Modul 11 - Civil Departement Poliban "Salmani, ST, MS, … KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK...
Transcript of Modul 11 - Civil Departement Poliban "Salmani, ST, MS, … KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK...
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 1
Modul 11
Pengukuran Jalan dan Pengairan
Pengukuran dan pemetaan rute dimaksudkan untuk membahas penerapan pengukuran dan
pemetaan rute dalam bidang rekayasa teknik sipil, khususnya jalan dan pengairan. Kajian lebih
banyak mengacu pada terapan praktis berdasarkan bakuan yang diterbitkan oleh bekas
Departemen Pekerjaan Umum (PU).
11.1 Pengukuran dan Pemetaan Jalan
Survai jalan meliputi pengukuran dan pemetaan untuk perencanaan dan
pengembangan, perancangan, pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan jalan.
Perhatikan pada Gambar 11.1 berikut, pengukuran dan pemetaan khusus untuk
perencanaan jalan baru dimulai pada tahapan rencana pendahuluan menggunakan peta
skala 1 : 50 000. Pada tahapan sebelumnya menggunakan peta dasar rupa bumi
(topografi) dan peta-peta lainnya yang sudah tersedia.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 2
Gambar 11.1: Tahapan program perencanaan dan pengembangan jalan.
(Disalin dari
Suyono
Sosrodarsono
).
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 3
Gambar 11.2: Gambar rencanan alignment horizontal jalan (Disalin dari Suyono osrodarsono.)
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 4
...Gambar 11.3: Contoh gambar rencana alinyemen vertikal jalan.
(Disalin dari Suyono Sosrodarsono).
Produk pengukuran dan pemetaan di Indonesia berupa peta dasar ataupun peta tematik
lainnya bisa diperoleh dari BAKOSURTANAL, Dir. Geologi Bandung dan PU.
Pemetaan skala besar 1 : 1 000 yang meliputi pembuatan peta topografi, pematokan,
pengukuran penampang dan pengukuran sekitar bangunan khusus – misalnya
jembatan, dilakukan untuk membuat rancangan detil jalan. Susunan peta dan gambar
pada tahapan ini adalah peta topografi sekitar route dan penampang memanjang pada
satu lembar gambar, sedangkan gambar penampang melintang digambar tersendiri.
Gambar ini kemudian dilengkapi dengan gambar rencana alinyemen horizontal dan
vertikal – termasuk potongan melintang tipikal sesuai kondisi tanah lokasi.
Pada tahap pelaksanaan, gambar rancangan detil dipatok ulang ke lapangan. Bila yidak
ada penyimpangan yang berarti, maka tidak perlu dilakukan revisi. Tetapi bila ditemui
perubahan yang cukup berarti, maka dilakukan perubahan rancangan alinyemen
horizontal. Setelah dianggap tidak perlu ada perubahan lagi, dilanjutkan dengan
pematokan setiap 25 m dan pengukuran penampang memanjang dan melintang. Bila
rancangan alinyemen vertikal sudah sesuai keadaan saat konstruksi, maka
digambarkan potongan melintang rencana jalan berdasarkan bentuk-bentuk potongan
tipikal yang disepakati untuk diterapkan. Berdasarkan gambar penampang ini dihitung
volume pekerjaan.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 5
Contoh skala peta dan gambar untuk pekerjaan jalan tahap perancangan rinci:
Jenis Peta atau Gambar Skala Catatan
Pengukuran dan pemetaan rancangan rinci.
Peta planimetri 1 : 500 s/d 1 : 1 000
Peta sepanjang rute, pengukuran berbasis sumbu jalan
Potongan memanjang setiap 50 m.
H = skaa plan V 1 : 100
Perancangan alinyemen vertikal.
Potongan melintang H/V 1 : 100 Volume perkerjaan
Pengukuran dan pemetaan untuk pelaksanaan
Sama seperti pada tahap perancangan rinci, hanya pengukuran penampang melintang dibuat lebih rapat.
Gambar
11.4: Penampang melintang pada berbagai tipikal konstrusi jalan.
(Dialih dan dikembangkan berdasarkan Hickerson.)
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 6
11.2 Pengukuran dan Pemetaan Pengairan
Survai pengairan adalah survai untuk water resource engineering and management,
sehingga akan mencakup dari kawasan sumber air hingga kawasan hilir di sekitar
pantai. Objek yang diukur dan dipetakan bisa meliputi sistem sungai, waduk dan
bendungan, saluran irigasi dan bangunan sarana - prasarana pengairan lainnya. Jenis
pengukurannya - dengan anggapan peta dasar sudah tersedia, meliputi pemetaan
topografi skala 1 : 10 000 atau lebih besar hingga pengukuran untuk pelaksanaan
pekerjaan. Persyaratan-persyaratan tersebut mengutamakan pemetaan skala besar
seperti oto udara yang digunakan berskala 1 : 10 000 dan peta serta gambar-gambar
yang dihasilkan berskala 1: 5 000
Kajian survey dan pemetaan mencakup persyaratan pengadaan data secara
fotogrametris untuk pembuatan peta topografi jenis ortofoto hingga pengukuran rincikan
cara teristris untuk perencanaan saluran tersier. Pengukuran dan pemetaan dimulai
dengan cara pembuatan dan ketentuan ketelitian kerangka, cara pengukuran dan
pemetaan rinci, cara perekaman data, cara pengolahan, cara penyajian dan ketentuan
dokumentasi.
Bench Mark:
BM merupakan titik rujukan dan pemeriksaan posisi horizontal (KDH) dan vertikal (KDV)
pengukuran dan pemetaan. Sepanjang rute sungai dan saluran, BM dipasang setiap
interval 2,5 km. BM terpasang dibuatkan deskripsi.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 7
Gambar 11.5: BM untuk pengukuran pengairan. (Disalin dari PT 02 PU)
Poligon:
Poligon utama:
1. Poligon terikat sempurna,
2. Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan 10"Ö n; n = jumlah titik sudut,
3. Kesalahan penutup linier poligon (jarak) £ 1: 10 000.
Poligon cabang:
1. Poligon terikat sempurna pada poligon utama,
2. Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan Poligon terikat sempurna
pada poligon utama, Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan 20"Ö n;
n = jumlah titik sudut, danKesalahan penutup linier poligon (jarak) £ 1: 5 000.
Sipat datar:
Kesalahan penutup sipat datar lebih teliti atau sama dengan 7Ö Dkm mm.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 8
Titik detil cara tachymetri:
Poligon pembantu:
1. Poligon pembantu terikat pada poligon utama atau poligon cabang,
2. Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan 24"Ö n; n = jumlah titik
sudut,
3. Kesalahan penutup linier poligon (jarak) £ 1: 2 000,
4. Kesalahan penutup ketinggian titik poligon pembantu £ ± 10Ö Dkm mm.
Garis kontur:
1. 1. Indeks kontur umumnya 5 m atau 10 m,
2. Inteval 0,25 m pada daerah datar hingga 10 m pada derah dengan kecuraman >
20%.
Proyeksi peta: UTM
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 9
Gambar 11.6: Contoh lembar peta ortofoto pengairan.
(Disalin dari PT 02 PU)
Kertas gambar:
1. Kertas gambar ukuran A1,
2. Wajah peta (50 cm x 80 cm),
3. Skala peta 1 : 2 000, 1 : 5 000, 1 : 10 000 dan 1 : 20 000.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 10
Stasion rute:
1. Stasion atau patok kilometer dimulai dari bagian hilir sungai atau awal bendung,
2. Patok kilometer di pasang sebelah kanan/kiri sungai ataupun saluran.
Penampang memanjang:
1. Penampang memanjang (PM) sepanjang sungai atau saluran,
2. PM menunjukkan kedalaman asli sumbu, bagian terdalam, tinggi muka air terendah
dan tertinggi,
3. PM menunjukkan tinggi rencana muka air tertinggi, banjir, tinggi tanggul kanan dan
kiri,
4. PM dibuat berdasarkan data pengukuran penampang melintang,
5. Skala gambar H/V 1 : 2 000/1 : 200 atau 1 : 1 000/1 : 100.
6. Pengukuran penampang memanjang saluran dan sungai umumnya tidak diukur
tersendiri, tetapi merupakan bagian dari pengukuran penampang melintang.
Gambar 11.7: Potongan memanjang sungai.
(Disalin dari Suyono Sosrodarsono).
Penampang melintang:
1. Penampang melintang tegak lurus sumbu sungai atau saluran,
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 11
2. Penampang dilihat dari arah hilir,
3. Selang pengukuran setiap 25, 50 atau 100 m,
4. Skala gambar H/V 1 : 200/1 : 200, 1 : 200/1 : 100 atau 1 : 100/1 : 100.
Gambar 11.8: Contoh tipe pengukuran panampang sungai.
(Disalin dari Suyono Sosrodarsono)
Bangunan Khusus:
1. Bendung/waduk peta topografi skala 1 : 500,
2. Bangunan lainnya skala peta topografi skala 1 : 500 atau 1 : 200.
Pertanyaan dan Soal Latihan
1. Sebutkan jenis dan skala serta pemakaian gambar dan peta pada berbagai tahapan
pekerjaan rekayasa sipil, khususnya jalan. Coba berikan alasan pemakaian berbagai
skala itu.
2. Gambar dan sebutkan elemen pengukuran penampang melintang pada pengukuran
jalan dan sungai. Bandinghkan cara dan peralatan pengukuran yang mungkin
diperlukan.
Rangkuman
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
Modul 11 - 12
Penerapan pengukuran dan pemetaan di bidang rekayasa sipil mulai dari pemetaan skala kecil
yang mencakup daerah luas hingga ke skala besar untuk pelaksanaan pekerjaan. Pembuatan
peta skala kecil dan peta dasar oleh lembaga khusus pemetaan nasional. Pengukuran dan
pemataan skala besar mulai dari tahap perencanaan pendahuluan dilakukan khusus untuk
lokasi pekerjaan.
Daftar Pustaka
1. Hickerson, T.F., (1953), Route Location and Surveying, McGraw-Hill, New York, Chapter
2.
2. Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. (Editor), (1983), Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Bab 7 dan 8.
3. Departemen Pekerjaan Umum (1986), PT 02 Standar Perencanaan Irigasi, Jakarta.