miniproject program puskesmas

43
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lanjut usia adalah suatu periode dalam hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

description

snABSDAVDASJ CJXZ VCZCUYFFVBSDGBJHDGBUVFDSUIVGBJHXCBVJUFYGRIURIURDH9TGRYHIUDG

Transcript of miniproject program puskesmas

Page 1: miniproject  program puskesmas

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia adalah suatu periode dalam hidup seseorang, yaitu suatu

periode di mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih

menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri / mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses

menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai

sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu

penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah perubahan fisik ,

perubahan mental, perubahan psikososial, perkembangan spiritual, perubahan

minat.

Senam ergonomis adalah senam fundamental yang gerakannya sesuai

dengan susunan dan fungsi fisiologi tubuh. Tubuh terpelihara dengan sendirinya

dan mampu mengendalikan beberapa penyakit. Gerakan senam ergonomis sangat

unik dan menyesuaikan kondisi tubuh masing-masing orang.

Page 2: miniproject  program puskesmas

B. PERMASALAHAN

Kelurahan Plaosan mempunyai luas wilayah sekiar 3,75 km2 dengan

jumlah penduduk 6.313 jiwa. Di kelurahan Plaosan terdapat 198 RTM yang rata-

rata dihuni 5 jiwa / rumah tangga dengan tingkat kepadatan penduduk 1.683 / km2.

Jumlah warga yang berumur pra usila (44 – 59 tahun) sejumlah 812 orang, usila

(≥60 tahun) sejumlah 537 orang dengan total warga pra usila dan usia sejumlah

1.349 orang.

Dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut tersebut perlu

diimbangi dengan kegiatan yang dapat menjadikan para lansia tersebut tidak

begitu merasakan perubahan-perubahan negatif yang mereka alami. Selain itu

dengan adanya kegiatan olahraga dapatat menguatkan fisik dan mental para lansia

tersebut.

Perkumpulan PWRI merupakan salah satu perkumpulan para lansia di

wilayah kecamatan plaosan. Menurut data yang kami peroleh kegiatan pada setiap

pertemuan rutin anggota PWRI adalah berupa pengecekan kesehatan rutin dan

seringkali diisi beberapa penyuluhan tentang kesehatan. Dalam pertemuan

tersebut tidak dilakukan kegiatan kegiatan yang berupa olah fisik yang berguna

untuk menguatkan fisik dan mental para lansia, oleh karena itu kegiatan pelatihan

senam ergonomis ini diharapkan dapat menjadi kegiatan tambahan yang dapat

dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut.

Page 3: miniproject  program puskesmas

C. TUJUAN

Tujuan pada kegiatan ini adalah memberikan kegiatan positif bagi

para lansia untuk mengisi masa tua serta memperbaiki kualitas hidup

dengan mengurangi masalah-masalah yang biasa dialami pada masa lanjut

usia.

D. MANFAAT

Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk memberikan tambahan ilmu

pengetahuam dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki

kualitas hidup dan mengurangi masalah-masalah yang biasa terjadi pada

masa lanjut usia.

Page 4: miniproject  program puskesmas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.Lanjut Usia

1.1 Defenisi lanjut usia

Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian lanjut usia

menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai 55

tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan

hidupnya sehari-hari. Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun 1998

adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup

seseorang, yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode

terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

bermanfaat.

1.2 Teori - teori penuaan

Teori - teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis.

Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori

pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah

pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah

dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali.

Jika sebuah sel pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari

laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat

Page 5: miniproject  program puskesmas

sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan

perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika

protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang

elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan

struktur yang berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen

pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta

menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya usia.

Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun

mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya

peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan

yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif

(Homeostasis), seiring dengan pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas

untuk beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses

penyakit akut dan kronik.

Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri

lanjut usia merupakan suatu proses yang secara berangsur - angsur sengaja di

lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama - sama

melepaskan diri atau menarik diri dari masyarakat.

Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori

ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi

mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain

sebagai kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah

Page 6: miniproject  program puskesmas

berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan

mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru untuk

mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu dari usia

pertengahan kelanjut usia.

Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan

bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan

kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan

kepribadiannya.

1.3 Batasan - batasan lanjut usia

Menurut organisasi kesehatan dunia, lanjut usia meliputi : usia pertangahan

(45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun), lanjut usia tua (75-90) dan usia sangat

tua di atas 90 tahun (Hurlock, 2002).Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat

bagian yaitu : pertama fase investus yaitu antara 25-40 tahun ; kedua fase

vertilitas yaitu antara 40-50 tahun ; ketiga fase praesenium yaitu antara 55-65

tahun dan keempat fase senuim yaitu antara 65 sampai tutup usia. Sedangkan

menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 seorang dapat dikatakan lanjut usia

setelah yang bersangkutan mencapai umur 60 tahun ke atas .

1.4 Perubahan-perubahan pada lanjut usia

Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses

menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai

Page 7: miniproject  program puskesmas

sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu

penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan

klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan

dengan ; (1) penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal

atau pada makromolekular, (2) penuaan ekstraseluler dengan manifestasi

progresif pada jaringan kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid, (3)

penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau

akumulasi substansi dan (4) penuaan pada organisme.

Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal

ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri

lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit

seperti terhadap nyeri, temperature , dan penyakit berkemih.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

a. Perubahan - perubahan fisik meliputi perubahan sel, sistem pernafasan,

sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem cardiovaskuler,

sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, system

pencernaan, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit

dan sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada bentuk dan

fungsi masing - masing.

b. Perubahan -perubahan mental: perubahan- perubahan mental pada lansia

berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan

Page 8: miniproject  program puskesmas

mengingat kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang

baru, sedangkan intelegensia tidak berubah namun terjadi perubaha dalam

gaya membayangkan.

c. Perubahan - perubahan psikososial: Pensiun dimana lansia mengalami

kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman, dan

kehilangan pekerjaan , kemudian akan merasakan atau sadar terhadap

kematian, perubahan cara hidup, penyakit kronik dan

ketidakmampuan, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan dan

hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat konsep

diri dan gambaran diri.

d. Perkembangan spiritual: Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya.

e. Perubahan minat: Terdapat hubungan yang erat antar jumlah keinginan

dan minat orang pada seluruh tingkat usia dan keberhasilan penyesuaian

mereka. Keinginan tertentu mungkin di anggap sebagai tipe keinginan dan

minat pribadi, minat untuk berekreasi keinginan sosial, keinginan yang

bersifat keagamaan dan keinginan untuk mati.

1.5 Masalah - masalah pada lanjut usia

Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai

masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan

semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di

bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada

Page 9: miniproject  program puskesmas

perananperanan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam

hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga

yang memerlukan bantuan orang lain.

Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula

berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan

sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan

berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan

dampak pada kebahagiaan seseorang.

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih

mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul

adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di

dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.

Masalah - masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar

penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan

inkontinensia.

Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan

psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor

psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi

imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder.

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas,

nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit

kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan,

sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson

Page 10: miniproject  program puskesmas

dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab

imobilisasi.

Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini

sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering

dibanding pria.

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata

yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring dan

terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan

kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi.

Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan

terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan

penyakit - penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah

turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses

penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar lanjut usia memerlukan

perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah

masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari -

hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak

mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif

sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi

ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara

umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan

keluarga.

Page 11: miniproject  program puskesmas

Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang

kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor

akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah

efek dari imobilisasi.

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki.

Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi

penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran

kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi

tersebut.

2. SENAM ERGONOMIS

Senam Ergonomis

Senam ergonomis adalah senam yang bermanfaat untuk pemeliharaan

kesehatan yang terdiri dari lima gerakan yaitu dari berdiri tegak, memutar lengan,

ke belakang dengan posisi jinjit, membungkuk, sujud dan tidur terlentang dengan

posisi kaki dilipat dengan lengan di atas kepala dan bertumpu pada punggung

kaki.

Senam ergonomis adalah senam fundamental yang gerakannya sesuai

dengan susunan dan fungsi fisiologi tubuh. Tubuh terpelihara dengan sendirinya

dan mampu mengendalikan beberapa penyakit. Gerakan senam ergonomis sangat

unik dan menyesuaikan kondisi tubuh masing-masing orang.

Terdapat satu gerakan pembuka dan lima gerakan fundamental dalam gerakan

senam ergonomis, yaitu:

Page 12: miniproject  program puskesmas

a) Gerakan pembuka, berdiri sempurna

b) Gerakan pertama, lapang dada

c) Gerakan kedua, tunduk syukur

d) Gerakan ketiga, duduk perkasa

e) Gerakan keempat, duduk pembakaran

f) Gerakan kelima, berbaring pasrah

Gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara berangkai sebagai senam rutin

setiap hari, atau sekurang-kurangnya 2 sampai 3 kali seminggu. Masing-masing

gerakan juga dapat dilakukan secara terpisah, di sela-sela kegiatan atau bekerja

sehari-hari.

2.1 Gerakan Pembuka,Berdiri Sempurna

Caranya: Berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tubuh rileks, tangan di

depan dada, denga jari-jari sedikit meregang. Posisi kaki meregang kira-kira

selebar bahu, telapak dan jari-jari kaki mengarah lurus ke depan.

Dosis: Bagi pemula mungkin agak lama sekitar 2-3 menit. Akan tetapi

kalau sudah terbiasa mungkin cukup 30-60 detik. Gerakan ini yang penting sudah

bisa mengantarkan ke kondisi mengantarkan kekondisi rileks, maka ini dikatakan

cukup.

Manfaatnya: Dengan gerakan berdiri sempurna, seluruh syaraf menjadi

satu titik pada pengendalinya di otak. Pusat kendali di seluruh belahan otak bagian

kanan kiri, depan belakang, luar dalam dan atas bawah dipadukan saat itu pada

satu tujuan. Saat itu, pikiran dikendalikan oleh kesadaran akal untuk sehat dan

Page 13: miniproject  program puskesmas

bugar, tubuh dibebaskan dari beban pekerjaan, berat badan tubuh ditumpukan

dengan pembagian beban yang sama pada kedua kakinya.

2.2 Gerakan Lapang Dada

Caranya: Dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan menjuntai ke bawah,

kemudian dimulai gerakan memutar lengan. Tangan diangkat lurus ke depan, lalu

ke atas, terus ke belakang, dan kembali menjuntai ke bawah. Satu putaran

disambung dengan putaran berikutnya sehingga seperti baling-baling. Posisi kaki

dijinjitkan-diturunkan, mengikuti irama gerakan tangan.

Dosis: untuk senam, gerakan ini dilakukan 40 kali putaran, satu gerakan

memutar butuh waktu 40 detik, sebagai gerakan aerobik. Keselurahan 40 kali

putaran akan selesai dalam 4 menit. Akan tetapi, bisa juga gerakan putaran

dipercepat, berikutnya bahkan dapat dilakukan dengan sangat cepat seperti

gerakan baling-baling. Keseluruhan gerakan dapat selesai dalam waktu 35 detik.

Manfaatnya: Gerakan lapang dada akan mengaktifkan fungsi organ, karena

seluruh sistem syaraf menarik tombol-tombol kesehatan yang tersebar di seluruh

tubuh.

2.3 Gerakan Tunduk Syukur

Caranya: dimulai dengan mengangkat tangan lurus keatas, kemudian

badan membungkuk, tangan kemudian meraih mata kaki, dipegang kuat, tarik,

cengkaram seakan-akan kita mau mengakat tubuh kita. Posisi kaki tetap seperti

Page 14: miniproject  program puskesmas

semula. Pada saat itu kepala mendongak dan pandangan diarahkan ke depan.

Setelah itu kembali ke posisi berdiri dengan lengan menjuntai.

Pernafasannya; saat memulai garakan tangan hingga tangan sampai ke

atas, tarik nafas dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, bungan nafas

sedikit demi sedikit, tapi jangan dihabiskan hingga tangan mencengkran dan

menarik pergelangan kaki ketika kepala mendongak, kita masih menyimpan kira-

kira separuh hafas kita. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada, sampai

sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali ke posisi berdiri. Segera ambil nafas baru

3-4 kali sebelum melanjutkan gerakan.

Dosisnya: grakan kedua ini dilakukan 5 kali. Umumnya satu kali gerakan

selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk jedanafas. Keseluruhan 5 kali

gerakn akan selesai dalam 4 menit.

Manfaatnya: Gerakan ketiga, tunduk syukur, adalah gerakan memasok

oksigen ke kepala dan mengembalikan posisi tulang punggung sepaya tegak.

Gerakan ini akan melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah, paha, dan

betis.

Gerakan ini juga akan mempermudah untuk persalinan bagi ibu-ibu hamil yang

melakukannya secra rurtin . juga dapat menbantu menyembuhkan berbagai

macam penyakit yang menyerang tulang belakang yang meliputi ruas tulang

punggung, ruas tulang leher, ruas tulang pinggang dan tulang tungging. Bila

mereka yang terkena penyakit sinusitis dan asma sesaat sesudah melakukan

gerakan ini bisa langsung dirasakan menfaatnya.

Page 15: miniproject  program puskesmas

2.4 Gerakan Duduk Perkasa

Caranya: Dari posisi sebelumnya, jatuhkan kedua lutut ke lantai, posisi

kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke depan.

Tangan mencengkram pergelangan kaki. Mulai gerakan seperti mau sujud tetapi

kepala mendongak, pandangan ke depan, jadi dagu hamper menyentuh lantai.

Setelah beberapa saat ( satu thanan nafas) kemudian kembali ke posisi duduk

perkasa.

Pernafasanya: sesaat sebelum memulai gerakan sujud, ambil nafas dalam-

dalam. Saat mulai menbungkukkan badan, buang nafas sedikit-sedikit, hingga saat

dagu hamper menyentuh lantai, kita masih menyimpan kira-kira separuh nafas

kita. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada, salama mungkin. Jangan

mencoba bernafas normal pada posisi ini, karana akan ada rasa nyeri disekitar

rongga dada. Nafas dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil nafas

baru 3-4 kali sebelum melanjutkan gerakan.

Dosisnya: Gerakan keempat ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan

selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda. Keluruhan 5 kali

gerakan akan selesai dalam 4 menit.

Manfaatnya: Gerakan keempat duduk perkasa, adalah gerakan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan keperkasaan. Sujud dengan

posisi jari-jari di tekuk. Gerakan sujud ini akan menbuat otot dada dan sela iga

menjadi kuat, sehingga rongga dada menjadi lebih besar dan paru-paru akan

berkembang dengan baik dan dapat menghisap oksigen lebih banyak. Lutut yang

membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot perut berkembang dan

Page 16: miniproject  program puskesmas

mencegak kegombyoran di bagian tengah. Menambah aliran darah ke bagian atas

tubuh, terutama kepala, mata, telinga, dan hidung serta paru-paru. Memungkinkan

toksin- toksin dibersihkan oleh darah, bermanfaat menpertahankan posisi “benar”

pada janin (bagi ibu hamil), mengontrol tekanan darah tinggi, serta menambah

elastisitas tulang itu sendiri.

Sujud dengan posisi duduk perkasa jari-jari kaki ditekuk akan menbantu mereka

yang menderita migraine, vertigo, pusing, mual, dan lain-lain. Saat jari-jari di

tekuk seluruh tombol kesehatan aktif membuang sampah biolistrik. Bagi yang

menderita seperti sakit diatas, akan terasa sakit sekali awalnya, tapi lama-

kelamaan akan hilang. Biasanya saat duduk perkasa ada angina yang berputar

diperut dan langsung keluar atau buang angin. Gerakan ini membantu juga yang

susah buang air besar karena pencernaan akan terbantu. Selanjutnya, bagi yang

ingin perkasa saat berhubungan seks, gerakan ini dapat dilakukan sambil

membaca kurang lebih 15-20 menit setiap hari dalam kurun waktu satu minggu.

2.5 Gerakan duduk pembakaran

Caranya : Dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki dihamparkan ke

belakang, sihingga kita duduk beralaskan telapak kaki (bersimpuh : duduk

sinden). Tangan berkecak pinggang. Mulai gerakan seperti akan sujud tetapi

kepala mendongak, pandangan ke depan, dan dagu hampir menyentuh lantai.

Setelah beberapa saat (satu tahanan nafas) kemudian kembali keposisi duduk

pembakaran.

Page 17: miniproject  program puskesmas

Pernafasannya: Sesaat sebelum memulai gerakan akan sejud, ambil nafas

dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang nafas sedikit-sedikit,

hingga saat dagu hampir menyentuh lantai kita masih menyimpan kira-kira

separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada sekuatnya. Nafas

dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum

melanjutkan gerakan.

Dosisnya: gerakan kelima ini dilakukan 5 kali. Umunya 1 kali gerakan

selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali

gerakan akan selesai dalam 4 menit.

Manfaatnya: Gerakan keempat, duduk membakar, adalah gerakan untuk

memperkuat otot pinggang dan menperkuat ginjal, sujut dengan posisi

pembakaran akan menbakar lemak dan racun dalam tubuh. Saat duduk

pembakaran, tombol pembakaran di punggung kaki diaktifkan. Bagi mereka yang

menderita asam urat, keracunan obat, keracunan makanan atau kondisi badan

yang sedang lemah akan merasakan seperti terbakar. Gerakan ini sebaiknya

dilakukan sitiap saat misalnya saat nonton TV, mengosok baju, sambil belajar

bagi anak-anak karena akan mencerdaskan dan meningkatkan daya tahan tubuh,

bila asam urat dan bengkak kakinya, atau penderita radang persendian agar

dilakukan lebih lama, beberapa saat kemudian bengkak akan menghilang.

Gerakan ini akan memperkuat pinggang bagian bawah dan memperlancar aliran

darah ditungkai dalam arti fungsi kolateralnya akan meningkat.

2.6 Gerakan berbaring pasrah

Page 18: miniproject  program puskesmas

Caranya: Dari posisi duduk pembakaran, kemudian merebahkan tubuh ke

belakang. Gerakan ini paling berat meskipun kelihatan sepele. Berbaring dengan

tungkai pada posisi menekuk di lutut. Ini harus hati-hati, mungkin harus dengan

cara bertahap, kalau perlu pada awalnya dengan bantuan alas punggung. Bila

sedah rebah, tangan diluruskan keatas kepala, ke samping kenan-kiri maupun ke

bawah menempel badan. Pada saat itu tangan memegang betis, tarik seperti mau

bangun, dengan rileks, kepala bisa didongokkan dan digerakan-gerakan ke kanan-

kiri. Posisi dan gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai akan bangun.

Gerakan ini satu kali tetapi dipertahankan beberapa menit sekuatnya. Hati-hati

juga pada saat akan bangun, pada pemula biasanya mengalami kesulitan sehingga

harus dibantu teman latihannya. Atau dengan cara lain, bukan bangun dari posisi

itu, tetapi meluruskan lutut kanan-kiri sehingga pasisi berbaring lurus biasa, baru

kemudian bangun.

Pernafasannya: Nafas dibiarkan mengalir dengan sendirinya, karena ini

gerakan relaksasi terakhir, sekaligus memaksimalkan kelenturan rubuh.

dosisnya: Gerakan keenam ini sebaiknya dilakukan minimal 5 menit. Sudah

termasuk variasi gerakan kepala dan leher serta ayunan tangan ke atas, samping

maupun bawah. Sekali lagi jangan terlalu memaksakan diri, baik rebahnya

maupun bangunnya

Page 19: miniproject  program puskesmas
Page 20: miniproject  program puskesmas

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Perencanaan Konsep Penyuluhan dan Pelatihan Senam DM

Perencanaan kegiatan kami mulai dengan mencari sasaran yang tepat

untuk melakukan pelatihan senam ergonomis ini. Setelah didapatkan sasaran

yang tepat kami meminta izin kepada pemegang program PWRI untuk mengisi

dalam acara rutin pertemuan PWRI di puskesmas plaosan.

2. Pelatihan Senam Ergonomis

Nama Kegiatan

Pelatihan Senam ergonomis pada lansia

Bentuk Kegiatan

Pelatihan Senam ergonomis pada lansia

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pelatihan

Kegiatan ini kami laksanakan di beberapa tempat yaitu :

Ruang Pertemuan Puskesmas Plaosan

Tanggal : 10 mei 2013

Jam : 09.00 – selesai WIB

Peserta : anggota PWRI Plaosan

4. Materi Pelatihan

Pelatihan :

Page 21: miniproject  program puskesmas

Pelatihan senam Ergonomis yang kami lakukan diawali dengan melakukan

pretest tentang senam ergonomis. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan

mengenai senam ergonomis. Setelah itu dilakukan praktek untuk melakukan

senam ergonomis yang diikuti oleh semua peserta.

Page 22: miniproject  program puskesmas

BAB IV

HASIL

A. PROFIL KOMUNITAS UMUM

Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan adalah sebuah kecamatan yang

berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Terdiri atas 58 dusun

atau lingkungan 67 Rukun Warga 389 Rukun Tetangga di kecamatan Plaosan

terdapat 15 Desa Antara Lain :

a. Desa Bogoarum

b. Desa Bulugunung

c. Desa Buluharjo

d. Desa Dadi

e. Desa Ngancar

f. Desa Nitikan

g. Desa Pacalan

h. Kelurahan Plaosan

i. Desa Plumpung

j. Desa Puntukdoro

k. Desa Randugede

l. Desa Sarangan

m. Desa Sendangagung

n. Desa Sidomukti

o. Desa Sumberagung

B. DATA GEOGRAFIS

Kelurahan Plaosan berada di Kecamatan Plaosan dengan

ketinggian 874 meter dpl, dengan koordinat pada titik 7,68379 LS dan

111,25148 BT. Luas Kecamatan Plaosan sekitar 66,09 Km2 atau sekitar

9,57 % dari luas total Kabupaten Magetan. Wilayah Kecamatan Plaosan

berada pada ketinggian antara 500 meter dpl sampai 1.280 meter dpl.

Page 23: miniproject  program puskesmas

C. DATA DEMOGRAFIK

Kelurahan Plaosan mempunyai luas wilayah sekiar 3,75 km2

dengan jumlah penduduk 6.313 jiwa. Di kelurahan Plaosan terdapat 198

RTM yang rata-rata dihuni 5 jiwa / rumah tangga dengan tingkat

kepadatan penduduk 1.683 / km2. Jumlah warga yang berumur pra usila

(44 – 59 tahun) sejumlah 812 orang, usila (≥60 tahun) sejumlah 537 orang

dengan total warga pra usila dan usia sejumlah 1.349 orang.

D. SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA

Sumber Daya Kesehatan yang terletak di desa Plaosan salah

satunya adalah Puskesmas Plaosan. Puskesmas Plaosan merupakan

Puskesmas yang melayani perawatan rawat inap.

Selain Puskesmas, di kelurahan Plaosan juga terdapat 8 pos

posyandu yaitu Plaosan 1, Plaosan 2, Plaosan 3, Gulun, Duwet, Kauman,

Sale, dan Kandenan. Para kader posyandu yang berjumlah 40 orang juga

cukup aktif di setiap kegiatan posyandu maupun saat pertemuan kader

posyandu. Kedelapan posyandu yang terdapat di kelurahan Plaosan

berstrata purnama.

E. DATA KESEHATAN MASYARAKAT (PRIMER) :

Dari 1.354 KK di kelurahan Plaosan, sebanyak 97,46% KK sudah

memiliki persediaan air bersih, 99,65% KK sudah mempunyai jamban,

Page 24: miniproject  program puskesmas

dan semua KK sudah mempunyai tempat sampah dan pengelolaan limbah

yang cukup baik di tiap rumah.

Rumah sehat yang diperiksa di kelurahan Plaosan adalah 590

rumah dari keseluruhan 1.068 rumah dengan hasil 564 rumah (95,59%)

telah masuk kriteria rumah sehat. Dari 109 RT yang dipantau terdapat 68

RT (62,39%) yang telah berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

F. PREVALENSI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT

SEBELUM INTERVENSI

Sebelum mengikuti pelatihan senam ergonomis, para peserta yaitu

anggota PWRI Plaosan belum begitu paham mengenai senam ergonomis.

Hal ini terbukti dengan hasil pre test yang masih kurang baik.

G. PREVALENSI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT

SESUDAH INTERVENSI

Setelah mengikuti pelatihan, hampir semua peserta dapat

menjawab soal post test dengan tepat dan dapat mempraktekkan gerakan

senam ergonomis ini di rumah dan menjadi agenda pada setiap pertemuan

PWRI.

Page 25: miniproject  program puskesmas

BAB V

DISKUSI

Pelatihan senam ergonomis yang dilakukan pada tanggal 10 mei 2013 di

aula puskesmas Plaosan dimulai pada pukul 08.30. pelatihan tersebut diawali

dengan melakukan pretest tentang lansia dan senam ergonomis. Dalam pelatihan

tersebut peserta yang datang adalah 30 orang anggota PWRI kecamatan Plaosan.

Kegiatan yang dilakukan adalah mengajarkan para lansia untuk melakukan senam

ergonomis. Setelah dilakukan pretes para peserta diberi sedikit pengetahuan

tentang senam ergonomis itu sendiri, dari pengertian, manfaat, sampai dengan

cara melakukan senam. Setelah itu para peserta diminta untuk melakukan

bersama-sama gerakan senam tersebut.kebanyakan para peserta antusias untuk

mengikuti kegiatan tersebut. Setelah diberikan beberapa materi dan diminta

melakukan gerakan senam, ada beberapa peserta yang dicoba untuk melakukan

sendiri gerakan-gerakan senam tersebut sambil disaksikan oleh para peserta

lainnya. Kemudian acara terakhir adalah dilakukan posttest.

Hasil pelatihan yang kami lakukan cukup memuaskan. Dari data hasil pre

test dan post test dapat kami simpulkan bahwa para peserta cukup menyimak

penjelasan kami. Nilai post test pada awalnya kurang begitu baik namun setelah

mengikuti penyuluhan hampir semua peserta dapat menjawab dengan tepat. Hasil

dari pretest yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 26: miniproject  program puskesmas

1 2 3 4 50

2

4

6

8

10

12

14

16

pretest

pretest

1 2 3 4 50

2

4

6

8

10

12

postest

postest

Page 27: miniproject  program puskesmas

pretest postest0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

perbandingan pretest dan postest

perbandingan pretest dan postest

Page 28: miniproject  program puskesmas

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil pretest dan postes yang dilakukan saat

pelatihan senam ergonomis para peserta terdapat peningkatan hasil yang dapat

berarti pelatihan tersebut berhasil berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Para peserta diharapkan untuk melakukan senam tersebut secara rutin dirumah

dan dapat digalakkan secara rutin saat perkumpulan PWRI berlangsung.

Saran kami, perlu dilakukan pelatihan senam ergonomis

secara berkala agar masyarakat semakin hafal melakukan gerakan-gerakan

senam sehingga dapat dipraktekan secara mandiri di rumah tanpa harus

bersama-sama (berkelompok). Selain itu diharapkan agar senam ini dapat

dilakukan pada setiap pertemuan PWRI yang dilakukan setiap bulan di

Puskesmas plaosan..

Page 29: miniproject  program puskesmas

LAMPIRAN

SOAL PRE TEST DAN POST TEST

1. Apakah senam ergonomis itu?

a. Senam yang dilakukan pada pasien penyakit DM

b. Senam yang dilakukan rutin untuk menurunkan berat badan

c. senam fundamental yang gerakannya sesuai dengan susunan

dan fungsi fisiologi tubuh

d. senam yang dilakukan untuk membentuk tubuh

2. Siapa sajakah yang boleh melakukan senam ergomomis?

a. Anak-anak

b. Dewasa

c. Lansia

d. Semua umur

3. Berasal dari manakah gerakan senam ergonomis dibuat?

a. Gerakan sholat

b. Gerakan senam ibu hamil

c. Senam poco-poco

d. Senam DM

4. Apakah kegunaan dari senam ergonomis?

a. Merelaksasi tubuh

b. Mengaktifkan semua system syaraf

Page 30: miniproject  program puskesmas

c. Mengurangi nyeri kepala

d. Semuanya benar

5. Kapan kita dapat melakukan senam ergonomis?

a. Pagi hari

b. Siang hari

c. Malam hari

d. Sewaktu-waktu