NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM...
i
NASKAH PUBLIKASI
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI
BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
Disusun Guna Mencapai Sarjana S-1
Pendidikan Geografi
Disusun Oleh :
ADE UCI WINARNI
A 610 090 088
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
iii
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI
BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
ADE UCI WINARNI A 610090088 , Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah Surakarta , 2013
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Banjir
di wilayah Gandekan terjadi karena faktor alam dan faktor manusia, faktor alam berupa
limpasan air Sungai Pepe, dan faktor manusia disebabkan oleh aktivitas kependudukan
dan sampah rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui kesiapsiagaan
masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam mengurangi resiko bencana banjir, (2) juga
ingin mengetahui pengetahuan masyarakat di Kelurahan Gandekan mengenai bencana
banjir, dan (3) mengetahui kesadaran masyarakat di Kelurahan Gandekan dalam
melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan resiko bencana banjir. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan
pengambilan data melalui wawancara dengan informan, observasi, dan studi dokumen.
Pada penelitian kualitatif ini peneliti menentukan responden lebih bersifat random acak
(random sampling) dengan menerapkan pola cluster sampling (area sampling). Random
acak (random sampling) atau disebut juga probability sampling adalah metode pemilihan
sampel yang setiap sampel dalam populasi memeliki kemungkinan (probabilitas) yang
sama untuk terpilih. (Haris Herdiansyah, 2010: 105). Dari jumlah populasi sebesar 8.849
penduduk di Kelurahan Gandekan terdapat 9 RW. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
menentukan bahwa dari 9 RW tersebut peneliti mengambil 50 responden sebagai sampel
penelitian dengan cara Random acak (random sampling). Hasil penelitian ini
menunjukkan : (1) Kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam mengurangi
resiko bencana banjiradalah sebesar 72%. (2) Pengetahuan masyarakat Kelurahan
Gandekan mengenai bencana banji radalah sebesar 69%. (3) Kesadaran yang dimiliki
masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai bencana
banjir adalah sebesar 65%.
Kata Kunci : Kesiapsiagaan , Bencana , Banjir
1
A. Pendahuluan
Banjir sebagai fenomena alam
terkait dengan ulah manusia terjadi
sebagai akibat akumulasi beberapa
faktor yaitu: hujan, kondisi sungai,
kondisi daerah hulu, kondisi daerah
budidaya dan pasang surut air laut.
Potensi terjadinya ancaman bencana
banjir saat ini disebabkan keadaan
badan sungai rusak, kerusakan
daerah tangkapan air, pelanggaran
tata-ruang wilayah, pelanggaran
hukum meningkat, perencanaan
pembangunan kurang terpadu, dan
disiplin masyarakat yang rendah.
Bencana banjir termasuk bencana
alam yang hampir pasti terjadi pada
setiap datangnya musim penghujan.
Bencana banjir disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor hujan,
faktor hancurnya retensi Daerah
Aliran Sungai (DAS), faktor
kesalahan perencanaan
pembangunan alur sungai, faktor
pendangkalan sungai dan faktor
kesalahan tata wilayah dan
pembangunan sarana dan prasarana
(Maryono)
Kelurahan Gandekan
merupakan kelurahan yang
mempunyai dataran yang rendah
Kelurahan Gandekan merupakan
kelurahan yang sering mengalami
bencana banjir yaitu mulai dari
tahun 1996, 2007, 2008, 2009,
2010, 2011, 2012, dan 2013. Letak
administratif Kelurahan Gandekan
ini berada di Sebelah Utara
Kelurahan Sudiroprajan, di Sebelah
Timur Kelurahan Sewu, di Sebelah
Selatan Sungai Pepe, dan di
Sebelah Barat Kelurahan
Sudiroprajan. Kelurahan Gandekan
ini berada pada titik koordinat
7° 32' 47" LS - 110° 50' 26" BT.
Kelurahan Gandekan ini berada di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
Kelurahan Gandekan ini berada di
Posisi yang secara geografis berada
di aliran Kali Pepe memberikan
dampak yang positif dan negatif.
Secara positif merupakan kawasan
strategis perdagangan yang sangat
menguntungkan diperkuat dengan
letaknya yang dekat dengan Pasar
Gede, pasar tradisional terbesar di
pusat Kota Solo sehingga
memunculkan industri-industri
rumahan. Sedangkan dampak
negatif yang ada adalah selalu
menjadi kawasan langganan banjir
baik karena kiriman dari hulu kali
2
maupun limpahan banjir dari
Bengawan Solo.
Pola pemukiman di
Kelurahan Gandekan ini sangat
padat bahkan. Pada dasarnya
pemukiman masyarakat Kelurahan
Gandekan ini berada dekat dengan
Sungai Pepe. umumnya pemukiman
masih berada didataran rendah
sehingga kemungkinan terkena
banjir itu sangat tinggi.
Kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat Kelurahan Gandekan.
kondisi ekonomi masyarakat
Kelurahan Gandekan ini
kebanyakan sudah merata. Menilik
jumlah pengusaha yang tercantum
dalam data tersebut cukup banyak,
besar kemungkinan warga
Gandekan yang menjadi karyawan
tersebut bekerja di tempat
tetangganya yang menjadi
pengusaha. Sedangkan untuk
kondisi sosial masyarakat yaitu
adanya komunitas sosial pada
waktu satu bulan sekali masyarakat
mengadakan pertemuan pembinaan
kesejahteraan keluarga (PKK), dan
dikampung ini juga terdapat
kegiatan karangtaruna.
Kondisi topografi
Kelurahan Gandekan yang
mempunyai kemiringan tanah 0-
15º. Bentangan topografi Kelurahan
Gandekan adalah dataran rendah,
dimana terdapat sungai yaitu
Sungai Pepe yang merupakan anak
sungai dari sungai besar yang
melewatinya yaitu Sungai
Bengawan Solo, letak topografi
tanahnya rendah menjadi salah satu
sebab terjadinya bencana banjir.
Kerawanan akan terjadinya banjir
tersebut disebabkan topografi
wilayah Kelurahan Gandekan yang
rendah dimana daerah ini
berbatasan dengan sungai pepe.
Secara geografis Kelurahan
Gandekan ini terletak di timur
sungai pepeserta merupakan bagian
dari anak Sungai Bengawan Solo.
Kelurahan Gandekan ini berada di
sisi barat Bengawan Solo, sehingga
daerah ini mempunyai topografi
yang relatif datar. Dengan
ketinggian tempat adalah 80-100
meter di atas permukaan laut.
Kronologi bencana banjir yang
terjadi di Kelurahan Gandekan
banjir terjadi akibat limpasan dari
bantaran Sungai Pepe. Banjir di
3
Kelurahan Gandekan ini terjadi pada
tahun, 1996, 2007, 2008, 2009,
2010, 2011, 2012, 2013 dimana
pada tahun-tahun tersebut Kelurahan
Gandekan mengalami bencana
banjir. Salah satu contoh kampung
di Kelurahan Gandekan yang
mengalami banjir ini adalah
Kampung Karangasem yang
mempunyai jarak 500 meter yang
terletak dibelakang taman cerdas.
Lokasi perkampungan yang
merupakan dataran banjir.
B. Perumusan Masalah atau
Fokus Penelitian :
Berdasarkan pada latar
belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kesiapsiagaan
masyarakat di Kelurahan
Gandekan dalam mengurangi
risiko bencana banjir?
2. Bagaimana pengetahuan
masyarakat di Kelurahan
Gandekan mengenai bencana
banjir?
3. Bagaimana kesadaran
masyarakat di Kelurahan
Gandekan dalam melibatkan diri
secara aktif mengenai
pengurangan risiko bencana
banjir?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui kesiapsiagaan
masyarakat di Kelurahan
Gandekan dalam mengurangi
risiko bencana banjir.
2. Mengetahui pengetahuan
masyarakat di Kelurahan
Gandekan mengenai bencana
banjir.
3. Mengetahui kesadaran
masyarakat di Kelurahan
Gandekan dalam melibatkan
diri secara aktif mengenai
pengurangan risiko bencana
banjir.
D. Kajian Teori
1. Pengetian Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna (UU
RI No.24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan
adalah upaya yang dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya
4
bencana guna menghindari jatuhnya
korban jiwa, kerugian harta benda, dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat.
Sebaiknya suatu kabupaten kota
melakukan kesiapsiagaan.
Kesiapsiagaan adalah bentukapabila
suatu saat terjadi bencana dan apabila
bencana masih lama akan terjadi maka
cara yang terbaik adalah menghindari
resiko yang akan terjadi, tempat
tinggal, seperti jauh dari jangkauan
banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap
aktivitas sebelum terjadinya bencana
yang bertujuan untuk mengembangkan
kapasitas operasional dan memfasilitasi
respon yang efektif ketika suatu
bencana terjadi
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
3456789/22218/4/Chapter%20II.pdf
2. Pengertian Masyarakat
Menurut para ahli memberikan
pengertian masyarakat. Smith, Standley
dan shores mendefinisikan masyarakat
sebagai suatu kelompok individu-
individu yang terorganisasi serta
berfikir tetntang diri mereka sendiri
sebagai suatu kelompok yang berbeda.
(Smith, Stanley, Shores 1950, p. 5)
3. Pengertian Bencana
a. Ada beberapa pengertian
atau definisi tentang
bencana, beberapa definisi
cenderung merefleksi
karakteristik berikut ini
(Charter, 1991): Gangguan
atau kekacauan pada pola
normal kehidupan.
Gangguan atau kekacauan ini
biasanya hebat, terjadi tiba-
tiba, tidak disangka dan
wilayah cakupan luas.
b. Dampak ke manusia seperti
kehilangan jiwa, luka-luka,
dan kerugian harta benda.
c. Dampak ke pendukung
utama struktur sosial dan
ekonomi seperti kerusakan
infrastruktur: Sistem jalan,
sistem air bersih, listrik,
komunikasi dan pelayanan
utilitas penting lainnya.
Dari beberapa kamus bencana
atau disaster diterjemahkan
sebagai:
a. Suatu kejadian yang
menyebabkan kerugian atau
kerusakan besar dan
kemalangan serius atau tiba-
tiba (Werbster’s New Word
Dictionary, 1983).
b. Suatu kecelakaan yang
sangat buruk terutama yang
5
menyebabkan banyak orang
meninggal (Collins Cobuild
Dictionary, 1988).
c. Kejadian yang merugikan,
kemalangan tiba-tiba,
malapetaka (New Webster
Dictionary, 1997)
(Pengelolaan Bencana
Terpadu 2006: 67)
4. Pengertian Banjir
Disamping itu, bencana
banjir merupakan salah satu
fenomena alam yang sering
terjadi di berbagai wilayah.
Richard (1995 dalam Suherlan
2001) mengartikan banjir dalam
dua pengertian, yaitu: 1)
meluapnya air sungai yang
disebabkan oleh debit sungai
yang melebihi daya tampung
sungai pada keadaan curah
hujan tinggi, 2) genangan pada
daerah dataran rendah yang
datar yang biasanya tidak
tergenang. Banjir dapat
disebabkan oleh berbagai
macam faktor antara lain faktor
iklim dan faktor fisik wilayah
tersebut. Faktor utama
terjadinya banjir adalah faktor
iklim, yaitu hujan. Hujan
merupakan sumber air untuk
terjadinya banjir. Banjir tidak
akan terjadi bila permukaan
yang terkena hujan mampu
meresapkan air dengan baik,
sehingga menurunkan jumlah
air hujan yang langsung
mengalir melalui permukaan
(Adiningsih, 1998 dalam
Sariwulan et al., 2000). Ini
menunjukkan bahwa selain
faktor utama berupa faktor
iklim, faktor fisik wilayah juga
mempengaruhi.(http://www.goo
gle.com.
/search?q=A11ama1bab+tinjaua
n + pustaka.pdf&hl=id&ie=I
SO-8859-1&tbm= )
E. METODE PENELITIAN
a. Lokasi Penelitian : Kelurahan
Gandekan Kecamatan Jebres
Kota Surakarta.
b. Waktu Penelitian : Februari
2013-Mei 2013
c. Jenis Penilirtian : Kualitatif
Diskriptif
d. Alat : Bolpoin, Buku catatan,
Hp
6
e. Teknik Pengumpulan Data :
Observasi, Wawancara,
Dokumentasi.
f. Teknik Analisa Data : Tahapan
pertama adalah tahap
pengumpulan data, tahapan
kedua adalah tahap reduksi
data, tahapan ketiga adalah
tahap display data, dan tahap
keempat adalah tahap penarikan
kesimpuulan dan atau tahap
verivikasi.
F. Jenis dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian yang
digunakan adalah bentuk kualitatif
yaitu metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat
postpositivisme,digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti
sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada
generalisasi.
G. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah
Kelurahan Gandekan yang terdiri
dari beberapa kampung, sedangkan
Objek Penelitian tersebut adalah
Masyarakat Kelurahan Gandekan
yang terkena bencana banjir.
H. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti
memerlukan beberapa sumber data
yaitu: informan atau responden,
tempat dan peristiwa, dan
dokumen. Data yang diperlukan di
dalam penelitian ini adalah data
skunder dan primer. Sumber data
primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada
pengumpul data yaitu seperti yang
telah disebutkan dalam tabel 3.2
dibawah dan Sumber skunder
merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Pada penelitian
kualitatif ini peneliti menentukan
responden lebih bersifat random
acak (random sampling) dengan
menerapkan pola cluster sampling
(area sampling). Random acak
(random sampling) atau disebut
juga probability sampling adalah
7
metode pemilihan sampel yang
setiap sampel dalam populasi
memeliki kemungkinan
(probabilitas) yang sama untuk
terpilih. (Haris Herdiansyah, 2010:
105).
I. Deskripsi Data Hasil
Penelitian dan Pembahasan
1. Kesiapsiagaan Masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
Mengurangi Resiko Bencana
Banjir.
Kesiapsiagaan adalah
upaya yang dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna
menghindari jatuhnya korban
jiwa, kerugian harta benda, dan
berubahnya tata kehidupan
masyarakat. Menurut Jan
Sopaheluwakan (2006)
kesiapsiagaan individu dan
rumah tangga untuk
mengantisipasi bencana alam,
khususnya banjir yaitu: (a)
pengetahuan dan sikap terhadap
resiko bencana; (b) kebijakan
dan panduan; (c) rencana untuk
keadaan darurat bencana; (d)
sistim peringatan bencana dan
(e) kemampuan untuk
memobilisasi sumber daya.
Menurut narasumber
kesiapsiagaan terhadap bencana
banjir dilakukan dengan:
“...melakukan reboisasi, tidak
membuang sampah
sembarangan, membersihkan
saluran air yang menghambat,
adanya peringatan bahaya
banjir, dan berpartisipasi
dalam melakukan simulasi
apabila terjadi banjir...”.
Hasil di atas
menunjukkan bahwa upaya
yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya banjir
adalah dengan melakukan
reboisasi, tidak membuang
sampah sembarang,
membersihkan saluran air yang
menghambat, adanya
peringatan bahaya banjir dan
berpartisipasi dalam melakukan
simulasi apabila terjadi banjir.
Hal ini sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh narasumber
bahwa:
“membersihkan saluran air dan
membuang sampah pada
tempatnya, sehingga tidak
menyumbat saluran air”.
Membersihkan saluran
air dan membuang sampah pada
8
tempatnya merupakan solusi
tepat dalam menanggulangi
terjadinya bencana banjir, hal
ini sebagaimana disampaikan
oleh narasumber sebagai
berikut:
“membersihkan saluran air,
tidak membuang sampah
sembarangan serta melakukan
gerakan penghijauan”.
Selain membersihkan
saluran air dan tidak membuang
sampah sembarangan
narasumber menyampaikan
bahwa:
“mengikuti penyuluhan-
penyuluhan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam
mengurangi resiko bencana
banjir”
Penyuluhan yang
dilakukan merupakan bentuk
dari kesiapsiagan dini dari bagi
masyarakat dalam menanggapi
bencana banjir sebagaimana
disampaikan oleh narasumber
sebagai berikut:
“... memang sie mbak...
harusnya di daerah yang rawan
dengan bancana banjir seperti
ini perlu adanya kesiapsiagaan
bagi masyarakatnya, karena
dengan resiko bencana banjir
hal itu menjadi peringatan dini
bagi masyarakat untuk dapat
mempersiapkan dan
menanggulangi datangnya
bencana banjir, dengan adanya
kesiapsiagaan banjir tersebut
kan akan mengurangi jumlah
korban mbak...he..he...”.
Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa
kesiapsiagaan dalam
mengurangi resiko bencana
banjir dapat dilakukan dengan
upaya pencegahan yaitu
melakukan reboisasi, tidak
membuang sampah
sembarangan, membersihkan
saluran air yang menghambat,
adanya peringatan bahaya
banjir, dan melakukan simulasi
apabila terjadi banjir. Dalam
rangka meminimalisir resiko
bencana banjir itu dapat
dilakukan dengan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat,
sehingga paham terhadap
adanya bencana banjir. Sistem
tanda bahaya bila akan terjadi
banjir itu dilakukan dengan
membuyikan sirine, namun ada
juga yang menggunakan
kenthongan. Lokasi yang aman
untuk pengungsian banjir
adalah tempat yang posisinya
9
yang lebih tinggi dari daerah
yang terkena banjir dan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana banjir adalah
simulasi dalam menghindari
bencana banjir dan
mempraktekkan keterampilan
dalam menghadapi bencana
banjir. Bentuk kesiapsiagan
masyarakat terhadap bencana
banjir disampaikan oleh
narasumber sebagai berikut:
“...kesiapsiagaan itu dilakukan
sebagai bentuk peringatan dini
bagi masyarakat terhadap
terjadinya bencana banjir,
sehingga adanya peringatan
dini tersebut maka masyarakat
menjadi senantiasa tanggap
terhadap terjadinya banjir dan
resiko terjadinya korban banjir
akan dapat berkurang...”
Kesiapsiagaan dalam
mengurangi resiko bencana
banjir dapat dilakukan dengan
tidak membuang sampah
sembarangan, terus
membersihkan gorong-gorong
saluran air, sehingga tidak
menghambat saluran air yang
menyebabkan terjadinya banjir.
Dalam rangka meminimalisir
resiko bencana banjir itu dapat
dilakukan dengan memberikan
pengetahuan bagi masyarakat
terhadap bencana banjir. Sistem
tanda bahaya bila akan terjadi
banjir itu adalah kenthongan
dan lokasi yang aman untuk
pengungsian banjir adalah yang
lebih tinggi dari daerah yang
terkena banjir sertauntuk
meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana banjir adalah
dengan membuat rencana
sebelum, saat dan sesudah
terjadi banjir melalui kegiatan
simulasi dan praktek
keterampilan banjir,
sebagaimana disampaikan oleh
narasumber sebagai berikut:
“...yang bisa saya lakukan ya...
dengan membersihkan saluran
air dan menjaga kelestarian
lingkungan, namun semua itu
mbak... tidak dapat terwujud
tanpa adanya peran pemerintah
dengan membangun tanggul
yang bisa menahan luapan air
dan tempat pengungsian yang
kondusif, seharusnya
pemerintah kan juga harus
membuat rencana sebelum, saat
dan sesudah terjadi bencana
banjir agar tidak ada korban
jiwa...”.
10
Kesiapsiagaan dalam
mengurangi resiko bencana
banjir dapat dilakukandengan
pembangunan tanggul penahan
banjir dan juga tempat yang
digunakan untuk evakuasi bagi
para korban banjir. Dalam
rangka meminimalisir resiko
bencana banjir itu dapat
dilakukan dengan adanya
kesiapsiagaan masyarakat
dalam menanggapi adanya
bencana banjir berupa
memelihara kebersihan
lingkungan, membentuk pola
hidup bersih dan memberikan
kesadaran masyarakat untuk
menanam pohon sebagai tempat
meresapnya air. Sistem tanda
bahaya bila akan terjadi banjir
itu adalah sirine, karena suara
yang mengaung-ngaung seperti
itu memudahkan masyarakat
untuk mengenalinya dan lokasi
yang aman untuk pengungsian
banjir adalah yang mempunyai
kondisi tanah yang jauh lebih
tinggi, sehingga air tidak dapat
menjangkauserta untuk
meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana banjir adalah
dengan simulasi dan praktek
keterampilan menghadapi
bencana banjir. narasumber
berpendapat bahwa:
“...keterampilan dalam
menanggapi bencana banjir
tidak cukup dilakukan dengan
menjaga kebersihan,
membersihkan gorong-gorong
saja, seharusnya perlu adanya
pembangunan tanggul yang
dapat menahan banjir dan juga
ada sebuah rencana yang harus
dilakukan sebelum dan sesudah
terjadinya bencana banjir,
terutama juga adalah dalam
mengevakuasi terhadap korban
banjir...”.
Kesiapsiagaan dalam
mengurangi resiko bencana
banjir dapat dilakukan dengan
pembangunan tanggul yang bisa
menahan luapan air dan tempat
pengungsian yang kondusif,
seharusnya pemerintah kan juga
harus membuat rencana
sebelum, saat dan sesudah
terjadi bencana banjir agar tidak
ada korban jiwa. Dalam rangka
meminimalisir resiko bencana
banjir itu dapat dilakukan
denganmemberikan
pemahaman bagi masyarakat
terhadap bencana. Sistem tanda
11
bahaya bila akan terjadi banjir
itu adalah sirine, dan lokasi
yang aman untuk pengungsian
banjir adalah lokasiyang agak
tinggi serta untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat
dalam mengurangi resiko
bencana banjir adalah dengan
simulasi terhadap banjir.
Gerakan penghijauan sebagai
bentuk kesiapsiagaan terhadap
bencana banjir disampaikan
oleh narasumber sebagai
berikut:
“...kesiapsigaan bencana banjir
itu bisa dilakukan sejak dini
dengan membersihkan saluran
air, tidak membuang sampah
sembarangan serta melakukan
gerakan penghijauan untuk
dapat melakukan penyerapan
terhadap air dalam tanah...”.
Kesiapsiagaan dalam
mengurangi resiko bencana
banjir dapat dilakukan dengan
melakukan gerakan
penghijauan, tidak membangun
bangunan di bantaran sungai,
pembangunan tanggul penahan
banjir serta melakukan simulasi
apabila terjadi banjir. Dalam
rangka meminimalisir resiko
bencana banjir itu dapat
dilakukan dengan memberikan
penyuluhan pada masyarakat
untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat. Sistem
tanda bahaya bila akan terjadi
banjir itu adalah Kenthongan di
Pos Kampling, tetapi di wilayah
dekat sungai itu ada sirine,
sehingga ketika air mulai naik
biasanya sirinenya berbunyi dan
lokasi yang aman untuk
pengungsian banjir adalah
datarannya lebih tinggi serta
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat
dalam mengurangi resiko
bencana banjir adalah dengan
adanya rencana yang dilakukan
pada saat sebelum, saat dan
sesudah terjadi banjir, itu biasa
disampaikan oleh petugas pada
saat simulasi.
Kesiapsiagaan
masyarakat Kelurahan
Gandekan yang sudah efektif
dalam menghadapi bencana
banjir dari tiap tahun yaitu
adanya korlap penanganan
bencana banjir pada titik-titik
12
tertentu pada waktu bencana
banjir terjadi, ada beberapa
tindakan-tindakan yang
dilakukan di masyarakat
kelurahan untuk menghindari
resiko bencana banjir tersebut
adalah dengan mengungsi untuk
menghindari resiko bencana
banjir, antisipasi dari
masyarakat sendiri terhadap
tingkat bencana banjir, segera
mengungsi ketempat yang lebih
aman, mempersiapkan diri
untuk menyiapkan barang-
barang berharga, gotong royong
menangani bencana banjir,
pembuatan pintu air untuk
mengurangi, meminimalisir,
dan menghindari bencana
banjir per kampung dan
mengadakan diskusi dipimpinan
baru masyarakat dan rencana
Peninggian jalan untuk
mengurangi bencana banjir.
Melalui program
bersosialisasi setiap rapat
menjelang musim banjir
masyarakat belajar mengenai
pengurangan resikobencana
banjir, yaitu dengan adanya
penyuluhan setiap RT untuk
masyarakat yang berkaitan
dengan bahaya banjir,
penyuluhan terhadap sadar
bencana dari pihak fasilitas
kebencanaan yang kaitannya
dengan banjir. Menyadarkan
masyarakat terhadap penyebab,
bahaya banjir, cara
penanggulangan banjir dan
diberi penjelasan melalui
penyuluhan saja akan tetapi
tidak ada simulasi yang
dilakukan masyarakat terhadap
kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana banjir.
Sedangkan dalam hal
pertolongan pertama pada
penanganan kecelakaan pada
waktu terjadi bencana banjir
masyarakat sudah mengetahui
penanganan kecelakaan yaitu
melalui antisipasi preventif
dengan adanya persiapan dari
warga untuk segera menangani,
Siaga dari Linmas dibantu dari
kesehatan Timsar, gotong
royong bersama masyarakat dan
segera dibawa ke Puskesmas.
Mayoritas masyarakat tidak
mempersiapkan secara khusus
sarana-sarana apa saja yang
13
harus disiapkan untuk
mengurangi resiko bencana
banjir. Sarana-sarana yang ada
dari mayoritas masyarakat
hanya ember, ban, prahu gethek
dari batang pisang, sedangkan
sarana-sarana yang digunakan
masyarakat
untukmengungsiketika terjadi
banjiradalah di tanggul, masjid,
sekolah, dan
mengungsiketempat saudara.
Kesiapan masyarakat dalam
mengetahui pentingnya
pembangunan tempat tinggal
yang lebih tinggi untuk
mengurangi resiko bencana
banjir tersebut masyarakat
hanya mengetahui melalui
persiapan membangun rumah
yang lebih tinggi akan tetapi
ada sebagian masyarakatyang
tidak ingin mengetahui
pembangunan tempat yang
lebih tinggi untuk mengurangi
resiko terjadinya bencana banjir
karena masyarakat tersebut
lebih memilih pindah ke tempat
kelurahan saja. Tingkat
kesiapsiagaan masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
mengurangi resiko bencana
banjir adalah sebesar 72%;
sehingga dapat diketahui bahwa
kesiapsiagaan masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
mengurangi resiko bencana
banjir termasuk dalam kategori
cukup baik.
2. Pengetahuan Masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai
Bencana Banjir.
Pengetahuan merupakan
faktor utama dan menjadi kunci
untuk kesiapsiagaan.
Pengetahuan yang dimiliki
biasanya dapat mempengaruhi
sikap dan kepedulian
masyarakat untuk siap dan siaga
dalam mengantisipasi bencana
terutama bagi mereka yang
bertempat tinggal di daerah
rawan bencana seperti banjir.
narasumber menyebutkan yang
dimaksud dengan banjir adalah:
“banjir merupakan bencana
yang berupan air menggenang
dalam suatu wilayah dan
mengakibatkan kerugian sosial
dan ekonomi pada masyarakat.
Banjir terjadi karena
kurangnya kepedulian
masyarakat yang membuang
sampah tidak pada tempatnya
14
dan keengganan untuk
melestarikan lingkungan”.
Banjir itu air yang
menggenang di suatu daerah
atau wilayah karena adanya
penyumbatan saluran air. Banjir
terjadi karena kurangnya rasa
kepedulian bagi masyarakat
dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Penanggulangan
banjir dilakukan dengan
melakukan rencana
kesiapsiagaan terhadap
terjadinya bencana banjir.
Banjir terjadi karena aliran air
yang tidak lancar tersumbat
oleh sampah dari masyarakat
yang tidak mempunyai
kepedulian terhadap
lingkungan. Bencana banjir
dapat ditanggulangi dengan
senantiasa menjaga kebersihan
lingkungan, mempersiapkan
hal-hal yang perlu dilakukan
apabila banjir melanda dan
mendatangkan pelatihan untuk
bencana banjir. terjadinya banjir
juga disebabkan oleh
pembuangan sampah
sembarangan, tidak menjaga
kebersihan, penebangan hutan
secara liar dan intinya banjir itu
terjadi karena kurangnya
kepedulian masyarakat dalam
memelihara lingkungan.
Bencana banjir dapat
ditanggulangi dengan adanya
kesiapsiagaan masyarakat
dalam menanggapi adanya
bencana banjir berupa
memelihara kebersihan
lingkungan, membentuk pola
hidup bersih dan memberikan
kesadaran masyarakat untuk
menanam pohon sebagai tempat
meresapnya air. Rendahnya
pemahaman masyarakat dalam
menanggulangi bencana banjir
ini karena kurangnya
pengetahuan dalam
menanggulangi bencana banjir,
narasumber menyatakan bahwa:
“penanggulangan
bencana banjir dapat
dilakukan dengan
memberikan
pemahaman pada
masyarakat terhadap
kegiatan pencegahan
bencana banjir”
15
Terjadinya banjir itu
terjadi karena kurangnya
pemahaman masyarakat dalam
memelihara lingkungan,
sehingga banyak masyarakat
yang membuang sampah
sembarangan dan menebang
hutan secara liar, sehingga
berakibat pada kurangnya
peresapan air dan aliran air
terhalang oleh tumbukan
sampah. Penanggulangan
bencana banjir dapat dilakukan
dengan memberikan
pengetahuan pada masyarakat
agar mempunyai pemahaman
yang baik serta kepedulian
terhadap adanya bencana banjir,
peningkatan pemahaman inilah
yang akan menggerakkan
manusia untuk peduli pada
lingkungan, sehingga banjir
yang biasa terjadi dapat
ditanggulangi.
Pemahaman masyarakat
mengenai bencana banjir bahwa
bencana banjir itu merupakan
peristiwa dari alam yang tidak
bisa dicegah atau dikendalikan.
Beberapa yang diketahui
masyarakat mengenai dampak
bencana banjir adalah Tingkat
kerugian besar/kecil dari korban
material dan korban jiwa, bau
yang tidak sedap, dan berbagai
penyakit diantaranya adalah
panas, diare, kutu air, dan
batuk-batuk. Tindakan yang
diketahui masyarakat dalam
mengurangi bertambah
parahnya bencana banjir dilihat
dari sisi pembuangan sampah
yaitu dengan mengumpulkan
sampahnya dikeranjang depan
rumah dan diambil gerobak
penarik sampah, bahkan
sebagian masyarakat yang
tinggal didekat sungai juga
sudah menyadari, namun
sebagian kecil masyarakat juga
masih membuang sampah
disungai. Selain itu masyarakat
mengetahui dan sadar akan
kebersihan saluran air hal itu
dilakukan pada tiap 2 bulan
sekali dengan membersihkan
selokan air agar selokan tidak
tersumbat oleh sampah dan
membantu mengurangi bencana
banjir. Masyarakat tidak
mengetahui lokasi yang
berpotensi terhadap bencana
16
banjir sehingga masihbanyak
masyarakat yang
pemukimannya dekat dengan
bantaran sungai hal tersebut
juga karena masyarakat tidak
menyesuaikan dengan tata
ruang yang berpotensi terhadap
bencana banjir. Tingkat
pengetahuan masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai
bencana banjir adalah sebesar
69%; sehingga dapat diketahui
bahwa pengetahuan masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai
bencana banjir termasuk dalam
kategori cukup baik.
3. Kesadaran Masyarakat
Kelurahan Gandekan Dalam
Melibatkan Diri secara Aktif
mengenai Pengurangan Resiko
Bencana Banjir.
Masyarakat Kelurahan
Gandekan menyadari bahwa
kesiapan dalam pengurangan
resiko bencana banjir harus
dipersiapkan dari diri sendiri
dan mereka sendiri dan tokoh-
tokoh masyarakat serta tokoh
yang berwenang akan bencana.
Kesadaran masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
melibatkan diri secara aktif
mengenai pengurangan resiko
bencana banjir dilakukan
dengan reboisasi, tidak
membuang sampah
sembarangan, membersihkan
saluran air yang menghambat,
adanya peringatan bahaya
banjir, dan berpartisipasi dalam
melakukan simulasi apabila
terjadi banjir. Upaya dalam
menghindari bencana banjir
dilakukan dengan menjauhi
daerah yang terkena banjir.
Pemulihan bencana banjir
dilakukan dengan
membersihkan saluran air yang
tersumbat dan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan
terhadap bencana banjir yang
sudah dilakukan dengan
melakukan simulasi dalam
menghindari bencana banjir dan
mempraktekkan keterampilan
dalam menghadapi bencana
banjir. Upaya dalam
menghindari bencana banjir
dilakukan dengan tidak berada
pada daerah yang dekat dengan
banjir. Pemulihan bencana
banjir dilakukan dengan
17
bergotong royong
membersihkan saluran air yang
tersumbat dan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan
terhadap bencana banjir yang
sudah dilakukan dengan
membuat rencana sebelum, saat
dan sesudah terjadi banjir
melalui kegiatan simulasi dan
praktek keterampilan banjir. Ini
sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh narasumber
sebagai berikut:
“... memang sie mbak...
harusnya di daerah yang rawan
dengan bancana banjir seperti
ini perlu adanya kesiapsiagaan
bagi masyarakatnya, karena
dengan resiko bencana banjir
hal itu menjadi peringatan dini
bagi masyarakat untuk dapat
mempersiapkan dan
menanggulangi datangnya
bencana banjir, dengan adanya
kesiapsiagaan banjir tersebut
kan akan mengurangi jumlah
korban mbak...he..he...”.
Setelah terjadi bencana
banjir dilakukan dengan
bergotong royong
membersihkan gorong-gorong
atau saluran air agar air dapat
berjalan lancar dan tidak
menimbulkan genanganserta
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan terhadap bencana
banjir adalah mengikuti
simulasi dan praktek
keterampilan menghadapi
bencana banjir, dari situ kita
tahu tindakan yang dilakukan
sebelum, pada saat dan pasca
terjadinya banjir. Untuk
menghindari bencana banjir
dilakukan dengan musyawarah
di rumah pak RT kemudian
diberikan penyuluhan tentang
bagaimana menanggapi
terjadinya bencana banjir,
sehingga timbul pemahaman
akan bencana banjir kepada
masyarakat. Pemulihan bencana
banjir dilakukan dengan
membersihkan membersihkan
lingkungan pada gorong-gorong
saluran air agar tidak terjadi
penyumbatan. Keterampilan
dalam menanggapi bencana
banjir itu dapat ditingkatkan
dengan melakukan
pembangunan tanggul yang
dapat menahan banjir. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh
narasumber sebagai berikut:
“...pemulihan bencana banjir
itu dilakukan secara spiritual
dapat dilakukan dengan
18
penguatan psikologis
masyarakat dan secara
material dapat dilakukan
dengan melakukan pembersihan
terhadap saluran air yang
terhambat oleh sampah yang
menyebabkan terjadinya
bencana banjir...”.
Kesadaran yang dimiliki
masyarakat dalam melibatkan
diri secara aktif mengenai
bencana banjir adalah dengan
melakukan upaya-upaya untuk
mencegah terjadinya bencana
banjir. upaya-upaya yang
dilakukan masyarakat untuk
mencegah terjadinya bencana
banjir dengan mengadakan
rapat bersama untuk mencegah
bencana banjir yaitu dengan
rencana proyek pembuatan
pintu air, pembuangan sampah
yang teratur, dengan
meminimalisir membuat
tanggul, meninggikan jalan,
yang baru direncanakan, tidak
membuang sampah
disembarang tempat dan
pembuatan resapan air. Adanya
rembug usaha untuk pembuatan
saluran air sehingga masyarakat
menyadari pembuatan selokan
dari sendiri yaitu dengan
berusaha kerja bakti mengurus
lingkungan yang kaitannya
dengan selokan-selokan umum
agar mengurangi aliran banjir.
Penyuluhan untuk menyadarkan
masyarakat terhadap
pembuangan sampah sudah ada
akan tetapi hanya sebagian
masyarakat yang sadar
pembuangan sampah disungai
akan menambah terjadinya
bencana banjir yang lebih
parah, karena mayoritas
masyarakat tidak menyadari
sampah akan menambah
parahnya bencana banjir.
Masyarakat menyadari bahwa
bertempat tinggal di dekat
lokasi lingkungan sungai akan
menyebabkan terjadinya
bencana banjir bahkan
keseluruhan masyarakat yang
tidak terkenapun sudah sadar,
tapi masyarakat terkekang
dengan keadaan ekonomi
sehingga masyarakat sudah
terbiasa terkena bencana banjir
dan masyarakat tetapbertempat
tinggal dilokasi tersebut
walaupun masyarakat
menyadari bahwa lokasi
19
tersebut beresiko terhadap
bencana banjir. Tingkat
kesadaran masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
melibatkan diri secara aktif
mengenai pengurangan risiko
bencana banjir adalah sebesar
65%; sehingga dapat diketahui
bahwa kesadaran masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
melibatkan diri secara aktif
mengenai pengurangan risiko
bencana banjir termasuk dalam
kategori cukup baik.
J. Temuan Studi yang
Dihubungkan dengan Kajian
Teori
Hasil dari penelitian ini
adalah kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana banjir
di Kelurahan Gandekan
Kecamatan Jebres Kota Surakarta,
hasil penelitian ini memberikan
gambaran mengenai kesiapsiagaan
masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana banjir, pengetahuan
masyarakat mengenai bencana
banjir, dan kesadaran masyarakat
dalam melibatkan diri secara aktif
mengenai pengurangan risiko
bencana banjir dimana ke tiga hal
tersebut sudah dipaparkan di bab
sebelumnya yaitu pada landasan
teori di bab II.
Hasil penelitian ini juga
hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Didi Suhendra
(2012). Didi Suhendra juga
menambah seberapa besar
masyarakat mengetahui tindakan
mitigasi bencana banjir yang
efektif, seberapa besar peran dan
kesiapan masyarakat terhadap
mitigasi bencana banjir, bagaimana
arahan pengelolaan dan
penanggulangan banjir terutama
pada dataran rendah.
K. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil
penelitian tentang kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi
bencana banjir di Kelurahan
Gandekan Kecamatan Jebres Kota
Surakarta dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Kesiapsiagaan masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
mengurangi resiko bencana
banjiradalah sebesar 72%,
sehingga termasuk dalam
kategori yang cukup baik, hal
ini terlihatdengan beberapa
usaha yang dilakukan seperti:
mengungsi untuk menghindari
resiko bencana banjir, antisipasi
dari masyarakat sendiri
terhadap tingkat bencana banjir,
20
segera mengungsi ketempat
yang lebih aman,
mempersiapkan diri untuk
menyiapkan barang-barang
berharga, gotong royong
menangani bencana banjir,
pembuatan pintu air untuk
mengurangi, meminimalisir,
dan menghindari bencana banjir
per kampung dan mengadakan
diskusi dipimpinan baru
masyarakat serta adanya
rencana peninggian jalan untuk
mengurangi bencana banjir
(Hasil perhitungan di lampiran
5).
b. Pengetahuan masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai
bencana banjiradalah sebesar
69%, sehingga termasuk dalam
kategori cukup baik,
masyarakat memahami dampak
bencana banjir adalah tingkat
kerugian besar/kecil dari korban
material dan korban jiwa.
Tindakan yang diketahui
masyarakat dalam mengurangi
bertambah parahnya bencana
banjir dilihat dari sisi
pembuangan sampah yaitu
dengan mengumpulkan
sampahnya dikeranjang depan
rumah (Hasil perhitungan di
lampiran 5).
c. Kesadaran yang dimiliki
masyarakat Kelurahan
Gandekan dalam melibatkan
diri secara aktif mengenai
bencana banjir adalah sebesar
65%, sehingga termasuk dalam
kategori cukup baik, yaitu
dengan melakukan upaya-upaya
untuk mencegah terjadinya
bencana banjir. Upaya-upaya
yang dilakukan masyarakat
untuk mencegah terjadinya
bencana banjir dengan
mengadakan rapat bersama
untuk mencegah bencana banjir
yaitu dengan rencana proyek
pembuatan pintu air,
pembuangan sampah yang
teratur, dengan meminimalisir
membuat tanggul, meninggikan
jalan, yang baru direncanakan,
tidak membuang sampah
disembarang tempat dan
Pembuatan resapan air (Hasil
perhitungan di lampiran 5).
21
L. Implikasi
1. Dengan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai
masukan terhadap Kelurahan
Gandekan,Kecamatan
Jebres,Kota Surakarta sebagai
salah satu pertimbangan dalam
membentuk masyarakat yang
mempunyai kesiapsiagaan
dalam menghadapi bencana
banjir yang terjadi setiap
tahunnya.
2. Dengan hasil penelitian ini
sebagai masukan kepada
masyarakat agar masyarakat
belajar menangani bencana
banjir melalui simulasi
kesiapsiagaan bencana banjir
untuk mengurangi resiko
bencana banjir setiap tahunnya.
M. Saran
Berdasarkan penelitian ini,
penulis ingin menyampaikan saran
dan masukan sehubungan dengan
kesiapsiagaan masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam
menghadapi bencana banjir di
Kelurahan Gandekan Kecamatan
Jebres Kota Surakarta.
1. Dengan hasil penelitian ini
dapat memberi masukan kepada
masyarakat agar mempunyai
kesiapsiagaan sejak dini pada
masyarakat Kelurahan
Gandekan dalam menghadapi
bencana banjir.
2. Dengan hasil penelitian ini
dapat memberi masukan kepada
masyarakat khususnya
masyarakat yang bertempat
tinggal di dataran rendah dan di
dekat sungai agar mempunyai
kesadarannya terhadap risiko
bencana banjir.
3. Diharapkan masyarakat dapat
memiliki pengetahuan dalam
hal kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana
khususnya bencana banjir.
N. DAFTAR PUSTAKA
Agustinus Budi Prasetyo.”Pemetaan
Lokasi Rawan Dan Risiko Bencana
Banjir Di Kota Surakarta Tahun
2007”. Skripsi Sarjana Program
Studi Pendidikan Geografi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sebelas
Maret,Surakarta.2009.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang S. Soedibjo. 2005. Pengantar
Metode Penelitian. Bandung: STIE
STMIK Pasim.
22
BPS Kota Surakarta. 2012.Surakarta
Dalam Angka Tahun 2012.
Didi Suhendra. “Mitigasi Banjir
Luapan Sungai Progo Didesa
Banaran Kecamatan Galur
Kabupaten Kulon Progo Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakart”.Skripsi Sarjana
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan
Nasional, VETERAN
YOGYAKARTA, 2012.
Haris Herdiansyah.2010. Metodelogi
Penelitian Kualitatif.
Jakarta:Salemba Humanika.
Kodoatie Robert J, Rustam
Sjarief.2006.Pengelolaan Bencana
Terpadu.Jakarta: Yarsif
Watampone.
Kodoatie Robert J,
Sugiyanto.2002.Banjir.Yogyakarta
:Pustaka Pelajar
Khoirudin, et al.2011. Jurnal Ilmiah
Syiah
Kuala.http://www.tdmrc.org/id/wp
-content/uploads/2011/04/58-
65_dampak-pelatiahn.pdf.
Didownload pada 9 Desember
2013.
Lemeshow, S., dkk. 1997, Besar
Sampel dalam Penelitian
Kesehatan. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta
Maryono Agus.2005.Menagani
Banjir,Kekeringan,Dan
Lingkungan. Yogyakarta. Gajah
Mada University Press.
Maryadi dkk.2010.Pedoman penulisan
skripsi FKIP.FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Priyana Yuli. 2008. Dasar-dasar
Meteorologi dan Klimatologi.
Surakarta
Sopaheluwakan, Jan;Deni, hidayati;
Haryadi Permana;Krishana
Pribadi; Febrian Ismail; Koen
Meters; Widatun; Titik Handayani;
Del Afriadi Bustami; Daliyo;
Fitrinita; Laila Nagib; Ngadi;
Yugo Kumoro; Irna Rafliana; Teti
Argo. 2006. Kajian Kesiapsiagaan
Masyarakat Dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa & Tsunami. LIPI-
UNESCO/ISDR: Jakarta.
Sudaryoko.1987.Pedoman
Penanggulangan
Banjir.Jakarta.Dapartemen
Pekerjaan Umum Badan Penerbit
Pekerjaan Umum.
Sugiyono.2012.Metodepenelitian
Kombinasi (mixed
method).Bandung: CV. Alfabeta.
Susanto.2006.Disaster Management Di
Negeri Rawan Bencana.Jakarta:
PT Askara Grafika Pratama.
Wisnubroto. 1993. Asas-asas
Meteorologi Pertanian. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Zelina Triuri. “Startegi Adaptasi
Masyarakat Dalam Menghadapi
Banjir Dikecamatan Tebet
Provinsi DKI Jakarta”. Skripsi
Sarjana Program Studi Geografi
Dan Ilmu Lingkungan Fakultas
Geografi Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2012.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/keluraha
n
http://mapcarta.com/16212648/Map
23
http://pakguruonline.pendidikan.net/bu
ku_kpdd_15.html&q=pengertian
masyarakat ditinjau dari segi
pendidikan)
http://portalbumm.net/?page_id=246
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
3456789/33105/3/Chapter%20II.p
df:1-5)
(http://www.google.com./search?q=A1
1ama1bab+tinjauan+pustaka.pdf&
hl=id&ie=I SO-8859-1&tbm= )
http://www.tdmrc.org/id/wp-
content/uploads/2011/04/58-
65_dampak pelatihan.pdf.)