mini project.docx

download mini project.docx

of 31

Transcript of mini project.docx

B A B IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDewasa ini, prevalensi penyakit kronik meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Hipertensi dan diabetes melitus merupakan beberapa penyakit yang mengalami peningkatan prevalensi. 1sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Di Indonesia hipertensi termasuk dalam 3 besar tingkat kematian tertinggi pada psaien rawat inap di rumah sakit setelah pneumonia dan cedera kepala.1 Pada tahun 2012, prevalensi angka kejadian diabetes melitus di dunia dalah sebanyak 371 juta jiwa. Menurut penelitian WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar dengan 8,426 juta orang dan diperkirakan akan menjadi sekitar 21,257 juta pada tahun 2030.2Diabetes melitus dan hipertensi merupakan penyakit kronis yang diderita seumur hidup dan penderita bersiko mengalami kompilkasi seperti penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke. Penanganan penyakit ini harus berkelanjutan dan mencakup berbagai intervensi baik medis ataupun non medis, dan melibatkan banyak pihak seperti tenaga kesehatan, keluarga dan pasien sendiri.3Dalam upaya pengelolaan penyakit kronis ini, BPJS membuat suatu program pengelolaan penyakit kronis (prolanis).4 program ini merupakan suatu pengelolaan penyakit kronis dengan bentuk tindakan promotif dan preventif yang terintegrasi. Diharapkan prolanis dapat meningkatkan kualitas hidup penderita penyakit kronis melalui pengelolaan penyakit secara spesifik dan terintegrasi.3

1.2 Rumusan MasalahRumusan Masalah pada penulisan ini adalah apakah pasien puas dengan pelayanan program prolanis.

1. 3Tujuan PenulisanTujuan umum:Mengetahui kepuasan pasien peserta program prolanisTujuan khusus:1. Mengetahui gambaran karakteristik pasien peserta program prolanis berdasarkan umur, jenis kelamin, dan lama bergabung dengan program prolanis2. Mengetahui kepuasan pasien peserta program prolanis3. Mengetahui kendala yang dialami pasien peserta program prolanis.1. 4Manfaat penulisan1. Bagi penulis, menambah pegetahuan mengenai penyakit hipertensi dan diabetes melitus, serta kaitannya dengan program prolanis.2. Bagi dokter sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan yang telah diberikan3. Bagi BPJS sebagai bahan evaluasi program prolanis

B A B IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi2.1.1 PengertianHipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.5Klasifikasi tekanan darah menurut The Joint National Comitte on Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure dapat dilihat pada tabel 2.1.Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut The Joint National Comitte onDetection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.5KategoriSistolik Diastolik(mmHg) (mmHg)

Normal < 130 60 tahun sebanyak 7 orang (43,75%). Berdasarkan alamat, jumlah responden terbanyak berasal dari desa Sekar Mawar sebanyak 7 orang (43,75%). Responden terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah SMA/sederajat yaitu sebanyak 7 orang (43,75%). Lamanya mengikuti prolanis dikelompokkan menjadi dua, yaitu < 3 bulan dan 3 bulan. Responden terbanyak adalah pada kelompok 3bulan sebanyak 11 orang (68,75%).4.2 Karakteristik jawaban responden mengenai sumber informasi prolanis, pandangan terhadap kesehatan dan kendala selama mengikuti prolanisTabel 4.2 karakteristik jawaban responden mengenai sumber informasi prolanis, pandangan terhadap kesehatan dan kendala selama mengikuti program prolanisKarakteristik respondenN%

Sumber informasi prolanis

Doker1487,5

Bidan/perawat0

Orang terdekat/tetangga212,5

Pernah mendapat penjelasan prolanis secara rinci

Ya743,75

Tidak956,25

Persepsi pasien terhadap kesehatan setelah mengikuti prolanis

Membaik1593,75

Tidak membaik16,25

Rutin memeriksakan kesehatan setelah mengikuti prolanis

Ya1487,5

Tidak212,5

Kesulitan dalam memperoleh obat

Ya318,75

Tidak1381,25

Keteraturan minum obat setelah ikut prolanis

Ya1487,5

Tidak212,5

Kepuasan mengikuti prolanis

Ya1593,75

Tidak16,25

Bersedia untuk mempromosikan prolanis

Ya1593,75

Tidak16,25

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa yang paling banyak menyarankan responedn untuk mengikuti prolanis adalah dokter sebanyak 14 orang (87,5%). Sebanyak 9 orang (56,25%) responden mengaku belum pernah mendapatkan penjelasan rinci mengenai prolanis. Sebanyak 15 responden (93,75%) mengaku kesehatannya semakin membaik setelah mengikuti prolanis. Berdasarkan keteraturan pemeriksaan kesehatan dan keteraturan minum obat, 14 orang (87,5%) menjawab semakin rutin memeriksakan kesehatan dan minum obat setelah mengikuti prolanis. Sebanyak 13 orang (81,25%) menjawab tidak mendapat kesulitan dalam memperoleh obat.

BAB VPEMBAHASAN

5.1 Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Peserta ProlanisVariabel yang digunakan pada penelitian ini ada 5, antara lain sumber informasi, sosialisasi, persepsi responden, pelayanan, kepatuhan mengikuti prolanis dan kepuasan.Dari segi sosialisasi sebanyak 14 orang responden (87,5%) mengaku mendapat sosialisasi awal prolanis dari dokter, sedangkan 2 responden mendapatkan informasi awal prolanis dari orang terdekat. Sebanyak 9 responden (56,25%) mengatakan belum pernah mendapat penjelasan mengenai program prolanis dan belum memahami manfaat mengikuti prolanis, sedangkan 7 responden (43,75%) mengatakan telah pernah mendapat penjelasan mengenai prolanis dan memahami manfaat mengikuti prolanis. Dalam strategi pelayanan kesehatan bagi penyandang penyakit kronis , pelayanan kesehatan primer ditempatkan sebagai ujung tombak sehingga peran dokter umum menjadi sangat penting. Pada prolanis, salah satu pelayan kesehatan primer yag berperan adalah dokter keluarga. Dokter keluarga prolanis memiliki peran sebagai gate keeper dalam mengelola penyakit primer.4 Dokter umum dan dokter keluarga diharapkan mampu melakukan sosialisasi terhadap peserta bpjs dan melakukan identifikasi awal terhadap penyakit kronis yang menjadi target prolanis. Selain itu dokter keluarga memiliki tugas untuk mengedukasi dan meningkatkan kemampuan peserta prolanis untuk memelihara kesehatan secara mandiri.Berdasarkan persepsi pasien terhadap kesehatannya, 15 responden (93,75%) mengatakan kesehatan semakin membaik setelah mengikuti prolanis, hanya 1 responden (6,25%) yang mengatakan tidak ada perubahan terhadap kesehatannya. Hal ini sesuai dengan tujuan prolanis, yaitu untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes tingkat pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe II dan hipertensi.3 Bentuk pelayanan yang diberikan dalam rangka mencapai tujuan ini seperti pelayanan obat untuk penyakit selama satu bulan, mengingatkan jadwal konsultasi dan pengambilan obat, memberikan informasi dan pengetahuan tentang penyakit dan pemantauan status kesehatan secara intesif.Kepatuhan responden terhadap prolanis dapat dilihat dari keteraturan pasien dalam memeriksakan kesehatannya. Sebanyak 14 responden (87,5%) mengaku lebih rutin memeriksakan kesehatannya dibandingkan sebelum mengikuti prolanis, hanya 2 responden (12,5%) yang mengaku jarang memeriksakan kesehatannya. Dari dua responden yang mengaku jarang memeriksakan kesehatannya, satu responden memberi alasan bahwa kesehatannya sudah jauh membaik dan beranggapan tidak perlu lagi berobat, sedangkan koresponden lainnya mengatakan bahwa tidak ada ajakan untuk kembali memeriksakan kesehatan jika obat telah habis. Selain itu, evaluasi program ini juga dilihat dari kepatuhan pasien dalam meminum obat. Sebanyak 14 respoden (87,5%) mengatakan lebih rutin dan teratur minum obat setelah mengikuti prolanis. Dokter keluarga diharapkan mampu memantau kepatuhan pasien terhadap program ini.Dari 16 responden, 3 responden (18,75%) mengaku terkendala dalam memperoleh obat. Jarak yang jauh antara rumah dan fasilitas kesehatan, serta apotik tempat mengambil obat menyulitkan responden dalam memperoleh obat.Secara keseluruhan, sebanyak 14 responden (87,5%) merasa puas dengan pelayanan prolanis dan merasakan manfaat terhadap kesehatan mereka. Dengan tingginya prevalensi penyakit hipertensi di wilayah kerja puskesmas air molek, diharapkan pihak puskesmas dan fasilitas layanan primer di wilayah kerja puskesmas air molek melakukan promosi aktif untuk meningkatkan jumlah peserta prolanis. Semakin banyaknya peserta prolanis diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan melibatkan pasien yang telah mengikuti prolanis, sehingga dapat menjadi contoh besarnya manfaat prolanis bagi penderita penyakit kronis. Fasilitas kesehatan primer seharusnya juga ikut melakukan kegiatan prolanis yang lainnya, seperti pembentukan kelompok peserta prolanis dengan berbagai macam kegiatan seperti senam hipertensi dan diabetes, melakukan homevisite sesuai aturan prolanis, melakukan sms gateway untuk mengingatkan jadwal kunjungan peserta. Untuk melaksanakan kegiatan diatas perlu kerjasama lintas program dan lintas sektor.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN6.1 Simpulan1. Responden paling banyak berusia 50-60 tahun dan >60 tahun sebanyak 7 responden (43,75%), jenis kelamin responden sama antara laki-laki dan perempuan, alamat terbanyak responden berasal dari desa Sekar mawar sebanyak 7 responden (43,75%), pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA/sederajat sebanyak 7 responden (43,75%). Responden terbanyak mengikuti prolanis 3 bulan sebanyak 11 responden (68,75%).2. Sebanyak 15 responden (93,75%) mengaku puas terhadap prolanis.3. Kendala yang dialami oleh sebagian responden adalah jauhnya jarak dalam hal mengambil obat.6.2 saran1. Tingkatkan promosi prolanis melalui kerja sama lintas program dan lintas sektor .2. Memberikan sosialisasi mengenai manfaat, tujuan prolanis kepada peserta prolanis3. Membentuk kelompok peserta prolanis dan membuat kegiatan kelompok seperti senam hipertensi dan diabetes melitus, menjalankan sms gateway untuk mengingatkan pasien mengenai waktu kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mehuli SA. 2012. Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi dan Pengobatannya di RSU Kabanjahe. Fakultas Kedokteran Univ. Medan. Medan.

2. Amina A. 2013. Kejadian Anemia pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Jalan dan Ruang Inap Divisi Endrokinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan pada Tahun 2011-2012 [skripsi]. Fakultas Kedokteran Univ. Medan, Medan.

3. Panduan praktis prolanis.

4. Sari AN. 2014. Efektivitas Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) dalam Penanganan Diabetes Melitus Tipe 2 oleh Dokter Keluarga di Kecamatan Turi, Kab. Sleman. Fakultas kedokteran Univ. Jogjakarta.5. Yugiantoro M. Hipertensi Esensial, Dalam: Sudoyo AW dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007.

6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC; 2006.

7. Vikrant S, Tiwari SC. 2001. Essential Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology. Journal of Clinical Medicine, July Vol 2.

8. Sharma S, et all. Hypertension. 2008; http//:www.emedicine.com. [diakses tanggal 1 September 2015].

9. Cardiology Channel. Hypertension (High Blood Pressure). 2008; http://www.Cardiologychannel.com. [diakses tanggal 1 September 2015]10. Sacks FM, and Campos H. 2010. Dietary Therapy in Hypertension. New England Journal Medicine, June.

11. Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta : PERKENI, 2006

12. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006; 1857

13. Persi.Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu Diabetes.2008 [ diakses tanggal 12 Januari 2011] http: //pdpersi.co.id

14. Foster DW.Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000; 2196

15. Fowler M. Microvascular and microvascular complications of diabetes. 2008. [diakses tanggal 18 Januari 2011] http://clinical.diabetesjournals.org

16. Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes : mekanisme terjadinya, diagnosis dan strategi pengelolaannya. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006; 1906

17. Buku Saku FAQ (frequently Asked Question) BPJS Kesehatan.