nematoda

37
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Selain akibat serangan bakteri atau virus sebagai penyebab umum penyakit ada juga parasit cacing yang dapat menimbulkan penyakit. Ini lumrah terjadi di daerah tropis atau negara berkembang. Parasit cacing akan mudah menimbulkan infeksi pada tubuh manusia karena dicetuskan oleh berbagai faktor perilaku hygiene personal yang kurang bersih dan sehat. Disamping itu juga akan dipermudah oleh karena kondisi sanitasi lingkungan pemukiman penduduk yang buruk. . melihat fenomena tersebut saya tertarik untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang penyakit yang disebabkan oleh cacing kremi maka dari itu saya membuat makalah ini walaupun pada awalnya makalah ini saya buat untuk melengkapi mata kuliah mikrobiologi. Page 1

description

makalah nematoda

Transcript of nematoda

Page 1: nematoda

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Selain akibat serangan bakteri atau virus sebagai penyebab umum penyakit ada juga

parasit cacing yang dapat menimbulkan penyakit. Ini lumrah terjadi di daerah tropis atau negara

berkembang. Parasit cacing akan mudah menimbulkan infeksi pada tubuh manusia karena

dicetuskan oleh berbagai faktor perilaku hygiene personal yang kurang bersih dan sehat.

Disamping itu juga akan dipermudah oleh karena kondisi sanitasi lingkungan pemukiman

penduduk yang buruk. . melihat fenomena tersebut saya tertarik untuk mengetahui lebih banyak

lagi tentang penyakit yang disebabkan oleh cacing kremi maka dari itu saya membuat makalah

ini walaupun pada awalnya makalah ini saya buat untuk melengkapi mata kuliah mikrobiologi.

Page 1

Page 2: nematoda

BAB II

SUB PEMBAHASAN

1. skenario

ANEMIA KRONIS

NY. Sembiring (54th) adalah seorang petani sayur di Berastagi. Dibawa keluarganya ke rumah

sakit karena keluhan merasa lemah, penglihatan berkunang-kunang. Sewaktu tiba dirumah sakit

penderita terlihat sangat pucat, napa pendek dan lemah. Dari anamnesis diketahui keluhan ini

dialami pasien sejak 3 bulan yll. Tetapi kejadian hari ini adalah yang paling berat. Pada

pemeriksaan dijumpai tanda-tanda anemia berat dan hasil pemeriksaan Hb. 5.5gr/dl, eosinofil

5%. Oleh dokter dilakukan pemeriksaan lanjut berupa pemeriksaan tinja dan ternyata dijumpai

banyak telur cacing berbentuk oval dengan dinding tipis, isi morula, dan sedikit telur cacing

bentuk oval dinding tebal terdiri dari tiga lapis dan isi ovarium

2. learning objective

Mengetahuid dan memahami :

- penyebab penyakit cacing

- cacing yang sering menyeran manusis

- pemeriksaan

- penatalaksanaan

Page 2

Page 3: nematoda

BAB III

PEMBAHASAN

Askariasis adalah suatu infeksi pada usus yang disebabkan oleh suatu jenis cacing besar,

Ascaris lumbricoides. Seseorang dapat terinfeksi penyakit ini setelah secara tidak sengaja atau

tidak disadari menelan telur cacing..1

Anak-anak lebih sering terinfeksi cacing ini daripada orang dewasa, kelompok usia yang

paling umum terjadi adalah 3-8 tahun. Infeksi ini cenderung terjadi lebih serius jika anak

mengalami gizi buruk. Anak sering terinfeksi akibat tidak mencuci tangan setelah bermain di

tanah yang terkontaminasi. Tanda pertama dari keadaan ini mungkin dengan mendapatkan

cacing hidup, biasanya di dalam tinja. Pada infeksi yang berat, penyumbatan usus dapat

menyebabkan sakit perut, terutama pada anak. Penderita penyakit ini juga mungkin mengalami

batuk, mengi dan sesak, atau demam.1

Infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling banyak menyerang anak balita

dan anak usia sekolah dasar. Infeksi cacing usus meningkat pada tempat tinggal yang tidak

bersih dan cara hidup tidak bersih yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, di pedesaan

dan di daerah kumuh perkotaan di Indonesia. Tinggi rendahnya fekuensi kecacingan

berhubungan erat dengan kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan menjadi sumber infeksi.

Diantara cacing usus yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok “soil transmitted

helminth” atau cacing yang ditularkan melalui tanah, seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris

trichiura dan Ancylostoma sp (cacing tambang). Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi

antara 60% – 90 % tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.

A. ASKARIASIS

Definisi

Page 3

Page 4: nematoda

Askariasis adalah suatu infeksi pada usus kecil yang disebabkan oleh suatu jenis cacing

besar, Ascaris lumbricoides.1

Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usus

halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan

fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan

peristaltik dan penyerapan makanan.5

Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih

banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat

infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-

anak berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang

lebih tinggi. Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-

otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan

dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal.5

Gambar 2.1 Cacing Ascaris Lumbicoides dewasa.3

Epidemologi

Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi dengan frekuensi

terbesar di daerah tropis dan subtropis, dan di setiap daerah dengan sanitasi yang tidak memadai.

Ascariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia yang paling umum. Sampai dengan

10% dari penduduk negara berkembang terinfeksi cacing – dengan persentase besar disebabkan

oleh Ascaris. Di seluruh dunia, infeksi Ascaris menyebabkan sekitar 60.000 kematian per tahun,

terutama pada anak.1

Page 4

Page 5: nematoda

Prevalensi tertinggi ascariasis adalah pada anak usia 2-10 tahun, dengan intensitas infeksi

tertinggi terjadi pada anak usia 5-15 tahun yang memiliki infeksi simultan dengan cacing lain

seperti Trichuris trichiura dan cacing tambang. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa wanita

dewasa Vietnam yang tinggal di daerah pedesaan, terutama yang terkena tanah pada malam hari

dan tinggal di rumah tangga tanpa jamban, beresiko sangat tinggi untuk ascariasis. Pusat

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa tingkat ascariasis di

seluruh dunia pada 2005 adalah sebagai berikut: 86 juta kasus di Cina, 204 juta di tempat lain di

Asia Timur dan Pasifik, 173 juta di sub-Sahara Afrika, 140 juta di India, 97 juta di tempat lain di

Asia Selatan, 84 juta dalam bahasa Latin Amerika dan Karibia, dan 23 juta di Timur Tengah dan

Afrika Utara.3

Etiologi dan Patofisiologi

Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara tidak sengaja atau tidak

disadari menelan telur cacing. Telur menetas menjadi larva di dalam usus seseorang. Larva

menembus dinding usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva tersebut akhirnya

kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva berkembang menjadi cacing dewasa.

Cacing betina dewasa yang dapat tumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang

kemudian masuk ke dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran manusia atau hewan yang

mengandung telur, maka siklus tersebut dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi

infektif setelah masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan atau tahun.1

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan telur

yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan larva

infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang kemudian bersama

dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-

paru dengan masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari. Dalam paru-paru larva tumbuh

dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan

seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke

osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglottis masuk kedalam traktus

digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi

menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara

spontan.4

Page 5

Page 6: nematoda

Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan sejak

infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 – 250.000

butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4 minggu untuk tumbuh menjadi

bentuk infektif. Menurut penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut

keluar bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai

stadium III yang bersifat infektif.4

Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup bertahun-tahun

di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus

sehingga jika beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah

telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat

tersebar dimanamana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila

makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam tubuh maka

siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi cacing. Jadi larva cacing

ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui

kontak langsung dengan kulit.

Page 6

Page 7: nematoda

Gambar 2.2 Siklus Hidur Askaris5

Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Gejala awal ascariasis, selama migrasi paru awal, termasuk batuk, dyspnea, mengi, dan

nyeri dada. Nyeri perut, distensi, kolik, mual, anoreksia, dan diare intermiten mungkin

manifestasi dari obstruksi usus parsial atau lengkap oleh cacing dewasa. Penyakit kuning, mual,

muntah, demam, dan nyeri perut berat mungkin mengarah pada kolangitis, pankreatitis, atau

apendisitis.3

Mengi dan takipnea dapat terjadi selama migrasi paru. Urtikaria dan demam mungkin

juga terjadi terlambat dalam tahap migrasi. Distensi abdomen tidak spesifik tetapi adalah umum

pada anak dengan ascariasis. Nyeri perut, terutama di kuadran kanan atas, hypogastrium, atau

kuadran kanan bawah, mungkin mengindikasikan komplikasi ascariasis. Bukti untuk kekurangan

gizi karena ascariasis paling kuat untuk vitamin A dan C, serta protein, seperti ditunjukkan oleh

Page 7

Page 8: nematoda

penelitian albumin dan pertumbuhan pada anak yang diamati secara prospektif. Beberapa

penelitian belum mengkonfirmasi keterlambatan perkembangan gizi atau karena ascariasis.3

Kelainan-kelainan yang terjadi pada tubuh penderita terjadi akibat pengaruh migrasi larva

dan adanya cacing dewasa. Pada umumnya orang yang kena infeksi tidak menunjukkan gejala,

tetapi dengan jumlah cacing yang cukup besar (hyperinfeksi) terutama pada anak-anak akan

menimbulkan kekurangan gizi, selain itu cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan tubuh

yang menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala seperti demam typhoid yang disertai

dengan tanda alergi seperti urtikaria, odema diwajah, konjungtivitis dan iritasi pernapasan bagian

atas.5,6

Cacing dewasa dapat pula menimbulkan berbagai akibat mekanik seperti obstruksi usus,

perforasi ulkus diusus. Oleh karena adanya migrasi cacing ke organ-organ misalnya ke lambung,

oesophagus, mulut, hidung dan bronkus dapat menyumbat pernapasan penderita. Ada kalanya

askariasis menimbulkan manifestasi berat dan gawat dalam beberapa keadaan sebagai berikut:

1. Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yang menyumbat rongga

usus dan menyebabkan gejala abdomen akut.

2. Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing kedalam apendiks, saluran

empedu (duktus choledocus) dan ductus pankreatikus.5,6

Bila cacing masuk ke dalam saluran empedu, terjadi kolik yang berat disusul kolangitis

supuratif dan abses multiple. Untuk menegakkan diagnosis pasti harus ditemukan cacing dewasa

dalam tinja atau muntahan penderita dan telur cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai

dalam tinja atau didalam cairan empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik.

Penatalaksanaan

Edukasi kesehatan memberikan pesan berikut akan mengurangi jumlah orang yang

terinfeksi penyakit askariasis:1

- menghindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran manusia;

- mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum mengambil makanan;

- mencuci, mengupas atau memasak semua sayuran mentah dan buah-buahan;

Page 8

Page 9: nematoda

- melindungi makanan dari tanah dan mencuci atau memanaskan makanan apapun

yang jatuh di lantai.

Ketersediaan air yang digunakan untuk personal hygiene serta tempat pembuangan

kotoran yang sehat juga akan mengurangi jumlah kasus. Dimana limbah digunakan untuk irigasi

kolam stabilisasi sampah dan beberapa teknologi lainnya yang efektif dalam penurunan transmisi

akibat makanan tumbuh di tanah yang terkontaminasi.

Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak chenopodium,

hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan efek samping dan sulitnya

pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini berspektrum luas, lebih aman dan

memberikan efek samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya.

Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah:\

1. Mebendazol.

Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang baik.

Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat umur, dengan

menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.

2. Pirantel Pamoat.

Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk menyembuhkan kasus

lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima

(“welltolerated”). Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan

cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi multipel

berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.

3. Levamisol Hidroklorida.

Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang menyebabkan

kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis tunggal yaitu 150 mg untuk

orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan <10 kg. Efek sampingan lebih banyak

dari pada pirantel pamoat dan mebendazol.

4. Garam Piperazin.

Page 9

Page 10: nematoda

Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk Enterobius

vermicularis, tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat diberikan dalam dosis

tunggal sebesar 30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750 mg piperazin). Reaksi sampingan lebih

sering daripada pirantel pamoat dan mebendazol. Ada kalanya dilaporkan gejala susunan syaraf

pusat seperti berjalan tidak tetap (unsteadiness) dan vertigo.

5. Albendazole

Albendazole mempunyai aktivitas anthelmintik yang besar. Selain bekerja terhadap

cacing dewasa, Albendazole telah terbukti mempunya aktivitas larvisidal dan ovisidal obat ini

secara selektip bekerja menghambat pengambilan glukosa oleh usus cacing dan jaringan dimana

larva bertempat tinggal. Akibatnya terjadi pengosongan cadangan glikogen dalam tubuh parasit

yang mana menyebabkan berkurangnya pembentukan adenosine triphosphate (ATP). ATP ini

penting untuk reproduksi dan mempertahankan hidupnya, dan kemudian parasit akan mati.7

Spektrum aktivitasnya sangat luas yaitu meliputi Nematoda, Cestoda dan infeksi

Echinococcus pada manusia.Jadi, albendaroze aktif terhadap Ascaris lumbricoides, cacing

tambang, Trichuris trichiura, Taenia saginata dan solium strongloides stercoralis, Hymenolepis

nana dan diminuta serta Echinococcus granulosus .7

Albendazole merupakan obat yang aman, hanya sedikit jarang, ditemukan efek samping

berupa mulut kering, perasaan tak enak di epigastrium, mual, lemah dan diare. S.C.Jagota (1986)

meneliti efikasi Albendazole terhadap soil transmitted helminthiasis dengan dosis 400 mg dosis

tunggal dan tinja diperiksa ulang pada minggu ketiga setelah pemberian obat pada penelitian ini

diperoleh angka kesembuhan 92.2% untuk Ancylostoma duodenale; 90 5% untuk Trichuris

trichiura dan 95.3% untuk Ascaris lumbricoides.7

Pencegahan

Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat mempunyai arti dalam

penanggulangan infeksi cacing ini. Suatu pengalaman oleh E. Kosin pada tahun 1973, yang mana

Page 10

Page 11: nematoda

telah dilakukan suatu penelitian kontrol ascariasis di suatu desa di daerah Belawan, Sumatera

Utara,yang mana diketahui prevalensi cacinggelang pada anak 85%> setelah pengobatan massal,

angka infeksi menurun drastis menjadi 10%. Akan tetapi 3 bulan kemudian, saat anak-anak

tersebut diperiksa kembali, diperoleh hasil yang sangat mengejutkan yaitu angka infeksi naik

menjadi 100%. Setelah dilakukan penelitian, ternyata cacing yang berhasil dikeluarkan dengan

pengobatan tadi tersebar di sembarang tempat dan terjadi pencemaran tanah dengan telur cacing

dam ini merupakan sumber infeksi.8

Prognosis

Prognosis sangat baik untuk pengobatan ascariasis tanpa gejala. Dalam beberapa kasus,

pengobatan kedua mungkin perlu untuk sepenuhnya menghapus cacing. Hal ini telah dibuktikan

secara signifikan mengurangi jumlah komplikasi. Perhatian di negara-negara endemik adalah

infeksi ulang yang akan terjadi.4

Pada anak-anak di negara-negara endemik, hasil pengobatan dalam perbaikan

ditunjukkan dalam perkembangan kognitif, kinerja sekolah, dan berat badan.

Prognosis baik untuk pasien dengan obstruksi usus parsial yang tidak memiliki toksisitas dan

yang nonseptic, asalkan pasien diperlakukan secara awal dengan manajemen konservatif.4

B. ENTEROBIASIS

Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang

terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan

berkembangbiak di dalam usus.

Page 11

Page 12: nematoda

Klasifikasi

Kelas : nematode

Subkelas : phasmidia

Ordo: rhabditida

Superfamilia : oxyuroidea

Famili : oxyuridae

Genus : oxyuris

Spesies : Enterobius vermicularis oxyuris vermicularis (cacing kremi)

Morfologi

1. cacing betina berbentuk toraks, mempunyai kutikula yang bergaris-garis melintang, pada

bagian kepalanya menggembung.

2. rongga mulutnya mempunyai 3 buah bibir, sebuah dorsal dan dua lateroventral.

3. bulbus esophagus jelas kelihatan.

4. bagian postanal dari tubuh betina memanjang sebagai duri, bagian ini kira-kira1/5 dari

bagian tubuh seluruhnya.

5. vulva letaknya ventral pada s anterior tubuhnya.

6. vagina agak panjang dan menuju kebelakang, genitalia bepasangan.

7. pada betina yang mengandung telur, uterusnya sangat gembung karena penuh berisi telur

yang hamper mengisi seluruhnya tubuhnya, kecuali ekornya.

8. cacing jantan bagian ekornya tumpul menggulung, mempunyai hanya sebuah spikulum

yang jarang kelihatan.

Ukuran : cacing jantan : 2-5 mm x 0,1-0,3mm

Cacing betina : 8-13mm x 0,3-0,5mm

Page 12

Page 13: nematoda

Daur hidup

Cacing dewasa terdapat di dalam sekum, apendiks, dan bagian yang berdekatan dengan

ileum dan kolon askenden. Cacing ini meletakkan diri dengan kepalanya pada mukosa. Umurnya

pendek, yaitu maksimum dua setengah bulan. Cacing betina yang mengandung telur terbawa

secara pasif, keluar, dan bertelur di kulit perional. Setelah bertelur, cacing betina mati. Jumlah

telur seekor cacing betina kira-kira 11.000 butir. Telur yang keluar ini telah berisi larva

(infektif).

Sewaktu cacing betina merangkak dan bertelur di prianal menyebabkan gatal-gatal, dan

bila digaruk telur berisi larva akan menempel di kuku dan bila termakan akan menyebabkan

infeksi baru. Cara penularan demikian disebut autoinfeksi. Selain itu, tangan yang mengandung

telur tersebut juga bisa manularkan kepada orang lain melalui mkanan, minuman, dan alas

tempat tidur.

Penyebab Penyakit

Cacing ini hidup dalam usus besar. Cacing betina menuju anus untuk memperoleh

oksigen yang diperlukan larva untuk pertumbuhan. Gerakan cacing ini menyebabkan rasa gatal

pada bagian anus. Bila digaruk dengan kuku, maka telur melekat di kuku. Makanan yang di

pegang oleh tanggan yang mengandung telur cacing menyebabkan telur cacing ikut tertelan,

terutama terjadi pada anak-anak.

Penyakit endemis dan kronis ini pada kondisi tertentu akan meningkat tajam. Biasanya

saat musim hujan yang mendatangkan banjir, dimana parit, sungai, dan kakus meluber. Di

waktu-waktu tersebut larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin

bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu

waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Jadi, sebaiknya kita bersikap waspada terutama menjelang

musim penghujan ini. Namun begitu, perlu waktu untuk melihat gejalanya  mungkin saja saat

banjir sudah reda, penyakit kecacingannya baru nampak. Di hari-hari berikutnya, mereka akan

berkembang biak dalam tubuh. Sekali bertelur bisa mencapai ribuan.

Page 13

Page 14: nematoda

Cacing masuk ke dalam tubuh melalui dua jalan. Pertama lewat mulut, yaitu ketika anak

makan makanan yang tidak higienis, seperti tidak dicuci bersih atau dimasak dan banyak

dihinggapi lalat yang membawa larva cacing. Larva tersebut selanjutnya akan masuk ke saluran

pencernaan. Di sana, larva pecah dan berkembang biak. Biasanya, sasaran cacing adalah tempat

yang banyak menyimpan sari-sari makanan, seperti usus.

Kedua, cacing masuk lewat pori-pori. Bila anak tidak memakai alas kaki saat berjalan di

tanah dan bersentuhan dengan larva cacing, sangat mungkin larva itu masuk ke dalam tubuhnya

lewat pori-pori. Selanjutnya, larva akan masuk ke pembuluh darah dan sampai di tempat yang

memungkinkannya berkembang biak: bisa di usus, paru-paru, hati, atau di bagian tubuh lain.

Kedengarannya memang menyeramkan, tapi sebenarnya kecacingan tidak mematikan. Gangguan

yang ditimbulkan lebih kepada penurunan kesehatan tubuh. Anak yang menderita kecacingan

kondisi gizinya akan menurun, sehingga kondisi kesehatannya tidak sebaik anak normal.

Bila masih dalam taraf ringan, biasanya gejala kecacingan tidak tampak. Yang terlihat

hanya keterhambatan pertumbuhan fisik karena gizi yang masuk selalu diisap lebih dulu oleh

parasitnya. Bila kondisi ini didiamkan, sangat mungkin cacing akan berkembang biak dengan

cepat.

Gejala dari cacing kremi

Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan oleh tubuh saat cacing kremi mulai masuk/

menginfeksi tubuh terutama pada bagian anus yaitu kulit pucat karena kekurangan darah, tubuh

makin kurus, muncul alergi dengan gejala sering memuntahkan kembali makanannya akibat

kapasitas usus berkurang, dan perut membuncit karena kekurangan protein. Salah satu fungsi

protein dalam tubuh adalah menahan dinding pembuluh darah. Jika persediaannya menurun,

maka cairan di pembuluh darah dapat menembus keluar yang kemudian menyebabkan perut

buncit, Gejala utama infestasi cacing kremi adalah rasa gatal di sekitar anus. Rasa gatal timbul

akibat gerakan cacing betina dan telur yang diletakkannya. Akibat gatal ini, tidur anak terganggu

sehingga di siang hari tampak kurang tidur dan rewel.Seringkali setelah anak tidur 2-3 jam,

cacing dewasa dapat dilihat langsung bergerak-gerak di sekitar anus. Berbeda dengan telurnya

yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop.

Page 14

Page 15: nematoda

Cara penularannya

Tanpa disadari parasit cacing berupa telur atau larvanya bisa melekat pada sela jari dan

kuku tangan yang tidak bersih. Demikian juga dapat menempel pada bahan makanan yang akan

dikonsumsi sehingga bisa menyebabkan gangguan pencernaan.

Pada beberapa keadaan lingkungan, larva cacing dapat menginfeksi lewat kontak

langsung menembus kulit sehingga dapat bermigrasi menuju organ vital seperti pembuluh darah,

pembuluh limfe, hati, paru-paru dan jantung.

Cacing kremi identik dengan kremian atau gatal di daerah anus. Gatal-gatal sebetulnya

timbul karena saat itu cacing kremi betina yang sudah dewasa bermigrasi ke daerah sekitar anus

untuk bertelur. Telur-telur inilah yang menimbulkan rasa gatal. Bila digaruk, telur akan pecah

dan larva masuk ke anus. Bila setelah menggaruk kemudian anak memasukkan tangannya ke

mulut, maka telur yang ada di kuku akan tertelan. Selain itu, infeksi bisa terjadi melalui makanan

atau debu yang mengandung larva. Meskipun tidak terlalu berbahaya dibandingkan cacing jenis

lain, terkadang kremian bisa membuat anak rewel, sukar tidur, malas makan, dan akhirnya kurus.

Bahaya cacing kremi sama dengan cacing pada saluran pencernaan. Cacing akan menghisap sari-

sari makanan, dan pada jenis tertentu juga menghisap darah

Page 15

Page 16: nematoda

Sebaran / Distribusi cara menginfeksi

a. Penyakit ini kayak penyakit kulit bisa menular.

b. Penularan cacing kremi terjadi autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana

aja, di pakaian, sprei or debu , sehingga akibat tidak hygienisnya tangan / kuku

sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari tangannya yang penuh

telur/debu.

c. Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis /oksiuriasis

penyakit yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.

d. Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius vermicularis

(oxyuris vermicularis).

e. Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan menetas di usus duabelas jari

(duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa di usus besar.

f. Cacing betina yang hamil (dapat mengandung 11.000-15.000 telur) akan

berpindah ke daerah sekitar anus (perianal) untuk mengeluarkan telur-telurnya

disekitar anus.

g. Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah

sekitar anus penderita

Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari sehingga penderita sering terganggu

tidurnya dan menjadi lemah. Selain gatal-gatal.

KOMPLIKASI

a. Salpingitis (peradangan saluran indung telur)

b. Vaginitis (peradangan vagina)

c. Infeksi ulang

Cara Pengobatan Bila Cacingan

Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk pengobatan

cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu :

Page 16

Page 17: nematoda

1. Pyrantel pamoat

Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah :

- Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal

2. Mebendazole

Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama dengan dosis diatas,

yaitu: Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal

Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan juga

diberikan untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya penularan

cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan cacingan ke anggota keluarga lain

dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke toilet atau sebelum menyentuh

makanan, hindari juga untuk menyentuh mulut dengan tangan yang belum dicuci.

Pemberian obat secara tradisional :

a) Wortel 3 jari diparut, diremas dengan santan kental 1/2 gelas, lalu diperas dan disaring,

tambahkan sedikit garam. Minum sampai habis saat malam sebelum tidur.

b) Tembakau yang masih baru dan bersih sebanyak sebatang rokok, diremas dengan air 1

sendok makan, diperas airnya, oleskan disekeliling dubur.

Pemberantas dari Penyakit cacing kremi

Menjaga kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan penyakit ini, antara lain

dengan :

1. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek

2. Tangan hendaknya selalu dicuci sebelum makan

3. Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit

4. Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.

5. Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya pengobatan

diberikan kepada seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini dapat dihentikan

secara menyeluruh.

6. Melalui kesadaran menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat.

7. Menjaga kebersihan lingkungan pemukiman

Page 17

Page 18: nematoda

Cara Mencegah Cacingan Datang Lagi

Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk mencegah timbulnya cacingan

kembali. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Pastikan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan/setiap habis dari

toilet.

2. Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.

3. Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk infeksi

cacing kremi).

4. Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi cacing

kremi).

5. Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing sensitif

terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).

6. Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi.

7. Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan sempurna.

C. ANCYLOSTOMIASIS

Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan

dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar

tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki

yang berjalan tanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran

darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi

reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen.

Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan

giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur

Page 18

Page 19: nematoda

sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm,

cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.

Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja,

setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform.

Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat

menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang

besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di

dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron,

sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit,

larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh

darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan

masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform

menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan

Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat

kebersihan yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediterenian, India,

Cina dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah tropis Afrika, Asia dan Amerika

(Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006:10).

Page 19

Page 20: nematoda

Gambar : Daur Hidup Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma

duodenale) (Sumber: Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/,

2006:12).

Siklus Hidup

Cacing tambang atau cacing cambuk adalah cacing parasit(nematoda) yang hidup pada

usus kecil, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing ataupun manusia. Ada dua

spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus. Necator americanus banyak ditemukan di Amerika,Sub-Sahara Afrika, Asia

Tenggara, Tiongkok, and Indonesia,Ankylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah,

Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi

Page 20

Page 21: nematoda

oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab,dgn

tingkat kebersihan yg buruk.

Patofisiologi

Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada

dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah

secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya

dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan darah

(anemia) ini biasanya tidak dianggap sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi

oleh banyak sebab (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/,

2006:11).

Penyebab

Penyebabnya adalah cacing gelang usus, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus. Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam tinja dan menetas di dalam

tanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam beberapa hari, larva dilepaskan dan hidup di

dalam tanah. Manusia bisa terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang

terkontaminasi oleh tinja manusia, karena larva bisa menembus kulit. Larva sampai ke paru-

paru melalui pembuluh getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran pernafasan

dan tertelan. Sekitar 1 minggu setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus. Larva

menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas

dan mengisap darah.

Gejala

Page 21

Page 22: nematoda

Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh

kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang setiap hari

tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa

yang berdekatan dengan kapiler arteri; (2) species cacing : seekor A. duodenaleyang lebih

besar daripada N. americanus mengisap 5x lebih banyak darah; (3) lamanya infeksi.

Terjadinya anemia tergantung pada keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam

usus dan yang diserap dari makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan

terhadap infeksi parasit. Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapa faktor,

antaza lain umur,"wormload," lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita. Penyakit cacing

tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :

I. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun

penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.

II. infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan penderita

kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan mentaI

kurang baik.

III. infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah jantung dengan

segala akibatnya.

Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa muncul

di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek) bisa

terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru. Cacing dewasa seringkali menyebabkan

nyeri di perut bagian atas. Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein

di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan

berlangsung lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan

pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-anak. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:11).

6.1 Epidemiologi

Page 22

Page 23: nematoda

Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang

bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan

atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang

berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang

lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun

sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Srisasi Gandahusada, 2000:15). Tanah

yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu 16

optimum 32oC-38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau

sepatu bila keluar rumah.

7.1 Cara penularan

Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang terdapat di

tanah yangmenembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing ini akan berpindah ke

paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna.

8.1 Diagnosa

Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing

tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva.

9.1 Pengobatan

Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai macam

anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen, pirantel pamoat dan

mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan berhenti, tetapi

pengobatan dengan preparat besi (sulfas ferrosus) per os dalam jangka waktu panjang

dibutuhkan untuk memulihkan kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi

diperbaiki dengan diet protein tinggi

Page 23

Page 24: nematoda

10.1 Cara pencegahan

Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama  pada tempat-tempat

dimana sanitasi masih kurang

Masak bahan makanan sampai matang

Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang makanan

Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.

Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.

11.1 Faktor resiko

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prevalensi infeksi cacing tambang adalah

61,2%. Sedangakn Prevalensi infeksi cacing tambang berdasarkan kebiasaan BAB yaitu

78,6% untuk yang BAB di sembarang tempat dan 58,4 untuk yang BAB di kakus. Prevalensi

berdasarkan munum obat dalam waktu 3 bulan terakhir yaitu 63,5% untuk yang tidak minum

obat dan 28,6% untuk yang minum obat. Prevalensi berdasarkan kebiasaan memakai

alaskaki yaitu 69,7% untuk yang tidak biasa memakai alas kaki dan 37,1% untuk yang biasa

memakai alas kaki. Besarnya faktor resiko terinfeksi berdasarkan kebiasaan memakai alas

kaki adalah 1,88 artinya kebiasaan memakai alas kaki merupakan faktor resiko yang kuat

untuk terjadinya infeksi cacing tambang.

Dari hasil tersebut diharapkan adanya upaya untuk melakukan penyuluhan

tentang pentingnya kegunaan pemakaian alas kaki/sepatu but pada waktu bekerja dan

membiasakan untuk selalu buang air besar dikakus. Untuk penelitian lebih lanjut dapt

dikembangkan dan pemeriksaan besarnya derajat infeksi, pemeriksaan kadar Hb,

pemeriksaan sampel tanah danpembiakan telur cacing tembang untuk indentifikasi dan

membedakan antara larva cacing Necato americanus dan Ancylostoma duodenale

DAFTAR PUSTAKA

Page 24

Page 25: nematoda

1. World Health Organization (WHO). Water related diseases: Ascariasis. Communicable

Diseases (CDS) and Water, Sanitation and Health unit (WSH) Available at URL:

http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/ ascariasis/en/. Accessed on May 2012.

2. Mardiana and Djarismawati. Helminthiosis Prevalence Among Compulsory Learning of

Public School Children In The Slum Areas Of Poverty Elimination Integrated Program in

Jakarta Province. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2, Agustus 2008 : 769 – 774.

3. Haburchak, David R. Ascariasis. Division of Infectious Disease, Medical College of

Georgia. Available at URL: http://emedicine.medscape.com/ article/212510-overview.

Accessed on May 2012.

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

TUTOR : dr. Danu Wijaya

Anggota

- Muharrir Almisrmy

- Deslina

- Desy Armaya

- Zara Shelli Meirosa

- Katerine Monica

- Gina Erida

- Mirsyad MF

- Ilham Fajar

- Gustin Satria

Page 25

Page 26: nematoda

- Mega Andriani

- Siti Hajar Mubarokah

- Waode Sartini

- Diana Sari Lubis

- M. Iqbal Hasrimy

Page 26