Mini Project Ijok.docx

30
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat.Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju negara masyarakat industri membawa kecenderungan  baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Transisi epidemiologi penyakit adalah perubahan yang kompleks dalam pola penyakit dan kesakitan ditunjukkan dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit noninfeksi (penyakit tidak menular) dibandingkan dengan penyakit infeksi (penyakit menular).Hal ini sering terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain sebagainya. 1 Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia.Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan. 2  Hipertensi memang dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer . 3 Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis).Sebagian besar orang tidak merasakan apapun, walau tekanan darahnya sudah jauh di atas normal.Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun

Transcript of Mini Project Ijok.docx

Page 1: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 1/30

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat

karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat.Bangsa

Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang

sedang berkembang menuju negara masyarakat industri membawa kecenderungan

 baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Transisi epidemiologi penyakit

adalah perubahan yang kompleks dalam pola penyakit dan kesakitan ditunjukkan

dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit

noninfeksi (penyakit tidak menular) dibandingkan dengan penyakit infeksi

(penyakit menular).Hal ini sering terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup,

sosial ekonomi dan meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain

sebagainya.

1

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di

Indonesia.Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah

kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM

makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan

yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Proporsi

angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi

49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi

dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi,

diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM

terjadi di perkotaan dan perdesaan.2 

Hipertensi memang dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau

the silent killer .3 Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala

(asimptomatis).Sebagian besar orang tidak merasakan apapun, walau tekanan

darahnya sudah jauh di atas normal.Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun

Page 2: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 2/30

2

sampai akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi

darurat, dan bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau rusak ginjalnya.

Komplikasi ini yang kemudian banyak berujung pada kematian sehingga yang

tercatat sebagai penyebab kematian adalah komplikasinya.4

Menurut Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang

Pengendalian Hipertensi menjelaskan bahwa hipertensi merupakan gangguan

 pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan

tantangan kesehatan utama masyarakat yang sedang mengalami perubahan

sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama

risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan kematian

20-50% dari seluruh kematian.5

Menurut Sherwood (2001), tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya

utama yang mendorong darah ke jaringan. Menurut Tom Smith (1991) dalam

Kamaruzaman (2010), tekanan darah adalah ukuran dari tekanan sistolik yang

 berpengaruh pada darah karena kontraksi otot jantung dan kekuatan atau tekanan

diastolik pada dinding pembuluh darah yang lebih kecil yang mengalirkan darah

dan yang mempercepatkan jalan darah pada waktu jantung mengendur antar

denyut.

Tekanan darah dipengaruhi oleh kontraksi pada ventrikel kiri, resistensi

 pada arteriol dan kapiler, elastisitas dinding arteri, dan viskositas serta volume

darah. Sehingga, dapat dikatakan dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata

adalah curah jantung dan resistensi perifer total (Sherwood, 2001).

Dikatakan normal bila tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan

diastolik kurang dari 80 mmHg. Normal tinggi jika tekanan darah darah sistolik

130 - 139 mmHg dan diastolik 85 - 89 mmHg. Apabila tekanan darah sistolik 140

mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih, maka termasuk tinggi (JNC,

2003).

Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat dari

seluruh populasi orang dewasa menyandang hipertensi. Di Inggris (United

Kingdom), penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang. Di Inggris

(England), 34% pria dan 30% wanita menyandang hipertensi. Pada populasi usia

Page 3: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 3/30

3

lanjut, angka penyandang hipertensi lebih banyak lagi yaitu dialami oleh lebih

dari separuh populasi orang yang berusia di atas 60 tahun.7 Hipertensi membunuh

hampir 8 juta orang setiap tahun, di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap

tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah

Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi.6 

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007

menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi ini

 jauh lebih tinggi dibanding Singapura (27,3%), Thailand (22,7%), dan Malaysia

(20%).5 Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan

ini tentunya sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada

masyarakat.7

Di Indonesia, penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta tetapi

hanya 4% yang hipertensi terkendali. Yang dimaksud dengan hipertensi terkendali

adalah mereka yang menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita

hipertensi dan sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak

menyadari diri sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk

menderita hipertensi yang lebih berat.1 

Menurut Depkes RI (2010) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan

 penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni dengan PMR

( Proportional Mortality Rate) mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua

umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.7 

Profil Kesehatan Sumatera Utara (2001) melaporkan bahwa prevalensi

hipertensi di Sumatera Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, sebesar 8,21%

 pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan

 penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota

Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan

 proporsi kematian sebesar 27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun

sebesar 20,23% (1.349 orang).8 

Data dari rumah sakit, di RSUP H. Adam Malik Medan dilaporkan adanya

 peningkatan jumlah kasus hipertensi rawat inap pada tahun 1997-2001 yaitu tahun

Page 4: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 4/30

4

1997 sebanyak 14 kasus (0,8%), tahun 1998 sebanyak 78 kasus (1,05%), tahun

1999 sebanyak 102 kasus (1,23%), tahun 2000 sebanyak 114 kasus (1,56%) dan

tahun 2001 sebanyak 128 kasus (1,78%).11 Di Puskesmas Parsoburan Kecamatan

Siantar Marihat Kota Pematangsiantar, hipertensi ada di urutan kedua dari sepuluh

 penyakit terbesar pada tahun 2010. Jumlah kunjungannya yaitu sebesar 1.362

kunjungan (18,50%).9

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hipertensi yang berobat di

Puskesmas Amplas Kota Medan pada tanggal 29 April –  17 Mei 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang berobat di

Puskesmas Amplas Kota Medan pada tanggal 29 April –  17 Mei 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi yang meliputi

umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.

 b. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi berdasarkan lama

menderita hipertensi.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

tekanan darah sekarang.d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

 pendapatan.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

 jumlah tanggungan.

Page 5: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 5/30

5

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak puskesmas mengenai

karakteristik penderita hipertensi sehingga dapat meningkatkan

 penanggulangan dan pengobatan penderita ke arah yang lebih baik.

 b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang

 berhubungan dengan hipertensi.

Page 6: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 6/30

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.1.1. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah

melalui pembuluh darah.7 Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi

dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi.10 

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar

dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali

 pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat /

tenang.14 Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari

atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.

Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari

140/90 mmHg.6

Stadium hipertensi yang mencerminkan beratnya penyakit, menurut The

 Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

 Pressure (JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah

Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai berikut:11 

a. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg

 b.  Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-

89 mmHg

c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik

90-99 mmHg

d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik

≥100 mmHg

Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI,

yaitu:12 

a. Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80

mmHg

Page 7: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 7/30

7

 b. Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85

mmHg

c. Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah

diastolik 85-89 mmHg

d. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan

darah diastolik 90-99 mmHg

e. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan

darah diastolik 100-109 mmHg

f. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan

darah diastolik ≥110 mmHg

g. Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension)  bila tekanan sistolik ≥140

mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg

Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan tekanan

darah. Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting

dan bebas antara tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung

koroner, stroke, gagal jantung, dan kerusakan fungsi ginjal.5 

2.1.2. Tekanan Darah

Menurut Stedman’s Medical Dictionary for the Health Professions and

 Nursing , tekanan darah adalah tekanan pada darah dalam arteri sistemik, yang

dipengaruhi oleh kontraksi pada ventrikel kiri, resistensi pada arteriol dan kapilari,

elastisitas dinding arteri, dan viskositas serta volume darah.

Tekanan darah adalah ukuran dari tekanan sistolik yang berpengaruh pada

darah karena kontraksi otot jantung dan kekuatan atau tekanan diastolik pada

dinding pembuluh darah yang lebih kecil yang mengalirkan darah dan yang

mempercepatkan jalan darah pada waktu jantung mengendur antar denyut (Tom

Smith, 1991 dalam Kamaruzaman, 2010).

Menurut Sherwood (2001) tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya

utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat

karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus harus cukup tinggi untuk

Page 8: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 8/30

8

menghasilkan gaya dorong yang cukup. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi,

sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan

resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh

halus. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan

resistensi perifer total.

Menurut Nadesul (2007), tekanan darah idealnya diukur saat bangun tidur

 pagi hari saat belum melakukan aktivitas fisik. Mengukur setelah beraktivitas fisik

akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya. Oleh karena itu perlu

 baring 5 menit sebelum tekanan darah diukur.

2.2. Klasifikasi Hipertensi

2.2.1. Berdasarkan Penyebab

a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang

 penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya

hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar90% penderita hipertensi. Hipertensi primer kemungkinan disebabkan oleh

 beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-

sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.13 

Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari

etiologinya.Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular

sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi

vascular perifer bertambah, atau keduanya. Meskipun mekanisme yang

 berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan-perubahan

tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui beberapa tahun

setelah kecenderungan ke arah sana di mulai.14 

Pada hipertensi yang baru mulai curah jantung biasanya sedikit meningkat

dan resistensi perifer normal.Pada tahap hipertensi lanjut, curah jantung

cenderung menurun dan resistensi perifer meningkat.Adanya hipertensi juga

menyebabkan penebalan dinding arteri dan arteriol. Banyaknya faktor yang

Page 9: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 9/30

9

mempengaruhi dan mungkin berbeda antar individu menyebabkan penelitian

etiologinya semakin sulit.14 

b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial)

Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui.Pada sekitar 5-

10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.Pada sekitar 1-2%,

 penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya

 pil KB).13 

Sekitar 5% prevalensi hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat

dikelompokkan seperti di bawah ini.14

 b.1. Penyakit parenkim ginjal (3%). Setiap penyebab gagal ginjal

(glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) akan menyebabkan

kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu

sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal.

 b.2. Penyakit renovaskular (1%). Terdiri atas penyakit yang memnyebabkan

gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang

terutama mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling

sering terjadi pada pasien usia lanjut, dan fibrodisplasia yang terutama

mempengaruhi 2/3 bagian distal.

 b.3. Endokrin (1%). Pertimbangan aldosteronisme primer ( sindrom Conn) jika

terdapat hipokelemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rennin

yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload ) natrium dan air.

2.2.2. Berdasarkan TDS dan TDD

Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment

of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan

Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai

 berikut:11

a. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg

 b.  Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89

mmHg

Page 10: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 10/30

10

c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik

90-99 mmHg

d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik

≥100 mmHg 

2.3. Epidemiologi Hipertensi

2.3.1. Faktor Risiko Hipertensi

a. Umur

Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling

tinggi dijumpai pada usia>40 tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi

 pembuluh darah otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi

hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara nasional mencapai 31,7%.

Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-

74 tahun yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%.

Berdasarkan jenis kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan

 pada perempuan 31,9%.15 

b. Jenis Kelamin

Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan

darah antara laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria

cenderung menunujukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih

 jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Perubahan pada masa tua

antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada

 pria pengidap hipertensi.6 Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Departemen Kesehatan, komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.16

c. Status sosioekonomi

Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan

ekonomi dan epidemiologi selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan

 prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi

Page 11: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 11/30

11

rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan,

 penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam masyarakat yang berada dalam

masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah dan prevalensi

hipertensi lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih tinggi.5 

d. Genetika

Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh

faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan

lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah

dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang

diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status

sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah.5 

e. Ras atau suku bangsa

Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada

masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku

mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti

yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan

dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika berkulit hitam

keturunan Afrika ketimbang orang Amerika berkulit putih.5 

Sementara itu ditemukan variasi antar suku di Indonesia. Di lembah Baliem Jaya,

Papua kejadian hipertensi terendah yaitu 0,6%, sedangkan yang tertinggi terdapat

di Jawa Barat pada suku Suku Sunda yaitu 28,6%.1 

f. Lemak dan kolesterol

Pola makan penduduk yang tinggi di kota-kota besar berubah dimana  fast

 food dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-

hari.Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg dan bila

dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran dapat

menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Makan ikan secara teratur

Page 12: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 12/30

12

sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan

darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak.17

g. Konsumsi Garam

Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang

 berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu.Asupan natrium

yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan

volume darah.Di samping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari

arteri.Jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang

meningkat melalui ruang sempit.Akibatnya adalah hipertensi. Hal ini sebaliknya

 juga terjadi, ketika asupan natrium berkurang maka begitu pula volume darah dan

tekanan darah pada beberapa individu.18

h. Alkohol

Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum

alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih

tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit alkohol.28 Lebih

dari dua minuman keras sehari akan menimbulkan peningkatan signifikan.

Diperkirakan 5-10% hipertensi pada laki-laki Amerika disebabkan langsung oleh

konsumsi alkohol.19

Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO mengatakan bahwa pada

 beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan

darah tinggi. Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik

kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum. Peminum

harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6

mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu.5 

i. Rokok

Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga

menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena

tercemar nikotin, akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul

Page 13: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 13/30

13

hipertensi.31 Merokok dapat meningkatkan tekanan darah secara temporer yaitu

tekanan darah sistolik yang naik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik

naik sekitar 8 mmHg. Merokok juga dapat menghapuskan efektivitas beberapa

obat antihipertensi. Misalnya, pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi

 betablocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila

 pemakainya tidak merokok karena merokok merupakan faktor risiko utama untuk

munculnya penyakit kardiovaskular.5

 j. Stress

Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress,

yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang

tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke

stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi

reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga

hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.20 

l. Status Olahraga

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap

tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga

 bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.Jenis

latihan yang dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda,

 berenang, dan aerobik.21 

2.4. Gejala Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

 berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit

kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan.13 

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

 berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah,

 pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

Page 14: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 14/30

14

 jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan di otak.13 

Hipertensi yang berujung pada komplikasi menunjukkan gejala kerusakan

organ. Adapun yang menjadi gejala kerusakan organ yaitu:5 

a)  Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, penglihatan terganggu, serangan

iskemik sesaat, gangguan panca indera atau gerak

 b)  Jantung: berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, pergelangan kaki

 bengkak

c)  Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria

d) 

Arteri perifer: tangan kaki dingin, pincang berkala (claudicatio

intermittens) 

2.5. Komplikasi

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari.Tekanan darah

tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan

seperti membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk

 jantung dan otak) menjadi tegang.7 Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol

dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit

kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada dan serangan

 jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata,

hipertensif encephalopathy sering dirujuk pada penyakit organ akhir.22 

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan

tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke

area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis

dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.23 

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada

hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardum mungkin

Page 15: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 15/30

15

tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark.23 

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

 pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit

fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksi dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar

melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan

menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.23

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya).Tekanan yang sangat

tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-

neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.23

2.6. Pencegahan Hipertensi

2.6.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor

 predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang

menjadi risiko ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat

yang memungkinkan pencegahan terjadinya hipertensi yang dapat dilakukan

melalui pendekatan populasi ataupun perorangan.Pendekatan populasi secara

khusus mengandalkan program untuk mendidik masyarakat.Pendidikan

masyarakat yakni masyarakat harus diberi informasi mengenai sifat, penyebab,

dan komplikasi hipertensi, cara pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh

faktor risiko kardiovaskular lainnya.5

2.6.2. Pencegahan Primer10,21 

Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko

yang tampak pada individu atau masyarakat.Sasaran pada orang sehat yang

 berisiko tinggi dengan usaha peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan

Page 16: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 16/30

16

 peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal dan menghindari

faktor risiko timbulnya hipertensi.

Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu

menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan,

menghindari meminum minuman beralkohol, mengurangi/menghindari

makanan yang mengandung makanan yang berlemak dan berkolesterol tinggi

 b. Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan

olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki,

 berlari, naik sepeda, berenang, diet rendah lemak dan memperbanyak

mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengendalikan stress dan emosi.

2.6.3. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui

diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses

 penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik terhadap

 pengidap tekanan darah tinggi mempunyai beberapa tujuan5:

a. Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi

 b. Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular

c. Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya

d. Mencari kemungkinan penyebabnya

Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses

diagnosis tunggal yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga metode

klasik: pencatatan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dapat

disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,

dan uji laboratorium pendahuluan.5 

Perangkat diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat

menggunakan sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan

sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan

Page 17: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 17/30

17

 penunjang yang rutin bisa dilakukan pada penderita hipertensi yang bertujuan

mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi jantung serta ginjal.32

Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah

sebagai berikut:10,21 

a. Pemeriksaan berkala

a.1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara

teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau

tidak

a.2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa

obat-obatan anti hipertensi

 b. Pengobatan/perawatan

 b.1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit

hipertensi dapat segera dikendalikan

 b.2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes

mellitus dan lain-lain

 b.3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup

 penderita tidak menurun

 b.4. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal,

hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ

2.6.4. Pencegahan Tersier10

Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah

cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi. Pencegahan tersier

 penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup

 penderita tidak menurun.

 b. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan

kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan

kelumpuhan anggota badan.

c. Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi.

Page 18: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 18/30

18

BAB3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darahmelalui pembuluh darah.7  Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih

tinggi dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang

 bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi mengenai karakteristik penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas

Amplas Kota Medan pada tanggal 29 April  –   17 Mei 2013. Pendekatan yang

digunakan pada desain penelitian ini adalah “cross sectional study” dimana

dikumpulkan pada satu waktu tertentu.

Hipertensi

Program

Pengelolaan

Penyakit Kronis

Page 19: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 19/30

19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 29 April hingga 17 Mei

2013. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas , Kelurahan Harjosari, Kecamatan

Medan Amplas. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa Puskesmas ini

merupakan salah satu puskesmas rujukan yang dipilih oah Dinas Kesehatan Kota

Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

 bertempat tinggal di Kecamatan Amplas.

Kriteria Inklusi :

Masyarakat yang menderita hipertensi dan bertempat tinggal di Kecamatan

Amplas

-  Penderita hipertensi yang datang berobat /kontrol ke Puskesmas Amplas

Kriteria Eksklusi :

Masyarakat yang menderita hipertensi namun menolak untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini.

Penderita hipertensi yang tidak datang kontrol langsung ke Puskesmas Amplas

4.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan teknik total sampling   dan sampel adalah

responden yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk dalam kriteria

eksklusi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari

responden.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan

alat pengumpulan data berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

sudah divalidasi sebelumnya. Peneliti memberikan penjelasan secara ringkas

Page 20: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 20/30

20

tentang penelitian ini dan cara mengisi kuesioner kepada responden sebelum

kuesioner diberikan. Selanjutnya, responden diminta mengisi kuesioner. Setelah

selesai, kuesioner dikumpulkan.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari rekam medis Puskesmas Amplas

yang berisikan data jumlah pasien Puskesmas Amplas.

4.5. Metode Pengolahan Data 

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing  

yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta

memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding  

yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah

waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry  yaitu memasukkan

data dari kuesioner ke dalam program komputer, tahap ke empat adalah

melakukan cleaning   yaitu mengecek kembali data yang telah di entry  untuk

mengetahui ada kesalahan atau tidak. 24

Dari setiap data yang diperoleh dari responden akan dimasukkan kedalam

komputer. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 17.0

 for Windows. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Hasil penelitian ini dapat dilihat sesuai dengan tabel berikut:

Tabel 5.1.1. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di

Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-17 Mei 2013.

Jenis Kelamin Responden Jumlah Proporsi (%)

Laki-Laki 25 64,1

Page 21: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 21/30

21

Perempuan 14 35,9

Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan jenis kelamin yang terbesar adalah laki-laki yaitu sebesar 61,5% (25 orang)

dan perempuan sebesar 38,5% (14 orang).

Tabel 5.1.2. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur di

Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-17 Mei 2013.

Umur Responden Jumlah Proporsi (%)

≥40 tahun  34 87,2

<40 tahun 5 12,8

Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan umur yang terbesar adalah ≥40 tahun yaitu sebesar 87,2% (34 orang) dan

<40 tahun yaitu sebesar 12,8% (5 orang).

Tabel 5.1.3. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pendidikan

Terakhir Responden di Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-17

Mei 2013.

Pendidikan Terakhir

Responden

Jumlah Proporsi (%)

SD 16 41,0

SMP 12 30,8

SMA 7 17,9

PT 4 10,3

Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.3 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan pendidikan terakhir responden yang terbesar adalah SD yaitu sebanyak

Page 22: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 22/30

22

41,0% (16 orang), SMP sebanyak 30,8 % (12 orang), SMA sebanyak 17,9% (7 orang)

dan Perguruan Tinggi yaitu sebesar 10,3% (4 orang).

Tabel 5.1.4. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pendapatan

Responden di Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-17 Mei 2013.

Pendapatan Responden Jumlah Proporsi (%)

≤ Rp 1.000.000  25 64,1

Rp 1.000.001 - Rp

2.000.000

9 23,1

Rp 2.000.001 - Rp

3.000.000

5 17,9

≥ Rp 3.000.000  0 0,0

Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.4 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan pendapatan responden yang terbesar adalah ≤ Rp 1.000.000 yaitu sebanyak

64,1% (25 orang), Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 sebanyak 23,1% (9 orang), Rp

2.000.000 - Rp 3.000.000sebanyak 17,9% (5 orang) sedangkan penghasilan ≥ Rp

3.000.000 tidak dijumpai..

Tabel 5.1.5. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jumlah

Tanggungan Responden di Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-

17 Mei 2013.

Jumlah Tanggungan

Responden

Jumlah Proporsi (%)

≤ 2 orang  20 51,3

3 orang 6 15,4

≥ 4 orang  13 33,3

Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.5 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan jumlah tanggungan responden yang terbesar adalah ≤ 2 orang yaitu

sebanyak 51,3% (20 orang), ≥ 4 orang 33,3% (13 orang), dan 3 orang sebanyak 15,4%

(6 orang).

Page 23: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 23/30

23

Tabel 5.1.6. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan

Responden di Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-17 Mei 2013.

Pekerjaan Responden Jumlah Proporsi (%)

Pegawai (PNS/ Swasta) 3 7,7

Pensiunan 14 35.9

Lain-lain 22 56,4

Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.6 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan pekerjaan responden yang terbesar adalah lain-lain yaitu sebanyak 56,4%

(22 orang), Pensiunansebanyak 35,9% (14 orang), dan PNS/pegawai swasta 7,7% (13

orang).

Tabel 5.1.7. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah

pada Saat Kunjungan di Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-17

Mei 2013.

Tekanan Darah Responden Jumlah Proporsi (%)

<120/80 mmHg 0 0

120-139/80-89 mmHg 0 0

140-159/90-99 mmHg 24 61,5

>160/100 mmHg 15 38,5

Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.7 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan tekanan darah pada saat kunjungan yang terbanyak adalah 140-159/90-99

mmHg (hipertensi stage 1) yaitu sebanyak 61,5% (24 orang), dan>160/100

mmHg(hipertensi stage 2) yaitu sebanyak 38,5% (15 orang).

Page 24: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 24/30

24

Tabel 5.1.8. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Lamanya

menderita Hipertensi di Puskesmas Amplas Kota Medan pada Tanggal 29 April-17

Mei 2013.

Lamanya menderita

Hipertensi

Jumlah Proporsi (%)

≤5 tahun  20 51.3

>5 tahun 19 48.7Total 39 100,0

Dari tabel 5.1.8 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan lamanya menderita hipertensi yang terbanyak adalah ≤5 tahun yaitu

sebanyak 51,3% (20 orang), dan >5 tahun yaitu sebanyak 48,7% (19 orang).

5.2. Pembahasan

Data yang didapat di Puskesmas Amplas pada tanggal 29 April  –   17 Mei 2013

didapati proporsi penduduk laki-laki lebih tinggi dari proporsi penduduk perempuan yaitu

sebesar 64,1% (25 orang) pada laki-laki dan perempuan sebesar 35,9% (14 orang).

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di

Desa Bocor, Jawa Tengah yang menemukan proporsi tertinggi penderita hipertensi pada

 perempuan yaitu sebesar 54,5%. Hal ini mungkin berpengaruh pada jumlah kunjungan

 pasien laki-laki yang lebih banyak dibandingkan perempuan.

Sedangkan data yang didapat dari distribusi proporsi penderita hipertensi

 berdasarkan umur yang terbesar adalah ≥40 tahun yaitu sebesar 87,2% (34 orang) dan

<40 tahun yaitu sebesar 12,8% (5 orang).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di Desa

Bocor, JawaTengah yang menemukan proporsi tertinggi penderita hipertensi pada usia

Page 25: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 25/30

25

yaitu sebesar 55,8%. Halini terjadi karena arteri besar kehilangankelenturannya dan

menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

 pembuluhyang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Data yang didapat dari distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

 pendidikan terakhir responden yang terbesar adalah SD yaitu sebanyak 41,0% (16 orang)

dan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 10,3% (4 orang).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di Desa

Bocor, JawaTengah yang menemukan proporsi tertinggi penderita hipertensi pada usia

yaitu sebesar 55,8%. Halini berarti bahwa tingkat pendidikan penduduk di Puskesmas

Amplas masih rendah.

Data yang didapat dari distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

 pendapatan responden yang terbesar adalah ≤ Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 64,1% (25 

orang). Hal ini sejalan dengan penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di Desa Bocor,

JawaTengah yang menemukan proporsi tertinggi penghasilan dibawah UMR yaitu

sebanyak 96,8%. Ini dikarenakan tingkat pedidikan yang rendah pada mayoritas

 penduduk sehingga mempengaruhi tingkat penghasilannya.

Data yang didapat dari distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

 jumlah tanggungan responden yang terbesar adalah ≤ 2 orang yaitu sebanyak 51,3% (20

orang). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di Desa

Bocor, JawaTengah yang menemukan proporsi tertinggi mempunyai jumlah tanggungan

sebanyak >2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Amplas sudah memahami

tentang program KB.

Data yang didapat dari distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

 pekerjaan responden yang terbesar adalah lain-lain yaitu sebanyak 56,4% (22 orang),

 pensiunan/tidak bekerja sebanyak 35,9% (14 orang), dan PNS/pegawai swasta 7,7%

(13 orang). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di

Desa Bocor, JawaTengah yang menemukan proporsi tertinggi pekerjaan yaitu bertani

sebanyak 83,3%.

Data yang didapat dari distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

tekanan darah pada saat kunjungan yang terbanyak adalah 140-159/90-99 mmHg

Page 26: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 26/30

26

(hipertensi stage 1) yaitu sebanyak 61,5% (24 orang), dan >160/100 mmHg 

(hipertensi stage 2) yaitu sebanyak 38,5% (15 orang). Hal ini sejalan dengan dengan

 penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di Desa Bocor, JawaTengah yang

menemukan proporsi tertinggi yaitu hipertensi stage 1 sebanyak 53,3%.

Data yang didapat dari distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

lamanya menderita hipertensi yang terbanyak adalah ≤5 tahun yaitu sebanyak 51,3%

(20 orang), dan >5 tahun yaitu sebanyak 48,7% (19 orang).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai karakteristik

 penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Amplas Kota Medan pada tanggal

29 April –  17 Mei 2013 dapat diambil kesimpulan:

1.  Distribusi proporsi tertinggi responden /penderita hipertensi berdasarkan

sosiodemografinya yaitu: jenis kelamin laki-laki (64,1%) ,umur ≥40 tahun

(87,2% ), pendidikan terakhir SD (41,0%), pendapatan ≤ Rp 1.000.000 yaitu

sebanyak 64,1%,pekerjaan responden lain-lain yaitu sebanyak 56,4%.

2. 

Distribusi proporsi tertinggi responden /penderita hipertensi berdasarkan

 jumlah tanggungan responden adalah ≤ 2 orang yaitu sebanyak 51,3%.

Page 27: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 27/30

27

3. 

Distribusi proporsi tertinggi reponden /penderita hipertensi berdasarkan

tekanan darah pada saat kunjungan adalah 140-159/90-99 mmHg (hipertensi

stage 1) yaitu sebanyak 61,5%.

4. 

Distribusi proporsi tertinggi reponden /penderita hipertensi berdasarkan

lamanya menderita hipertensi yang terbanyak adalah ≤5 tahun yaitu sebanyak

51,3%.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa saran peneliti adalah:

1. 

Diharapkan pihak Puskesmas dapat meningkatkan penanggulangan dan

 pengobatan penderita hipertensi ke arah yang lebih baik.

2.  Diharapkan penderita hipertensi lebih sering kontrol berobat ke Puskesmas

atau ke dokter atau ke Rumah Sakit agar tekanan darahnya lebih terkontrol

dan tidak jatuh ke komplikasi hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Rineka Cipta. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.

Depkes RI, 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Jakarta:

Intimedia.

Depkes RI, 2008.  Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Page 28: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 28/30

28

Depkes RI, 2010.  Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. Kementerian

Kesehatan RI.Jakarta.Available in:

http://www.depkes.go.id/index.php/-berita/press-release/810-hipertansi-

 penyebab-kematian-nomor-tiga.html. [ Update: 23 April 2013]

Depkes RI, 2011. Penyakit Menular Penyebab Kematian Terbanyak Di Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Available in:

http://www-.depkes.go-.id-/index-.php/berit-a/press-release/1637-penyakit-

tidak-menular-ptm-penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html. 

[Update: 23 April 2013]

Gray, Huon H, dkk., 2003.  Lecture Notes: Kardiologi Edisi Keempat . Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Hartono, Bambang, 2011.  Hipertensi The Silent Killer . Perhimpunan Hipertensi

Indonesia. Available in:

http://www.inash.or.id/upload/news_pdf/news_-DR._Drs._-

Bambang_Hartono,_SE26.pdf . [Update: 23 April 2013]

JNC, 2004.  Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

 Pressure.Available in:

http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf .[Update: 28

April 2013].

Joewono, Boedi Soestyo. 2003.  Ilmu Penyakit Jantung . Surabaya: Airlangga

University Press.

Kamaruzaman, A.. 2010. Gambaran Tekanan Darah pada Mahasiswa/i Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah Berolahraga

Page 29: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 29/30

29

Manik, Margaret, 2012.  Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi

 Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan

 Kecamatan Siantar Marihat Pematangsiantar Tahun 2011.Medan: FKM

USU.

 Nadesul, H. 2007. Sehat itu Murah. Jakarta: Kompas, 181-82

 Ningsih, E. W, 2002.  Karekteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di

 Rumah Sakait Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 1999-2000.FKM USU.

Medan.

Palmer, Anna. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, 1993.  Proses

 Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sisem Kardiovaskuler .

Jakarta: EGC.

Rubenstein, David, dkk., 2007. Kedokteran Klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ruhyanudin, Faqih. 2007.  Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Kardioavaskuler . Malang: UMM Press.

Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:

EGC, 327-34.

Sigarlaki, Herke. J.O. 2006. Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan

 Hipertensi Di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten

 Kebumen. IKM FK.UKI. Jakarta. 

Sugiharto, Aris, 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada

 Masyarakat .

Page 30: Mini Project Ijok.docx

8/11/2019 Mini Project Ijok.docx

http://slidepdf.com/reader/full/mini-project-ijokdocx 30/30

30

Semarang: Program Pasca Sarjana UNDIP.

Wahyuni, Arlinda Sari. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea

Communication.

WHO, 2011.  Hypertension fact sheet . Department of Sustainable Development

and Healthy Environments September 2011. Available in:

http://www.searo.who.int/linkfiles/non_communicable_diseases_hypertensio

n-fs.pdf.[Update: 23 April 2013]