Modul Imun Dan Hematologi

62
MODUL SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI 2012 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

description

this book adventage to guide student for understanding immun and Hematology

Transcript of Modul Imun Dan Hematologi

Page 1: Modul Imun Dan Hematologi

MODUL SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

MODUL SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

20122012

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

Page 2: Modul Imun Dan Hematologi

42

KATA PENGANTAR

Asslamualaikum War. Wab.

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas bimbingan dan pertolonganNya sehingga modul system imunologi dan hematologi dapat tersusun dan diterbitkan yang diharapkan dapat dijadikan wawasan pengetahuan dan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa pada system imun dan hematologi.

Modul ini dibuat bertujuan untuk memberikan motivasi bagi mahasiswa dan memberikan arahan untuk pembelajaran system imundan hematologi. Namun, mahasiswa diharapkan lebih mencari sumber informasi yang lain sebagai penunjang ilmunya agar lebih luas ilmu yang mereka dapatkan.

Akhir kata, semoga pembuatan modul ini bermanfaat bagi penulis, dosen dan mahasiswa. Jika ada tambahan, kritik serta saran penulis terbuka.

Wassalamu’alaikum War. Wab.

Pada tanggal, 29 September 2011

Penulis

Zaqqi Ubaidillah, S. Kep, Ns

Page 3: Modul Imun Dan Hematologi

42

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

SISTEM HEMATOLOGI

1. LEARNING OBJECTIVE2. POKOK BAHASAN:

KONSEP DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI HEMATOLOGI DAN PATOLOGI HEATOLOGI2.1 Pengertian

Hematologi Dan Anatomi Fisiologi Hematologi

2.2 Komponen Seluler Hematologi Dan Anatomi Fisiologinya

HEMATOLOGI

2.3 Anemia2.3.1 Definisi2.3.2 Etiologi2.3.3 Klasifikasi2.3.4 Maktor resiko2.3.5 Manifestasi klinis2.3.6 Patofisiologi2.3.7 Dasar Diagnostik2.3.8 Penatalaksanaan2.3.9 Asuahn Keperawatan

3. REFERENSI4. EVALUASI

4.1 Pendalaman materi4.2 Aktivitas Mandiri4.3 Aktivitas Kelompok

1.LEARNING OBJECTIVEA. Memahami definisi, anatomi dan fisiologi dan asuhan keperawatan

patologi pada kasus hematologiB. Memahami refleksi pendalaman soalC. Mahasiswa mampu membuat Askep secara mandiri maupun

kelompok pada kasus system hematologi

Page 4: Modul Imun Dan Hematologi

42

2. KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI PADA SISTEM HEMATOLOGI

2.1 Pengertian Hematologi

Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ

pembentukdarah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani yaitu

haima artinya darah. System hematologi terdiri dari darah dan tempat dimana

darah itu diproduksi, termasuk bone marrow dan reticuloendothelial system

(RES). Darah merupakan organ khusus yang berbeda dari organ lainnya

dimana didalamnya terdapat bagian cairan. Darah tersusun dari plasma dan

beberapa tipe sel. Plasma adalah cairan pada darah dan terdiri dari bermacam-

macam protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, dan factor lain yang

dibutuhkan untuk pembekuan darah, elektrolit, sampah metabolism dan nutrisi.

Sekitar 55% volume darah terdiri dari plasma.

Organ Pembentuk Darah Sebelum bayi lahir, hatinya berperan sebagai

organ utama dalam pembentukandarah. Saat tumbuh menjadi seorang manusia,

fungsi pokok hati adalah menyaring danmendetoksifikasi segala sesuatu yang

dimakan, dihirup, dan diserap melalui kulit. Iamenjadi pembangkit tenaga

kimia internal, mengubah zat gizi makanan menjadi otot,energi, hormon, faktor

pembekuan darah, dan kekebalan tubuh. Yang menyedihkan,umumnya kita

hanya memiliki sedikit pemahaman tentang fungsi hati yang sedemikianrumit,

vital, dan bekerja tiada henti.

Page 5: Modul Imun Dan Hematologi

42

2.2 Komponen selluler darah terdiri tiga tipe sel erythrocytes (red blood cells

[RBCs], red cells), leukocytes (white blood cells [WBCs]), dan thrombocytes

(platelets).

a. Plasma

Plasma merupakan bagian cairan system sirkulasi yang membawa bahan

organic dan anorganik termasuk enzim koagulasi. Elektrolit seperti sodium,

potassium, chloride, magnesium, calcium, dan phosphate larut dalam air. Tuuh

memiliki mekanisme dalam mengontrol elektrolit dalam rentang normal

sehingga membuat keadaan sel stabil. Plasma juga membawa gulkosa ke sel di

darah. Konsentrasi glukosa dalam darah dijaga tetap konstan dalam tubuh dan

semua jaringan bisa tercukupi. Liver dapat melepasakan glukosa ke dalam

darah. Beberapa molekul yang lain yang dapat ditemukan dalam darah antara

lain, hormon tiroid, epineprin, hormon steroid dan kolesterol.

b. Sel darah merah

Sel darah merah diproduksi oleh sumsum tulang. Sumsum tulang terdapat di

bagian tengah tulang. Sel penghasil darah merah disebut erythropoiesis. Red

blood cells memiliki rentang hidup kira-kira 120 hari. Produksi eritrosit

memulai dengan devisi precursor myeloid dibawah pengaruh polipeptida yang

disebut dengan erythropoietin.

Menurut strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakandinding

sel. Substansi seperti spons yang disebut stroma dan hemoglobin

yangmenempati ruang-ruang kosong dari stroma. Analisa kimia membuktikan

bahwadinding eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu protein

dan lipida.Kombinasi protein dan lipida ini disebut lipo-protein. (Maskoeri,

1989)

Erirosit pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan

dandiberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti “barbell”jika

dilihatsecara melintang. Bentuk ini (setelah nukei dan organelnya dihilangkan)

akanmengoptimisasi sel dalam proses perukaran oksigen dengan jaringan

tubuh disekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke

Page 6: Modul Imun Dan Hematologi

42

dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk

bundar.Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 mikronmeter

dan ketebalan 2 mikronmeter, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang

terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9

femtoliter.Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270

juta molekulhemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.

(Maskoeri, 1993)

Orang dewasa memiliki 2-3 x 1013 eritrosit setiap waktu (wanitamemiliki 4-5

juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta.Sedangkan orang

yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yangrendah maka

cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak).Eritrosit

terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel

darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memilikisekitar

4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000

di setiap mikroliter dalam darah manusia. (Eckert, 1978)

Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan(konkaf)

pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yangakan

mengikat oksigen

c. hemoglobin

oksigen diangkut dari paru-paru dan ditransportasikan ke jaringan perifer.

Hemoglobin merupakan molekul yang rumit yang terdiri dari 4 rantai protein,

cincin porfirin system dan zat besi. Hemoglobin merupakan molekul yang

berada pada eritrosit yang berfungsi sebagai pengikat oksigen dan

melepaskan oksigen pada jaringan.

Page 7: Modul Imun Dan Hematologi

42

Gambar 1.1 Sel Darah Merah dan Cara Mentransport O2 dari Paru-paru

d. Leukosit

Sel darah putih berbeda dari sel darah merah dalam hal bahwa ada beberapa

ciri yang dimiliki oleh sel darah putih yaitu : mempunyai nukleus, tidak

mengandung hemoglobin, mempunyai ukuran yang relativs lebih besar, dan

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Kecuali ciri-

ciritersebut masih ada beberapa sifat penting yang dimiliki oleh sel darah

putih yaitu pergerakannya yang seperti amoeba. Sel darah putih dapat

bergerak dari satutempat ke tempat lain dengan cara menjulurkan

sitoplasmanya ke arah yangdikehendaki. (Wulangi, 1993)

Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu granulositdan

aranulosit : dari kedua kelompok tersebut terdapat 5 jenis sel darah putih

yangdapat dibedakan satu dengan yang lainnya dari ukuran, bentuk, dan ada

tidaknyagranula yang terdapat di sitoplasmanya. Ciri-ciri granulosit adalah

nukleusnyaterdiri dari beberapa lobus dan sitoplasmanya mengandung

granula. Ada 3 jenissel darah putih yang tergolong granulosit yaitu neutrofil,

eosinofil, dan basofil. Neutrofil mempunyai ciri-ciri seperti nukleusnya terdiri

dari 3 sampai5 lobus, sitoplasmanya mengandung granula yang halus,

ukurannya berkisar antara 9 sampai 12 mikron dan jumlahnya paling banyak

diantara sesama seldarah putih yaitu antara 65 sampai 75% dari seluruh sel

darah putih. (Maskoeri,1989).

Eosinofil memiliki ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya terdiri dari 2 lobus,

sitoplasmanya mengandung granula yang besar dan kasar, ukurannya berkisar

antara 9 sampai 12 mikron dan jumlahnya antara 2 sampai 12% dariseluruh

sel darah putih. (Eckert, 1978)Basofil merupakan sel darah putih yang paling

sedikit jumlahnya yaitusekitar 0,5% dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

nukleusnya relativ besar,tetapi batas-batas lobusnya tidak jelas dan ukurannya

rata-rata 10 mikron.(Wulangi, 1993)

Dari namanya, agranulosit menunjukkan tidak memiliki granula

disitoplasmanya dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : dapat

memperbanyak dengan jalan mitosis dan mempunyai kemampuan untuk

Page 8: Modul Imun Dan Hematologi

42

bergerak seperti amubadan dapat menembus dinding kapiler. Ada dua jenis

sel darah putih yangtergolong agranulosit yaitu limfosit dan monosit

Limfosit mempunyai ciri-ciri seperti nukleusnya besar dan hampir menempati

sebagian besar dari sel, ukurannya antara 8 sampai 12 mikron dan jumlahnya

berkisar antara 20 sampai 25% dari seluruh sel darah putih.Monosit

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya besar dan berbentuk seperti

sepatu kuda, ukurannya antara 12 sampai 15 mikron dan jumlahnya berkisar

antara 3 sampai 8% dari seluruh sel darah putih. (Wulangi,1993).

Gambar 1.2 Leukosit

e. Trombosit

Trombosit atau disebut juga keping darah merupakan sel yang berbentuk agak

bulat, tidak mengandung inti, tidak berwarna, berat jenisnyarendah dan

berukuran kecil dengan diameter antara 1 sampai 4 mikron. Volumesetiap

trombosit antara 7 sampai 8 mikron dan jumlahnya bervariasai antara150000

sampai 400000 per mm, tetapi jumlahnya rata-ratanya adalah 250000 per mm.

Dinding trombosit bersifat sangat rapuh dan cenderung untuk melekat pada

permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang robek. Setelah banyak

yangmelekat pada permukaan kasar, trombosit kemudian mengalami

aglutinasi (Wulangi, 1993).

Page 9: Modul Imun Dan Hematologi

42

Gambar 1.3 Trombosit dan Proses Homeoastasis

2.3 Anemia

2.3.1 Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan

untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan

kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah

dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :

935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,

kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100

ml darah (Price, 2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,

melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan

fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan

melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi

laboratorium.

Page 10: Modul Imun Dan Hematologi

42

Gambar 1.4 Gamabaran Jumlah Sel Darah Merah pada Pasien Anemia

2.3.2 Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan

untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.

Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,

kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:

1) Perdarahan hebat

2) Akut (mendadak)

3) Kecelakaan

4) Pembedahan

5) Persalinan

6) Pecah pembuluh darah

7) Penyakit Kronik (menahun)

8) Perdarahan hidung

9) Wasir (hemoroid)

10) Ulkus peptikum

11) Kanker atau polip di saluran pencernaan

12) Tumor ginjal atau kandung kemih

13) Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

14) Berkurangnya pembentukan sel darah merah

15) Kekurangan zat besi

16) Kekurangan vitamin B12

17) Kekurangan asam folat

Page 11: Modul Imun Dan Hematologi

42

18) Kekurangan vitamin C

19) Penyakit kronik

20) Meningkatnya penghancuran sel darah merah

21) Pembesaran limpa

22) Kerusakan mekanik pada sel darah merah

23) Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

24) Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

25) Sferositosis herediter

26) Elliptositosis herediter

27) Kekurangan G6PD

28) Penyakit sel sabit

29) Penyakit hemoglobin C

30) Penyakit hemoglobin S-C

31) Penyakit hemoglobin E

32) Thalasemia (Burton, 1990

2.3.3 Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum

tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,

atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat

hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut

terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan

ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah

merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau

dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk

dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)

segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi

normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada

sclera.

Page 12: Modul Imun Dan Hematologi

42

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah

membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini

kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat

kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel

bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang

memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa

diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

2.3.4 Manifestasi klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai

sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik

(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan

kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada

anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,

dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan

5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa

dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera

(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala

terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau

serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).

Page 13: Modul Imun Dan Hematologi

42

Gambar 1.5 Tanda dan Gejala Anemia

2.3.5 Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita

anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau

gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,

karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan

anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan

kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan

rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh,

termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume

korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan

mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia

(aplastik). Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat

(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel

darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia).

Page 14: Modul Imun Dan Hematologi

42

LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :

peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa

anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu

hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP :

jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin

meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun

caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik), Hemoglobin

elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum

(tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12

membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi

masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik), TBC serum :

meningkat (DB), Feritin serum : meningkat (DB), Masa perdarahan:

memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun (DB), Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12

urine (AP), Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi

gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).

Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya

asam hidroklorik bebas (AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah

dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,

misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel

darah (aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :

perdarahan GI (Doenges, 1999).

2.3.7 Penatalaksanaan Medis

Tindakan umum :

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang.

1)Transpalasi sel darah merah.

2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

Page 15: Modul Imun Dan Hematologi

42

3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan

oksigen

5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1) Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi,

usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe. Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan

pemberian cairan dan transfusi darah.

2.3.8 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;

penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.

Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun,

postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan

keletihan.

2) Sirkulasi

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi

melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen

ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :

murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane

Page 16: Modul Imun Dan Hematologi

42

mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada

pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti

berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru

atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan

aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,

berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,

menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,

misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda : Depresi.

4) Eleminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi

(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.

Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani

rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan

menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya

penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,

kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan

vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,

tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).

Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.

Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;

klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Page 17: Modul Imun Dan Hematologi

42

Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak

mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,

AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan

koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,

paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan

pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,

terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah

sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.

Ptekie dan ekimosis (aplastik).

2. Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient

ke sel.

2) Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat.

4) Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan

3. Intervensi/Implementasi Keperawatan

1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman

oksigen/nutrient ke sel.

Page 18: Modul Imun Dan Hematologi

42

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.

Kriteria hasil : – menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital

stabil.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

*Mandiri

1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,

dasar kuku.

Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.

3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi

adventisius.

Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena

regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial

risiko infark.

5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air

mandi dengan thermometer.

Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.

*Kolaborasi

6. awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah

lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons

terhadap terapi.

7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

Page 19: Modul Imun Dan Hematologi

42

2) Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil :

melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas

sehari-hari)

menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,

pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

*Mandiri

1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12

mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.

3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

4. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,

pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen

tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi

kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya

(tanpa memaksakan diri).

Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan

memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri

dan rasa terkontrol.

Page 20: Modul Imun Dan Hematologi

42

3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko

infeksi.

Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau

eritema, dan demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

*Mandiri

1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien

dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.

2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.

4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas

dalam.

Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu

memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

5. Tingkatkan masukkan cairan adekuat.

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk

mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya

pernapasan dan ginjal

6. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.

Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi

dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.

7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa

demam.

Page 21: Modul Imun Dan Hematologi

42

Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan

evaluasi/pengobatan.

8. Amati eritema/cairan luka.

Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak

ada bila granulosit tertekan.

*Kolaborasi

9. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.

Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus

dan mempengaruhi pilihan pengobatan.

10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik.

Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan

kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

4) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Kecemasan berkurang

Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur

Intervensi

*Mandiri

1. Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-

masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.

2. Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.

Rasional : Dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya

berkurang.

3. Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.

Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses

penyakitnya.

4. Beri dorongan spiritual

Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau pera-

watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan.

Page 22: Modul Imun Dan Hematologi

42

EVALUASI

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic

dan rencana pengobatan.

3. REFERENSI

Boyer, J. 2000. Anatomy Recall. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins

Corwin, Elizabeth. 2008. Handbook of Pathophysiology, 3rd Ed. USA:

Lippincott Williams & Wilkins

Guyton, A. 1996. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia. Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Alih Bahasa: Irawati Setiawa.1997.

Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses, dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC

Port, Mattson. 2006. Essential of Pathophysiology second edition. USA:

Lippincott Williams & Wilkins

Patric, W. 2009. Lippincott Williams & Wilkins Atlas of Anatomy, 1st

Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Holloway, W. 2004. Nurse’s fast facts : your quick source for core clinical

content 3rd ed. Philadelpia: F. A. Davis Company

Kozier, 2004. Fundamentals of Nursing. Seventh Edition. USA: Pearson

Education, Inc.

Page 23: Modul Imun Dan Hematologi

42

Smeltzer, S. 1997. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical

Nursing. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih bahasa: Andri H.

2002. Jakarta: EGC.

Williams, L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing Third

Edition. Philadelpia: F. A. Davis Company

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara :

Jakarta

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi

keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.

EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman

untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta

Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.

EGC : Jakarta

4. EVALUASI4.1 Pendalam Materi

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari system hematologi!2. Jelaskan peran dan fungsi dari setiap komponen seluker darah!3. Jelaskan proses pembentukan sel darah dari fetus dan dewasa dan

apa perbedaannya!4. Jelskan proses pembekuan darah!5. Carilah jurnal keperawatan yang terbaru tentang perawatan pasien

anemia!6. Jelaskan manifestasi pada pasien anemia!7. Carilah macam-macam anemia dan jelaskan perbedaannya?8. Jelaskan tindakan medis pada pasien anemia!9. Buatlah patofisiologi secara skema sampai muncul masalah

keperawatan tentang anemia10. Apakah perbedaan intervensi keperawatan dari berbagai macam

anemia tersebut? Jelaskan!

4.2 Aktivitas mandiri dan kelompok

Page 24: Modul Imun Dan Hematologi

42

1. Buatlah makalah tentang patologi hematologi berikut ini, buatlah kelompok sesuai dengan kasus tersebut, kelompok dibagi oleh coordinator mata kuliah kelasa. Askep Klien dengan Anemia pd penyakit sistemikb. Askep Klien dengan Anemia sel sabit c. Askep Klien dengan Anemia aplastikd. Askep Klien dengan Polisetemiae. Klien dengan Anemia defisiensi besif. Askep Klien dengan Koagulasi intravaskular diseminata / DICg. Askep Klien dengan Limfoma maligna h. Askep Klien dengan Neutropeniai. Askep Klien dengan Hyperbilirubinemia in the Neonatej. Askep Klien dengan malariak. Askep Klien dengan thalasemial. Askep Klien dengan leukemia m. Askep Klien dengan mieloproliferatifn. Askep Febrile Neutropenia pada pasien kemoterapi

Chemotherapyo. Askep Klien dengan hemofiliap. Askep Klien dengan Anemia megaloblastikq. Askep Klien dengan Anemia hemolitikr. Askep Klien dengan Anemia krn kegagalan sumsum tulang

Page 25: Modul Imun Dan Hematologi

42

1. LEARNING OBJECTIVE2. POKOK BAHASAN:

KONSEP DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI IMUNOLOGI DAN PATOLOGI IMUNOLGI2.1 Pengertian

Hematologi Dan Anatomi Fisiologi Imunologi

2.2 Organ-organ system imun

2.3 Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga Lansia

2.4 Imunitas Seluler dan Humoral

2.5 HIV/AIDS2.3.1 Definisi2.3.2 Etiologi2.3.3 Klasifikasi2.3.4 Maktor resiko2.3.5 Manifestasi klinis2.3.6 Patofisiologi2.3.7 Dasar Diagnostik2.3.8 Penatalaksanaan2.3.9 Asuahn Keperawatan

3. REFERENSI4. EVALUASI

6.1 Pendalaman materi6.2 Aktivitas Mandiri6.3 Aktivitas Kelompok

1. LEARNING OBJECTIVEA. Memahami definisi, anatomi dan fisiologi dan asuhan keperawatan

patologi pada kasus ImunologiB. Memahami refleksi pendalaman soalC. Mahasiswa mampu membuat Askep secara mandiri maupun

kelompok pada kasus system imunologi

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

Page 26: Modul Imun Dan Hematologi

42

2. KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI PADA SISTEM IMUNOLOGI

2.1 Pengertian Sistem Imun

Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem

pertahananmanusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul

asing atau seranganorganisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.

Sistem kekebalan jugaberperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan

molekul lain seperti yangterjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang

teraberasi menjadi tumor. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem

perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ

khusus pada suatu organisme. Jika sistemkekebalan bekerja dengan benar,

sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta

menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jikasystem

kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,

sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam

dan flu,dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan

pengawasanterhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah

dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama

dalam mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan

penyakit, sepertibakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada

kemampuan sistem imununtuk mengenali dan menghancurkankan serangan

ini. jadi kalo kelainan sistem imunberarti kemampuan untuk mempertahankan

kekebalan tubuh terganggu sehinggamudah diserang penyakit.

SISTEM IMUNOLOGI

Page 27: Modul Imun Dan Hematologi

42

2.2 Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Kekebalan Tubuh

Gambar 2.1 Organ Sistem Imun

a. Nodus Limfe

Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi

intelkepolisian yang tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat

juga kantor-kantor polisi dengan polisi penjaga, yang juga dapat

menyiapkan polisi baru jika diperlukan.Sistem ini adalah sistem limfatik

dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisidalam sistem ini adalah

limfosit.Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk

kemanfaatan bagiumat manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfatik

yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa yang terdapat di beberapa

tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosityang diproduksi oleh

nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, sertacairan

getah bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi

dalampembuluh limfatik.

Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam

pembuluhlimfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan

jaringan yang berada disekitar pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah

bening yang kembali ke pembuluhlimfatik sesaat setelah melaku-kan

Page 28: Modul Imun Dan Hematologi

42

kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini

diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluhlimfatik. Jika pada

jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akanditeruskan ke

nodus limfa melalui cairan getah bening.

b. Timus

Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ

yang belumberkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis

dimanfaatkan sebagai buktievolusi. Namun demikian, pada tahun-tahun

belakangan ini, telah terungkap bahwaorgan ini merupakan sumber dari

sistem pertahanan kita.

c. Sumsum Tulang

Sumsum tulang janin di rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi

fungsinya memproduksi sel-sel darah. Sumsum tulang mam-pu

mengerjakan tugas ini hanyasetelah lahir. Akankah bayi ini terkena anemia

saat di dalam kandungan ? Tidak. Pada tahap ini, limpa akan bermain dan

memegang kendali. Merasakan bahwatubuh mem-butuhkan sel darah

merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulaimemproduksi sel-sel

ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya.

d. Limpa

Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa.

Limpa terdiri daridua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang

baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu

mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenaitugas yang dilak-

sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen inimenying-

kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah

yangmembuatnya sangat menakjubkan.Keterampilan limpa tidak hanya

itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah merah dan

trombosit). Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakanada

ruang terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan.

Padahallimpa adalah organ kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah

gudang. Dalam kasusini limpa mengembang supaya ada tempat tersedia

untuk sel darah merah dantrombosit. Limpa yang mengembang

Page 29: Modul Imun Dan Hematologi

42

disebabkan oleh suatu penyakit jugamemungkinkan memiliki ruang

penyimpanan yang lebih besar.

2.3 Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari

Janin Hingga Lansia.

a. Usia janin minggu pertama Kehidupan embrio sel darah premitif yang

berinti diproduksi dalam yolk sac.

b. Usia janin minggu keduaPembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di

sakus vitelinus/yolk sac (kantungkuning telur). Pada minggu kedua ini

terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti).

c. Usia janin minggu ke-empatJanin mulai membentuk struktur manusia.

Saat ini telah terjadi pembentukkanotak,sumsum tulang dan tulang

belakang serta jantung dan aorta.

d. Usia janin minggu ke-limaPada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan

yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, danendoderm. Hati yang sebagai organ

utama untuk memproduksi sel-sel darah merahterbentuk pada minggu-

minggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm.

e. Usia janin minggu ke-enamPembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga

pada timus (pembentukan limfosit). Pada minggu-minggu ini juga

terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga terbentuk

semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (daritimus).

f. Usia janin minggu ke-lima belasPada minggu-minggu ini tulang dan

sumsung tulang terus berkembang.

g. Usia janin minggu ke-enam belasPembentukkan terjadi pada sumsung

tulang karena sudah terjadi prosesosifikasi (pembentukan tulang). Tapi ada

juga yang menyebutkan kalau terjadi dimedulolimfatik (di medulla

spinalis dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi. Dan pada

minggu ke enambelas ini sudah terbentuk darah lengkap.

h. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah

merahsampai seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang

panjang, kecualiproksimal humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak

dan tidak memproduksi lagisetelah kurang lebih berusia 20 tahun.i. Di atas

umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum

Page 30: Modul Imun Dan Hematologi

42

tulangmembranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga

bertambahnya usiatulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif.

2.4 Fungsi dari Sistem Imun

a. SumsumSemua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk

dalam sumsumtulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah,

sel darah putih (termasuklimfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari

sistem kekebalan tubuh juga terdapat ditempat lain.

b. Timus Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan

sebelumlepas ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk

mengembangkan atributpenting yang dikenal sebagai toleransi diri.

c. Getah bening Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di

sepanjang perjalananlimfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher,

axillae, selangkangan dan para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs

kelenjar getah bening yang penting dalampemeriksaan fisik pasien.

d. Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT). Di samping jaringan limfoid

berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening danlimpa, jaringan limfoid

juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan,saluran

pernafasan dan saluran urogenital.

e. Mekanisme Pertahanan non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut

juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan

nonspesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa

dengan enzimnya,serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air

mata.Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear)

dankomplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non

spesifik.

f. Mekanisme Pertahanan Spesifik

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi

mikroorganismemaka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme

pertahanan spesifik adalahmekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel

limfosit, dengan atau tanpabantuan komponen sistem imun lainnya seperti

sel makrofag dan komplemen

Page 31: Modul Imun Dan Hematologi

42

2.5 Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik

disebut juga respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik

(Imunitas Humoral dan Selular)

a. Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B

denganatau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan

dilaksanakanoleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat

lima kelasimunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan

IgE.

b. Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen

yangdiperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen

sistem imunlainnya.

c. Antibodi (Immunoglobulin)

Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin)adalah glikoprotein

denganstruktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah

teraktivasi menjadisel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan

reaktif terhadap antigen tersebut.Pembagian ImmunglobulinAntibodi A

(bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yangmemainkan

peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA

banyakditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata,

kolostrum dan susu) sebagai sIgA (en:secretory IgA) dalam perlindungan

permukaan organ tubuh yangterpapar dengan mencegah penempelan

bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA

dengan ikatan komponen mukus memungkinkanpengikatan mikroba.

Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah

monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan

pada permukaanpencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD

dapat mengendalikanaktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam

mengendalikan produksi autoantibodisel B. Rasio serum IgD hanya sekitar

0,2%.

Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah

jenisantibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki

Page 32: Modul Imun Dan Hematologi

42

peran yang besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE

juga tersirat dalam sistemkekebalan yang merespon cacing parasit

(helminth) seperti Schistosoma mansoni,Trichinella spiralis, dan Fasciola

hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentusepertiPlasmodium

falciparum, dan artropoda.

Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi

monomerisyang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang

saling mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen

antigen-binding. Populasi IgG palingtinggi dalam tubuh dan terdistribusi

cukup merata di dalam darah dan cairan tubuhdengan rasio serum sekitar

75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 haribergantung pada sub-

tipe.

Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM,

macroglobulin)adalahantibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan

rasio serum 13%, IgM merupakanantibodi dengan ukuran paling besar,

berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat,dan teredar segera setelah

tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal(en:primary immune

response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentukmonomeris dari

IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B.IgM

adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa

janinkehidupan seorang manusia dan berkembang secara fitogenetik

(en:phylogenetic).Fragmen konstan IgM adalah bagian yang

menggerakkan lintasan komplemen klasik

Page 33: Modul Imun Dan Hematologi

42

Gambar 2.2 Imunitas Seluler Dan Humoral

HIV/AIDS

2.6.1 Definisi

Gangguan pertahanan tubuh yg ditimbulkan akibat kerusakan sistem

imun.

Kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh

akibat infeksi HIV

AIDS adalah bentuk paling berat dari keadaan sakit terus-menerus yg

berkaitan dgn infeksi HIV

Gambar 2.3 Virus HIV

2.6.2 Etiologi

HIV-1 ditemukan pd tahun 1983

HIV-2 ditemukan tahun 1986 di Afrika, dianggap kurang patogen

2.6.3 Pathofisiologi

Infeksi HIV tidak diikuti oleh satu gejala klinis. Immunosupresi akibat

dari penurunan jumlah T-sel CD4 shg terjadi penurunan fungsional.

Fungsi B-sel yg abnormal terbukti secara dini pd infeksi HIV anak. Karena

sel T-helper mengontrol fungsi dari B-sel, anak masih kecil dgn infeksi

HIV mengalami sistem seluler dan hormonal. Immunoglobulin tidak

Page 34: Modul Imun Dan Hematologi

42

berfungsi, kehilangan pertahanan tubuh sehingga memudahkan infeksi

bakterial, anak tersebut juga tidak bisa membentuk antibodi setelah diberi

imunisasi.

2.6.4 Insidensi

Sampai tahun 2002 ada ± 12-19 juta orang di Indonesia yg rawan tertular

HIV. Jenis kelompok rawan tertular HIV antara lain pengguna napza

suntik, wanita penjaja seks, lelaki pelanggan dari wanita penjaja seks, gay,

pasangan seks. Diperkirakan sekitar 90-130 ribu orang tertular HIV

sampai tahun 2002, ± 25% diantaranya adalah perempuan. Di Indonesia

sendiri AIDS banyak menyerang kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya

dan Papua. Di Kecamatan Gondanglegi, bulan Januari 2009 ditemukan 1

kasus, bulan Februari ditemukan 2 kasus baru dan pd bulan Mei ditemukan

7 balita mengidap HIV / AIDS.

2.6.5 Manifestasi Klinis

a. Transmisi infeksi HIV dan AIDS:

1) Periode jandela

a) Selama 4 minggu – 6 bulan setelah infeksi

b) Tidak terdapat gejala, hasil rapid test (-)

2) Fase infeksi primer akut

3) Selama 1-2 minggu dgn gejala seperti gejala flu

4) Hasil rapid test (-)

5) Infeksi asimptomatik

6) Selama 1-15 tahun / lebih dgn tidak ada gejala

7) Hasil rapid test (+)

8) Supresi imun simptomatik

9) Selama > 3 tahun dgn gejala demam, keringat malam hari, BB turun,

diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut

10) Periode AIDS

Page 35: Modul Imun Dan Hematologi

42

11) Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

ditegakkan

b. Gejala Mayor:

1) Berat badan turun > 10% dalam waktu 1 bulan

2) Diare kronis selama lebih dari 1 bulan

3) Demam > 38°C dalam waktu lebih dari 1 bulan

c. Gejala Minor:

1) Batuk pneumonia atau tuberculosis

2) Candidiasis oral sampai orofaring

3) Dermatitis, herpes simpleks, herpes zoster

4) Hemoglobin menurun

5) Demensia, gangguan mental

6) Penyakit kelamin

7) Infeksi oportunistik

Gambar 2.4 Tanda dan Gejala Pasien dengan AIDS

2.6.6 Komplikasi

a. Infeksi oportunistik

b. Kerusakan pernafasan atau kegagalan respirasi

Page 36: Modul Imun Dan Hematologi

42

c. Sindrom pelisutan dan gangguan cairan serta elektrolit

d. Reaksi yg merugikan thd obat-obatan

2.6.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Test untuk diagnosa infeksi HIV

Rapid test

ELISA

Western Blot

P24 antigen test

Kultur HIV

2. Test untuk deteksi gangguan sistem imun

Hematokrit

LED

CD4 Limfosit

Rasio CD4 / CD Limfosit

Serum mikroglobulin

Hemoglobulin

Page 37: Modul Imun Dan Hematologi

42

Gambar 2.6 Skema Permeriksaan Pasien HIV

2.6.8 Penatalaksanaan

1. Obat Anti Retroviral

a. NRTI (Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitors)

- Zidovudine - Abacavir

- Estavudine - Didanosine EC

- Didanosine - Tenofovir

-Lamivudine

b. NNRTI (Non-Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitors)

- Nevirapine

- Efavirenz

c. PI (Protease Inhibitors)

- Ritonavir - Amprenavir

- Saquinavir - Lopinavir

- Indinavir - Atazanavir

- Nelfinavir

d. Fusion Inhibitors

- Enfuvirtide

2. Diet tinggi kalori tinggi protein

3. KIE Perilaku Sehat untuk meminimalkan penularan ke orang lain

4. Support System dari keluarga dan tenaga kesehatan

2.6.9 Penatalaksanaan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Riwayat

Tes HIV (+), riwayat perilaku beresiko tinggi, penggunaan obat-obatan

2. Penampilan Umum

Pucat, lemah

3. Gejala Subyektif

Page 38: Modul Imun Dan Hematologi

42

Demam kronik dgn atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang,

lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

4. Psikososial

Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, takut,

cemas.

5. Status Mental

Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apatis, withdrawl, hilang

interest pd lingkungan sekitar, gangguan proses pikir, hilang memori,

gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

6. HEENT

Nyeri periorbital, photopobia, sakit kepala, edema muka, tinitus, ulkus

pd bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epistaksis.

7. Neurologis

Gangguan reaksi pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan, kaku

kuduk, kejang, paraplegia

8. Muskuloskeletal

Focal motor defisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL

9. Kardiovaskuler

Takikardi, sianosis. Hipotensi, edema perifer, dizzenes

10. Pernapasan

Dispnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk

produktif atau non-produktif

11. Gastrointestinal

Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB turun, diare,

inkontinensia, kram perut, hepatosplenomegali, kuning.

12. Genital

Lesi atau eksudat pd genital

13. Integumen

Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, ptechie (+)

Page 39: Modul Imun Dan Hematologi

42

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi b/d imunosupresi, malnutrisi, dan pola hidup

beresiko

2. intoleransi aktifitas b/d kelemahan, pertukaran O2, malnutrisi,

kelelahan

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat, peningkatan

kebutuhan metabolik, absorbsi zat gizi menurun

4. Diare b/d infeksi gastrointestinal

C. Perencanaan

Diagnosa 1 : Resiko tinggi infeksi b/d imunosupresi, malnutrisi, dan

pola hidup beresiko

Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan 3 x 24 jam, pasien akan terbebas

dari infeksi oportunistik dan komplikasinya

Kriteria Hasil : Tanda-tanda infeksi (-)

Hasil lab: infeksi oportunistik (-)

TTV dalam batas normal

Luka atau eksudat (-)

No. Intervensi Rasional

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. Untuk pengobatan atau penanganan lebih awal.

2. Gunakan tindakan aseptik untuk setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum memberikan tindakan.

Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yg diperoleh di RS

3. Ajarkan pasien cara mencegah terpapar lingkungan yg patogen

Mencegah bertambahnya infeksi

4. Ambil spesimen untuk tes lab sesuai order

Data pendukung dalam menegakkan diagnosa dan pengobatannya

5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antiinfeksi

Mempertahankan kadar darah yg terapeutik

Page 40: Modul Imun Dan Hematologi

42

Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas b/d kelemahan, pertukaran O2,

malnutrisi, kelelahan

Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan selama 3 x 24 jam, pasien dapat

berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.

Kriteria Hasil : Bebas dispnea dan takikardi selama beraktifitas

No. Intervensi Rasional1. Monitor respon fisiologis thd

aktifitasMengkaji kemampuan atau kekuatan pasien thd aktifitas berdasarkan respon fisiologis yg muncul

2. Berikan bantuan perawatan yg pasien tidak mampu untuk melakukannya

Mengurangi kebutuhan energi

3 Jadwalkan kegiatan pasien sehari-hari

Adanya keseimbangan antara aktifitas & istirahat

Diagnosa 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak

adekuat, peningkatan kebutuhan metabolik, absorbsi zat gizi

menurun

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mendapatkan intake kalori dan protein adekuat untuk memenuhi

kebutuhan metabolik

Kriteria Hasil : Nafsu makan meningkat

Mual, muntah terkontrol

Diet TKTP

BB meningkat atau mendekati BB sebelum MRS

No. Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan mengunyah dan menelan

Intake menurun berhubungan dgn adanya gangguan tenggorokan dan mulut

2. Monitor BB, intake dan output Menentukan data dasar

3. Beri antiemetik jika perlu sesuai order Mencegah dan mengurangi muntah

4. Kolaborasi dgn ahli gizi dalam menentukan diet TKTP

Untuk memenuhi kebutuhan kalori

Page 41: Modul Imun Dan Hematologi

42

Diagnosa 4 : Diare b/d infeksi gastrointestinal

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, pasien merasa

nyaman, diare terkontrol, komplikasi minimal

Kriteria Hasil : Perut lunak, tidak tegang

Feses lunak, warna normal, kram perut (-)

No. Intervensi Rasional

1. Kaji konsistensi dan frekuensi BAB, darah (+/-)

Mendeteksi adanya darah dalam feses

2. Auskultasi bising usus Diare umumnya ditunjukkan dangan adanya hipermotilitas

3. Kolaborasi pemberian agen antimotilitas dan psilium

Mengurangi motilitas usus yang memperburuk perforasi intestinal

4. Berikan ointmen A dan D, vaselin atau zinc oksida

Menghilangkan distensi abdomen

3. REFERENSI

Boyer, J. 2000. Anatomy Recall. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins

Corwin, Elizabeth. 2008. Handbook of Pathophysiology, 3rd Ed. USA:

Lippincott Williams & Wilkins

Guyton, A. 1996. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia. Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Alih Bahasa: Irawati Setiawa.1997.

Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses, dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC

Port, Mattson. 2006. Essential of Pathophysiology second edition. USA:

Lippincott Williams & Wilkins

Patric, W. 2009. Lippincott Williams & Wilkins Atlas of Anatomy, 1st

Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Page 42: Modul Imun Dan Hematologi

42

Holloway, W. 2004. Nurse’s fast facts : your quick source for core clinical

content 3rd ed. Philadelpia: F. A. Davis Company

Kozier, 2004. Fundamentals of Nursing. Seventh Edition. USA: Pearson

Education, Inc.

Smeltzer, S. 1997. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical

Nursing. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih bahasa: Andri H.

2002. Jakarta: EGC.

Williams, L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing Third

Edition. Philadelpia: F. A. Davis Company

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara :

Jakarta

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi

keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.

EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman

untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta

Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.

EGC : Jakarta

4. EVALUASI4.1 Pendalam Materi

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari system Imunologi!2. Jelaskan peran dan fungsi dari setiap komponen imun!3. Jelaskan perbedaan imun seluler dan humoral4. Jelskan proses inflamasi dan bagaimana respon imun!5. Carilah jurnal keperawatan yang terbaru tentang perawatan pasien

HIV/AIDS!6. Jelaskan manifestasi pada pasien HIV/AIDS!7. Jelaskan yang dimaksud dengan periode jendela dan gejalanya!8. Jelaskan tindakan medis pada pasienHIV/AIDS!

Page 43: Modul Imun Dan Hematologi

42

9. Buatlah patofisiologi secara skema sampai muncul masalah keperawatan tentang HIV/AIDS!

10. Bagaimana intervensi keperawatan jika pasien HIV/AIDS terkena TB dan steaven Johnson sindrom?

4.2 Aktivitas mandiri dan kelompok 1. Buatlah makalah tentang patologi imunologi berikut ini, buatlah

kelompok sesuai dengan kasus tersebut, kelompok dibagi oleh coordinator mata kuliah kelas

a) Askep Klien dengan DM disebabkan karena autoimunb) Askep Klien dengan alergi dan hipersensitifitas c) Askep Klien dengan Demam reumatik d) Askep Klien dengan Sindrom reiter e) Askep Klien dengan Artritis reaktif f) Askep Klien dengan Eritema nodosumg) Askep Klien dengan leukimiah) Askep Klien dengan multiple sclerosisi) Askep Klien dengan meastenia gravisj) Askep Klien dengan rhinitis allergick) Askep Klien dengan HIV/AIDS l) Askep infeksi opportunistik m) Askep Klien dengan Systemic lupus erythematosusn) Askep klien dengan Rheumatoid arthritiso) Askep klien dengan Hashimoto’s thyroiditisp) Askep klien dengan Myasthenia gravisq) Askep Klien dengan Idiopatik trombositopeni puroura / ITP