oma kamii

download oma kamii

of 19

description

omaa

Transcript of oma kamii

Laboratorium/SMF Ilmu Penyakit THT Referat

Laboratorium/SMF Ilmu Penyakit THT ReferatFakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

OTITIS MEDIA SUPURATIVA AKUT

Disusun olehRahayu Asmarani0910015017Syahidah Amanniyya R0910015043Pembimbingdr. Rahmawati, Sp.THT.KL

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Laboratorium/SMF Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas MulawarmanRSUD AW.Sjahranie Samarinda2015BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangOtitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis.Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva.1Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.1Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.1Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh karena system imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna.1Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.2

1.2.Tujuana. Memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik laboratorium / SMF Ilmu penyakit THT di RSUD AW.Sjahranie Samarinda.b.Menambah ilmu dan pengetahuan pembaca khususnya mahasiswa kedokteran dalam bidang telinga, hidung dan tenggorokkan sehingga mampu mendiagnosis dan menangani secara tepat dan rasional.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.DefinisiOtitis media akut ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid, yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. 1

2.2.EpidemiologiOtitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan- 3 tahun. Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun. OMA sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya infeksi virus atau bakteri. Pada penyakit bawaan, seperti Down Syndrome dan anak dengan alergi sering terjadi. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak anak di bawah usia 15 tahun. 1,3Pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering. Bayi-bayi yang dibawah umur 6 minggu cenderung mempunyai infeksi-infeksi dari keragaman bakteri-bakteri yang berbeda dalam telinga tengah.1

2.3.EtiologiFaktor pencetus terjadinya OMA, yaitu : Infeksi saluran napas atas. OMA dapat didahului oleh infeksi saluran napas atas yang terjadi terutama pada pasien anak-anak. Gangguan faktor pertahanan tubuh. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi akan mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba Eustachius merupakan pencetus utama terjadinya OMA. Usia pasien. Bayi lebih mudah menderita OMA karena letak tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan letaknya lebih horisontal. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. 1,2Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Haemophilus influenzae (sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun), Esheria colli, Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aeruginosa. 2,3

Tabel 1 Bakteri penyebab Otitis Media Akut

Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustachius atau melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus dan tuba Eustachius akibat alergi atau pembengkakan amandel.1

Gambar 2.1 Patogenesis Otitis Media2.4.PatogenesisTelinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. OMA terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu.1Normalnya lendir di dalam telinga tengah menyerap udara. Jika udara tidak berpindah, tekanan negatif akan menyebabkan keluarnya cairan. Cairan dari telinga tengah ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Jika pertumbuhannya cepat, telinga tengah akan terinfeksi.1

Gambar 2.2 Patogenesis terjadi otitis media (OMA OME OMSK / OMP)

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.1,2Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik1,2,4Otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.1,2,4

2.5.Gejala KlinisGejala otitis media bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin terdapat otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan bila terjadi perforasi spontan membrana timpani atau setelah dilakukan miringotomi (insisi membrana timpani). Gejala lain dapat berupa keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus. Pada pemeriksaan otoskopis, kanalis auditoris eksternus sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri bila aurikula digerakkan. Membrana timpani tampak merah dan sering menggelembung. Nyeri di telinga yang terkena adalah gejala tersering otitis media akut. Pada bayi / todler, demam, rewel, dan menari-narik telinga dapat menandakan otitis media akut. Anoreksia, muntah, dan diare dapat menyertai otitis media akut. Rasa penuh yang tidak enak di telinga sering terjadi pada otitis media dengan efusi.2,4

Secara umum gejala anak dengan OMA, yaitu :4,5 nyeri telinga keluarnya cairan dari telinga berkurangnya pendengaran demam sulit makan mual dan muntah riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi.

Selain itu, keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, yaitu :1,2 Otorrhea, bila terjadi ruptur membran timpani Keluhan nyeri telinga (otalgia) Demam Anoreksia Limfadenopati servikal anterior Otitis media serosa Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba Eustachius berusaha membuka. Membran timpani merah, atau tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik) sering menggelembung tanpa tonjolan tulang (dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah), dan tidak bergerak pada otoskopi pneumatik (pemberian tekanan positif atau negatif pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop), dan dapat mengalami perforasi.

Tabel 2 Perbandingan gambaran klinis : otitis eksterna akut dan otitis media akutGambaran Otitis Ekterna AkutOtitis media akut

Otorea Mungkin ada mungkin tidakAda bila membrana timpani berlubang ; cairan banyak keluar

Otalgia Persisten, samapai membangunkan penderita dimalam hariHilang ketika membrana timpani ruptur

Nyeri tekan auralAda pada palpasi aurikulaBiasanya tidak ada

Gejala sistemikTak ada Demam, infeksi saluran napas atas, rinitis

Edema kanalis auditorius eksternusAda Tak ada

Membrana timpaniTampak normalEritema, menggelembung, dapat mengalami perforasi

Kehilangan pendengaranTipe konduktifTipe konduktif

Sedangkan gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) yaitu berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah atau gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga luar, yaitu :1

1. Stadium Oklusi Tuba EustachiusStadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah karena adanya absorpsi udara. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal (tidak ada kelainan) atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium oklusi tuba Eustachius dari OMA sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi.1

2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.1

3. Stadium SupurasiStadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah) di kavum timpani. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar.1Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.1Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.1Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi (perforasi).1

4. Stadium PerforasiStadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.1Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur nyenyak.1Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih dari 1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).1

5. Stadium ResolusiStadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.1Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.1OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasii membran timpani.1

2.6.Diagnosis2.6.1.AnamnesisPada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak mulai tertidur dengan tenang.1Pada penelitian dikatakan bahwa anak-anak dengan OMA biasanya hadir dengan riwayat onset yang cepat dan gejala seperti otalgia, rewel pada bayi atau balita, otorrhea, dan/atau demam. Dalam sebuah survei di antara 354 anak-anak yang mengunjungi dokter untuk penyakit pernapasan, demam, sakit telinga, dan menangis yang berlebihan sering didapatkan dengan OMA (90%). Namun, gejala ini juga terdapat pada anak tanpa OMA (72%). Gejala lain dari infeksi virus pernapasan atas, seperti batuk dan hidung tersumbat, sering mendahului atau menyertai OMA dan tidak spesifik juga. Dengan demikian, sejarah klinis saja tidak bisa untuk menilai adanya OMA, terutama pada anak muda.4,5

2.6.2.Pemeriksaan Fisik Inspeksi:Adanya cairan yang keluar atau berada di sekitar liang telinga, mungkin akan terlihat luka di sekitar telinga yang mengakibatkan adanya cairan yang keluar berupa, serosa, serosa-mukosa, mucus, purulen mukopurulen dan hemoragis, dengan jenis cair ataupun kental. Kemungkinan adanya luka (lubang) pada kavum timpani. Jika disertai peradangan, akan terlihat kemerahan disertai pembengkakan. Jika disebabkan karena masuknya benda asing maka akan terlihat adanya benda asing (dapat dilihat secara langsung atau dengan alat khusus). Adanya pembentukan kolesteatoma (penimbunan bahan putih yang menyerupai kulit) di telinga tengah. Kolesteatoma menyebabkan kerusakan tulang dan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi yang serius. Pada otitis media akut ataupun otitis media kronik tidak jauh beda hanya saja pada otitis media kronik kondisi klien lebih parah dan lama diderita.1,2 Palpasi:Saat ditekan akan terasa adanya benjolan dan adanya nyeri tekan.1,2

Pemeriksaan Penunjang Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mobilitas. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.1,2,4

2.7.PenatalaksanaanTerapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.1,21) Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak 12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.2) Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.3) Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.4) Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.5) Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga telah terjadi mastoiditis.

2.8.KomplikasiSebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak. Namun, sekarang setelah adanya antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK jika perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.1

2.9.PrognosisKalau tidak segera ditangani, akibat yang ditimbulkan OMA sangat mengerikan. Bisa menjadi tuli atau bisa menimbulkan komplikasi, seperti abses otak, meningitis atau radang otak yang dapat berakhir dengan kematian.1,2Penyakit ini bisa saja sembuh dengan sendirinya kalau daya tahan tubuh penderita cukup baik dan daya serang kumannya rendah. Gendang telinga tetap utuh dan fungsi pendengaran kembali normal. Dengan penanganan yang tepat dan tuntas, penyakit ini bisa sembuh.1,2Kalau penyakitnya parah dan tidak segera diobati, dapat mengakibatkan kehilangan kemampuan mendengar. Lebih parah lagi, kalau hal itu terjadi pada bayi. Kapasitas belajarnya akan terganggu. Bahkan perkembangan kemampuan bicaranya tertunda.1,2

BAB IIIKESIMPULAN

Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.Diagnosis pasti dari OMA memenuhi semua 3 kriteria: onset cepat, tanda-tanda efusi telinga tengah yang dibuktikan dengan memperhatikan tanda mengembangnya membran timpani, terbatas/tidak adanya gerakan membran timpani, adanya bayangan cairan di belakang membran timpani, cairan yang keluar dari telinga, tanda-tanda peradangan telinga bagian tengah, kemerahan pada membran timpani dan nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal. Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan inflamasi diperlukan, temuan pada otoskopi menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan OMA, penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA. Harus dapat membedakan antara OMA dan OME, OME terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani tanpa radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda radang disebut OMA.Penatalaksanaan pada OMA terdapat sebuah kriteria untukantibakteriPerawatan atauObservasipada AnakDenganOMA, apabila anak 2tahun, bisa diberi antibakteri bila gejala makin berat dan observasi jika gejala ringan, dan apabila diagnosis belum pasti bisa di observasi dahulu.Pilihan observasiuntukOMAmengacu untuk menunda pengobatanantibakteri pada anak-anakyang dipilih untuk48 sampai 72jam. Keputusanuntuk mengamatiatau mengobatididasarkan padausia anak, kepastian diagnostik,dan tingkat keparahanpenyakit. Pilihan pertama pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI, 2007: 10-14, 65-74.2. Adams, Boies, Higler. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Keenam Cetakan Ketiga. Penerbit EGC. Jakarta. 1997. Hal. 973. Epidemiology of acute otitis media. Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2732519 4. Berman S. Otitis media ini developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from URL: http://www.pediatrics.org 5. Niemela M, Uhari M, Jounio-Ervasti K, Luotonen J, Alho OP, Vierimaa E. Lack of specific symptomatology in children with acute otitis media. Pediatr Infect Dis J.1994;13 :765 768

1

2