Modul Imun Dan Hematologi
-
Upload
zacky-ubaidillah -
Category
Documents
-
view
1.446 -
download
44
description
Transcript of Modul Imun Dan Hematologi
MODUL SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
MODUL SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
20122012
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
42
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum War. Wab.
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas bimbingan dan pertolonganNya sehingga modul system imunologi dan hematologi dapat tersusun dan diterbitkan yang diharapkan dapat dijadikan wawasan pengetahuan dan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa pada system imun dan hematologi.
Modul ini dibuat bertujuan untuk memberikan motivasi bagi mahasiswa dan memberikan arahan untuk pembelajaran system imundan hematologi. Namun, mahasiswa diharapkan lebih mencari sumber informasi yang lain sebagai penunjang ilmunya agar lebih luas ilmu yang mereka dapatkan.
Akhir kata, semoga pembuatan modul ini bermanfaat bagi penulis, dosen dan mahasiswa. Jika ada tambahan, kritik serta saran penulis terbuka.
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Pada tanggal, 29 September 2011
Penulis
Zaqqi Ubaidillah, S. Kep, Ns
42
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
SISTEM HEMATOLOGI
1. LEARNING OBJECTIVE2. POKOK BAHASAN:
KONSEP DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI HEMATOLOGI DAN PATOLOGI HEATOLOGI2.1 Pengertian
Hematologi Dan Anatomi Fisiologi Hematologi
2.2 Komponen Seluler Hematologi Dan Anatomi Fisiologinya
HEMATOLOGI
2.3 Anemia2.3.1 Definisi2.3.2 Etiologi2.3.3 Klasifikasi2.3.4 Maktor resiko2.3.5 Manifestasi klinis2.3.6 Patofisiologi2.3.7 Dasar Diagnostik2.3.8 Penatalaksanaan2.3.9 Asuahn Keperawatan
3. REFERENSI4. EVALUASI
4.1 Pendalaman materi4.2 Aktivitas Mandiri4.3 Aktivitas Kelompok
1.LEARNING OBJECTIVEA. Memahami definisi, anatomi dan fisiologi dan asuhan keperawatan
patologi pada kasus hematologiB. Memahami refleksi pendalaman soalC. Mahasiswa mampu membuat Askep secara mandiri maupun
kelompok pada kasus system hematologi
42
2. KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI PADA SISTEM HEMATOLOGI
2.1 Pengertian Hematologi
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ
pembentukdarah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani yaitu
haima artinya darah. System hematologi terdiri dari darah dan tempat dimana
darah itu diproduksi, termasuk bone marrow dan reticuloendothelial system
(RES). Darah merupakan organ khusus yang berbeda dari organ lainnya
dimana didalamnya terdapat bagian cairan. Darah tersusun dari plasma dan
beberapa tipe sel. Plasma adalah cairan pada darah dan terdiri dari bermacam-
macam protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, dan factor lain yang
dibutuhkan untuk pembekuan darah, elektrolit, sampah metabolism dan nutrisi.
Sekitar 55% volume darah terdiri dari plasma.
Organ Pembentuk Darah Sebelum bayi lahir, hatinya berperan sebagai
organ utama dalam pembentukandarah. Saat tumbuh menjadi seorang manusia,
fungsi pokok hati adalah menyaring danmendetoksifikasi segala sesuatu yang
dimakan, dihirup, dan diserap melalui kulit. Iamenjadi pembangkit tenaga
kimia internal, mengubah zat gizi makanan menjadi otot,energi, hormon, faktor
pembekuan darah, dan kekebalan tubuh. Yang menyedihkan,umumnya kita
hanya memiliki sedikit pemahaman tentang fungsi hati yang sedemikianrumit,
vital, dan bekerja tiada henti.
42
2.2 Komponen selluler darah terdiri tiga tipe sel erythrocytes (red blood cells
[RBCs], red cells), leukocytes (white blood cells [WBCs]), dan thrombocytes
(platelets).
a. Plasma
Plasma merupakan bagian cairan system sirkulasi yang membawa bahan
organic dan anorganik termasuk enzim koagulasi. Elektrolit seperti sodium,
potassium, chloride, magnesium, calcium, dan phosphate larut dalam air. Tuuh
memiliki mekanisme dalam mengontrol elektrolit dalam rentang normal
sehingga membuat keadaan sel stabil. Plasma juga membawa gulkosa ke sel di
darah. Konsentrasi glukosa dalam darah dijaga tetap konstan dalam tubuh dan
semua jaringan bisa tercukupi. Liver dapat melepasakan glukosa ke dalam
darah. Beberapa molekul yang lain yang dapat ditemukan dalam darah antara
lain, hormon tiroid, epineprin, hormon steroid dan kolesterol.
b. Sel darah merah
Sel darah merah diproduksi oleh sumsum tulang. Sumsum tulang terdapat di
bagian tengah tulang. Sel penghasil darah merah disebut erythropoiesis. Red
blood cells memiliki rentang hidup kira-kira 120 hari. Produksi eritrosit
memulai dengan devisi precursor myeloid dibawah pengaruh polipeptida yang
disebut dengan erythropoietin.
Menurut strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakandinding
sel. Substansi seperti spons yang disebut stroma dan hemoglobin
yangmenempati ruang-ruang kosong dari stroma. Analisa kimia membuktikan
bahwadinding eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu protein
dan lipida.Kombinasi protein dan lipida ini disebut lipo-protein. (Maskoeri,
1989)
Erirosit pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan
dandiberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti “barbell”jika
dilihatsecara melintang. Bentuk ini (setelah nukei dan organelnya dihilangkan)
akanmengoptimisasi sel dalam proses perukaran oksigen dengan jaringan
tubuh disekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke
42
dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk
bundar.Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 mikronmeter
dan ketebalan 2 mikronmeter, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang
terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9
femtoliter.Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270
juta molekulhemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
(Maskoeri, 1993)
Orang dewasa memiliki 2-3 x 1013 eritrosit setiap waktu (wanitamemiliki 4-5
juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta.Sedangkan orang
yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yangrendah maka
cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak).Eritrosit
terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel
darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memilikisekitar
4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000
di setiap mikroliter dalam darah manusia. (Eckert, 1978)
Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan(konkaf)
pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yangakan
mengikat oksigen
c. hemoglobin
oksigen diangkut dari paru-paru dan ditransportasikan ke jaringan perifer.
Hemoglobin merupakan molekul yang rumit yang terdiri dari 4 rantai protein,
cincin porfirin system dan zat besi. Hemoglobin merupakan molekul yang
berada pada eritrosit yang berfungsi sebagai pengikat oksigen dan
melepaskan oksigen pada jaringan.
42
Gambar 1.1 Sel Darah Merah dan Cara Mentransport O2 dari Paru-paru
d. Leukosit
Sel darah putih berbeda dari sel darah merah dalam hal bahwa ada beberapa
ciri yang dimiliki oleh sel darah putih yaitu : mempunyai nukleus, tidak
mengandung hemoglobin, mempunyai ukuran yang relativs lebih besar, dan
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Kecuali ciri-
ciritersebut masih ada beberapa sifat penting yang dimiliki oleh sel darah
putih yaitu pergerakannya yang seperti amoeba. Sel darah putih dapat
bergerak dari satutempat ke tempat lain dengan cara menjulurkan
sitoplasmanya ke arah yangdikehendaki. (Wulangi, 1993)
Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu granulositdan
aranulosit : dari kedua kelompok tersebut terdapat 5 jenis sel darah putih
yangdapat dibedakan satu dengan yang lainnya dari ukuran, bentuk, dan ada
tidaknyagranula yang terdapat di sitoplasmanya. Ciri-ciri granulosit adalah
nukleusnyaterdiri dari beberapa lobus dan sitoplasmanya mengandung
granula. Ada 3 jenissel darah putih yang tergolong granulosit yaitu neutrofil,
eosinofil, dan basofil. Neutrofil mempunyai ciri-ciri seperti nukleusnya terdiri
dari 3 sampai5 lobus, sitoplasmanya mengandung granula yang halus,
ukurannya berkisar antara 9 sampai 12 mikron dan jumlahnya paling banyak
diantara sesama seldarah putih yaitu antara 65 sampai 75% dari seluruh sel
darah putih. (Maskoeri,1989).
Eosinofil memiliki ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya terdiri dari 2 lobus,
sitoplasmanya mengandung granula yang besar dan kasar, ukurannya berkisar
antara 9 sampai 12 mikron dan jumlahnya antara 2 sampai 12% dariseluruh
sel darah putih. (Eckert, 1978)Basofil merupakan sel darah putih yang paling
sedikit jumlahnya yaitusekitar 0,5% dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
nukleusnya relativ besar,tetapi batas-batas lobusnya tidak jelas dan ukurannya
rata-rata 10 mikron.(Wulangi, 1993)
Dari namanya, agranulosit menunjukkan tidak memiliki granula
disitoplasmanya dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : dapat
memperbanyak dengan jalan mitosis dan mempunyai kemampuan untuk
42
bergerak seperti amubadan dapat menembus dinding kapiler. Ada dua jenis
sel darah putih yangtergolong agranulosit yaitu limfosit dan monosit
Limfosit mempunyai ciri-ciri seperti nukleusnya besar dan hampir menempati
sebagian besar dari sel, ukurannya antara 8 sampai 12 mikron dan jumlahnya
berkisar antara 20 sampai 25% dari seluruh sel darah putih.Monosit
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya besar dan berbentuk seperti
sepatu kuda, ukurannya antara 12 sampai 15 mikron dan jumlahnya berkisar
antara 3 sampai 8% dari seluruh sel darah putih. (Wulangi,1993).
Gambar 1.2 Leukosit
e. Trombosit
Trombosit atau disebut juga keping darah merupakan sel yang berbentuk agak
bulat, tidak mengandung inti, tidak berwarna, berat jenisnyarendah dan
berukuran kecil dengan diameter antara 1 sampai 4 mikron. Volumesetiap
trombosit antara 7 sampai 8 mikron dan jumlahnya bervariasai antara150000
sampai 400000 per mm, tetapi jumlahnya rata-ratanya adalah 250000 per mm.
Dinding trombosit bersifat sangat rapuh dan cenderung untuk melekat pada
permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang robek. Setelah banyak
yangmelekat pada permukaan kasar, trombosit kemudian mengalami
aglutinasi (Wulangi, 1993).
42
Gambar 1.3 Trombosit dan Proses Homeoastasis
2.3 Anemia
2.3.1 Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
42
Gambar 1.4 Gamabaran Jumlah Sel Darah Merah pada Pasien Anemia
2.3.2 Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,
kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
1) Perdarahan hebat
2) Akut (mendadak)
3) Kecelakaan
4) Pembedahan
5) Persalinan
6) Pecah pembuluh darah
7) Penyakit Kronik (menahun)
8) Perdarahan hidung
9) Wasir (hemoroid)
10) Ulkus peptikum
11) Kanker atau polip di saluran pencernaan
12) Tumor ginjal atau kandung kemih
13) Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14) Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15) Kekurangan zat besi
16) Kekurangan vitamin B12
17) Kekurangan asam folat
42
18) Kekurangan vitamin C
19) Penyakit kronik
20) Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21) Pembesaran limpa
22) Kerusakan mekanik pada sel darah merah
23) Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
24) Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
25) Sferositosis herediter
26) Elliptositosis herediter
27) Kekurangan G6PD
28) Penyakit sel sabit
29) Penyakit hemoglobin C
30) Penyakit hemoglobin S-C
31) Penyakit hemoglobin E
32) Thalasemia (Burton, 1990
2.3.3 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
42
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
2.3.4 Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan
kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada
anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,
dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan
5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa
dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).
42
Gambar 1.5 Tanda dan Gejala Anemia
2.3.5 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan
anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan
kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan
rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh,
termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik). Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel
darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
42
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu
hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP :
jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun
caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik), Hemoglobin
elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum
(tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12
membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik), TBC serum :
meningkat (DB), Feritin serum : meningkat (DB), Masa perdarahan:
memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB), Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12
urine (AP), Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi
gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).
2.3.7 Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang.
1)Transpalasi sel darah merah.
2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
42
3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1) Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi,
usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe. Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
2.3.8 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun,
postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan
keletihan.
2) Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
42
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4) Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
42
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel.
2) Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan
sekunder tidak adekuat.
4) Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi/Implementasi Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.
42
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.
Kriteria hasil : – menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital
stabil.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
*Mandiri
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena
regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial
risiko infark.
5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air
mandi dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
*Kolaborasi
6. awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
42
2) Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
*Mandiri
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol.
42
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan
sekunder tidak adekuat.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
*Mandiri
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien
dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5. Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal
6. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.
42
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
8. Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak
ada bila granulosit tertekan.
*Kolaborasi
9. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus
dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik.
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
4) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Kecemasan berkurang
Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur
Intervensi
*Mandiri
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-
masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.
2. Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya
berkurang.
3. Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.
Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses
penyakitnya.
4. Beri dorongan spiritual
Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau pera-
watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan.
42
EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
3. REFERENSI
Boyer, J. 2000. Anatomy Recall. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Corwin, Elizabeth. 2008. Handbook of Pathophysiology, 3rd Ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
Guyton, A. 1996. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Alih Bahasa: Irawati Setiawa.1997.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC
Port, Mattson. 2006. Essential of Pathophysiology second edition. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
Patric, W. 2009. Lippincott Williams & Wilkins Atlas of Anatomy, 1st
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Holloway, W. 2004. Nurse’s fast facts : your quick source for core clinical
content 3rd ed. Philadelpia: F. A. Davis Company
Kozier, 2004. Fundamentals of Nursing. Seventh Edition. USA: Pearson
Education, Inc.
42
Smeltzer, S. 1997. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical
Nursing. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih bahasa: Andri H.
2002. Jakarta: EGC.
Williams, L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing Third
Edition. Philadelpia: F. A. Davis Company
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara :
Jakarta
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.
EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
EGC : Jakarta
4. EVALUASI4.1 Pendalam Materi
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari system hematologi!2. Jelaskan peran dan fungsi dari setiap komponen seluker darah!3. Jelaskan proses pembentukan sel darah dari fetus dan dewasa dan
apa perbedaannya!4. Jelskan proses pembekuan darah!5. Carilah jurnal keperawatan yang terbaru tentang perawatan pasien
anemia!6. Jelaskan manifestasi pada pasien anemia!7. Carilah macam-macam anemia dan jelaskan perbedaannya?8. Jelaskan tindakan medis pada pasien anemia!9. Buatlah patofisiologi secara skema sampai muncul masalah
keperawatan tentang anemia10. Apakah perbedaan intervensi keperawatan dari berbagai macam
anemia tersebut? Jelaskan!
4.2 Aktivitas mandiri dan kelompok
42
1. Buatlah makalah tentang patologi hematologi berikut ini, buatlah kelompok sesuai dengan kasus tersebut, kelompok dibagi oleh coordinator mata kuliah kelasa. Askep Klien dengan Anemia pd penyakit sistemikb. Askep Klien dengan Anemia sel sabit c. Askep Klien dengan Anemia aplastikd. Askep Klien dengan Polisetemiae. Klien dengan Anemia defisiensi besif. Askep Klien dengan Koagulasi intravaskular diseminata / DICg. Askep Klien dengan Limfoma maligna h. Askep Klien dengan Neutropeniai. Askep Klien dengan Hyperbilirubinemia in the Neonatej. Askep Klien dengan malariak. Askep Klien dengan thalasemial. Askep Klien dengan leukemia m. Askep Klien dengan mieloproliferatifn. Askep Febrile Neutropenia pada pasien kemoterapi
Chemotherapyo. Askep Klien dengan hemofiliap. Askep Klien dengan Anemia megaloblastikq. Askep Klien dengan Anemia hemolitikr. Askep Klien dengan Anemia krn kegagalan sumsum tulang
42
1. LEARNING OBJECTIVE2. POKOK BAHASAN:
KONSEP DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI IMUNOLOGI DAN PATOLOGI IMUNOLGI2.1 Pengertian
Hematologi Dan Anatomi Fisiologi Imunologi
2.2 Organ-organ system imun
2.3 Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga Lansia
2.4 Imunitas Seluler dan Humoral
2.5 HIV/AIDS2.3.1 Definisi2.3.2 Etiologi2.3.3 Klasifikasi2.3.4 Maktor resiko2.3.5 Manifestasi klinis2.3.6 Patofisiologi2.3.7 Dasar Diagnostik2.3.8 Penatalaksanaan2.3.9 Asuahn Keperawatan
3. REFERENSI4. EVALUASI
6.1 Pendalaman materi6.2 Aktivitas Mandiri6.3 Aktivitas Kelompok
1. LEARNING OBJECTIVEA. Memahami definisi, anatomi dan fisiologi dan asuhan keperawatan
patologi pada kasus ImunologiB. Memahami refleksi pendalaman soalC. Mahasiswa mampu membuat Askep secara mandiri maupun
kelompok pada kasus system imunologi
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
42
2. KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI PADA SISTEM IMUNOLOGI
2.1 Pengertian Sistem Imun
Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem
pertahananmanusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul
asing atau seranganorganisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Sistem kekebalan jugaberperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yangterjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang
teraberasi menjadi tumor. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem
perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ
khusus pada suatu organisme. Jika sistemkekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jikasystem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam
dan flu,dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasanterhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama
dalam mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan
penyakit, sepertibakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada
kemampuan sistem imununtuk mengenali dan menghancurkankan serangan
ini. jadi kalo kelainan sistem imunberarti kemampuan untuk mempertahankan
kekebalan tubuh terganggu sehinggamudah diserang penyakit.
SISTEM IMUNOLOGI
42
2.2 Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Kekebalan Tubuh
Gambar 2.1 Organ Sistem Imun
a. Nodus Limfe
Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi
intelkepolisian yang tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat
juga kantor-kantor polisi dengan polisi penjaga, yang juga dapat
menyiapkan polisi baru jika diperlukan.Sistem ini adalah sistem limfatik
dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisidalam sistem ini adalah
limfosit.Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk
kemanfaatan bagiumat manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfatik
yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa yang terdapat di beberapa
tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosityang diproduksi oleh
nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, sertacairan
getah bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi
dalampembuluh limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam
pembuluhlimfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan
jaringan yang berada disekitar pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah
bening yang kembali ke pembuluhlimfatik sesaat setelah melaku-kan
42
kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini
diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluhlimfatik. Jika pada
jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akanditeruskan ke
nodus limfa melalui cairan getah bening.
b. Timus
Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ
yang belumberkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis
dimanfaatkan sebagai buktievolusi. Namun demikian, pada tahun-tahun
belakangan ini, telah terungkap bahwaorgan ini merupakan sumber dari
sistem pertahanan kita.
c. Sumsum Tulang
Sumsum tulang janin di rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi
fungsinya memproduksi sel-sel darah. Sumsum tulang mam-pu
mengerjakan tugas ini hanyasetelah lahir. Akankah bayi ini terkena anemia
saat di dalam kandungan ? Tidak. Pada tahap ini, limpa akan bermain dan
memegang kendali. Merasakan bahwatubuh mem-butuhkan sel darah
merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulaimemproduksi sel-sel
ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya.
d. Limpa
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa.
Limpa terdiri daridua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang
baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu
mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenaitugas yang dilak-
sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen inimenying-
kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah
yangmembuatnya sangat menakjubkan.Keterampilan limpa tidak hanya
itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah merah dan
trombosit). Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakanada
ruang terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan.
Padahallimpa adalah organ kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah
gudang. Dalam kasusini limpa mengembang supaya ada tempat tersedia
untuk sel darah merah dantrombosit. Limpa yang mengembang
42
disebabkan oleh suatu penyakit jugamemungkinkan memiliki ruang
penyimpanan yang lebih besar.
2.3 Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari
Janin Hingga Lansia.
a. Usia janin minggu pertama Kehidupan embrio sel darah premitif yang
berinti diproduksi dalam yolk sac.
b. Usia janin minggu keduaPembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di
sakus vitelinus/yolk sac (kantungkuning telur). Pada minggu kedua ini
terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti).
c. Usia janin minggu ke-empatJanin mulai membentuk struktur manusia.
Saat ini telah terjadi pembentukkanotak,sumsum tulang dan tulang
belakang serta jantung dan aorta.
d. Usia janin minggu ke-limaPada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan
yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, danendoderm. Hati yang sebagai organ
utama untuk memproduksi sel-sel darah merahterbentuk pada minggu-
minggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm.
e. Usia janin minggu ke-enamPembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga
pada timus (pembentukan limfosit). Pada minggu-minggu ini juga
terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga terbentuk
semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (daritimus).
f. Usia janin minggu ke-lima belasPada minggu-minggu ini tulang dan
sumsung tulang terus berkembang.
g. Usia janin minggu ke-enam belasPembentukkan terjadi pada sumsung
tulang karena sudah terjadi prosesosifikasi (pembentukan tulang). Tapi ada
juga yang menyebutkan kalau terjadi dimedulolimfatik (di medulla
spinalis dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi. Dan pada
minggu ke enambelas ini sudah terbentuk darah lengkap.
h. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah
merahsampai seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang
panjang, kecualiproksimal humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak
dan tidak memproduksi lagisetelah kurang lebih berusia 20 tahun.i. Di atas
umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum
42
tulangmembranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga
bertambahnya usiatulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif.
2.4 Fungsi dari Sistem Imun
a. SumsumSemua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk
dalam sumsumtulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah,
sel darah putih (termasuklimfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari
sistem kekebalan tubuh juga terdapat ditempat lain.
b. Timus Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan
sebelumlepas ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk
mengembangkan atributpenting yang dikenal sebagai toleransi diri.
c. Getah bening Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di
sepanjang perjalananlimfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher,
axillae, selangkangan dan para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs
kelenjar getah bening yang penting dalampemeriksaan fisik pasien.
d. Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT). Di samping jaringan limfoid
berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening danlimpa, jaringan limfoid
juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan,saluran
pernafasan dan saluran urogenital.
e. Mekanisme Pertahanan non Spesifik
Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut
juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan
nonspesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa
dengan enzimnya,serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air
mata.Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear)
dankomplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non
spesifik.
f. Mekanisme Pertahanan Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi
mikroorganismemaka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalahmekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel
limfosit, dengan atau tanpabantuan komponen sistem imun lainnya seperti
sel makrofag dan komplemen
42
2.5 Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik
disebut juga respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik
(Imunitas Humoral dan Selular)
a. Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B
denganatau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan
dilaksanakanoleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat
lima kelasimunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan
IgE.
b. Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen
yangdiperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen
sistem imunlainnya.
c. Antibodi (Immunoglobulin)
Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin)adalah glikoprotein
denganstruktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah
teraktivasi menjadisel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan
reaktif terhadap antigen tersebut.Pembagian ImmunglobulinAntibodi A
(bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yangmemainkan
peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA
banyakditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata,
kolostrum dan susu) sebagai sIgA (en:secretory IgA) dalam perlindungan
permukaan organ tubuh yangterpapar dengan mencegah penempelan
bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA
dengan ikatan komponen mukus memungkinkanpengikatan mikroba.
Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah
monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan
pada permukaanpencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD
dapat mengendalikanaktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam
mengendalikan produksi autoantibodisel B. Rasio serum IgD hanya sekitar
0,2%.
Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah
jenisantibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki
42
peran yang besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE
juga tersirat dalam sistemkekebalan yang merespon cacing parasit
(helminth) seperti Schistosoma mansoni,Trichinella spiralis, dan Fasciola
hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentusepertiPlasmodium
falciparum, dan artropoda.
Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi
monomerisyang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang
saling mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen
antigen-binding. Populasi IgG palingtinggi dalam tubuh dan terdistribusi
cukup merata di dalam darah dan cairan tubuhdengan rasio serum sekitar
75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 haribergantung pada sub-
tipe.
Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM,
macroglobulin)adalahantibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan
rasio serum 13%, IgM merupakanantibodi dengan ukuran paling besar,
berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat,dan teredar segera setelah
tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal(en:primary immune
response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentukmonomeris dari
IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B.IgM
adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa
janinkehidupan seorang manusia dan berkembang secara fitogenetik
(en:phylogenetic).Fragmen konstan IgM adalah bagian yang
menggerakkan lintasan komplemen klasik
42
Gambar 2.2 Imunitas Seluler Dan Humoral
HIV/AIDS
2.6.1 Definisi
Gangguan pertahanan tubuh yg ditimbulkan akibat kerusakan sistem
imun.
Kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
akibat infeksi HIV
AIDS adalah bentuk paling berat dari keadaan sakit terus-menerus yg
berkaitan dgn infeksi HIV
Gambar 2.3 Virus HIV
2.6.2 Etiologi
HIV-1 ditemukan pd tahun 1983
HIV-2 ditemukan tahun 1986 di Afrika, dianggap kurang patogen
2.6.3 Pathofisiologi
Infeksi HIV tidak diikuti oleh satu gejala klinis. Immunosupresi akibat
dari penurunan jumlah T-sel CD4 shg terjadi penurunan fungsional.
Fungsi B-sel yg abnormal terbukti secara dini pd infeksi HIV anak. Karena
sel T-helper mengontrol fungsi dari B-sel, anak masih kecil dgn infeksi
HIV mengalami sistem seluler dan hormonal. Immunoglobulin tidak
42
berfungsi, kehilangan pertahanan tubuh sehingga memudahkan infeksi
bakterial, anak tersebut juga tidak bisa membentuk antibodi setelah diberi
imunisasi.
2.6.4 Insidensi
Sampai tahun 2002 ada ± 12-19 juta orang di Indonesia yg rawan tertular
HIV. Jenis kelompok rawan tertular HIV antara lain pengguna napza
suntik, wanita penjaja seks, lelaki pelanggan dari wanita penjaja seks, gay,
pasangan seks. Diperkirakan sekitar 90-130 ribu orang tertular HIV
sampai tahun 2002, ± 25% diantaranya adalah perempuan. Di Indonesia
sendiri AIDS banyak menyerang kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya
dan Papua. Di Kecamatan Gondanglegi, bulan Januari 2009 ditemukan 1
kasus, bulan Februari ditemukan 2 kasus baru dan pd bulan Mei ditemukan
7 balita mengidap HIV / AIDS.
2.6.5 Manifestasi Klinis
a. Transmisi infeksi HIV dan AIDS:
1) Periode jandela
a) Selama 4 minggu – 6 bulan setelah infeksi
b) Tidak terdapat gejala, hasil rapid test (-)
2) Fase infeksi primer akut
3) Selama 1-2 minggu dgn gejala seperti gejala flu
4) Hasil rapid test (-)
5) Infeksi asimptomatik
6) Selama 1-15 tahun / lebih dgn tidak ada gejala
7) Hasil rapid test (+)
8) Supresi imun simptomatik
9) Selama > 3 tahun dgn gejala demam, keringat malam hari, BB turun,
diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
10) Periode AIDS
42
11) Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan
b. Gejala Mayor:
1) Berat badan turun > 10% dalam waktu 1 bulan
2) Diare kronis selama lebih dari 1 bulan
3) Demam > 38°C dalam waktu lebih dari 1 bulan
c. Gejala Minor:
1) Batuk pneumonia atau tuberculosis
2) Candidiasis oral sampai orofaring
3) Dermatitis, herpes simpleks, herpes zoster
4) Hemoglobin menurun
5) Demensia, gangguan mental
6) Penyakit kelamin
7) Infeksi oportunistik
Gambar 2.4 Tanda dan Gejala Pasien dengan AIDS
2.6.6 Komplikasi
a. Infeksi oportunistik
b. Kerusakan pernafasan atau kegagalan respirasi
42
c. Sindrom pelisutan dan gangguan cairan serta elektrolit
d. Reaksi yg merugikan thd obat-obatan
2.6.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Test untuk diagnosa infeksi HIV
Rapid test
ELISA
Western Blot
P24 antigen test
Kultur HIV
2. Test untuk deteksi gangguan sistem imun
Hematokrit
LED
CD4 Limfosit
Rasio CD4 / CD Limfosit
Serum mikroglobulin
Hemoglobulin
42
Gambar 2.6 Skema Permeriksaan Pasien HIV
2.6.8 Penatalaksanaan
1. Obat Anti Retroviral
a. NRTI (Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitors)
- Zidovudine - Abacavir
- Estavudine - Didanosine EC
- Didanosine - Tenofovir
-Lamivudine
b. NNRTI (Non-Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitors)
- Nevirapine
- Efavirenz
c. PI (Protease Inhibitors)
- Ritonavir - Amprenavir
- Saquinavir - Lopinavir
- Indinavir - Atazanavir
- Nelfinavir
d. Fusion Inhibitors
- Enfuvirtide
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. KIE Perilaku Sehat untuk meminimalkan penularan ke orang lain
4. Support System dari keluarga dan tenaga kesehatan
2.6.9 Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat
Tes HIV (+), riwayat perilaku beresiko tinggi, penggunaan obat-obatan
2. Penampilan Umum
Pucat, lemah
3. Gejala Subyektif
42
Demam kronik dgn atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang,
lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, takut,
cemas.
5. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apatis, withdrawl, hilang
interest pd lingkungan sekitar, gangguan proses pikir, hilang memori,
gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT
Nyeri periorbital, photopobia, sakit kepala, edema muka, tinitus, ulkus
pd bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epistaksis.
7. Neurologis
Gangguan reaksi pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan, kaku
kuduk, kejang, paraplegia
8. Muskuloskeletal
Focal motor defisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
9. Kardiovaskuler
Takikardi, sianosis. Hipotensi, edema perifer, dizzenes
10. Pernapasan
Dispnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk
produktif atau non-produktif
11. Gastrointestinal
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB turun, diare,
inkontinensia, kram perut, hepatosplenomegali, kuning.
12. Genital
Lesi atau eksudat pd genital
13. Integumen
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, ptechie (+)
42
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi b/d imunosupresi, malnutrisi, dan pola hidup
beresiko
2. intoleransi aktifitas b/d kelemahan, pertukaran O2, malnutrisi,
kelelahan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat, peningkatan
kebutuhan metabolik, absorbsi zat gizi menurun
4. Diare b/d infeksi gastrointestinal
C. Perencanaan
Diagnosa 1 : Resiko tinggi infeksi b/d imunosupresi, malnutrisi, dan
pola hidup beresiko
Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan 3 x 24 jam, pasien akan terbebas
dari infeksi oportunistik dan komplikasinya
Kriteria Hasil : Tanda-tanda infeksi (-)
Hasil lab: infeksi oportunistik (-)
TTV dalam batas normal
Luka atau eksudat (-)
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. Untuk pengobatan atau penanganan lebih awal.
2. Gunakan tindakan aseptik untuk setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum memberikan tindakan.
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yg diperoleh di RS
3. Ajarkan pasien cara mencegah terpapar lingkungan yg patogen
Mencegah bertambahnya infeksi
4. Ambil spesimen untuk tes lab sesuai order
Data pendukung dalam menegakkan diagnosa dan pengobatannya
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antiinfeksi
Mempertahankan kadar darah yg terapeutik
42
Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas b/d kelemahan, pertukaran O2,
malnutrisi, kelelahan
Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan selama 3 x 24 jam, pasien dapat
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.
Kriteria Hasil : Bebas dispnea dan takikardi selama beraktifitas
No. Intervensi Rasional1. Monitor respon fisiologis thd
aktifitasMengkaji kemampuan atau kekuatan pasien thd aktifitas berdasarkan respon fisiologis yg muncul
2. Berikan bantuan perawatan yg pasien tidak mampu untuk melakukannya
Mengurangi kebutuhan energi
3 Jadwalkan kegiatan pasien sehari-hari
Adanya keseimbangan antara aktifitas & istirahat
Diagnosa 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak
adekuat, peningkatan kebutuhan metabolik, absorbsi zat gizi
menurun
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, pasien
mendapatkan intake kalori dan protein adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Kriteria Hasil : Nafsu makan meningkat
Mual, muntah terkontrol
Diet TKTP
BB meningkat atau mendekati BB sebelum MRS
No. Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan mengunyah dan menelan
Intake menurun berhubungan dgn adanya gangguan tenggorokan dan mulut
2. Monitor BB, intake dan output Menentukan data dasar
3. Beri antiemetik jika perlu sesuai order Mencegah dan mengurangi muntah
4. Kolaborasi dgn ahli gizi dalam menentukan diet TKTP
Untuk memenuhi kebutuhan kalori
42
Diagnosa 4 : Diare b/d infeksi gastrointestinal
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, pasien merasa
nyaman, diare terkontrol, komplikasi minimal
Kriteria Hasil : Perut lunak, tidak tegang
Feses lunak, warna normal, kram perut (-)
No. Intervensi Rasional
1. Kaji konsistensi dan frekuensi BAB, darah (+/-)
Mendeteksi adanya darah dalam feses
2. Auskultasi bising usus Diare umumnya ditunjukkan dangan adanya hipermotilitas
3. Kolaborasi pemberian agen antimotilitas dan psilium
Mengurangi motilitas usus yang memperburuk perforasi intestinal
4. Berikan ointmen A dan D, vaselin atau zinc oksida
Menghilangkan distensi abdomen
3. REFERENSI
Boyer, J. 2000. Anatomy Recall. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Corwin, Elizabeth. 2008. Handbook of Pathophysiology, 3rd Ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
Guyton, A. 1996. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Alih Bahasa: Irawati Setiawa.1997.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC
Port, Mattson. 2006. Essential of Pathophysiology second edition. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
Patric, W. 2009. Lippincott Williams & Wilkins Atlas of Anatomy, 1st
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
42
Holloway, W. 2004. Nurse’s fast facts : your quick source for core clinical
content 3rd ed. Philadelpia: F. A. Davis Company
Kozier, 2004. Fundamentals of Nursing. Seventh Edition. USA: Pearson
Education, Inc.
Smeltzer, S. 1997. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical
Nursing. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih bahasa: Andri H.
2002. Jakarta: EGC.
Williams, L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing Third
Edition. Philadelpia: F. A. Davis Company
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara :
Jakarta
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.
EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
EGC : Jakarta
4. EVALUASI4.1 Pendalam Materi
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari system Imunologi!2. Jelaskan peran dan fungsi dari setiap komponen imun!3. Jelaskan perbedaan imun seluler dan humoral4. Jelskan proses inflamasi dan bagaimana respon imun!5. Carilah jurnal keperawatan yang terbaru tentang perawatan pasien
HIV/AIDS!6. Jelaskan manifestasi pada pasien HIV/AIDS!7. Jelaskan yang dimaksud dengan periode jendela dan gejalanya!8. Jelaskan tindakan medis pada pasienHIV/AIDS!
42
9. Buatlah patofisiologi secara skema sampai muncul masalah keperawatan tentang HIV/AIDS!
10. Bagaimana intervensi keperawatan jika pasien HIV/AIDS terkena TB dan steaven Johnson sindrom?
4.2 Aktivitas mandiri dan kelompok 1. Buatlah makalah tentang patologi imunologi berikut ini, buatlah
kelompok sesuai dengan kasus tersebut, kelompok dibagi oleh coordinator mata kuliah kelas
a) Askep Klien dengan DM disebabkan karena autoimunb) Askep Klien dengan alergi dan hipersensitifitas c) Askep Klien dengan Demam reumatik d) Askep Klien dengan Sindrom reiter e) Askep Klien dengan Artritis reaktif f) Askep Klien dengan Eritema nodosumg) Askep Klien dengan leukimiah) Askep Klien dengan multiple sclerosisi) Askep Klien dengan meastenia gravisj) Askep Klien dengan rhinitis allergick) Askep Klien dengan HIV/AIDS l) Askep infeksi opportunistik m) Askep Klien dengan Systemic lupus erythematosusn) Askep klien dengan Rheumatoid arthritiso) Askep klien dengan Hashimoto’s thyroiditisp) Askep klien dengan Myasthenia gravisq) Askep Klien dengan Idiopatik trombositopeni puroura / ITP