Mesin Perontok Padi.pdf

12
1 Modifikasi Rancangan Mesin Perontok Padi Dengan Pendekatan Ergonomi-Antropometri Oleh : Sritomo W.Soebroto 1 , Sri Gunani Partiwi 1 , dan Ahmad Hanafie 2 1 Dosen Program Pasca Sarjana Teknik Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Dosen Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Makasar Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja Jurusan Teknik Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS - Sukolilo, Surabaya 60111 Ph/Fax : (031) 5939361, 5939362; e-mail: < [email protected]> ABSTRAKSI Fasilitas kerja merupakan salah satu komponen yang harus dan perlu diperhatikan dalam setiap upaya peningkatan produktivitas kerja secara signifikan. Disisi lain kondisi lingkungan kerja fisik yang dirancang dengan pertimbangan-pertimbangan ergonomis tentunya juga akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja manusia. Oleh karena itu dalam setiap upaya peningkatan produktivitas kerja haruslah senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan signifikansi dari komponen-komponen system kerja yang akan berinteraksi dengan manusia seperti halnya rancangan mesin/peralatan (fasilitas kerja), tata-cara kerja maupun lingkungan fisik kerja. Mesin perontok padi yang sering dijumpai dan digunakan oleh petani pada umumnya cenderung tidak sesuai dengan prinsip dan norma kelayakan ergonomi. Berdasarkan hal tersebut penelitian akan dirancang dengan melakukan analisa dan evaluasi ergonomis terhadap fasilitas kerja mesin perontok padi tersebut; dan kemudian dilakukan modifikasi rancangan (redesign) dengan memperhatikan kaidah-kaidah ergonominya. Beberapa parameter ergonomis yang dijadikan dasar acuan dalam penelitian ini adalah yang terkait terutama dengan aspek-aspek antropometri, kinerja fisik manusia, efektivitas-efisiensi dan produktivitas kerja (waktu dan output standard); serta subyektivitas keluhan rasa sakit pada bagian-bagian tubuh sebagai akibat posisi maupun beban kerja yang tidak sesuai yang diukur melalui aplikasi Nordic Body Map. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa fasilitas kerja (mesin perontok padi) sesudah dilakukan perancangan ulang memiliki kinerja yang lebih baik daripada yang selama ini umum digunakan. Modifikasi yang telah dilakukan terhadap “meja pengumpantelah dirancang ulang dengan lebih mempertimbangkan dimensi ukuran tubuh (ergonomi- antropometri) manusia-operator telah menghasilkan kinerja manusia yang memenuhi kriteria efektif-efisien dan nyaman. Hal tersebut bisa dilihat dari aspek pengeluaran energi kerja manual- fisik rata-rata operator (3.88 kcal/menit) yang lebih kecil dibandingkan dengan sebelumnya (sekitar 6.00 kcal/menit). Demikian juga dilihat dari aspek produktivitas kerja diperoleh hasil yang jauh lebih baik; dimana berdasarkan pengukuran kerja yang dilakukan dengan menggunakan rancangan fasilitas kerja baru terjadi penurunan waktu standard penyelesaian (sekitar 17 menit/ kwintal gabah) atau peningkatan output standard (sekitar 25 kwintal gabah per hari), dibandingkan dengan pengoperasian rancangan lama yang memerlukan waktu sekitar 23 menit/kwintal atau 18 kwintal/hari. Parameter ergonomis lain ditunjukkan melalui pengukuran subyektif dengan mengaplikasikan Nordic Body Map dimana diperoleh hasil yang menunjukkan terjadinya penurunan tingkat keluhan rasa sakit yang terjadi pada sekitar 27 titik anggota tubuh yang dirasakan oleh operator pekerja secara cukup signifikan. Kata kunci : Ergonomi-Antropometri, Kinerja Fisik, Produktivitas Kerja, dan Nordic Body Map.

description

konversi

Transcript of Mesin Perontok Padi.pdf

Page 1: Mesin Perontok Padi.pdf

1

Modifikasi Rancangan Mesin Perontok Padi

Dengan Pendekatan Ergonomi-Antropometri

Oleh :

Sritomo W.Soebroto1, Sri Gunani Partiwi

1, dan Ahmad Hanafie

2

1 Dosen Program Pasca Sarjana Teknik Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Industri – Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan

Dosen Jurusan Teknik Industri – Universitas Islam Makasar

Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja

Jurusan Teknik Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS - Sukolilo, Surabaya 60111

Ph/Fax : (031) – 5939361, 5939362; e-mail: < [email protected]>

ABSTRAKSI

Fasilitas kerja merupakan salah satu komponen yang harus dan perlu diperhatikan dalam

setiap upaya peningkatan produktivitas kerja secara signifikan. Disisi lain kondisi lingkungan

kerja fisik yang dirancang dengan pertimbangan-pertimbangan ergonomis tentunya juga akan

memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja manusia. Oleh karena itu dalam setiap upaya

peningkatan produktivitas kerja haruslah senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan

signifikansi dari komponen-komponen system kerja yang akan berinteraksi dengan manusia seperti

halnya rancangan mesin/peralatan (fasilitas kerja), tata-cara kerja maupun lingkungan fisik

kerja.

Mesin perontok padi yang sering dijumpai dan digunakan oleh petani pada umumnya

cenderung tidak sesuai dengan prinsip dan norma kelayakan ergonomi. Berdasarkan hal tersebut

penelitian akan dirancang dengan melakukan analisa dan evaluasi ergonomis terhadap fasilitas

kerja mesin perontok padi tersebut; dan kemudian dilakukan modifikasi rancangan (redesign)

dengan memperhatikan kaidah-kaidah ergonominya. Beberapa parameter ergonomis yang

dijadikan dasar acuan dalam penelitian ini adalah yang terkait terutama dengan aspek-aspek

antropometri, kinerja fisik manusia, efektivitas-efisiensi dan produktivitas kerja (waktu dan output

standard); serta subyektivitas keluhan rasa sakit pada bagian-bagian tubuh sebagai akibat posisi

maupun beban kerja yang tidak sesuai yang diukur melalui aplikasi Nordic Body Map.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa fasilitas kerja (mesin

perontok padi) sesudah dilakukan perancangan ulang memiliki kinerja yang lebih baik daripada

yang selama ini umum digunakan. Modifikasi yang telah dilakukan terhadap “meja pengumpan”

telah dirancang ulang dengan lebih mempertimbangkan dimensi ukuran tubuh (ergonomi-

antropometri) manusia-operator telah menghasilkan kinerja manusia yang memenuhi kriteria

efektif-efisien dan nyaman. Hal tersebut bisa dilihat dari aspek pengeluaran energi kerja manual-

fisik rata-rata operator (3.88 kcal/menit) yang lebih kecil dibandingkan dengan sebelumnya

(sekitar 6.00 kcal/menit). Demikian juga dilihat dari aspek produktivitas kerja diperoleh hasil yang

jauh lebih baik; dimana berdasarkan pengukuran kerja yang dilakukan dengan menggunakan

rancangan fasilitas kerja baru terjadi penurunan waktu standard penyelesaian (sekitar 17 menit/

kwintal gabah) atau peningkatan output standard (sekitar 25 kwintal gabah per hari),

dibandingkan dengan pengoperasian rancangan lama yang memerlukan waktu sekitar 23

menit/kwintal atau 18 kwintal/hari. Parameter ergonomis lain ditunjukkan melalui pengukuran

subyektif dengan mengaplikasikan Nordic Body Map dimana diperoleh hasil yang menunjukkan

terjadinya penurunan tingkat keluhan rasa sakit yang terjadi pada sekitar 27 titik anggota tubuh

yang dirasakan oleh operator pekerja secara cukup signifikan.

Kata kunci : Ergonomi-Antropometri, Kinerja Fisik, Produktivitas Kerja, dan Nordic

Body Map.

Page 2: Mesin Perontok Padi.pdf

2

1. Pendahuluan

Proses perontokan padi adalah aktivitas kerja dari sebuah sistem manusia-mesin yang

dilaksanakan secara manual. Disini kinerja proses akan sangat tergantung pada sepenuhnya

pada manusia, baik dalam hal penggunaan tenaga maupun pengendalian kerja. Proses

kerja dilakukan dengan menggunakan bantuan fasilitas/peralatan kerja berupa mesin

perontok padi (thresher) yang pengoperasiannya sangat ditentukan oleh kinerja operator

yang umumnya bekerja dengan posisi berdiri. Permasalahan yang sering dijumpai terletak

pada rancangan mesin perontok terutama rancangan di bagian meja pengumpan yang

berfungsi sebagai tempat meletakkan bahan baku berupa batang padi yang akan

dirontokkan. Tinggi meja pengumpan dalam rancangan yang ada tampak kurang layak dan

tidak sesuai dengan dimensi tinggi tubuh operator yang mengoperasikannya. Akibatnya

kerja operator kurang optimal, dan hal tersebut terlihat dari jarak jangkauan tangan yang

bergerak secara tidak leluasa. Begitu juga letak/posisi rancangan meja pengumpan yang

tampak terlalu tinggi ukurannya bagi sebagian besar pekerja wanita; namun justru terkesan

terlalu pendek bagi sebagian pekerja laki-laki. Untuk mengatasi hal tersebut, solusi

sementara yang biasa dipraktekkan oleh operator yang postur tubuhnya tidak cukup tinggi

(umumnya operator wanita) cenderung menggunakan tumpukan jerami sebagai pijakan

dan penyangga tubuhnya. Persoalan baru yang sering muncul justru terletak pada ketidak-

stabilan tubuh pada saat pekerja dengan penyangga tubuh yang kurang layak tadi.

Sebaliknya bagi operator laki-laki yang mempunyai postur tubuh yang umumnya lebih

tinggi dari operator wanita, maka ketidak-nyamanan posisi kerja yang dirasakan adalah

meja pengumpan tampak terlalu rendah sehingga saat pengoperasikan mesin perontok padi

tersebut operator laki-laki umumnya harus membungkukan badannya.

Penelitian ini dilakukan terhadap aktivitas petani di Kabupaten Pinrang (Propinsi

Sulawesi-Selatan) dengan objek penelitian ditujukan pada alat/mesin proses perontok padi

(threser) yang biasa mereka gunakan. Analisa/evaluasi ergonomis dilakukan pada kondisi

eksisting dan analisa/evaluasi yang sama dilakukan terhadap rancangan mesin perontok

yang telah dilakukan modifikasi dengan memperhatikan aspek ergonomi-antropometri.

Dengan rancangan peralatan kerja yang lebih ergonomis tersebut, diharapkan akan tercapai

keadaan yang lebih sinergetik dari interaksi sistem manusia-mesin dengan tolok ukur

adanya peningkatan produktivitas, penggunaan enersi kerja yang lebih efisien dan tentu

saja keamanan maupun kenyamanan kerja yang lebih baik.

Page 3: Mesin Perontok Padi.pdf

3

2. Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka pokok permasalahan

yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan kinerja operator mesin perontok padi

(tresher) dengan cara melakukan modifikasi mesin melalui pendekatan ergonomi-

antropometri. Untuk maksud tersebut penelitian akan bertujuan untuk menghasilkan

rancangan mesin/alat perontok padi yang lebih ergonomis dalam hal penentuan dimensi

ukuran-ukurannya dengan menggunakan data antropometri operator/pekerja yang relevan.

Selain peningkatan produktivitas, implementasi dari data antropometri operator didalam

perancangan diharapkan akan mampu meningkatkan kenyamanan maupun keamanan/

keselamatan selama proses kerja berlangsung.

3. Metodologi Penelitian

Metode pemecahan masalah dalam penelitian ini diawali dengan identifikasi

permasalahan; pengumpulan, pengolahan dan pengujian data yang relevan; dan dilanjutkan

dengan analisa data untuk kondisi yang nyata/ada. Data diperoleh melalui studi lapangan

dengan cara pengamatan langsung pada saat pengoperasian mesin/alat perontok padi oleh

petani --- dengan obyek penelitian di Kabupaten Pinrang – Sulawesi Selatan --- yang

sekaligus juga dilakukan wawancara mengenai kendala maupun keluhan yang dihadapi

para petani pada saat harus berinteraksi pada saat pengoperasian peralatan tersebut.

Selanjutnya dilakukan modifikasi rancangan (redesign) yang memasukkan faktor antropo

metri, pembuatan “prototipe” dan pengujian kinerja rancangan dengan menggunakan tolok

ukur kelayakan ergonomis (waktu/output standard, penggunaan enersi kerja fisik dan

keluhan subyektif). Selanjutnya gambar 1 secara sistematis akan menunjukkan langkah-

langkah penelitian yang akan dilaksanakan

3.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada pada saat aktivitas perontokan padi

dilaksanakan. Data yang berkaitan dengan kondisi kerja akan dilihat, diukur dan

dikumpulkan berupa postur/sikap tubuh pada saat berinteraksi dengan mesin/alat perontok

padi, ukuran/dimensi tubuh manusia (antropometri) yang relevan, konsumsi enersi (energy

costs of work) yang diperoleh melalui pengukuran denyut nadi/jantung, waktu/output kerja

standard, dan juga data berupa keluhan-keluhan subyektif dari pekerja akibat

pengoperasian peralatan kerja yang dirancang tanpa memperhatikan kelayakan ergonomi.

Page 4: Mesin Perontok Padi.pdf

4

Gambar 1. Langkah-Langkah Penelitian

3.2. Analisis & Evaluasi Ergonomis

Data yang telah terkumpul kemudian diolah, diuji (keseragaman/kecukupannya) dan

dianalisa/evaluasi kelayakan ergonomisnya. Analisis dan evaluasi ergonomis dalam hal ini

dilakukan terhadap dimensi ukuran tubuh manusia yang relevan dengan rancangan alat/

fasilitas kerja; konsumsi enersi kerja (kcal/menit) yang dikeluarkan oleh petani pada saat

mengoperasikan alat/fasilitas kerja tersebut; tingkat produktivitas kerja yang dilihat dari

waktu pengoperasian (menit/kwintal padi) atau output yang dihasilkan (kwintal padi/jam

kerja); dan analisa subyektif untuk mengetahui adanya mengetahui keluhan-keluhan rasa

sakit yang dirasakan oleh beberapa bagian anggota tubuh yang diakibatkan oleh ketidak-

nyamanan kondisi kerja ataupun rancangan fasilitas kerja yang tidak layak dioperasikan.

Analisa/evaluasi kelayakan ergonomis terhadap kondisi eksisting akan digunakan sebagai

dasar untuk melakukan modifikasi ataupun perancangan ulang (redesign) dari fasilitas

Pengumpulan, Pengolahan

dan Pengujian Data

Data

Antropometri Data Waktu/

Output Std

(Produktivitas)

Data Konsumsi

Enersi Kerja

Fisik

Data

Keluhan

Subyektif

Ergonomis?

Modifikasi, Redesign &

Prototyping

Identifikasi Permasalahan

(Kondisi Existing)

Implementasi

Page 5: Mesin Perontok Padi.pdf

5

kerja. Untuk mengetahui apakah modifikasi terhadap rancangan alat/fasilitas kerja benar-

benar memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan rancangan yang lama, maka

perlu dibuat sebuah protoype yang memungkinkan untuk dilakukan pengujian dengan

menggunakan tolok ukur kelayakan ergonomis yang sama (konsumsi enersi, waktu/output

standard, dan identifikasi keluhan-keluhan subyektif rasa sakit pada anggota tubuh akibat

kerja).

4. Diskusi/Pembahasan

4.1. Kondisi Awal/Eksisting

Data & Analisa Ergonomi-Antropometri

Dimensi tubuh (antropometri) yang diukur untuk keperluan modifikasi

(perancangan ulang) peralatan kerja (mesin) perontok padi dalam hal ini adalah dimensi

tubuh yang relevan dengan ukuran geometris alat kerja. Anggota tubuh diukur dari

pekerja/operator laki-laki dan wanita (karena kenyataannya peralatan akan dioperasikan

tanpa membedakan jenis kelamin), yaitu berupa dimensi ukuran :

Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) (TS)

Panjang siku (dari siku sampai ujung jari-jari) (PS)

Lebar Telapak Tangan (LTT)

Gambar 2. Rancangan Awal dan Posisi Tubuh Saat Pengoperasian

Pada rancangan awal mesin perontok padi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2

diatas terlihat bahwa dimensi geometris dari peralatan kerja tidak sesuai dengan

antropometri operator pekerja, sehingga pada saat pengoperasiannya akan memaksa

Page 6: Mesin Perontok Padi.pdf

6

sebagian besar operator harus bekerja dalam posisi membungkuk. Oleh karena itu dalam

langkah perancangan ulang, titik perhatian perbaikan akan ditujukan untuk menyesuaikan

ukuran tinggi bagian pengumpan mesin dengan memperhatian dimensi ukuran tubuh

(tinggi siku dalam posisi berdiri tegak) yang relevan.

Tabel 1. Hasil Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Antropometri

No. Dimensi

Tubuh N X BKA BKB Ket. N’ Ket.

1 ST 50 95.38 109.9 80.85 seragam 4.04 cukup

2 PS 50 42.33 51.594 32.706 seragam 9.01 cukup

3 LTT 50 6.75 10.352 3.148 seragam 49.6 cukup

Tabel 2. Dimensi Ukuran dalam Persentile

No. Dimensi

Tubuh

5% - ile

(cm)

50%-ile

(cm)

95%-ile

(cm) SD

1 ST 88 95 103 4.84

2 PS 38 42 47 3.208

3 LTT 5 6.5 9 1.201

Data & Analisa Waktu Standard & Produktivitas Kerja

Pengukuran waktu kerja pada dilakukan dengan mengaplikasikan Metode Stop-

Watch Time Study, dengan pertimbangan bahwa pekerjaan berulang-ulang dengan siklus

waktu yang relatif pendek. Data waktu pengamatan diambil sebanyak 50 kali pengukuran,

sedangkan performance rating operator ditetapkan dengan menggunakan Metoda

Westinghouse dimana nara sumber adalah mandor/supervisor pekerja. Dalam hal ini faktor

ketrampilan – good (C1 = + 0.03), usaha – good (C1 = + 0.05), kondisi kerja – fair (E =

0.00), dan konsistensi kinerja – good (C); sehingga performance rating operator bisa

ditetapkan sebesar 109%. Untuk penetapan allowance time juga didasarkan Metode

Westinghouse dengan menguraikan jenis kelonggarannya seperti yang ditunjukkan dalam

tabel berikut ini :

Tabel 3. Penentuan % Kelonggaran Operator

No. Faktor Kelonggaran %

1 Tenaga yang dikeluarkan 6

2 Sikap kerja 2

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 6

5 Keadaan temperatur tempat kerja 5

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan yang baik 1

Total 20

Page 7: Mesin Perontok Padi.pdf

7

Berdasarkan pengamatan kerja yang dilakukan diperoleh Waktu Siklus Pengamatan

(Wo) rata-rata = 17.724 menit per 1 kwintal gabah. Selanjutnya dengan menggunakan

formulasi perhitungan Waktu Normal (Wn) = Wo x Performance Rating dan Waktu

Standard (Ws) = Wn + allowance time; maka diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4. Hasil Perhitungan Waktu Standard

No. Macam Waktu

(menit/kwintal)

1 Waktu Siklus 17.724

2 Waktu Normal 19.315

3 Waktu Standard 23.178

Hasil pengolahan data waktu operasi berupa waktu standard tersebut diatas dapat

digunakan sebagai dasar penetapan produktivitas kerja (kinerja) operator. Dari perhitungan

diperoleh Waktu Standard (Ws) pengoperasian alat/mesin perontok padi rancangan awal

untuk 1 (satu) kwintal gabah adalah 23.178 menit. Bilamana aktivitas kerja rata-rata per

harinya memerlukan waktu sekitar 7 jam kerja efektif; maka produktivitas kerja (kinerja)

operator dalam hal ini dapat dihitung sebesar 7 x 60/23.178 ≈ 18 kwintal gabah/hari atau

sekitar 1.080 kwintal per musim/masa panen (+ 2 bulan).

Data & Analisa Konsumsi Enersi Fisik Kerja

Pada penelitian ini parameter yang digunakan untuk mengetahui performance

fisiologis pekerja atau operator (petani) adalah besarnya pengeluaran energi saat bekerja.

Pengeluaran energi tersebut diukur secara tidak langsung, yaitu dengan melakukan

pengukuran denyut jantung atau bisa juga detak nadi. Denyut jantung sebelum, saat,

sesudah bekerja yang diukur dikonversikan terlebih dahulu menjadi konsumsi oksigen

yang merupakan faktor signifikan dari proses metabolisme yang berhubungan langsung

dengan konsumsi energi. Hasil pengukuran denyut jantung untuk kondisi kerja eksisting

dapat ditunjukkan dalam tabel 5.

Dari hasil pengukuran diperoleh rata-rata denyut jantung pada saat bekerja

pengoperasian fasilitas kerja berupa mesin perontok padi (desain awal/eksisting) sebesar

112.58 detak/menit. Untuk mengetahui besarnya konsumsi oxygen (liter/menit), maka

dilakukan dengan perhitungan interpolasi yang mana konsumsi oxygen seseorang sebelum

melaksanakan aktivitas akan memerlukan konsumsi oxygen sebesar 1.25 liter / menit. Jika

Page 8: Mesin Perontok Padi.pdf

8

Tabel 5. Data Rata-rata Denyut Jantung

No. Operator

(Responden)

Denyut Jantung

(pulsa/menit)

1 A 119

2 B 105

3 C 116

4 D 108

5 E 121

6 F 106

7 G 118

8 H 107

9 I 114

10 J 108

11 K 120

12 L 109

Jumlah 1351

Rata-Rata 112.58

diketahui bahwa 1 liter oksigen menghasilkan energi sebesar 4.8 kcal maka energi yang

dikeluarkan operator pada sebelum bekerja adalah 1.25 x 4.8 = 6.00 kcal / menit.

Data Keluhan Subyektif Operator/Pekerja

Untuk mengetahui keluhan-keluhan berupa rasa sakit pada otot yang tejadi pada

bagian-bagian tubuh manusia selama melakukan aktivitas saat bekerja, hal tersebut

dilakukan melalui kuesioner Nordic Body Map (NBM) dengan metode wawancara

langsung. Gambar 4 menunjukkan gambaran tingkat keluhan subyektif rasa sakit untuk 27

bagian tubuh sesuai dengan kuestioner NBM pada kondisi eksisting dan kondisi saat

dioperasikannya fasilitas kerja (mesin perontok padi) yang telah dimodifikasi.

4.2. Modifikasi & Perancangan Ulang

Dalam perancangan alat kerja mesin perontok padi ini ada perubahan/modifikasi yang

cukup signifikan pada elemen/bagian meja pengumpan. Pada rancangan awal (eksisting)

meja pengumpan merupakan satu kesatuan dengan penutup slinder; sedangkan pada

rancangan ulang dibuat secara terpisah. Meja pengumpan dirancang cukup fleksibel (bisa

dinaik-turunkan) untuk menyesuaikan dengan dimensi tubuh pekerja (antropometri)

melalui penggunaan alat kontrol pada meja dengan penutup silinder dan meja dengan

rangka. Hal ini dilakukan agar nantinya pekerja bisa lebih nyaman bekerja, sehingga

keluhan-keluhan subyektif berupa rasa sakit pada anggota tubuh yang dapat ditimbulkan

akibat ketidak-sesuaian dimensi ukuran geometris peralatan dan ukuran tubuh

Page 9: Mesin Perontok Padi.pdf

9

(antropometri) pada saat berinteraksi dapat terhindari. Berikut penggunaan data

antropometri yang relevan guna perbaikan rancangan peralatan mesin perontok padi :

Perancangan/Penetapan Ukuran Tinggi Meja Pengumpan.

Dimensi tubuh yang digunakan adalah tinggi siku posisi berdiri tegak (siku

tegak istirahat) – TS; dengan 95-th percentile = 103 cm.

Perancangan/Penetapan Ukuran Lebar Meja Pengumpan.

Dimensi tubuh yang digunakan adalah panjang siku (dari siku sampai ujung jari-

jari) – PS; dengan 95-th percentile = 47 cm

Perancangan/Penetapan Ukuran Tinggi Penahan Samping Meja Pengumpan.

Dimensi tubuh yang digunakan adalah lebar telapak tangan – LTT; dengan 95-th

percentile = 9 cm.

Untuk lebih jelasnya rancangan modifikasi dari peralatan mesin perontok baru tersebut

dapat dilihat pada gambar 3 berikut :

Gambar 3. Rancangan Modifikasi dan Posisi Tubuh Saat Bekerja

Analisa Waktu Standard dan Produktivitas Kerja

Analisa produktivitas kerja ---- yang ditentukan melalui pengukuran waktu/output

standard --- akan dipakai sebagai tolok ukur seberapa jauh modifikasi (implementasi

antropometri) terhadap fasilitas kerja mesin perontok padi benar-benar mampu

memberikan perubahan/perbaikan secara signifikan. Dari hasil pengamatan pengoperasian

rancangan baru dan analisis data yang ada diperoleh hasil perhitungan waktu standard

untuk menyelesaikan 1 kwintal gabah (100 kg) sebesar 16.964 menit. Berdasarkan data

waktu tersebut, maka produktivitas kerja operator untuk pengoperasian fasilitas mesin

Page 10: Mesin Perontok Padi.pdf

10

perontok padi yang telah dimodifikasi (redesign) dapat dihitung sebesar 7 x 60/16.964 ≈ 25

kwintal/hari. Tabel 6 berikut akan memberikan angka-angka perbandingan tingkat

produktivitas kondisi kerja eksisting dan sesudah dilakukan modifikasi peralatan yang

memberi peningkatan cukup signifikan (hampir 50%).

Tabel 6. Perbandingan Hasil Waktu/Output Standard (Produktivitas)

Sebelum dan Sesudah Modifikasi Rancangan

Uraian Sebelum

Redesain (menit)

Sesudah

Redesain (menit)

Waktu Siklus 17.724 12.97

Waktu Normal 19.315 14.137

Waktu Standard 23.178 16.964

Output/Produktivitas 18 kwintal/hari 25 kwintal/hari

Target Permusim 1080 kwintal/hari 1500 kwintal/hari

Analisa Konsumsi Enersi Kerja Fisik

Dari modifikasi rancangan fasilitas kerja mesin perontok padi, pengukuran denyut

jantung operator pada saat mengoperasikan fasilitas tersebut yang selanjutnya

diinterpolasikan memberikan data konsumsi oksigen sebesar 0.808 liter/menit. Jika

diketahui bahwa 1 liter oksigen menghasilkan konsumsi energi ekivalen 4.8 kcal/menit,

maka energi yang dikeluarkan operator pada saat melakukan aktivitas adalah sebesar

0.808 x 4.8 = 3.88 kcal/menit.

Menurut Standard Lehman, energi yang dikeluarkan oleh seorang pekerja yang

melakukan aktivitas kerja manual-fisik seperti aktivitas pengoperasian mesin perontok padi

tersebut dapat dianalisa sebagai berikut :

- Sikap/gerakan badan : Posisi berdiri = 0.6 kcal/menit

- Tipe pekerjaan : Kerja dua tangan (kategori - sedang) = 2.5 kcal/menit

Jadi standard pengeluaran energi oleh Lehman berdasarkan karakteristik sikap dan

penggunaan anggota tubuh bisa ditentukan sebesar 3.1 kcal/menit. Angka ini memang

masih belum bisa dipenuhi, namun modifikasi yang telah dilakukan telah memberikan

efisiensi penggunaan enersi kerja secara signifikan, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 7

berikut.

Tabel 7. Perbandingan Konsumsi Energi Sebelum dan Sesudah Modifikasi Rancangan

Uraian

Rata-rata

Denyut Jantung

(pulsa/menit)

Konsumsi

Oksigen

(liter/menit)

Energi yang

Dikeluarkan

(kcal/menit)

Ranc. Eksisting 112.58 1.25 6.00

Ranc. Modifikasi 90.42 0.808 3.88

Page 11: Mesin Perontok Padi.pdf

11

Analisis Keluhan Subyektif Operator/Pekerja

Hasil pengolahan data kuesioner Nordic Body Map (NBM) mengidentifikasikan

keluhan rasa sakit pada beberapa bagian anggota tubuh akibat posisi maupun beban kerja

pada saat pengoperasian mesin perontok padi seperti rasa sakit/kaku pada leher bagian

belakang (tengkuk), bahu, lengan, punggung, siku, lengan bawah, pinggang, pergelangan

tangan, serta tangan. Untuk kondisi kerja semacam ini bagian-bagian tubuh sebelah kanan

umumnya lebih banyak mendapat beban kerja dibandingkan dengan bagian-bagian tubuh

sebelah kiri. Hal tersebut disebabkan oleh cara pengoperasian fasilitas/mesin kerja yang

umumnya dilakukan oleh anggota tubuh sebelah kanan (design for right-handed people).

Selanjutnya keluhan rasa sakit pada punggung dan pinggang lebih disebabkan oleh posisi

kerja operator yang harus bekerja dalam posisi berdiri statis, membungkuk dan dalam

jangka waktu lama. Modifikasi rancangan peralatan yang menekankan pada kelayakan

ergonomi-antropometri ternyata mampu menekan tingkat keluhan subyektif pada beberapa

anggota tubuh tertentu seperti ditunjukkan dalam gambar grafik berikut :

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Jenis Keluhan

Tin

gkat

kelu

han

Kondisi awal Kondisi baru

Gambar 4. Grafik Perbandingan Tingkat Keluhan Subyektif

Sebelum dan Sesudah Modifikasi Rancangan Alat

5. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan interpretasi data penelitian yang ada dapat disimpulkan bahwa

modifikasi rancangan fasilitas kerja mesin perontok padi yang dilakukan melalui

penerapan dimensi antropometri operator yang relevan telah mampu memberikan kinerja

yang lebih baik. Evaluasi ergonomis-antropometri dalam hal ini mampu meningkatkan

output kerja dari 18 kwintal/hari menjadi 25 kwintal/hari; mampu menekan konsumsi

enersi fisik kerja dari 6.00 kcal/menit menjadi 3.88 kcal/menit; sedangkan untuk keluhan

subjektif rasa sakit pada bagian anggota tubuh akibat kerja fisik yang dievaluasi dengan

menggunakan kuesioner Nordic Body Map mampu menurunkan tingkat keluhan secara

cukup signifikan.

Page 12: Mesin Perontok Padi.pdf

12

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Barnes, Ralph M. Motion and Time Study. Toronto: John Wiley & Sons, 1980.

[2] Bridger, R.S. Introduction to Ergonomics. New York : McGraw-Hill Inc., 1995.

[3] Fariborz, Tayyari dan J.L. Smith. Occupational Ergonomics : Principles and

Applications. London : Chapman & Hall, 1985.

[4] Grandjen, E. Fitting the Taks to the Man : An Ergonomics Approach. Philadelphia:

Taylor & Francis, 1986.

[5] Indiro Purwanto. Mesin Perontok Padi: Dasar Penggunaan dan Karakteristik

Thresher. Yogyakarta : Pnerbit Kanisius, 1992.

[6] Nike Retnaningtyas. Analisa dan Evaluasi Kursi Penumpang Kereta Api Kelas

Ekonomi Terhadap Faktor Ergonomi. Tugas Akhir Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik

Industri – Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya, 1996.

[7] Rusli Yusuf. Penerapan Quality Function Deployment dalam Perancangan Koper

Besar Ergonomis untuk Jemaah Haji Indonesia. Thesis (S2) Mahasiswa Pasca

Sarjana Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya, 2001.

[8] Sanders, M.S. and McCormick, Ernest J. Human Factors in Engineering and

Design. New York : McGraw Hill Book Company, 1981.

[9] Stevenson, M.G. Principles Of Ergonomics. Center for Safety Science-University Of

New South Wales - Australia , 1989.

[10] Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak & Waktu. Jakarta: Penerbit Guna

Widya, 2000.

[11] Wignjosoebroto, Sritomo. Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk.

Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2000, Surabaya 6-7 Desember 2000.

[12] Wignjosoebroto, Sritomo, Sri Gunani Partiwi, dan Denik Putri Perdani. Evaluasi

Ergonomi dalam Perancangan Fasilitas dan Tata Cara Kerja di sektor Industri-

Kecil Menengah Tradisional. Jurnal Ergonomika – Laboratorium Perancangan Sistem

Kerja dan Ergonomi – Institut Teknologi Bandung, Edisi 6 Juli 2001.