Nama
Transcript of Nama
NAMA : Ardi sustyo nw
KELAS / NIM : 3B / 120701058
TOPIK
- HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN DIARE
TUJUAN UMUM
- Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian diare
TUJUAN KHUSUS
- Mengidentifikasi gaya hidup- Mengidentifikasi diare- Menganalisa hubungan gaya hidup dengan kejadian diare
LANDASAN TEORI
1.1KONSEP TEORI GAYA HIDUP
1.DEFINISI
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Sakinah, 2002).
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang
mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya
hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-
minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain (Muhammadun, 2010)
a. Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup pola makan sehari-hari yang
memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas)
maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan menkonsumsi garam dan makanan berlemak dapat meningkatkan
resiko terjadinya hipertensi.
b. Tidak melakukan Olah raga yang teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini tergantung dari usia dan status kesehatan
yang bersangkutan.
c. Merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau menggunakan narkoba.
d. Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan mental. Istirahat yang cukup adalah
kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya.
2.ETIOLOGI
Sarafino (1994) mengemukakan pendapat bahwa ada beberapa faktor umum dari kesehatan
yang berkaitan dengan perilaku antara lain:
a. Faktor pembelajaran
Proses belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku
(pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai) dengan aktifitas kejiwaan sendiri. Hal ini dapat
diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Dalam proses belajar itu sendiri tidak lepas dari latihan 13 atau sama halnya dengan pembiasaan yang
merupakan penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktifitas
tertentu. Baik latihan maupun pembiasaan terutama terjadi dalam taraf biologis tetapi apabila
selanjutnya berkembang dalam taraf psikis maka kedua gejala itu akan menjadi proses kesadaran
sebagai proses ketidak sadaran yang bersifat biologis yang disebut proses otomatisme sehingga proses
tersebut menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat.
b. Faktor sosial dan emosi
Menurut Taylor (1995) perilaku sehat sangat efektif bila didukung oleh situasi sosial yang baik.
Keluarga, teman dekat, teman kerja dan lingkungan sekitar merupakan komponen penting dari
terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan mendukung kebiasaan sehat dan mengerti tentang
hakekat kesehatan maka tidak sulit bagi penderita sakit untuk melakukan terapi kesehatan. Begitu pula
sebaliknya perilaku sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak mendukung, sehingga dapat diketahui
bahwa faktor sosial dapat berfungsi sebagai terbentuknya perilaku sehat dan tidak sehat. Selain faktor
sosial, faktor emosi juga dapat berperan dalam terbentuknya perilaku sehat. Ketika seseorang
mengalami tekanan jiwa atau permasalahan yang rumit ada diantara mereka yang melampiaskan
dengan kegiatan positif namun bahkan ada pula yang melakukan kegiatan yang dapat menambah buruk
keadaan.
c. Faktor persepsi dan kogitif
Sarafino (1994) menyebutkan bahwa faktor kognitif memerankan peranan penting dalam
perilaku sehat seseorang. Seseorang diikutsertakan untuk aktif mengetahui dengan pasti mengenai
perilaku sehat yang mereka lakukan dan mengerti cara mengatasi problematika yang mungkin timbul
sehingga mereka tahu apakah perilaku tersebut baik atau buruk.
Sebagian orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat mereka sakit. Oleh karenanya
banyak di antara mereka melakukan perubahan kegiatan sehari-hari dengan menghindari merokok,
makan berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi makanan hanya ketika mereka telah
mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari sakitnya tersebut. Menurut Levy (1984) perilaku sehat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
1. Faktor sosial, tercapainya peran sebagai teman, tetangga dan warga negara serta bisa berhubungan
secara hangat bersamanya.
2. Faktor emosi, adalah faktor yang datang dari dalam diri individu. Hal penting dari kesehatan emosi adalah
kemampuan individu untuk memahami emosinya dan mengetahui cara penyelesaian bila masalah
timbul, mampu mengatur situasi stres dan bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan menyenangkan.
3. Faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, adalah terpenuhinya kebutuhan dasar tubuh sesuai kebutuhannya.
Mengetahui kapan tubuh memerlukan istirahat, makan, bermain dan lain sebagainya.
4. Faktor spiritual, adalah faktor keyakinan dalam diri individu tentang kesehatan. Banyak orang percaya
bahwa sehat juga dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran yang ada di benaknya.
5. Promosi gaya hidup sehat, merupakan pengarahan yang memperkenalkan gaya hidup sehat. Perilaku
atau gaya hidup sehat tersebut meliputi: makan yang bergizi dan sesuai kebutuhan, tidur cukup,
menghindari minuman alkohol dan rokok, berat badan normal serta latihan jasmani secara teratur.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
antara lain: faktor pembelajaran, faktor sosial dan emosi, faktor persepsi dan kognitif, faktor
pemenuhan kebutuhan tubuh, faktor spiritual serta adanya promosi gaya hidup sehat.
3.KLASIFIKASI
Menurut Levy (1994) komponen atau aspek-aspek dari gaya hidup sehat antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Gerak badan, adalah suatu keharusan untuk melatih otot-otot agar tidak kaku dan menjaga stamina
tubuh, karena apa yang tidak digunakan tubuh akan tidak berguna dan hilang. Olahraga secara teratur 3
kali dalam satu minggu tidak harus yang berat atau mahal tetapi secara rutin akan lebih baik
b. Istirahat dan tidur, berguna untuk melemaskan otot-otot setelah beraktifitas dan juga untuk
menenangkan pikiran. Tidur yang cukup di malam hari 8 jam akan memulihkan kelelahan sepanjang hari
dan siap untuk bekerja esok hari.
c. Mengkonsumsi makanan bergizi, adalah makanan dengan mutu terbaik dan jumlah minimum serta
dimakan dalam waktu yang tepat.
d. Air putih, adalah yang tidak berwarna, tidak berbau dan bebas digunakan untuk pemakaian dalam dan
luar.
e. Udara, dengan menghirup udara segar sangat membantu bagi proses kesehatan yaitu dengan menghirup
dalam-dalam dan melepaskannya pelan-pelan baik malam dan siang.
f. Sinar matahari, sinar matahari sebagai sumber kehidupan akan bermanfaat bila digunakan sebaik-
baiknya. Terlalu banyak terkena sinar matahari akan mengakibatkan kangker kulit dan terlalu sedikitpun
juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.
g. Menjaga keseimbangan, tidak menggunakan atau mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan.
h. Menghindari rokok dan minuman keras merupakan upaya penting untuk terhindar dari penyakit. Telah
terbukti bahwa kebiasaan ini mengakibatkan
berbagai penyakit berat yang mengakibatkan kematian, belum lagi kerugian finansial yang harus
ditanggung karena tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk bisa mengkonsumsi kedua jenis
pemuas itu. Bila hal itu sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk melepaskan kebiasaan buruk tersebut.
i. Ketenangan pikiran dan emosi, setiap manusia memiliki masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan.
Setiap masalah akan terselesaikan dengan baik apabila dihadapi dengan pikiran tenang dan emosi yang
terkendali. Emosi atau Stress merupakan pengalaman emosional negatif yang berhubungan dengan
perubahan biologi yang membiarkan anda beradaptasi dengannya, dalam merespon stress kelenjar
adrenal anda memompa keluar hormon stress yang mempercepat tubuh anda,denyut jantung anda
meningkat dan kadar gula darah anda juga meningkat sehingga glukosa dapat dialihkan ke otot-otot
anda dalam arti anda harus memakainya ini dikenal sebagai respon fight atau flight.
j. Percaya pada kuasa Ilahi, dapat meningkatkan tekat untuk selalu berbuat yang positif dan terbaik.
4.TANDA DAN GEJALA
a. Gejala stress
Secara fisik dapat berupa:
1. jantung berdebar
2. nafas cepat
3. mulut kering
4. lutut gemetar
5. suara menjadi serak
6. perut melilit
7. nyeri kepala seperti diikat
8. berkeringat banyak
9. tangan lembab
10. letih yang tak beralasan
11. merasa gerah
12. Panas
13. otot tegang
b. Gejala psikis
Keadaan stress dapat membuat orang yang mengalaminya merasa adapun gejala-gejala nya
sebagai berikut :
1. seperti cemas
2. resah
3. gelisah
4. sedih
5. depresi
7. curiga
8. fobia
9. bingung
10. salah paham
11. agresi
12. labil
13. jengkel
14. lekas panik
Hal ini juga didukung oleh Guang (2003), gaya hidup sehat diungkapkan hanya dengan empat
kalimat yaitu makan yang pantas, berolah raga dengan takaran yang pas, berhenti merokok dan
menghindari alkohol, mental batin tenang serta menjaga keseimbangan. Makanan tidak hanya dilihat
dari kadar gizinya tetapi juga takarannya. Guang berpendapat bahwa untuk mengetahui takaran yang
pasti setiap orang adalah 70% sampai 80% kenyang. Ini berarti bahwa proses makan berhenti ketika
perut masih dalam keadaan lapar. Selain itu Notoatmojo (2005) juga menyebutkan beberapa aspek dari
perilaku sehat (healthy behavior) antara lain:
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet), mencakup pola makan sehari-hari yang memenuhi
kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun
jenisnya (kualitas).
2. Olah raga teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang
digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini tergantung dari usia dan status kesehatan yang
bersangkutan.
3. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol serta tidak menggunakan narkoba.
4. Istirahat yang cukup, berguna untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Istirahat yang cukup adalah
kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya.
5. Pengendalian atau manajemen stres, stres tidak dapat dihindari oleh siapapun namun hanya dapat
dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan
gangguan kesehatan baik. kesehatan fisik maupun kesehatan mental (rohani).
6. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif untuk kesehatan, mencakup keseluruhan tindakan atau
perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan
termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seks serta penyesuaian diri dengan lingkungan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek gaya hidup sehat atau
perilaku sehat terdiri dari serangkaian aktifitas dan sarana yaitu makanan dengan gizi seimbang, istirahat
yang cukup, olah raga maupun gerak fisik secara rutin, menghindari kebiasaan tidak sehat seperti
merokok, minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan tidak berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seks, kesehatan psikis serta aspek pendukung berupa air bersih, udara segar dan sinar
matahari.
1.2 KONSEP TEORI HIPERTENSI
1. DEFINISI
Beberapa definisi tentang hipertensi telah diungkapkan oleh beberapa ahli atau penulis buku
tentang hipertensi diantaranya menurut Marliani (20070 menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan
darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan
tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg. Menurut Crea (2008) hipertensi
adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang banyak diderita di dunia termasuk di Indonesia. Hipertensi termasuk penyakit umum,
tanpa disertai gejala khusus dan biasanya dapat ditangani secara mudah, namun bila dibiarkan tanpa
penanganan dapat menyebabkan bebagai komplikasi yang lebih parah berupa penyakit jantung dan
pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal dan
kematian dini.
Menurut Shanty (2011) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia.
Berdasarkan beberapa pengertian hipertensi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah salah satu penyakit yang biasanya gangguan terjadi pada sistem peredaran darah yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg
2.ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan hipertensi sekunder yaitu
sebagai berikut (Setiawati dan Bustami, 2005):
1) Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak jelas
etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik
utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial
adalah mulitifaktor, terdiri dari factor genetic dan lingkungan. Factor keturunan bersifat poligenik dan
terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat
berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular (terhadap
vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
2) Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi ini
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat,
dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa:
a. Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga menyebabkan
hipoperfusi ginjal.
b. Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
Sementara menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3.KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention, Detection,
Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional
Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya
dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler.
Sehingga mendorong pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi dimana
tekanan darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan darah diastole pada kisaran 80-89
mmHg. Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi level 2. Tujuan dari klasifikasi JNC 7 adalah untuk
mengidentifikasi individu-individu yang dengan penanganan awal berupa perubahan gaya hidup, dapat
membantu menurunkan tekanan darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan usia.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah Sistol (mmHg)
Tekanan darah Diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80 Prehipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi stadium 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 100
(Sumber: Crea, 2008:8)
WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group) mengelompokkan
hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Sistol DiastolOptimalNormalNormal – tinggi
< 120< 130
130 – 139
< 80< 85
85 – 89Tingkat 1 (hipertensi ringan)Sub grup: perbatasan
140 – 159140 – 149
90 – 9990 – 94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160 – 179 100 – 109Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasiSub-gruo: perbatasan
≥ 140140 - 149
< 90< 90
(Sumber: Crea, 2008:9)
Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman penanganan
hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi
hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil JNC
7 dan WHO yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori tekanan darah Tekanan darah Sistol (mmHg)
Tekanan darah Diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90-99Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 110Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Sumber: Crea, 2008:9)
4.TANDA DAN GEJALA
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto
(2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
1) Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2) Sering gelisah
3) Wajah merah
4) Tengkuk terasa pegal
5) Mudah marah
6) Telinga berdengung
7) Sukar tidur
8) Sesak napas
9) Rasa berat ditengkuk
10) Mudah lelah
11) Mata berkunang-kunang
12) Mimisan (keluar darah dari hidung).
Menurut Crea (2008) gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk, sulit
tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-debar dan lemas, sesak nafas,
berkeringat, dan pusing.
1.3 Teori Health Belief Model (HBM)
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati
dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat
kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan
perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu,
sebelum mampu mengubah perilaku tersebut (Machfoedz, 2006).
Health Belief Model (HBM) adalah suatu model kepercayaan penjabaran dari model sosio-
psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa masalah-masalah kesehatan
ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori
yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit menjadi model kepercayaan kesehatan (Notoatmodjo,
2003).
Health Belief Model (HBM) dikembangkan sejak tahun 1950 oleh kelompok ahli psikologi sosial
dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini digunakan sebagai upaya menjelaskan
secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit dan
sering kali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan
manusia yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan (Maulana, 2009).
Menurut teori HBM derajat kesehatan masyarakat yang ditentukan oleh perilaku sehat
masyarakatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1) variabel demografi yaitu umur, jenis kelamin,
latar belakang budaya), 2) variabel sosio-psikologis yaitu kepribadian, kelas sosial (gaya hidup), tekanan
sosial, dan 3) variabel struktural yaitu pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.