Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
-
Upload
ai-siti-rika-fauziah -
Category
Documents
-
view
271 -
download
4
Transcript of Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
1/10
Analisis Kuantitatif Bahan Baku Paracetamol Dengan Metode Titrasi Nitrimetri
Ai Siti Rika Fauziah
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang
ABSTRAK
Parasetamol merupakan derivate aminofenol yang mempunyai aktivitas analgetik dan antipiretik.
PCT mengandung tidak kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar bahan
baku PCT dengan metode titrasi nitrimetri. Prinsip dari titrasi nitrimetri adalah pembentukan
garam diazonium hasil dari reaksi antara NaNO2 (titran) dengan sampel (PCT) dalam suasana
asam dengan mempertahankan suhu di bawah 15oC. Indikator yang digunakan yaitu pasta kanji
iodide. Dari hasil titrasi didapatkan titran yang bereaksi dengan sampel sebanyak 2,6 ml Kemudian
dari perhitungan didapat kadar bahan baku parasetamol adalah 17,274%.
Kata Kunci: parasetamol, kadar, titrasi nitrimetri, indikator, pasta kanji iodide
Qual itati ve Analysis Standard Substance Paracetamol Wi th D iazotization Ti tration M ethod
ABSTRACT
Paracetamol is an aminophenol derivate that has analgesic and antipyretic activity. PCTcontaining not less than 98% and no more than 101,0% C8H9NO2 counted against a substance
that has been dried. This study purpose to know the concentration of standard substance PCT with
diazotization titration method. The principle of titration diazotization method was formed
diazodium salt from reaction between NaNO2 (titrant) with sample (PCT) at acid condition that
maintain the temperature under 15oC. Indicator that used in this titration is starch iodide paste.
From the titration was obtained titrant that was reaction with the sample is 2,6 ml Then from the
result of the calculation was obtained concentration of standard substance PCT is 17,274%.
Keywords: paracetamol, concentration, diazotization titration, indicator, starch iodide paste
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
2/10
Pendahuluan
Parasetamol, N-asetil-4-aminofenol,
C8H9 N02 adalah suatu senyawa hablur atau
serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.Mengandung tidak kurang dari 98 % dan
tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan (Depkes
RI, 1979).
Parasetamol merupakan derivat
aminofenol yang mempunyai aktivitas
analgetik dan antipiretik. PCT berefekmenghambat sintesa prostaglandin di otak
sehingga dapat menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus
amino benzen yang menurunkan panas saat
demam (Wilmana, 1995 ; Mutschler, 1991 ;
Scunach, Mayer & Haak, 1990).
Metode resmi untuk analisa kadar
parasetamol adalah dengan titrasi nitrimetri
(Ebel, 1992 ; Roth & Blaschke, 1994), titrasi
serimetri (British Pharmacopeiea, 1980) dan
penetapan kadar Nitrogen secara N-Kjehdal
(Depkes RI, 1979).
Nitrimetri adalah metode titrasi yangmenggunakan NaNO2 sebagai pentiter dalam
suasana asam. Pada suasana asam, NaNO2
berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang
akan bereaksi dengan sampel yang dititrasi
membentuk garam diazonium (Gandjar,
2007). Zat yang dapat dititrasi dengan
nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus
– NH2 (amin) aromatik primer atau zat lain
yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi
amin aromatis primer (Setyawati, 2010).
Dalam Nitrimetri, berat ekivalen
suatu senyawa sama dengan berat
molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi
dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1
mol garam diazonium ( Rohman, 2007 ).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksidiazotasi (nitrimetri):
a. Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan
pada suhu rendah (15°C) karena
asam nitrit yang terbentuk dari reaksi
natrium nitrit dengan asam tidak
stabil dan mudah terurai, dan garamdiazonium yang terbentuk pada hasil
titrasi juga tidak stabil.
b. Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada
reaksi diazotasi barjalan agak lambat,
titrasi sebaiknya dilakukan secra
perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi
dapat dikatalisa dengan penambahan
natrium dan kalium bromida sebagai
katalisator (Wunas, 1986).
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
3/10
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu
untuk mengetahui kadar dari bahan baku
parasetamol yang diuji.
Metode
Alat yang digunakan pada praktikum
kali ini yaitu batang pengaduk, beaker glass
1000mL 1 buah, 250mL 4 buah, 100mL 1
buah, buret dan statif, corong, erlenmayer
250mL 3 buah, lempeng porselen atau plat
tetes, neraca analitis, penangas air, pipet
tetes, spatel, dan termos es atau baskom berisi
air es. Bahan-bahan yang digunakan yaitu
bahan baku parasetamol, pasta kanji iodide
(KI, suspensi pati), aquades, NaNO2 0,1 N,
HCL pekat, sulfanilamide, dan KBr.
Pertama, dilakukan pembakuan
terhadap NaNO2 dengan cara ditimbang 500
mg sulfanilamid, dilarutkan dalam 50 ml
aquades. Kemudian ditambahkan 5 ml HCl
12 N. Lalu dititrasi dengan larutan NaNO2
0,1 N (Depkes RI, 1979).
Pembuatan pasta kanji iodida
dilakukan dengan cara KI ditimbang
sebanyak 10 g dan dilarutkan dalam 95 ml
aquades. Kemudian amilum ditimbang 500
mg dan dilarutkan dalam 5 ml aquades lalu
ad 100 ml dipanaskan selama beberapa
menit. Larutan kanji didinginkan dan diambil
5 ml ditambahkan ke dalam larutan KI 95 ml
tadi.
Penetapan kadar Paracetamol dengan
cara sejumlah 200 mg parasetamol ditimbang
seksama kemudian dimasukkan kedalam
erlenmeyer. Ditambahakan 8 mL asam
klorida P dan 20 mL air, diaduk hingga larut,
kemudian dipanaskan minimal selama 1 jam
diatas penangas air. Setelah selesai dilakukan
pendinginan hingga temperatur ± 8ºC.
Dilakukan titrasi pelan-pelan dengan natrium
nitrit 0,1 M ( tetap pertahankan campuran
pada suhu ± 8oC dalam baskom es selama
titrasi ) hingga setetes larutan memberikan
warna pada indikator kanji iodide (Beckett
and Stenlake, 1975).
Hasil
a. Pembakuan NaNO2
No. Perlakuan Hasil
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
4/10
1 Ditimbang 500 mg sulfanilamide
lalu dilarutkan dalam 5 ml HCl dan
50 ml aquades
Sulfanilamide larut
2 Larutan tersebut dititrasi dengan
NaNO2 (dilakukan duplo)
Vsulfa1 = 10 ml
Vsulfa2 = 10 ml (ditambah KBr)
3 Ditentukan kadar dari NaNO2 Kadar NaNO2 = 0,088 N
Perhitungan kadar NaNO2:
Msulfanilamid = 500 mg = 0,5 g
Vlarutan (aq + HCl) = 55 ml
BMsulfanilamid = 172,2 gr/mol
Nsulfanilamid =
x 1000
=0,5
172,2 x
1000
55
= 0,0528 N
Vtitrasi = 10 ml
V NaNO2 = 6 ml
mol sulfanilamide = mol NaNO2
V1 x N1 = V2 x N2
10 ml x 0,0528 N = 6 ml x N2
N2 = 0,088 N → NNaNO2 = 0,088 N
b. Pembuatan Pasta Kanji
No. Perlakuan Hasil
1 KI ditimbang sebanyak 10 g dan
dilarutkan dalam 95 ml aquades
KI larut
2 Amilum ditimbang 500 mg dan
dilarutkan dalam 5 ml aquades lalu
Terbentuk larutan kanji 100 ml
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
5/10
ad 100 ml dipanaskan selama
beberapa menit
3 Larutan kanji didinginkan dan
diambil 5 ml ditambahkan ke
dalam larutan KI 95 ml tadi
Terbentuk pasta kanji iodide bening
100 ml
c. Penetapan Kadar PCT
No. Perlakuan Hasil Gambar
1 Ditimbang 200 mg
PCT sebanyak 3
kali lalu dilarutkan
dalam 8 ml HCl
dan 20 ml aquades
PCT larut
2 Larutan tersebut
direfluks selama 1
jam
Larutan terhidrolisis
dan berubah menjadi
kuning pucat
3 Larutan
didinginkan sampai
suhu 15 C lalu
dititrasi dengan
NaNO2 sampai
mencapai titik
akhir
VPCT1 = 6 ml
VPCT2 = 2,6 ml
VPCT3 = 1 ml
(ditambah KBr)
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
6/10
4 Sampel dititrasi
dan dihitung kadar
dari PCT
Didapat kadar PCT
(menggunakan data
PCT 2) = 17,274%
PCT 1
PCT 2
PCT 3
Perhitungan kadar PCT
PCT1 : NPCT = N NaNO2
= V x N
Gr = 6 x 0,088 x 151
= 79,728 gr
%kadar =
x 100%
=79,728
200 x 100%
= 79,864%
PCT2 : NPCT = N NaNO2
= V x N
gr = 2,6 x 0,088 x 151
= 34,5488 gr
%kadar =
x 100%
=34,5488
200 x 100%
= 17,274%
PCT3 : NPCT = N NaNO2 %kadar =
x 100%
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
7/10
= V x N
gr = 1 x 0,088 x 151
= 13,288 gr
=13,288
200 x 100%
= 6,644%
Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu mengenai
analisis kuanitatif terhadap bahan baku
parasetamol dengan menggunakan metode
titrasi nitrimetri. Analisis kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui kadar suatu
bahan baku PCT sampel yang diuji. Prinsip
dari titrasi nitrimetri yaitu pembentukan
garam diazonium hasil dari reaksi antara
asam nitrat dengan ion nitrosonium.
Setelah itu, dilakukan pembakuan
NaNO2 yang akan digunakan untukmenitrasi sampel. Hal ini dikarenakan
NaNO2 merupakan bahan baku sekunder
yang perlu dibakukan untuk diketahui kadar
yang sebenarnya. Pembakuan NaNO2 ini
menggunakan metode titrasi nitrimetri
dengan ditambahkan KBr sebagai katalis
karena reaksi dalam titrasi nitrimetri yang
mengandung gugus sulfa berlangsung
lambat. Sulfanilamid memiliki halangan
sterik yang tinggi sehingga perlu adanya
katalis agar mempercepat proses reaksi.
Pembakuan ini menggunakan analit
sulfanilamide karena sulfanilamide memiliki
gugus amin aromatic primer yang akan
bereaksi dengan ion nitrosoamin membentuk
garam diazonium dari NaNO2 sehingga pada
akhirnya dapat diketahui kadar dari NaNO2.
Normalitas sulfanilamide yang digunakan
untuk pembakuan NaNO2 yaitu 0,0528 N.
Didapat volume NaNO2 yang bereaksi
dengan 10 ml sulfanilamide adalah 6 ml
sehingga setelah dilakukan perhitungan
didapat kadar dari NaNO2 yaitu 0,088 N. Ini
tidak sesuai dengan estimasi awal yaitu 0,1
N. Hal ini dikarenakan adanya NaNO2 yang
telah teroksidasi oleh udara sehingga
kadarnya berkurang.
Setelah diketahui konsentrasi
sebenarnya dari NaNO2 kemudian dilakukan
penetapan kadar bahan baku parasetamol.
Pada sampel ini, 0,2560 g PCT dicampurkan
dengan 1,2490 SL sehingga diketahui kadar
sebenarnya dari PCT ini yaitu 21,22%.
Indikator yang digunakan yaitu indicator
eksternal pasta kanji iodide yang
memberikan warna biru/violet ketika larutan
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
8/10
sampel dioleskan pada kertas yang telah
dilapisi indicator tersebut. KI akan bereaksi
dengan NaNO2 berlebih dan melepaskan I2
yang kemudian bereaksi dengan kanji yang
menimbulkan warna biru dengan reaksi
seperti berikut:
KI + HCl → KCl + HI
2HI + 2HONO → I2 + 2NO + H2O
I2 + kanji → kanji iod (biru)
Warna yang ditimbulkan harus cepat karena
jika warna munculnya lambat maka itu tidak
akurat dijadikan sebagai titik akhir. Warna
biru tersebut bisa jadi merupakan hasil
hidrolisis asam nitrit oleh udara.
PCT yang akan diuji dilarutkan dalam
HCl pekat (12 N) dan ditambahkan aquades
yang selanjutnya direfluks selama 1 jam.
Tujuan dari perlakuan ini yaitu untuk
menghidrolisis gugus amin aromatic
sekunder dari PCT menjadi amin aromatic
primer karena yang bisa bereaksi dengan ion
nitrosonium adalah gugus amin aromatic
primer. Reaksinya sebagai berikut:
(Higuchi, 1968).
Selain itu adanya HCl juga bertujuan agar
membuat suasana larutan dalam keadaan
asam karena reaksi dalam titrasi nitrimetri ini
berjalan dalam suasana asam. Suhu larutan
juga dijaga agar tidak lebih dari 15oC Karena
garam diazonium mudah terurai menjadi
fenol dan nitrogen pada suhu di atas 15oC.
Ketika larutan selesai direfluks, larutan
tersebut berubah menjadi kuning karena
suasannya yang asam sehingga memberikan
warna tersebut. Setelah selesai direfluks,
larutan didinginkan sampai suhu 15oC lalu
dititrasi. Terjadi reaksi diazotasi berikut:
NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2
Ar-NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O
Titrasi ini dilakukan secara triplo.
Sampel pertama yang dititrasi menunjukan
titik akhir dengan volume NaNO2 sebanyak6 ml. Titik akhir yang didapat tidak tepat
karena ketika larutan tersebut dioleskan pada
indicator kanji iodide warna yang terbentuk
terlalu pekat, yaitu biru kehitaman sehingga
bisa dikatakan bahwa sampel pertama ini
telah melewati titik akhir. Sehingga setelah
dihitung kadarnya didapat 79,864%.
Persentase kadar ini sangat jauh dengan yang
seharusnya yaitu 21,22%. Sampel kedua
didapatkan volume NaNO2 sebanyak 2,6 ml
dengan memberikan warna violet. Kadar
yang didapat dari titrasi PCT 2 ini yaitu
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
9/10
17,274%. Kadar ini mendekati kadar
sebenarnya sehingga bisa dikatakan bahwa
proses titrasi nitrimetri pada PCT 2 ini cukup
berhasil. Kekurangan kadar dari yang
sebenarnya ini dimungkinkan karena sampel
dengan zat tambahannya tidak tercampur
homogen ketika digerus dalam mortar
sehingga kadar PCT setiap percobaan akan
ada perbedaan. Untuk sampel terakhir yaitu
PCT 3 ditambahkan katalisator KBr untuk
mempercepat reaksi. Volume NaNO2 yang
dibutuhkan untuk mencapai titik akhir hanya
1 ml dengan diapat kadar sebesar 6,644%.
Reaksi diazotasi pada sampel ketiiga ini tidak
berhasil dimana titran yang diperlukan sangat
sedikit sampai menuju titik akhir, Hal ini
dikarenakan adanya penambahan KBr pada
saat proses titrasi. Parasetamol merupakan
senyawa yang termasuk ke dalam reaksi yang
cukup cepat ketika dititrasi dengan NaNO2
sehingga seharusnya tidak perlu ditambahkan
KBr pada proses titrasi. Selain itu, pada titrasi
PCT 3 ini warna biru yang ditimbulkan pada
titik akhir tidak terjadi secara langsung,
namun menunggu beberapa detik sampai
akhirnya terbentuk warna biru. Warna biru
yang timbul pada titik akhir titrasi nitrimetri
ini seharusnya terjadi secara langsung
(spontan) karena ada kemungkinan ketika
warna yang timbul lembat maka warna
tersebut hasil oksidasi iodine oleh udara
(O2).
Dari ketiga sampel yang dititrasi,
sampel PCT 2 yang menunjukan ketepatandalam titik akhir titrasi dengan alasan yang
telah disebutkan. Oleh karena itu, analisis
kuantitatif menggunakan metode titrasi
nitrimetri ini harus dilakukan secara hati-hati
agar didapat titik akhir yang tepat sehingga
didapat pula kadar sampel yang akurat.
Simpulan
1. Prinsip dari titrasi nitrimetri yaitu
pembentukan garam diazonium hasil
reaksi antara ion nitrosoniium dari
NaNO2 dengan gugus amin aromatic
primer.
2.
Dari hasil titrasi nitrimetri, didapat
kadar PCT sebesar 17, 274%. Hal ini
tidak sesuai dengan yang seharusnya
yaitu 21,22%.
Daftar Pustaka
Beckett, A. H. and J.B Stenlake. 1975.
Practical Pharmaceutical Chemistry
Third Edition Part One. University
of London: The Athlone Press.
-
8/17/2019 Modul 2_260110140084_Ai Siti Rika F
10/10
Department of Health and Social Security.
1980. British Pharmacopeiea. Vol 1.
London: Department Welsh Office.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Ebel, S. 1992. Obat SIntetik. Penerjemah:
Mathilda dan Samhoedi.
Yogyakarta: UGM Press.
Gandjar, I. G. Dan Abdul R. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Higuchi ,T., dan Hanssen, B.E. 1968.
Pharmaceutical Analysis. A Wiley-
Interscience Publication: Singapore.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Terbitan
Ke-5. Penerjemah: Mathilda B, W.
Bandung: Penerbit ITB.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roth, H, J., Blaschke, G. 1994. Analisis
Farmasi Cetakan Kedua.
Penerjemah: S. Kisman dan S.
Ibrahim. Yogyakarta: UGM Press.
Scunach, W., K., Mayer dan Haak, M. 1990.
Senyawa Obat Edisi II. Penerjemah:
Wattimena J.R dan Soebito.
Yogyakarta: UGM Press.
Setyawati, H. dan Murwani I. K.. 2010.
Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Besi (III)-EDTA.
Surabaya: ITS.
Valcarcel, M..2000. Principes of Analytical
Chemistry A. Textbook, Germany:
Springer-Verlag, p.264.
Wilman, P. F. 1995. Farmakologi dan Terapi
Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi
FKUI.
Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi
Kuantitatif . Makassar : UNHAS