperatur tempat kerja 5
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan yang baik 1
Total 20
7
Berdasarkan pengamatan kerja yang dilakukan diperoleh Waktu Siklus Pengamatan
(Wo) rata-rata = 17.724 menit per 1 kwintal gabah. Selanjutnya dengan menggunakan
formulasi perhitungan Waktu Normal (Wn) = Wo x Performance Rating dan Waktu
Standard (Ws) = Wn + allowance time; maka diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 4. Hasil Perhitungan Waktu Standard
No. Macam Waktu
(menit/kwintal)
1 Waktu Siklus 17.724
2 Waktu Normal 19.315
3 Waktu Standard 23.178
Hasil pengolahan data waktu operasi berupa waktu standard tersebut diatas dapat
digunakan sebagai dasar penetapan produktivitas kerja (kinerja) operator. Dari perhitungan
diperoleh Waktu Standard (Ws) pengoperasian alat/mesin perontok padi rancangan awal
untuk 1 (satu) kwintal gabah adalah 23.178 menit. Bilamana aktivitas kerja rata-rata per
harinya memerlukan waktu sekitar 7 jam kerja efektif; maka produktivitas kerja (kinerja)
operator dalam hal ini dapat dihitung sebesar 7 x 60/23.178 ≈ 18 kwintal gabah/hari atau
sekitar 1.080 kwintal per musim/masa panen (+ 2 bulan).
Data & Analisa Konsumsi Enersi Fisik Kerja
Pada penelitian ini parameter yang digunakan untuk mengetahui performance
fisiologis pekerja atau operator (petani) adalah besarnya pengeluaran energi saat bekerja.
Pengeluaran energi tersebut diukur secara tidak langsung, yaitu dengan melakukan
pengukuran denyut jantung atau bisa juga detak nadi. Denyut jantung sebelum, saat,
sesudah bekerja yang diukur dikonversikan terlebih dahulu menjadi konsumsi oksigen
yang merupakan faktor signifikan dari proses metabolisme yang berhubungan langsung
dengan konsumsi energi. Hasil pengukuran denyut jantung untuk kondisi kerja eksisting
dapat ditunjukkan dalam tabel 5.
Dari hasil pengukuran diperoleh rata-rata denyut jantung pada saat bekerja
pengoperasian fasilitas kerja berupa mesin perontok padi (desain awal/eksisting) sebesar
112.58 detak/menit. Untuk mengetahui besarnya konsumsi oxygen (liter/menit), maka
dilakukan dengan perhitungan interpolasi yang mana konsumsi oxygen seseorang sebelum
melaksanakan aktivitas akan memerlukan konsumsi oxygen sebesar 1.25 liter / menit. Jika
8
Tabel 5. Data Rata-rata Denyut Jantung
No. Operator
(Responden)
Denyut Jantung
(pulsa/menit)
1 A 119
2 B 105
3 C 116
4 D 108
5 E 121
6 F 106
7 G 118
8 H 107
9 I 114
10 J 108
11 K 120
12 L 109
Jumlah 1351
Rata-Rata 112.58
diketahui bahwa 1 liter oksigen menghasilkan energi sebesar 4.8 kcal maka energi yang
dikeluarkan operator pada sebelum bekerja adalah 1.25 x 4.8 = 6.00 kcal / menit.
Data Keluhan Subyektif Operator/Pekerja
Untuk mengetahui keluhan-keluhan berupa rasa sakit pada otot yang tejadi pada
bagian-bagian tubuh manusia selama melakukan aktivitas saat bekerja, hal tersebut
dilakukan melalui kuesioner Nordic Body Map (NBM) dengan metode wawancara
langsung. Gambar 4 menunjukkan gambaran tingkat keluhan subyektif rasa sakit untuk 27
bagian tubuh sesuai dengan kuestioner NBM pada kondisi eksisting dan kondisi saat
dioperasikannya fasilitas kerja (mesin perontok padi) yang telah dimodifikasi.
4.2. Modifikasi & Perancangan Ulang
Dalam perancangan alat kerja mesin perontok padi ini ada perubahan/modifikasi yang
cukup signifikan pada elemen/bagian meja pengumpan. Pada rancangan awal (eksisting)
meja pengumpan merupakan satu kesatuan dengan penutup slinder; sedangkan pada
rancangan ulang dibuat secara terpisah. Meja pengumpan dirancang cukup fleksibel (bisa
dinaik-turunkan) untuk menyesuaikan dengan dimensi tubuh pekerja (antropometri)
melalui penggunaan alat kontrol pada meja dengan penutup silinder dan meja dengan
rangka. Hal ini dilakukan agar nantinya pekerja bisa lebih nyaman bekerja, sehingga
keluhan-keluhan subyektif berupa rasa sakit pada anggota tubuh yang dapat ditimbulkan
akibat ketidak-sesuaian dimensi ukuran geometris peralatan dan ukuran tubuh
9
(antropometri) pada saat berinteraksi dapat terhindari. Berikut penggunaan data
antropometri yang relevan guna perbaikan rancangan peralatan mesin perontok padi :
Perancangan/Penetapan Ukuran Tinggi Meja Pengumpan.
Dimensi tubuh yang digunakan adalah tinggi siku posisi berdiri tegak (siku
tegak istirahat) – TS; dengan 95-th percentile = 103 cm.
Perancangan/Penetapan Ukuran Lebar Meja Pengumpan.
Dimensi tubuh yang digunakan adalah panjang siku (dari siku sampai ujung jari-
jari) – PS; dengan 95-th percentile = 47 cm
Perancangan/Penetapan Ukuran Tinggi Penahan Samping Meja Pengumpan.
Dimensi tubuh yang digunakan adalah lebar telapak tangan – LTT; dengan 95-th
percentile = 9 cm.
Untuk lebih jelasnya rancangan modifikasi dari peralatan mesin perontok baru tersebut
dapat dilihat pada gambar 3 berikut :
Gambar 3. Rancangan Modifikasi dan Posisi Tubuh Saat Bekerja
Analisa Waktu Standard dan Produktivitas Kerja
Analisa produktivitas kerja ---- yang ditentukan melalui pengukuran waktu/output
standard --- akan dipakai sebagai tolok ukur seberapa jauh modifikasi (implementasi
antropometri) terhadap fasilitas kerja mesin perontok padi benar-benar mampu
memberikan perubahan/perbaikan secara signifikan. Dari hasil pengamatan pengoperasian
rancangan baru dan analisis data yang ada diperoleh hasil perhitungan waktu standard
untuk menyelesaikan 1 kwintal gabah (100 kg) sebesar 16.964 menit. Berdasarkan data
waktu tersebut, maka produktivitas kerja operator untuk pengoperasian fasilitas mesin
10
perontok padi yang telah dimodifikasi (redesign) dapat dihitung sebesar 7 x 60/16.964 ≈ 25
kwintal/hari. Tabel 6 berikut akan memberikan angka-angka perbandingan tingkat
produktivitas kondisi kerja eksisting dan sesudah dilakukan modifikasi peralatan yang
memberi peningkatan cukup signifikan (hampir 50%).
Tabel 6. Perbandingan Hasil Waktu/Output Standard (Produktivitas)
Sebelum dan Sesudah Modifikasi Rancangan
Uraian Sebelum
Redesain (menit)
Sesudah
Redesain (menit)
Waktu Siklus 17.724 12.97
Waktu Normal 19.315 14.137
Waktu Standard 23.178 16.964
Output/Produktivitas 18 kwintal/hari 25 kwintal/hari
Target Permusim 1080 kwintal/hari 1500 kwintal/hari
Analisa Konsumsi Enersi Kerja Fisik
Dari modifikasi rancangan fasilitas kerja mesin perontok padi, pengukuran denyut
jantung operator pada saat mengoperasikan fasilitas tersebut yang selanjutnya
diinterpolasikan memberikan data konsumsi oksigen sebesar 0.808 liter/menit. Jika
diketahui bahwa 1 liter oksigen menghasilkan konsumsi energi ekivalen 4.8 kcal/menit,
maka energi yang dikeluarkan operator pada saat melakukan aktivitas adalah sebesar
0.808 x 4.8 = 3.88 kcal/menit.
Menurut Standard Lehman, energi yang dikeluarkan oleh seorang pekerja yang
melakukan aktivitas kerja manual-fisik seperti aktivitas pengoperasian mesin perontok padi
tersebut dapat dianalisa sebagai berikut :
- Sikap/gerakan badan : Posisi berdiri = 0.6 kcal/menit
- Tipe pekerjaan : Kerja dua tangan (kategori - sedang) = 2.5 kcal/menit
Jadi standard pengeluaran energi oleh Lehman berdasarkan karakteristik sikap dan
penggunaan anggota tubuh bisa ditentukan sebesar 3.1 kcal/menit. Angka ini memang
masih belum bisa dipenuhi, namun modifikasi yang telah dilakukan telah memberikan
efisiensi penggunaan enersi kerja secara signifikan, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 7
berikut.
Tabel 7. Perbandingan Konsumsi Energi Sebelum dan Sesudah Modifikasi Rancangan
Uraian
Rata-rata
Denyut Jantung
(pulsa/menit)
Konsumsi
Oksigen
(liter/menit)
Energi yang
Dikeluarkan
(kcal/menit)
Ranc. Eksisting 112.58 1.25 6.00
Ranc. Modifikasi 90.42 0.808 3.88
11
Analisis Keluhan Subyektif Operator/Pekerja
Hasil pengolahan data kuesioner Nordic Body Map (NBM) mengidentifikasikan
keluhan rasa sakit pada beberapa bagian anggota tubuh akibat posisi maupun beban kerja
pada saat pengoperasian mesin perontok padi seperti rasa sakit/kaku pada leher bagian
belakang (tengkuk), bahu, lengan, punggung, siku, lengan bawah, pinggang, pergelangan
tangan, serta tangan. Untuk kondisi kerja semacam ini bagian-bagian tubuh sebelah kanan
umumnya lebih banyak mendapat beban kerja dibandingkan dengan bagian-bagian tubuh
sebelah kiri. Hal tersebut disebabkan oleh cara pengoperasian fasilitas/mesin kerja yang
umumnya dilakukan oleh anggota tubuh sebelah kanan (design for right-handed people).
Selanjutnya keluhan rasa sakit pada punggung dan pinggang lebih disebabkan oleh posisi
kerja operator yang harus bekerja dalam posisi berdiri statis, membungkuk dan dalam
jangka waktu lama. Modifikasi rancangan peralatan yang menekankan pada kelayakan
ergonomi-antropometri ternyata mampu menekan tingkat keluhan subyektif pada beberapa
anggota tubuh tertentu seperti ditunjukkan dalam gambar grafik berikut :
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Jenis Keluhan
Tin
gkat
kelu
han
Kondisi awal Kondisi baru
Gambar 4. Grafik Perbandingan Tingkat Keluhan Subyektif
Sebelum dan Sesudah Modifikasi Rancangan Alat
5. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan interpretasi data penelitian yang ada dapat disimpulkan bahwa
modifikasi rancangan fasilitas kerja mesin perontok padi yang dilakukan melalui
penerapan dimensi antropometri operator yang relevan telah mampu memberikan kinerja
yang lebih baik. Evaluasi ergonomis-antropometri dalam hal ini mampu meningkatkan
output kerja dari 18 kwintal/hari menjadi 25 kwintal/hari; mampu menekan konsumsi
enersi fisik kerja dari 6.00 kcal/menit menjadi 3.88 kcal/menit; sedangkan untuk keluhan
subjektif rasa sakit pada bagian anggota tubuh akibat kerja fisik yang dievaluasi dengan
menggunakan kuesioner Nordic Body Map mampu menurunkan tingkat keluhan secara
cukup signifikan.
12
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Barnes, Ralph M. Motion and Time Study. Toronto: John Wiley & Sons, 1980.
[2] Bridger, R.S. Introduction to Ergonomics. New York : McGraw-Hill Inc., 1995.
[3] Fariborz, Tayyari dan J.L. Smith. Occupational Ergonomics : Principles and
Applications. London : Chapman & Hall, 1985.
[4] Grandjen, E. Fitting the Taks to the Man : An Ergonomics Approach. Philadelphia:
Taylor & Francis, 1986.
[5] Indiro Purwanto. Mesin Perontok Padi: Dasar Penggunaan dan Karakteristik
Thresher. Yogyakarta : Pnerbit Kanisius, 1992.
[6] Nike Retnaningtyas. Analisa dan Evaluasi Kursi Penumpang Kereta Api Kelas
Ekonomi Terhadap Faktor Ergonomi. Tugas Akhir Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik
Industri – Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya, 1996.
[7] Rusli Yusuf. Penerapan Quality Function Deployment dalam Perancangan Koper
Besar Ergonomis untuk Jemaah Haji Indonesia. Thesis (S2) Mahasiswa Pasca
Sarjana Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya, 2001.
[8] Sanders, M.S. and McCormick, Ernest J. Human Factors in Engineering and
Design. New York : McGraw Hill Book Company, 1981.
[9] Stevenson, M.G. Principles Of Ergonomics. Center for Safety Science-University Of
New South Wales - Australia , 1989.
[10] Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak & Waktu. Jakarta: Penerbit Guna
Widya, 2000.
[11] Wignjosoebroto, Sritomo. Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk.
Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2000, Surabaya 6-7 Desember 2000.
[12] Wignjosoebroto, Sritomo, Sri Gunani Partiwi, dan Denik Putri Perdani. Evaluasi
Ergonomi dalam Perancangan Fasilitas dan Tata Cara Kerja di sektor Industri-
Kecil Menengah Tradisional. Jurnal Ergonomika – Laboratorium Perancangan Sistem
Kerja dan Ergonomi – Institut Teknologi Bandung, Edisi 6 Juli 2001.