Nilai & Norma Masyarakat Melayu
-
Upload
raziman-bin-mohamed -
Category
Documents
-
view
10.396 -
download
1
description
Transcript of Nilai & Norma Masyarakat Melayu
PENGENALAN
Kehidupan masyarakat Melayu tidak boleh terlepas daripada peraturan dan
tindakan sosial yang perlu dipatuhi. Hal ini menyebabkan orang Melayu sangat popular
dengan peraturan dan nilai yang terpaksa dipatuhi dalam sesebuah masyarakat.
Peraturan dan nilai ini diadakan untuk memastikan anggota masyarakat menjadi orang.
Anggota masyarakat membina nilai masyarakatnya sendiri berdasarkan kepada nilai-
nilai yang dikongsi bersama. Oleh itu, nilai yang lahir dari individu dari individu itu tidak
pula menimbulkan nilai yang bercanggah dengan nilai-nilai yang dikongsi oleh anggota-
anggota masyarakat.
KONSEP NILAI DAN NORMA
Wan Abdul Kadir (2007) telah mendefinisikan nilai sebagai ukuran yang
diberikan oleh seseorang individu tentang sesuatu atau perlakuan baik atau buruk,
halus atau kasar, tinggi atau rendah, berasaskan kepada kelakuan yang telah menjadi
kebiasaan atau kelaziman yang dikongsi bersama dan telah disahkan oleh masyarakat
kedudukan nilai itu. Anggota masyarakat dapat menyatakan ukuran nilai dalam
menentukan sesuatu atau perlakuan berasaskan kepada pengalaman yang diterimanya
melalui proses sosiolisasi.
Kamus Dewan Edisi Ke-4 ms: 1081, pula mendefinisikan nilai sebagai taksiran
harga, harga sesuatu yang dibandingkan dengan harga yang lain, kadar nisbah, sifat
ketinggian dan darjat, kualiti, mutu dan taraf. Daripada maksud mengikut kamus dewan
1
jelas mengambarkan nilai adalah ukuran kepada sesuatu seperti sifat keperibadian dan
sebagainya yang ada individu.
Sejumlah ahli ilmu pengetahuan yang tertarik dengan tingkah laku manusia,
sejak lama telah tertarik dengan konsep nilai (mis, Kluckhohn, 1951; Allport, 1960;
Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994; Feather, 1994, 1995). Kluckhohn (dalam
Zavalloni, 1975) sebagai seorang antropolog, misalnya, sejak tahun 1951 telah
mendefinisikan nilai sebagai seperti berikut:
“... a conception explicit or implicit, distinctive of an individual or characteristic of a
group, of the desirable which influence the selection from available modes, means and
ends of action.” (Kluckhohn dalam Zavalloni, 1975, hal. 75)
Isu penting yang menurut Zavalloni (1975) perlu diperhatikan dalam pemahaman
tentang nilai adalah, nilai seseorang terdapat persamaan seperti nilai semua orang
lainnya, sama dengan sebagian orang, atau tidak sama dengan semua orang lain.
Definisi Kluckhohn di atas menggambarkan bahawa nilai selain mewakili keunikan
individu, juga dapat mewakili suatu kelompok tertentu. Hal ini mulai mengarah kepada
pemahaman nilai yang universal. Dalam perkembangannya, Rokeach (1973) dengan
tegas mengatakan bahawa asumsi dasar dari konsep nilai adalah bahawa setiap orang,
di mana saja, memiliki nilai-nilai yang sama dengan darjat yang berbeza (menunjukkan
penegasan terhadap konsep universal nilai). Namun penelitian yang paling
komprehensif tentang nilai-nilai yang universal (dalam erti kata nilai terdapat di mana
saja di semua budaya) di mulai oleh Schwartz dan Bilsky (1987). Mereka mulai mencari
nilai-nilai apa yang universal dari 44 negara dengan sampel di negara masing-masing.
2
Isu lain yang penting sebelum membahas nilai adalah tentang isi (content) dari
berbagai nilai yang dianut manusia. Berdasarkan kajiannya atas berbagai teori dari para
ahli mengenai nilai, Schwartz melihat tidak satupun dari teori tersebut yang berupaya
mengklasifikasikan isi atau muatan (content) dari berbagai nilai yang dianut oleh
individu (Schwartz, 1994). Schwartz kemudian berupaya untuk mengklasifikasikan
nilai-nilai berdasarkan muatannya yang kemudian disebut dengan tipe nilai. Dengan
mempertimbangkan universal, isi mahupun struktur nilai yang telah dikembangkan
Schwartz, maka dalam penelitian ini kerangka teori yang digunakan adalah teori nilai
dari Schwartz. Walaupun begitu, pembahasannya tidak terlepas dari tokoh-tokoh lain
yang juga tertarik dengan nilai, terutama menyangkut kaitan nilai dengan variabel lain
seperti keyakinan, sikap dan tingkah laku yang tidak dibahas lagi oleh Schwartz. Ini
menyebabkan dasar teoritis dalam mengkaitkan nilai dan tingkah laku menggunakan
teori lain, yaitu belief system theory (Rokeach, 1973; Homer & Kahle, 1988; Grube dkk.,
1994).
Teori nilai Schwartz (1992, 1994), walaupun masih berdasarkan teori
sebelumnya dari Rokeach (1973), tapi menunjukkan perbedaan yang berarti. Teori nilai
Schwartz dipilih dalam penelitian ini, memperhatikan kritiknya terhadap teori Rokeach
yang banyak melakukan tumpang-tindih antara nilai satu dengan nilai lainnya
(Schwartz, 1994), bahkan antara nilai terminal dan instrumental. Sedangkan Schwartz
telah melakukan pengkategorisasian ke dalam sejumlah tipe nilai, dimana kategori
tersebut telah teruji secara konseptual maupun statistik. Di samping itu, Schwartz juga
telah menyusun struktur nilai-nilai tersebut secara spesifik dan komprehensif, sehingga
nilai seseorang dapat ditempatkan ke dalam “peta” nilai. Berbeda dengan Rokeach
3
yang menyebut nilai sebagai sistem, namun tidak terlalu banyak menjelaskan hubungan
dan sifat dari sistem tersebut. Sedangkan dengan “peta” nilai, kita dapat melihat
keterkaitan suatu nilai dengan nilai lainnya, sekaligus dapat menginterpretasi hubungan
tersebut.
PENGERTIAN NILAI (human values)
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut adalah definisi
nilai dari beberapa ahli ilmu pengetahuan:
“Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is
personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-
state of existence.” (Rokeach, 1973 hal. 5)
“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about
desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal. 184)
“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding
principles in the life of a person or other social entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21)
Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahawa nilai adalah (1) suatu
keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3)
melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah
laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan darjat
4
kepentingannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman
tentang nilai, iaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku
dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahawa nilai adalah suatu keyakinan
mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan
digunakan sebagai prinsip atau standart dalam hidupnya. Pemahaman tentang nilai
tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz
berpandangan bahawa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan
hidup manusia yang universal, iaitu :
1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan
kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).
Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz mengemukakan teori
bahawa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan
dalam keperluan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial
(Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai
sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahawa sesuatu yang
diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition,
conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individual (power, achievement,
hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security). Nilai
individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh
5
suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua,
agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman peribadi yang unik (Feather,
1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach,1994;Rokeach,1973;Schwartz,1994).
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibezakan dengan yang hanya
‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modul tingkah
laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir
tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh
lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan darjat kepentingannya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karekteristik tertentu untuk
berubah. Hal ini kerana, nilai diperoleh dengan cara terpisah, iaitu dihasilkan oleh
pengalaman budaya, masyarakat dan peribadi yang tertuang dalam struktur psikologis
individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973).
Oleh itu, nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih boleh berubah
oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di
mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).
Kamus Melayu Dewan Bahasa dan Pustaka mendefinisikan norma sebagai ukuran
untuk menentukan sesuatu, peraturan atau ketentuan yang telah menjadi kebiasaan
yang dijangka akan dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.1
1 Dipetik daripada http://melayuonline.com/dictionary/?a=TFJWeS9FL3AvUXZ5bEpwRnNx= pada 1.10.20
6
Manakala norma mengikut Wan Abdul Kadir ialah perlakuan yang ditunjukkan
oleh anggota masyarakat yang berasaskan peraturan sosial yang telah ditetapkan dan
diterima serta dikongsi masyarakat.
Bagi membolehkan individu diterima dalam masyarakat, seseorang itu perlu
bersedia dengan berkelakuan mengikut nilai-nilai yang telah ditetapkan dan dikongsi
masyarakat dan dengan ini dapat mengekalkan keharmonian apabila mengikut
peraturan sosial. Bagi individu yang tidak mengikut norma-norma yang telah ditetapkan
masyarakat, akan diangap menyeleweng daripada nilai dan akan dikenakan hukuman
iaitu tekanan sosial. Bagi masyarakat melayu, kelaziman kelakuan yang dipupuk adalah
berlandaskan nilai, yang mana nilai masyarakat melayu tersebut adalah World View
Islam. Ibu bapa merupakan peranan yang penting dalam memupuk nilai-nilai kepada
anak-anak. Bagi masyarakat melayu anak-anak yang gagal menunjukkan norma
masyarakat mencerminkan kegagalan ibu bapa dalam mendidik anak-anak. Dalam
keadaan ini akan menjejaskan kedudukan ibu bapa dalam nilai masyarakat.
PEMUPUKAN NILAI
Pemupukan nilai dalam masyarakat Melayu ialah bertujuan untuk membolehkan
seseorang individu diterima dan dianggap sebagai anggota masyarakat. Individu perlu
melengkapkan diri supaya bersesuaian dengan kehendak-kehendak masyarakat.
Dalam masyarakat Melayu terdapat pelbagai-bagai saluran dan institusi social yang
memupuk dan menyalurkan nilai-nilai social kepada anggota-anggota masyarakat.
7
Proses sosial yang dilalui setiap anggota masyarakat sejak kecil hingga sehingga
meninggal dunia bermakna ia telah ,menerima dan memperkukuhkan berbagaibagai
nilai social. Antara egen yang terlibat dalam pemupukan nilai ialah terbahagi kepada
iaitu formal dan tak formal seperti keluarga, rakan sebaya, alam sekitar sekolah, tempat
kerja dan sebagainya.
Salah satu agen kepada pemupukan nilai yang ketara kepada anggota
masyarakat ialah keluarga. Ibu bapa memainkan peranan yang penting dalam
memupuk nilai kepada anak-anak sejak anak-anak masih kecil lagi. Menentukan anak-
anak berusaha mematuhi nilai-nilai social merupakan tanggungjawab ibu bapa.
Penyelewengan kelakuan anak-anak yang bercanggah dengan nilai-nilai sosial secara
langsung menyatakan kegagalan ibu bapa dalam mendidik anak-anak. Ibu bapa
sebagai agen sosialisasi berusaha memberi tunjuk ajar terutama dalam memupuk nilai
sosial. Anak-anak akan diajar dengan perlakuan yang baik dan betul sebagaimana
yang dikongsi masyarakat nilai dan normanya. Anak-anak akan didedahkan dengan
pelbagai keadaan agar mereka dapat membezakan antara perkara yang baik dan
buruk. Sekiranya kelakuan yang ditunjukkan anak-anak tidak menepati norma
masyarakat, ibu bapa akan mengenakan tekanan.
KEPENTINGAN NILAI DAN NORMA
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat nilai dan norma masyarakat sangat
penting dan perlu ada pada diri masing-masing.malah masyarakat yang sedar tentang
nilai dan norma masyarakat berusaha keras dalam mengukuhkan nilai-nilai masyarakat.
8
Setiap individu tidak boleh hidup bersendirian, oleh itu seseorang itu perlu
bergaul bagi memenuhi keperluan dalam kehidupan. Oleh itu seseorang itu perlu
bersedia agar dapat bertindak dan berfungsi dalam masyarakat. Bagi seseorang itu
dapat berfungsi dan bertindak dalam masyarakat seseorang itu perlu memahami nilai-
nilai masyarakat dan kelakuan norma masyarakat yang telah disahkan masyarakat itu
sendiri.
Selain itu peraturan social juga akan terbina melalui nilai-nilai social yang telah
disahkan masyarakat. Untuk menjalankan kehidupan atau melakukan sesuatu dalam
masyarakat seseorang anggota masyarakat itu akan merujuk dan memandukan diri
kepada peraturan social.
Dengan adanya peraturan social ini masyarakat tidak akan menyeleweng kelakuannya
dan seterusnya akan mewujudkan suasana harmoni dalam kehidupan.
Dengan adanya nilai, maruah keluarga terutamanya maruah ibu bapa dapat
terpelihara. Contohnya sekiranya anak-anak berkelakuan menyeleweng daripada nilai
social masyarakat hal ini akan menyatakan kegagalan ibu bapa dalam mendidik anak-
anak dan sekaligus akan menjejaskan kedudukan ibu bapa dalam pandangan
masyarakat.
9
CONTOH KAJIAN
Dalam kajian yang telah penulis lakukan di Kampung Simpangan Tumpat
Kelantan, penulis dapati nilai-nilai kekeluargaan masyarakat melayu masih lagi kukuh
dalam diri masyarakat tersebut. Masyarakat kampung tarsebut masih lagi menunjukkan
kelakuan kelaziman masyarakat Melayu dalam menyatakan norma masyarakat melayu
yang berlandaskan nilai yang didukung adalah berteraskan agama iaitu agama islam.
Kepentingan nilai dan norma kekeluargaan masyarakat Melayu jelas terdapat dan
diamalkan dalam masyarakat kampung yang penulis perhatikan. Masyarakat kampung
tersebut dapat mengekalkan keharmonian disebabkan wujudnya peraturan sosial yang
dikongsi bersama dan disahkan oleh masyarakat hasil daripada nilai dan norma yang
terbina dalam masyarakat kampung tersebut.
Hasil penelitian dan pemerhatian yang telah penulis lakukan terhadap hubungan
suami isteri, nilai dan normanya masih kukuh dan masih diamalkan. Pemerhatian
terhadap pasangan Mohamed B Deraman dan Fatimah Bt Abd ghani, penulis dapati
mereka mengamalkan nilai kerjasama. Nilai ini amat penting pada anggota masyarakat
dan mereka saling memerlukan antara satu sama lain. Salah seorang tidak boleh hidup
tanpa bantuan atau sokongan dari salah seorang. Masing-masing manyedari bahawa
dalah hidup sebagai suami isteri,mereka saling memerlukan bantuan seperti kata
pepatah “ seperti aur dengan tebing “. Seseorang tidak akan dapat menguruskan
kehidupan secara keseorangan sepanjang masa. Menyedari akan kedudukan itu,
pasangan tersebut sentiasa membantu dan bekerjasama antara satu sama lain. Norma
pelakuan yang membuktikan pasangan tersebut adalah dalam mendidik anak.
Pemerhatian penulis medapati pasangan tersebut bekerjasama dalam mendidik anak.
10
Semasa si ibu memasak didapur, ayah telah mengambil alih tugas tersebut menjaga
anak supaya tidak menggangu ibu memasak. Disamping itu, mereka juga bekerjasa
dalam mencari sumber rezeki dan pendapatang keluarga. Kerjasama dapat dilihat
semasa mereka bersama-sama dalam mengerjakan kegiatan pertanian iaitu menanam
sayur sebagai sumber rezeki yang halal.
Di samping itu, pasangan ini juga mengamalkan nilai hormat menghormati dalam
kehidupan mereka. Hormat menghormati merupakan amalan tradisi orang-orang
Melayu yang diwarisi sejak zaman berzaman. Nilai-nilai ini diperkukuhkan oleh ajaran
Islam yang mendorong penganut-penganutnya sentiasa menghormati antara satu sama
lain. Amalan ini telah bermula sejak zaman berzaman lagi. Kite telah diberi didikan
dengan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai Islam yang dikehendaki mereka menghormati
ibubapa, guru, dan orang-orang tua. Mereka ditekankan agar tidak menderhaka kepada
ibubapa dan lain-lain. Perbuatan menderhaka bukan sahaja dikenakan tindakan social,
tetapi yang lebih berkesan, tetapi yang lebih membimbangkan perbuatan itu akan
menerima dosa yang besar dan seterusnya kehidupan yang menderhaka itu tidak akan
selamat atau bencana boleh menimpanya pada bila-bial masa. Pemerhatian penulis
terhadap pasangan itu, mendapati pada setiap pagi sebelum si suami pergi kerja,
iasterinya akan bersalam dan mencium tangan isterinya. Pada sebelah petang pula, si
isteri menyambut kepulangan suami dari tempat kerja dengan senyuman yang manis.
Keadaan ini dapat menenagkan ketegangan stress suami yang pulang dari mencari
rezeki. Disampin itu, semasa bercakap dengan suami. Isterinya menyusun ayat dan
tidak meninggikan suara semasa bercakap dan mereka saling mengambil berat antara
satu sama lain. Panggilan hormat yang mereka gunakan guja mengambarka yang
11
mereka suami isteri menghormati antara satu sama lain. Suami memanggil isterinya
dengan panggilan ‘ayang’ manakala si isteri memanggil suaminya ‘ abang’. Melalui
hubungan bertimbal balik demikian amat penting untuk mengekalkan keharmonian
kehidupan social anggota keluarga.
KESIMPULAN
Daripada apa yang dibincangkan diatas dapat disimpulkan bahawa kedudukan
nilai dan norma sebagai asas atau dasar yang amat penting dalam pembinaan budaya
bagi sesuatu masyarakat. Hal ini boleh diteliti daripada perlakuan-perlakuan yang
dinyatakan oleh anggota masyarakat. Orang-orang Melayu amat menitikberatkan
perlakuan seseorang dalam meletakkan kedudukannya dalam masyarakat. Semua
anggota masyatakat memainkan peranan penting dalam mengekalkan nilai dan norma
agar tidak terhakis dek arus globalisasi.
12
BIBLIOGRAFI
Abu Bakar Abdul Rashid. ( Julai,1976). Perancangan Keluarga Berdasarkan
Perancangn Ekonomi. Seminar Hujung Minggu Kesatuan Kebangsaan Pekerja,
Majlis Perbandaran , Bandaran dan Tempatan. Perlis
Adullah Siddik, 1975, Pengantar Undang-undang Adat di Malaysia, Kuala Lumpur:
Penerbitan Universiti Malaya.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, 1972, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan
Melayu, K. Lumpur: Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia.
Danandjaja, A.1985. Pola Sistem Nilai Para Manajer di Indonesia. Jakarta : Disertasi
Psikologi F. Psikologi UI
H.M. Sidin, 1964, Asal usul Adat Resam Melayu, K.Lumpur: Penerbitan Pustaka Antara.
Kamus Dewan Edisi Keempat, 2007, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Mohd. Taib Osman, 1984, Bunga Rampai: Aspects of Malay Culture, Dewan Bahasa
dan Pustaka.
Rokeach, M. 1973. The Nature of Human Values. New York : The Free Press
Schwartz, S. H.; Verkasalo, M.; Antonovsky, A.; Sagiv, L. 1997. Value Priorities and
Social
Schwartz, S. H. 1994. Are There Universal Aspects in the Structure and Contents of
Human Values ? Journal of Social Issues, 50, 19-46
13
Schwartz, S. H.; Inbar-Saban, N. 1988. Value Self-Confrontation as a Method to Aid in
Weight Loss. Journal of Personality and Social Psychology, 54, 396 – 404
Wan Abdul Kadir, 2007, Nilai dan Norma, Kuala Lumpur: Penerbit Pustaka Ilmu
Wan Abdul Kadir, 2007, Pengajian Masyarakat dan Budaya Ilmu, Kuala Lumpur:
Penerbit Pustaka Ilmu
Wan Abdul Kadir, 2007, Masyarakat dan Budaya Melayu, Kuala Lumpur: Penerbit
Pustaka Ilmu
Zavalloni, M. 1980. Values. Dalam Triandis, H. C.; Berry, John W. (Ed). Handbook of
Cross Cultural Psychology (Vol. 5)
Di sediakan Oleh:
Raziman Bin Mohamed,
Jabatan Kesusasteraan Melayu,
Akademi Pengajian Melayu,
Universiti Malaya.
019-9539043
14