MODUL PRAKTIKUM METEOROLOGI LAUT · 2.2.5 Penakar Hujan .....10 2.2.6 Campbell Stokes ... Pertama...
Transcript of MODUL PRAKTIKUM METEOROLOGI LAUT · 2.2.5 Penakar Hujan .....10 2.2.6 Campbell Stokes ... Pertama...
1
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................. 2
1.3 Waktu dan Tempat ........................................................................... 2
II. MATERI PEMBAHASAN ...................................................................... 3
2.1 Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Karangploso ............. 3
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi BMKG ...................................................... 3
2.2 Instrument Pengamatan Meteorologi ................................................ 4
2.2.1 Barometer Digital ....................................................................... 4
2.2.2 Evaporimeter ............................................................................. 5
2.2.3 Thermometer ............................................................................. 6
2.2.4 Anemometer Tipe Corong ........................................................ 10
2.2.5 Penakar Hujan ......................................................................... 10
2.2.6 Campbell Stokes ...................................................................... 12
2.2.7 Automatic Weather System...................................................... 13
2.2.8 Thermohigrograf ...................................................................... 13
2.2.9 Gun Bellani .............................................................................. 14
2.3 Macam - Macam Awan ................................................................... 15
2.3.1 Kelompok Awan Tinggi ............................................................ 15
2.3.2 Kelompok Awan Sedang .......................................................... 18
2.3.3 Kelompok Awan Rendah ......................................................... 19
2.3.4 Kelompok Awan dengan Perkembangan Vertikal .................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Barometer Digital .................................................................................. 4
Gambar 2. Evaporimeter Tipe Pyche ..................................................................... 5
Gambar 3. Evaporimeter Tipe Panci Terbuka ........................................................ 5
Gambar 4. Thermometer Maksimum ...................................................................... 7
Gambar 5. Thermometer Minimum ........................................................................ 7
Gambar 6. Thermometer Bola Basah ..................................................................... 8
Gambar 7. Thermometer Bola Kering .................................................................... 9
Gambar 8. Anemometer ....................................................................................... 10
Gambar 9. Penakar Hujan Tipe Hellman.............................................................. 10
Gambar 10. Penakar Hujan Tipe Obs .................................................................. 11
Gambar 11. Campbell Stokes ............................................................................... 12
Gambar 12. Automatic Weather System .............................................................. 13
Gambar 13. Thermohigrograf ............................................................................... 13
Gambar 14. Gun Bellani ....................................................................................... 14
Gambar 15. Tipe Awan ......................................................................................... 15
Gambar 16. Awan Sirus ........................................................................................ 15
Gambar 17. Awan Sirokumulus ............................................................................ 16
Gambar 18. Awan Sirostratus ............................................................................... 17
Gambar 19. Awan Altokumulus ............................................................................ 18
Gambar 20. Awan Altostratus ............................................................................... 18
Gambar 21. Awan Stratokumulus ......................................................................... 19
Gambar 22. Awan Stratus..................................................................................... 19
Gambar 23. Awan Nimbostratus........................................................................... 20
Gambar 24. Awan Kumulus .................................................................................. 21
Gambar 25. Awan Kumulonimbus ........................................................................ 21
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan praktikum merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan
mata kuliah Meteorologi Laut. Praktikum dilatarbelakangi oleh pentingnya
mahasiswa mengetahui keadaan cuaca maupun iklim. Cuaca maupun iklim
sangat mempengaruhi aktifitas yang ada di darat maupun di laut. Oleh sebab itu,
mengetahui kondisi atmosfer atau cuaca sangat penting untuk merencarakan
kegiatan yang akan dilakukan terutama kegiatan yang dilakukan di lautan.
Dalam memperkirakan keadaan cuaca maupun iklim tersebut
membutuhkan Instrumen atau alat-alat yang digunakan untuk mengetahui
komponen-komponen cuaca di Bumi. Komponen tersebut diantaranya
kelembapan udara, suhu, tekanan udara, arah angin dan lain sebagainya. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang merupakan suatu lembaga
pemerintah yang berfungsi untuk memprediksi cuaca dan iklim. Lembaga
tersebut memiliki metode dan instrumen – instrumen yang digunakan untuk
memprediksi cuaca maupun iklim. Oleh sebab itu, perlu adanya pengetahuan
terhadap metode dan alat-alat apa saja yang digunakan dalam memprediksi
cuaca maupun iklim yang akan terbentuk. Memprediksi cuaca juga dilakukan
dengan pengamatan visual pembntukan awan yang ada di langit. Sehingga
dalam memperkirakan cuaca dan iklim, pengetahuan tentang bentuk awan juga
sangat penting.
Dalam dunia kelautan dan perikanan, keadann cuaca dan iklim di
atmosfer dapat mempengarui langsung keadaan di laut. Salah satu contoh dari
kondisi tersebut adalah pergerakkan arus permukaan yang dapat disebabkan
kondisi suhu dan angin di permukaan. Kondisi arus sendiri juga dapat
mempengaruhi segala aktivitas ikan (migrasi, reproduksi, mencari makan),
proses trasport nutrient, alur pelayaran dan lain-lain, sehigga dengan
mengetahui kondisi arus kita dapat mengetahui kondisi yang ada di laut . Oleh
karena itu, penting untuk mempelajari hubungan yang terjadi antara proses di
atmosfer (suhu dan angin) terhadap keadaan di laut (Arus).
2
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang digunakan untuk
mengukur/memprediksi kondisi di atmosfer dalam periode pendek
maupun panjang.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis, pola terbentuknya awan
c. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui metode analisis angin
menggunakan software WR-Plot.
d. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui metode analisis suhu
berdasarkan citra satelit.
Mahasiswa dapat mengerti fungsi dari data prediksi perkiraan cuaca dan
peranan cuaca maupun iklim terhadap kegiatan manusia terkhusus dalam
bidang kelautan.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Meteorologi Laut, yaitu praktikum lapang dan
Praktikum kelas. Praktikum lapang akan dilaksanakan pada tanggal 16
September - 20 September 2019 dan Praktikum kelas akan dilaksanakan pada
tanggal 21 September 2019 untuk materi Angin dan 28 September 2019 untuk
materi Suhu dan ENSO IOD di Gedung C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
3
II. MATERI PEMBAHASAN
2.1 Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Karangploso
Sejarah BMKG dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang
dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor.
Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin
diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika yang awalnya
bertujuan untuk perkebunan dan pertanian. Selain itu berkembang menjadi
keperluan militer dan tersebar di kota-kota besar di Indonesia seperti di Jakarta
dan berkembang di tiap daerah di Indonesia. Sebelum BMKG, nama sebelumnya
yaitu hanya BMG dan diubah pada tahun 2008 menjadi BMKG sampai sekarang.
BMKG mulai dikenal banyak di Indonesia ketika pada saat terjadi bencana
tsunami di Aceh pada tahun 2004 silam.
Stasiun Klimatologi (Staklim) Karangploso, Malang merupakan satu-
satunya stasiun iklm di Jawa Timur. Produk jasa dari Staklim ini adalah distribusi
(Evaluasi) dan prakiraan sifat dan curah hujan bulanan, prakiraan permulaan
musim kemarau dan hujan, dan analisis unsur-unsur iklim di Jawa Timur. Pada
mulanya, Staklim Karangploso mulai dibangun pada tahun 1985-1986 dan mulai
dioperasikan pada tahun 1988. Stasiun Klimatologi Karangploso pertama kali
dikepalai oleh Bapak Ir. Bambang Winarno (alm) dari tahun 1987-2004. Stasiun
ini pertama kali hanya mengoperasikan dua buah alat saja, yaitu sangkar
meteorologi dan penakar hujan observasi (BMKG Karangploso, 2015).
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi BMKG
a. Memberikan layanan informasi yang akurat, tepat waktu dan bermutu
untuk untuk melindungi masyarakat dan kehidupannya dari bencana
alam
b. Mengadakan pengamatan, pengumpulan, analisis pengolahan,
analisis dan penyebaran data serta pelayanan informasi meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
Tugas pokok stasiun Meteorologi Karang Ploso, sesuai SK No.
Kep.005 Tahun 2004
4
• Jumlah jaringan stasiun pengamatan di wilayah Indonesia
1. Stasiun Meteorologi : 120
2. Stasiun Geofisika : 31
3. Stasiun Klimatologi : 21
• Unsur-unsur pengamatan tidak dengan alat/visual :
• Awan
• Jarak pandang mendatar
• Cuaca (awan dan petir)
2.2 Instrument Pengamatan Meteorologi
2.2.1 Barometer Digital
Gambar 1. Barometer Digital
Beberapa stasiun BMKG menggunakan barometer digital dalam
mengukur tekanan udara. Nilai tekanan udara dari pembacaan barometer digital
dalam satuan hectopascal (hPa). Pada penggunaan Barometer digital ini
operator akan mengalami kesulitan dalam memperbaikinya jika terjadi kerusakan.
Hal ini disebabkan karena tidak diketahui rangkaian dasar pembangun
sistemnya. Saat ini, barometer digital yang tersedia menggunakan sensor
tekanan resonansi kuarsa dan silikon. Mahal tetapi cukup akurat untuk digunakan
referensi di tempat baometer merkuri. Beberapa stasiun cuaca yang murah,
menggunakan kapasitansi penginderaan, memiliki akurasi yang lebih baik
daripada barometer aneroid analog dan dapat menggantikan alat-alat tersebut di
tahun yang akan datang.
“Melaksanakan pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran data, pengolahan,
penganalisaan dan prakiraan di dalam wilayahnya serta pelayanan jasa
meteorologi”. Sesuai dengan Peraturan KBMG Nomor SK.170/ME.007/BMG-2006
“Melaksanakan tugas Pelayanan Informasi Maritim”.
5
2.2.2 Evaporimeter
2.2.2.1 Evaporimeter Tipe Pyche
Gambar 2. Evaporimeter Tipe Pyche
Evaporimeter Tipe Pyche. Biasanya alat ini ditempatkan di dalam sangkar
cuaca, sedangkan tipe yang lain diletakkan di luar sangkar. Atmometer Tipe
Pyche memiliki konstruksi yang sederhana karena mudah penggunaan dan
pengamatannya. Cara penggunaan dan pengamatannya ialah: mula-mula
tabung diisi dengan air aquades, kemudian ditutup dengan kertas saring dengan
bantuan ring penjepit yang dibentuk sedemikian rupa, kemudiandiletakkan pada
tiang penggantung. Pengamatan dilakukan pada permukaan air di dalam tabung
yang berskala (cc). Proses penguapan terjadi pada dua permukaan kertas saring
dan berlangsung terus menerus sampai persediaan air di dalam habis. Besarnya
penguapan dapat diketahui dari penyusutan air dalam tabung pada waktu
pengamatan berikutnya.
2.2.2.2 Evaporimeter Tipe Panci Terbuka - Floating Thermometer
Gambar 3. Evaporimeter Tipe Panci Terbuka
Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur
untuk mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah
hujan dan air yang hilang melalui evaporasi. Evaporasi yang diukur dengan panci
6
ini dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembapan udara, suhu udara
dan besarnya angin pada tempat pengukuran. Ada dua macam peralatan
pengukur tinggi muka air dalam panci.
Pertama alat ukur micrometer pancing dan yang kedua alat ukur ujung
paku yang dipasang tetap (fixed point). Kesalahan yang besar dari pengukuran
evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci. Oleh sebab itu muka air
selamanya harus dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5 cm di bawah bibir
panci. Makin rendah muka air dalam panci, makin rendah pula terjadinya
penguapan. Kejernihan air dalam panci perlu diperhatikan. Air yang keruh,
evaporasi yang terukur akan rendah pula. Usahakan air jangan sampai berlumut.
Tinggi air diukur dengan satuan mm.
Sekeliling panci harus ditumbuhi rumput pendek. Permukaan tanah yang
terbuka atau gundul menyebabkan evaporasi yang terukur tinggi (efek oase).
Pasanglah alat pada tempat yang terbuka tidak terhalang oleh benda-benda lain
dan berada di tengah-tengah lapang rumput dari stasiun klimatologi.
2.2.3 Thermometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa
Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip
kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah
termometer air raksa. Thermometer yang terdapat di BMKG Karang Ploso ada
empat macam, yaitu thermometer bola kering dan thermometer bola basah serta
thermometer maksimum dan minimum namun dalam praktikum ini kita akan
mempelajari thermometer maksimum dan minimum.
7
2.2.3.1 Thermometer Maksimum
Gambar 4. Thermometer Maksimum
Termometer Maksimum Ciri khas dari termometer ini adalah terdapat
penyempitan pada pipa kapiler di dekat reservoir. Air raksa dapat melalui bagian
yang sempit ini pada suhu naik dan pada suhu turun air raksa tak bisa kembali ke
reservoir, sehingga air raksa tetap berada posisi sama dengan suhu tertinggi.
Setelah dibaca posisi ujung air raksa tertinggi, air raksa dapat dikembalikan ke
reservoir dengan perlakuan khusus (diayun-ayunkan). Termometer maksimum
diletakkan pada posisi hampir miring, agar mudah terjadi pemuaian. Pengamatan
sekali dalam 24 jam.
2.2.3.2 Thermometer Minimum
Gambar 5. Thermometer Minimum
Thermometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi
suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih
8
tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum.
Prinsip kerja thermometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah
penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan
menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka
indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan thermometer harus
miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal
ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali
bila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum).
2.2.3.3 Thermometer Bola Basah
Gambar 6. Thermometer Bola Basah
Termometer Bola Basah adalah hidrostatik dasar, kuantitas fisik yang
dapat digunakan untuk memperkirakan parameter cuaca fisik dasar. Beberapa
aplikasi yang diterapkan dari Tw termasuk menghubungkan permukaan dan
lapisan batas mengalir dan menafsirkan fluks skalar permukaan menggunakan
sifat fisik, sementara aplikasi praktis dapat menentukan efisiensi industri
pendingin (Sadeghi, 2013).
Termometer Bola Basah mencerminkan efek pendinginan dari air yang
menguap. Efek ini sering digunakan untuk mendinginkan bangunan peternakan
dan beberapa rumah. Termometer Bola Basah dapat ditentukan dengan
mengalirkan udara melalui termometer yang telah dibungkus dengan sedikit kain
lembab. Efek pendinginan dari air yang menguap menyebabkan suhu yang lebih
rendah dibandingkan dengan suhu udara bola kering (Shelton, 1997).
9
2.2.3.4 Thermometer Bola Kering
Gambar 7. Thermometer Bola Kering
Temperatur bola kering adalah temperatur udara yang diukur
menggunakan thermometer yang terkena udara bebas namun terjaga dari sinar
matahari dan embun. Suhu bola kering adalah temperature yang biasanya
dianggap sebagai suhu udara, dan memang suhu termodinamik sebenarnya.
Suhu bola kering adalah temperatur yang diukur menggunakan thermometer
biasa yang terkena aliran udara. Berbeda dengan temperatur bola basah,
temperatur bola kering tidak menunjukkan jumlah air dalam udara. Dry bulb
temperature (temperatur bola kering) yaitu suhu yang ditunjukkan dengan
thermometer bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu
ini bias dalam celcius, Kelvin, fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa
thermometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika
kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi
perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena mendapatkan kalor
maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di dalam thermometer mengalami
pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.
10
2.2.4 Anemometer Tipe Corong
Gambar 8. Anemometer
Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang banyak dipakai
dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Nama alat
ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin. Perancang pertama dari
alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450. Selain mengukur
kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu.
Cara kerja alat Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada
anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam anemometer terdapat
alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Penggunaan
Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka. Baling-baling pada
anemometer akan berputar dengan sendirinya jika ditiup angin.
2.2.5 Penakar Hujan
2.2.5.1 Penakar Hujan Tipe Hellman (Otomatis)
Gambar 9. Penakar Hujan Tipe Hellman
Penakar hujan Otomatis type Hellman adalah penakar hujan yang dapat
mencatat sendiri, badannya berbentuk silinder, luas permukaan corong
penakarnya 200 Cm2, tingginya antara 100 sampai dengan 120 Cm. Jika pintu
penakar hujan dalam keadaan terbuka, maka bagian dalamnya akan terlihat
seperti gambar terlampir.
11
Prinsip kerja alat jika hujan turun, air hujan akan masuk kedalam tabung
yang berpelampung melalui corongnya, air yang masuk kedalam tabung
mengakibatkan pelampung beserta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada
tangkai pelampung terdapat tangkai pena yang bergerak mengikuti tangkai
pelampung, gerakan pena akan menggores pias yang diletakkan/digulung pada
silinder jam yang dapat berputar dengan sendirinya. Penunjukkan pena pada
pias sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke dalam tabung, apabila
pena telah menunjuk angka 10 mm. maka air dalam tabung akan keluar melalui
gelas siphon yang bentuknya melengkung. Seiring dengan keluarnya air maka
pelampung akan turun, dan dengan turunnya pelampung tangkai penapun akan
bergerak turun sambil menggores pias berupa garis lurus vertikal. Setelah airnya
keluar semua, pena akan berhenti dan akan menunjuk pada angka 0, yang
kemudian akan naik lagi apabila ada hujan turun.
2.2.5.2 Penakar Hujan Tipe Obs (Manual)
Gambar 10. Penakar Hujan Tipe Obs
Alat pengukur hujan, mengukur tinggi hujan seolah-olah air yang jatuh ke
tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Bila air yang tertampung
volumenya dibagi dengan luas corong penampung maka hasilnya dalah tinggi.
Satuan yang dipakai adalah milimeter (mm). Penakar hujan yang baku digunakan
di Indonesia adalah tipe observatorium. Semua alat penakar hujan yang beragam
bentuknya atau yang otomatis dibandingkan dengan alat penakar hujan otomatis
(OBS). Penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang tertampung
diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas
ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm
sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam
12
yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin
bukan hari ini.
2.2.6 Campbell Stokes
Gambar 11. Campbell Stokes
Prinsip kerja Campbell Stokes adalah dengan pembakaran pias. Panjang
pias yang terbakar dinyatakan dalam jam. Alat ini mengukur lama penyinaran
surya. Hanya pada keadaan matahari terang saja pias terbakar, sehingga yang
terukur adalah lama penyinaran surya terang. Pias ditaruh pada titik api bola
lensa. Pembakaran pias terlihat seperti garis lurus di bawah bola lensa. Kertas
pias adalah kertas khusus yang tak mudah terbakar kecuali pada titik api lensa.
Alat dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan ke arah Timur matahari terbit
dan ke barat matahari terbenam. Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan
dengan letak lintang setempat. Posisi alat tak berubah sepanjang waktu hanya
pemakaian pias dapat diganti-ganti setiap hari.
Pengamatan lamanya Penyinaran Matahari menggunakan alat yang
dinamakan Sun Shine Recorder type Cambell Stokes. Alat ini berupa bola kaca
dan dibawahnya tepat di titik api dipasangi kertas yang sudah ada skala jamnya.
Pada waktu ada sinar Matahari titik api akan memanasi kertas tadi hingga
membuat jejak gosong yang memanjang. Jejak gosong tersebut menunjukan
lama penyinaran Matahari atau jumlah-waktu sinar Matahari sampai ke
permukaan. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada alat yang sama yaitu (1) Pias
waktu matahari di ekuator, (2) pias waktu matahari di utara dan (3) pias waktu
matahari di selatan.
13
2.2.7 Automatic Weather System
Gambar 12. Automatic Weather System
AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau
sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis
serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya
dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED
Display dan bagian-bagian lainnya.
Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan
kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net
radiometer. AWS (Automatic Weather System), ditempatkan di PLTU dan
pengiriman cuaca menggunakan sandi.
2.2.8 Thermohigrograf
Gambar 13. Thermohigrograf
Termohigrograf sering disebut juga dengan higrotermograf. Alat ini
merupakan alat gabungan antara termograf dan higrograf dan dilengkapi dengan
diagram yang sama. Fungsi dari termohigrograf sendiri adalah untuk merekam
suhu dan kelembapan atmosfer dalam waktu yang berdekatan. Termohigrograf
menggunakan prinsip dengan sensor rambut untuk mengukur kelembapan udara
dan menggunakan bimetal untuk sensor suhu udara. Alat ini diletakkan pada
ketinggian 150 cm. Kedua sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum
14
penunjuk yang merupakan pena penulis di atas kertas pias yang berputar
menurut waktu. Alat dapat mencatat suhu dan kelembapan setiap waktu secara
otomatis pada pias. Dimana kertas pias bagian atas untuk mencatat suhu dan
kertas pias bagian bawah untuk mencatat RH. Melalui suatu koreksi dengan
psikrometer kelembapan udara dari saat ke saat tertentu. Pengambilan data
dilakukan setiap seminggu sekali.
2.2.9 Gun Bellani
Gambar 14. Gun Bellani
Prinsip alat adalah menangkap radiasi pada benda berbentuk bola
sensor. Panas yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang
uap zat cair berhubungan dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul
akan dikondensasi dalam tabung berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air
kondensasi sebanding dengan radiasi surya diterima oleh sensor dalam sehari.
Pengukuran dilakukan sekali dalam sehari. Pengukuran dilakukan sekali dalam
24 jam yaitu pada pagi hari dibandingkan dengan alat yang pertama hasilnya
lebih kasar.
Tiga Bagian- bagian utama Gun Bellani:
a) Bola bulat hitam berisikan air dan dihubungkan dengan
tabung buret
b) Silinder pelindung
c) Skala pengamatan
15
2.3 Macam - Macam Awan
Awan dikelompokkan kedalam 4 Tipe, yaitu: Awan Tinggi, Awan Sedang,
Awan Rendah and Awan dengan Perkembangan Vertikal.
Gambar 15. Tipe Awan
2.3.1 Kelompok Awan Tinggi
Ketinggian awan mencapai 6 - 12 km, Ditandai dengan kata siro atau
sirus.
a. Sirus
Gambar 16. Awan Sirus
Awan sirus berwarna putih tipis pada siang hari dan mengkilat
karena banyak mengandung kristal es. Awan sirus sering berwarna
merah atau kuning cerah menjelang dan saat matahari terbit atau setelah
matahari terbenam.
16
b. Sirokumulus
Gambar 17. Awan Sirokumulus
Awan sirokumulus berbentuk gumpalan - gumpalan kecil dan
tampak seperti ikan. Awan sirokumulus relatif jarang muncul dan selalu
bergabung dengan awan sirus atau sirostatus.
17
c. Sirostratus
Gambar 18. Awan Sirostratus
Awan sirostratus berwarna putih tipis dan tampak seperti tirai
kelambu yang sangat halus. Oleh karena itu, Awan sirostratus dapat
membuat langit kelihatan seperti susu atau memperlihatkan susunan
berserat. Jika terkena sinar matahari awan sirostatus akan menimbulkan
bayangan di tanah.
18
2.3.2 Kelompok Awan Sedang
Ketinggian awan mencapai 2 - 6 km, Ditandai dengan kata Alto.
a. Altokumulus
Gambar 19. Awan Altokumulus
Awan altokumulus berwarna putih atau kelabu dan tampak seperti
gumpalan kapas pipih. Altokumulus terdiri dari tetes air, tetapi pada suhu
yang sangat rendah dapat berbentuk kristal es. Altokumulus dapat
membentuk suatu lapisan yang seragam dan cukup luas.
b. Altostratus
Gambar 20. Awan Altostratus
Awan altostratus berlapis - lapis seperti pita dan berwarna kelabu.
Jika terkena matahari atau bulan tidak akan menimbulkan bayangan.
19
2.3.3 Kelompok Awan Rendah
Ketinggian awan mencapai 0,8 - 2 km, Ditandai Dengan kata Strato.
a. Stratokumulus
Gambar 21. Awan Stratokumulus
Awan stratokumulus bergumpal - gumpal lembut dan berwarna
abu - abu. Stratokumulus terdiri atas tetes awan dan kadang - kadang
mengandung tetes hujan. Awan jenis ini Kadang - kadang disertai
curahan hujan dengan intensitas yang kecil.
b. Stratus
Gambar 22. Awan Stratus
Awan stratus terlihat berlapis - lapis seperti kabut tipis. Jika awan
stratus melewati cahaya matahari atau bulan, garis bentuk matahari atau
bulan dapat dilihat. Awan stratus menjadi kabut jika meyentuh permukaan
bumi.
20
c. Nimbostratus
Gambar 23. Awan Nimbostratus
Awan nimbustratus merupakan lapisan awan rendah berwarna
abu - abu gelap, tidak berbentuk dan terlihat basah. Karena berwarna
gelap dan tebal, cahaya matahari tidak terlihat saat menembus awan
nimbostratus. Pada cuaca yang buruk, suatu lapisan nimbostratus dapat
bergabung dengan awan rendah yang berada di bawahnya.
21
2.3.4 Kelompok Awan dengan Perkembangan Vertikal
Keinggian awan mencapai < 2 Km
a. Kumulus
Gambar 24. Awan Kumulus
Awan kumulus berkembang secara vertikal berbentuk kubah atau
menyerupai bunga kol dengan lengkungan berwarna putih cemerlang jika
terkena sinar matahari. Bagian dalam yang hampir horizontal berwarna
gelap. Di atas daratan awan kumulus biasanya muncul pada pagi hari dan
menghilang sebelum malam.
b. Kumulonimbus
Gambar 25. Awan Kumulonimbus
Awan kumulonimbus berkembang secara vertikal berbentuk
seperti gunung atau menara. Pada bagian atas awan kumulonimbus
beserat dan sering menyebar. Kumulonimbus mengandung tetes hujan
yang besar sehingga dapat menimbulkan terjadinya hujan secara tiba -
tiba.
22
DAFTAR PUSTAKA
Air Weather Service, 1990. “The Use of the Skew T, Log P Diagram in Analysis
and Forcasting”. Scott Air Force Base, Illinois. USA.
Anna Szczucinsnka.2007. Measurements of selected water balance components
in Ebbaelva catchments, Svalbard – pilot study. Vol. 5: 51–54. Adam
Mickiewicz University :Poland.
Arifin, dkk. 2010. Modul Praktikum Klimatologi, Fakultas Pertanian
UniversitasBrawijaya.
Bird, John. 2012. Science Engineering. London: Routledge
BMG. 2006. Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika tentang Tata
Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data Iklim dan
Agroklimat. Badan Meteorologi dan Geofisika : Jakarta.
BMG. 2006. Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data
Iklim dan Agroklimat. Badan Meteorologi Geofisika : Jakarta.
BMKG Karangploso. 2015. Sejarah Singkat Stasiun Klimatologi Karangploso.
http://karangploso.jatim.bmkg.go.id. Diakses pada tanggal 2 Desember
2015 Pukul 00.15 WIB
Cahya Swastika Populasi, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan.2012.Studi Tentang
Komparasi Data Tekanan UdaraPada Barometer Digitaldan Automatic
Weather Sistem (AWOS) di Stasiun Meteorologi HASANUDDIN
MAKASSAR. Universitas Negeri Makassar :Makassar.
Hendayana,Danda. 2011. Mengenal Nama dan Fungsi Alat‐alat Pemantau
Cuaca
dan Iklim.
Jati, Wisnu. 2013. Pengaruh Waktu Pemaparan Cuaca (Weathering) Terhadap
Karakteristik Mekanik Komposit HDPE – Sampah Organik. Universitas
Sebelas Maret : Surakarta
Klimatologi Banjar. 2008.
http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/alat-alat -klimatologi
konvensional/
http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/peralatan-kualitas-
udara-ku/ Modul Pengolahan Data Angin Windrose. Universitas Sriwijaya.
Palembang.
23
Napitupulu, F. H. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Bahan Pengisi (Filler)
Pvc
Dengan Tinggi 45 Cm Dan Diameter 70 Cm Terhadap Kinerja Menara
Pendingin Jenis Induced-Draft Counterflow. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara : Sumatera Utara.
Senechal, Nadia, 2013. “Introduction to Thermodynamic: Application to
Atmospheric Air” PowerPoint Presentation. University of Bordeaux. France
Toruan, Kanton Lumban. 2009. Automatic Weather System (AWS) Berbasis
Mikrokontroler. Universitas Indonesia : Depok
24
Nama-Nama Asisten Meteorologi Laut
No. Nama NIM No. Hp
1. Ismail Noer Muhammad (COAss) 165080200111047 082139777264
2. Shinta Diana Ayu Safitri 165080607111029 082231118918
3. Vianta Mandhalika 175080200111047 089663814172
4. Dayu Dityo Kisworo 175080207111027 085885636140
5. Keumala Cahaya 175080607111009 081290623050
6. Donik Nuzul Nur Utomo 175080601111007 081805909646